• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian. Penjelasannya mengenai subyek penelitian, desain penelitian, setting lokasi, instrumen penelitian, pengukuran dan prosedur dalam penelitian ini.

3.1 Subyek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah ibu dewasa muda yang memiliki anak autis. Usia ibu dalam penelitian ini sekitar 20-40 tahun. Adapun diagnosa autis yang dimiliki anak harus sudah diberikan selama satu tahun atau dengan kata lain rentang umur antara umur anak saat ini dengan umur anak waktu didiagnosa harus minimial satu tahun. Hal tersebut dikarenakan subyek diharapkan sudah mampu mengembangkan perilaku coping dan mengetahui sumber stres yang dialami. Selain itu, subyek dalam penelitian ini setidaknya harus memiliki pendidikan minimal SMP. Hal tersebut disebabkan karena berdasarkan hasil uji keterbacaan dan uji coba, subyek dengan latar belakang pendidikan minimal SMP sudah dapat memahami isi dan cara pengisian kuesioner.

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak autis di Jakarta. Fokusnya adalah pada ibu dewasa muda berumur 20-40 tahun yang memiliki anak autis yang ditemui di beberapa tempat di Jakarta seperti tempat-tempat terapi, sekolah-sekolah autis dan rumah sakit.

(2)

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel

Desain penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposeful sampling. Menurut Herdiansyah (2010), purposeful sampling adalah teknik dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subyek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek ibu yang memiliki anak autis.

Kuesioner yang berhasil disebarkan oleh peneliti adalah 55 kuesioner, sedangkan subyek yang mau bersedia mengisi kuesioner adalah 44 orang. Jumlah kuesioner yang diberikan di tiap tempat berbeda-beda, tergantung jumlah anak autis yang ada di tempat tersebut dan tergantung dengan subyek yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Dari 44 subyek yang berhasil diperoleh, peneliti menyaringnya berdasarkan karakteristik subyek yang dibutuhkan peneliti sehingga total subyek dalam penelitian ini adalah 34 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan surat kepada tempat yang dituju terlebih dahulu, apabila sudah diterima dan disetujui barulah peneliti boleh mengambil sampel di tempat tersebut. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, peneliti menemukan banyak kesulitan-kesulitan, diantaranya:

1. Surat yang diberikan ketika dikonfirmasi kembali ternyata ijin tidak diberikan. 2. Surat dan ijin sudah diberikan namun ketika dikonfirmasi pada pihak psikolog

ternyata sudah tidak terdapat anak autis di tempat tersebut.

3. Surat dan ijin sudah diberikan namun peneliti dikenakan biaya, sedangkan subyek yang ada hanya 3 orang sehingga peneliti membatalkannya.

(3)

4. Surat dan ijin sudah diberikan namun peneliti hanya boleh menitipkan kuesioner pada karyawan di tempat tersebut, serta mereka berjanji menyelesaikannya selama 2 minggu namun setelah peneliti konfirmasi ternyata belum semua kuesioner terisi sehingga memakan waktu 1 bulan di satu tempat.

5. Peneliti dapat ijin untuk memberikan kuesioner dan melakukan pendekatan secara langsung terhadap subyek, namun beberapa subyek tidak mau mengisi kuesioner di tempat dan mau mengisinya di rumah sehingga beberapa kejadian subyek lupa membawa kuesioner sesuai perjajian dengan peneliti.

6. Kuesioner sudah dititipkan di tempat yang dituju dan sudah diberikan ijin, namun di lapangan karyawan di tempat tersebut mengatakan bahwa para orang tua di tempat tersebut sangat sensitif dan tidak mau mengisi kuesioner yang dititipkan peneliti sehingga dari 5 kuesioner yang diberikan hanya 3 kuesioner yang diisi dan itu pun dalam kurun waktu 1 bulan 2 minggu.

7. Tempat-tempat yang ditemui peneliti pada umumnya tidak berada di jalan raya. Akan tetapi tempat-tempat tersebut kebanyakan masuk ke komplek-komplek atau pun gang-gang sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam mencari alamat tempat-tempat yang ingin ditemui.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan salah satu hal penting dalam melakukan suatu penelitian. Menurut Sarwono (2006), desain penelitian merupakan peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Babbie (1986) yang mengatakan bahwa

(4)

desain penelitian merupakan strategi atau rencana yang dilakukan untuk melakukan suatu penelitian ilmiah.

Pada penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif Ex Post Facto yang bersifat deskriptif. Menurut Sarwono (2006), kuantitatif Ex Post Facto adalah penelitian yang dilakukan tanpa adanya manipulasi atau mengatur suatu kondisi di lapangan. Dalam penelitian ini, tujuan penelitian ialah bersifat deskriptif, dimana menurut Sarwono (2006), merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui cara atau gambaran dari suatu variabel. Nazir (2003) juga mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian dilakukan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Menurutnya, metode ini bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan, oleh karena itulah peneliti menggunakan desain penelitian ini.

3.3 Setting Lokasi

Lokasi penelitian ini bertempat di beberapa tempat di Jakarta seperti tempat-tempat terapi, sekolah-sekolah dan rumah sakit. Berikut tempat-tempat-tempat-tempat terapi, sekolah-sekolah autis dan rumah sakit yang telah diberikan surat oleh penulis adalah:

(5)

Tabel 3.1

Tempat-Tempat Yang Telah Diberikan Surat Beserta Alamatnya

No Nama Tempat Alamat

1. MANDIGA Jln. Mulawarman No. 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

2. PT. Sarana Daya

Autisma Jln. TB Simatupang, Kav 38 Jakarta Selatan 3. Klinik Pela 9 Jln. Pela No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 4. Pusat Terapi

“SAPUTRA”

Ruko Pelangi Blok F 25, Taman Palem Cengkareng, Jakarta Selatan

5. YCHI Jln. H. Saikin No. 2, Pondok Pinang, Jakarta Selatan 6. Talitakum I Jln. Raya Panjang No. 18 Kebon Jeruk Barat, Jakarta

Barat

7. Taitakum II Jln. Sentra Niaga Puri Indah Blok T-3 No. 9 Puri Indah, Jakarta Barat

8. Smart Kid Clinic Apartement Mediterania Garden Resident 1 Tower Dahita/GF/07, Jakarta Barat 9. YAMET Jln. H. Ismail No. 15 B, Jakarta Selatan

10. RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jln. Prof. Dr. Latumenten No. 1, Jakarta Barat

11. RSAB Harapan Kita Jln. Letjen S. Parman Kav. 87 Slipi, Jakarta

12. SLBC Kyriakon Jln. Kampung Baru VI No. 8, Ulu Jami, Jakarta Selatan 13. Mangunkusumo RS Cipto Jln. Diponegoro Raya No. 17, Jakarta Pusat

Walaupun telah diberikan surat ijin, tidak semua dari tempat-tempat diatas pada kenyataannya berhasil diperoleh subyek. Hal tersebut dikarenakan banyak hal seperti: dikenakannya biaya yang tidak seimbang dengan persediaan subyek, pihak tempat tidak memberikan ijin pada peneliti untuk menyebarkan kuesioner, tidak ada subyek yang bersedia mengisi kuesioner, dan lain-lain.

(6)

Tabel 3.2

Tempat-Tempat Peneliti Memperoleh Subyek

No Nama Tempat Alamat

1. MANDIGA Jln. Mulawarman No. 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

2. PT. Sarana Daya

Autisma Jln. TB Simatupang, Kav 38 Jakarta Selatan 3. Klinik Pela 9 Jln. Pela No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 4. Pusat Terapi

“SAPUTRA”

Ruko Pelangi Blok F 25, Taman Palem Cengkareng, Jakarta Selatan

5. YCHI Jln. H. Saikin No. 2, Pondok Pinang, Jakarta Selatan

6. Talitakum I Jln. Raya Panjang No. 18 Kebon Jeruk Barat, Jakarta Barat

7. SLBC Kyriakon Jln. Kampung Baru VI No. 8, Ulu Jami, Jakarta Selatan

8. Mangunkusumo RS Cipto Jln. Diponegoro Raya No. 17, Jakarta Pusat

Berikut nama-nama tempat yang batal memperoleh subyek beserta alasannya: Tabel 3.3

Nama-Nama Tempat Yang Batal Memperoleh Subyek Beserta Alasannya

No. Nama Tempat Alasan

1. Talitakum II Tidak diberikan ijin

2. Smart Kid Clinic Tidak diberikan ijin

3. YAMET Tidak ada subyek yang bersedia

4. RSJ dr. Soeharto Heerdjan Dikenakan biaya Rp. 750.000 sedangkan subyek yang tersedia hanya 3 orang

5. RSAB Harapan Kita Dikenakan biaya Rp. 250.000 sedangkan subyek yang tersedia hanya 1 orang

Setting penelitian dilakukan peneliti dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada ibu yang memiliki anak autis ketika ibu tersebut sedang berada di tempat-tempat tersebut dan kuesioner tersebut dapat diambil saat itu juga. Namun pada kenyataannya di lapangan, ada juga yang dititipkan pada nenek atau baby

(7)

sitter yang sedang mengantar anaknya yang ingin terapi atau sekolah autis. Selain itu, ada beberapa tempat yang meminta peneliti hanya memberikan kuesioner yang ingin dibagikan kepada ibu yang memiliki anak autis dan peneliti hanya harus terus mengkonfirmasi mengenai keberadaan perkembangan kuesioner yang dititipkan. Hal ini dikarenakan ijin dan peraturan di beberapa tempat mengingat penelitian yang dilakukan sangat sensitif.

3.4 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 alat ukur yaitu alat ukur sumber stres dan cara menanggulangi stres. Kedua alat ukur tersebut diperoleh dari sumber yang berbeda, alat ukur sumber stres dibuat oleh peneliti dengan dasar teori yang digunakan, sedangkan alat ukur cara menanggulangi stres diperoleh dengan mengadaptasi kuesioner yang ada pada pengambilan teori yang digunakan.

3.4.1 Alat Ukur Sumber Stres

Sebelum merancang alat ukur ini, peneliti mencoba mencari alat ukur sumber stres yang sudah valid dan reliabel. Akan tetapi peneliti tidak menemukannya sehingga peneliti memutuskan untuk merancang alat ukur sendiri berdasarkan teori Sarafino (2006) yang terdiri dari 3 variabel yaitu:

1. Individu, berkaitan dengan adanya konflik,

2. Keluarga, berkaitan dengan hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga,

3. Lingkungan, berkaitan dengan kontak dengan orang di luar keluarga yang dapat menyediakan banyak sumber stres.

(8)

Dalam merancang item-item pada alat ukur sumber stres, peneliti merancangnya berdasarkan pengertian, contoh dan artikel yang mendukung teori yang digunakan serta membuat kisi-kisi alat ukur (lampiran 1). Setelah itu akhirnya peneliti membuat item-item pernyataan yang terdiri dari 10 item yang berkaitan dengan individu, 10 item yang berkaitan dengan keluarga, dan 10 item yang berkaitan dengan lingkungan, sehingga total keseluruhan adalah 30 item (lampiran 2).

Pada bagian depan alat ukur ini berisi pengantar, lalu data subyek, data kontrol, setelah itu petunjuk pengisian, contoh pengisian, dan terakhir item-item pada alat ukur sumber stres dan cara menanggulangi stres (lampiran 3). Adapun contoh item dalam alat ukur sumber stres ini adalah sebagai berikut:

Saya merasa cemas dalam memenuhi kebutuhan anak saya. a. Ya

b. Tidak

Arti pernyataan tersebut di atas adalah jika subyek memilih a, maka subyek merasa cemas dalam memenuhi kebutuhan anaknya, sedangkan jika subyek memilih b, maka subyek tidak merasa cemas dalam memenuhi kebutuhan anaknya.

3.4.2 Alat Ukur Cara Menanggulangi Stres

Alat ukur cara menanggulangi stres ini diperoleh dari teori Lazarus & Folkman (1984) dimana peneliti memperoleh teori cara menanggulangi stres yaitu dari kuesioner Ways Of Coping (Revised). Karena alat ukur tersebut menggunakan Bahasa Inggris, sehingga peneliti mencoba untuk mengadaptasi alat ukur tersebut ke dalam Bahasa Indonesia. Adaptasi alat ukur awalnya dilakukan peneliti sendiri

(9)

lalu di cek oleh ahli bahasa (nama tidak mau disebutkan), setelah masalah bahasa selesai selanjutnya alat ukur tersebut di cek oleh dosen pembimbing peneliti.

Alat ukur ini terdiri dari 2 variabel yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Menurut Lazarus & Folkman (1984), problem focused coping dilakukan dengan melakukan tindakan langsung untuk memecahkan masalah, sedangkan emotion focused coping dilakukan dengan mengurangi emosi negatif yang ditimbulkan oleh situasi yang tidak menyenangkan.

Pada alat ukur ini tidak terdapat keterangan nomor berapa item-item pada

problem focused coping dan emotion focused coping, namun hanya menjelaskan mengenai contoh-contoh dan penjelasan dari masing-masing variabel. Akhirnya peneliti memutuskan untuk membuat kisi-kisi alat ukur (lampiran 4) berdasarkan penjelasan variabel dan contoh yang diberikan. Setelah itu diperolehlah item-item pernyataan yang terdiri dari 21 item yang berkaitan dengan problem focused coping dan 46 item yang berkaitan dengan emotion focused coping, sehingga total keseluruhan item adalah 67 item (lampiran 5).

Pada bagian depan alat ukur ini berisi pengantar, lalu data subyek, data kontrol, setelah itu petunjuk pengisian, dan terakhir alat ukur cara menanggulangi stres. Adapun contoh item dalam alat ukur cara menanggulangi stres adalah sebagai berikut:

Saya menganalisa keadaan anak saya yang menderita autisme untuk memahami masalahnya dengan lebih baik.

SS S TS STS

(10)

Arti pernyataan tersebut di atas adalah jika memilih no. 4, maka subyek sangat setuju (SS) dengan pernyataan diatas, jika memilih no. 3, maka subyek setuju (S) dengan pernyataan diatas, jika memilih no. 2, maka subyek tidak setuju (TS) dengan pernyataan diatas, dan jika subyek memilih no. 1, maka subyek sangat tidak setuju (STS) dengan pernyataan diatas.

3.5 Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 alat ukur, sehingga dalam mengukur variabel pada kedua alat ukur menggunakan cara yang berbeda-beda pula. Berikut penjelasan mengenai pengukuran variabel pada kedua alat ukur:

3.5.1 Pengukuran Variabel Penelitian pada Alat Ukur Sumber Stres

Dalam mengukur variabel pada alat ukur sumber stres, peneliti menggunakan skala dikhotomi. Skala ini digunakan untuk alat ukur dimana subyek menjawabnya hanya dengan dua pilihan jawaban yaitu ya atau tidak (Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki, 2004). Dalam alat ukur ini, jika subyek memilih jawaban ya artinya subyek merasa pernyataan yang diberikan sesuai dengan dirinya, sedangkan apabila subyek memilih jawaban tidak artinya subyek merasa pernyataan yang diberikan tidak sesuai dengan dirinya.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui alat ukur ini benar-benar mengukur apa yang harus diukur, maka perlu untuk melakukan pengujian validitas pada setiap item pernyataan pada alat ukur ini. Menurut Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki (2004) validitas berkaitan dengan permasalahan “apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut”. Dalam penelitian ini, validitas diuji dengan memberikan alat ukur ini kepada 34 subyek penelitian.

(11)

Item-item pada alat ukur sumber stres ini dianalisa dengan menggunakan rumus Pearson. Setelah itu hasilnya dibandingkan dengan menggunakan r tabel, dimana item dikatakan valid apabila nilai yang diperoleh dari rumus Pearson lebih tinggi dari nilai r tabel. Hal tesebut sejalan dengan pernyataan Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki (2004) bahwa jika koefisien korelasi (r) yang diperoleh ≥

daripada koefisien r pada tabel nilai-nilai kritis r (lampiran 6), yaitu pada taraf signifikansi 5% atau 1%, instrumen tes yang diujicobakan tersebut dapat dinyatakan valid.

Pada alat ukur ini, r pada tabel yang dihasilkan adalah 0,34 sehingga agar item-item tersebut dikatakan valid maka nilainya harus lebih besar dari 0,34. Setelah di uji, diperoleh bahwa semua item-item di alat ukur sumber stres tersebut dinyatakan valid atau semua nilai pada item-item alat ukur tersebut lebih tinggi dari 0,34 (lampiran 7).

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas pada alat ukur sumber stres ini. Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki, 2004), dimana suatu alat tes dikatakan reliabel apabila hasilnya lebih besar dari 0,7 (≥0,7). Pada alat ukur ini, uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan teknik KR20, dimana untuk mengujinya digunakan rumus KR20 yaitu:

Rumus KR adalah rumus Kuder Richardson seri 20 yang ditujukan untuk menguji  

R

tt

= 1-

  η  η ‐ 1  Σpq σ2

(12)

realibilitas yang diperoleh adalah 0,89 sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur ini reliabel atau nilainya lebih besar dari 0,7 (≥0,7) (lampiran 8).

3.5.2 Pengukuran Variabel Penelitian pada Alat Ukur Cara Menanggulangi Stres

Pada pengukuran variabel pada alat ukur cara menanggulangi stres, peneliti menggunakan skala likert. Skala ini digunakan untuk alat ukur dimana subyek menjawabnya memiliki 4 pilihan jawaban yaitu skala 1 sampai 4 (Bucci, 2003). Skala 1 berarti subyek sangat tidak setuju (STS) dengan pernyataan pada item, skala 2 berarti subyek tidak setuju (TS) dengan pernyataan pada item, skala 3 berarti subyek setuju (S) dengan pernyataan pada item dan skala 4 berarti subyek sangat setuju (SS) dengan pernyataan pada item.

Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas sama hal nya dengan alat ukur sumber stres. Validitas dan reliabilitas alat ukur ini juga diuji dengan memberikan alat ukur ini kepada 34 subyek penelitian. Dalam melakukan pengujian validitas item-item dan reliabilitas pada alat ukur ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, dimana item yang tidak memiliki hubungan signifikan akan dibuang. Item dikatakan valid apabila nilai yang diperoleh dari SPSS diatas 0,3 (≥0,3). Setelah diuji, diperoleh bahwa dari 67 item pada alat ukur tersebut terdapat 17 item yang dibuang (lampiran 9). Hal ini disebabkan 17 item tersebut nilainya dibawah 0,3 (≤0,3).

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji realibilitas pada alat ukur cara menanggulangi stres. Uji reabilitas ini juga dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dimana suatu alat tes dikatakan reliabel apabila hasilnya diatas 0,7 (>0,7). Setelah semua data dimasukkan di program SPSS tersebut, diperolehlah realibilitas

(13)

alat ukur ini adalah 0,956 sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner ini realibel atau nilainya lebih besar dari 0,7 (>0,7) (lampiran 10).

3.6 Prosedur

3.6.1 Tahap Persiapan

Pada penelitian ini, ada beberapa tahap persiapan yang dilakukan yaitu: 1. Menentukan masalah yang ingin diteliti

2. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran mengenai variabel yang diteliti

3. Mengajukan proposal penelitian kepada Jurusan Psikologi dan disetujui oleh Ketua Jurusan Psikologi dan Dosen Pembimbing

4. Menyusun instrumen penelitian

Alat ukur dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Alat ukur pertama dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dan contoh-contoh yang ada. Setelah itu, alat ukur tersebut di cek oleh dosen pembimbing dan uji validitas serta reliabilitas dilakukan peneliti dengan menggunakan teori validitas dan reliabilitas yang ada.

b. Alat ukur kedua, dilakukan dengan mengadaptasi kuesioner Ways Of Coping (Revised) yang menggunakan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Adaptasi dilakukan oleh peneliti sendiri lalu di cek oleh ahli bahasa (nama tidak mau disebutkan), kemudian setelah masalah bahasa selesai selanjutnya alat ukur tersebut di cek oleh dosen pembimbing peneliti. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan peneliti dengan menggunkan teori validitas dan reliabilitas yang ada.

(14)

5. Peneliti mencari alamat tempat-tempat yang diperlukan untuk memperoleh subyek melalui internet dan kerabat-kerabat peneliti

6. Setelah mengetahui tempat-tempat yang ingin dituju, peneliti menghubungi tempat tersebut untuk mengetahui hal-hal yang dibutuhkan untuk memperoleh subyek di tempat tersebut

7. Setelah itu peneliti memesan surat di Layanan Mahasiswa BINUS sebagai syarat untuk dapat mengambil data pada tempat-tempat yang dituju. Setelah surat diperoleh, peneliti langsung memberikannya di tempat-tempat yang dituju. Apabila sudah memperoleh ijin yang dibutuhkan peneliti langsung memberikan kuesioner penelitian kepada subyek.

8. Penelitian ini tidak dilakukan uji coba instrumen dikarenakan keterbatasan dalam memperoleh subyek yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 1 November 2010 sampai 28 Februari 2011. Dari 13 tempat, hanya 8 tempat yang akhirnya dijadikan tempat penelitian. Selain itu, dari 45 subyek yang mengisi alat ukur penelitian, setelah disaring menjadi 34 subyek.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Pada penelitian ini, tahap pelaksanaan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada subyek yang sedang berada di tempat-tempat terapi atau di sekolah-sekolah autis. Penelitian dilakukan di 8 tempat yang diperoleh dari tempat-tempat terapi dan sekolah-sekolah autis yang ada di Jakarta yang dilakukan dari tanggal 1 November 2010 sampai 28 Februari 2011.

(15)

3.6.3 Tahap Pengolahan

Tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

1. Verifikasi Data, yang dilakukan dengan mengecek kelengkapan jumlah kuesioner yang terkumpul dan pengisian kuesioner yang telah diisi oleh subyek. Setelah itu, data yang terkumpul disaring dengan menyesuaikannya dangan data kontrol yang dibutuhkan dalam penelitian

2. Pengolahan Data secara Statistik, yang dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dangan menggunakan program SPSS versi 16.0 pada alat ukur cara menanggulangi stres.dan dengan menggunakan Rumus Pearson pada alat ukur sumber stres.

3.6.4 Tahap Pembahasan

Pada penelitian ini, tahap pembahasan dilakukan dengan:

1. Menganalisis hasil yang diperoleh berdasarkan teori yang digunakan 2. Membuat kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Atonik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada ( Lactuca

Selama triwulan I-II 2016, lapangan usaha dengan tingkat pertumbuhan ekonomi paling besar adalah kategori pengadaan listrik dan gas yang tumbuh hingga 27,09

Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang

posisi yang baik dimata konsumen. Positioning merupakan strategi penempatan diri dalam upaya mewujudkan apa yang sudah menjadi tujuannya, yaitu dengan memperkenalkan

Berdasarkan nilai yang telah didapat untuk setiap parameter kerentanan, hasil analisis untuk tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman banjir bandang

yang sama, yaitu pemeriksaan penapisan/skrining terhadap kelainan terhadap kelainan pra kanker di mulut rahim atau kanker serviks.. pra kanker di mulut rahim atau

Alat penyaring ini digunakan pada jalur pipa guna menyaring kotoran pada aliran sehingga aliaran yg akan diproses atau hasil proses lebih baik mutunya.... Tipe ini digunakan

bolavoli yang diperuntukkan anak Sekolah Dasar, atau yang setara dengannya. Dewasa ini permainan bolavoli termasuk permainan yang populer diantara cabang olahraga yang lainnya.