• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAIDAH KODING DAN MEKANISME VERIFIKASI DALAM INACBGS.pptx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAIDAH KODING DAN MEKANISME VERIFIKASI DALAM INACBGS.pptx"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Santy Debora Togatorop

KAIDAH KODING Dan

MEKANISME

VERIFIKASI DALAM

INACBGS VERSI 4.1

(2)

CASEMIX/INACBGs

Sistem Casemix adalah :

Pengelompokan diagnosis penyakit yang dikaitkan dengan biaya perawatan dan dimasukan ke dalam group-group

Ciri – ciri setiap group adalah :

1.Penyakit yang mempunyai Gejala Klinis yang sama 2.Pemakaian sumber daya yang sama (biaya

perawatan sama)

Sistem pembayaran pelayanan kesehatan secara paket dimana tarif ditentukan sebelum pelayanan diberikan

(3)

• Dasar Pengelompokan dengan

menggunakan :

ICD – 10 Untuk Diagnosa (14.500 kode)

ICD – 9 CM Untuk Prosedur/Tindakan

(8.500 kode)

• Untuk mengkombinasikan kode diagnosa

dan prosedur tidak mungkin dilakukan

secara manual, maka diperlukan yang

namanya

“ Grouper

(4)

• Grouper ini menggabungkan sekitar

23.000 kode ke dalam group -group

• Terdiri dari 23 CMG (Casemix Main

Group)

• Terdiri dari 1077 kode INA-CBG yang

terdiri dari 789 kode untuk rawat inap

dan 288 untuk rawat jalan

(5)

Pelayanan & Biaya Pasien Dengan

Fee For Service *

UGD/IRJ Ruang rawat

Laboratorium RadioIogi Obat/AMHP Nota Biaya Rp ……. Nota Biaya Rp ……. Nota Biaya Rp ……. Nota Biaya Rp ……. Nota Biaya Rp ……. Kasir Kwitansi Biaya Perawatan (Total/Akumulasi) Pasien Pulang

(6)

PELAYANAN PASIEN DENGAN TARIF

INA-CBG

UGD/URJ Ruang rawat

Laboratorium Radiologi Tindakan Koding Software INA-CBGs UNU Grouper Unit Rekam Medis Kode: Dx/Prosedur: Utama Sekunder Rekam medis Resume medis TARIF

(7)

Kekurangan

sistem

casemix:

Code creep

Underprovide services

discharge

admissions prematurely

Increase both admission and unnecessary

readmissions

Normand and Weber 1994

(8)

Kode ina-CBG

E-4-10-iii

CMG

Tipe Kasus (1-9)

Spesifik CBGs

Severity Level

(9)

LIST OF CASEMIX MAIN GROUPS

NOS

. Case-Mix Main Groups (CMG)

CMG Codes 1 Central nervous system Groups G

2 Eye and Adnexa Groups H

3 Ear, nose, mouth & throat Groups U

4 Respiratory system Groups J

5 Cardiovascular system Groups I

6 Digestive system Groups K

7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B 8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M 9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L 10 Endocrine system, nutrition & metabolism Groups E 11 Nephro-urinary System Groups N 12 Male reproductive System Groups V 13 Female reproductive system Groups W

14 Deleiveries Groups O

15 Newborns & Neonates Groups P 16 Haemopoeitic & immune system Groups D

(10)

NO

S. Case-Mix Main Groups (CMG)

CMG Codes

17 Myeloproliferative system & neoplasms Groups C 18 Infectious & parasitic diseases Groups A 19 Mental Health and Behavioral Groups F 20 Substance abuse & dependence Groups T 21 Injuries, poisonings & toxic effects of drugs Groups S 22

Factors influencing health status & other contacts with

health services Groups Z

23 Ambulatory Groups-Episodic Q 24 Ambulatory Groups-Package QP 25 Sub-Acute Groups SA 26 Special Procedures YY 27 Special Drugs DD 28 Special Investigations I II 29 Special Investigations II IJ 30 Special Prosthesis RR 31 Chronic Groups CD 32 Errors CMGs X

(11)

Koding adalah memberi kode pada :

Diagnosis utama

Diagnosis Sekunder (komplikasi &

ko-morbiditi)

Prosedur utama

Prosedur Sekunder

menggunakan

ICD-10 (Penyakit) & ICD-9CM

(Prosedur)

(12)

KLASIFIKASI

PENYAKIT & TINDAKAN/PROSEDUR

KLASIFIKASI

(13)

Adalah

diagnosa akhir/final

yang dipilih

dokter pada hari terakhir perawatan

dengan criteria

paling banyak

menggunakan sumber daya

atau yang

menyebabkan

hari rawatan paling lama

(LOS)

(14)

• Diagnosis utama selalu ditetapkan pada

akhir perawatan

seorang pasien.

(established at the end of the episode of

health care)

• Jika terdapat lebih dari satu diagnosis

maka dipilih satu diagnosis yg

paling

banyak menggunakan resouces

(SDM,

bahan pakai habis, peralatan medik, tes

pemeriksaan dan lain2).

(Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Rules and guidelines for mortality and morbidity coding)

(15)

Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain dari

diagnosis utama (Komplikasi + Ko-morbiditi)

Komplikasi adalah diagnosis yang muncul setelah

pasien berada di RS.

Ex: Wound infection, Pneumonia etc.

Ko-morbiditi adalah diagnosis lain yang sudah ada

sebelum masuk RS.

Ex: Diabetes, Hypertension etc

(16)

Prosedur utama adalah prosedur tindakan

yang paling banyak menghabiskan

sumber daya atau yang menyebabkan

hari rawatan paling lama dan biasanya

berhubungan erat dengan diagnosa

utama.

Prosedur utama adalah prosedur tindakan

yang

paling banyak menghabiskan

sumber daya

atau yang menyebabkan

hari rawatan paling lama

dan biasanya

berhubungan erat dengan diagnosa

utama

.

(17)

Seluruh signifikan prosedur tindakan yang

dijalankan pada pasien rawat inap atau

rawat jalan, membutuhkan peralatan

special atau dikerjakan oleh staf terlatih

dan berpengalaman

Seluruh

signifikan

prosedur tindakan yang

dijalankan pada pasien rawat inap atau

rawat jalan, membutuhkan

peralatan

special

atau dikerjakan oleh

staf terlatih

dan

berpengalaman

(18)

Rekam

Medis

Koding

INACBGs

Group

Hubungan

(19)

Tanpa dokumentasi rekam medis

– Koding tidak bisa dilakukan

Kelengkapan RESUME MEDIS

Ketelitian & Ketepatan koding

Komunikasi dokter dan koder

REKAM MEDIS PONDASI UTAMA

KODING

(20)

DOKUMENTASI DALAM REKAM

MEDIS

• Harus akurat dan lengkap

• Mencerminkan episode perawatan pasien

• Penulisan Diagnosa & Prosedur tidak boleh

disingkat (Resume Medis & IC)

• Harus jelas dan rinci

• Catatan harus dapat dibaca dan tidak boleh

dihapus

(21)

Data demografi pasien

Resume medis

Laporan operasi

Hasil pemeriksaan penunjang (P.A,

Patklin,Radiologi)

Catatan Perkembangan Pasien

Terintegrasi

(22)

DOKTER

menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder apabila ada sesuai dengan ICD 10 serta menulis seluruh prosedur/tindakan yang telah dilaksanakan dan membuat resume medis pasien secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah sakit.

KODER

melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi oleh dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa dan ICD 9 CM untuk prosedur/tindakan

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

(23)

23

PERAN PENULISAN

DIAGNOSIS DAN KODE INA-DRG

Penulisan diagnosis tdk lengkap • Pengkodean salah

Penulisan diagnosis tdk lengkap • Pengkodean salah Tarif rumah sakit salah Tarif rumah sakit salah Kode INA-CBG salah Kode INA-CBG salah

Dokter dan Koder

Berperan penting dalam

penerapan sistem kode

(24)

• Mengikuti standar resmi WHO dalam pengkodean diagnosis (WHOMorbidity Refference Group)

• Mengikuti standar resmi aturan coding ICD-10 dan ICD-9-CM

• Untuk kasus pasien bayi baru lahir (usia 0-30 hari) data berat badanlahir dalam gram harus dimasukkan. • Gunakan kode P (perinatal) untuk diagnosa utama jika

umur pasien kurang dari 30 hari.

• Prosedur utama harus berkaitan dengan Diagnosa utama (upcoding, unnecessary procedure)

(25)

25

BP = Broncho PneumoniaBP = Brachial Plexus

FA = Fibrillation AtrialFA = Flour Albus

HAP = Haemorrhagic AnterpartumHAP = Hospital Acquired PneumoniaMR = Mitral Regurgitation

MR = Mental Retardation

HINDARI SINGKATAN

DIAGNOSIS/PROSEDUR

(26)

26

Diagnosis/tindakan tidak ditulisDiagnosis/tindakan tidak spesifikDiagnosis/tindakan tidak lengkapTulisan dokter tidak terbaca

Singkatan tidak standar

Prosedur tidak dilakukan ttp di

koding

Prosedur dilakukan ttp tidak di

koding

Salah Koding

PROBLEM KODING

ICD-10 & ICD-9CM

(27)

STANDAR KODING

Pasien Demografi Pasien Demografi Diagnosis Utama & Sekunder Diagnosis Utama & Sekunder Prosedur Utama & Sekuder Prosedur Utama & Sekuder Injury & External Cause Injury & External Cause Morphology & Histolgy Morphology

& Histolgy GroupGroupCek & Cek &

Entry data atau import data dari

SIM RS ICD10 Kode Diagnosis Utama sesuai resume dengan memenuhi aturan coding, kemudian kode diagnosis sekunder ICD9CM V01-Y98 M8000/0-M9989/1

Jika diagnosis utama atau diagnosis sekunder adalah cedera/injury harus diikuti dengan

penyebab luar (external cause) yang relevan dengan diagnosisnya.

Jika diagnosis utama atau diagnosis sekunder adalah Neoplasma harus diikuti dengan kode Morfology untuk menggambarkan histology dan behavior (sifat, prilaku) nya Review hasil pengkodean dan Grouping DRGs Kode Prosedur Utama yang berhubungan dengan Diagnosis Utama dilanjutkan dengan mengkode prosedur-prosedur lainnya.

(28)

Golden Coding Rules

Volume 1 dan 3 harus digunakan bersama-sama untuk

menemukan kode yang benar dari setiap kasus

Kategori penyakit khusus memperoleh prioritas di atas kategori sistem tubuh.

Contoh: Ca. Paru-Paru akan diklasifikasikan dalam Bab II Neoplasma bukan dalam Bab X Penyakit Sistem pernafasan

(29)

Prosedur berdasarkan (ICD-9CM)

Semua prosedur

Termasuk prosedur Operasi dan pengobatan

Termasuk prosedur non

operasi seperti CT Scan, MRI, USG

Prosedur yang dikoding

Semua prosedur dilakukan

didalam kamar operasi

Semua prosedur melibatkan staf ahli dan menggunakan alat canggih.

(30)

Contoh Prosedur tidak

significant di R.I

Ordinary plain X Ray

Word Catheterization

Cardiopulmonary resuscitation

Cardiac massage

Laboratoriun test

IV Therapy

Pemeriksaan pemulihan

(physioteraphy)

(31)

1. Pencatatan Informasi

Diagnosa

Dokter hrs memilih kondisi utama utk

dicatat

Diagnosa hrs mempunyai nilai

informatif sesuai kategori ICD yg

spesifik :

Acute appendicitis with perforation

Diabetic cataract, insulin-dependent Meningococcal pericarditis

Antenatal care for pregnancy-induced hypertension

Diplopia due to allergic reaction to antihistamine taken as

prescribed

Osteoarthritis of hip due to an old hip fracture fracture of

neck of femur following a fall at home

(32)

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (1)

K

ondisi utama & Kondisi lain yg relevan

harus dicatat oleh dokter, dan koder

memberi kode pd kondisi tsb.

Bila kondisi pencatatan utama sudah tidak

konsisten atau salah dicatat, harus

dikembalikan utk penjelasan.

Bila gagal mendapatkan klarifikasi

peraturan MB1 s/d MB5 akan menolong

koder

.

(33)

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (2)

Sistem dual-klasifikasi Dagger (†) & Asterisk

(*)

Contoh :

Measles pneumonia = B05.2† J17.1*

Pericarditis tuberculosis = A18.8† I32.0*

(34)

34

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (3)

Symptoms (gejala), Sign dan temuan abnormal dan

situasi yg bukan penyakit :

Hati2 dlm kode diagnosa utama utk BAB XVIII (kode “R”) & XXI (kode “Z”) utk KASUS RAWAT INAP.

Jika diagnosa yg lbh spesifik (penyakit atau cidera) tidak dibuat pd akhir rawat inap maka dizinkan memberi kode “R” atau kode “Z”.

Kode kategori kombinasi

Kategori kombinasi digunakan apabila diagnosa utama dan sekunder yg berkaitan dapat digambarkan dalam satu kode

Kondisi utama : Renal failure

Kondisi lain : Hypertensive renal disease

(35)

35

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (4)

Kode kondisi multiple

Bila terdapat kondisi “Multiple” tdk ada kondisi tunggal yg menonjol, diberi kode “multiple” yg digunakan & kode sekunder dapat ditambahkan untuk daftar kondisi individu

Kode ini diterapkan terutama pada yg berhubungan dng penyakit HIV, Cedera & Sequelae

Kode morbiditas penyebab eksternal

Sifat dasar kondisi & keadaan penyebab eksternal harus diberi kode.

Biasanya sifat dasar pd BAB XIX (S00-T98) &

penyebab external pd BAB XX (V01-Y98) sbg kode tambahan

(36)

36

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (5)

Kode sequelae pada kondisi tertentu

“Sequelae of …”(B90-B94, E64-E68, G09, I69, O97, T90-T98, Y85-Y89) digunakan untuk kondisi yg

sudah tdk ada lagi saat ini (telah diobati/diperiksa). kode utamanya adalah sifat dasar sequelae itu

sendiri, kode “sequelae of ..” (old; no longer present) sbg kode sekunder optional.

contoh :

Kondisi utama : Dysphasia dari old cerebral infarction

Diberi kode Dysphasia (R47.0) sbg kode utama. Kode untuk

sequelae cerebral infarction (I69.3) sbg kode sekunder. Kondisi utama : Late effect dari poliomyelitis

Kondisi lain :

-Diberi kode Sequelae poliomyelitis (B91) sbg kode utama krn tdk ada informasi lain.

(37)

37

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (6)

Kode kondisi Akut & Kronis

Kondisi utama akut & kronis dijumpai kategori yg terpisah, tetapi bg kombinasi kode kondisi akut digunakan sbg kondisi utama yg harus dipilih.

contoh :

Kondisi utama : Cholecystitis akut & kronis kondisi lain :

-Diberi kode acute cholecystitis (K81.0) sbg kode utama dan chronic cholecystitis (K81.1) digunakan sbg kode sekunder

(38)

38

2. Pedoman pemberian kode

Kondisi utama & kondisi

lain (7)

Kode kondisi & komplikasi post

prosedur

Bab XIX (T80-T88) utk komplikasi yg berhubungan dng pembedahan & tindakan lain.

mis : Infeksi luka, komplikasi mekanis dr implant, shock dll.

contoh :

Kondisi utama : Haemorrhage hebat setelah cabut gigi Kondisi lain : Nyeri

Spesilaisasi : Gimul

Diberi kode Haemorrhage resulting from a procedure (T81.0) sbg kode utama

(39)

39

RULE MB1

Kondisi minor direkam sebagai “Kondisi utama” (main

condition), kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai “kondisi lain” (other condition)

Kondisi utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang terjadi, dan jenis spesialis yang mengasuh.

 pilih kondisi yang relevan sebagai “Kondisi utama” Contoh:

K. utama : Dyspepsi

Kondisi lain: Acute appendicitis Acute abdominal pain

Prosedur: Appendectomy Spesialis: Bedah digesti

(40)

40

RULE MB2

Beberapa Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama

Beberapa kondisi tidak bisa digabung untuk dapat dicode bersama dan direkam semua sebagai kondisi utama,  dan salah satu kondisi lain pada rekaman menunjuk sebagai kondisi utama, maka pilih ini sebagai kondisi utama, bila tidak ada maka pilih yang pertama

disebut.

Contoh:1. K. Ut. Osteoporosis

Candida bronchopneumonia Rheumatism

K. lain:

-Bidang spesialisasi: Peny.Paru

Reseleksi K. Ut. Candida bronchopneumonia 2. K.Ut. KPD, letak lintang dan anemia

K.lain:

-Partus spontan

(41)

41

RULE MB3

Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama

menggambarkan suatu gejala yang timbul akibat suatu diagnosa atau kondisi yang ditangani

Jika kondisi terkait diberi code yang ditemukan di Bab XVIII (R.-), dan di rekam medis ada terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini

terapi diberikan  maka reseleksi kondisi akhir tersebut sebagai kondisi utama.

Contoh: K. ut. Hematemesis K. lain: Varices esophagus

Cirrhosis hepatis

Bidang spesialis: Penyakit Dalam konsul ke Bedah Reseleksi kondisi utama: Varices esophagus pada

(42)

42

RULE MB4

Spesialisitas

Bila diagnosis yang terekam sebagai kondisi utama adalah istilah yang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang

lokasi tubuh atau sifat dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi terakhir sebagai kondisi utama.

Contoh: K.Ut. CVA

K. lain-lain: Stroke Hemiplegia

Cerebral haemorrhage

Reseleksi: Kondisi utama: Stroke cerebral hemorhage

K.Ut. DM tanpa terapi insulin K. lain-lain: Cataract mata bilateral Spesialisasi: Ophthalmologist

(43)

43

RULE MB5

Alternatif diagnoses utama

Suatu tanda/gejala direkam sebagai kondisi utama, dengan indikasi kondisi terkait adalah suatu kondisi atau kondisi lain, reseleksi gejala tersebut sebagai “kondisi utama”.

Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan

diagnostik sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut. Contoh:

1. K. ut. Sakit kepala mungkin krn sinusitis atau stres. Reseleksi: Sakit kepala

2. K.ut. Kolekistitis akut atau gastritis Reseleksi: kolekistitis akut

3. K. ut. GE akibat infeksi atau keracunan makanan Reseleksi: Infectious GE.

(44)

KHUSUS UNTUK BAYI PERINATAL:

Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki code

diagnosis penyakit (P)  hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau

multiple (Z38)

“Apabila lahir ada masalah/gangguan. cari kode P.

termasuk bayi lahir sehat tetapi dipengaruhi oleh faktor ibunya : komplikasi saat hamil & melahirkan P00 s/d P04 “

(45)

45

B20-B24 : HIV

Kondisi Utama penyakit HIV disertai beberapa penyakit,

HARUS dipilih subkategori 7. yg tepat dari B20-B22.

Sub kategori B22.7 dbila tdp dua (2) kategori atau lebih dari

B20-B22, diikuti kode tambahan utk menentukan daftar kondisi individual dapat digunakan B20-B24

Contoh :

1. KU : Penyanit AIDS dan Sarcoma Kaposi K.Lain :

Diberi kode HIV disease resulting in Kaposi’s sarcoma (B21.0) 2. KU : Toxoplasmosis dan Cryptococcosis pd pasien HIV

K. Lain :

Diberi kode HIV multiple infection (B20.7), B20.8 dan B20.5 dapat digunakan sbg kode tambahan

(46)

46

E10-E14 DIABETES MELLITUS

Subkategori .7 digunakan kode utama bila komplikasi multiple pada DM. diikuti kode komplikasi yg terdaftar dapat ditambahkan sbg kode tambahan.

Contoh :

1. K.Utama : Renal failure krn diabetic glumenulonephrosis Diberi kode E14.2+ dan N08.3*

2. K.Utama : IDDM dng Nephropathy, Gangrene & Cataracts Diberi kode utama IDDM with multiple complication (E10.7) dan E10.2+ N08.3* IDDM dng nephropathy, E10.5 NIDDM with Gangrene, E10.3+ H28.0* IDDM with cataract

(47)

47

O80 – O84 PERSALINAN dlm CBGs

Semua persalinan bila terdapat

penyulit dan penyulit atau

komplikasinya tersebut memang

resourse terbesar maka PENYULIT

menjadi kode diagnosa utama

(48)

Speci

al

Drugs

Speci

al

Drugs

UNU

GROUPER

UNU

GROUPER

Special

Prosthe

sis

Special

Prosthe

sis

Special

Procedu

re

Special

Procedu

re

Special Investig asi Special Investig asi

Acut

e

Acut

e

Sub

Acute

Sub

Acute

Chroni

c

Chroni

c

Tarif 2014 + 6

Tambahan tarif

30 Tipe CMG >> 76 =CBG

(49)

List Item Special CMG Tipe Special CMG utk top upkoefisien INA-CBG dasarKode

Tumor pineal – Endoskopy Special Procedure 0,5 E-1-01-I

Hip Replacement / knee replacement Special Procedure 0,5 M-1-04-I

PCI Special Procedure 1 I-1-40-I

Keratoplasty Special Procedure 1 H-1-30-I

Pancreatectomy Special Procedure 1 B-1-10-I

Repair of septal defect of heart with

prosthesis Special Procedure 1 I-1-06-I

Renal Transplantation Special Procedure 1 N-1-01-I

Stereotactic Surgery & Radiotheraphy Special Procedure 1 C-4-12-I

Torakotomi Special Procedure 1 J-1-30-I

Lobektomi / bilobektomi Special Procedure 1 J-1-10-I

Air plumbage Special Procedure 1 J-4-20-I

Timektomi Special Procedure 1 D-1-20-I

Vitrectomy Special Procedure 1 H-1-30-I

Phacoemulsification Special Procedure 1 H-2-36-0

Microlaringoscopy Special Procedure 2 J-3-15-0

Cholangiograph Special Procedure 2 B-3-11-0

Special

Procedure

Special

Procedure

(50)

List Item Special CMG Tipe Special CMG koefisien utk top up Kode INA-CBG dasar

Subdural grid electrode Special Prosthesis 0,5 G-1-10-I

Cote graft Special Prosthesis 0,5 I-1-03-I

TMJ Prothesis Special Prosthesis 1 M-1-60-I

Liquid Embolic (for AVM) Special Prosthesis 1 G-1-12-I

Hip Implant/ knee implant Special Prosthesis 1 M-1-04-I

Special

Prosthe

sis

Special

Prosthe

sis

(51)

List Item Special CMG Tipe Special CMG utk top upkoefisien

Kode INA-CBG

dasar

Streptokinase Special Drug 0,25 I-4-10-I

Deferiprone Special Drug 0,5 D-4-13-I

Deferoksamin Special Drug 0,5 D-4-13-I

Deferasirox Special Drug 0,5 D-4-13-I

Human Albumin Special Drug 0,5 A-4-10-I

Speci

al

Drugs

Speci

al

Drugs

(52)

List Item Special CMG Tipe Special CMG utk top upkoefisien

Kode INA-CBG

dasar

Other CT Scan Special Investigation 1,5 Z-3-19-0

Nuclear Medicine Special Investigation 1,5 Z-3-17-0

MRI Special Investigation 1,5 Z-3-16-0

Diagnostic and Imaging

Procedure of Eye Special Investigation 1,5 H-3-13-0

Special

Investig

asi

Special

Investig

asi

(53)

• Khusus untuk CMG F dan T Fase Akut : Hari 1 s/d 42 Fase Sub Akut : Hari 43 s/d 103

Fase Kronik : Hari 104 s/d 180 • Tarif

Fase Akut : Paket INA CBG’s

Fase Sub Akut : UC X 0,375 X RIW X LOS Fase Kronik : UC X 0,25 X RIW X LOS

RIW = Resource Intensity Weight

Besaran RIW berbanding lurus dng tingkat disabilitas pasien

Pengukuran tingkat Disabilitas dng menggunakan WHO Disability Assessment Schedule (DAS) 2.0

Sub

Acute

Sub

Acute

Chroni

c

Chroni

c

(54)

No

Kode Speci

al CMG

  Special CMGList Item Kode INA-CBG

Kode ICD utk Prosedur/Diag nosis Tipe Special CMG koefis ien utk top up Kode INA-CBG sbg tarif dasar

14 YY04 III Keratoplasty

H-1-30-I

1160,1161,1162,

1163,1164,1169 ProcedureSpecial 1 H-1-30-I

H-1-30-II

H-1-30-III

21 YY13 III Vitrectomy

H-1-30-I

1473 ProcedureSpecial 1 H-1-30-I

H-1-30-II

H-1-30-III

22 YY14 III Phacoemulsification H-2-36-0 1341 ProcedureSpecial 1 H-2-36-0

27 II01 IIIOther CT Scan Z-3-19 8741,8801,8838 InvestigatioSpecial

n 1,5 Z-3-19-0 29 II03 III MRI Z-3-16 8892,8893,8897 InvestigatioSpecial

n 1,5 Z-3-16-0 30 II04 III Diagnostic and Imaging Procedure of Eye H-3-13 9512 InvestigatioSpecial n 1,5 H-3-13-0

(55)

Sp

eci

al

Inv

est

iga

(56)

Sp

eci

al

Pro

(57)

Sp

eci

al

Pro

(58)

Sp

eci

al

Dr

(59)
(60)
(61)
(62)

TOP UP

SE. M

ENKE

S NO.

(63)

SE. M

ENKE

S NO.

(64)

Kode Thalasemia

Salah

(65)
(66)

Contoh Kasus : (1)

Diagnosa sekunder yg tidak catat

Diagnosa Utama : J350 (Chronic tonsillitis)

Diagnosa Sekunder :

Prosedur : 282 (Tonsillectomy without adenoidectomy) Hasil Grouping

INA-CBG : U-1-15-I

Deskripsi : PROSEDUR TONSIL & ADENOID RINGAN Tarif : Rp 5.239.729

Diagnosa Utama : J350 (Chronic tonsillitis)

Diagnosa Sekunder : E46 (Unspecified protein-energy malnutrition)

Prosedur : 282 (Tonsillectomy without adenoidectomy) Hasil Grouping

INA-CBG : U-1-15-III

Deskripsi : PROSEDUR TONSIL & ADENOID BERAT Tarif : Rp 11.593.531

(67)

Contoh Kasus : (2)

Diagnosa sekunder yg tidak catat

Diagnosa Utama : D12.6 (Tumor colon)

Diagnosa Sekunder :

Prosedur : 46.10 (Colostomy) Hasil Grouping

INA-CBG : K-1-20-I

Deskripsi : PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS (RINGAN) Tarif : Rp 26.687.362

Diagnosa Utama : D12.6 (Tumor colon)

Diagnosa Sekunder : E46 (Unspecified protein-energy malnutrition)

Prosedur : 46.10 (Colostomy) Hasil Grouping

INA-CBG : K-1-20-III

Deskripsi : PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS (BERAT) Tarif : Rp 65.029.892

(68)

Contoh Kasus : (3)

Diagnosa sekunder yg tidak catat

Diagnosa Utama : C50.9 (Malignant neoplasm of breast)

Diagnosa Sekunder :

Prosedur : Hasil Grouping

INA-CBG : L-4-11-I

Deskripsi : TUMOR PAYUDARA (RINGAN) Tarif : Rp 8.249.820,00

Diagnosa Utama : C50.9 (Malignant neoplasm of breast)

Diagnosa Sekunder : D63.0 (Anaemia in neoplastic disease)

Prosedur : Hasil Grouping

INA-CBG : L-4-11-II

Deskripsi : TUMOR PAYUDARA (SEDANG) Tarif : Rp

(69)

11.416.731,-•

Code Creep

adalah perubahan dalam pencatatan Rumah

Sakit (rekam medis) yang dilakukan praktisi untuk

meningkatkan penggantian biaya dalam sistem Casemix

(Seinwald dan Dummit, 1989)

Code Creep

sering disebut sebagai

upcoding

, dan apabila

mengacu pada konteks Tagihan Rumah Sakit (hospital

billing) maka disebut

DRG Creep

Penyebab

variasi pengkodean :

-

Kurangnya pengetahuan koder

-

Pengembangan serta revisi dalam sistem koding

-

Kebijakan khusus suatu negara

(70)

Kode Z dan R tidak dapat dipakai sebagai diagnosa

utama apabila ada diagnosa lain yang lebih spesifik

Tindakan/Prosedur seharusnya relevan dengan

diagnosa utama

Beberapa diagnosis seharusnya dikode menjadi satu

(HHD+RHD+CHF = I13.0

Aturan kode Dagger (†) dan Asterisc (*)

(71)

Code creep / Up coding

Code Z dan R (

Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings)

tidak dapat dipakai sebagai diagnosa utama apabila

(72)
(73)

Coding of combination categories

(74)

Code creep / Up coding

(75)

March 18, 2013 Case-Mix Unit, HUKM 75

Data Quality and Coding Accuracy

Name of studies Country Year of

studies

Duration of case-mix implemented

% (error)

Accuracy of injury coding In Victorian hospital

Australia 1994-1995 5 years 73

Implementation of casemix in Thailand

Thailand 2001 10 years 20-45

Evaluation of coding data quality of the HCUP national inpatient sample

USA 1995 21 years 70% hospital (<15) 30% hospital (>15)

Physician & coding errors in patient record

USA 1985 3 years 35

The quality of diagnosis &

procedure coding in HUKM Malaysia 2003 9 month 35

The quality of diagnosis &

procedure coding in HUKM Malaysia 2004 2 years 8.0

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN LOGIKA FUZZY..

Pengembangan strategi bersaing ini bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantisipasi

Hasil pengalaman belajar dalam aspek kecerdasan spiritual anak usia 5-6 tahun di TK Salman Al-Farisi Bandung rata-rata Berkembang Sesuai Harapan, dengan fakta

Jika kondisi bernilai benar, maka statement yang akan dijalankan adalah statement setelah if tetapi jika kondisi bernilai salah, maka statement yang akan dijalankan adalah

Parameter yang digunakan untuk menentukan perlakuan yang memberikan hasil terbaik adalah TPC, tingkat degradasi TPH, dan penurunan COD, serta laju pertumbuhan

Perusahaan-perusahaan perlu berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan

Misi penting dari inisiatif Nabi membuat Piagam Madinah adalah satu sisi Nabi berhasil menyatukan penduduk Madinah dalam perjanjian damai, sedang sisi lain menguntungkan Nabi

Untuk membuat relationship maka masing-masing tabel harus memiliki primary key dan foreign key untuk dapat menghubungkan antara tabel induk dengan tabel anak.. Sehingga