• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan media audio visual sejarah lokal bermuatan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah bagi siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan media audio visual sejarah lokal bermuatan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah bagi siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH BAGI SISWA SMA NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: NOVERISKA ARNINGSIH DAELI 141314030. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH BAGI SISWA SMA NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: Noveriska Arningsih Daeli 141314030. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRtrSI PEMANF'AATAN MEDIA AUDIO YISUAL SEJARAH LOKAL BERMUATAN PENDIDIKAN IL{RAKTER I}ALAM PEMBELAJARAN SEJARAII BAGI SISWA SMA NEGEBI2 NGAGLIK SLEMAN. Cleh:. Noveriska Arningsih llaeli 14i314030. Telah drsetujui cleh:. Pembimbing. i. IP. afiw,-Dra.. Thereri#ili,ni, M.Pd.. Tanggal, fi9.Iuli 2018. 'H*.€ l1. ldra Kurnia*,an, M.Pd.. Tanggal. S9 Juli 2018. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. PEIIIANFA{TAN MEDIA ALTDIS VISU.{L SEJARAH LSKAL BERMUATAN TENI}IDIKAN KARAKTER DALAM FEMBELAJARAN SEJAXAH BAGI SISWA SMA NEGERI2 NGACLIK SLEMAN Dipersiapkan dau ditulis oleh:. Noveriska Arningsih Daeli. NlM:. 141314030. Telah dipertahankan di depaa Panitia Penguji Pada Tanggal,Z3 Juli 2018. Dan dinyatakan telah m*men*hi s,varat. Susunan Pa*itia Peng*j. i Tanda Tangan. Nama Lengkap. I)ra Thi:resia. ;\nggota. :. Dr*. Theresia Sun:ini- M.Pd.. Anggata. : t]enrlra Kurnia-ovan. M"Pd.. nti;nf. a. SLr:nini-. .]t'. ir:{.i},-l... -(ekretaris .. A. 1(M. : Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.. Ketua. . .... .l.jht'*. ' !}'c A K \.1,'ihan,nnin hl hl Yr:uvakarta23 -[uli 20 *-;. i. tI. i;i. L:liii: .irr,.u ni;.iii,.ia ;'!. i,l:: i r,'*rs: ia:; S;in;:i:l. i i ri. i,; i tj. I. i{. ji Ji. Si;a:=:a. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. iii. i\l. II.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini ku persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku (Bapak Filemo Daeli dan Ibu Tanima Hulu), kakakku (Likhana Daeli), abangku (Adrianus Daeli) dan adik-adik (Antonius Daeli dan Aprilius Daeli). 2. Ibu Dra. Th. Sumini, M.Pd. dan Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing, menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan penulis. 3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO Ora Et Labora (Berdoa dan Bekerja). v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis. ini tidak. memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana Iayaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 23 Juli 2018 Penulis. Noveriska Arningsih Daeli. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:. Nama NIM. :. Noveriska Arningsih Daeli. :141314030. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:. *PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH BAGI SISWA SMA NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN" Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. Demikian pemyataan ini, saya buat dengan sebenarnyaDibuat di Yogyakarta. Pada tangg. uffZ|. i"ti. zOt. S. Yang menyatakan,. M. Noveriska Amingsih Daeli. v1l. ijin dari. saya.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH BAGI SISWA SMA NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN Noveriska Arningsih Daeli 141314030 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) persiapan pembelajaran (2) pelaksanaan pembelajaran (3) hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audiovisual bagi penguatan karakter siswa, dan (4) karakter yang paling berkembang dalam pembelajaran sejarah setelah menggunakan media audiovisual bagi peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan 28 siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) persiapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual sudah baik, mulai dari menyusun RPP, menyediakan media, dan memilih model pembelajaran yang menarik bagi siswa. (2) pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual terlaksana dengan baik sesuai dengan RPP. (3) pada aspek kognitif diperoleh rata-rata nilai 77,92 dan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum 78,57%. Pada aspek afektif, sikap nasionalisme rata-rata skor diperoleh 46,96, sikap patriotisme rata-rata 50,78 dan sikap kejujuran ratarata 44,90. (4) karakter yang paling berkembang adalah patriotisme. Kata kunci: Pembelajaran Sejarah, Media Audiovisual, Sejarah Lokal dan Pendidikan Karakter.. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT THE USE OF AUDIO VISUAL MEDIA OF LOCAL HISTORY CONTAINING CHARACTER EDUCATION IN HISTORY LEARNING FOR STUDENTS OF SMA NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN Noveriska Arningsih Daeli 141314030 This study aims to describe: (1) preparation (2) implementation (3) outcomes of history learning by using audio visual media for strengthening students’ character, and (4) to know which characters are most developed for learners. This research used qualitative method specifically case study. Informants in this research were history teachers and 28 students of SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman selected by using purposive sampling technique. The data were collected through observation, interview, questionnaire, and documents. The data were analyzed by using interactive model from Miles and Huberman consisting of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study indicate that: (1) preparation of history learning by using audio visual media is good, starting from creating the lesson plan, providing media, and choosing an attractive learning model for students. (2) The implementation of history learning by using audio visual media is well done based on lesson plan. (3) The average of cognitive aspect is 77.92 and students who achieve the minimum completeness criteria are 78.57%. In the affective aspect, the average of nationalism is 46.96, the average of patriotism is 50.78 and the average of honesty is 44.90. (4) Based on the average results above, the most developed character is patriotism. Keywords: History Learning, Audiovisual Media, Local History, and Character Education.. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Media Audio Visual Sejarah Lokal Bermuatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Bagi Siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma . Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis. 6. Seluruh dosen Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu dan didikan kepada penulis selama menempuh studi.. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Pihak sekretariat Program Stucli Pendidikan Seiarah -yang selalu. sabar'. memberikan pela,vanan administrasi kepada penulis.. 8. Kepala Sekolah" pihak Tata Usaha, guru sejalah. dan siswa di SMA Negeri 2 Ngaglik Slernan,vang telah membantu penulis dalam mendapatkan data untuk menyelesaikan skripsi ini.. 9. Kedua orangtuaku (Bapak Filemo Daeli dan lbu Tar.rima HLrlu) kakak.. abang.. dan adik-adik yang selalu mendoakan. rnendukung. menyemangati, membantu dan rnenyayangiku tiada hentinyzr.. 10. Sahabatku. Eka Krisman Jaya Mendrota. yang selalu. membantu.. menyelxangati. rnendukung serta mendoakan r-urtuk mengerjakan skripsi ini.. 1i. Teman-teman an-gkatan. 20121 Program Stucli Pendidikan Seiarah Universitas. Sanata Dharma yang selalu mendlrkr-rng clan memberi seman,qat untuk mengeriakan skripsi ini.. Penulis menyadari bahu,a skripsi ini jauh dari sempr:rna. oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran -vang siiatnya membangun glrna perbaikan penyusunan skripsi ,vang lebih baik di ntasa )iallg akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manf-aat bagi pembaca. Yogyakarla, 23 Juli 2018 Penulis. Noveriska Arningsih Daeli. xl.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv HALAMAN MOTTO............................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................vii ABSTRAK...........................................................................................................viii ABSTRACT..........................................................................................................ix KATA PENGANTAR...........................................................................................x DAFTAR ISI........................................................................................................xii DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah………………………………………..…….….... 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………...…………. 6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….....…… 6 D. Manfaat Penelitian………………………………………………….…....... 7. BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………..…. 9 A. Kajian Teori………………………………………………………..……... 9 xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Media Pembelajaran…………………………………………….….… 9 2. Media Pembelajaran Audiovisual……………………………….…… 17 3. Pendidikan Karakter…………………………………………….…… 18 4. Konstruktivisme……………………………………………………... 33 5. Pembelajaran Sejarah………………………………………….…..... 35 B. Penelitian Relevan…………………………………………………....….. 38 C. Kerangka Pikir……………………………………………………....…… 40. BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………..…...… 42 A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………..……….. 42 B. Pendekatan Penelitian………………………………………….………... 42 C. Sumber Data…………………………………………………….……….. 43 D. Metode Pengumpulan Data……………………………………….…….. 44 E. Instrumen Pengumpulan Data…………………………………….…….. 46 F. Teknik Cuplikan………………………………………………….……... 48 G. ValiditaS Data………………………………………………….……...... 49 H. Analisis Data…………………………………………...…….…………. 52 I. Sistematika Penulisan………………………………………………….... 56. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………...... 57 A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………………………... 54 B. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………………….. 63 C. Pembahasan……………………………………………………………… 76. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………...…..… 88 A. Kesimpulan…………………………………………………..…………... 88 B. Saran……………………………………………………………..………. 90 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...….. 92 xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LAMPIRAN………………………………………………………………….... 95 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.................................................... 42 Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara Guru......................................................... 47 Tabel 3. Kisi-kisi Wawancara Siswa........................................................ 47 Tabel 4. Data Kognitif Siswa.................................................................... 68 Tabel 5. Hasil Sikap Nasionalisme............................................................ 71 Tabel 6. Hasil Sikap Patriotisme.............................................................. 72 Tabel 7. Hasil Sikap Kejujuran................................................................. 73. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar I. Klasifikasi Media ..................................................................... 15 Gambar II. Kerangka Berpikir...................................................................41 Gambar III. Model Interaktif Miles dan Huberman.................................. 53 Gambar IV. Diagram Hasil Kognitif........................................................ 71 Gambar V. Diagram Sikap Nasionalisme.................................................. 72 Gambar VI. Diagram Sikap Patriotisme.................................................... 73 Gambar VII. Diagram Sikap Kejujuran..................................................... 74 Gambar VIII. Diagram Karakter Berkembang.......................................... 83. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 1 Menurut Driyarkara pendidikan merupakan proses humanisasi dan homonisasi, artinya pemanusiaan menyangkut keseluruhan jiwa dan badan. 2 Di dalam pendidikan membutuhkan yang namanya sekolah. Sekolah dalam hal ini, berperan sebagai sarana untuk menjalankan proses pendidikan bagi anak didik. Melalui proses pendidikan, sangat berkaitan dengan mendidik. Kata mendidik adalah kata kunci dari pendidikan. Mengingat hal itu sangat penting untuk dipahami hakikat mendidik yang bermakna luhur dalam proses pendidikan. Mendidik menurut Langeveld adalah mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya mencapai kedewasaan. Para ahli lainnya, yaitu Hooveld mengatakan mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya. Sementara menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 3 Pada UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan. 1. Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, UNY Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 3-4 Sudiarja, Pendidikan dalam Tantangan Zaman, Yogyakarta, Kanisius, 2004, hlm. 29. 3 Sukardjo, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 910 2. 1.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4 Oleh karena itu sangat pentinglah pendidikan kita pada masa kini tidak hanya sekedar pengembangan kognitif atau hanya sekedar mentransfer ilmu tetapi juga perlu membentuk pendidikan karakter siswa. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asalusul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradapan bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara substantif, materi sejarah mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. 5 Oleh sebab itu dalam pembelajaran sejarah sangat menekankan tentang pendidikan nilai-nilai karakter dan kemanusiaan.. 4. Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, PT Remaja Rosdakarya, Bandung , 2013, hlm. 4-6. 5 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, 2011, hlm. 109-112.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Dalam pendidikan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefenisikanya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan diskusi, menggunakanya sebagai dasar dalam hubungan antarmanusia, dan mengapresiasi menifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Sampai saat ini pendidikan karakter tidak tersampaikan secara maksimal kepada siswa sehingga menyebabkan perkembangan karakter siswa rendah. Seperti contoh kurangnya sopan santun siswa terhadap guru, banyak siswa yang sering membolos pada saat proses pembelajaran, terjadi tawuran antar siswa, mengkonsusmsi narkoba dan lain sebagainya. 6 Dalam pembelajaran sejarah, menjalin interaksi antara guru sejarah dengan siswa sangat dibutuhkan. Bagaimana tidak, jika guru sejarah tidak mampu menjalin interaksi yang baik terhadap siswa maka berakibat pada mata pelajaran sejarah. Di sini terjadi kekurangtertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah. Selanjutnya guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, agar terciptanya kelas yang kondusif. Selain itu, kekurangtertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah dapat pula disebabkan oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sarana dan prasarana ini, mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti 6. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 2-3.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. pembelajaran sejarah. Selain permasalahan di atas, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi, bahkan guru sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dan bervariasi dapat mengakibatkan siswa mengantuk di dalam kelas karena merasa bosan pada pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sayangnya, dewasa ini eksistensi peninggalan sejarah lokal dikalangan siswa sangat memprihatinkan. Misalnya peninggalan sejarah lokal Kota Gede di Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan masa kini, maka digunakanlah media pembelajaran yang harapanya dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran yang dapat menarik siswa untuk belajar. Media pembelajaran atau alat pembelajaran dapat menjadi alternatif atau solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.7 Oleh karena itu peneliti ingin memanfaatkan media audiovisual sejarah lokal di sekolah menengah atas untuk dapat mengukur sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap sejarah Yogyakarta serta nilainilai karakter yang dapat diteladani dari para tokoh tersebut. Media audiovisual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkrinkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjalinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, media audiovisual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton.8. 7 8. Indria Maharsi, Dunia Kreatif Tanpa Batas, Yogyakarta, Kata Buku, 2011, hlm. 3 Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif, Kaukaba Dipantara, 2013, hlm. 3.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Berdasarkan pengalaman PPL, di sekolah SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman, sekolah mempunyai sarana pendukung yang cukup memadai untuk tercapainya proses belajar mengajar dan terciptanya ketertiban, kebersihan, dan keindahan dengan adanya bangunan sekolah yang bersifat permanen dan ditata sedemikian rupa. kegiatan guru yang paling pokok adalah mengajar di dalam kelas, dengan terlebih dahulu mempersiapkan RPP untuk pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Media Audio Visual Sejarah Lokal Bermuatan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah Bagi Siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman”. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran media audiovisual pada mata pelajaran sejarah untuk siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman pada kompetensi dasar 3.8 mengenai perkembangan kehidupan masyarakat pemerintahan dan budaya pada Kerajankerajan Islam. Nilai karakter yang akan dipaparkan dalam materi sejarah tersebut yaitu nasionalisme, patriotisme, dan kejujuran. Masalah ini dipilih karena media pembelajaran memegang peranan penting untuk menunjang proses pembelajaran..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana persiapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual? 3. Bagaimana hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual bagi penguatan karakter siswa? 4. Apakah karakter yang paling berkembang setelah menggunakan media audio visual bagi peserta didik?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Persiapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual. 2. Pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual. 3. Hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual bagi penguatan karakter siswa. 4. Untuk mengetahui karakter yang paling berkembang bagi peserta didik..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu dari aspek teoretis dan aspek praktis sebagai berikut: 1. Aspek teoretis Pada tataran teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatmanfaat sebagai berikut: a. Memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran sejarah lokal melalui media audio visual. b. Membentuk pendidikan karakter siswa berkaitan dengan adanya nilai-nilai nasionalisme,. patriotisme,. dan. kejujuran. khususnya. dalam. proses. pembelajaran sejarah Indonesia. 2. Aspek praktis Pada tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam melakukan pembenahan proses pembelajaran sejarah sehingga tercipta suasana baru yang lebih kondusif dalam pembelajaran. b. Guru, khususnya guru pelajaran sejarah dapat mengetahui usaha yang perlu dilakukan dalam membentuk pendidikan karakter siswa. c. Universitas Sanata Dharma, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian keilmuan dan pengembangan kajian, khususnya bidang kebijakan pendidikan karakter, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. d. Penulis, dapat menambah wawasan tentang media audiovisual, khususnya dalam pembelajaran sejarah yang menarik..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin Medius, yang secara harfiah berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara datau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan alat (hardware). Menurut Gerlach dan Ely, media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun. kondisi,. yang. menyebabkan. siswa. mampu. memperoleh. pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah, dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.9 Media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar (Santoso S. Hamidjojo). Menurut Gagne, mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Sedangkan menurut Briggs, mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. 9. Nizwardi Jalinus,dkk., Media dan Sumber pembelajaran, Jakarta, Kencana, 2016, hlm. 2.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Oleh karena itu secara umum dapat dikatakan bahwa media adalah sarana atau alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas. 10 Dari keseluruhan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah: 1. Bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar. 2. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. 3. Bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Dan 4. Bentuk-bentuk komunikasi dan metode yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual. 11. 10 11. Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif, Kaukaba Dipantara, 2013, hlm. 3-4 Ibid, hlm.5-6.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. a. Ciri-ciri media pembelajaran Media pembelajaran identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga yaitu suatu bentuk yang dapat diraba, dilihat, didengar, diamati melalui panca indera. Tekanan utama media adalah terletak pada benda atau hal-hal yang dilihat (visual), didengar (audio), dan diraba. Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam proses pembelajaran antara pengajar dan pembelajar. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah sarana, metode, teknik, untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dengan pembelajar dalam proses pembelajaran dikelas. Jadi, media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan dengan baik, tanpa ada bantuan sarana penyampai pesan atau yang disebut dengan media. Dari penjelasan di atas, media pembelajaran sangat banyak macam dan jenisnya. Untuk menggunakan suatu media pembelajaran secara baik, efektif, dan efesien dalam proses pembelajaran diperlukan pengetahuan dan kemampuan dalam memilih, membuat atau mendesain suatu media, kemampuan menggunakan media pembelajaran tersebut. Hal lain yang perlu diperhatiakan adalah media pembelajaran. itu. sendiri. dengan tujuan pembelajaran,. metode,. materi. pembelajaran, dan kondisi pembelajar. Selain itu, hal yang penting adalah.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. pengembangan dan penggunaan media pembelajaran, sangat tergantung pada 12 kreasi dan inisiatif pengajar itu sendiri. Sebab, kemampuan kreasi dan inisiatif pengajar dalam mendesain, membuat, dan mengembangkan media pembelajaran merupakan hal yang mutlak dan tidak boleh diabaikan, karena merupakan tuntutan dari kompetensi profesional guru itu sendiri. 13 b. Fungsi media pembelajaran Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret. Memberi kesamaan persepsi. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak. Menyajikan ulang informasi secara konsisten dan Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selain fungsi di atas, Livie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media. pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensaoris. Masing-masing fungsi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.. 2.. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar. Gambar atau lambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar.. 12 13. Ibid, hlm.7-8 Ibid, hlm. 43-45.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. 3.. Fungsi kognitif, media visual mengungkapakan bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.. 4.. Fungsi kmpensatoris, media visual memberikan konteksnuntuk memahami teks. membantu. pembelajar. yang. lemah. dalam. membaca. untuk. mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkanya kembali. c. Prinsip dan kriteria memilih media pembelajaran Media pada dasarnya adalah “bahasanya guru”. Artinya dalam proses penyampaian pesan pembelajaran, guru harus pandai memilih “bahasa apa” yang paling mudah dimengerti dan dipahami siswanya. Artinya, keberadaan dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang menjadi focus di sini antara lain karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri, dan sifat pemanfaatan media.14. d. Manfaat dan tujuan media pembelajaran 1). Tujuan media pembelajaran Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran untuk: a) Mempermudah proses pembelajaran di kelas. b) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. c) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar.. 14. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Gaung Persada Press Jakarta, November, 2010, hlm. 113115.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. d) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. 2) Manfaat Media Pembelajaran Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus sebagai alat bantu pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar. Jadi manfaat media pembelajaran adalah: a). Pengajaran. lebih. menarik. perhatian. pembelajar. sehingga. dapat. menumbuhkan motivasi belajar. b). Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.. c). Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.. d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.. e. Klasifikasi media pembelajaran Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan atau pembelajaran terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuanya.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. sendiri. 15 Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi audio, pada pertengahan abad ke-20 lahirlah alat bantu audiovisual yang terutama menggunakan pengalaman yang konkret untuk menghindari verbalisme. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi media menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak dan dinamakan dengan kerucut pengalaman (cone experience). 16. Gambar I. klasifikasi media menurut Edgar Dale. Dari klasifikasi media menurut pengalaman Edgar Dale`s dapat dijelaskan, sebagai berikut: a. Pengalaman langsung. Siswa pada tahap ini perlu berhubungan langsung dengan keadaan dan kejadianya yang sebenarnya. 15 16. Nizwardi Jalinus,dkk., op., cit. hlm 10 Ibid, hlm. 12.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. b. Pengalaman melalui tiruan. Membuat tiruan dari kejadian-kejadian atau peristiwa atau benda-benda sebenarnya yang sulit diperoleh untuk dibawa ke kelas. c. Pengalaman melalui dramatisasi. Materi pengajaran disajikan dalam bentuk drama. Peran yang diperankan agar menarik anak didik, sehingga isi pengajaran dapat diterima. d. Pengalaman melalui percontohan/ demonstrasi. Materi pengajaran disajikan dengan didemonstrasikan pada bagian-bagian tertentu. e. Pengalaman melalui darmawisata. Dalam hal-hal tertentu, pengalaman yang diperoleh anak didik melalui darmawisata/karyawisata ini sangat berarti. f. Pengalaman melalui pameran. Dalam pengalaman melalui pameran, siswa dapat memperlihatkan dan memamerkan kemampuan serta kemajuankemajuan mereka secara individu atau kelompok. g. Pengalaman melalui televisi. Televisi dalam program pendidikan, dalam era reformasi merupakan medium yang baik, karena minat anak didik, di mana mereka dapat memperoleh informasi. h. Pengalaman melalui gambar hidup. Anak didik dapat memperoleh pengalaman melalui gambar hidup atau film. i.. Pengalaman melalui rekaman, gambar diam, dan radio.. j.. Pengalaman melalui lambang visual.. k. Pengalaman melalui lambang kata.17. 17. Ibid, hlm. 12-13.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Jadi Media pembelajaran adalah media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin Medius, yang secara harfiah berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara datau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.. 2. Media Pembelajaran Audiovisual a. Definisi Audio Visual Audiovisual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengar dan alatalat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Sejarah penggunaan alat-alat audio visual untuk pendidikan bukanlah hal yang baru, melainkan sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Alat-alat visual seperti gambar, peta dan bola dunia telah lama digunakan sebelum penggunaan alat-alat audio-visual secara modern. Penggunaan alat-alat audio visual secara modern sebenarnya baru mulai setelah penggunaan film 16 mm membuktikan manfaatnya dalam melatih anggota-anggota angkatan perang Amerika Serikat dalam perang Dunia Kedua. Di waktu perang itu terbukti pula, bahwa selain gambar, peta, dan bola dunia, alat-alat audio visual seperti slaid, rekaman suara dan berbagai prokyektor sanggup meningkatkan efesiensi pengajaran antara 25% sampai 50%.18 Pendidikan visual adalah suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang menyatakan, bahwa seseorang memperoleh 18. Amir Hamzah Suleiman, Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, PT Gramedia, Jakarta, 1981, hlm. 11-13.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat dari pada sesuatu yang didengar atau dibacanya. Menurut beberapa faktor dalam filsafat sejarah, apa yang kita ketahui, tepatnya pengetahuan disalurkan ke otak melalui satu indera atau lebih. Banyak ahli berpendapat, bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera yang lain. Namun, apapun arti yang diberikan kepada alat-alat audio visual itu, yang tidak boleh dilupakan adalah semuanya merupakan bantuan semata-mata yang harus digunakan secara tepat dan trampil dalam proses mengajar dan belajar. b. Jenis-jenis audio visual Media audiovisual ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audiovisual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televise dan video. Jenis kedua adalah media audiovisual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran.19 Jadi Alat-alat audiovisual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif.. 3. Pendidikan Karakter a. Definisi Pendidikan Karakter Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani, eharassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” itu sendiri dapat 19. Ibid, hlm.17.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Arti ini sama dengan istilah karakter dalam bahasa Inggris (character) yang juga berarti mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. 20 Dalam bahasa Indonesia “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Artinya, orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain. Karakter dapat dimaknai secara etimologis, karakter juga dapat dimaknai secara etimologis. Karakter mulia (good character) mencakup pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing) yang menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan demikian karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitivies) sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta prilaku (behaviors) dan keterampilan. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral.. 20. Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, PT Remaja Rosdakarya, Bandung , 2013, hlm. 4-6..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat dan estetika. b. Dimensi Pendidikan Karakter Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. 21. 21. Ibid, hlm.8.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. Pendidikan karakter menurut Burke semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik. Menurut Lickona, pendidikan mencakup tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dengan demikian, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukanya dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan Frye, Dono baswardono menyatakan bahwa nilai-nilai karakter ada dua macam, yakni nilai-nilai karakter inti dan nilai-nilai karakter turunan. Nilai-nilai karakter inti bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman tanpa ada perubahan, sedangkan nilai-nilai karakter turunan sifatnya fleksibel sesuai dengan konteks budaya lokal. Sekadar contoh, nilai karakter jujur adalah salah satu nilai karakter yang tetap berlaku sepanjang zaman. Dalam praktiknya, nilai kejujuran dapat berubah-ubah. Salah satu contohnya adalah “Pendidikan Anti Korupsi” atau “Kantin Kejujuran”. Hal ini merupakan keturunan dari salah satu nilai karakter, yakni jujur. Jadi, nilai anti karakter adalah kejujuran itu sendiri, bukan pada “anti korupsi” atau “kantin kejujuran”. Menurut Scerenko pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi ( usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi. pekerti,. pendidikan. moral,. pendidikan. watak,. yang. bertujuan. mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baikburuk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 22 Dalam pendidikan karakter diinginkan terbentuknya anak yang mampu menilai apa yang baik, memelihara secara tulus apa yang dikatakan baik itu, dan mewujudkan apa yang diyakini baik walaupun dalam situasi tertekan (penuh tekanan dari luar, pressure from without) dan penuh godaan yang muncul dari dalam hati sendiri (temptation from within). Dalam kaitan ini pada draf Grand Design pendidikan karakter diungkapakan nilai-nilai yang terutama akan dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, dengan penjelasanya adalah sebagai berikut: . Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating).. . Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the. 22. Ibid, hlm. 50-51.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. . Cerdas, berpikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik, bergaul secar santun, menjujung kebenaran dan kebajikan, mencitai Tuhan dan lingkungan.. . Sehat dan Bersih, menghargai ketertiban, keteraturan, kedisiplinan, terampil, menjaga diri dan lingkungan, menerpakan pola hidup seimbang.. . Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun, toleran terhadapa perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau mendegar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, dan cinta damai dalam menghadapi persoalan.. . Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa (unik), memiliki ide baru, ingin terus berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru.. c. Prinsip Pengembangan Karakter Menurut T. Lickona, E. Schaps & C.Lewis, pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut: 1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. 2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. 3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter. 4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. 6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses. 7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa 8) Memfungsikan seluruh staf sekolah bagi komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. 9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. 10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. 11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa. 23 Jadi Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa.. d. Sikap Nasionalisme, Patriotisme, dan Kejujuran 1. Nasionalisme a. Defenisi Nasionalisme Menurut Hans Khon memandang kemauan hidup bersama sebagai nasionalisme, yaitu suatu paham yang memberi ilham kepada sebagian terbesar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-anggotanya. Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya. 23. Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2008, hlm. 31-32..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. bentuk sah organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber dari tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi. Nasionalisme adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern. Ia berasal dari Eropa Barat abad 18 selama abad 19 ia telah tersebar di seluruh Eropa dan abad 20 ia telah menjadi suatu pergerakan sedunia. Dari tahun ke tahun artinya makin bertambah penting di Asia dan Afrika. Tetapi nasionalisme tidaklah sama di setiap zaman. Ia merupakan suatu peristiwa sejarah, jadi ditentukan oleh ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara dimana berakar. Ciri nasionalisme modern yang berkembang di Barat mempunyai tiga karakteristik, yaitu: 1) Cita sebagai bangsa terpilih. 2) Penegasan bahwa mereka mempunyai kenangan yang sama mengenai masa lampau dan harapan yang sama di masa yang akan datang. 3) Mereka mempunyai tugas khusus di dunia ini. b. Faktor-faktor munculnya nasionalisme di Indonesia Faktor-faktor yang menumbuhkan nasionalisme di setiap negara tidak selalu sama. Jumlah faktornyapun tidak sama. Hal ini disebabkan situasi dan kondisi setiap bangsa dan negara memang unik serta berbeda satu sama lain. Namun, unsur yang selalu ada dan sama adalah rasa cinta tanah air. Selain itu, ada keinginan untuk mempertahankan keberadaan nusa dan bangsa dari berbagai bentuk tantangan baik dari dalam maupun dari luar negeri.. 24. Lahirnya nasionalisme Indonesia memang disebabkan oleh berbagai faktor, dari dalam (intern) maupun faktor dari luar negeri (ekstern). Tentu saja. 24. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Pergerakan Nasional, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2015, hlm.11-13.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. faktor-faktor intern lebih kuat mendorong lahirnya nasionalisme itu walaupun juga kait mengkait dengan faktor-faktor ekstern. Dengan demikian jelas bahwa sebab-sebab lahirnya nasionalisme Indonesia mencakup berbagai dimensi (multidimensi) yaitu dimensi politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Dimensi politik, yaitu ingin membentuk negara merdeka. Dimensi ekonomi, yaitu ingin memberantas kemiskinan. Dimensi sosial yaitu ingin menghapus perbedaan perlakuan. Sedangkan dimensi kebudayaan yaitu ingin membentuk kebudayaan nasional. c. Ciri-ciri Sikap Nasionalisme 1) Nasionalisme. kerakyatan/persatuan. yang. anti. penjajahan.. Pernyataan. kemerdekaan yang dirumuskan oleh bangsa Indonesia adalah pernyataan kemerdekaan bangsa, dan bukan pernyataan kemerdekaan perseorangan, seperti misalnya Pernyataan Kemerdekaan Amerika, dan pernyataan tersebut anti penjajahan. 2) Nasionalisme kerakyatan/persatuan yang patriotik, yang religius. Nasionalisme Indonesia lahir dari perjuangan gerakan kemerdekaan Indonesia dan bersumber dari rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan keinginan luhur untuk membentuk kehidupan kebangsaan yang bebas. 3) Nasionalisme kerakyatan/persatuan yang berdasarkan Pancasila. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang bersendikan kedaulatan rakyat yang berdasarkan Pancasila, yang dalam pelaksanaanya bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan tanah tumpah darah Indonesia untuk.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut menciptakan yang berkeadilan sosial. Jadi nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber dari tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi. 2. Patriotisme a. Defenisi Patriotisme Patriotisme menurut Ensiklopedia Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu patris yang berarti tanah air. Istilah patriotisme berarti rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya. Patriotisme juga dapat diartikan sebagai rasa kekaguman pada adat kebiasaan bangsanya, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraan bersama. Dalam patriotisme terkandung pengertian rasa kesatuan sebagai bangsa. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patriotisme adalah sikap dan semangat yang sangat mencintai tanah air sehingga berani berkorban jika diperlukan oleh negara. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa patriotisme adalah suatu paham atau ajaran tentang kesetiaan dan semangat cinta pada tanah air. 25 Makna patriotisme selalu berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman serta kebutuhan negara. Sebelum kemerdekaan, sikap patriotisme lahir dari. 25. https://www.sekolahpendidikan.com/2017/12/pengertian-patriotisme-ciri-dan-contoh.html, diunduh pada tanggal 20 februari 2018, jam 15.30.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. perasaan senasib, sepenanggungan, setia kawan, dan kebersamaan dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan bangsa. Sikap patriotisme ditunjukkan dengan rela berkorban demi bangsa dan negara. Setelah Indonesia merdeka, sikap patriotisme dirasakan sebagai suatu sikap yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap patriotisme diharuskan sebagai dasar atau landasan untuk bertindak dalam melaksanakan pembangunan.. b. Ciri-ciri Patriotisme Beberapa ciri patriotisme sebagai berikut. 1) Patriotisme adalah solider secara bertanggung jawab atas seluruh bangsa. Artinya, patriotisme membuat seseorang mampu mencintai bangsa dan negaranya tanpa menjadikannnya sebagai tujuan untuk dirinya sendiri. Patriotisme. menciptakan. suatu. bentuk. solidaritas. untuk. mencapai. kesejahteraan seluruh warga bangsa dan negara. 2) Patriotisme adalah realistis. Artinya, patriotisme mau dan mampu melihat kekuatan bangsanya dan daya-daya yang dapat merusak bangsanya dan bangsa lain. 3) Patriotisme bermodalkan nilai-nilai dan budaya rohani bangsa, berjuang pada masa kini, untuk menuju cita-cita yang ditetapkan. 4) Patriotisme adalah rasa memiliki identitas diri. Artinya, mau melihat, menerima, dan mengembangkan watak dan kepribadian bangsa sendiri..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. 5) Patriotisme bersifat terbuka. Artinya, melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, mau terlibat di dalamnya dan bersedia belajar dari bangsa-bangsa lain demi kemajuan bangsa.. c. Sikap Patriotisme Sikap patriotisme dapat diwujudkan dalam semangat cinta tanah air dengan beberapa cara sebagai berikut.. 1) Sikap rela berkorban mempertahankan negara diwujudkan dalam bentuk kesediaan berjuang untuk mengatasi ancaman bangsa lain yang akan menjajah negara, ancaman dari dalam negeri, kegiatan yang dapat merugikan negara, dan bencana alam yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran negara. 2) Bersikap untuk mengisi kelangsungan hidup negara. Sikap untuk. mengisi. kelangsungan hidup diwujudkan dengan kesediaan bekerja sesuai dengan bidangnya, sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat, tujuan bangsa. Pembentukan jiwa patriotisme harus dilandasi oleh semangat kebangsaan atau nasionalisme. Sebaliknya, jiwa nasionalisme dalam setiap pribadi warga negara perlu dilanjutkan dengan semangat patriotik untuk mencintai dan rela berkorban demi kemajuan bangsa. 26. Jadi istilah patriotisme berarti rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya. Patriotisme juga dapat diartikan sebagai rasa kekaguman. 26. https://www.sekolahpendidikan.com/2017/12/pengertian-patriotisme-ciri-dan-contoh.html, diunduh pada tanggal 20 februari 2018, jam 15.30.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. pada adat kebiasaan bangsanya, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraan bersama.. 3. Kejujuran Kejujuran merupakan hal yang penting, namun sedikit orangtua yang peduli akan kejujuran anaknya. Kejujuran di saat dewasa tak lepas dari kejujuran yang ditanamkan saat masih anak-anak. Ketika sejak anak-anak sudah ditanamkan kejujuran itu akan tertanam dalam jiwa si anak. 27 Salah satu bentuk program yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk menumbuhkan kejujuraan pada peserta didik, yaitu dengan membuat kantin jujur. Kantin jujur adalah ruang tempat menjual minuman dan makanan di sekolah kepada peserta didik dengan tujuan untuk melatih kejujuran para peserta didik dalam membayar makanan yang mereka ambil. Hal ini kemudian menjadi salah satu indikator dalam menilai kejujuran dari siswa sekolah. 28 Kantin jujur adalah kantin yang dikelola dan dikembangkan dalam semangat jujur. Berbicara “kejujuran” seperti halnya berbicara tentang “keihklasan dan kesabaran”. Kata-kata ini mudah diucapkan, tetapi dalam pelaksanaan praktiknya butuh “kesadaran”. Dengan penyelenggaraan kantin jujur di sekolah ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk berperilaku jujur, menanamkan nilai-nilai kemandirian kepada peserta didi, serta melatih peserta didik untuk taat dan patuh terhadap norma, tata tertib, dan ketentuan yang berlaku, baik di sekolah maupun di masyarakat. Sementara. 27 28. Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, Ar Ruzz Media, 2013, hlm 86 Ibid, hlm. 130.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari kantin kejujuran yaitu pertama, bagi peserta didik dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab yang diberikan serta sikap kemandirian. Kedua, bagi guru, yaitu sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang telah diajarkan di dalam kelas. Ketiga bagi sekolah, yaitu terbentuknya perilaku jujur di ligkungan sekolah. 29 Jujur dalam pergaulan sehari-hari dipandang sebagai kesesuaian antara ucapan lisan dengan perbuatan. Dalam pandangan lain, jujur diyakini sebagai suatu kesesuaian antara yang lahir dan yang batin. Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka makna kejujuran mengandung pengertian sebagai berikut: a. b. c. d. e.. Kesesuaian antara yang lahir dan yang batin Perkataan, tindakan, dan pekerjaan dapat dipercaya. Perbuatan tulus, ikhlas, benar, setia, adil, dan lurus. Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang benar. Sesuatu yang benar yang dikemukakan dengan kesadaran dari dalam hati. Pertama, kesesuaian antara yang lahir dan yang batin menunjukkan tidak. ada sesuatu yang tersembunyi, semuanya tampak dan jelas, terbuka dan transparan baik yang menyangkut perkataan, perbuatan, maupun keadaan. Keterbukaan merupakan cara terbaik untuk membangun kepercayaan dari pihak lain. Kedua, menunjukkan perkataan, tindakan, dan pekerjaan yang benar dapat menimbulkan dampak pada menguatnya tingkat kepercayaan dari individu atau kelompok.. 29. Ibid, hlm. 131-132.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. Berbagai kecurigaan akan lenyap dengan sendirinya ketika penyaksian terhadap kebenaran yang ada. Ketiga, perbuatan yang dilakukan dengan tulus, ikhlas, benar, setia, adil, dan lurus yang betul-betul terlahir dari kesadaran mendalam, bukan atas dasar desakan dan pengaruh dari pihak lain merupakan pilar penting dalam mengukuhkan kepercayaan. Keempat, pikiran, perasaan, dan perbuatan yang benar adalah indikator kejujuran. Artinya, jujur bukan hanya dilihat dari perkataan dan perbuatan, melainkan juga diukur dari pikiran, perasaan, dan bahkan jiwa yang selalu dalam keadaan lurus dan benar. Tidak ada artinya jika perkataan dan perbuatan saja yang berbuat jujur, tanpa disertai dengan perbuatan yang benar-benar terlahir dari batin. Kelima, kesadaran yang mendalam tentang sesuatu yang benar dapat berguna bagi diri sendiri, lingkungan, dan pihak lain. Dengan demikian kejujuran merupakan pikiran, perasaan, dan kesadaran tentang kebenaran yang diikrarkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan dilakukan melalui perbuatan. Jujur menjadi sangat mudah jika berada dalam lingkungan yang mengharuskan nilai-nilai kejujuran dijunjung tinggi, tetapi menjadi sangat sulit jika diperhadapkan dengan lingkungan yang serba mencintai kebohongan dan pencitraan demi untuk sesuatu yang pragmatis seperti kekuasaan dan harta. Jika kejujuran dibawa kepada dimensi pendidikan, maka peserta didik yang jujur dapat dilihat dari indikator seperti: 1. 2. 3. 4.. Mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit. Menghindari perbuatan menipu, menyontek, plagiat, atau mencuri. Memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang benar. Dapat dipercaya, melakukan sesuatu yang dikatakan..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. 5. Menjaga reputasi dan martabat yang baik dan terpuji. 30 Dengan demikian kejujuran merupakan pikiran, perasaan, dan kesadaran tentang kebenaran yang diikrarkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan dilakukan melalui perbuatan. 4. Pengertian Konstrutivisme Menurut. Suparno,. paham konstruktivisme. pengetahuan. merupakan. konstruksi bentukan dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian. atau pengetahuan. secara aktif dan terus-menerus. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.31 Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses tersebut dengan : a). Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri. 30. Muhammad Yaumi, Pendidikan karakter, Prenada Media Group, Jakarta, 2014, Hlm.87-89 https://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/ di unduh pada tanggal 29 Juni 2018, Pukul 15.39 31.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. c). Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan. bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Oleh karena itu pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. 32 Pendekatan pembelajaran jika dilihat dari pusat pembelajaran dibedakan menjadi teacher centered learning, dan student centered learning. Pendekatan teacher centered learning memandang bahwa dalam proses pembelajaran yang menjadi pusat adalah guru. Artinya bahwa guru memiliki peran yang sangat vital dalam proses interaksi di dalam kelas. Adapun pendekatan student centered learning memandang bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus menjadi pusatnya. Siswa yang lebih aktif untuk melakukan proses pembelajaran dengan bantuan guru sebagai fasilitatornya. 33. 32 33. Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm 18 Ibid, hlm. 28.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme menuntut agar seorang pendidik mampu menciptakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat terlihat secara aktif dengan materi pelajaran melalui interaksi sosial yang terjalin di dalam kelas. Aktivitas siswa dalam pembelajaran konstruktivisme dapat dilakukan dengan kegiatan mengamati fenomenafenomena, mengumpulkan data-data, merumuskan dan menguji hipotesishipotesis, dan bekerjasama dengan orang lain. 34 Dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. 35. 5. Pembelajaran Sejarah a. Defenisi Pembelajaran Sejarah Pembelajaran sejarah adalah proses internalisasi nilai-nilai peristiwa masa lalu, berupa asal-usul, silsilah, pengalaman kolektif, dan keteladan pelaku sejarah. Pembelajaran itu dirancang untuk membentuk pribadi yang arif dan bijaksana, karena itu pembelajaran sejarah menuntut desain yang akan menghasilkan kualitas output yang meliputi pemahaman peristiwa sejarah bangsa, meneladani kearifan, dan sikap bijak pelaku sejarah. Meneladani kearifan dan sikap bijak adalah proses 34. Ibid, hlm. 28-29 http://jhonnix.blogspot.com/2015/05/pengertian-konstruktivisme.html di unduh pada tanggal 29 Juni 2018, pukul 15.49 35.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. pembentukan karakter dalam pembelajaran sejarah. Peneladanan kearifan dan sikap bijak akan diperoleh melalui kegiatan pendalaman peristiwa sejarah, termasuk didalamnya proses relasi-relasi sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik antarpelaku dan kelompok masyarakat. Pendalaman itu akan mendorong peserta didik memahami prilaku saling menghormati, bersaudara, kesamaan sosial,. melindungi,. bersikap. adil,. dan. mendorong. masyarakat. untuk. berpendidikan.36. b. Tujuan Sejarah Tujuan sejarah dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu sejarah sebagai ilmu pengetahuan dan informasi. Sebagaimana umumnya pengetahuan ilmiah, sejarah terkait erat dengan beberapa konsep dan perspektif yang menjadi titik tolak kajiannya. Hal ini mengakibatkan sejarah memerlukan seperangkat instrumen keilmuan agar memenuhi tingkat validitas ilmiah. Peran tersebut hanya akan dapat diberikan oleh sejarah manakala pemahaman sejarah dibangun melalui metode keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, kajian terhadap sejarah seyogyanya disertai dengan pemahaman dan penguasaan konsep-konsep dasar sejarah, agar sejarah tidak semata-mata menjadi alat pembenar atau menyalahkan suatu keadaan. 37 c. Ciri-ciri Sejarah Sejarah juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Fakta yang tepat dan benar 36. Brian Garvey,dkk, Model-model Pembelajaran Sejarah, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2015, hlm.ix 37 http://www.altundo.com/tujuan-sejarah, diunduh pada tanggal 19 Februari 2018, jam 12:30..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. 2) Segala peristiwa, tarikh, tempat dan tokoh penting dianggap sebagai fakta sejarah 3) Fakta sejarah hendaklah dibuktikan melalui sumber 4) Fakta tidak boleh direka/ditokok tambah 5) Fakta sejarah bukti kesahihannya. 6) Peristiwa sejarah mestilah penting dan membawa makna kepada pelajar, ahli keluarga, masyarakat dan negara. 7) Peristiwa penting kepada negara kemerdekaan 8) Peristiwa penting kepada pelajar tarikh lahir pelajar. 9) Mencari kebenaran suatu peristiwa Jadi pembelajaran sejarah adalah proses internalisasi nilai-nilai peristiwa masa lalu, berupa asal-usul, silsilah, pengalaman kolektif, dan keteladan pelaku sejarah. Pembelajaran itu dirancang untuk membentuk pribadi yang arif dan bijaksana, karena itu pembelajaran sejarah menuntut desain yang akan menghasilkan kualitas output yang meliputi pemahaman peristiwa sejarah bangsa, meneladani kearifan, dan sikap bijak pelaku sejarah. d. Sejarah Lokal Menurut Taufik Abdullah mendefinisikan dan menggunakan istilah sejarah lokal sebagai sejarah suatu tempat atau sebuah locality yg batasannya ditentukan oleh penulis sejarah itu sendiri. Sejarah lokal dirumuskan sebagai kisah masa lampau dari kelompok-kelompok masyarakat yang berada daalm geografis.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. tertentu. 38 Dengan demikian ruang lingkup sejarah lokal adalah keseluruhan lingkungan sekitar baik yang menyangkut kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kota kecil, kabupaten atau kesatuan lokalitas lainnya beserta institusisosial budaya yang berada di dalamnya seperti keluarga, pola pemukiman, lembaga pemerintah setempat, perkumpulan kesenian, dan lain-lain. Oleh karena itu dalam kajian sejarah lokal berbagai aspek dari kehidupan masa lampau masyarakat setempat dapat diselidiki apa itu aspek politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Namun perlu digaris bawahi kalau problem-problem pokok haruslah bertitik tolak dari realitas lokal itu sendiri. Ini berarti seleksi peristiwa ditentukan oleh tingkat pentingnya dalam perkembangan masyarakat setempat atau lingkungan yang dibicarakan, bukan dari kenyataan yang beradadi luarnya.39 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Eni Triani Yuliani, yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran sejarah pada materi Gerakan 30 September/PKI 1965 dan Lahirnya Orde Baru Pada Siswa Kelas III SMA N 1 SEMANU Tahun Ajaran 2005/2006”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media audio visual lebih efektif digunakan pada saat pembelajaran sejarah dibanding yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Nilai rata-rata kelas dengan menggunakan media audio visual adalah 8,077,. 38. http://arti-sejarah.blogspot.com/2012/09/sejarah-lokal.html di unduh pada tanggal 29 Juni 2018 pukul 14.58 39 http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/Jur._Pendidikan._Sejarah /Peng_sej_Lokal.pdf diunduh pada tanggal 29 Juni 2018, Pukul 14.58.

Gambar

Gambar I. klasifikasi media menurut Edgar Dale
Gambar II. Kerangka Berpikir Pembelajaran sejarah Media Audio Visual Sejarah lokal Siswa Hasil belajar Kognitif Penguatan Karakter  Nasionalisme eeee  Patriotisme Kejujuran
Tabel I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan situs makam Ki Ageng Selo dalam kegiatan pembelajaran sejarah berbasis sejarah lokal terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA

ini adalah media audio visual berbasis peristiwa sejarah local yang bertujuan dapat.. commit

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Pemanfaatan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Seni Tari Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Darussalam Medan

Anisatul Muhafil. Penerapan Hukuman Berjenjang Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Mendeskripsikan contoh rancangan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual yang bermuatan pendidikan karakter sebagai sarana pembelajaran sejarah untuk

Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menghambat pemanfaatan media audio visual dalam mata pelajaran PPKn di SD Negeri 50 Kota bengkulu, penelitian ini didapatkan atas observasi

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO, TEKS FIKSI, DAN AUDIO-VISUAL DALAM PENINGKATAN LITERASI BAHASA DAN SASTRA DAN LITERASI NUMERIKAL SISWA/I SMA TRI SAKTI LUBUK PAKAM Sahat Taruli Siahaan 1,

SIMPULAN DAN SARAN Proses pengembangan media audio visual cerita rakyat dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter di SD Negeri Rejosari terdiri dari beberapa langkah mulai dari