• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR KABUPATEN LAMPUNG BARAT BASUKI RAHMAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR KABUPATEN LAMPUNG BARAT BASUKI RAHMAT"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN

WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BASUKI RAHMAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tugas akhir "Strategi

Pengembangan Produk Unggulan .. .. Wilayah Pegunungan dan Pesisir Kabupaten

Larnpung Barat" adalah karya saya dengan arahan dari kornisi pernbirnbing dan belurn diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi rnana pun. Surnber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicanturnkan dalarn Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, April

2009

Basuki Rahmat NRP

H252070105

(3)

ABSTRACT

BASUKI RAHMAT. Strategies for The Development of Main Products of The Mwuntainous dan Coastal Areas of West Lampung District. Under the supervision of YUSMAN SYAUKAT as coordinator and ERNAN RUSTIADI as the member of the supervisory commission.

West Lampung D~strict of 17 Sub-Districts. Agriculture is the major contributor the economy of West Lampung. Each sub-district has its different development and potentials. It is necessary to identify the various commodities produced in West Lampung so that the resulted identification can be used as the basis for the development main products and an improved competitiveness of the region. This study was conducted in West Lampung District with the following objectives: l).to identify the degree of development

in

each district,

2)

to identify main products and potentials of all sub-districts, and 3) to formulate strategies and programs to develop the main products of West Lampung. The study used the method of scalogram and an LQ analysis. SWOT and QSPM analyses were made to formulate the strategies for the development main products in West Lampung. The scalogram analysis indicated that the mountainous region of the sub districts of Balik Bukit and Sumber Jaya is potential for the center of growth, while the coastal area of the sub districts of Pesisir Tengah and Bengkunat. Based on the LQ analysis for five commodities (coffee, dammar mata kucing, fish, pepper, and rice), the commodities of excellence as the basis for the mountainous area are coffee, rice, and pepper; and for the coastal area are dammar, fish, pepper, and rice. The SWOT and QSPM analyses resulted in 9 (nine) development strategies for the main products of West Lampung. With the

QSPM

analysis, the study obtained two grand strategies, namely, the development of regional potentials and the development of partnership with private or other related institutions.

(4)

RINGKASAN

BASUKI RAHMAT, Strategi Pengembangan Produk Unggulan Wilayah

Pegunungan dan Pesisir Kabupaten Lampung Barat. Dibimbing oleh

YUSMAN SYAUKAT sebagai ketua, ERNAN RUSTlADl sebagai anggota komisi pembimbing.

Kabupaten Lampung Barat mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar, namun potensi tersebut belum mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat Lampung Barat. Secara geografis, Lampung Barat terbagi menjadi dua wilayah yakni wilayah pegunungan dan wilayah pesisir. Wilayah pegunungan terdiri dari 9 Kecamatan Sukau. Balik Bukit, Batubrak, Belalau, Suoh, Sekincau, Way Tenong, Sumber Jaya dan Gedung Surian (baru terbentuk tahun 20Q7), sedangkan wilayah pesisir terbentang di

8

kecamatan yakni Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, Bengkunat, Ngambur, Bengkunat Belimbing (dua kecamatan terakhir baru terbentuk tahun 2007) Pertanian merupakan pilar utama ekonomi Lampung Barat, ini ditunjukkan dari kontribusi pertanian terhadap PDRB yang mencapai (62%). Pembangunan yang dilaksanakan belum menunjukkan pernerataan, Terlihat dari ketersediaan fasiltas pelayanan baik fasilias ekonomi, sosial dan pemerintah. Yang berbeda-beda kelengkapannya di tiap-tiap kecamatan. Ketimpangan ini menciptakan kecamatan yang sangat maju namun adapula kecamatan yang sangat tertinggal.

Masing-masing kecamatan di Lampung Barat mempunyai potensi yang berbeda-beda. Dalam kebijakan pembangunan, yang akan ditempuh, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat harus dapat menemukenali berbagai potensi yang tersebar di tiap kecamatan agar pembangunan tepat sasaran dan rnengurangi ketirnpangan yang terjadi. Berbagai komoditas yang dihasilkan Lampung Barat perlu untuk diidentifikasi. Hasil identifikasi ini diharapkan menjadi dasar bagi pengernbangan produk unggulan Lampung Barat sebagai upaya meningkatkan daya saing daerah.

Kajian ini berlokasi di Kabupaten Lampung Barat meliputi 14

kecamatan dari 17 kecamatan yang ada. Tiga kecamatan yakni Kecamatan Gedung Surian, Ngambur dan Bengkunat Belimbing tidak ditelii karena saat pengambilan data kajian ini, data ketiga kecamatan tersebut masih tergabung dengan kecamatan induknya. Adapun tujuan kajian ini adalah 1). Mengidentifikasi status (tingkat perkembangan) masing-masing kecamatan di Kabupaten Lampung Barat di lihat dari fasilitas ekonomi, sosial dan

pemerintahan. 2) Mengidentifikasi komoditas unggulan dan potensi yang

dimiliki kecamatan-kecamatan di Lampung Barat. 3). Merumuskan strategi

dan program pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat. Metode kajian yang digunakan adalah metode skalogram untuk menjawab tujuan pertama dari kajian ini., Metode scalogram membahas kelengkapan fasilitas yang dimiliki masing-masing kecamatan. Selain itu, kajian ini juga menggunakan analisis Location Quotient (LQ) untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua. Analisis LQ merupakan usaha untuk mengukur konsentrasi dari kegiatan (industri) dalam suatu wilayah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian itu dengan peranan kegiatan industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Untuk menjawab tujuan ketiga kajian yakni merumuskan strategi pengembangan produk unggulan di Lampung Barat digunakan analisis SWOT dan QSPM. Analisis SWOT digunakan untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat

(5)

positif, meminimalisir kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Langkah selanjutnya adalah pengambilan keputusan untuk menetapkan strategi dengan menggunakan quant3ive strategies planning matrix (QSPM) yang merupakan teknik secara objektif memilih berbagai strategi altematii berdasarkan key success factors, intemakkstemal yang telah diidentiikasi sebelumnya.

Kajian rnenunjukkan di wi!ayah pegunungan Kecamatan Balik

Bukit

mempunyai fasiliias ekonomi, sosial dan pemerintah paling lengkap disusul kemudian Kecamatan Sumber Jaya. Sementara untuk wilayah pesisir kecamatan yang mempunyai nilai tertinggi menurut analisis skalogram adalah Kecamatan Pesisir Tengah dan Kecamatan Bengkunat. Hasil analisis skalogram ini menunjukkan untuk wilayah pegunungan wilayah yang berpotensi berkembang menjadi pusat pertumbuhan adalah Kecamatan Balik Bukit dan Sumber Jaya sementara wilayah pesisir adalah Kecamatan Pesisir

Tengah dan Bengkunat

.

Berdasarkan analisis LQ atas 5 komoditas yakni kopi robusta, damar mata kucing, ikan, lada dan padi, komoditas unggulan untuk wilayah pegunungan adalah kopi karena dari 8 kecamatan yang dianalisis hanya satu kecamatan saja yang mempunyai nilai LQsl. Damar mata kucing dan ikan

menjadi korn~diias unggulan wilayah pesisir. TerbuMi komoditas darnar rnata

kucing menjadi sektor basis di Kecamatan Persisir Tengah, Pesisir Utara, Lemong dan Pesisir Selatan. lkan juga menjadi komoditas basis wilayah pesisir.Hasil perhitungan LQ atas ikan, tiga kecamatan memiliki nilai LQ>I yakni Kecamatan Pesisir Tengah, Lemong dan Pesisir Utara. Lada menjadi komoditas basis Kecamatan Belalau dan Sumber Jaya (wilayah pegunungan) dan Kecamatan Lemong dan Bengkunat (wilayah pesisir). Demikian halnya komoditas padi terdapat di masing-masing wilayah. Wilayah pegunungan padi menjadi komoditas basis Kecamatan Sukau, Balik Bukii, Suoh dan Sekincau

dan wilayah pesisi~ padi rnenjadi komoditas basis Kecamatan Pesisir Selatan,

Karya Penggawa dan Bengkunat.

Hasil analisis skalogram dan LQ serta kondisi wilayah didapat kesimpulan kopi robusta dapat dipnoritaskan sebagai produk unggulan wilayah pegunungan dan ikan mewpakan produk unggulan untuk wilayah pesisir. Kemudian prioritas wilayah pengembangan produk unggulan untuk wilayah pegunungan dipilih Kecamatan Sumber Jaya dan wilayah pesisir adalah Kecamatan Pesisir Tengah.

Hasil analis SWOT dan QSPM didapat 9 strategi pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung. Hasil analisis QSPM terdapat dua grand strategi yakni pengembangan kompetensi daerah dan pengembangan kemitraal: dengan swastallembaga lain.

(6)

O

Hak Cipta milik IPB, tahun

2009

Hak Cipta dilindungi

-.

Undang-undang

...

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kaiya tulis ini tanpa mencanlumkan

atau m e ~ b u t k u n

sumberwa, Pengutipan hawa untuk kepentinga.n pendidikn,

penelitian, penulisan k q a ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatrr rnasalah; dan pengutipan tersebwt tidak rnerugikan kpentingan

yung

wajar

IPB

Dilarmg mengumumkqn dun memperbanyak sebagian alau seluruh kaiya fulis

dalam benluk apapun tanpa izin

IPB

(7)

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN

WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BASUKI

RAHMAT

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar

Magister Profesional Pada

Program Studi Manajernen Pembangunan Daerah

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Produk Unggulan Wiiayah Pegunungan dan Pesisir Kabupaten Lampung Barat

Nama : Basuki Rahmat

NRP : H252070105

Disetujui Komisi Pernbirnbing

Dr. Ir. Yusrnan Svaukat, M.Ec Dr. ~ r , & ~ d s t i a d i ~ M.Sc

Ketua nggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Manajernen Pembangunan D

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. E

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Kajian Pernbangunan Daerah ini berhasil diselesaikan. Terna yang dipilih dalarn kajian ini adalah Strategi Pengembangan Produk Unggulan Wilayah Pegunungan dan Pesisir Kabupaten Larnpung Barat

Terirna kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yusrnan Syaukat, M.Ec. dan Bapak Dr. Ir.Ernan Rustiadi. M.Sc. selaku kornisi pernbirnbing, serta Bapak Dr. Ir. Dedi Budirnan Hakirn, M.Ec. selaku penguji luar kornisi, yang telah banyak rnernberi saran.

Terirna kasih juga penulis sarnpaikan kepada:

1. Bapak Bupati Larnpung Barat yang telah rnernberikan kesernpatan untuk rnenernpuh pendidikan di PS-MPD IPB.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro selaku Dekan Sekolah Pascasarjana IPB dan seluruh pengajar serta staf Program Studi Magister Manajernen Pernbangunan Daerah IPB, yang telah mernbantu penulis selarna rnenernpuh pendidikan.

3. Pernerintah Daerah Kabupaten Larnpung Barat, khususnya Dinas Koperasi, Perindustrian. Perdagangan dan Pasar, BPS, Badan Perencanaan Pernbangunan Daerah, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan. Bagian dilingkungan Setdakab Larnpung Barat, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Kesban Linrnaspol. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan atas kejasarna dan dukungan data selarna penelitian.

4. Pirnpinan dan staf Dinas Koperindag & Pasar Larnpung Barat serta Pirnpinan dan staf Bagian Hurnas dan Protokol atas dukungan sernangat selarna ini. 5. Mas Arief atas pinjarnan buku-bukunya serta saran dan kritiknya.

6. Rekan-rekan MPD Larnpung Barat, atas ke rjasarna dan dukungannya.

7. Belahan jiwaku Nafsiah, S.Pd atas do'a, support dan kesabarannya serta buah hatiku Caca. Kia dan Raya yang selalu rnenjadi sernangat dalarn hidupku.

8. Bapak, Ernak dan Alrn Bapak Harndani dan Alrnh Ibu Marliyah serta .adik- adikku tercinta, atas do'a dan sernangat yang selalu diberikan.

Sernoga kajian ini berrnanfaat.

Bogor, April 2009 Basuki Rahmat

(10)

Penulis lahir di Tanggerang pada tanggal 2 Juni 1975 rnerupakan anak pertarna dari lirna bersaudara pasangan Bapak Hadi Sugitho dan Saiyah. Pada

tahun 1982

-

1988 penulis menernpuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2

Karang Rejo Kota Metro. Tahun 1991, penulis rnenarnatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertarna di SMPN 1 Way Jepara Larnpung Tirnur. Pendidikan SMA

ditempuh penulis di SMAN Way Jepara Larnpung Tirnur selarna tahun 1992

-

1994. Pada tahun 1994 penulis rnelanjutkan pendidikan pada Fakultas llrnu Sosial dan llrnu Politik Universitas Larnpung J U N S ~ ~ llrnu Pernerintahan. Penulis rnenyelesaikan pendidikan Strata Satu pada tahun 2001. Pada tahun 2002 penulis diterirna bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di unit kerja Pernerintah Daerah Kabupaten Larnpung . . Barat.

Pada tahun 2002- 2005 penulis di tugaskan di Kecarnatan Suoh kernudian tahun 2005-2008 penulis ditugaskan di Bagian Hurnas dan Protokol Setdakab Larnpung Barat dan tahun 2008 hingga sekarang penulis ditugaskan pada Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Larnpung Barat. Penulis rnenikah dengan Nafsiah, S.Pd yang merupakan putri dari pasangan Bapak Harndani (alrn) dan Marliyah (alrnh) pada bulan April 2002. Saat ini penulis telah dikaruniai tiga orang putra yaitu Fidela Salsabilla Maheswari, Ghularnan Zakia A1 Fallah dan Arfa Danadyaksa Raya.

Pada tahun 2007, penulis diberi kesernpatan oleh Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat untuk rnelanjutkan pendidikan pada Program Studi Manajemen Pernbangunan Daerah, Sekolah Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor dan lulus pada bulan April 2009.

(11)

DAFTAR IS1 halan DAFTAR IS1

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

I . PENDAHULUAN

...

1

.

1 Latar Belakang

...

...

1.2 Perumusan Masalah

...

1.3Tujuan dan Manfaat Kajian

1.3.1 Tujuan Umum

...

...

I

.

3.2 Tujuan Khusus 1.3.3 Manfaat Kajian

...

II

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1 Konsep Wilayah

...

2.2 Konsep pusat pertumbuhan

...

2.3 Teori Tempat Pusat (Central Place Theory)

...

2.4 Teori Ekonomi Basis (Economic Base Theory)

2.5 Teori Pembangunan Ekonomi

...

...

2.6 Produk Unggulan

2.7

Perencanaan Strategis

...

2.8 Hasil Penefitian Sebelumnya

...

.

...

Ill METODE KAJIAN .

.

...

3.1 Kerangka Pem~k~ran

. .

3.2 Lokasi Penelrt~an

...

3.3 Jenis dan Sumber Data

.

.

...

3.4 Metode Anal~sls

...

3.4.1 Analisis Skalogram

...

...

3.4.2 Analisis Basis Kecamatan Berdasarkan Komoditas

...

3.5 Metode Perumusan Strategi dan Program

IV

.

GAMBRAN UMUM WlLAYAH

...

4.1 Kondisi Geografis dan Adrninistrasi

. . . .

...

4.2 Kondisl Fwk Wllayah

...

4.3 Struktur Ekonorni Lampung Barat

...

4.4 Potensi Unggulan

...

4.5 Sumber Daya Manusia

...

V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

5.1 ldentifikasi Status (Tingkat Pertumbuhan) Kecamatan di

Kabupaten Lampung Barat

...

...

5.2 ldentifikasi Komoditas Unggulan

5.2.1 Komoditas Damar

...

5.2.2 Komoditas Kopi Robusta

...

...

5.2.3 Komoditas ikan 5.2.4 Komoditas Lada

...

5.2.5 Komoditas Padi

...

i iii iv vi

(12)

...

5.2.6 Hubungan Antar Wilayah

5.2.7 Pengembangan Prioritas Produk Unggulan

...

5.2.8 Prioritas Wilayah Pengembangan Produk Unggulan

...

VI

.

PERUMUSAN STRATEGI

...

...

6.1 Analisa Lingkungan lnternal dan Eksternal

...

6.2.1 Analisa Lingkungan lnternal

...

6.2.2 Analisas Lingkungan Eksternal

...

6.2 Evaluasi Faktor lnternal Eksternal

...

6.2.1 Evaluasi Faktor internal

...

6.2.2 Evaluasi Faktor Eksternal

...

6.3 Evaluasi Faktor lnternal dan Eksternal

...

6.4 Perurnusan Strategi 6.4.1 Strategi S-0

...

...

6.4.2 Strategi W-0

...

6.4.3 Strategi S-T

...

6.4.4 Strategi W-T

...

6.4 Penentuan Prioritas Strategi

...

.

VII PERANCANGAN PROGRAM

7.1 Visi Pernbangunan Kabupaten Lampung Barat

...

7.2.

Misi Pembangunan Kabupaten Lampung Barat

...

7.3

Strategi Pengembangan Produk Unggulan

...

Kabupaten Larnpung Barat

VIII . KESIMPULAN DAN SARAN ...

...

8.1 Kesirnpulan

...

8.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

...

Proses perencanaan strategis untuk organisasi nirlaba

...

Kerangka pemikiran kajian

...

Kerangka formulasi strategi

Kontribusi 9 sektor dalam pembentukan PDRB (persentase) tahun 2006 ... PDRB sektor pertanian atas dasar berlaku 2005-2006

...

...

Peta Lampung Barat

...

Produksi perikanan tangkap di laut pesisir Lampung Barat

...

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Jumlah dan luas kecamatan, desa dan penduduk

Kabupaten Lampung Barat tahun 2007

...

2. Distribusi PDRB sektoral atas dasar harga konstan

tahun 2000 Kabupaten Lampung Barat 2001-2006

...

3. Sumber data, metode analisis data serta keterkaitan

antara tujuan kajian dengan jenis dan sumber data

...

...

4. Matrik evaluasi faktor internal

...

5. Matrik evaluasi faktor eksternal

...

6. Matrik SWOT

7. Bentuk dasar QSPM

...

8. Perkembangan PDRB, pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat

...

tahun 2002-2006

9. Lima komoditas sektor pertanian penyumbang NTB

dalam pembentukan PDRB Lampung Barat, 2006 ... 10.Luas panen dan produksi tanaman padi sawah dan

...

padi ladang per kecamatan, 2007

11. Luas tanam perkebunan Lampung Barat per

kecamatan, 2007

...

12. Produksi perkebunan rakyat menurut jenis

...

tanaman per kecamatan. 2007

13. Persentase penduduk menurut kelompok umur,

...

jenis kelamin Kabupaten Lampung Barat. 2007

14. Hasil analisis skalogram atas fasiltas ekonomi kecamatan di wilayah pegunungan Kabupaten

...

Lampung Barat

15. Hasil analisis skalogram fasilitas ekonomi wilayah pegunungan menurut nilai tertinggi ke terendah

...

16.Hasil analisis skalogram atas fasiltas ekonomi

kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten

(15)

17. Hasil analisis skalogram fasilitas ekonomi wilayah pesisir menurut

.

.

.

.

n11a1 tertlnggl ke terendah

...

18. Hasil analisis skalogram atas fasiltas sosial kecamatan di wilayah pegunungan Kabupaten

Lampung Barat

...

19. Hasil analisis skalogram fasilitas sosial wilayah pegunungan

...

menurut nilai tertinggi ke terendah

20. Hasil analisis skalogram atas fasiltas sosial kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten

...

Lampung Barat

21. Hasil analisis skalogram fasilitas sosial kecamatan wilayah pesisir

...

menurut nilai tertinggi ke terendah

22. Hasil analisis skalogram atas fasiltas pemerintahan kecamatan di wilayah pegunungan Kabupaten

...

Lampung Barat

23. Hasil analisis skalogram fasilitas pemerintahan kecamatan wilayah

...

Pegunungan menurut nilai tertinggi ke terendah 24. Hasil analisis skalogram atas fasiltas pemerintahan

kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten . ~

Lampung Barat

...

25. Hasil analisis skalogram fasilitas pemerintahan kecamatan wilayah

...

Pesisir menurut nilai tertinggi ke terendah

26. Rangking kecamatan yang memiliki fasilitas terlengkap

...

27. Produksi komoditas unggulan Kabupaten

Lampung Barat, 2007

...

28. Nilai LQ untuk komoditas unggulan Kabupaten

...

Lampung Barat, 2007

...

29. Luas areal dan produksi kopi robusta Lampung Barai,2007

....

30. Data produksi perikanan tangkap di laut Lampung Barat.2007

...

31. Matrik evaluasi faktor internal (IFE)

...

32. Matrik evaluasi faktor eksternal (EFE)

...

33. Matrik

SWOT

34. Hasil analisis QSPM dalam perumusan strategi

...

pengembangan produk unggulan Larnpung Barat

35. Prioritas strategi dan perancangan program pengembangan

...

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halarnan

1. Hasil analisis skalogram fasilitas ekonomi tiap kecamatan di wilayah

pegunungan Larnpung Barat

...

vi

2. Hasil analisis skalogram fasilitas ekonorni tiap kecamatan di

. .

wilayah peslstr Lampung Barat

...

vii

3. Hasil analisis skalogram fasilitas sosial tiap kecamatan di wilayah ... pegunungan Larnpung Barat

...

VIII 4. Hasil analisis skalogram fasilitas sosial tiap kecamatan di wilayah .

.

peslsrr Lampung Barat

...

ix

5. Hasil analisis skalogram fasilitas pemerintahan tiap kecamatan di wilayah pegunungan Lampung Barat

...

x

6. Hasil analisis skalogram fasilias pemerintahan tiap kecamatan di wilayah pesisir Lampung Barat

...

xi

7. Nilai keseluwhan analisis skalogram

...

xii

8. Produksi komoditas unggulan Kabupaten Lampung Barat

...

xiii

9. Nilai produksi komoditas unggulan Kabupaten Lampung Barat ... xiv

10. Perhitungan LQ untuk tiap komoditas unggulan per kecamatan

...

xv

11. Hasil perhitungan LQ untuk tiap komoditas unggulan per kecamatan ... xvi

12. Hasil evaluasi faktor internal

...

xvii

13. Hasil evaluasi faktor ekstemal

...

xx

14. Hasil rekapitulasi IFE dan EFE

...

xxi

15. Hasil peringkat IFE dan EFE

...

xxii

. . i 6 . Hasil anal~sts QSPM

...

xxiii

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernbangunan secara garis besar adalah suatu proses rnultidirnensi yang rnelibatkan perubahan s t ~ k t u r sosial, kelernbagaan nasional, percepatan perturnbuhan ekonorni, pernerataan pendapatan, dan pengentasan kerniskinan yang kesernuanya itu bertujuan untuk rneningkatkan kualitas hidup rnasyarakat (Todaro, 2000). Secara filosofis suatu proses pernbangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sisternatis dan berkesinarnbungan untuk rnenciptakan keadaan yang dapat rnenyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling hurnanistik (Rustiadi et a/, 2006). Menurut Jarnli (2003) terdapat tiga tujuan utarna dari pernbangunan ekonorni daerah; pertama, pernbangunan kesernpatan kerja yang berkualitas bagi penduduk; . . . kedua, rnencapai perekonornian daerah yang stabil; dan ketiga rnernbangun berbagai rnacarn basis ekonorni dan kesernpatan kerja.

Untuk rnencapai tujuan di atas, daerah harus rnengenal dengan baik potensi yang dirniliki serta rnernberdayakan berbagai surnber daya tersebut sebagai dasar daiarn rnernbangun daerah, khususnya perekonornian daerah dengan rnernperhatikan antara lain; kondisi ekonorni rnasyarakat, potensi sumber daya alarn dan rnanusia, serta infrastruktur yang tersedia. Dengan rnernpertirnbangkan aspek-aspek tersebut selanjutnya disusun perencanaan pernbangunan daerah dalarn rangka meningkatkan perturnbuhan ekonorni. Penekanannya adalah pernbangunan yang berdasarkan pernanfaatan surnber daya rnanusia dan surnber daya fisik yang potensial untuk rnenciptakan peluang pekerjaan dan rnenstirnulasi aktivitas ekonorni baru berbasis lokal (Blakely,

1994).

Daerah dituntut untuk dapat rnengenali setiap potensi yang ada di wilayahnya. Pernbangunan ekonorni daerah yang berdasarkan kekhasan suatu daerah sangat cocok diterapkan pada era otonomi sekarang ini dengan rnenekankan pada pernanfaatan surnber daya rnanusia dan surnber daya alarn yang . potensial . untuk rnenciptkan peluang kerja dan rnenstirnulasi aktivitas

ekonorni baru.

Narnun dernikian, banyak terjadi di daerah, pernbangunan ekonorni yang dilakukan secara seragarn di setiap wilayahnya rnenjadikan pernbangunan tidak

(18)

tepat sasaran. Ini karena pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan karakteristik dan potensi dari wilayah tersebut. Daerah dalam ha1 ini Kabupaten dibagi menjadi wilayah-wilayah yang disebut kecamatan-kecamatan maka seharusnya daerah atau kabupaten mengenali secara detail potensi dari masing- masing kecamatan tersebut. Upaya ini juga dalam rangka mengurangi kesenjangan antar wilayah. Dalam rangka penyelarasan pertumbuhan ekonomi antara wilayah dalam suatu daerah dikemukakan konsep pendekatanya yaitu pengembangan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Pendekatan dengan ruang lingkup kecamatan dimaksudkan agar pemerataan pembangunan antarwilayah dapat lebih merata dengan menemukenali spesialisasi dari masing-

masing wilayah sedangkan dari aspek fungsionalnya - karena di kecamatan

sudah terjadi variasi kegiatan ekonomi, baik dalam kegiatan sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri dan pengolahan) dan sektor tersier (pelayanan dan jasa). Kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dimaksudkan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas ekonomi yang menjadi keunggulan dari suatu kecamatan, sehingga dapat ditentukan kebijakan pembangunan yang paling sesuai dengan melihat spesialisasi keunggulanya.

Pembangunan regional yang

berimbang

merupakan sebuah pertumbuhan

yang merata dari wilayah yang berbeda untuk meningkatkan pengembangan kapabilitas dan kebutuhan mereka. Hal ini tidak selalu berarti bahwa semua wilayah harus mempunyai perkembangan yang sama, atau mempunyai tingkat industrialisasi yang sama, atau mempunyai pola ekonomi yang sama, atau mempunyai kebutuhan pembangunan yang sama. Akan tetapi yang lebih penting adalah adanya pertumbuhan yang seoptirnal mungkin dari potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah sesuai dengan kapasitasnya. Dengan dernlkian diharapkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan merupakan hasil dari sumbangan interaksi yang saling memperkuat diantara semua wilayah yang terlibat (Murty 2000 dalam Rustiadi eta/, 2006).

Dalam pengembangan . .. .. produk . unggulan, terkadang . pemerintah . kabupaten

tidak fokus karena banyaknya komoditas yang dihasilkan. Penetapan komoditas unggulan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi usaha tani. Selain itu, program pengembangan pun akan terfokus pada beberapa produk unggulan saja yang mempunyai potensi pengembagan dan daya saing tinggi.

Sebagai salah satu daerah otonom, Kabupaten Lampung Barat memiliki luas wilayah 4950,4 kmz atau 13,99% luas wilayah Provinsi Lampung (BPS

(19)

Kabupaten Larnpung Barat, 2007). Dari luas wilayah tersebut berdasarkan Keprnenhutbun No. 256lkpts-1112000, tanggal . . 23 Agustus 2000, bahwa luas hutan

Kabupaten Larnpung Barat adalah 380.092,37 hektar atau 76,78% dari luas wilayah Lampung Barat sedangkan sisanya sebesar 114.948 hektar atau 23,22% rnerupakan kawasan yang dapat dibudidayakan.

Wilayah Kabupaten Larnpung Barat secara adrninistratif rneliputi 17 kecarnatan dan terdiri dari 194 desa dan 7 kelurahan yang merniliki topografi wilayah berupa daerah pesisir di bagian barat dan pegununganlberbukit di bagian tirnur. Kabupaten Larnpung Barat dibagi rnenjadi tiga daerah berdasarkan topografi yakni: (1) Daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 sarnpai 600

meter dari permukaan laut. (2) Daerah berbukit dengan ketinggian . . 600 sarnpai

1.000 meter dari perrnukaan laut. (3) Daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 sarnpai dengan 2.000 meter dari permukaan laut). Daerah pesisir di sebelah barat merupakan daerah dataran rendah terbentang di 8 kecamatan yakni Kecarnatan Lernong, Pesisir Utara, Karya Penggawa. Pesisir Tengah. Pesisir Selatan, Ngambur, Bengkunat dan Kecamatan Bengkunat Belirnbing. Sementara di wilayah timur merupakan daerah berbukit dan daerah pegunungan (daratan) yang rneliputi 9 kecamatan, yakni Kecarnatan Sukau, Balik Bukit. Batubrak, Belalau. Suoh, Sekincau, Way Tenong, Sumber Jaya, dan Kecarnatan Gedung Surian. Luas dan jurnlah penduduk per kecarnatan disajikan pada Tabel 1.

Perturnbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan dalarn kurun 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut: tahun 2001 sebesar 3,2%, tahun 2002 sebesar 4,1%, tahun 2003

sebesar 5.4 %, pada tahun 2004 sebesar 5.66 % dan tahun 2005 sebesar 4.6 %

dan tahun 2006 sebesar 2,5%. Penurunan pertumbuhan PDRB pada tahun 2005 dan 2006 tidak hanya terjadi di Kabupaten Lampung Barat saja tapi hampir merata di seluruh kabupatenlkota se-Provinsi Larnpung, perturnbuhan ekonorni Provinsi Larnpung . juga . turun hingga

- -

3,76 % dari 5,07 %. Kondisi ini antara lain

disebabkan oleh terjadinya fluktuasi harga kornoditas pertanian dan perkebunan seperti lada, kopi dan sayur-sayuran. Pada tahun 2006 PDRB Lampung Barat mencapai 1,20 trilyun dan pendapatan perkapita rnencapai Rp. 3.465.298

(20)

Tabel 1. Jumlah dan Luas Kecarnatan, desalkelurahan, dan Penduduk Kabupaten Lampung Barat 2007

No Kecamatan lbukota Luas (km2) % Jumlah Jumlah

desa Penduduk Wilavah Pesisir

I. Lemong Lemong 327,25 6.61 13 14.580

2. Karya Penggawa Kebuayan 62.46 1,26 10 13.181 3. Pesisir Utara Kuripan 307.18 6.21 17 9.024 4. Pesisir Tengah Pasar KN~ 110.01 2,22 22 31.323 5. Pesisir Selatan Biha 699.52 14.13 14 20.231 6. Ngambur Negri Ratu Ngambur 131.99 2.67 8 17.621

7. Bengkunat Pardasuka 634.41 12.82 5 8.049

8. Bengkunat Belimbing Kota Jawa 634.41 12,82 10 21.675

Jumlah 2.907.292 58.73 99 135.684.

Wilavah Peqununaan

9. Sukau Tanjung Raya 218,46 4,41 12 25.770

10 Balik Bukit Liwa 195,50 3.95 12 31.487

11 Batubrak Pekon Balak 189,157 3.83 11 12.259

12 Belalau Kenali 39506 7,98 14 36.160

13 Sekincau Pampangan 270.90 5.47 10 35.064

14 S U O ~ Sumber Agung 231.62 4.68 12 44.113 15 Way Tenong Mutar Alam 185.46 3.75 15 39.194 16 Sumber Jaya Tugu Sari 295,12 5,96 11 37.422 17 Gedung Surian Gedung Surian 6134 1.24 5 13.560

jumlah

2,043.17 41,27 102 275,039

Total 4,490,40 100,oo 21 1 410,723

umber: BPS Kabupaten Lampung Barat, Lampung Barat Dalam Angka (LBDAJ ,2006, 2007

Balam perhitungan PDRB terdapat sembilan sektor yang berperan dimaiia sektor pertanian memiliki andil paling besar dalarn pembentukan nilai pendapatan regional di wilayah Kabupaten Lampung . . Barat yaitu sebesar 66,80 %, sehingga perkernbangan perturnbuhan lapangan usaha ini akan berdampak besar terhadap perekonomian Lampung Barat, secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.

(21)

Tabel 2. Distribusi PDRB Sektoral atas dasar harga konstan tahun 2000

Kabupaten Lampung Barat Tahun 2001-2006

LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian 64.46 65.01 64.30 65.29 64.68 62.09

2. Pertambangan & Penggalian 1.10 1.12 1.30 1.25 1.31 1.56

3. lndustri Peng~lahan 2.76 2.76 2.72 2.61 2.59 2.83

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.27 0.18 0.23 0.25 0.24 0.24

5. Bangunan 3.63 3.72 3.72 3.55 3.75 3.77

6. Perdagangan. Hotel & Restoran 19.82 19.22 19.31 18.78 18.51 20.02 7. Pengangkutan & Komunikasi 2.30 2.35 2.84 2.88 2.87 3.14 8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa Per. 1.68 1.68 1.65 1 .62 2.33 2.62

9:

Jasa-jasa

3,99 3.96 3.94 3,78 3.72 3.73

Total 100 100 100 100 100 100

Somber: BPS Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007, PDRB Larnpung Barat 2001-2007

Wilayah Lampung Barat yang terbagi dalam wilayah pesisir dan pegunungan secara tegas dipisahkan oleh kawasan Hutan Taman Nasional Bukii Barisan Selatan (TNBBS). Kedua wilayah ini secara potensi sumber daya alam maupun kultur budaya pun berbeda. Diantara 17 kecamatan pun mempunyai potensi yang berbeda-beda pula demikian pula dengan perkembangan masing- masing kecamatan. Beberapa kecamatan mempunyai kelengkapan fasilitas pelayanan dan sebagian besar kecamatan mempunyai fasilitas pelayanan yang minim. Untuk itu, kiranya perlu untuk mengindentifikasi kecamatan-kecamatan dari fasilitas pelayanan seperti fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang ada dimasing-masing kecamatan. ldentifikasi ini diperlukan agar dalam pembangunan terutama dalam pengembangan produk unggulan kabupaten dapat ditentukan dimana lokasi tepat yakni ketersediaan bahan baku dan kelengkapan fasilitas pendukungnya.

Potensi daerah yang dapat dikembangkan di wilayah pegunungan adalah luas area padi sawah 18.473 hektar dengan produksi 79.232 ton per tahun. Luas areal tanaman kopi 53.225,70 hektar dari total luas areal di Kabupaten Lampung Barat seluas 60.483,85 hektar dengan produksi 34.546,70 per tahun dari total produksi Larnpung Barat 38.419,30 ton pertahun.

(22)

Wilayah pegunungan Lampung Barat juga merupakan penghasil tanaman holtikultura bewpa sayur mayur yang . . merupakan daerah pokok penghasil sayur

mayur di Provinsi Lampung seperti cabai, terung, labu siam, wortel dan kubis. Kemudian potensi energi meliputi potensi panas bumi yang cukup besar di Kecamatan Sekincau dan Kecamatan Suoh. Berdasarkan hasil penelitian beberapa lembaga memiliki daya terduga 430 MWe dengan luas 109.200 hektar. jika potensi ini dapat dimanfaatkan tentunya akan berdampak positif pada pengembangan ekonomi Lampung Barat. Sementara itu, luas wilayah pesisir

Kabupaten Lampung Barat adalah 2.907,23 km2 atau 58,72 % dari luas wilayah

kabupaten yang terbentang di 8 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Selatan, Bengkunat, . Bengkunat Belimbing. .. Ngambur, . Pesisir Tengah, Karya

Penggawa, Pesisir Utara, dan Lemong.

Wilayah pesisir mempunyai potensi sektor perikanan dan kelautan cukup potensial untuk dikembangkan. Wilayah pesisir Lampung Barat memiliki garis pantai sepanjang 210 km yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Potensi lestari perikanan tangkap sebesar 90.000 ton per tahun. Selain itu pantai Lampung Barat juga m e ~ p a k a n jalur migrasi berbagai jenis ikan tuna. Wilayah laut yang demikian luas membuka peluang untuk budidaya udang dan ikan laut. Jenis-jenis ikan laut yang bemilai ekonomi tinggi dan terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat antara lain lobster, blue marlin, tongkol, cakalang, tuna, kakap dan kerapu. Produksi perikanan pada tahun 2006 yang meliputi kegiatan penangkapan di laut barn mencapai 8.817,l ton.

Potensi lain pesisir yang dapat menjadi unggulan adalah produksi damar mata kucing yang m e ~ p a k a n hasil hutan non kayu yang telah dikembangkan masyarakat pesisir lam pun^ Barat sejak tahun 1885 secara t u ~ n temurun. Damar pesisir Lampung Barat merupakan yang terbaik di dilnia. Komoditas ini telah menembus pasar internasional diantaranya diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Singapura, Jepang. China dan Dubai. Selain juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Potensi komoditas damar kini dac masa yang akan datang mempunyai prospek yang baik karena banyaknya industri besar yang mengelola produknya dengan mengunakan bahan baku damar.

Sektor lain yang menonjol di pesisir Lampung Barat adalah pariwisata. Dengan panjang pantai 210 km, pesisir Lampung Barat mempunyai keindahan laut yang luar biasa dan masih sangat alami. Beberapa pantai di daerah ini yang menjadi favorit turis asing adalah Pantai Karang Ngimbur dan Tanjung Setia.

(23)

Kedua pantai ini mempunyai ornbak yang bagus untuk olahraga selancar. Tak heran setiap tahun wisatawan di pesisir selalu menunjukan kenaikan yang signifikan.

Potensi Lampung Barat baik di wilayah pegunungan maupun wilayah pesisir menimbulkan wilayah-wilayah kecamatan yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan produk unggulan. Pengembangan produk unggulan diharapkan tidak terlalu menekankan pada batas-batas adrninistratif yang sering tidak dapat mengakomodasikan keberagaman potensi, permasalahan lokal, adanya saling keterkaitan antar daerah, serta bentuk dukungan lain yang dibutuhkan. Namun dalam prateknya, pembangunan yang dilakukan Pemerintah

Kabupaten Larnpung . . Barat masih menekankan pada pendekatan pembangunan

dengan batas-batas administratif. Pembangunan belum dilakukan secara sinergis antar kecamatan agar yang dapat mernpercepat pertumbuhan ekonorni di semua kecarnatan sebagai sebuah kesatuan pembangunan yang strategis bagi pembangunan daerah Lampung Barat. Daerahdaerah yang berpotensi untuk dikernbangkan harus diternukenali dan keterkaitan antar daerah haws diperkuat agar dapat mewujudkan mata rantai pembangunan ekonomi, sosial dan budaya secara berkelanjutan dan berkeadilan.

1.2 Perumusan Masalah

Pengernbangan .. produk unggulan .. . Kabupaten Lampung Barat haws

didukung dengan oleh ketersedian falitas-fasilitas pendukung agar program yang dilaksanakan dapat direalisasikan secara efektif dan efisien. Sernentara itu, perkembangan masing- rnasing kecarnatan di Kabupaten Lampung Barat satu sama lain. Ada kecarnatan yang rnemang sudah cukup rnemadai fasilitas pelayanannya publiknya namun disisi lain ada kecamatan yang masih sangat minim fasilitas publiknya. Dalam kajian ini, fasilitas publik dibatasi pada fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. Ketersedian fasilitas ini sangat penting bagi pengernbangan produk unggulan karena tanpa didukung oleh fasilitas pendukung .. seperti . sarana air bersih dan listrik misalnya pengembangan produk unggulan akan menciptakan biaya yang tinggi karena harus membangun infrastruktur baru yang tentunya akan menelan biaya mahal. Selain itu rnenuwt

Hoover (1984) ketersediaan infrastruktur publik yang lengkap akan membuka

kesempatan kerja dan membuka peluang suatu wilayahlkecamatan menjadi pusat pertumbuhan. Untuk itu diperlukan analisis fasilitas infrastruktur dan pelayanan kecamatan sebagai upaya mengidentifikasi status (tingkat

(24)

perkernbangan) masing-masing kecarnatan di Kabupaten Larnpung Barat. Dari uraian tersebut rnaka pertanyaan kajian ini adalah "fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan apa saja di masing-masing kecamatan di Lampung Barat yang dapat mengidentifikasi status (tingkat perkembangan) masing-masing kecamatan d i Kabupaten Lampung Barat?

Menurut Budiharsono (2001) arah dan perturnbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, terrnasuk tenaga kerja. Akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut seperti berhubungan dengan aspek geografi, iklirn, peninggalan sejarah atau daerah pariwisata.

Dengan . dernikian, arah kebijakan pernbangunan yang . . akan diternpuh Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat diharapkan dilakukan dengan rnelihat spesialisasi keunggulan dari tiap kecarnatan agar alokasi dana pernbangunan dapat betul-betul tepat sasaran sehingga ketirnpangan antar kecarnatan dapat di perkecil. Untuk rnelakukannya Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat perlu untuk rnenemukenali kornoditas unggulan dan potensi setiap kecarnatan yang ada. Mernang dalarn pelaksanaanya tidak harus setiap kecarnatan di kernbangkan suatu produk unggulan karena ada kecarnatan yang rnemiliki potensi yang sarna. ldentifikasi produk unggulan tiap kecarnatan ini diperlukan sebagai dasar dalarn . pengernbangan . produk unggulan suatu wilayah. Karena kajian ini rnernbagi wilayah Larnpung Barat rnenjadi dua yakni wilayah pegunungan dan pesisir tentu berbeda potensi unggulannya. Kernudian identifikasi diperlukan sebagai dasar untuk rnencari sentra-sentra produk unggulan. Atas dasar uraian di atas pertanyaan kedua kajian ini adalah "komoditas unggulan apa saja yang dirniliki tiap-tiap kecamatan?"

Dalarn rnenciptakan daya saing daerah dalarn rangka rneningkatkan kesejahteraan rnasyarakatnya perlu strategi pengernbangan produk unggulan. Setelah status perkernbangan kecarnatan dan produk unggulan teridentifikasi lankah selanjutnya perlunya Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat rnerurnuskan strategi dan program pengernbangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat baik di wilayah pegunungan rnaupun wilayah pesisir. Dari berbagai kornoditas yang diteliti diharapkan dipilih produk khas masing-masing wilayah untuk dikernbangkan agar program lebih terfokus. Pertanyaannya adalah "bagaimana strategi pengembangan produk unggulan di Lampung Barat?"

(25)

1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian 1.3.1 Tujuan Kajian

Kajian strategi pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat ini adalah untuk merumuskan strategi dan program pengembangan produk unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing daerah. Sementara tujuan khusus kajian adalah:

1. Mengindentifikasi status (tingkat perkembangan) masing-masing kecamatan di Kabupaten Lampung Barat dilihat dari kelengkapan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan.

2. Mengidentifikasi komoditas unggulan yang dimiliki kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lampung . .. Barat;

3. Merumuskan strategi dan program pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat.

1.3.3 Manfaat Kajian

Hasil kajian ini diharapkan akan menjadi sumbangan bagi pemerintah - . daerah dalam perencanaan kebijakan pembangunan Kabupaten Lampung Barat, khususnya pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat.

(26)

I1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Wilayah

Jhonston,l976 dalam Rustiadi et al,. 2006 memandang wilayah sebagai bentuk istilah teknis klasifikasi spasial dan merekomendasikan dua tipe wilayah:

1) Wilayah formal, merupakan tempat-tempat yang memiliki kesamaan karakteristik dan 2) wilayah fungsional atau nodal, merupakan konsep wilayah dengan menekankan kesamaan keterkaitan antar komponen atau lokasiltempat. Dengan cara lain Murty (2000) diacu Rustiadi et a/. 2006 mendefinisikan wilayah sebagai suatu area geografis, tenitorial atau tempat, yang dapat berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi, distrik (kabupaten) dan pedesaan. Tapi suatu wilayah tidak sekedar merujuk suatu tempat atau area, rnelainkan merupakan suatu kesatuan ekonomi, poliitik, sosial, administrasi, iklim hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan atau kajian.

Menurut Rustiadi et a/. 2006, kerangka konsep klasifikasi wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah (1) wilayah homogenous (uniform), (2) wilayah funsional, dan (3) wilayah perencanaanlpengelolaan (planning region). Dalam pendekatan klasifikasi wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem, sedangkan dalam konsep kelompok wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif-politis dan wilayah perencanaan fungsional.

2.2 Konsep Pusat Pertumbuhan ( G r o w Centre)

Konsep pusat pertumbuhan berawal dari Frencois Perroux (1964) yang

melihat adanya kutub pertumbuhan sebagai penggerak dalam sektor ekonomi. Kutub pertumbuhan ini ditandai dengan industri penggerak yang berskala besar dan c e n d e ~ n g mendominasi industri lain serta mempunyai p e n g a ~ h kaitan antar industri yang kuat dan menunjukkan kemampuan tumbuh yang kuat. Konsep ini tidak berhubungan dengan ruang, hanya mengacu pada industri atau kelompok industri tertentu. Berbeda halnya dengan konsep pusat pertumbuhan yang memang berkenaan dengan lokasi tertentu.

(27)

Friedmann dalam Darkoh, (1977) merupakan orang yang pertama mencoba untuk memformulasikan secara sisternatis dan rnenyeluruh sebuah model spasial mengenai konsep pusat pertumbuhan. Friedrnann berpendapat bahwa pertumbuhan ekonorni berada dalarn sebuah rnatriks dari wilayah kota atau pusat yang dikelilingi oleh daerah pinggiran. Proses pembangunan rnerupakan pengintegrasian ekonorni dan sosiai di wilayah pusat dan pinggiran. Daerah pinggiran bergantung pada pusat, dernikian juga pernbangunannya yang ditentukan oleh kelembagaan di pusat perturnbuhan. Lebih jauh dikatakannya bahwa pembangunan rne~pakan kumulatif dari proses inovasi.

Sernentara itu Lausen dalarn Darkoh (1977) rnenyatakan bahwa kegagalan teknik input-output untuk mengembangkan petunjuk bahwa aktivitas menciptakan sebuah kutub pertumbuhan rnerupakan esensi dari pembangunan sektoral dan geografi, bukan karena lebih besar dari ukuran rata-rata dan atau pengganda yang lebih tinggi, rnelainkan karena sebuah inovasi. Untuk rnenentukan pusat perturnbuhan rnenurut Hoover (1984), terutarna adalah ketersediaan infrast~ktur publik dan ekstemalitas ekonomi yang paling dibutuhkan oleh kegiatan tersebut sebagai persyaratan yang diperlukan untuk mernperluas kesernpatan kerja.

Pada tahun 1969, Higgins dkk rnernperkenalkan konsep pusat pertumbuhan dan konsep lain yang terkait yang lebih jelas dan bersifat operasional (Higgins dan Savoie, 1995). Dikatakan bahwa kutub pembangunan adalah elastisitas kesejahteraan dari sebuah daerah pinggiran untuk berinvestasi di pusat kota. Dalarn ha1 ini, wilayah terdiri dari pusat kota dan daerah pinggiran. Dikatakan kutub pernbangunan jika investasi di pusat kota itu menghasilkan perturnbuhan kesejahteraan di seluruh daerah pinggiran wilayah tersebut. Sebagai contoh, kenaikan 5 pesen investasi di kutub rnenghasilkan kenaikan lebih dari 5 % dari pendapatan di daerah pinggiran rnaka kota tersebut disebut kutub pernbangunan yang "dominan". Narnun, jika kurang dari 5 % maka kota tersebut dikatakan "sub-dorninan". Selanjutnya, suatu kota dikatakan pusat perturnbuhan jika persentase perubahan dari investasi di kota itu, sebagai hasil dari investasi di kutub pernbangunan adalah positif. Apabila lebih besar dari 1 dikatakan kota tersebut pusat perturnbuhan yang "kuat". Jika lebih dari

0

dan kurang dari 1 dikatakan pusat perturnbuhan yang "lernah" .

(28)

2.3 Teori Ternpat Pusat (Central place Theory)

Teori tempat sentral yang dikembangkan oleh Christaller dipakai untuk rnerarnalkan jumlah, ukuran, dan lingkup kota-kota dalam suatu wilayah (Soepono, 2000). Menurut teori ini, fungsi-fungsi pokok dari suatu pusat kota adalah adalah bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah belakang, yaitu dengan menyuplai barang dan jasa sentral seperti jasa-jasa eceran. perdagangan, perbankan dan profesional, fasilitas pendidikan, hiburan dan kebudayaan, dan jasa-jasa pemerintah kota (Richardson, 1975)

Dikatakan oleh Djojodipuro (1992) bahwa kota besar akan memiliki

berbagai jenis kegiatan jasa dengan skala besar dan makin kecil kotanya makin sedikit pula jenis dan ~ e c i l pula skalanya. Sejalan dengan hirarki jasa yang dimiliki rnaka dapat diperoleh susunan berbagai pusat kota di suatu wilayah, makin tinggi hirarki suatu kota rnakin sediki jurnlahnya. Hal ini karena setiap jasa mempunyai arnbang penduduk dan jangkauan pasar. Adapun yang dimaksud dengan ambang penduduk adalah jumlah penduduk minimum untuk dapat mendukung suatu penawaran akan jasa. Apabila jumlah penduduk yang ada kurang dari ambang penduduk maka pelayanan menjadi mahal dan tidak efisien. Sebaliknya, jika berada di atas ambang penduduk maka kegiatan bersangkutan memberikan keuntungan dan akan mengundang pemain barn serta dalam jangka waktu tertentu mernpertajam persaingan.

Sernentara itu, jangkauan pasar adalah jarak seseorang bersedia untuk menempuhnya guna mendapatkan jasa yang tertentu. Lebih dari jarak ini maka orang tersebut akan mencari tempat lain yang lebih dekat. Jangkauan pasar tidak hanya ditentukan oleh jarak, akan tetapi lebih banyak diipengaruhi oleh faktor waktu yang terbuang dan biaya yang dikeluarkan.

2.4 Teori Ekonorni Basis (Economic Base Theory)

Inti dari model ekonomi basis, menurut Budiharsono (2001), adalah bahwa arah dan perturnbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja. Akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah, atau daerah pariwisata. Sektor yang bersifat seperti ini disebut sektor basis.

(29)

Untuk rnelihat suatu aktivitas perekonornian wilayah yang dapat dikatakan basis atau non basis biasanya digunakan rnetode Location Quotient (LQ). Model LQ digunakan untuk rnengindentifikasi sektor unggulan atau keunggulan kornparatif suatu wilayah. Model ini mempakan perbandingan relatif antara kernarnpuan yang sarna pada daerah yang luas dalarn suatu wilayah. Secara umurn kegiatan ekonorni suatu wilayah dapat dikategorikan rnenjadi dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis terjadi apabila suatu aktivitas ekonorni terdapat kekurangan dan kelebihan dalarn pernenuhan kebutuhan yang rnenyebabkan terjadinya rnekanisrne ekspor dan irnpor antarwilayah. Kondisi ini diartikan bahwa industri basis akan rnenghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan baik dalam pangsa pasar lokal rnaupun pasar antarwilayah. Sernentara, sektor non basis rnempakan sektor yang kegiatan ekonorninya hanya rnarnpu rnelayani pasar lokal dan belurn rnerniliki kapasitas untuk rnelakukan usaha ekspor ke daerah lain.

2.5 Teori Pernbangunan Ekonomi

Dalarn proses pernbangunan ekonorni, rnasalah percepatan perturnbuhan ekonorni antardaerah adalah berbeda, sehingga rnengakibatkan ketirnpangan regional tidak dapat dihindari rnengingat adanya perbedaan dalarn kekayaan surnber daya yang dimiliki antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya. Dasar pelaksanaan pernbangunan itu sendiri serta konsentrasi kegiatan ekonorni juga berbeda. Menurut Anwar (dalarn Harirnadona, 2003) teori-teori yang rnenjelaskan tentang perturnbuhan suatu daerah dapat dikelornpokkan menjadi dua yaitu:

1) Inward -looking Theory

Teori ini rnengangap bahwa perturnbuhan ekonorni yang terjadi pada suatu daerah diakibatkan oleh faktor-faktor ekonorni yang ada di daerah itu sendiri.

2) Output Oriented Theory

Teori ini rnengangap bahwa adanya mekanisrne yang rnendasari fenornena perturnbuhan daerah dari satu daerah ke daerah lainnya.

Teori rnengenai pernbangunan regional dapat dikelornpokan ke dalarn tiga kategori yaitu:

1) proses pernbangunan wilayah dan ketirnpangan antardaerah;

(30)

3) alokasi intewensi antardaerah.

Kategori-kategori tersebut bukan suatu pengelornpokan yang rnutlak tetapi antara yang satu dengan yang lainya dapat saling rnelengkapi. Ketirnpangan pernbangunan antara daerah dengan pusat atau daerah dengan daerah adalah rnerupakan ha1 yang wajar. Hal ini disebabkan adanya faktor endowment dan awal dari pelaksanaan pernbangunan serta investasi. Bagi daerah yang sudah terlebih dahulu rnernbangun tentunya dapat lebih banyak rnenyediakan sarana dan prasarana, sehingga rnenarik rninat investor untuk berinvestasi. Proses tersebut rnenunjukkan ketimpangan pernbangunan antardaerah sebenarnya rnerupakan akibat dari adanya proses pernbangunan itu sendiri.

Myrdal dalarn Sihotang (2001) dengan the process of cumulative causation rnenyatakan bahwa apabila secara geografis ada daerah rnaju dan ada daerah terbelakang, itu didasari oleh karena adanya arus tenaga keja atau rnigrasi, investasi dan perdagangan ke daerah rnaju, sehingga rnenyebabkan daerah rnaju akan bertarnbah rnaju dan daerah terbelakang akan sernakin rnundur, bahkan secara nasional dapat rnernperlarnbat laju perturnbuhan ekonorni, akibatnya terjadi perbedaan pendapatan regional dalarn perekonornian yang sudah rnaju adalah jauh lebih kecil daripada dalarn perekonornian yang kurang berkernbang.

Suatu perekonornian dikatakan rnengalarni perturnbuhan atau berkernbang apabila tingkat kegiatan ekonorni lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada rnasa sebelurnnya. Artinya perkernbangan baru tercipta apabila jurnlah barang dan jasa yang dihasilkan dalarn perekonornian tersebut rnenjadi bertarnbah besar pada tahun-tahun berikutnya.

Menurut Todaro (2000) keberhasilan pernbangunan ekonorni paling tidak ditunjukkan dalarn tiga ha1 sebagai berikut:

1) terwujudnya kecukupan (sustenance) yaitu kernarnpuan untuk rnernenuhi kebutuhan dasar. Kecukupan yang dirnaksud adalah tidak sekedar rnenyangkut kebutuhan rnakanan sernata, melainkan juga kebutuhan dasar lainnya seperti sandang, papan, kesehatan dan kearnanan;

2) adanya peningkatan jati diri (self-esteem) yaitu rnenjadi rnanusia seutuhnya yang rnerupakan dorongan diri sendiri untuk rnaju, rnenghargai diri sendiri dan rnerasa diri pantas untuk rnelakukan dan rneraih sesuatu, dan sejenisnya;

(31)

3) adanya kebebasan (freedom) yaitu kebebasan atau kernarnpuan untuk rnernilih berbagai ha1 atas sesuatu yang dianggap cocok untuk dirinya dan rnerupakan salah satu hak azasi rnanusia

2.6 Produk Unggulan

Menurut Keprnendagri No. 050.05130 tahun 1999, tentang pernbangunan daerah produk unggulan adalah produk hasil suatu industri daerah yang mernpunyai:

1) Kandungan teknologi yang cukup rnenonjol dan inovatif, baik sektor pertanian maupun industri kecil dan jasa

2) Mempunyai jangkauan pernasaran yang luas, baik lokal, nasional rnaupun eksport

3) Mernpunyai ciri khas daerah dan rnelibatkan rnasyarakat banyak (tenaga kerja seternpat)

4) Mernpunyai kandungan bahan baku lokal yang tinggi

5) Mernpunyai jarninan bahan baku lokal yang banyak dan stabil atau rnelalui pernbudidayaan

6) Rarnah lingkungan

7) Dapat rnernpromosikan budaya lokal

Produk unggulan rnerupakan produk yang potensial untuk dikernbangkan dalarn suatu wilayah dengan mernanfaatkan sumber daya alarn dan surnber daya rnanusia setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi rnasyarakat rnaupun pernerintah. Produk unggulan juga rnerupakan produk yang rnerniliki daya saing, berorientasi pasar dan rarnah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kornpetitif yang siap rnenghadapi persaingan . global'. .

2.7 Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis pada dasarnya tidak rnenganut satu proses yang standar dan banyak sekali variasi proses yang ditawarkan oleh pustaka-pustaka tentang perencanaan strategis (serta tergantung juga dengan bidang tempat perencanaan strategis tersebut diaplikasikan). Menurut sejarahnya, perencanaan strategis pertarna kali diaplikasikan dibidang rniliter, kernudian diaplikasikan ke dunia usaha atau perusahaan. Pada rnasa berikutnya, tipe perencanaan ini juga aplikasikan ke organisasi nir-laba (non-profit), dengan proses perencanaan seperti terlihat pada Garnbar 1 (Djunaedi, 2002).

(32)

Pernerintah kabupaten terrnasuk organisasi nir-laba. Seperti halnya dunia usaha, pernerintahan Kabupaten pun perlu tanggap terhadap perubahan yang . ..

terjadi di lingkungannya, baik internal rnaupun eksternal. Orientasi dunia usaha lebih rnenuju ke pencarian keuntungan atau laba, sedangkan pemerintah kabupaten menekankan pada penyediaan layanan dengan sejurnlah surnber daya yang dirniliki dan dengan rnotivasi bukan untuk rnencari laba. Dunia usaha rnernbuka atau rnenutup bidang iayanannya tergantung pada pasar dan margin keuntungan, sedangkan pernerintah kabupaten tidak boieh menutup suatu

bidang layanan yang ditugaskan kepadanya oleh rnasyarakat (Djunaedi,

2002).

Pernerintah daerah hams rnarnpu rnengantisipasi berbagai perubahan baik regional, nasional rnaupun internasional. Sebagai sebuah organisasi pernerintah daerah dituntut untuk dapat bergerak cepat rnengikuti perubahan- perubahan yang terjadi. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan strategis untuk rnengikuti perubahan tersebut. Proses perencanaan strategis dirnulai dari visi dan rnisi organsisasi yang rnenghasilkan isu-isu strategis, kernudian rnengidentifikasi dan rnengevaluasi faktor internal rnaupun eksternai. Faktor internal seperti surnber daya, strategi yang telah ada terrnasuk di dalarnnya adalah kinerja organisasi selarna ini. Kernudian faktor eksternal adalah faktor- faktor perubahan di luar organisasi. Dan evaluasi ini diharapkan dapat dirurnuskan berbagai aiternatif strategi . dalarn rangka .. rneiakukan tindakan-

tindakan guna rnencapai tujuan organisasi. Proses perencanaan terlihat pada Garnbar 1.

(33)

KESEPAKATAN AWAL

(Merencanakan untuk rnernbuat

Y

GAMBARAN ORGANlSASl Dl MASA DEPAN ('Visi keberhasilan") implernentasi TINDAKAN- TINDAKAN

Gambar

1. :

Proses perencanaan strategis untuk organisasi nir-laba (Bryson dan

Einsweiler, dalam Djunaidi, 2002)

(34)

2.8 Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian secara empiris di luar negeri maupun dalam negeri mengenai pengembangan kawasan dengan pendekatan sektoral rnaupun spasial telah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian tersebut terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lampung Barat ini, baik pengunaan. alat analisis, variabel penelitian selain ternpat dan waktu penelitian serta digunakannya analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunities, threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Penelitian yang dilakukan di beberapa kota di Amerika untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya kota yang dilakukan oleh Anas dan Small (1998) melalui pendekatan jumlah dan pertumbuhan penduduk, membahas pula teori- teori aglomerasi yang menyangkut aspek skala ekonomi internal; skala ekonomi ekstemal; kompetisi yang tidak sempurna; stabilitas, pertumbuhan dan dinamika; dan model-model non dinamis; serta mengenai kesejahteraan ekonomi pada struktur perkotaan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat kekuatan dunia yang menghasilkan keberapa kewenangan desentralisasi dan keragaman pada skala kota dan skala lokal aglomerasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah bagaimana peran suatu wilayah sebagai suatu pusat pertumbuhan ekonomi yang berfungsi sebagai ~. generator . yang

mampu menstimulus terhadap peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat di wilayahnya maupun wilayah hinterlandnya, sedangkan perbedaan adalah terletak pada skala kota yang diteliti, variabel dan waktu penelitian.

Bintarto dalam Harimadona (2003) melakukan penerapan model gravitasi

pada interaksi sosial. Penerapannya dilakukan untuk 4 kota di Provinsi Jawa

Tengah dan Provinsi Yogyakarta yaitu Yogyakarta, Surakarta, Salatiga dan Magelang yang lokasinya mengelilingi kompleks gunung kembar Merapi dan Merbabu. Dalarn penelitian ini menghasilkan sesuatu yang berbeda dari teori pada umumnya yang . ~ mengangap . . . interaksi terkuat adalah dari jarak yang

terpendek, akan tetapi ditemukan bahwa interaksi terkuat antara 4 kota tersebut

adalah Yogyakarta

-

Surakarta yang jaraknya terjauh dibandingkan dengan

Magelang

-

Salatiga yang jaraknya terpendek, sedangkan dalam penelitian ini ditemukan bahwa interaksi terkuat antara dua wilayah ditentukan oleh kedekatan jarak antaranya. Persamaan dengan penelitian ini adalah dengan digunakannya

(35)

pendekatan Model lnteraksi atau Gravitasi, variabel penduduk dan jarak antar wilayah.

Bintarto dan Surastopo dalarn Harirnadona (2003) rnengestirnasi interaksi antara 4 kota kecarnatan di DIY yaitu Kecarnatan Pakern, Kecarnatan Slernan, Kecarnatan Wonosari dan Kecarnatan Bantul. Hasil dari penelitian ernpat kota kecarnatan di DIY dilandasi anggapan bahwa kondisi jalan dan fasilitas alat transportasi dianggap sarna. lnteraksi terkuat antara keernpat kecarnatan tersebut adalah Kecarnatan Pakern dengan Kecarnatan Sleman, berdasarkan jarak terpendek yang dilalui. Persarnaan dengan penelitian ini adalah bahwa interaksi terbesar antara dua v~ilayah ditentukan oleh kedekatan jarak antara keduannya dan kharakteristik dari keadaan geografis lokasi penelitian bempa kawasan pegunungan, lereng vulkan dan sistern perhubungannya rnasih belurn baik sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan tahun penelitian.

Kernudian Soepono (1999), rnengidentifikasi sektor basis dan nonbasis di Kabupaten Badung dengan alat analisis Location Quotient. Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa enarn sektor yaitu listrik, gas, dan air rninurn; bangunan; perdagangadhotel; pengangkutan; keuanganfasuransi; dan jasa kernasyarakatan rnempakan sektor basis, sedangkan pertanian; tarnbang dan penggalian; dan industri adalah sektor nonbasis. Ini rnenandakan Kabupaten Badung berorientasi pada wisata.

Penelitian tentang pengukuran hinterland dari central place juga dilakukan oleh Soepono (2000) dengan rnenggunakan model Gravitasi Reiliy dan model Probabilistik Huff yang rnenggunakan data tahun 1998 rnengenai jurnlah penduduk Kota Solo, Klaten, dan Yogyakarta. Diperoleh kesirnpulan bahwa tiap central place rnerniliki hinterland sebagai daerah pengaruh. Luas daerah pengaruh dapat diukur dengan model gravitasi Reilly yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu populasi dan jarak. Model probabilitas Huff rnerupakan rnodifikasi dari model Gravitasi Reilly dikafakan lebih realistis karena faktor jarak diganti dengan waktu perjalanan yang dapat pula diperlakukan sebagai faktor biaya.

Haeruddin (2001) rneneliti tentang identifikasi kecarnatan sebagai pusat perturnbuhan wilayah di Kabupaten Soppeng. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa terdapat satu kecarnatan di Kabupaten Soppeng yang dapat dijadikan sebagai pusat perturnbuhan wiiayah selain

(36)

sebagai hinterlandnya adalah Kecarnatan Liliiaja. Selain itu terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap . perturnbuhan . wilayah tersebut antara lain tingkat tenaga kerja terdidik, pendapatan per kapita, dan tingkat buta huruf. Perbedaanya dengan penelitian ini di sarnping data, lokasi dan waktu penelitian juga pada pernakaian sebagian alat analisis, dirnana pada penelitian ini digunakan alat analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Perturnbuhan

(MRP)

dan analisis Overlay sedangkan pada penelitian di Kabupaten Sopeng dipergunakan alat analisis Ekonometrika Model

Logit

Binary.

(37)

I l l .

METODE

KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pernbangunan Larnpung Barat sarnpai saat ini belurn terlalu jelas kernana arahnya. Ini terlihat dari tidak fokusnya kebijakan pernbangunan terutama dalam pengernbangan ekonomi rnasyarakat. Padahal pernbangunan ekonorni lokal semestinya berbasis potensi lokal pula. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan produk unggulan yang rnemang rnenjadi basis di wilayah Larnpung Barat. Pengembangan produk unggulan ini juga sebagai upaya untuk rneningkatkan daya saing daerah.

Pernilihan produk unggulan harus rnernperhatikan bahwa produk rnernang rnenjadi ciri khas daerah, diusahakan oleh sebagian besar masyarakat serta rnerniliki jangkauan pasar yang luas. Narnun dalarn pengembangan produk unggulan ini tidak hanya rnernperhatikan ketersediaan produk saja tapi juga rnemperhatikan fasilitas pendukung seperti transportasi, energi, jasa dan lainnya. Untuk itu perlu dilakukan identitikasi baik di wilayah pegunungan rnaupun di pesisir, identikasi ini berguna untuk rnenentukan lokasi paling strategis dalam pengernbangan produk unggulan. Karena pengernbangan produk unggulan tanpa didukung fasiltas pendukung akan menimbulkan biaya yang sangat mahal karena harus rnernbangun fasilitas pendukung. Untuk rnenentukan kecarnatan baik di wilayah pegunungan dan pesisir sebagai pusat perturnbuhan dilakukan dengan analisis skalograrn. Analisis ini akan menghasilkan kecarnatan dengan fasilias publik yang mernadai sarnpai kecarnatan yang minim fasilitasnya. Dengan dernikian rnernudahkan pencarian lokasi yang tepat bagi pengernbangan produk-produk unggulan Larnpung Barat.

Wilayah pesisir dan pegunungan tentunya merniliki kornoditas yang berbeda-beda dan menyebar di tiap kecarnatan. Tentunya tidak semua komoditas dapat dikernbangkan rnenjadi produk unggulan. Yang perlu diperhatikan juga adalah apakah kornoditas tersebut benar-benar rnenjadi kornoditas basis di suatu wilayah sehingga ketersediaan bahan baku dapat tejarnin dan penyerapan tenaga kerja, karena rnernang tujuan utama pengernbangan produk unggulan adalah peningkatan kesejahteraan rnasyarakat. ldentifikasi diperlukan sebagai dasar dalarn penentuan produk ungggulan yang akan dikernbangkan dalarn suatu wilayah. Dari identifikasi ini diharapkan ada

(38)

gambaran nyata produk komoditas di setiap kecamatan sehingga akan menggambarkan sentra-sentra produk komoditas baik diwilayah pegunungan maupun pesisir. Dari dua analisis ini diharapkan akan dapat ditetapkan komoditas maupun lokasi prioritas pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung Barat.

Berdasarkan hal-ha1 tersebut diatas rnaka disusunlah perumusan strategi dengan melalui tiga tahap yakni tahap rnasukan, tahap analisis dan tahap keputusan. Pada tahap masukan dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang bersifat strategis berupa analisis IFE (internal factor evaluation) dan IFE (external factor evaluation). Pada tahap perumusan strategi digunakan matrik SWOT (strength, weaknesses, opportunities, threats) guna memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan menetapkan strategi umum. Hasil analisis SWOT yang dilanjutkan dengan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matlix) akan memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan rnenyediakan pilihan strategi urnum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran lembaga ke depan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka pengembangan produk unggulan.

Maka diharapkan kajian mengenai strategi pengembangan produk unggulan ini dapat dijadikan landasan bagi Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat dalam rangka mengejar ketertinggalannya dari kabupaten lain. Kerangka pemikiran kajian ini tersaji dalam Gambar 2.

(39)

Kabupaten Lampung Bamt

I

Arah pengembangan produk unggulan Lampung Barat belum jelas

Kecamatan wilayah ~esisir

1

C

Komoditas Produksi

Fasilitas

Jumlah kecamatan 8 kabupaten kecamatan 8 Ekonomi. Sosial,

Penduduk kabupaten

Pemerintahan

Kecamatan sebagai pusat pertumbuhan Skalogram

Komoditas ungguian 8 Analisa LQ potensi daerah

pengembangan produk dan prioritas produk ungguian

Strategi dan program pengembangan

internal produk unggulan

Daya saing daerah

riz

(40)

3.2

Lokasi Kajian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Barat meliputi 17 kecamatan yang ada di Lampung Barat. Namun karena tiga kecamatan banr berdiri pada tahun 2007 yakni Gedung Surian, Ngarnbur dan Bengkunat Belimbing data-data ketiga kecamatan tersebut masih bergabung dengan kecamatan induk yakni Kecamatan Gedung Surian dengan Kecamatan Sumber Jaya, Ngambur dan Bengkunat Belimbing bergabung dengan Kecamatan Bengkunat. Atas dasar itu, kajian ini hanya meneliti 14 kecarnatan saja.

Analisis kajian di dilakukan dengan membagi Kabupaten Lampung Barat menjadi 2 wilayah yakni wilayah pegunungan dan pesisir. Pembagian wilayah ini untuk mempenudah analisis karena secara topografi kedua wilayah mempunyai perbedaan selain kedua wilayah mempunyai sumber daya alam yang berbeda. Wilayalt pesisir mempunyai laut dan hutan terutarna hutan produksi terbatas (HPT) yang masih sangat potensial untuk dikembangkan sedangkan wilayah pegunungan mempunyai sumber daya alam pada sektor pertanian. Daerah pegunungan terdiri dari Kecamatan Sukau, Balik Bukit, Batubrak, Belalau, Suoh, Sekincau, Way Tenong, Sumber Jaya dan Gedung Surian. Sementara wilayah pesisir terbentang di 8 kecamatan yakni Kecarnatan Lemong, Pesisir Utara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, Ngambur, Bengkunat dan Bengkunat Belimbing.

3.3 Jenis

dan Sumber

Data

Dalam kajian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden untuk mendapatkan gambaran umum hal-ha1 yang berhubungan dengan kajian ini, serta untuk mendapatkan informasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam rangka penyusunan strategi pengembangan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonorni di Kabupaten Lampung Barat.

Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari publikasi yang diterbitkan oleh badan, dinas dan instansi yang terkait. Data tersebut berupa perkembangan PDRB, fasilitas ekonomi, fasiltas sosial, fasilitas pemerintahan dan jumlah berbagai produksi komoditas di tiap kecamatan menggunakan data tahun 200612007.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  dan  Luas  Kecarnatan,  desalkelurahan,  dan  Penduduk  Kabupaten  Lampung Barat 2007
Tabel  2.  Distribusi  PDRB  Sektoral  atas  dasar  harga  konstan  tahun  2000  Kabupaten Lampung Barat Tahun  2001-2006
Gambar  1.  :  Proses perencanaan strategis untuk organisasi nir-laba  (Bryson dan  Einsweiler,  dalam Djunaidi, 2002)
Gambar  2.  Kerangka pemikiran kajian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas (Garett, 1967: 176), disimpulkan bahwa reliabilitas dan validitas kuesioner kegunaan kegiatan bimbingan

2011 padahal dalam pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh terdakwa BAREN AMBARITA, ST masih ada kekurangan dan terdakwa BAREN AMBARITA, ST juga telah membuat dan

Berbeda dengan konsep diatas, khusus dalam penghitungan laba kena pajak, penghasilan yang diterima atau diperoleh dapat dikurangkan dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih,

Dari gambar di atas, sampai dengan jam 13:00 WIB H-2 terjadi kepadatan tinggi di Tol Cipali, namun secara umum tidak ada kemacetan kecuali pada Gate Cikopo (kecil), dan

masyarakat sebagai entitas terdekat dengan sumber daya yang diinvestasikan juga perlu dilindungi keamanannya baik dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial. Berdasarkan

rumah tangga single pdrert Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin tinggi ftdrdiness pada ibu rumah tang9a single parent. Kata kuncir

Teknik yang digunakan untuk menghitung jumlah subnet sama dengan teknik yang digunakan untuk menghitung jumlah host, namun karena host id dalam bentuk biner tidak boleh 0

Secara umum tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan belajar peserta didik, dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui pendekatan kontekstual