• Tidak ada hasil yang ditemukan

ITSBAT NIKAH DALAM PRAKTEKNYA DI PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS I A Vicia Elittrosint 1, Yansalzisatry 1, Desmal Fajri 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ITSBAT NIKAH DALAM PRAKTEKNYA DI PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS I A Vicia Elittrosint 1, Yansalzisatry 1, Desmal Fajri 1."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ITSBAT NIKAH DALAM PRAKTEKNYA DI PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS I A

Vicia Elittrosint1, Yansalzisatry1, Desmal Fajri1. 1

Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail: elittrosintvicia@gmail.com

ABSTRAK

It bat marriage is an endorsement of marriage that has been carried out according to Islamic law, but not recorded by the Office of Religious Affairs or the Registrar of Marriage Officer. The problem is that, 1) What the reasons for the parties to conduct the marriage in the Religious it bat Padang Class 1 A, 2) How does the judge in determining the consideration of marriage in the Religious ithbat Padang Class 1 A, 3) What the constraints faced by the related to the implementation of Marriage in the Religious Ithbat Padang Class 1 A? The research method used is a sociological study based on primary data, the nature of the research is descriptive. Techniques of data collection is through interviews and analysis of the data using qualitative methods. The results showed 1) That the reasons for the parties to the marriage do it bat namely: to me gurus child's birth certificate, divorce to Completion, to take care of retirement. 2) Consideration of the judge in determining the it bat marriage if the marriage can be proved in accordance with the shari'ah and the pillars of Islam and does not violate the law. 3) Constraints faced by the applicant, namely the difficulty of transporting witnesses and the cost of transportation, while the court is difficult to prove whether or not the marriage legitimate applicants.

Kata Kunci: Itsbat Nikah, Pengadilan Agama

PENDAHULUAN

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

(2)

perkawinan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing. Namun setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, ketentuan tersebut tetap berlaku tetapi harus didaftarkan dan dicatatkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan pula bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Pasal 49 huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa salah satu wewenang Pengadilan Agama adalah dibidang perkawinan. Di dalam penjelasan Pasal 49 dinyatakan yang dimaksud dengan “perkawinan” adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syari’ah. Salah satunya adalah “Pernyataan tentang

sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain”. Dari ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi

absolute Pengadilan Agama tentang itsbat nikah adalah perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, bukan perkawinan yang terjadi sesudahnya.

Dalam praktek itsbat nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama sekarang ini pada umumnya adalah perkawinan yang dilangsungkan pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Menurut Neng Djubaidah Kompilasi Hukum Islam lah yang menjadi dasar hukum itsbat nikah terhadap perkawinan setelah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 7 ayat (2) dan (3) yaitu sebagai berikut:

Ayat (2) menyebutkan:

Dalam hal perkawinan yang tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

(3)

Ayat (3) menyebutkan:

Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:

a. Adanya perkawinan dalam

rangka penyelesaian

perceraian;

b. Hilangnya akta nikah;

c. Adanya keraguan tentang sah

atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;

d. Adanya perkawinan yang

terjadi sebelum berlakunya

Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974;

e. Perkawinan yang dilakukan

oleh mereka yang tidak

mempunyai halangan

perkawinan menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974.1

Berdasarkan data di Pengadilan Agama Padang Kelas 1A, dalam beberapa tahun terakhir banyaknya jumlah itsbat nikah di Kota Padang. Data tersebut dapat dilihat di dalam tabel berikut:

1

Neng Djubaidah, op.cit. hlm. 223

Tabel 1

Jumlah Itsbat Nikah Di Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A Tahun

2012- Juni 2014 No Tahun Itsbat Nikah

1 2012 73

2 2013 90

3 2014 48

Sumber: Pengadilan Agama Kelas 1 Padang, 2014 Metodologi

Agar permasalahan tujuan penelitian dapat tercapai sebagaimana yang telah ditetapkan, maka perlu kiranya ditetapkan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis, yaitu dengan melihat pada aspek hukum (perundang-undangan) yang berlaku, dikaitkan dengan prakteknya di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A untuk memperoleh data primer. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang hasilnya dapat menggambarkan secara sistematis dan menyeluruh mengenai masalah yang diteliti. 2. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah:

(4)

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data primer akan diperoleh dari responden yaitu pihak yang memohonkan itsbat nikah, Panitera, dan Hakim Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A yang mengadili perkara tersebut.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan hukum yang bersangkutan dengan penelitian ini:

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dengan mempelajari peraturan yang berkaitan dengan permasalah ini.

2) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang berkaitan erat dengan hukum primer yang dapat membantu menganalisa bahan hukum primer. Adapun yang menjadi bahan hukum sekunder yaitu: buku-buku perpustakaan,

berita acara persidangan, dan putusan Hakim.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian maka teknik yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan. Penulis akan melakukan wawancara dengan responden. Wawancara ini dinamakan dengan

wawancara berencana

(standarlized Interview), yaitu wawancara yang disertai dengan suatu daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Dalam melaksanakan wawancara tersebut penulis menggunakan teknik wawancara terbuka (open interview), yaitu wawancara dengan pertanyaan yang diajukan sudah sedemikian bentuknya, sehingga responden tidak hanya terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak” tetapi dapat memberikan penjelasan-penjelasannya.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara

(5)

mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen berupa berkas putusan Hakim dan berita acara persidangan.

4. Analisis Data

Setelah mendapatkan data primer dan data sekunder, lalu data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu data yang diperoleh dikelompokkan sesuai permasalahan yang telah dirumuskan kemudian ditarik kesimpulan yang relevan dengan masalah yang dirumuskan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut penulis akan

memaparkan jumlah Itsbat nikah dalam beberapa tahun terakhir yang diselesaikan oleh Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A.

Tabel 2

Jumlah Itsbat Nikah Di Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A

No Tahun Itsbat Nikah

1 2012 73

2 2013 90

3 2014 48

Sumber: Pengadilan Agama Kelas 1 Padang, 2014

Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Warnelis Rahman Wakil Panitera Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A, alasan-alasan para pihak dalam melakukan itsbat nikah yaitu antara lain:

1) Untuk memperoleh akta nikah sebagai persyaratan mengurus akte kelahiran anak.

2) Untuk memperoleh akta nikah sebagai persyaratan untuk mendapatkan bukti nikah.

3) Untuk penyelesaian perceraian.

4) Mengurus kembali akta nikah

yang hilang.

5) Untuk memperoleh akta nikah

sebagai persyaratan mengurus penetapan pengangkatan anak. Sedangkan menurut Bapak Ahmad Anshary, Hakim yang mengadili perkara tersebut menyatakan bahwa alasan para pihak dalam melakukan itsbat nikah yang mendominasi paling banyak adalah untuk perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian, yang kedua untuk mengurus akta kelahiran anak, yang ketiga untuk memperoleh akta nikah sebagai persyaratan untuk mendapatkan bukti nikah, yang keempat untuk memperoleh akta

(6)

nikah sebagai persyaratan mengurus penetapan pengangkatan anak, dan terakhir untuk mengurus kembali akta nikah yang hilang.

Berdasarkan wawancara

penulis dengan 10 orang pemohon itsbat nikah, dapat disimpulkan dalam tabel berikut:

Tabel 3

Alasan-Alasan Melakukan Itsbat Nikah

No Alasan-Alasan

Para Pihak Jumlah 1 Untuk mengurus akte kelahiran anak 3 Pemohon 2 Untuk penyelesain perceraian 4 Pemohon 3 Untuk memperoleh kepastian hukum 1 Pemohon 4 Untuk mengurus pensiun 1 Pemohon 5 Mengurus akta

yang hilang 2 Pemohon

Dari alasan di atas yang paling banyak adalah untuk penyelesaian perceraian, hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Bapak

Ahmad Anshary, Hakim yang

mengadili perkara itsbat nikah

tersebut yang menyatakan “bahwa

alasan para pihak dalam melakukan itsbat nikah yang mendominasi paling banyak adalah untuk perkawinan

dalam rangka penyelesaian perceraian”. Alasan kedua untuk mengurus akta nikah, yang ketiga untuk mengurus akta yang hilang.

a) Untuk penyelesaian perceraian

Pada awalnya pasangan ini menikah tidak melalui Kantor

Urusan Agama, hanya

melakukan perkawinan di bawah tangan sehingga tidak ada akta

nikah. Kemudian pasangan

tersebut ingin bercerai dan

menginginkan perceraian itu

resmi dilakukan ke Pengadilan.

Salah satu syarat untuk

melakukan permohonan

perceraian adalah harus

melampirkan akta nikah, karena

itulah pasangan tersebut

melakukan itsbat nikah.

b) Untuk mengurus akte kelahiran

anak

Para pihak dalam hal

ini ingin mengajukan

permohonan itsbat nikah untuk

membuat akte kelahiran

anaknya, dalam rangka

memenuhi persyaratan waktu

mendaftarkan anak-anaknya

masuk ke sekolah. Pendaftaran tersebut harus melampirkan

(7)

akte kelahiran bagi calon murid. Pemohon mengalami kesulitan ketika akan membuat

akte kelahiran di Kantor

Catatan Sipil, oleh instansi tersebut diminta akta nikah orang tua dari anak. Karena

salah satu syarat untuk

pengurusan akte kelahiran

anak yaitu harus melampirkan akta nikah orang tua.

c) Mengurus akta yang hilang

Dalam hal ini pemohon bisa meminta duplikat kutipan akta nikah ke Kantor Urusan Agama tempat perkawinan dilangsungkan. Jika ternyata catatan perkawinan juga tidak ada, maka pemohon dapat mengajukan pengesahan itsbat nikah, sehingga mendapatkan keabsahan perkawinan.

d) Untuk memperoleh kepastian

hukum

Bahwa pada awalnya mereka melakukan pernikahan dibawah tangan, dan baru menyadari pentingnya akta nikah umtuk kepastian hukum.

e) Untuk mengurus pensiun Istri yang berstatus

janda mengajukan

permohonan Itsbat nikah ke Pengadilan Agama, dengan alasan untuk mendapatkan pensiun janda dari almarhum

suaminya yang telah meninnggal dunia. Suami dari janda tersebut adalah seorang Pegawai Negeri Sipil disebuah instansi pemerintahan. Alasan ini biasanya terjadi terhadap perkawinan sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Dari hasil wawancara penulis dengan hakim Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A, mengatakan bahwa permohonan itsbat nikah bagi perkawinan yang tidak tercatat yang dilakukan pada saat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sepanjang memenuhi persyaratan, dalam prakteknya Pengadilan Agama mengabulkan. Namun demikian permohonan pengesahan nikah bagi pernikahan di bawah tangan (tidak tercatat) yang dilakukan pada saat setelah berlakunya Undang-Undang Tahun

(8)

1974 tersebut memang sangat sulit dikabulkan karena berbagai kendala dan hambatan, kecuali pengajuan pengesahan nikah dalam rangka perceraian.

Pengesahan nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama harus melalui tahap-tahap dan prosedur yang ada, sehingga permohonan pengesahan nikah itu hanya dapat diberikan melalui persidangan dan atas keputusan hakim setelah mendengarkan keterangan saksi-saksi yang telah di sumpah. Akan tetapi tidak semua permohonan pengesahan nikah yang dikabulkan oleh pengadilan, karena pengadilan harus membuat pertimbangan hukum yang pasti dan perkawinannya telah terbukti dilaksanakan menurut ketentuan

syari’at Islam, yaitu memenuhi rukun dan syarat-syarat pernikahan dan tidak melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Dari hasil wawancara penulis dengan pihak pemohon, dapat diambil kesimpulan kendala-kendala yang dihadapi yaitu, pada umumnya saksi dan biaya, berikut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4

Kendala-Kendala Pihak Pemohon No Pemohon Kendala

1 Krisnawati Saksi 2 Agus Rizal Saksi 3 Ida Srilaili Saksi 4 Padrida Laila Biaya 5 Zulkifli Lubis Biaya 6 Arifin Hidayat Saksi 7 Susi Hapsari Biaya 8 Trisna Ardelia Saksi 9 Enim Yasmi Saksi 10 Rita Azwar Biaya

Dilihat dari data diatas bahwa kendala bagi pemohon yang paling banyak adalah saksi dan yang kedua adalah biaya. Enam pemohon memiliki kendala saksi dan empat pemohon lagi terkendala oleh biaya.

Saksi tersebut ada dua masalah: 1) Saksi tidak mau hadir ke

Pengadilan, dalam perkawinan kedua atau poligami yang dilakukan di bawah tangan, saksi tidak mau hadir karena takut telah menjadi saksi dalam perkawinan.

2) Saksi tidak tau lagi dimana keberadaannya.

Biaya, dalam hal ini yaitu pemohon sulit mendapatkan biaya transportasi

(9)

untuk membawa saksi-saksi ke Pengadilan.

Sedangkan kendala bagi pihak Pengadilan Agama dalam pelaksanaan itsbad nikah terhadap perkawinan yang terjadi sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 hampir tidak ada, tetapi bagi perkawinan yang terjadi setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, hakim mengalami kesulitan dalam membuktikan tentang sah atau tidak sahnya perkawinan pemohon. Dalam hal ini Hakim perlu benar-benar meyakini bukti tertulis yang diajukan oleh pemohon dan saksi yang datang ke Pengadilan Agama.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil antara lain:

1. Alasan-alasan para pihak dalam mengajukan itsbat nikah di Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A, yaitu:

a) Untuk memperoleh akta nikah sebagai persyaratan mengurus akte kelahiran anak.

b) Untuk memperoleh akta nikah sebagai persyaratan untuk mendapatkan bukti nikah.

c) Untuk penyelesaian

perceraian.

d) Mengurus kembali akta nikah

yang hilang.

e) Untuk memperoleh akta nikah

sebagai persyaratan mengurus penetapan pengangkatan anak.

f) Untuk pegangan bagi para

pihak.

g) Untuk mengurus pensiun.

2. Pertimbangan Hakim dalam menetapkan itsbat nikah di Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A, untuk kemaslahatan manusia dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Adapun yang menjadi kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan itsbat nikah di Pengadilan Agama Padang Kelas 1 A, antara lain:

a) Pihak pemohon kesulitan dalam menghadirkan saksi dan biaya transportasi.

(10)

b) Pihak pengadilan sulit untuk membuktikan tentang sah atau tidaknya perkawinan pemohon.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Abdul Rahman Ghozali, 2010,

Fiqh Munakahat, Prebada Media Group, Jakarta

Ahmad Rofiq, 2003, Hukum Islam Di Indonsia, Rajawali Pers, Jakarta

Ahmad Tholabi Kharlie, 2013,

Hukum Keluarga Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Amirudindan Zainal Asikin, 2006,

Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Boedi Abdullah dan Beni Ahmad

Saebani, 2013, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, CV.Pustaka Setia, Bandung.

Djaja S. Meliala, 2013, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Nuansa Aulia, Bandung.

D.Y. Witanto, 2012, Hukum Keluarga Hak Dan Kedudukan Anak Luar Kawin, Prestasi Pustakaraya, Jakarta.

K. Wantjik Saleh, 1987, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Neng Djubaidah, 2010,

Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat, Sinar Grafika, Jakarta.

(11)

B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Rujuk

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974

Mahkamah Agung RI, 2008,

Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan Agama, Jakarta.

C. Sumber Lain Asasriwarni,

www.Carapedia.com/ pengertian dan definisi perkawinan, di unduh pada tanggal 10 Juni 2014

Hamid Pulungan, http://gotzlan-ade.blogspot.com/2014/02/ isbat-nikah.html, di unduh pada tanggal 10 Juni 2014 Suhardana,

www.Repository.usu.ac.id, di unduh pada tanggal 10 Juni 2014

Djahidin,

http://www.badilag.net/dat a/MAKALAH/itsbat-nikah%20ATAMBUA.pdf, di unduh pada tanggal 10 Juni 2014

http://sulsel.kemenag.go.id/index. php?a=artikel&id=13035, di unduh pada tanggal 5 Agustus 2014

(12)
(13)

ITSBAT NIKAH DALAM PRAKTEKNYA DI

PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS I A

ARTIKEL

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

VICIA ELITTROSINT 1010012111167

Bagian Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2014

(14)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PERSETUJUAN ARTIKEL / JURNAL

Nama : VICIA ELITTROSINT

Nomor Buku Pokok : 1010012111167 Program Kekhususan : Hukum Perdata

Judul Skripsi : Itsbat Nikah Dalam Prakteknya Di Pengadilan Agama Padang Kelas I A

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk di upload ke website

1. Yansalzisatry, S.H., M.H (Pembimbing I) ________________

Referensi

Dokumen terkait

P19 Saya mudah terbujuk pada iklan di internet tentang jasa layanan 4G P20 Saya mudah terbujuk pada iklan di televisi tentang jasa layanan 4G P21 Saya mudah terbujuk pada

Rutinitas apa yang biasanya anda jalankan setelah mengenal game

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Finite state automata dapat diimplementasikan dalam diagnosa

Biofertilizer (pupuk hayati) adalah formulasi mikroorganisme atau organisme hidup yang bila diterapkan pada pembibitan tanaman, permukaan tanaman atau tanah,

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIFDI SMK NEGERI 1 KATAPANG.. Universitas

Berdasarkan hasil analisis pada uji T didapatkan hasil bahwa Persepsi Kemudahan memiliki pengaruh signi fi kan terhadap Keputusan, hal ini dapat dilihat dari nilai signi fi

 Berikan highlight sepanjang garis tengah tulang hidung, agar dapat memberikan kesan batang hidung terlihat lebih besar dan proporsional.. Koreksi Bentuk batang hidung bengkok

Diğer yandan, faali- yet yılının özellikle turizm endüstrisinde işletmenin hayatta kalması ve gelişiminde pozitif etkiye sahip olduğu savunulmaktadır (Yasuda 2005). Bu