• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Membaca puisi merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Membaca puisi merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Pengertian Membaca Puisi

Membaca puisi merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu dimiliki siswa dalam pembelajaran. Situmorang (dalam Suyoto, 2010:1) bahwa secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan

Menurut Coulter, (dalam Situmorang, 2004 :10) kata poet berasal dari kata bahasa gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Darmawanto (2011:1) mengemukakan bahwa puisi merupakan salah satu bentuk media sastra. Media puisi biasanya singkat karena ada pemadatan isi. Sering kali, isi (pesan) yang terkandung dalam puisi disampaikan secara tersirat. Bahasa puisi diungkapkan oleh penyair secara khas. Yang dimaksud dengan bahasa yang khas adalah bahasa dengan struktur dan pengungkapan yang berbeda dengan bahasa sehari-hari.

(2)

Menurut kamus istilah sastra (Sudjiman, 2007:5), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Pendapat ini menunjukkan bahwa “Puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif”. Emerson (Situmorang, 2004:8) mengatakan bahwa “Puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin”. Pendapat di atas menunjukkan bahwa puisi adalah peluang yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.

Percy Byssche Shelly (Situmorang, 2004 :9) mengatakan bahwa “Puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang”. Dunton (Zuchdi dan Budiasih. 2009:9) mengatakan bahwa “Puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama”.

Berdasarkan pendapat tersebut jelas menunjukkan bahwa membaca puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat.

2.2 Unsur-Unsur Puisi

Menurut Rahim (2007:3) bahwa hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu 1) Sense (tema, arti) Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek

(3)

matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan), 2) Feling (rasa) feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisi nya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan, 3) Tone (nada), yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif, 4) Intention (tujuan), intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.

Syafi’ie, (2011:1) mengemukakan bahwa untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Sarana-sarana tersebutlah yang disebut metode puisi. Metode puisi terdiri dari: 1) Diction (diksi), diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yang dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya, 2) Imageri (imaji, daya bayang), yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.

(4)

Menurut Bayu (2008:3) bahwa imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain a) citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan, b) citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran, c) citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan, d) citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran, e) citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, f) citra lingkungan, yaitu citraan yang metode latihanan-gambaran selingkungan, g) citra kesedihan, yaitu citraan yang metode latihanan-gambaran kesedihan, h) the concrete word (kata-kata kongkret) yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya.

Damaryati, (2009:2) mengemukakan bahwa kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus, i) figurative language (gaya bahasa) adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. Puisi memiliki jenis-jenis gaya bahasa antara lain:

1) Perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dan lain-lain.

(5)

2) Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.

3) Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.

4) Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.

5) Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.

6) Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.

7) Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.

8) Rhythm dan rima (irama dan sajak)

Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa puisi merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah lapis bunyi (sound stratum), lapis arti (units of meaning), lapis obyek yang dikemukakan atau "dunia ciptaan", lapis implisit, lapis metafisika (metaphysical qualities)

Berdasarkan uraian tersebut jelas menunjukkan bahwa puisi merupakan proses untuk mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan bahasa yang berirama. Konteks puisi terarah pada proses pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama.

(6)

2.1.3 Langkah-Langkah Membaca Puisi

Indriani (2006:382) mengemukakan bahwa sebuah puisi hanya memiliki satu inti atau satu pokok pembicaraan, meskipun puisi tersebut berbicara tentang banyak hal. Semua permasalahan yang dirangkaikan dalam sebuah puisi akan tertuju pada inti atau pokok pembicaraan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu puisi perlu dibuat dan disusun dengan baik dan terfokus pada satu pokok pembicaraan saja.

Keberadaan puisi sebagai karya sastra memiliki tujuan tertentu. Puisi dapat dinikmati melalui membaca puisi atau mendengarkannya. Puisi akan menarik apabila sebuah puisi tersebut ditulis berdasarkan konsep atau peristiwa yang dialami oleh penulis atau orang yang ada di sekitar penulis (di masyarakat). Sebuah puisi akan tertulis berdasarkan pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya.

Jika dicermati bahwa dewasa ini orang mengalami kesulitan dalam mendefinisikan puisi. Alterbern (dalam Suyoto, 2006:1) mengatakan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama. Ada tiga unsur pokok dalam puisi yaitu pemikiran/ide/emosi, bentuk, dan kesan. Jadi puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan bahasa yang berirama.

Bayu (2008:5) mengemukakan bahwa puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Suyoto (2006:1) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan

(7)

dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry).

Menurut Eka (2011:1) bahwa dalam puisi terdapat langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:

a) Membaca puisi dalam hati untuk mengetahui suasana puisi (gembira, sedih, semangat, dan sebagainya).

b) Menentukan jeda, baik pada tengah maupun akhir baris.

c) Menentukan bagian-bagian yang mendapatkan tekanan keras, lembut, cepat, atau lambat.

d) Dalam pembacaan puisi, Rima vokal dan konsonan harus jelas.

e) Gerakkan tubuh seperti kepala, tangan, hentakan kaki dapat digunakan untuk mempertegas kesan.

f) Mimik serta gerakan tubuh harus sesuai dengan suasana puisi.

Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa dalam membaca puisi terdapat langkah-langkah tertentu yang perlu diperhatikan sehingga dalam membaca puisi dapat dilakukan dengan baik sesuai kaidah dalam bahasa Indonesia.

2.1.4 Hakikat Metode Latihan

Syarifudin (2007:123) mengemukakan bahwa metode sangat memegang peranan penting dalam pengajaran. Apapun pendekatan dan model yang

digunakan dalam mengajar, maka harus difasilitasi oleh metode mengajar. Menurut Djamarah dan Zain (2005:95) bahwa metode latihan disebut juga dengan

(8)

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga bagi sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Hardjasapoetra (2010:1) mengemukakan bahwa metode drill atau disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan / eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dan sebagainya. Metode drill / latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan

Sebagai metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode latihan juga memiliki banyak kekurangan. Oleh karenanya dalam menggunakan metode ini guru perlu memahami karakteristik dari metode latihan yang digunakan tersebut.

Hardjasapoetra (2010:1) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelebihan metode latihan yaitu: a) peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat, b) peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya, c) dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan, d) peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya, e) dapat menimbulkan rasa

(9)

percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari, f) guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.

Selanjutnya Hardjasapoetra (2010:1) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelemahan Metode Latihan yaitu ; a) menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian, b) dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis, c) membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis, dan d) menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.

Dalam formulasi yang lain Muthoharoh (2011:1) mengemukakan kebaikan metode latihan siap (drill) yaitu a) dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan, b) siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancer, c) menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinyu dan disiplin diri, melatih diri, belajar mandiri, d) pada pelajaran bahasa Indonesia dengan melalui metode

(10)

latihan siap ini anak didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk belajar

Sedangkan kekurangan metode latihan menuurt Muthoharoh (2011:1) terletak pada : a) dapat menjadi pembakat dan inisiatif siswa sebab melalui cara/metode ini, ini berarti para siswa dibawah kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas, b) siswa dapat statis dalam penyesuaian dengan situasi lingkungan yang terpaku dalam petunjuk-petunjuk praktis tertentu, serta insiatif siswa untuk mengembangkan sesuatu yang baru menjadi terikat. Hal ini berarti bertentangan dengan prinsip-prinsip teori belajar, c) membentuk kebiasaan yang kaku yang bersifat mekanis dan rutinitas. Kurang memperhatikan aspek intelektual anak didik, d) pengajaran cenderung bersifat verbalisme, e) dalam pelaksanaanya metode ini memakan waktu/proses yang cukup banyak/ lama, dan f) dalam pelajaran Bahasa Indonesia memerlukan ketelatenan/ketekunan serta kesabaran dari pihak guru maupun dari siswa sendiri

Terkait dengan kelemahan metode latihan Hardjasapoetra (2010:1) mengemukakan bahwa terdapat beberapa usaha mengatasi Kelemahan Metode Latihan yaitu: a) metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb, b) sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai, c) latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan, d) latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta

(11)

menjauhkan dari hal-hal yang bersifat keterpaksaan, dan e) sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan kemudian kecepatan, yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik.

Uraian di atas jelas menunjukkan bahwa metode latihan sebagai metode pembelajaran memiliki keunggulan untuk digunakan dalam pembelajaran. Keberadaan metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Namun kelemahan metode ini dapat diatasi dengan melakukan perrbaikan dan penyempurnaan selama dalam proses pembelajaran sehingga upaya untuk menggunakan metode ini dengan baik dapat dioptimalkan sehingga siswa memiliki kemampuan yang optimal dalam berbahasa Indonesia, khususnya membaca puisi.

2.1.5 Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi melalui Pengggunaan Latihan

Penggunaan metode latihan sangat membantu dalam proses peningkatan membaca puisi. Kondisi ini mengingat bahwa penggunan metode latihan menjadi wahana yang memfasilitasi siswa untuk berlatih mengembangkan kemampuannya dalam membaca puisi. Menurut Delsajoesafira (2010:1) bahwa terdapat hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode latihan dalam pembelajaran yaitu: a) tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan, b) tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan, c) lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, d) selingilah latihan agar tidak membosankan, dan e) perhatikan kesalahan - kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula

(12)

Penggunaan metode latihan merupakan salah satu metode yang dapat dipilih guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi. Terdapat beberapa aspek yang melandasi pentingnya penggunaan metode latihan untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa sebagai berikut:

a. Kemampuan membaca puisi meningkat melalui proses latihan. Melalui interaksi dan latihan dalam kelompok, maka setiap siswa memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dalam membaca puisi sehingga mampu membantu siswa untuk membaca puisi dengan baik.

b. Kemampuan membaca puisi meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari tema yang menjadi acuan dalam membaca puisi.

c. Kemampuan membaca puisi meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus kemampuan, para siswa memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi puisi yang dibaca.

d. Kemampuan membaca puisi meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk kalimat.

Adapun strategi yang dapat dilakukan siswa untuk membimbing anak dalam membaca puisi melalui penggunaan latihan ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam membaca puisi. 2. Siswa dibagi dalam 5 kelompok.

3. Siswa dibagikan puisi dengan judul yang berbeda pada setiap kelompok 4. Siswa dilatih untuk membaca puisi berdasarkan judul yang telah dibagikan. 5. Setiap siswa ditugaskan untuk membaca puisi satu bait secara bergiliran .

(13)

6. Setelah semua siswa membaca puisi masing-masing satu bait selanjutnya siswa latih untuk membaca puisi secara utuh .

7. Siswa ditugaskan untuk membaca puisi secara individu mengacu pada teknik membaca puisi yang telah dilakukan dalam kelompok

8. Memberikan reinforcement (penguatan) terhadap keberhasilan siswa dalam membaca puisi dengan tepat

9. Mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan.

Uraian di atas merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk membimbing siswa agar memiliki kemampuan yang baik dalam membaca puisi. Mencermati hal ini maka seyogyanya strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa khususnya di sekolah dasar. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran cooperative metode latihan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya:

1. Santono tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul: meningkatkan kemampuan siswa dalam mengarang dengan menggunakan metode latihan di SDN 13 Manado. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan metode latihan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengarang. Berdasarkan temuan ini maka direkomendasikan agar metode latihan dapat digunakan dalam pembelajaran.

2. Abd Muis Amara tahun 2011. meningkatkan kemampuan membaca puisi dengan menggunakan pembelajaran latihan pada siswa kelas II SDN 1 Kayubulan Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

(14)

kemampuan siswa dalam membaca puisi dapat ditingkatkan melalui penggunaaan metode latihan. Berdasarkan temuan tersebut maka disarankan agar metode latihan dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dalam pembelajaran membaca puisi di sekolah dasar.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis yang telah diuraikan maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika digunakan pembelajaran cooperative metode latihan, maka kemampuan membaca puisi siswa kelas V SDN 23 Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan.

2.4 Indikator Kinerja

Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa yang memiliki kemampuan membaca puisi yang baik hanya sebanyak 8 siswa (40%) dari 20 siswa yang ada di kelas V SDN 23 Pulubala. Oleh karenanya yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika kemampuan siswa dalam membaca puisi berkembang menjadi 75% atau 15 siswa, dari keseluruhan jumlah siswa yang ada di Kelas V SDN 23 Pulubala, dengan Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70%.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengingat kembali pengertian sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok, tentukanlah sisi, rusuk, titik

Shannon (1949) mengamati bahwa dalam hal khusus, sebuah fungsi bahkan dapat direkonstruksi dari titik-titik sampel-nya, dengan menggunakan kelu- arga fungsi sinc (sinc x = sin x x

Dengan beberapa permasalahan di atas, dapat dirasakan bahwa perencanaan dan perancangan kampus Fakultas Teknik UNISKI di Kayuagung sangatlah dibutuhkan,

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi pemasaran produk DETIK-DETIK Ujian Nasional SD/MI Tahun 2012 yang dijalankan PT. Tujuan

Menurut Heinich, Molenida, dan Russel (1993) berpendapat bahwa teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam

Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik personal dan karakteristik pekerjaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen

Konsep diri pada anak tunagrahita merupakan sebuah pandangan mengenai diri mereka dan juga pandangan yang dia peroleh dari orang lain atau masyarakat tentang

Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang