vi
Miro dan Zakariah Al Anshori
Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana implementasi dakwah dalam meningkatkan perilaku remaja di kelurahan palawa’ kecamatan sesean kabupaten toraja utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan interviuew / wawancara dengan para narasumber dan observasi / pengamatan di lapangan serta dokumentasi. Adapun proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui reduksi data, penyajian data kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
Dan yang menjadi sasaran utama dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana meningkatkan perilaku remaja khususnya remaja muslim di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan.
Dan sebagai hasil dari penelitian ini yaitu: untuk mengimplementasikan dakwah dalam menghadapi problematika remaja maka dibutuhkan beberapa hal, antara lain: Peran guru di sekolah dalam hal ini guru PAI (Pendidikan Agama Islam), peran orang tua di rumah dan peran Da’i di masyarakat. Adapun hasil implementasi dakwah dalam meningkatkan perilaku remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan antara lain: Pembentukan remaja masjid, mengadakan pengajian remaja disetiap pekannya dan melibatkan remaja dalam setiap kegiatan keagamaan.
Dalam setiap aktivitas dakwah tentu memiliki faktor pendukung dan penghambat, terkhusus dalam meningkatkan perilaku remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan. Adapun faktor pendukung yaitu adanya perhatian pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (KEMENAG) yang mewajibkan adanya pendidikan agama Islam disetiap jenjang pendidikan, sedangkan faktor penghambat antara lain minimnya pengetahuan agama orang tua remaja, kurangnya dorongan dari orang tua terhadap remaja untuk memelajari atau mengenal agama lebih dalam lagi dan lingkungan yang kurang mendukung.
Kata Kunci: Implementasi Dakwah, Perilaku Remaja.
vii
Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering untuk digali. Skripsi dengan judul implementasi aktivitas dakwah dalam meningkatkan perilaku remaja di kelurahan palawa’ kecamtan sesean kabupaten toraja utara, tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Banyak orang yang berada di sekitar penulis, baik secara langsung maupun tidak, telah memberi dorongan yang berharga bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang terkait dan berperan serta dalam penyusunan skripsi ini :
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya, teman dan karib kerabatnya yang menjadi donator bagi kami, jazaakumullahu khairan.
3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., M.A. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
ini dapat terselesaikan.
6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Agama Islam Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Kedua orang tua tercinta ( Ma’dolangan dan Nur Bia) yang telah mendoakan dan memberikan support moral dan material dengan tulus dan ikhlas.
8. Kakak- kakakku tercinta (Kamaluddin, Zulkarnain, Nur Insana) sekeluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.
9. Teman temanku senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Almamaterku Fakultas Agama Islam Jurusan Dakwah dan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis hanya dapat mendo’akan semoga bantuan, arahan, bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapat balasan amal baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka
ix
Makassar, 10 April 2018
x
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian ... 4
E. Defenisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Pengertian Dakwah ... 7
B. Tujuan dan Unsur-Unsur Dakwah ... 11
C. Pengertian Remaja ... 39
D. Dakwah dan Remaja ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
A. Jenis Penelitian ... 48
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 49
C. Fokus Penelitian ... 49
xi
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 55
A. Gambaran kelurahan palawa’ ... 55
B. Implementasi Dakwah Dalam Menghadapi Problematika Remaja ... 59
C. Implementasi Dakwah Dalam Meningkatkan Perilaku Remaja ... 68
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Aktivitas Dakwah ... 71
BAB V PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
1
Zaman era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini kenakalan remaja semakin mengkhawatirkan. Perlu adanya bimbingan dan pendekatan secara psikologis agar kenakalan remaja tidak semakin parah yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. Banyak hal yang menjadi penyebab kenakalan remaja, salah satu di antaranya adalah mengenai latar belakang remaja itu sendiri. Setiap remaja memiliki lingkungan yang berbeda-beda serta latar belakang ekonomi yang berbeda-beda, pergaulan, keluarga, pendidikan dan seterusnya.
Pergaulan yang salah menjadi salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja. Apalagi di zaman sekarang ini dengan alasan modernisasi para remaja ingin mencoba sesuatu yang seharusnya tak pantas dikerjakan. Misalnya, minum-minuman keras, pergaulan bebas, merokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Apabila kenakalan remaja dibiarkan begitu saja, tentu akan merusak masa depan mereka sendiri, terlebih masa depan bangsa ini. Kenakalan remaja di era modern ini bisa dikatakan sudah melebihi batas yang sewajarnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, kita dapat melihat kenakalan remaja zaman sekarang. Hal-hal seperti ini telah menjadi sebuah kelaziman dikalangan remaja. Namun berbeda dengan remaja yang ada
di Kelurahan Palawa’ khususunya remaja muslim kenakalan mereka belum begitu parah jika dibandingkan dengan remaja pada umumnya yang sudah mengenal narkoda dan tindakan kriminal lainnya.
Menariknya masalah ini untuk diteliti adalah karena masalah remaja sangat meresahkan orang tua, masyarakat, bahkan negara, mengingat apa yang dilakukan oleh remaja saat ini sangat membahayakan masyarakat dan berdampak pada kepentingan orang banyak.
Dengan demikian untuk menanggulangi kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan maka diperlukan kegiatan-kegiatan dakwah dalam kehidupan remaja sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam sub-sub masalah yang sekaligus menjadi batasan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi dakwah dalam menghadapi problematika remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan ?
2. Bagaimana implementasi dakwah dalam meningkatkan perilaku remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam menanggulangi problematika remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi dakwah dalam menghadapi problematika remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dakwah dalam meningkatkan perilaku remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam menanggulangi problematika remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan.
D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan dakwah.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang dakwah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja, diharapkan dapat meningkatkan rasa keimanan dan keistiqomahan serta perilaku akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi orang tua, hasil penelitian dapat membantu meningkatkan pembentukan perilaku (akhlak) anak-anak mereka menjadi lebih baik khususnya remaja.
c. Bagi jajaran dinas kelurahan, dan lembaga-lembaga Islam terkait, hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan kebijakan bidang kesejahteraan masyarakat, terutama berhubungan dengan pembinaan moral masyarakat di desa tersebut.
d. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun ke masyarakat sebagai seorang da’i.
e. Bagi masyarakat setempat sebagai subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan kegiatan dakwah.
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang berkaitan dengan judul di atas:
1. Implementasi Dakwah a. Implementasi
Menuruk Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan; penerapan.1 Adapun menurut Nurdin Usman dalam bukunya “Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum”. Ia mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.2
Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh
1
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Inddonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 548.
2
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 70.
karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.
b. Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab َاَ عَ د – ََ ي َ د َ ع َ و َ – َ َ د َ ع َ و َ ة
َ . Kata dakwah merupakan masdar dari kata َ وَ عَ دََ ي–َ اَ عَ د yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, do’a, dan semacamnya.3
Banyak definisi dakwah telah dibuat untuk merumuskan pengertian dakwah yang intinya adalah mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat. Juga dapat dikatakan bahwa dakwah adalah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku baik (Islami) serta melakukan amr ma’ruf nahi
mungkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Dakwah
Islam adalah agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai keinginan tersebut diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya.
Di samping itu, “Islam” sebagai agama yang disebut agama
dakwah, maksudnya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara
yang damai, tidak dengan kekerasan. Walaupun ada sejumlah peperangan dalam sejarah Islam, baik itu di zaman Nabi Muhammad Saw. atau di zaman sahabat dan setelahnya. Peperangan itu bukanlah dalam rangka menyebarkan atau mendakwahkan Islam, tetapi dalam rangka mempertahankan diri umat Islam atau melepaskan masyarakat dari penindasan penguasa yang zalim. Buktinya dalam beberapa kasus peperangan di masa Nabi Muhammad Saw. hidup, Beliau sendiri tidak pernah memaksa penduduk daerah yang ditundukkan untuk masuk Islam. Hal ini bisa dilihat dalam perjanjian Nabi Muhammad Saw. dengan orang
Yahudi Madinah, dalam perjajian itu dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. menjamin kebebasan beragama dan berpendapat.
Dari apa yang dijelaskan di atas dapat dipahami bahwa betapa sulitnya memisahkan antara dakwah dengan Islam, karena Islam itu berkembang melalui dakwah. Dan istilah keagamaan yang sedang pepuler di kalangan kita sekarang ini adalah istilah dakwah. Akan tetapi, yang sering terjadi istilah tersebut disampaikan oleh kebanyakan orang sehingga dakwah identik dengan pengajian, khutbah, dan arti-arti sempit lainnya. Oleh karena itu istilah dakwah perlu dipertegas takrifnya (pengertiannya).4
Ditinjau dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab َا ع د – َ َ و ع د ي – َ َ ة و ع د
َ . Kata dakwah merupakan masdar dari kata و ع د يَ–َ ا ع د yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, do’a, dan semacamnya.5
Dan dari segi terminologi dakwah lebih dipahami sebagai usaha dan ajakan kepada jalan kebenaran.6
Berikut ada beberapa pandangan beberapa tokoh mengenai definisi dakwah yang bermacam-macam, antara lain:
1. Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, beliau mengatakan bahwa dakwah adalah:
4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwh, (Cet.I; Jakarta Timur; Kencana, 2004), h. 1-2. 5
Muliaty Amin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Makassar: Alauddin Press, November 2009), h.1. Lihat juga; Ibnu Manzur, Lisanul Al arab, jilid IV,(Qairo: Dar al Hadis, 2003), h. 360
6
َ ح
َ د
َ
َنلا
َ سا
َ
َ عَ
َ
خاَ
َ ي
َ ََ
َ
لاَ ٓ
ًَد
َ ََا
َ
لا
َ م
َ رَ
َ ةَ
لا
َ ٍ
َ ػ
َ ر
َ َ
َ ف
ََ َ
َنلا
َ ه
َ
َ غ
َ ََ
َ
لا
َ ٍَ ِ
َ ه
َ رَ
َ ل
َ ف
َ ٔ
َ ََز
َ ب
َ ص
َ ػ
َ دا
َ ةَ
َ
ىا
َ ػ
َ جا
َو
َ َ
َ
لا
َ ج
و
َ. َ Artinya:“Mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari yang mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.”7
2. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah: “ Setiap usaha aktivitas dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah Swt. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak islamiyah.”8
3. Abdullah Ba’lawiy al-Haddad mengemukakan bahwa, dakwah adalah mengajak, membimbing, dan memimpin orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar, untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, beriman kepada-Nya serta mencegah dari apa yang menjadi lawan kedua hal tersebut, kemaksiatan dan kekufuran.9
4. Abu Bakar Zakari memberikan penjelasan bahwa dakwah adalah:
7
Ali Makhfudh, Hidayatul Mursyidin, (Mesir: Daar al-Kitab al-Arabi, 1952), h. 17. Lihat juga; Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Cet.I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h. 19. Lihat juga; Syamsuddin AB, Sosiologi Dakwah, (Cet. I; Makassar: Alauddin University press, Desember 2013), h. 8.
8
Nasaruddin Latif, Teori dan Praktik Dakwah, (Jakarta; Firma Dara, tt), h. 11. Lihat juga; Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah , h. 19. Lihat juga; Syamsuddin AB,
Sosiologi Dakwah, h. 8.
9 Abdullah Ba’lawiy al-Haddad, al-Nashihu al-Diniyah, diterjemahkan oleh Muhammad Abdai Rathomy, dengan judul Petuah-petuah agama Islam (Semarang; Toha Putra, 1980), h.80.
َنلا
َ غ
َ َٔ ة
َ
َ ه
ََ ق
َ ي
َ ما
َ
َ غ
َ يَ ٍ
َ ءا
ََ َ
َ
لا
َ ٍ
َ ص
َ خـ
َ يِـ
َ ي
َ َ
َ
َ ف
َ لاَ
َ ي
َ ََ
َ ةَ خ
َ ػَ
يَ ي
َ ًَ
َ
لا
َ ٍ
َ ٓ
َ ٔ
َ رَ
َ ٌ
َ َ
ََ
ىا
َ ػ
َنٌا
َ ٌَث
َ يَا
َ ت
َ ص
َ ْ
َ ًَ
َ ةَ
اَ مَ ر
َ دَ ي
َ َِ ٓ
َ ًَ
َ ََ د
َ نَ ي
َ ْا
َ ًَ
َ عَ
َ كَ
َ رد
َ
َنطىا
َ كا
ث
. َ Artinya:“Dakwah ialah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan tentang agama (Islam) untuk memberi pengajaran kepada masyarakat mengenai hal-hal yang dapat menyadarkan mereka tentang urusan agama dan urusan dunianya sesuai kemampuannya.”10
5. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran allah (Islam) termasuk amr ma’ruf nahi mungkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat..11
Banyak definisi dakwah telah dibuat untuk merumuskan pengertian dakwah yang intinya adalah mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat. Sebenarnya dakwah itu dapat dipahami sebagai materi (mendengarkan dakwah), sebagai perbuatan (sedang berdakwah) dan sebagai pengaruh. Juga kata dakwah biasa digunakan untuk arti undangan, ajakan, dan seruan yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa dakwah adalah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku baik
10
Abu Bakar Zakari, Al-Dakwat Ila al-Islam, (Al-Kahira: Maktabah Daar al-Urubiyat, 1962), h. 8. Lihat juga; Muliaty Amin, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 4
11
Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra,tt), h. 31.
(Islami) serta melakukan amr ma’ruf nahi mungkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dimana setiap da’i dari agama apapun pasti berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka.12
B. Tujuan dan Unsur-Unsur Dakwah 1. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam aktivitas dakwah Islam, sebagaimana dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Tanpa adanya tujuan yang pasti dan jelas, suatu aktivitas sulit berjalan dengan baik. Tujuan dakwah dapat diibaratkan sebagai sebuah mimpi atau cita-cita yang akan dicapai oleh da’i. Tujuan itu pada akhirnya akan menentukan strategi dan bahkan menentukan besar dan kecilnya semangat seorang da’i dalam melakukan aktivitas dakwah Islam. Semakin mantap dan jelas tujuan yang hendak dicapainya, maka strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan semakin jelas pula. Dan akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap semangat seorang
da’i dalam menjalankan dakwahnya.13
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu. Tujuan (objective) diasumsikan berbeda dengan sasaran (goal). Dalam tujuan memiliki
12
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Malang; Madani Press, tt), h. 26-27. 13
target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk menentukan arah organisasi dalam rangka jangka panjang. Sebenarnya tujuan dakwah itu adalah tujuan diturunkan ajaran Islam bagi umat manusia sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah, ibadah, serta akhlak yang tinggi.14
Dalam hal ini secara hakikat dakwah mempunyai tujuan menyampaikan kebenaran yang terdapat di dalam al Quran dan hadis dan mengajak manusia untuk mengamalkannya. Tujuan dakwah ini dapat dibagi menjadi tujuan yang berkaitan dengan materi dan objek dakwah. Dilihat dari aspek tujuan objek dakwah ada empat tujuan meliputi: tujuan perorangan, tujuan untuk keluarga, tujuan untuk masyarakat, dan tujuan untuk manusia seluruhnya. Sedangkan tujuan dakwah dilihat dari aspek materi, menurut Masyhur Amin ada tiga tujuan yang meliputi: Pertama, tujuan akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan hukum, aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat manusia yang mematuhi hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah Swt. Ketiga, tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan berakhlakul karimah.15
Dakwah juga merupakan tujuan diturunkannya ajaran agama Islam bagi umat manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas aqidah, ibadah, serta akhlak yang tinggi.
14
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwh, h. 60. 15
Bisri Affandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.16
Ketika merumuskan pengertian dakwah, Amrullah Ahmad menyinggung tujuan dakwah yaitu untuk memengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran individual dan sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.17
Kedua pendapat di atas (Bisri Affandi dan Amrullah ahmad) menekankan bahwa dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam seseorang secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa pun.
Salah satu tugas pokok dari Rasulullah Saw. adalah menyempurnakan akhlak manusia. Dan akhlak yang dimaksudkan ini tidak lain adalah al Quran itu sendiri, sebab hanya kepada al Quran setiap
16
Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya; Fak. Dakwah Surabaya, 1964), h. 3.
17
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta; Primaduta, 1983), h.2. Lihat juga; Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwh, h. 60.
pribadi manusia akan berpedoman. Atas dasar itu tujuan dakwah secara luas adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik secara individu maupun masyarakat. Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Tujuan jangka panjang atau umum
Tujuan jangka panjang dakwah, sebagaimana yang telah disinggung dalam pengertian dakwah itu senadiri, yaitu:
1. Mengajak manusia untuk beribadah dalam arti menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Sebagaimana telah disinggung dalam al Quran surat adz Dzariat (51) ayat 56:
َ نَ د تۡػ لَ
لَّ إَ سن
ن
لۡٱ ََ نَ
ۡ
لٱَ جۡل ي خَا ٌ َ
ۡ
٥٦
َ
Terjemahnya:
“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi/beribadah (kepada-Ku).”18
2. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya, dalam al Quran surat ar Ra’d (13) ayat 36:
َ إَ ۡو كَ ۚۥ ّ ضۡػ بَ ر هِ يََ ٌَ با زۡح
ۡ
لٱَ َ ٌ َََۖ مۡ
ل إَ ل زُ أَٓا ٍ ةَ نٔ ح رۡف يَ بَٰ ت هۡىٱَ ً َٰٓ نۡي تا ءَ َي نلَّٱ َ
َٓا ٍنن
َ مَ ّۡ لوَإَِ أ غۡد
أَ ّۡ ل إَ ۚٓۦ ّ ةَ ك ۡشۡ
أَٓ
لَّ ََ نللَّٱَ د تۡع
أَ ۡن
أَ تۡر م
أ
َ َ
َ با
٣٦
َ
Terjemahnya:“Dan orang-orang yang telah kami berikan kitab kepada mereka, bergembira dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani), yang mengingkari
18
sebagiannya. Katakanlah: Seseungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.”19
Menjadi orang baik itu berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Oleh karena itu, dakwah bukanlah kegiatan mencari dan menambah pengikut, tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau menyadarkan orang yang mendakwahi perlunya bertauhid dan perilaku baik.20Semakin banyak orang yang sadar (berakhlak karimah dan beriman) masyarakat akan semakin baik. Dengan begitu dakwah Islam harus dilandasi dengan cinta kasih. Jadi, tujuan dakwah itu bukannya mencari dan memperbanyak pengikut, tetapi untuk menyelamatkan dan menolong sesama manusia, untuk membebaskan dari berbagai masalah yang membelenggunya, yang menyebabkan penderitaan, merugikan kehidupan, dan menghambat kemajuan.
b. Tujuan Jangka Pendek atau Khusus
1. Membina mental dan keimanan para muallaf yang baru masuk Islam atau yang masih lemah keimanannya, agar tidak keluar dari Islam. Dinamika pemikiran di era global dan berkembangnya teknologi yang demikian pesat dan cenderung dikuasai oleh umat lain saat ini, mau tidak mau, menuntut umat Islam untuk lebih solid,
19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, h. 254. 20
agar umat Islam terus bersatu padu, saling membantu, saling mengisi, antara satu dengan yang lainnya.
2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat Islam yang telah cukup kuat keimanannya. Dakwah tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang masih lemah imannya, tetapi juga bagi mereka yang sudah memeluk Islam. Sebab keimanan mengalami pasang naik dan pasang surut, sehingga jika tidak terjaga akan mengalami penurunan yang lebih besar dan akan memengaruhi upaya pencapaian kebahagiaan sebagaimana yang diimpikan dalam tujuan dakwah jangka panjang.
3. Mendidik dan mengajar anak-anak agar dapat mengembangkan potensinya sebagai khalifah di muka bumi. Dakwah tidak dapat melepaskan masa anak-anak ini kerena baik dan buruknya generasi mendatang tergantung pada generasi muda saat ini. 4. Mengajak kepada umat manusia yang belum meyakini ajaran
Islam, agar meyakini dan menjalankan ajaran Islam. Sebagaimana masyarakat Madinah pada saat dakwah Nabi pada periode pasca hijrah, dimana anggota masyarakatnya tidak semuanya muslim, ada yang Yahudi, Nasrani, dan ada juga yang Majusi.
Dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek dapat dikembangkan tujuan lain yang sifatnya mengarah pada terciptanya kedua tujuan tersebut, seperti mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan taraf perekonomian umat, membangun budaya Islam di
tengah masyarakat, menciptakan sistem politik yang demokratis dan berdasar pada prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam. Dengan demikian untuk menggapai tujuan dakwah tersebut tidak cukup dilakukan hanya dengan beberapa bidang kajian, bidang kegiatan, atau program kegiatan saja. Tetapi juga memerlukan bebagai pendekatan dan program kerja, di antaranya pendekatan ekonomi dan pendidikan. Pendekatan ekonomi dapat mendorong peningkatan kesejahteraan, sehingga masyarakat tidak didera kemiskinan yang berakibat pada pengingkaran nilai-nilai sosial dan agama. Adapun pedekatan pendidikan dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk menyiapkan generasi mendatang dengan bekal keilmuan, norma agama dan sosial, serta keterampilan, agar mereka dapat menjadi penerus bangsa yang lebih baik.21
2. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah merupakan komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah pelaku dakwah
(da’i), objek dakwah (mad’u), materi dakwah (maddah), metode dakwah (thariqah), dan mediah dakwah (wasilah).
a. Pelaku Dakwah (Da’i)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan,
tulisan , maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.
21
Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 40-49. Lihat juga; Asmuni Syukir,
Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan
muballigh, namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit
kerena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib, dan sebagainya.
Seorang da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi manusia, juga mngetahui metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.22Berkaitan dengan hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, memeng kewajiban dakwah terpikat di pundak orang-orang tertentu. Sebagaimana firman Allah dalam al Quran surat an Nahl (16) ayat 43:
َ ۡس فًََۖۡ ٓۡ
ل إَٓ حِٔ َُ الَّا ج رَ نلَّ إَ م يۡت قََ ٌَا ِۡي شۡر أَٓا ٌ َ
َ َ
َ نٔ ٍ يۡػ تَ
لًََّۡ خِ نَن إَ ر
ن لَّٱَ وْۡ
ۡ
أَ آٔ ي
٤٣
َ
Terjemahnya:“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”23
Sehubungan dengan pengertian da’i para pakar dalam bidang dakwah mendefinisikan sebagai berikut;
22
Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al- Qardhowi Harmoni antara
kelembutan dan ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997),h. 18.
23
1. Hasyimi, juru dakwah adalah penasihat, para pemimpin dan pemberi ingat, yang memberikan nasihat yang baik yang mengarah dan berkhutbah, yang memusatkan jiwa dan raganya dalam wa’at dan wa’id (berita gembira dan berita siksa) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.24
2. M. Natsir, Pembawa dakwah merupakan orang yang memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada keuntungan.25
Karena pentingnya fungsi seorang da’i, maka ada beberapa ayat dalam al Quran dan juga buku-buku yang telah ditulis oleh pakar dibidang dakwah yang memberikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i. Di antara sifat da’i yang disebutkan dalam al Quran adalah sebagai berikut;
1. Perintah agar da’i istiqamah, tidak mempertaruhkan hawa nafsu, menjelaskan tentang ketegarannya dalam iman, berbuat adil, dan berusaha berdakwah sampai pada non-muslim. Sebagaimana firman Allah dalam al Quran surat asy Syura (42) ayat 15;
ََۖ عۡدٱ فَ م لَٰ ذ ي ف
َٖۖ بَٰ ت نََ ٌَ نللَّٱَ
ل زُ أَٓا ٍ ةَ جِ ٌا ءَ ۡو ك ًَََۖۡ ْ ءٓا ْٔۡ أَۡع تنت حَ لَّ َََۖ تۡر م أَٓا ٍ نًَۡ ل خۡشٱ َ
َ ِۡي ةَ ثنج حَ
لًَََّۖۡ ك يَٰ مۡغ
أَ ًۡ ك ى ََ ا ِ يَٰ مۡغ
أَٓا لًََۖۡ ك ب ر ََ ا ِ ب رَ نللَّٱََۖ ً ك ِۡي ةَ
ل دۡغ لَ تۡر م أ َ
َا ِ
ََۖ ً ك ِۡي ب َ
َ
َ ي ص ٍ
ۡ
لٱَ ّۡ لوَإََِۖا ِ ِۡي ةَ ع ٍۡ يََ نللَّٱ
١٥
24A. Hasyimi, Dustru Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),, h. 162. Lihat juga; Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 79.
25
M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta; Dewan Islamiyah Indonesia,tt),h. 125. Lihat juga; Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 79.
Terjemahnya:
“Karena itu serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah (kita) kembali"26 2. Bertawakal dalam dakwah dari meyakini kebenaran dakwah yang
disampaikan, dalam al Quran surat an Naml (27) ayat 79-80, Allah berfirman:
َ ين ت ٍ
ۡ
لٱَ ق
لۡٱَ
ۡ
عََ منُ إََۖ نللَّٱَ عََ ۡ نكَّ ٔ خ ف
٧٩
َا ذ إَ ءٓ عَ لٱَنً صلٱَ ع ٍۡص تَ لَّ َََٰ تَۡٔ ٍۡلٱَ ع ٍۡص تَ لََّ منُ إ
َ َي ر ةۡد ٌَ
اۡٔنى َ
٨٠
Terjemahnya;“Maka bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka telah berpaling membelakang.”27
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i yang tertulis di dalam buku-buku pakar dakwah di antaranya; Abul A’la al-Maududi dalam bukunya Tadzkiratud Du’atil Islam, mengatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki seorang da’i secara perorangan dapat disimpulkan sebagai berikut;
a. Sanggup memerangi musuh dalam dirinya yaitu nafsu, untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
26
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 484. 27
b. Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan dirinya di hadapan Allah dan di hadapan masyarakat.
c. Mampu menjadi uswatun hasanah bagi mad’unya.
d. Memiliki persiapan mental, seperti; sabar, senang memberi pertolongan kepada orang lain, dan memiliki semangat yang tinggi.
Sementara itu untuk mewujudkan seorang da’i yang professional yang mampu memecahkan kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh objek dakwah. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i secara umum, yaitu;
1. Mendalami al Quran, sunnah dan sejarah kehidupan Rasul Saw. serta khulafaurrasyidin.
2. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi.
3. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan di mana pun.
4. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara.
5. Satu kata dengan perbuatan.
6. Jauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.28
28 Abul A’la al-Maududi, Tadzkiratud Du’atil, (Beberapa Petunjuk untuk Juru
Dakwah) Terj, Aswadi Syukur, (Bandung; Al-Ma’rif, 1984), h. 36-54. Lihat juga; Moh. Ali
b. Objek Dakwah atau Penerima Dakwah (Mad’u)
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu maupun secara kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti ajaran Islam; sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan. Al Quran mengenalkan kepada kita beberapa tipe mad’u. Secara umum mad’u terbagi tiga, yaitu: mukmin, kafir, dan munafik. Dan dari tiga klasifikasi besar ini mad’u masih bisa dibagi dalam beberapa pengolompokan.
Contohnya untuk orang mukmin dapat dibagi menjadi tiga ,yaitu:
dzalim linafsih (yang menganiaya diri mereka sendiri) muqtasid (yang
pertengahan) dan sabiqun bilkhairat (yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah). Adapun orang kafir dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
kafir zimmi dan kafir harbi.
Di dalam al Quran selalu digambarkan bahwa, setiap Rasul itu menyampaikan risalah dari Allah, adapun kaum yang dihadapinya itu terbagi dua, yaitu: ada yang mendukung dakwah dan ada yang menolak. Cuma kita tidak menemukan metode secara detail di dalam al Quran tentang bagaimana cara berinteraksi dengan pendukung dan bagaimana
cara menghadapi penentang. Tetapi isyarat tentang bagaimana gambaran-gambaran mad’u itu sudah cukup signifikan dalam al Quran.
Mad’u (objek dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan
manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u itu sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, baik menurut usia, profesi, ekonomi dan sebagainya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, dan perkotaan.
2. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan orang tua.
3. Dari segi profesi, ada yang profesi sebagi petani, nelayan, pedagang, buruh, dan pegawai.
4. Dari segi tingkatan social ekonomi, ada golongan kaya, menengah, dan miskin.
5. Dari segi jenis kelamin, ada laki-laki dan perempuan.
Mad’u juga bisa dilihat dari segi pemikiran di antaranya:
1. Mad’u yang berpikir kritis, yaitu orang-orang yang berpendidikan,
yang selalu berpikir lebih mendalam sebelum menerima sesuatu yang disampaikan kepadanya.
2. Mad’u yang mudah dipengaruhi, yaitu masyarakat yang mudah
dipengaruhi oleh paham baru tanpa menimbang-nimbang secara mantap apa yang dikemukakan kepadanya.
3. Mad’u bertaklid, yaitu golongan yang panatik, selalu berpegang pada tradisi dan kebiasaan yang sudah turun-temurun tanpa menyelidiki salah satu kebenarannya.
Disamping golongan mad’u di atas, ada lagi penggolongan yang berdasarkan responsi mereka terhadap apa yang disampaikan kepadanya. Berdasarkan responsi mad’u terhadap dakwah dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Golongan simpati aktif, yaitu yang menaruh simpati dan aktif memberi dukungan moril dan materil terhadap kesuksesan dakwah. Mereka juga berusaha mengatasi hal-hal yang dianggap merintangi jalan dakwah dan bahkan mereka bersedia berkorban untuk kepentingan Allah.
2. Golongan pasif, yaitu mad’u yang bermasa bodoh terhadap perkembangan dakwah.
3. Golongan antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka terlaksananya dakwah. Dan mereka berusaha dengan berbagai cara untuk merintangi atau meninggalkan dakwah.
Dari semua penggolongan mad’u di atas, maka seorang da’i dituntut untuk lebih mencermatinya agar ia tidak salah dalam memilih pendekatan, metode, dan teknik serta media dakwah. da’i yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat yang akan menjadi
mantra dakwahnya (mad’unya) adalah calon-calon da’i yang akan mengalami kegagalan dalam dakwahnya.29
c. Materi Dakwah (Maddah)
Unsur dakwah yang ketiga adalah materi dakwah (maddah). Materi dakawah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh seorang da’i kepada mad’unya. Materi dakwah meliputi seluruh ajaran agama Islam yang termuat dalam al Quran dan Sunnah Rasul, yang pada pokoknya meliputi empat hal, yaitu:
1. Aqidah
Aqidah merupakan sistem keimanan kepada Allah, yang meliputi iman kepada Allah, kepada malaikat, kepada kitab, kepada rasul, kepada qada dan qadar, dan kepada hari akhir/kiamat. Sistem keimanan ini yang seharusnya menjadi landasan fundamental dalam sikap dan aktifitas serta perilaku sehari-hari seorang muslim.
2. Syari’ah
Syari’ah merupakan serangkaian tuntunan ajaran Islam menyangkut tentang tata cara beribadah, baik langsung ataupun tidak langsung, meliputi pola hidup sehari-hari khususnya menyangkut hal-hal yang boleh dan tidak boleh, dilarang, dianjurkan dan dibolehkan sebagai seorang muslim. Syari’ah Islam merupakan seperangkat sistem ibadah sebagai manifestasi keimanan seseorang.
29
3. Muamalah
Muamalah merupakan seperangkat sistem interaksi dan hubungan antar manusia, baik secara individu maupun kelompok. Banyak ayat yang mengemukakan tentang muamalah sebagai bagian dari keagamaan seseorang. Sehingga umat Islam tidak hanya dituntut untuk beribadah secara langsung, tetapi juga dituntut untuk menjalankan nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan agama dalam hal berinteraksi dengan orang lain. Muamalah juga sebagai bentuk ukuran dalam menilai kualitas keagamaan seseorang.
Dalam al Quran banyak ayat ditemukan tentang pentingnya beramal shalih dan sering kali disebutkan beriringan dengan kata iman. Sebagaimana disebutkan dalam al Quran surat al Baqarah (2) ayat 82:
َ
ۡ
لٱَ بَٰ ح ۡص
أَ م هَٰٓ
ل َ أَ جَٰ ح يَٰ نصىٱَ أ ي ٍ غ ََ أ ِ ٌا ءَ َي نلَّٱ َ
َ نَ دَُٰ َٰا ٓي فًَۡ َْٖۖ ثنِ
٨٢
Terjemahnya:
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”30
Ayat di atas menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapatkan imbalan berupa surga. Penyebutan amal shalih dikaitkan dengan iman. Hal ini menegaskan bahwa amal shalih sebagai bentuk perbuatan yang tidak dapat dipisahkan dengan keimanan.
Karena orang tidak cukup hanya beiman, tetapi keimanan meraka harus diaplikasiakn dalam bentuk amal shalih.
30
4. Akhlak
Akhlak menyangkut tata cara menghias diri dalam melakukan hubungan dengan Allah (ibadah) dan berhubungan dengan sesama manusia dan sesama makhluk. Pembahasan tentang akhlak sangat luas karena menyangkut baik buruk, pantas dan tidak pantas, bahkan menyangkut rasa terhadap sesama.
Berkenaan dengan materi dakwah, selain yang telah dibahas di atas juga diperlukan materi-materi yang bersifat teoritis dan praktis. Apa lagi dalam ere global saat ini, dakwah tidak serta merta dapat dilakukan dengan berbekal penguasaan keempat materi di atas.
Dakwah dalam era global saat ini memerlukan ilmu penunjang yang lain dan bahkan ilmu penunjang tersebut sangat menentukan keberhasilan dakwah. Oleh karena itu seorang da’i harus selalu terbuka dengan berbagai perkembangan pengetahuan dan selalu belajar mengenai sesuatu yang baru.31
d. Metode Dakwah (Thariqah)
Metode dakwah merupakan tata cara menjalankan dakwah agar mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dakwah sebagai suatu upaya untuk menyebarkan ajaran Allah kepada seluruh manusia tentu memerlukan metode. Tanpa menggunakkan metode yang tepat, dakwah Islam tidak dapat dijalankan dengan baik dan tentu tidak mendapatkan
31
Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 77-80. Lihat juga; Fatullah Gulen,
Thuruq al-Irsyadi fi al-Fikri wa al-Hayati (Dakwah Jalan Terbaik Dalam Berpikir dan Menyikapi Hidup), Terj. Ibnu Abdillah Ba’adillah, (Jakarta: Republika, 2011), h. 215.
hasil sebagaimana yang diharapkan. Adapun metode dakwah telah ditetapkan oleh Allah dalam al Quran surat an Nahl (16) ayat 125-128:
َ تنىٱ ةًَ ٓۡل دَٰ ج ََٖۖ ث ِ ص ۡلۡٱَ ث ظ غۡٔ ٍۡلٱ ََ ث ٍۡه ۡلۡٱ ةَ م ب رَ وي ب شََٰ لَ إَ عۡدٱ
َ ً يۡغ
أَ ٔ َْ منب رَ نن إَۚ َ صۡح
أَ هَ
َ َي د خۡٓ ٍ
ۡ
لٱ ةَ ً يۡغ أَ ٔ ْ ََۦ ّ يي ب شََ غَ نو ضََ ٍ ة
١٢٥
ََ ه
ى ََ َۖۦ ّ ةًَ خۡت كٔ غَا ٌَ وۡث ٍ ةَ أ ت كا ػ فًَۡ خۡت ق عََۡنوَإِ
َ َي بََٰ نصي
ىَٞ ۡي خَ ٔ ٓ لًَۡ تۡ بَ ص
١٢٦
َ
ن
لَّ إَ ك ۡبَ صَا ٌ ََۡ بَ ۡصٱ َ
َ
َانٍ مَ قۡي ضَ فَ م حَ
لَّ ًََۡ ٓۡي ي غَۡن زۡ تََ لَّ ََۚ نللَّٱ ة
َ نَ ر هٍۡ ي
١٢٧
َ نٔ ِ صۡ مًَُّ َْ َي
لَّٱنََ أ لنتٱَ َي
ن
لَّٱَ ع ٌَ نللَّٱَ نن إ
ن
١٢٨
Terjemahnya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”32
Dari surat an Nahl di atas dapat kita mengambil tiga metode dakwah diantaranya:
1. Dakwah Dengan Cara Hikmah
Dakwah yang dilakukan untuk mendorong orang untuk memperbaiki diri, dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik dan seterusnya. Tentu hal ini tidaklah mudah. Seorang
da’i memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang orang yang
didakwahinya agar dapat memberikan pesan dan motivasi kepada
32
mereka. Tidak semua orang dapat diberikan pesan dan motivasi dengan cara yang sama, maka dari itu semua orang harus diperlakukan secara berbeda. Dalam konteks inilah seorag da’i dituntut untuk harus menambah pengetahuannya, karena tidak bisa mengandalkan pengetahuan dan cara yang sama untuk memberikan pesan-pesan dakwah kepada semua orang.
Dakwah dengan cara hikmah menuntut da’i untuk senantiasa mengenali secara seksama objek dakwahnya (mad’unya). Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam satu peristiwa diceritakan bahwa ada seorang sahabat datang kepada Rasulullah Saw. menyampaikan keluhannya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak ingin tertinggal dari mendapatkan keutamaan mendirikan shalat shubuh berjamaah. Akan tetapi, sungguh aku terganggu oleh salah seorang imam yang terlalu memanjangkan bacaan surahnya ketika ia menjadi imam.
Mendengar laporan dari sahabat tersebut beliau tidak langsung menegur sang imam, tetapi beliau memberikan nasihat secara umum;“Wahai manusia, mengapa masih ada diantara kalian para imam shalat yang menyebabkan orang lain lari dari mendirikan shalat berjamaah. Oleh karena itu, jika kalian tengah mendirikan shalat berjamaah (menjadi imam) maka janganlah kalian terlalu memanjangkan bacaan surah dalam shalat yang tengah kalian pimpin. Sebab di antara para makmun ada orang-orang yang sudah lanjut usia, ada pula orang yang lemah kesehatannya, dan ada para pihak yang sedang mempunyai
kebutuhan mendesak.” Nasihat umum Rasulullah Saw. tersebut sebagai contoh bahwa Nabi Muhammad Saw. memberikan teguran kepada sahabatnya secara lembut, sehingga tidak menyinggung orang yang ditegur.
Dengan demikian dakwah dituntut untuk dilakukan dengan cara bijaksana. Mengacu pada pengertian hikmah, dakwah berarti harus disesuaikan dengan kondisi objek dakwah (mad’u) agar tidak lari atau menjauh dari ajaran agama. Demikian juga secara politik, ekonomi, dan social, dakwah tidak baik dilakukan secara kaku dan keras, karena justru akan menjauhkan objek dakwah (mad’u) dari da’i.
Namun demikian bukan berarti bahwa dakwah harus selalu dilakukan dengan kelembutan. Pada kondisi tertentu diperbolehkan melakukan tindakan yang tegas, sebagaimana pernyataan Allah Swt. dalam al Quran surat al Baqarah (2) ayat 190:
َ
لَّ ًََۡ ك ُٔ ي خَٰ ق يَ َي
لَّٱَ نللَّٱَ وي ب شَ فَ
ن
أ ي خَٰ ق َ
َ َي د خۡػ ٍ
ۡ
لٱَ ب َُ
لََّ نللَّٱَ نن إَ ۚ
آَ د خۡػ تَ
١٩٠
Terjemahnya:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”33
Dari ayat di atas Rasulullah Saw. diperintahkan untuk memerangi orang-orang yang memeranginya. Maka dari itu dakwah dapat dilakukan dengan cara kekerasan kepada orang yang memerangi. Bersikap lemah lembut kepada yang memusuhi justru akan menimbulkan kerugian, karena
33
akan menjadikan umat Islam tidak akan disegani. Dakwah dengan cara
hikmah tidak selalu bermakna lembut, dan tidak pula berarti
mengharamkan peperangan. Peperangan, bersikap keras hanya boleh dilakukan kepada pihak yang tidak dapat diajak berdamai. Sehingga dakwah secara hikmah dilakukan dengan prinsip tindakan apa yang terbaik baik semua pihak, itulah yang dilakukan. Hal ini memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam bagi seorang da’i, karena dengan kedua hal itulah seorang da’i dapat mengambil jalan hikmah. 34
2. Dakwah dengan Mauidzah al Hasanah
Mauidzah al hasanah sering diterjemahkan sebagai nasihat yang
baik. Maksudnya segala ucapan yang disampaikan oleh seorang da’i, berisikan petunjuk-petunjuk kearah kebaikan, diterangkan dengan gaya bahasa yang sederhana, supaya nasihat tersebut dapat ditangkap, diterima, dicerna, dihayati, enak didengar, menyentuh hati, dan senantiasa menghindari segala bentuk kekerasan, bahasa kotor, sikap egois, dan segala sesuatu yang dapat menyinggung objek dakwah (mad’u).
Dengan demikian dakwah yang disampaikan akan diterima dengan ikhlas dan membawa kebaikan persatuan dan bukan perceraian. Prinsip metode ini diarahkan terhadap objek dakwah yang kapasitas intelektual dan pemikiran serta pengalaman spritualnya tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan seorang da’i adalah sebagi pembimbing, teman
34
dekat yang setia yang menyayangi dan memberikan segala hal yang bermanfaat serta dapat membahagiakan mad’unya.35
3. Dakwah Dengan al Mujadalah
Akar kata mujadalah adalah jadala menjadi jaadala yang berarti menjalin. Pengembangan jadala menjadi jaadala bermakna berdebat, berbantah. Bentuk masdar dari kata jaadala adalah mujaadala (h), yang bermakna perdebatan atau perbantahan.36Dengan demikian dakwah dengan al Mujadalah adalah dakwah dengan cara melakukan perdebatan kepada objek dakwah.
Dakwah dengan cara ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Perdebatan secara langsung dapat dilakukan dengan cara lisan yaitu beradu argument. Perdebatan secara langsung ini memerlukan kemampuan retoris dan logika yang baik, karena menang dan tidaknya dapat ditentukan oleh kedua hal tersebut. Meskipun logikanya bagus dan memiliki bukti yang kuat, tetapi jika tidak mampu menyajikan dengan retorika yang bagus pula, maka tidak dapat mengubah pemikiran lawan. Dakwah ini banyak dilakukan oleh mereka yang pernah melakukan perpindahan keyakinan yang awalnya nashara kemudian masuk Islam, biasanya mereka melakukan dakwah dengan cara berdebat untuk menunjukkan kebenaran Islam dan objek dakwah mereka biasanya adalah teman-teman mereka waktu masih memeluk agama nashara.
35 I’anatut Thoifah, Manajemen Dakwah, (Malang: Madani Press, 2015), h. 51-52. 36
Ahmad Warson Muawwir, al-Munawwir; Kamus arab Indonesia, (Yogyakarta: PonPes al-Muanawwir Krapyak, 1984), h. 189.
Adapun perdebatan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara menyebarkan berbagai gagasan yang secara perlahan-lahan membangun paradigma berpikir tertentu, misalnya dengan menyebarkan gagasan tertentu melalui media massa. Dengan media massa, penyampaian gagasan kepada objek dakwah dapat dilakukan secara meluas dan cepat. Membangun pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah secara meluas melalui media massa seperti film pada media televisi, dalam ere modern saat ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan pemikiran dan budaya (Islam).
Rahmat Haryadi mencatat bahwa saat ini film menjadi bentuk pesan yang sangat besar pengaruhnya bagi objek dakwah. Gedung bioskop yang diharamkan oleh fiqh klasik, kini justru menjadi sarana dakwah yang efektif. Betapa tidak, hadirnya film-film religi (Islam) dianggap sebagai sebuah bentuk representasi ajaran Islam yang mulia. Banyak orang yang berbondong-bondong untuk hadir ke bioskop demi untuk menonton sebuah film religi yang tentu mengandung pesan-pesan dakwah.
Strategi dakwah dengan perdebatan (al Mujadalah) akan terus diperlukan, karena kondisi manusia yang terus berganti. Oleh karena itu, perdebatan tentang sebuah nilai, tidak terkecuali nilai dan ajaran agama, akan terus terjadi meski dengan konsep dan pola serta bentuk yang berbeda. Untuk itulah da’i memerlukan pemahaman yang mendalam menyangkut materi dakwah yang didakwahkannya.
Lebih lanjut lagi materi keagamaan perlu didukung dengan berbagai ilmu pendukung yang lainnya, seperti retorika untuk dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah secara efektif.37
e. Mediah Dakwah (Wasilah)
Media dakwah memiliki peranan yang amat penting dalam aktivitas dakwah, kerena media tidak sekedar sebagai perantara yang bersifat sebagai penunjang saja, tetapi juga merupakan bagian dari sistem. Dalam hal ini media memiliki fungsi yang sama dengan unsur dakwah yang lainnya. Sebagai bagian dari sistem atau salah satu dari unsur dakwah, media mempunyai peran yang besar dalam aktivitas dakwah. Keberadaan media akan menentukan tingkat efektifitas dan efisiensi dalam aktivitas dakwah.
Pada masa Rasulullah Saw. dakwah dilakukan dengan cara berdialog, berdiskusi, dan juga khitabah/ceramah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Saw. setelah diangkat menjadi nabi dan rasul. Muhammad Saw. mengundang sanak kerabat untuk diberikan penjelasan tentang agama yang dibawanya. Awalnya banyak yang menolak, bahkan pamannya sendiri menolak. Tetapi pada akhirnya dengan khutbah (ceramah) pada setiap kesempatan yang ada, dan kemudian berdiskusi dan berdebat, maka pesan-pesan dakwah Islam pun akhirnya sedikit demi sedikit dapat diterima oleh masyrakat Quraisy saat itu. Boleh dibilang
37
Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 122-126. Lihat juga; Rahmat Haryadi, Saat Bioskop Jadi Majelis Taklim: Sihir Film Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Hikmah, 2008), h. 3-16.
khitabah (ceramah) dan dialog atau diskusi merupakan suatu media penyampaian pesan yang dilakukan di awal dakwah.38
Hamzah Ya’kub membagi media dakwah menjadi lima macam yaitu; lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak.
1. Lisan; penyampaian pesan dakwah yang paling sederhana, yakni melalui pidato atau ceramah, kuliah, penyuluhan dan sebagainya. 2. Tulisan; penyampaian pesan dakwah melalui karya tulis, seperti
surat kabar, majalah dan sebagainya.
3. Lukisan; penyampaian pesan dakwah melalui karya seni lukis, seperti gambar, komik dan lain-lain.
4. Audio visual; penyampaian pesan dakwah melalui karya audio visual, seperti film, iklan, sinema, dan sebagainya yang dipublikasikan melalui media massa seperti televise, radio, media social dan medio online.
5. Akhlak, merupakan perbuatan nyata yang mencerminkan nilai dan ajaran Islam agar menjadi inspirasi bagi sasaran dakwah.39
Adapun secara umum media (wasilah) yang dapat digunakan sebagai sarana menyampaikan pesan-pesan dakwah antara lain:
1. Lembaga-lembaga pendidikan
Lembaga edidikan formal maupun non formal telah menjadi media yang efektif untuk dakwah. Melalui lembaga pendidikan nilai, norma, dan
38
Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali Audah, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1992), h. 91-100.
39
ajaran Islam dapat ditanamkan ke pribadi anak didik. Penanaman nilai Islam kepada anak didik dapat mendorong generasi muslim yang akan datang berpegang dan berpikir berlandaskan nilai-nilai yang bersumber dari agama. Tentu jika nilai agama yang dijadikan sebagai sumber dalam berpikir dan bertindak oleh anak didik, maka akan dapat mendorong terciptanya kehidupan yang damai dan sejahtera.
Menurut Asmuni, ada beberapa kelebihan sekolah atau lembaga pendidikan dijadikan sebagai media dakwah. Di antaranya adalah lembaga pendidikan menjalankan pendidikan secara kontinyu. Pertemuan dengan siswa berlangsuang secara teratur. Secara politis dilindungi undang-undang. Secara akademik sekolah mengajarkan berbagai disiplin ilmu, sehingga dapat membuka wawasan dengan cepat. Audiensnya juga relatif sama, sehingga mudah untuk menyampaikan materi serta melakukan perbaikan.
2. Lingkungan keluarga dan sosial
Lingkungan keluarga dan sosial juga merupakan media dakwah
(wasilah) yang tidak dapat diabaikan. Pembentukan kepribadian anak,
termasuk orang dewasa, tidah hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Materi pendidikan di sekolah yang bagus tidak akan banyak memberikan pengaruh pada pemikiran dan perilaku orang jika lingkungan keluarga dan sosial tidak mendukung. Begitu juga pesan-pesan agama yang diberikan oleh para da’i pun tidak akan memberikan inspirasi bagi seseorang untuk berbuat baik (beramal shalih) jika lingkungan tidak
mendukung. Dan lingkungan pertama yang memiliki pengaruh kuat terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga.
Orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan kepribadian seseorang. Kerena itu orang tua wajib mengisi kepribadian anaknya dengan ketaatan terhadap agama. Ketika nilai-nilai agama yang ditanamkan oleh orang tua dalam kepribadian anak yang kuat , maka anak tidak akan terpengaruh oleh lingkungan sosialnya.
3. Organisasi sosial, politik, budaya, keagamaan, profesi, dan sebagainya.
Sebagai tindak lanjut dari lingkungan keluarga dan sosial, organisasi sosial, politik, budaya, agama, serta organisasi profesi menjadi media yang efektif untuk dijadikan sebagai sarana kegiatan dakwah. Fitrah manusia adalah berkelompok, maka dalam lingkungan sosial pasti selalu ada kelompok atau organisasi.
Kelompok atau organisasi ini juga memiliki pengaruh yang kuat bagi pengembangan diri anggotanya. Seseorang yang masuk dalam sebuah organisasi atau kelompok sosial yang mengedepankan kekerasan, maka perilakunya adalah kekerasan. Sementara orang yang masuk dalam kelompok sosial yang santun, maka ia akan berupaya untuk bersikap santun sebagai identitas kelompoknya.
Asmuni mencatat bahwa organisasi Islam khususnya, dapat menjadi media dakwah kerena dengan organisasi dakwah Islam dapat dilakukan secara leluasa. Secara struktural organisasi akan memiliki
pengaruh kepada khalayak yang luas, dan dari sisi lain melalui organisasi dakwah Islam dapat mendongkrat aspek syi’ar Islam. Meskipun dakwah melalui organisasi juga memiliki beberapa kelemahan, seperti munculnya faksi-faksi, munculnya aliran yang dapat menghambat lajunya dakwah Islam, dan terkadang menjadikan dakwah terbatas ruang geraknya.40
4. Media massa
Era modern saat ini, dakwah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media. Perkembangan pengetahuan dan teknologi menghadirkan banyak media yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan kominikasi, termasuk untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Tentu media-media yang muncul di era modern tidak berarti menggantikan begitu saja media penyampaian pesan yang sejak awal digunakan seperti khitabah atau ceramah. Dengan adanya media-media komunikasi yang baru, dakwah dapat dilakukan secra lebih baik dalam hal teknik penyampaian dan penerimaan pesan dalam kegiatan dakwah.
Media massa dengan berbagai macamnya telah menjadi media utama dalam masyarakat modern. Bahkan media-media tersebut menjadi sarana dalam menjalankan berbagai aktivitas utama manusia dalam kesehariannya. Hal ini menandakan bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar bagi khalayak luas. Bisa dilihat dari besarnya etensi
40
Asmuni syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h. 168-169 dan 173-174.
masyarakat terhadap tayangan televisi. Juga akan memiliki pengaruh besar jika dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Untuk itu para da’i harus pandai memanfaatkan media massa yang ada yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah secara efektif. Dakwah tidak lagi dituntut dilakukan di atas mimbar, tetapi juga dapat dilakukan di atas panggung, di depan komputer, di depan layar dan sebagainya. Pesan-pesan dakwah perlu dikemas untuk dapat disajikan melalui berbagai media, supaya dapat diterima oleh objek dakwah (mad’u) secara lebih luas.41
C. Pengertian Remaja
Pengertian remaja menurut Hurlock adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, memberikan batasan pada usia remaja adalah usia 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan oleh para ahli, bisa dilihat bahwa permulaan masa remaja adalah relatife sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan, pendapat ini telah dikemukakan jauh pada masa lalu, yaitu pada awal abad ke 20 oleh bapak psikologi remaja, yaitu: Stanley Hall.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk
41
Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, h.133-140. Lihat juga; Sinematografi
dan Filmografi Dakwah, dalam Taufik Alamin dkk., Komunikasi Islam Dalam penyiaran Kontemporer, (Kediri: Stain Kediri, 2011), h. 53-87.
perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan pencapaian. Pada umumnya, remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12-20 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat diselesaikan dengan baik. Pada pase ini, di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan namun di sisi lain remaja dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya.
Sejalan dengan perkebangan sosialnya mereka mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada orang tuanya dan sering menunjukkan sikap menentang orang tuanya. Fase perkembangan remaja berlangsung cukup lama, kurang lebih 11 tahun. Mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Dan fase perkembangan ini biasa juga disebut sebagai fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan, karena dalam fase ini, remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa.42
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada
42
Umi Kulsum, Muhammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Cet. I; Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), h.197-204.