• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum biologi perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laporan praktikum biologi perikanan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap

Disusun oleh :

Hasbi Ilmawan A 230110130059

Dehan Ahmadi 230110130130

Nabila Dwi Yasti 230110130143

Perikanan B / Kelompok 20

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

(2)

waktunya. Laporan praktikum ini berjudul “Analisis Aspek Biologi (Pertumbuhan, Reproduksi, dan Kebiasaan Makan) Ikan Mas (Cyprinus Carpio)”. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas laporan praktikum mata kuliah Biologi Perikanan.

Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah bekerjasama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan yang diberikan oleh asisten laboratorium.

Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya bagi semua pihak.

Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

(3)

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Praktikum... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) ... 3

2.1.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)... 3

2.1.2. Habitat dan Distribusi Ikan Mas (Cyprinus carpio)... 4

2.2. Hubungan Panjang Berat ... 4

2.3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ... 6

2.4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)... 8

2.5. Fekunditas ... 9

2.6. Posisi Inti Telur ... 11

2.7. Kebiasaan Makan ... 12

III. METODELOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Alat dan Bahan... 14

3.2.1. Alat ... 14

3.2.2. Bahan ... 14

3.3. Prosedur Kerja... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 17

4.2. Analisa Data dan Perhitungan ... 30

4.3 Pembahasan... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 38

5.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... vi

LAMPIRAN

(4)

1. Parameter Tingkat Kematangan Gonad... 7

2. Alat yang digunakan dalam praktikum ... 14

3. Bahan yang digunakan dalam praktikum ... 14

4. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok ... 17

5. Data Reproduksi Kelompok ... 17

6. Data Food and Feeding Habits Kelompok ... 17

7. Data Angkatan Menentukan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin... 18

8. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan... 23

9. Data Reproduksi Angkatan... 25

10. Food and Feeding Habits Angkatan... 28

DAFTAR GAMBAR

(5)

2. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat... 30

3. Grafik Perbandingan Jumlah Ikan Jantan dan Ikan Betina... 31

4. Diagram Perbandingan Persentase Ikan Jantan dan Ikan Betina... 31

5. Diagram Tingakat Kematangan Gonad Angkatan... 32

6. Grafik Tingkat Kematangan Gonad Jantan dan Betina Angkatan.... 32

DAFTAR LAMPIRAN

(6)

2. Dokumentasi Praktikum... 2

(7)

Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan, pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie 1997).

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara). Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling menunjang maupun saling menghalangi untuk mengendalikan perkembangan ikan (Fujaya 1999). Pertumbuhan pada ikan juga dapat menduga sebaran tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran.

Tingkat kematangan gonad pada suatu jenis ikan selalu menjadi hal yang sangat menarik untuk diamati. Perkembangan gonad ikan pada umumnya berbanding lurus dengan pertambahan umur pada ikan. Perkembangan dalam reproduksi, dihasilakan dari metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Nikolsky (1969) menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya menurun setelah pemijahan. Percobaan kondisi gonad ini dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad juga mempengaruhi fekunditas ikan.

(8)

Menurut Effendie (2002) bahwa besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), mudahnya tersedia makanan, lama masa pengambilan dan cara memakan ikan dalam populasi tersebut (feeding habits). Kebiasan makan dan cara memakan ikan itu secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum biologi perikanan ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui pertumbuhan ikan baik panjang dan berat

2. Mengetahui hubungan panjang berat

3. Mengetahui tingkat kematangan gonad ikan

4. Mengetahui ciri-ciri ikan yang akan memijah dan setelah memijah 5. Mengetahui indeks kematangan gonad dari suatu spesies ikan 6. Mengetahui fekunditas ikan betina

(9)

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil (Ardiwinata 1981).

Secara morfologi, ikan mas memiliki ciri-ciri bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (comprossed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Dibagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Diujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke dalam tipe sisik sikloid dengan warna yang sangat beragam (Rochdianto 2005).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas

Ikan mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi (Susanto 2007) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii

(10)

Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus Carpio

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus Carpio) (Sumber : ediaswanto.wordpress.com)

2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar antara 20-28°C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat di bawah suhu 13°C dan akan berhenti makan apabila suhu berada di bawah 5 °C. Ikan mas merupakan ikan air tawar yang memiliki sifat tenang, suka menempati perairan yang tidak terlalu bergolak dan senang bersembunyi di kedalaman. Ikan mas termasuk omnivora, biasanya memakan plankton. Larva ikan mas memakan invertebrata air seperti rotifer, copepoda dan kutu air. Kebiasaan makan ikan mas berubah-ubah dari hewan pemakan plankton menjadi pemakan dasar. Ikan mas yang sedang tumbuh memakan organisme bentik dan sedimen organik. Ikan mas jantan akan matang gonad pada umur dua tahun dan ikan mas betina pada umur tiga tahun. Ikan mas akan memijah pada suhu lingkungan berkisar antara 18-20°C (Ariaty 1991).

2.2 Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang disebabkan oleh kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari makanan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal umumnya faktor yang sukar untuk dikontrol, diantaranya adalah

(11)

keturunan, parasit, penyakit, sex,dan umur. Sedangkan faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan, namun dari kedua faktor tersebut belum diketahui faktor mana yang memegang peranan yang lebih besar. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas (Carlander 1969).

Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Maka hubungan tersebut tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi dalam suatu bentuk rumus yang umum (Lagler 1970) yaitu:

W = c x Ln Keterangan : W = Berat

L = Panjang

c dan n = konstanta

Apabila rumus umum diatas trasnformasikan ke dalam logaritma maka akan di dapatkan persamaan : Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linear atau persamaan garis lurus seperti di bawah harga n adalah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Harga ekponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2 - 4, namun dari kebanyakan harga n tadi berkisar dari 2,4 - 3,5. Bilamana harga n = 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian ialah pertumbuhan isometrik. Sedangkan apabila n > atau n < dinamakan pertumbuhan allometrik. Apabila harga n , dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Apabila angkanya lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok. Pertambahan berat lebih cepat daripada perubahan panjangnya (Lagler 1970).

(12)

2.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tahap kematangan adalah perkembangan sel telur menjadi semakin besar, berisi kuning telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah dewasa. Proses pematangan gonad pada ikan yang telah dewasa dan induk sebenarnya terjadi mulai dalam masa oosit muda dan bukan dari calon telur. Kematangan gonad dan keberhasilan pemijahan berhubungan dengan ukuran dan umur ikan. Semakin besar ukuran ikan, jumlah telurnya akan semakin banyak, ukuran telurnya juga relatif lebih besar demikian pula kualitasnya semakin baik (Billard 1992).

Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10%. Dari TKG ini dapat diketahui bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya (Bagenal dan Braum 1968).

Secara alamiah ukuran dan berat tubuh ikan dapat digunakan sebagai tanda utama untuk mengetahui kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Dalam bidang pembenihan ikan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak (Effendi 2002).

Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu cara histologi yang dilakukan di laboratorium, yang kedua dengan cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie 2002).

(13)

Dasar yang dipakai untuk menentukan TKG dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan ikan betina lebih banyak dilihat dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat didalam testis (Effendie 2002).

Morfologi gonad dan corak warna digunakan untuk membedakan tingkat kematangan. Hal tersebut bermanfaat untuk menentukan masa memijah secara umum dan menentukan langkah lanjut untuk pengelolaannya. Akan tetapi kelemahannya adalah gonad yang telah ditentukan dengan cara tersebut termasuk tingkat kematangan tinggi (Lam 1983).

Faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan, antara lain suhu dan makanan, tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di daerah tropik gonad dapat masak lebih cepat. Kualitas pakan yang diberikan harus mempunyai komposisi khusus yang merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan proses pematangan gonad dan pemijahan (Effendie 2002).

Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad dapat dilihat dari beberapa parameter, yang terlampir pada tabel 1.

Tabel 1. Parameter Tingkat Kematangan Gonad

BETINA JANTAN

Bentuk ovarium Bentuk testes

Besar Kecilnya Ovarium Besar Kecilnya testes

Pengisian ovarium dalam rongga tubuh Pengisian testes dalam rongga tubuh

Warna ovarium Warna testes

Halus tidaknya ovarium Keluar tidaknya cairan dari testes Ukuran telur dalam ovarium.

Kejelasan bentuk dan warna telur. Ukuran garis tengah telur

Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum 1968) yaitu:

1. Dara : Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.

(14)

2. Dara Berkembang : Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.

3. Perkembangan I : Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna

kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih. 4. Perkembangan II : Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada

sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.

5. Bunting : Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar testesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak.

6. Mijah : Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur di dalam ovarium.

7. Mijah/salin : Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat telur.

8. Salin : Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

9. Pulih salin : Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah. 2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad (Fujaya 2002).

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif, dapat dinyatakan dengan suatu indeks yang dinamakan Indeks Kematangan Gonad (IKG), yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100% (Herawati 2014).

(15)

Keterangan : IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Bobot gonad

Bt = Bobot tubuh

Perbandingan tersebut ialah “Index of maturity”, namun diantara banyak peneliti menamakan indeks tadi ialah “Gonado Somatic Index”. Indeks ini diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu pengukur aktifitas gonad dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama “Raport Gonosomatique”.“Gonado Somatic Index” (GSI) = Wg/W X 100% akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Nilai GSI ikan thread fin berkisar antara 1-25%. Ikan dengan GSI 19%, ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Indeks tersebut semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Adakalanya nilai GSI ini dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan memperbandingkan hal demikian, akan tampak hubungan antara perkembangan didalam dan diluar gonad ikan, nilai-nilai morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap saat (Johnson 1971).

Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang dikandung didalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut (Johnson 1971).

2.5 Fekunditas

Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas secara tidak langsung, dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur

(16)

yang bersangkutan. Jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahanm beberapa kali dalam setahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan selama hidup. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky 1963).

Bagi ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini sesuai dengan studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan dalam pengelolaan perikanan yang baik. Dalam menghitung fekuinditas dikenal lima metode (Bagenal dan Braum 1968), yaitu :

a. Metode Numerik, metode sensus dengan menghitung semua jumlah telur yang ada pada gonad secara manual (satu per saru).

b. Metode Volumetrik, perhitungan sampel, caranya sebagai berikut :

Menghitung volume gonad secara keseluruhan (dapat dilakukan dengan memasukannya pada gelas ukur berisi air, dan menghitung selisis volume awal air saja dan volume akhir, yaitu air dan gonad). (V)

Membagi kedua gonad menjadi 3 bagian (anterior A, tengah T, dan posterior, P). Menghitung volume ke-3 bagian gonad tersebut di setiap gonad (terdapat 6 bagian). (seperti pada cara yang pertama). (v)

Menghitung telur pada 6 bagian telur tersebut secara manual. (x)

Menghitung fekuinditas dengan memasukannya pada rumus. (X) v

x V X  .

(17)

Penghitungan kedua metode diharapkan memberi hasil yang mendekati.

c. Metode gravimetrik, prinsip metode ini sama dengan volumetrik, yang membedakan hanya pada ukuran volume diganti dengan ukuran berat gonad.

Rumus :

X : x = G : g

Keterangan :

X : Jumlah telur yang akan dicari x : Jumlah telur contoh

G : Berat seluruh gonad g : Berat gonad contoh

d. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik). Rumus :

Keterangan : F : Fekunditas G : Berat gonad total V : Volume pengenceran X : Jumlah telur

Q : Berat telur contoh

e. Metode Van Bayers, merupakan metode penghitungan fekunditas dengan menggunakan tabel yang sudah ada dilihat dari diameter telur Ikan Mas.

2.6 Posisi Inti Telur

Mengetahui diameter dan posisi inti telur sangatlah penting untuk dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah matang cenderung memilik diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang, posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat dihubungkan dengan perkiraan nilai fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya biasanya cenderung kecil (Herawati 2014).

(18)

2.7 Kebiasaan Makan

Makanan alami biasanya berupa plankton, baik fitoplankton atau zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan air, organisme bentos dan ikan maupun organisme lain yang berukuran lebih kecil daripada organisme yang dipelihara. Secara ekologis pengelompokan makanan alami sebagai plankton, nekton, benthos, perifiton, epifiton dan neuston, di dalam perairan akan membentuk suatu rantai makanan dan jaringan makanan (Mudjiman 1989).

Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) adalah waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan (food habits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap jenis ikan. Pengelompokan ikan berdasarkan kepada bermacam-macam makanan yang dimakan, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari atas satu macam makanan saja. Berdasarkan tempat atau lokasi makan ikan dapat dibagi menjadi empat yaitu pemakan didasar perairan, pemakan dilapisan tengah, pemakan dipermukaan, pemakan penempel. Berdasarkan waktu makan dibedakan menjadi dua yaitu siang hari (diurnal), malam hari (noktural) (Effendie 1997).

Pada ikan, khususnya Ikan Mas, selain mengenal spesis, perkembangbiakan dan habitat maka kebiasaan makan (feeding habit) juga penting untuk diketahui, karena hal ini akan menjadi petunjuk bagi pemancing dalam menentukan umpan, mengetahui waktu makan, selera makan dan sebagainya. Ikan Mas termasuk kedalam golongan omnivora dan sangat rakus. Ia gemar mengaduk-aduk dasar perairan untuk mencari makan. Makanan alaminya meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva serangga dan organisme lainnya yang ada di perairan baik yang terdapat pada dasar perairan, pertengahan maupun permukaan air (Zonneveld dkk. 1991).

(19)

Sedangkan pakan buatan diperkenalkan oleh manusia pada Ikan Mas di kolam budidaya, kolam pancing dan pada tempat-tempat dimana manusia membuang sisa makanan. Pakan buatan (umpan) dibuat manusia dengan cara meniru aroma atau bentuk dari pakan alami. Cara makan ikan ini cukup unik yakni dengan membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian menyedot makanannya seperti alat penghisap. Jadi umpan berstruktur lembut dengan bentuk partikel kecil sangat cocok untuk Ikan Mas. Dalam kondisi nafsu makan yang tinggi, apapun yang dianggapnya makanan akan dihisap kemudian dicicipi dan yang bukan makanan akan dibuang dengan cara disemburkan (Zonneveld dkk. 1991).

(20)

Pelaksanaan kegiatan praktikum biologi perikanan, dilakukan pada : Waktu : Selasa, 03 Maret 2015

Tempat: Laboratorium MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor.

3.2 Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut:

2.2.1 Alat Praktikum

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan terlampir pada tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam praktikum

No Nama Alat Fungsi

1. Penggaris Untuk mengukur panjang ikan, panjang usus

2. Gunting bedah Untuk menggunting ikan dalam proses pembedahan 3. Sonde Untuk mematikan ikan

4. Pinset Untuk mengambil hati, gonad dan usus ikan 5. Pisau bedah Untuk membedah ikan

6. Cawan petri Wadah untuk meletakkan hati, dan gonad

7. Wadah plastik Wadah untuk menaruh alat dan bahan yang digunakan 8. Mikroskop Alat untuk mengamati gonad

9. Timbangan Mengukur bobot ikan, bobot hati, dan bobot gonad 10. Gelas ukur Untuk mengukur fekunditas

11. Cover glass Wadah untuk menaruh isi usus saat diamati

3.2.2 Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan terlampir pada tabel 3.

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam praktikum

No Nama Bahan Fungsi

1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) Objek yang diamati

(21)

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :

3.3.1 Hubungan Panjang Berat

Prosedur kerja pada praktikum hubungan panjang berat adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan Ikan Mas (Cyprinus carpio) sebagai sampel.

2. Melakukan pengukuran panjang (TL dan SL) dan berat dengan menggunakan mistar dan timbangan kemudian mencatatnya.

3. Catat dalam tabel pengamatan.

4. Lakukan perhitungan pola pertumbuhan berdasarkan teknik Lagler (1961) 5. Terjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan.

3.3.2 Tingkat Kematangan Gonad

Prosedur kerja pada praktikum Tingkat Kematangan Gonad adalah sebagai berikut :

1. Mengambil ikan, mematikan ikan dengan menggunakan penusuk pada bagian depan kepala ikan

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut dapat terlihat.

3. Mengambil gonad yang ada yang di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain.

4. Mengamati gonad tersebutMencatat pada tabel pengamatan.

3.3.3 Indeks Kematangan Gonad

Prosedur kerja pada praktikum Indeks Kematangan Gonad adalah sebagai berikut

1. Menimbang berat gonad dan hati dengan menggunakan timbangan setelah gonad dianalisa tingkat kematangannya.

2. Menentukan indeks kematangan gonad ikan tersebut dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

(22)

3.3.4 Fekunditas

Prosedur kerja pada praktikum mengenai fekunditas adalah sebagai berikut: 1. Mengambil gonad dari ovarium ikan betina

2. Mengambil air sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur 3. Memasukkan seluruh gonad dan mengukur volumenya

4. Mengambil sampel telur pada 3 bagian, yaitu bagian anterior, tengah, dan ujung dekat urogenital

5. Memasukkan masing-masing sampel ke dalam air sebanyak 100 ml dan ukur perubahan volumenya

6. Menghitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, setelah itu masukkan kedalam rumus diatas

7. Mencatat pada tabel pengamatan

3.3.5 Studi Kebiasaan Makanan

Prosedur kerja pada praktikum studi kebiasaan makanan adalah sebagai berikut :

1. Mengambil usus, urut usus hingga keluar isi dari usus 2. Mengamati di bawah mikroskop

3. Mencatat pada tabel pengamatan

4. Melakukan perhitungan data yang telah didapatkan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan.

(23)

Hasil yang diperoleh pada praktikum ini baik data kelompok maupun data angkatan adalah sebagai berikut :

4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Kelompok

Hasil pengamatan pertumbuhan dan ratio kelamin kelompok 20 terlampir pada tabel 4.

Tabel 4. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok Nama

Praktikan

Pertumbuhan Kelamin

Panjang(mm)

Berat

(gram) Jantan Betina TL

(mm) (mm)SL (mm)FL

Kelompok 20 200 165 178 115.46 - 

4.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi Kelompok

Hasil pengamatan reproduksi kelompok 20 terlampir pada tabel 5. Tabel 5. Data Reproduksi Kelompok

TKG BG (gr) PG (mm) IKG (%) BH (gr) PH (mm) HSI (%) Fekunditas Diameter Telur Letak Inti Dorman Tengah (butir) Menuju Kutub (butir) Melebur (butir) 1 4.03 55 3.61 0.82 15 0.71 - - -

-4.1.3 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Kelompok

Hasil pengamatan food and feeding habits kelompok 20 terlampir pada tabel 6.

Tabel 6. Data Food and Feeding Habits Kelompok

Jenis Pakan

Kelompok Pemakan Fitoplankton Zooplankton Benthos BagianHewan TumbuhanBagian Detritus Ikan

- - -

(24)

4.1.4 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Angkatan

Hasil pengamatan pertumbuhan dan ratio kelamin angkatan terlampir pada tabel 7.

Tabel 7. Data Angkatan untuk Menentukan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Nama

Praktikan

Pertumbuhan kelamin Ratio Kel panjang (mm) Berat

(gr)

Jantan Betina Kelamin

FL SL TL 1 Ichfar JS 145 120 185 109 -Silfi Nur A  Jason Tri 2 Annisa Nur -Desi Triyani 154 130 195 131  M Rizky Nurma W 145 120 180 98  -3 M Yogi A Rian R 4 Sheila A -Riani A 180 140 200 165  Rambo 5 Safira A Ira S 160 135 190 137  -Susetyo I 6 Rizka Dwi Raka Gilang 150 125 180 127  -Gilang N 7 Jihan Refli Debora H 158 125 197 116  -Andi M Yulida F 8 Endah Tri L 175 160 195 135  -Ilham P Syafarudin 9 Elisah F 160 125 180 106  -Jamaludin

(25)

10 Rionaldhie 172 155 193 119  -Desinta A Rian Nur A Suci F 11 Cyntia K 146 135 170 120  -Guntur H Indri Roury A 12 Ai Siti 185 175 205 143  -Aida Asep S. 13 Alan A 165 155 195 Setyo W 160  -Adinda nur Bella M 14 Rifki Syarif 180 155 190 129  -Jamil A Dony A 15 Dwiki P 185 160 200 157  -Tanti K Mia Berlia 16 Siti Sopiah 180 164 203 158  -Rahmat D Fikri K 17 T Alwie PS 178 162 197 125  -Elsa Nuraini Eifa Z 18 Eka H 140 120 170 94  -Hana Junita Ade Reza 19 Tia Rostiana 168 155 187 127  -Yuyun Y Rahmat Aji 20 Annisa L.M 193 175 210 145  -Firhan D. P

(26)

Leni M 21 Jian Saputra 187 170 200 142  -Angga E Iqbal -22 Nielam 183 165 210 134  Abduyana Ganisa -23 Dea F 169 146 184 124  Refky Fauziah -24 Erik 156 138 177 111  Luthfan Taufiq -25 Puty 165 138 200 143  Fevi Zais -26 Zelikha 188 170 200 162  Rifki GP Teguh -27 Dyah 164 150 170 118  Wahyu Rika -28 Esti Mutia 190 175 210 153  Muammar Rahman -29 R. Nadya 180 170 210 165  Angga Ridwan -30 Sofie 167 128 187 125  Fadhil Ina -31 Raka 176 160 196 151  Indah

(27)

Anggi -32 Nawang 169 155 185 145  Rocela Sarimanah -33 Reka 165 150 190 128  Novitasari Bastian -34 Sheillawati 180 175 200 150  Satria Adhar -35 nuraya 184 170 210 128  Demas Detrik -36 Cleovanya 173 160 185 128  Gulam Aliyah 175 104 -37 Aldwin 159 140  Arisca Yuliana -38 Candra 193 180 200 134  Nurul Ayu T -39 Elisa 165 145 180 114  Agung Rio Widi -40 Eki 164 155 185 121  Mediana Nabila -41 Hasbi 178 165 200 115  Dehan Santi -42 Riza 195 190 200 155  Fauzi

(28)

Dea Hari -43 Satrio 168 150 185 96,45  Gun Gun Sintia 175 160 198 147,9  -44 Thesar M. Aditya ayu nfs Dzaki -45 Zulfikar 184 175 190 139,1  Melinda 46 Dini 131 120 185 141  -rayana Adli Rury Fahri . F 47 Risa 190 165 215 193  -Musa Dita tania 48 Windy 219 198 165 145  -Rizal Aisyah . D 49 Syarifuddin 205 165 215 188  -Fathin Dhita . H 50 Syifa .z 185 140 150 133  -Dicky Riana . F 51 Hilman 165 150 185 126  -Ardhiansya Zahra 52 Dyah 177 155 195 168  -Bagus Rahma 53 Aulia . R 175 158 195 159  -Galdio

(29)

Ali aji 54 Rahman 176 163 190 122  -Ruth maria Hanna 55 Bayu . R 175 170 200 130  -Ryan Ayu . M 56 Wildan 165 150 180 98  -Choky Aisyah . A 57 Sabil 170 160 190 130  -Fachri . A Resna 58 Rahmadi 145 135 165 80  -Christoper Kalysta 59 Jumaidi 153 139 164 98  -Yuki Dwi . M 60 Fadhillah 183 175 195 139.96  -Agung . F Kartika 61 Rossa 177 155 193 135.26  -Taufik . I M . Fahmi 62 Logica 175 143 185 144.28  -Ruth mawar Gilang . T 63 Geugeuh 170 160 190 156.32  -Dina . A Kelana 64 Takbir 190 182 205 170  -Silmi

(30)

Sona . Y 65 Reyhan . A 178 155 190 140.16  -Eva . A 66 Deny 160 200 160  -Shafwan 185 Fahira Chervin . O

4.1.5 Hasil Regresi Pertumbuhan Angkatan

Hasil regresi pertumbuhan angkatan, terlampir pada tabel 8 untuk masing masing kelas.

Tabel 8. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan

No SL bobot log L (X) log W (Y) (log L)2 log L.Log w

1 120 109 2.079181246 2.037426498 4.322994654 4.236178965 2 130 131 2.113943352 2.117271296 4.468756497 4.47579158 3 120 98 2.079181246 1.991226076 4.322994654 4.140119913 4 140 165 2.146128036 2.217483944 4.605865546 4.759004461 5 135 137 2.130333768 2.136720567 4.538321965 4.551927978 6 125 127 2.096910013 2.103803721 4.397031603 4.411487088 7 125 116 2.096910013 2.064457989 4.397031603 4.328982629 8 160 135 2.204119983 2.130333768 4.858144898 4.695511229 9 125 106 2.096910013 2.025305865 4.397031603 4.246884148 10 155 119 2.190331698 2.075546961 4.797552948 4.546136301 11 135 120 2.130333768 2.079181246 4.538321965 4.429350019 12 175 143 2.243038049 2.155336037 5.031219688 4.83450074 13 155 160 2.190331698 2.204119983 4.797552948 4.827753865 14 155 129 2.190331698 2.11058971 4.797552948 4.622891544 15 160 157 2.204119983 2.195899652 4.858144898 4.840026304 16 164 158 2.214843848 2.198657087 4.905533271 4.869682123 17 162 125 2.209515015 2.096910013 4.881956599 4.633154158 18 120 94 2.079181246 1.973127854 4.322994654 4.102490429 19 155 127 2.190331698 2.103803721 4.797552948 4.608027977 20 175 145 2.243038049 2.161368002 5.031219688 4.848030666 21 170 142 2.230448921 2.152288344 4.974902391 4.800569216 22 165 134 2.217483944 2.127104798 4.917235043 4.716820738 23 146 124 2.164352856 2.093421685 4.684423284 4.530903203

(31)

24 138 111 2.139879086 2.045322979 4.579082504 4.376743867 25 138 143 2.139879086 2.155336037 4.579082504 4.612158511 26 170 162 2.230448921 2.209515015 4.974902391 4.928210381 27 150 118 2.176091259 2.071882007 4.735373168 4.508604326 28 175 153 2.243038049 2.184691431 5.031219688 4.900346004 29 170 165 2.230448921 2.217483944 4.974902391 4.945984672 30 128 125 2.10720997 2.096910013 4.440333856 4.418629685 31 160 151 2.204119983 2.178976947 4.858144898 4.802726631 32 155 145 2.190331698 2.161368002 4.797552948 4.734112847 33 150 128 2.176091259 2.10720997 4.735373168 4.585481196 34 175 150 2.243038049 2.176091259 5.031219688 4.881055491 35 170 128 2.230448921 2.10720997 4.974902391 4.700024204 36 160 128 2.204119983 2.10720997 4.858144898 4.644543602 37 140 104 2.146128036 2.017033339 4.605865546 4.328811798 38 180 134 2.255272505 2.127104798 5.086254072 4.797200967 39 145 114 2.161368002 2.056904851 4.671511641 4.445728329 40 155 121 2.190331698 2.08278537 4.797552948 4.561990817 41 165 115 2.217483944 2.06069784 4.917235043 4.569564375 42 190 155 2.278753601 2.190331698 5.192717974 4.991226244 43 150 96.45 2.176091259 1.984302232 4.735373168 4.318022742 44 160 147.93 2.204119983 2.170056257 4.858144898 4.78306436 45 175 139.14 2.243038049 2.143451999 5.031219688 4.807844389 46 120 141 2.079181246 2.149219113 4.322994654 4.468616073 47 165 153 2,217483944 2,184691431 4,917235043 4,844518171 48 198 145 2.29666519 2.161368002 5.274670996 4.963938654 49 165 188 2.217483944 2.274157849 4.917235043 5.042908517 50 140 133 2.146128036 2.123851641 4.605865546 4.55805755 51 150 126 2.176091259 2.100370545 4.735373168 4.570597984 52 155 168 2.190331698 2.225309282 4.797552948 4.874165458 53 158 159 2.198657087 2.201397124 4.834092986 4.840117389 54 163 122 2.212187604 2.086359831 4.893773997 4.615419356 55 170 110 2.230448921 2.041392685 4.974902391 4.553222113 56 150 98 2.176091259 1.991226076 4.735373168 4.333089658 57 160 130 2.204119983 2.113943352 4.858144898 4.659384785 58 135 80 2.130333768 1.903089987 4.538321965 4.054216864 59 139 98 2.1430148 1.991226076 4.592512434 4.267226951 60 175 140 2.243038049 2.146128036 5.031219688 4.813846841 61 155 135 2.190331698 2.130333768 4.797552948 4.666137581 62 143 144 2.155336037 2.158362492 4.645473434 4.651996461 63 160 156 2.204119983 2.193124598 4.858144898 4.833909752 64 182 170 2.260071388 2.230448921 5.107922679 5.04097379 65 155 140 2.190331698 2.146128036 4.797552948 4.700732265

(32)

66 160 161 2.204119983 2.206825876 4.858144898 4.864109012

jumlah 144.1946 140.0630813 315.2045065 306.1391544

Keterangan :

a b R^2 R

(33)

Kel TKG BW (gr) BG (gr) PG (mm) IKG (%) BH (mm) PH

(mm) HSI (%) Fekunditas Diameter Tengah

(butir) Menuju Kutub (butir) Melebur (butir) 1 4 109 14,33 140 15,14% 0,26 20 0,24% 3200 44 0 0 0 2 5 131 18 120 15,93% 1 30 0,77% 3 4 98 3,47 140 3,67% 0,67 40 0,69% 4 5 165 17 135 11,49% 0,35 35 0,21% 5 5 137 1,71 170 1,26% 0,25 65 0,18% 6 6 127 1,4 130 1,11% 0,74 25 0,59% 7 6 116 8 150 7,41% 1 45 0,87% 8 6 135 18 135 15,38% 0,51 30 0,38% 9 6 106 8,43 140 8,64% 0,58 25 0,55% 10 5 119 9,29 120 8,47% 0,54 20 0,46% 11 6 120 9,2 170 8,30% 0,54 30 0,45% 12 1 143 3,62 60 2,60% 0,79 40 0,56% 0 0 0 0 0 13 5 160 10,76 65 7,21% 0,42 24 0,26% 14 6 129 12,43 140 10,66% 0,43 19 0,33% 15 1 157 1,26 135 0,81% 0,75 40 0,48% 16 1 158 1,5 290 0,96% 0,47 60 0,30% 0 0 0 0 0 27

(34)

22 5 134 16 60 13,56% 0,17 0,13% 23 2 124 2 6 1,64% 0,35 5 0,28% 24 5 111 11 140 11,00% 0,25 7 0,23% 25 2 143 4 60 2,88% 2,7 1,5 1,92% 26 2 162 25 18,25% 1 0,62% 27 2 118 12 6 11,32% 0,8 5 0,68% 28 2 153 4 62 2,68% 0,32 15 0,21% 0 0 0 0 0 29 2 165 8,2 6 5,23% 0,4 5 0,24% 30 2 125 8 12,5 6,84% 0,66 7 0,53% 31 4 151 4,4 40 3,00% 0,93 25 0,62% 2832 40 0 0 0 32 5 145 19 70 15,08% 0,65 29 0,45% 33 1 128 2 40 1,59% 0,5 20 0,39% 34 5 150 10 7,14% 1 0,67% 35 2 128 4 90 3,23% 0,41 20 0,32% 0 0 0 0 0 36 6 128 11 65 9,40% 0,38 15 0,30% 37 6 104 11 110 11,83% 0,15 10 0,14% 38 5 134 12,04 70 9,87% 1,01 25 0,76% 39 6 114 16,18 60 16,54% 0,53 30 0,47% 40 6 121 15,29 14 14,46% 0,53 2,7 0,44% 1400 66 5 15 0 41 1 115 4,03 55 3,61% 0,82 15 0,71% 0 0 0 0 0 28

(35)

47 5 193 13 150 7,22% 0,65 23 0,34% 48 5 145 23 95 18,85% 1 32 0,69% 49 5 188 16 120 9,30% 0,6 20 0,32% 50 4 133 6 90 4,72% 0,5 35 0,38% 51 1 126 2,43 50 1,97% 0,34 20 0,27% 0 0 0 0 0 52 5 168 15 10,5 9,80% 1,24 5 0,74% 53 6 159 13,28 70 9,11% 0,8 35 0,51% 54 2 122 4,17 39 3,54% 0,14 15 0,11% 55 6 110 130 150 11,11% 0,32 25 0,29% 56 6 98 10,3 135 11,74% 0,5 25 0,51% 57 2 130 2,56 40 2,01% 0,2 8 0,15% 58 6 80 5,66 110 7,61% 0,41 20 0,52% 59 5 98 7,87 116 8,73% 0,28 14 0,29% 60 5 140 8,38 57 6,37% 0,34 22 0,24% 1356 67 3 17 10 61 6 135 10,28 82 8,24% 0,67 18 0,50% 62 5 144 9,76 117 7,27% 0,26 12 0,18% 63 5 156 25,22 100 19,28% 0,46 15 0,30% 64 5 170 23,36 92 15,93% 0,18 19 0,11% 1111 60 6 15 9 65 5 140 9,24 63 7,07% 0,32 25 0,23% 1912 52 9 17 4 66 6 161 10,63 84 7,07% 0,45 35 0,28% 29

(36)

4.1.7 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Angkatan

Hasil pengamatan food and feeding habits angkatan, terlampir pada tabel 10.

Tabel 10. Food and Feeding Habits Angkatan

Kelompok

Jenis Pakan

kelompok pemakan fito zoo benthos bagian

hewan tumbuhanbagian detritus ikan

1 √ √ - - - Omnivora 2 √ √ - - - Omnivora 3 √ √ - - - Omnivora 4 √ √ - - - Omnivora 5 √ √ - - - -6 - - - -7 - √ - - - Karnivora 8 - - - -9 - - - -10 - - - -11 - - - -12 √ √ - - - Omnivora 13 √ √ - - - Omnivora 14 - - - -15 - - - -16 - - - -17 √ √ - - - Omnivora 18 - - - -19 - - - -20 - - - -21 - √ - - - Karnivora 22 √ - - - Herbivora 23 √ - - - Herbivora 24 √ - - - Herbivora 25 √ - - - Herbivora 26 √ √ - - - Omnivora

(37)

27 √ √ - - - - v Omnivora 28 √ √ - - - Omnivora 29 √ √ - - - Omnivora 30 √ - - - Herbivora 31 √ - - - Herbivora 32 √ - - - Herbivora 33 √ √ - - - Omnivora 34 √ √ - - - Omnivora 35 √ - - - Herbivora 36 √ - - - Herbivora 37 √ - - - Herbivora 38 - - - Tidak teriidentifikasi 39 √ √ - v - - - Omnivora 40 - - - v - - - Karnivora 41 - - - Tidak teriidentifikasi 42 - - - Tidak teriidentifikasi 43 - - - Tidak teriidentifikasi 44 - - - Tidak teriidentifikasi 45 - - - Tidak teriidentifikasi 46 √ - - - Herbivora 47 √ - - - Herbivora 48 √ √ - - - Omnivora 49 √ - - - Herbivora 50 √ - - - Herbivora 51 √ √ - - - Omnivora 52 √ √ - - - Omnivora 53 √ - - - Herbivora 54 √ - - - Herbivora 55 √ - - - Herbivora 56 √ - - - Herbivora 57 √ √ - - - Omnivora 58 √ - - - Herbivora

(38)

59 √ - - - Herbivora 60 √ - - - Herbivora 61 √ - - - Herbivora 62 √ - - - Herbivora 63 √ √ - - - Omnivora 64 √ - - - Herbivora 65 √ - - - Herbivora 66 √ - - - Herbivora

4.2 Analisa Data dan Perhitungan

Hasil analisa data dan perhitungan adalah sebagai berikut :

4.2.1 Regresi Pertumbuhan

(39)

Gambar 2. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat

4.2.2 Jenis Kelamin

Betina = x 100 % Jantan = x 100 %

= =

= 18.2 % = 81.8 %

(40)

Gambar 4. Diagram Perbandingan Persentase Ikan Jantan dan Ikan Betina

4.2.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

(41)

Gambar 6. Grafik Tingkat Kematangan Gonad Jantan dan Betina Angkatan

4.2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

= 3.61%

4.2.5 Hepatosomatik Indeks (HSI)

= 0.71%

4.3 Pembahasan

Pembahasan pada praktikum ini baik pertumbuhan, reproduksi dan food and feeding habits adalah sebagai berikut :

(42)

Pertumbuhan pada ikan dapat diketahui melalui pengukuran panjang dan berat. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar atau penggaris, sedangkan pengukuran berat dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik. Pengukuran panjang yang dilakukan dalam praktikum ini ada tiga yaitu total length (TL), forth length (FL) dan standard length (SL). Objek yang digunakan adalah ikan mas yang diperoleh dari waduk cirata.

Ikan mas yang diperoleh oleh kelompok kami yaitu kelompok 20 kelas b berjenis kelamin betina dengan bobot ikan sebesar 115.46 gram dan nilai TL yang didapatkan kelompok kami sebesar 200 mm yang diukur dari bagian anterior mulut ikan mas sampai ujung terakhir bagian posterior sirip caudal ikan mas, sedangkan nilai SL yang didapatkan oleh kelompok kami sebesar 165 mm yang diukur dari bagian anterior mulur ikan sampai ujung terakhir tulang ekor, dan FL sebesar 178 mm yang diukur dari anterior mulut ikan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor ikan mas tersebut.

Pengukuran panjang dan berat ikan yang dilakukan oleh masing-masing kelas berbeda-beda pada setiap kelompoknya. Pengukuran total length, pada kelompok 2 kelas c dan kelompok 4 kelas c mendapatkan pengukuran terpanjang sebesar 215 mm, sedangkan pengukuran terpendek didapatkan oleh kelompok 5 kelas c sebesar 150 mm. Pengukuran bobot ikan, pada kelompok 4 kelas c mendapatkan pengukuran bobot terberat yaitu sebesar 188 gram, sedangkan ikan dengan bobot terkecil didapatkan oleh kelompok 13 kelas c yakni 80 gram. Dalam hal ini, hasil pengukuran panjang dan berat setiap kelompok berbeda-beda, dikarenakan oleh faktor internal dan faktor internal. Faktor internal termasuk kedalam faktor yang suit untuk dikendalikan yang meliputi keturunan, parasit, sex, umur, dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal yang utama meliputi kondisi perairan dan makanan. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan dari ikan tersebut, sedangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh (Effendie 2002). Sifat pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua yaitu isometric dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan seimbang dan alometric dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan tidak seimbang (Effendie 2002).

(43)

Berdasarkan data angkatan yang diperoleh pada gambar 3, ikan mas yang digunakan sebagai objek pengamatan sebagian besar berkelamin jantan dengan ratio ikan mas jantan sebesar 81.8%, sedangkan ratio ikan mas betina sebesara 18.2%. Dari 66 ekor ikan mas, sebanyak 54 ekor ikan mas teridentifikasi berjenis kelamin jantan dan 12 ekor ikan mas lainnya teridentifikasi berjenis kelamin betina. Sehingga rasio jenis kelamin jantan dan betina adalah 5 : 1.

Perhitungan data hasil regresi pertumbuhan angkatan pada tabel 8, diperoleh pola pertumbuhan yang merata pada seluruh hasil pengamatan yaitu nilai b 3.˂

Nilai tersebut menunujukkan bahwa pola pertumbuhan ikan mas adalah alometrik negatif dimana pertumbuhan berat lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan panjang. Hal ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang sulit dikendalikan, seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal, seperti makanan dan kondisi perairan. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan dari ikan tersebut, sedangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh (Effendie 2002). Sifat pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua yaitu isometric dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan seimbang dan alometric dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan tidak seimbang (Effendie 2002).

4.3.2 Reproduksi

Ikan sebagai mahluk hidup, didalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk melakukan aktifitasnya yang salah satunya adalah reproduksi reproduksi. Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum memijah. Kematangan gonad ikan digunakan untuk menentukan perbandingan antara ikan yang telah masak gonadnya dengan yang belum dalam suatu perairan.

Berdasarkan pengamatan pada ikan mas (Cyprinus carpio) yang dilakukan oleh kelompok kami, terlihat bahwa jenis kelamin yang didapat adalah ikan betina. Hal ini didasarkan pada ciri-ciri yang terlihat pada tepian gonad berbentuk

(44)

lurus, transparan dan tidak mengeluarkan cairan putih saat dilakukan penekanan pada bagian perut ikan tersebut. Setelah diamati lebih lanjut, ikan mas betina yang kami dapat termasuk ke dalam kategori dara. Kategori dara ditunjukkan dengan organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu, telur tidak terlihat dengan mata biasa. Hasil pengamatan terhadap gonad didapatkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) betina memiliki panjang gonad 55 mm dan berat gonad 4,03 gram.

Berdasarkan hasil pengamatan dari data angkatan klasifikasi kematangan gonad yang diperoleh pada ikan mas (Cyprinus carpio) jantan dan betina bervariasi. Mulai dari kategori dara, dara berkembang, perkembangan II, bunting, dan mijah. Dari 66 kelompok yang diamati, terdapat 6 kelompok yang termasuk ke dalam kategori dara, kategori dara berkembang ada 10 kelompok, kategori perkembangan II ada 5 kelompok, kategori bunting ada 24 kelompok, kategori mijah ada 21 kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat terlihat bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) yang diamati rata-rata sudah masuk ke dalam tahap pemijahan.

Indeks kematangan gonad ikan mas (Cyprinus carpio) yang kelompok kami dapatkan adalah 3,61 %. Hal ini menandakan bahwa ikan mas yang kami amati masih dalam kategori dara dan ini sejalan dengan perkembangan gonad. Indeks kematangan gonad akan semakin bertambah besar dan nilai indeks kematangan gonad akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan.

Berdasarkan data angkatan yang diamati, hasil pengukuran pada jenis kelamin jantan yang memiliki nilai IKG terbesar adalah kelompok 1 kelas c yaitu sebesar 93.15% dengan tingkat kematangan gonad pada tahap mijah dan yang memiliki nilai IKG terendah atau terkecil adalah kelompok 15 kelas a yaitu sebesar 0.81% dengan tingkat kematangan gonad pada tahap dara berkembang. Sedangkan hasil pengukuran pada jenis kelamin betina yang memiliki nilai IKG terbesar adalah kelompok 19 kelas c sebesar 15.93% dengan tingkat kematangan gonad pada tahap bunting dan yang memiliki nilai IKG terendah atau terkecil adalah kelompok 16 kelas a sebesar 0.96% dengan tingkat kematangan gonad

(45)

pada tahap dara. Berdasarkan data tersebut, ikan mas baik jantan maupun betina yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang kecil merupakan ikan mas yang belum siap memijah, hal ini dilihat pada tingkat kematangan gonadnya. Sedangkan, pada ikan mas yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang tinggi merupakan ikan mas yang sudah siap memijah.

Ikan dikatakan matang gonad dan siap memijah bilamana IKG > 19 %. Dan indeks tersebut semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisar maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Johnson 1971). Terdapat faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan, antara lain suhu dan makanan, tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di daerah tropik gonad dapat masak lebih cepat (Effendie 2002).

Perhitungan HSI dilakukan karena pada hati ikan mas terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur). Pada kelompok 20 kelas b didapatkan hasil pengukuran panjang hati sebesar 15 mm dan pengukuran berat hati sebesar 0.82 gram, sehingga menghasilkan nilai HSI sebesar 0.71%.

4.3.3 Food and Feeding Habits

Pada praktikum ini pengamatan yang dilakukan bukan hanya pertumbuhan dan reproduksi saja, namun dilakukan pula pengamatan mengenai food and feeding habits yang dilakukan dengan cara mengeluarkan sisa-sisa pencernaan pada usus ikan mas tersebut. Setelah kelompok kami melakukan pengamatan dibawah mikroskop, ikan mas yang menjadi objek pada kelompok kami tidak teridentifikasi sisa makanan pada pencernaannya. Hal ini dapat disebabkan karena ikan mas tersebut didatangkan langsung dari waduk cirata dan didiamkan selama 2 hari di daerah cileunyi yang bukan habitatnya, sehingga sisa pakan yang sudah dikonsumsinya turun ke anus atau pembuangan.

Berdasarkan data angkatan yang diperoleh, sebagian kelompok dapat mengidentifikasi sisa makanan pada pencernaan ikan mas, namun ada beberapa kelompok yang tidak teridentifikasi sisa makanan pada pencernaannya. Ikan mas yang digunakan pada praktikum ini merupakan ikan mas tipe pemakan tumbuhan yakni herbivor karena pada saat didiamkan selama dua hari ikan mas tersebut

(46)

diberikan pakan buatan. Namun, ditemukan juga oleh beberapa kelompok ikan mas dengan tipe omnivor atau pemakan segala, hal ini dapat dilihat dari pengamatan sisa makanan pada pencernaan ikan mas tersebut yang terlihat fitoplankton dan zooplankton.

(47)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ikan mas yang digunakan sebagai objek pengamatan sebagian besar berkelamin jantan dengan ratio ikan mas jantan sebesar 81.8%, sedangkan ratio ikan mas betina sebesara 18.2%.

2. Kematangan gonad ikan mas dalam sebagian besar kelompok berada pada tahap bunting.

3. Data hasil pengamatan angkatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari IKG jantan dan betina.

4. Ikan mas merupakan tipe omnivor. Namun, ikan mas yang digunakan pada praktikum ini merupakan ikan mas tipe herbivore, hal ini dikarenakan pada saat didiamkan selama dua hari ikan mas tersebut diberikan pakan buatan.

5.2 Saran

Objek yang digunakan dalam praktikum sebaiknya berasal dari habitat aslinya. Hal ini dikarenakan agar lebih mudah untuk proses identifikasi food and feeding habits.

(48)

(Orechromis sp) dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dari Sukabumi. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.

Bagenal, T.B. and E. Braum, 1968. Eggs and Early Life History, dalam W.E.Ricker ed. Methods foe Assesments of Fish production in Fresh Water. Blackwell Scientific Publication, p 159 – 181.

Billard, R. 1992. The Reproductive Cycle of Male and Female. Brown-Troot(SAlmo Eruta Tarto) : A Quantitative Study. INRA Stationale.Physicologic Animale. 12. pp.

Carlander K.D. 1969. Handbook of Freshwater Fishery Biology, Volume One. Iowa University Press, Ames, USA.

Effendie, M.I. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.

Fujaya. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makassar. Fujaya, Y. 1999. Fisiologi ikan. Rineka Cipta; Jakarta

Herawati, T. 2014. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Johnson,J.E. 1971. Maturity and Fecundity of Threadfinshad, Dorosona Petenense (Eunther), In CentralArizona Recervoirs. Trans, Amer.Fish. soc. 100 (1) :74- 85.

Lagler, KF. 1970. Freshwater fishery biology. WM. C. Brown Comp. Publishers,Dubuque, Iowa

Lam, T. J. 1983. Environmental Influence on Gonadal Activity in Fish. In. Fish Physicology. Academic Press-New York – Toronto. P. 65-68.

Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 190 hal.

Nikolsky, G. V. 1969. Theory of Fish Population Dynamic, as The Biological Background of Rational Exploitation and The Management of Fishery Recources, translated by Bradley, Oliver and Boyd, 323 pp.

Rochdianto, 2005. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto. 2007. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta.

Zonneveld, N. E. A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Pronsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hlm

(49)
(50)

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Pinset

Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi PribadiCawan Petri

Mikroskop

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gunting Bedah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Penggaris

(51)

Ikan Mas

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sonde

Sumber : Dokumentasi Pribadi Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

Pengukuran Panjang Usus

Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi PribadiPenimbangan Bobot Ikan

Penimbangan Bobot Gonad

Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi PribadiPenimbangan Bobot Hati

Proses Pembedahan Ikan Sumber : Dokumentasi Pribadi

(52)

Gambar

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus Carpio) (Sumber : ediaswanto.wordpress.com) 2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam praktikum
Tabel 6. Data Food and Feeding Habits Kelompok
Tabel 8. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tgl/tahu : 23-Maret- 2016 LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN. MENENTUKAN LAJU PERNAFASAN,

Tingginya nilai pemanfaatan jenis makanan pada kelas ukuran yang sama berdampak cukup baik untuk pertumbuhan ikan hingga mencapai matang gonad, apabila

Panjang anal pelvik adalah jarak garis lurus dari pangkal sirip pelvik sampai ke dasar bagian awal sirip anal.. Tinggi kepala di mata adalah jarak garis lurus dari sisi atas

Pada setiap spesies terdapat sedikit variasi telur karakter telur seperti ukuran, jumlah dan ukuran gelembung-gelembung minyak, permukaan korion, kuning

Dalam melakukan pengukuran terhadap tanaman biji kacang hijau diperlukan ketelitian agar data hasil pengamatan lebih akurat, yaitu dengan menggunakan alat pengukuran yang sama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase nisbah kelamin pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase nisbah kelamin pada larva ikan nila jantan yang

Perbesaran optik menggunakan mikroskop adalah sebesar 1000x, dengan penggunaan lensa obyektif 100x dan lensa okuler 10x, dan perbesaran digital sebesar 2x, sehingga perbesaran gambar

Di Indonesia jumlah telur yang tersedia sangat banyak yaitu sebesar 1,738 ton, jumlah terbesar dari jenis ayam ras yaitu 69,57 %, telur ayam lokal 12,16 %, telur itik 18,26% Wibowo et