• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT KERJA

KOMISI VIII DPR RI DENGAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Tahun Sidang : 2019-2020 Masa Persidangan : IV

Jenis Rapat : Rapat Kerja

Hari, Tanggal : Senin, 13 Juli 2020

Pukul : 12.20 – 16.10 WIB

Sifat Rapat : Terbuka

Pimpinan Rapat : 1. H. Yandri Susanto, S.Pt. (F-PAN)

2. DR. TB. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si. (F-PG) Sekretaris Rapat : Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si.

Kabag Sekretariat Komisi VIII DPR

Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Gd. Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Acara : Evaluasi kinerja dan anggaran program

penanggulangan Covid-19 isu-isu aktual lainnya Anggota yang Hadir : 49 dari 52 orang Anggota Komisi VIII DPR RI

PIMPINAN :

1. H. Yandri Susanto, S.Pt. (F-PAN)

2. M. R. Ihsan Yunus, BA., B.Comm., Me.Con (F-PDI Perjuangan)

3. DR. TB. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si. (F-PG)

4. Laksdya. TNI (Purn) Moekhlas Sidik, MPA. (F-Partai Gerindra)

5. H. Marwan Dasopang (F-PKB)

ANGGOTA :

FRAKSI PDI PERJUANGAN

6. I Komang Koheri, SE. 7. Diah Pitaloka, S. Sos. M.Si. 8. Selly Andriany Gantina, A.Md. 9. Umar Bashor

10. Ina Ammania

11. Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya 12. I. G. N. Kesuma Kelakan, ST., M.Si. 13. H. Rachmat Hidayat, SH.

14. Matindas J. Rumambi, S. Sos. 15. Drs. Samsu Niang, M.Pd. 16. H. Arwan M. Aras T., S. Kom

(2)

FRAKSI PARTAI GOLKAR

17. H. John Kenedy Azis, SH. 18. Mohammad Saleh, SE.

19. Hj. Itje Siti Dewi Kuraesin, S.Sos., MM. 20. Hj. Endang Maria Astuti, S.Ag., SH., MH. 21. Muhammad Fauzi, SE.

22. Dra. Hj. Idah Syahidah Rusli Habibie, M.H. 23. Muhammad Ali Ridha

FRAKSI PARTAI GERINDRA

24. Muhammad Rahul

25. H. Jefri Romdonny, SE., S.Sos., M.Si., MM. 26. Abdul Wachid

27. Drs. H. Zainul Arifin 28. H. Iwan Kurniawan, SH. 29. Drs. H. Saiful Rasyid, MM.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT

30. Hj. Lisda Hendrajoni, SE., MM.Tr. 31. Dra. Delmeria

32. Murhadi, S.Pd.

33. Ach. Fadil Muzakki Syah, S.Pd.I. 34. Muhammad Rapsel Ali

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

35. H. Maman Imanul Haq 36. Dra. Hj. Anisah Syakur, M.Ag. 37. H. An’im Falachuddin Mahrus

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT

38. Drs. H. Achmad, M.Si. 39. Harmusa Oktaviani, SE. 40. Wastam, SE., SH.

41. H. Hasani Bin Zuber, S.IP. 42. Ir. Nanang Samodra, KA., M.Sc.

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

43. KH. Bukhori, LC., MA. 44. H. Iskan Qolba Lubis, MA.

45. Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, MA. 46. Hj. Nur Azizah Tamhid, BA., MA.

47. Nurhasan Zaidi, S.Sos.I.

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

48. H. Mhd. Asli Chaidir, SH. 49. H. Sungkono

50. M. Ali Taher, SH., M.Hum.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

51. KH. Muslich Zainal Abidin 52. H. Iip Miftahul Choiri, S.Pd.I.

Anggota yang Izin : 2 orang Anggota DPR RI Undangan : Kepala BNPB beserta jajaran.

(3)

Jalannya Rapat:

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat Bapak Letnan Jenderal Doni Munardo kepala BNPB beserta seluruh jajaran,

Yang kami hormati Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi VIII DPR RI. Para Hadirin yang berbahagia,

Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat-Nya hari ini pada siang hari ini kita bisa melaksanakan Rapat Kerja dalam keadaan sehat wal afiat, yang semula memang tadi undangannya jam 10, tapi karena Pak Doni rapat dengan Pak Presiden, kita undur siang ini, memang yang bisa membatalkan atau yang mengundurkan rapat kerja atau rapat-rapat di DPR kalau kemitraan kita atau mitra kerja kita rapat dengan Presiden atau Wakil Presiden, itu bisa otomatis kita undur atau kita batalkan.

Oleh karena itu terima kasih Pak Doni, walaupun di tengah kesibukannya luar biasa, kami doakan tetap sehat Pak, tetap semangat semoga saja segala usaha Pak Doni dan seluruh jajaranya selalu di rahmati oleh Allah SWT.

Oleh karena itu Bapak-Bapak, Ibu-Ibu sebelum kita memulai rapat ini, sehingga rapat ini berjalan baik dan lancar, bisa menghasilkan keputusan yang solutip, marilah kita berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing kepada yang beragama islam kami persilakan untuk membaca ummul kitab Al fatihah.

(PESERTA RAPAT BERDOA) Pak Doni dan seluruh jajaran yang kami hormati, Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi VIII, Hadirin yang berbahagia,

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan, bahwa sesuai dengan acara rapat-rapat di DPR pada masa persidangan ke IV Tahun Sidang 2019-2020 yang telah diputuskan dalam Rapat Konsultasi pengganti Rapat Bamus antara Pimpinan DPR RI dengan Pimpinan Fraksi-Fraksi, tanggal 30 April dan sesuai dengan Rapat Internal Komisi VIII DPR tanggal 15 Juni 2020, maka pada hari ini Senin, 13 Juli 2020, Komisi VIII DPR RI akan menyelenggarakan Rapat Kerja dengan Kepala BNPB dengan agenda Evaluasi Kinerja dan

(4)

Anggaran Program Penanggulangan Pandemi Covid-19 dan isu-isu aktual lainnya.

Menurut laporan dari Sekretariat Komisi VIII DPR RI, sudah di hadiri rapat kali ini, karena masih pembatasan Pak Doni, maka kami bagi 2 cara Pak, ada yang hadir di secara langsung di DPR, ada juga yang virtual, yang hadir secara fisik ada 18 Anggota dari 9 Fraksi dan yang virtual sebanyak 22 Anggota.

Oleh karena itu berdasarkan Tata Tertib DPR RI Pasal 25 ayat (1) kuorum rapat telah tercapai, oleh karena itu ada izin kepala BNPB dan Bapak-Ibu sekalian Anggota yang terhormat, izinkan kami membuka Rapat Kerja ini dan saya nyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 12.30 WIB)

(RAPAT DINYATAKAN TERBUKA UNTUK UMUM) Baik agenda hari ini

1. Pertama tentu pengantar dari Pimpinan Rapat.

2. Yang kedua penjelasan dari Kepala BNPB mengenai yang sudah saya sebutkan tadi Evaluasi Kinerja dan Anggaran Program Penanggulangan Bencana non awam yaitu Covid-19 yang kedua tentu isu-isu aktual serta kita dengarkan solusinya.

3. Tentu kami tentu kami akan beri kesempatan kepada para Anggota termasuk dari meja Pimpinan untuk merespon memberikan saran masukan terhadap paparan kepala BNPB.

4. Kesimpulan. 5. Penutup.

Apakah agenda yang saya bacakan tadi bisa kita setujui. (RAPAT: SETUJU)

Kita mulai rapat jam 12.30 kita akhiri jam 14.00 dulu ya, setuju ya? (RAPAT: SETUJU)

(5)

Bapak/Ibu yang kami hormati, khususnya Bapak Kepala BNPB,

Agenda ini sangatlah penting karena bagaimanapun bangsa ini bahkan dunia, dari hari ke hari, menit ke menit, detik ke detik, tetap fokusnya kepada

Covid-19.

Ada yang ingin kami sampaikan, yang pertama, Indonesia mengalami kejadian non-alam yang telah menimbulkan dampak buruk bagi tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat, terutama sektor sosial-ekonomi yang mempengaruhi pencapaian target-target pencapaian pembangunan, sebagaimana kita ketahui kontraksi ekonomi dunia sudah hampir minus 7 dan kita doakan Indonesia tidak sampai minus 7 Pak Doni? Karena kalau kata Pak Presiden bisa plus 1 atau bisa maksimal minus 3, ini juga sangat berat bagi bangsa kita, karena akan berdampak terahadap pengangguran. Karena pertumbuhan 5% saja pengangguran kita masih tinggi Pak, apalagi sampai minus.

Kemudian yang kedua, kami juga ingin mendapatkan penjelasan langsung dari Kepala BNPB, karena semenjak Kepala BNPB ditunjuk sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 sudah berlangsung hampir 6 bulan. Dari 6 bulan itu kita ketahui sampai hari ini atau mungkin tadi malam sebanyak 75.699 kasus yang terkonfirmasi. Kemudian ada 35.638 yang sembuh dan yang sudah meninggal 3.666 meninggal dunia. Kurvanya selalu naik Pak Jenderal, ini ketika ada new normal, yang saya tahu, saya waktu rapat juga di awal tentang pagu indikatif, sudah saya sampaikan ke Pak Doni ada pemahaman yang salah Pak, di tengah masyarakat Pak. New normal itu ya normal kata masyarakat, begitu Pak Rifai normal Pak, Pak Harmen, sangat normal begitu. Jadi masyarakat ke pasar, bekerja, ke kebun, ke semuanya, seperti Covid sudah tiada Pak. Padahal faktanya sampai hari ini peningkatannya masih sangat banyak dan

cluster-cluster baru kita temukan. Ya ini mungkin ini juga karena gencarnya Kepala

Gugus Tugas melakukan rapid test dan lainnya itu semakin banyak yang terkonfirmasi.

Artinya bahwa Covid ini masih sangat banyak yang bergentayangan Pak di sekitar kita, baik itu orang bisa secara langsung, bias kita lihat terpapar atau orang tanpa gejala. Nah saya kira ini penting Pak Doni dan kami sudah mendengarkan langsung dari juru bicara Pak Doni kemarin, bahwa new

normal itu sudah tidak bisa kita pakai Pak, dan saya setuju, kami juga sudah

ingatkan di awal, karena istilah asing itu kadang-kadang ya memang asing bagi masyarakat Pak, new itu apa sih? normal itu apa? Nah saya kira, kita juga ingin mendengarkan frasa apa yang bisa di gunakan Pak Doni, sehingga dari Sabang sampai Merauke itu sama Pak. Bahwa pandemi ini belum berakhir, iya kan, resikonya masih sangat tinggi, kurvanya terus naik. Padahal pemahaman masyarakat sekarang seolah-olah Covid itu telah pergi.

Dan yang paling parah lagi Pak Doni, mereka menganggap ekonomi jauh lebih penting daripada bahaya virus, saya kira ini harus kita jawab dua-duanya, kita tidak mau juga kontraksi ekonomi itu terlalu berat gara-gara

(6)

Covid, tapi kita juga tidak bisa menganggap remeh nasib nyawa anak bangsa

Pak. Saya kira ini yang perlu kita dengarkan dari Pak Doni nanti, bagaimana komunikasi koordinasi Kementerian-Lembaga, karena Pak Jenderal sebagai komandannya langsung yang di tunjuk Pak Presiden, kita ingin, apalagi kami mulai lusa mulai reses Pak Doni, jadi kalau kami ke Dapil kalua ada kebijakan-kebijakan BNPB yang bisa kami sampaikan, kami komunikasikan dengan rakyat Pak, saya kira itu bisa langsung secara fisik bertemu dengan masyarakat, bahwa pandemi ini belum berakhir.

Kalau semua Komisi VIII turun, saya kira lumayan lah Pak, dari 54 Dapil berapa ratus Kabupaten-Kota Pak. Nah ini saya kira sekali lagi tanggung jawab kita semua dan kita sepakat pandemi ini belum berahir, dan kita tidak tahu kapan berakhir. Sebagaimana dialog para Pimpinan dan Kapoksi waktu beranjangsana ke Pak Doni di kantor BNPB, bahwa Covid ini tidak bisa di duga kapan akan berakhir dan berapa banyak korbannya. Oleh karena itu BNPB dan sekaligus Kepala Gugus Tugas tetaplah kami harapkan maksimal mungkin untuk menangani Covid ini, sehingga kita berharap korban yang jatuh meninggal atau pun yang terpapar di Indonesia insyaallah tidak seperti negara-negara lain Pak.

Yang ketiga, yang ingin kami konformasi kepada Pak Doni, bahwa kebijakan Pemerintah yang diarahkan untuk melakukan penanganan perkembangan pandemi Covid-19 dan dampak yang di timbulkan, antara lain Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2020, Perpres Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian APBN Tahun 2020, dimana didalam Pasal 1 ayat (1) menyebutkan, bahwa untuk melaksanakan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 dan atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas ekonomi keuangan, dilakukan perubahan terhadap postur dan rincian anggaran pendapatan dan pembelanjaan negara.

Jadi DPR sudah sepakat dengan Perpu ini Pak Doni, kita memberikan keleluasaan kepada Pemerintah, termasuk rekan mitra kami, Pak Kepala BNPB untuk mengatur sedemikian rupa, sehingga anggaran yang tersedia itu benar-benar terasa kepada masyarakat dalam hal penanganan Covid-19. Hadirin yang berbahagia,

Kemudian sebagaimana kita ketahui Pemerintah menaikan anggaran

Covid-19 dari Rp405 triliun, Rp400,51 triliun menjadi Rp677,2 triliun, ini luar

biasa, hampir Rp200 triliun naiknya. Dengan demikian terjadi penambahan sekitar Rp271,2 triliun atau sebanyakk 67% biaya penanganan Covid-19 yang akan tertuang dalam revisi Perpres diverifikasikan sebesar Rp677 miliar, Rp677,2 triliun besaran anggaran itu terdiri dari berbagai hal, pertama anggaran sebesar Rp87,55 triliun diperuntukan bagi bidang kesehatan. Kita juga tahu bahwa Menteri Kesehatan juga bagian dari koordinasi dengan Kepala BNPB, juga kami perlu memastikan Pak, apalagi pesantren, madrasah, Pak Doni yang akan mulai hari ini Pak, memulai tahun ajaran baru,

(7)

mereka mau sekali, tapi ada keraguan besar. Bukan hanya pengelola madrasah dan pondok pesantren, tapi orang tua Pak, tidak berani Pak.

Misalkan anak saya di pondok pesantren Pak Doni, di Pandeglang, saya tidak berani Pak Armen memasukan anak saya kalau belum ada jaminan ya, sehingga mereka perlu ada rapid test dan lain sebagainya termasuk masker dan hand-sanitizer atau tempat cuci tangan. Kemarin Pak, saya di maderasah saya Pak Doni, saya punya podok pesantren dan madrasah, saya langsung pasang itu Pak di setiap depan kelas ada tempat cuci tangan, masuk pintu gerbang ada tempat cuci tangan, tapi itu kan saya biaya sendiri begitu, Pak Ace, tapi bagaimana dengan kondisi yang lain Pak. Mungkin Pak Doni sebagai Kepala Gugus Tugas mohon kiranya Pak diperhatikan juga pondok pesantren, madrasah yang sebagian besar akan membuka pembelajaran mereka mulai hari ini Pak, tapi sebagian besar juga tidak berani, karena tadi masih kurang yakin dengan terjaminnya tidak terpapar Covid-19.

Nah ini hal-hal yang penting bagi kami, oleh karena itu kita ingin sekali lagi karena walaupun Pak Doni sebagai Kepala BNPB, tapi sekaligus Kepala Gugus Tugas, kita ingin mendapatkan penjelasan yang saya sebutkan tadi ya, pertama evaluasi kinerja dan program penanganan Pandemi Covid-19 dan siap kami sosialisasikan Pak Doni, karena lusa kami akan Reses, kalau hari ini kami dapat bahan, kami akan sampaikan kepada masyarakat, para kepala desa, para camat dan lain sebagainya, karena itu yang kami temui.

Yang kedua, apa saja yang menjadi hambatan dan langkah solusi dalam menangani pendemi Pak. Karena bagaimanpun kita sekali lagi respek dan salut saya kepada Pak Doni, luar biasa, tidak pernah kenal lelah, tapi pastilah punya hambatan Pak Doni, kalaulah Komisi VIII bisa memberikan solusi, kami 100% siap Pak membantu Pak, tinggal disampaikan saja nanti kira-kira selama 6 bulan ini apa saja yang menjadi hambatan dan rintangan untuk menangani percepatan penanggulangan Covid-19.

Yang ketiga, yang ingin kami konformasi, berapa dana siap pakai Pak yang telah, sedang dan akan digunakan untuk penanganan Covid-19, dan di peruntukan untuk program apa saja? Karena banyak juga mungkin daerah yang terkadang tanya, bagaimana dana penanganan Covid ini? walaupun itu sekali lagi menjadi wewenang Pemerintah, kami tidak terlalu ikut campur Pak, tapi kalau ada informasi, bisa kami sampaikan juga kepada para pihak yang memang memerlukan informasi tersebut.

Saya kira itu Pak Letnan Jenderal Doni Munardo, sekali lagi doa kami semua Komisi VIII, atas nama Pimpinan semoga sehat terus Pak. Pak Doni, segar terus ini tidak tahu rahasianya apa, belum di kasih ke kita Pak, ini penting juga, ini Pak Husni. Ini Pak Doni ini tidur di kantor Pak, tadi baru rapat Kabinet lagsung kesini tapi segar saja, apa mungkin karena beliau seorang Jenderal aktif ya, masih punya rahasia-rahasia untuk sehat terus, kalau ada yang bisa di share di Komisi VIII boleh juga Pak.

(8)

Saya kira itu para Pimpinan, para Anggota Komisi VIII, kita dengarkan paparan yang terhormat Pak Letnan Jenderal Doni Munardo Kepala BNPB.

Kami persilakan.

KEPALA BNPB (LETNAN JENDERAL TNI. DONI MUNARDO): Terima kasih Bapak Pimpinan.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Shalom, Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan.

Selamat Siang bagi seluruh hadirin sekalian.

Yang sama-sama kita hormati kita banggakan kita muliakan Bapak Pimpinan Komisi VIII DPR RI Bersama dengan Bapak Wakil Ketua Komisi VIII,

Bapak/Ibu Anggota Komisi VIII sekalian, yang juga kami banggakan juga kami hormati teman-teman dari BNPB,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat Wal Afiat untuk melaksanakan Rapat Kerja dengan para Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati,

Rapat kerja ini diselenggarakan sesuai dengan undangan dari Wakil Ketua DPR RI, Kokesra, Nomor: PW07231/DPR RI/VI/2020, tanggal 25 Juni 2020, tentang Undangan Rapat Kerja mengenai Evaluasi Kinerja dan Anggaran Program Penanggulangan Pandemi Covid-19 serta isu-isu aktual lainnya.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati,

Saat ini sudah 12 juta penduduk dunia yang terpapar Covid, dengan jumlah kematian mencapai 550.000 orang lebih, yang umumnya terkonsentrasi di 3 negara, yaitu Amerika Serikat, Brazil dan India, dan sebagian lagi yang terbesar adalah kawasan Eropa.

Kondisi ini adalah bukti nyata bahwa Covid-19 bukanlah rekayasa atau konspirasi, Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan, seperti kelompok usia lanjut dan kelompok yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, TBC, asma dan lain sebagainya. Ini tadi mungkin menjawab penjelasan dari Bapak Pimpinan, masih adanya pihak-pihak yang belum percaya bahwa Covid ini nyata dan kita lihat angkanya sudah melampaui setengah juta jiwa.

Pandemi ini juga telah membuat seluruh negara di dunia mengalami perlambatan ekonomi sehingga ancaman resesi global saat ini menghantui negara-negara yang pertumbuhan ekonominya melambat, atau bahkan sudah minus. Untuk itu Pemerintah dalam kebijakannya selalu mengedepankan

(9)

keseimbangan antara penanganan sektor kesehatan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan di sektor ekonomi, keduanya harus berimbang, agar masyarakat tidak terpapar Covid-19, tetapi juga tidak terpapar PHK.

Sebagaimana yang kita sudah ketahui bersama, sudah lebih dari 9 juta warga negara kita yang kehilangan pekerjaan, dan kalau ini tidak ada langkah-langkah yang maksimal, bisa jadi masyarakat yang kehilangan pekerjaan ini kehilangan kemampuan untuk membeli makanan yang bergizi, otomatis imunitas tubuhnya akan semakin berkurang atau rendah, dan berpotensi terpapar Covid, jadi bisa dua-duanya kena terpapar Covid dan terpapar PHK.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati,

Bencana adalah peristiwa yang berulang, pandemi yang kita alami saat ini sudah pernah terjadi pada 100 tahun yang lalu, tahun 1918 hingga 1919, Indonesia waktu itu masih dalam Pemerintah Kolonial Belanda mengalami pandemi flu Spanyol dengan estimasi korban jiwa menurut peneliti dari Michigan Univercity mencapai 4,5 Juta jiwa. Ini sejarah dan selalu kami sampaikan ketika rapat dengan Pimpinan Komisi dan Anggota Komisi VIII, bencana adalah peristiwa yang berulang, dan itu kami katakan adalah bencana alam. Ternyata bencana non-alam pun adalah peristiwa yang berulang.

Konsentrasi korban jiwa saat itu ada di Jawa Timur, terutama di Surabaya, Madura, dan Kediri atau Malang Raya saat ini. Mengingat banyaknya korban jiwa saat itu, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda akhirnya melakukan pendekatan sosialisasi yang berbasis kearifan lokal, seperti wayang untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, hingga tingkat paling bawah untuk menerapkan pola hidup sehat dan cara-cara merawat korban yang sakit. Pendekatan inilah yang sebenarnya sudah di usung oleh Gugus Tugas sejak dari awal pandemi, bahwa kita harus menggunakan pendekatan

pentahelix berbasis komunitas, dengan menggunakan pendekatan kearifan

lokal dan bahasa-bahasa yang dapat di pamahi oleh masyarakat.

Tadi juga sudah disinggung oleh Bapak Pimpinan, bagaimana kita harus menjelaskan kepada masyarakat dengan istilah-istilah asing itu, ya tentu tidak semuanya bisa di mengerti, new normal, physical distancing,

sosial distancing, masyarakat tidak semua paham istilah asing, oleh

karenanya kami selalu mengajak dan menghimbau pemimpin-pemimpin di daerah untuk bisa menggunakan kata-kata yang dengan mudah di mengerti dan di pahami oleh rakyat, istilah itu penting, tapi mungkin untuk sebagian kalangan, tapi rakyat kita yang penting adalah maksud dan tujuannya sehingga mereka bisa paham.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati,

Sehingga tanggal 5-8 Juli yang lalu, kami di bawah Bapak Menko PMK dan bersama Menteri Kesehatan, bersama dengan Wakil Ketua dan beberapa Anggota Komisi IX melakukan kunjungan kerja bersama ke

(10)

Surabaya, Ambon, Ternate, Manokwari, Sentani, Jayapura, Merauke, kami terima kasih Bapak Pimpinan telah mengizinkan Bapak Ace yang mewakili Komisi VIII, alhamdulillah acara berjalan dengan sangat baik, mungkin nanti juga Pak Ace bisa memberikan penjelasan terkait dengan acara kunjungan yang baru saja dilakukan.

Kami berdiskusi dan mendengarkan masukan serta kebutuhan-kebutuhan real di lapangan, dari Pemerintah daerah dan tenaga-tenaga medis yang terlibat langsung dalam penanganan Covid-19, di lapangan. Kami berusaha untuk merespon secara langsung kebutuhan-kebutuhan para pahlawan-pahlawan di daerah, agar mereka tetap semangat dalam melaksanakan tugas dan memberikan dukungan psikologis untuk menunjukan bahwa negara hadir bersama-sama mereka, hingga keujung Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai ke Merauke perbatasan, Bapak Pimpinan. Dan sempat berfoto juga di bawah patung Bung Karno serta Pak Ace itu apa namanya, langsung mau melihat bahwa wilayah negara kita sangat bagus, sangat apa namanya, sangat terpelihara, sangat apik, sementara di sebelah tetangga belum ada jalannya.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati,

Dapat kami sampaikan update penanganan Covid-19 hingga saat ini tercatat 75.699 kasus positif Covid-19 dengan kesembuhan mencapai 35.638 orang dan kematian 3.606 yang tersebar di 34 Provinsi dan 600 Kabupaten-Kota. Saat ini daerah yang melakukan kebijakan PSBB hanya tinggal 1 Provinsi, yaitu DKI Jakarta dan 8 Kabupaten Kota se-Jabodetabek, kemudian juga sudah tergelar sebanyak 246 laboratorium dari Aceh hingga Papua, dan juga akan berpotensi sekitar 30 laboratorium lagi yang bisa beroprasi. Kemudian rata-rata kemampuan per hari sudah sekarang sekitar 22.000 sampai 23.000, hanya kadang kala turun pada saat hari libur karena sebagian besar petugas lab kita istirahat.

Ini akan terus kami optimalkan sampai kita bisa mencapai 30.000 atau bahkan lebih. Kemudian spesimen per hari, tes yang masif ini tentu akan berdampak pada peningkatan jumlah temuan kasus positif hingga kita bisa mengejar seluruh ODP dan PDP untuk di tes secara PCR. Beberapa daerah sudah melampaui target yang di tentukan dari WHO, bahkan ada daerah yang bukan hanya ODP dan PDP, tetapi juga OTG serta masyarakat di berbagai daerah atau di berbagai wilayah tersebut yang memiliki potensi.

Kebijakan tes masif ini akan kita imbangi dengan penjagaan agar

cluster-cluster baru yang signifikan, seperti kasus di Jawa barat, terutama di

sekolah-sekolah TNI dan juga Polri beberapa tahun yang lalu, tidak terulang kembali. Untuk itu Bapak Presiden telah memerintahkan agar penegakan disiplin lebih diperketat, sehingga laju penularan tetap bisa di kendalikan. Kami akan terus berkoordinasi dengan TNI-Polri serta tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama dan budayawan untuk penegakan disiplin di tengah masyarakat. Tidak lupa kami juga sudah mensosialisaikan kebijakan jam kerja bagi ASN, agar tidak terjadi potensi penularan di saat masa adaptasi pola masyarakat produktif yang aman Covid.

(11)

Kami laporkan Bapak Pimpinan, Surat Edaran dari gugus tugas itu terdiri dari 2 shift kerja, masuk pada pukul 07.00 sampai 07.30, dan kembali pada pukul 15.00 sampai 15.30, kemudian shift kedua masuk kepada pukul 10.00 sampai 10.30 dan kembali atau pulang pada pukul 18.00-18.30. Tetapi memang ini belum optimal, kita lihat sebagian instansi masih prosentase pembagian kerja ini belum seluruhnya dilakukan, tetapi ada peningkatan dibandingkan sejak di keluarkannya surat edaran ini, mudah-mudahan para Pimpinan unit kerja di setiap lembaga kementerian bisa menerapkan 2 pembagian waktu ini, termasuk juga tentunya para pegawai yang memiliki resiko untuk menjadi korban Covid, yang fatal yang memiliki komorbid jadi ini kita sarankan sebaiknya tetap bekerja dari rumah, sehingga kita bisa menyelamatkan lebih banyak warga kita, baik itu yang ASN maupun yang swasta, termasuk juga yang BUMN, demikian juga para doktor yang setelah di evaluasi usia lanjut dan juga memiliki komorbid sudah diingatkan oleh Ketum IDI untuk tidak berpraktek sementara.

Bapak Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati,

Hingga saat ini terdapat 43 Kabupaten/Kota yang mencatat tidak ada temuan kasus baru yang statusnya ada di zona hijau, bersama 61 Kabupaten/Kota lain yang tidak terdampak Covid-19. Selain itu ada 175 Kabupaten-Kota pada zona kuning, 178 Kabupaten-Kota di zona oranye dan 55 Kabupaten-Kota di zona merah.

Zona ini Bapak Pimpinan, selalu berubah setiap minggu, jadi tergantung dari kemampuan setiap daerah untuk bisa menjaganya. Nah kalau kita lihat, kalau ada daerah yang tadinya memiliki resiko tinggi, kemudian secara berlahan-lahan berubah. Dekimian juga ada yang tadinya resiko rendah atau tidak ada kasus, berubah menjadi beresiko rendah, jadi sangat dinamis Bapak Pimpinan.

Jadi kami lihat bahwa kekompakan dan juga kebersamaan segenap komponen yang ada di daerah itu cukup membantu, ikut membantu mengendalikan kasus ini, ada daerah yang tadinya masuk rangking nomor 7 di tingkat nasional, hari ini angka kasusnya mengalami pengurangan yang cukup besar, bahkan sudah terdapat 6 daerah yang statusnya sudah masuk zona hijau.

Jadi sekali lagi kerjasama kekompakan, kebersamaan di daerah antara seluruh komponen menentukan kemampuan masyarakat dalam pengendalian

Covid ini.

Terhadap Kabupaten/Kota yang berada di zona oranye dan merah, Tim Pakar Gugus Tugas sudah membentuk Tim Asistensi yang akan mengawal Pemerintah Kabupaten/Kota tersebut dalam memperbaiki pola penanganan Covid-19, supaya secepatnya status zona resiko mereka dapat berubah ke zona yang lebih baik. Jadi dalam berbagai kesempatan Bapak Presiden mengingatkan agar wilayah-wilayah yang zona merah ini secara bertahap bisa berubah menjadi sedang dan rendah, karena kalau sudah

(12)

semuanya keluar dari zona merah, berarti angka kasusnya berkurang, angka kematiannya berkurang, dan angka yang di rawat di rumah sakit berkurang dan tentunya ini menjadi harapan kita semua.

Demikian juga Bapak Presiden sering mengatakan, bahwa tugas kita belum berakhir, beradaptasi bukanlah berarti menyerah, tetapi mengubah perilaku dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang sesuai dengan protokol kesehatan.

Jadi kalau kita lihat tadi bagaimana cara Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk menerapkan pendekatan yang berbasis kearifan local, dan ini juga dari awal sudah menjadi konsentrasi kita, tanpa melibatkan komponen lokal di daerah rasanya akan sulit bagi kita untuk memberikan penjelasan pada masyarakat, apalagi dengan demikian banyaknya media sosial yang kadang kala ikut memberikan pengaruh yang negatif terhadap tingkat kepatuhan masyarakat, bahkan beberapa pesan-pesan yang di katakan bahwa Covid ini adalah rekayasa, Covid ini adalah konspirasi, bahwa itu tidak benar dan semuanya, ini justru menghambat tugas kita bersama dalam pengendalian Covid.

Jadi narasi-narasi yang berdasarkan kearifan lokal ini yang kita butuhkan, yang penting masyarakat tahu dan paham bahwa Covid ini ada, dan bagaimana cara kita supaya tidak terinfeksi, tidak tertular, bagaimana cara kita supaya saling bisa melindungi satu sama lainnya, bagaimana kita bisa menjaga diri sendiri dan lingkungan yang lain, sehingga secara tidak sadar sebenarnya kita telah menjadi pahlawan bagi diri kita dan lingkungan sekitarnya.

Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati,

Selanjutnya kami sampaikan kegiatan penganggaran dalam penanganan Covid-19 berdasarkan pada:

Pertama, Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Desease 2019, dan atau dalam rangka mengahdapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas sistem keuangan.

Kedua, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 tentang refocussing kegiatan realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.

Dalam rangka penanganan bencana pada tahap keadaan darurat bencana disediakan anggaran berupa dana siap pakai on call dv disediakan dalam bentuk uang persediaan pada BNPB. UP atau Uang Persediaan adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang bersifat daur ulang, penggunaan DSP sesuai kebutuhan darurat bencana, yaitu siaga darurat, tanggap daurat dan transisi darurat ke pemulihan. DSP di gunakan BNPB atau BNPB melibatkan BPBD Kementerian Negara dan Lembaga.

(13)

Untuk tahun 2020 BNPB mendapatkan dana siap pakai sebesar Rp3.496.314.726.000,- yang terdiri dari pagu awal DSP sebesar Rp250 miliar dengan realisasi sebesar Rp197.041.524.790,- yang digunakan untuk penanaganan bencana alam.

Ketiga, tambahan DSP untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp3.246.314.726.000,- dengan realisasi sebesar Rp2.995.285.893.415,-.

Dana siap pakai untuk penanganan Covid-19 antara lain di berikan kepada:

a. Markas Besar Tentara Indonesia sebesar Rp80,3 miliar untuk operasional penanganan bencana non-alam Covid-19 di Kabupaten Natuna, Wisma Atlet, Pulau Sebaru dan Pulau Galang, standby first Natuna, evakuasi ABK WNI Diamond Prince di Kabupaten Majalangka yang sudah berlangsung sejak akhir Januari sampai dengan Februari yang lalu.

b. BNPB sebesar Rp459 miliar untuk pemulangan pengungsi WNI pasca observasi di Natuna dan pemulangan WNI di-ke daerah asal operasional penanganan darurat Covid-19 pembelian PCR, bantuan logistik dan peralatan serta operasional rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran.

c. Pusat krisis kesehatan, Kementerian Kesehatan sebesar Rp1,25 triliun untuk pembelian APD.

Jadi Bapak Pimpinan, sebagaimana yang kita ketahui saat awal Pemerintah menetapkan status darurat kebencanaan dalam waktu beberapa hari, selanjutnya ada sudah belasan dokter-dokter kita yang wafat. Dan ternyata sebagian dokter itu bukanlah dokter yang praktek di rumah sakit rujukan yang menangani Covid, pada saat itu tercatat 5 orang dokter gigi dan 3 orang dokter THT yang wafat dan setelah kita mendapatkan masukan dari Asosiasi Dokter Gigi dan juga Dokter THT, para dokter ini tetap praktek sebagaimana biasanya karena tanggung jawabnya dalam melayani pasien.

Namun tidak di sangka sebagian pasien ini ternyata adalah orang tanpa gejala, sehingga para dokter kita akhirnya terpapar Covid, sampai akhirnya meninggal dunia. Dan setelah itu kami mengingatkan IDI untuk seluruh dokter yang praktek, baik di rumah sakit Covid maupun non-Covid termasuk rumah sakit, klinik-klinik pribadi, wajib untuk menggunakan APD dan kami distribusikan APD ke seluruh daerah melalui asosiasi dan juga pada Pemerintah Provinsi.

Dan kemudian yang ke empat, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan sebesar Rp189,1 miliar untuk bantuan alat kesehatan untuk fasilitas penampungan karantina, observasi di Pulau Galang dan pengadaan alat kesehatan rumah sakit rujukan.

Kelima, Direktorat Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan sebesar Rp15 Miliar untuk pencegahan dan pengendalian Covid-19.

(14)

Keenam, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan sebesar Rp975,6 miliar untuk operasional pelayanan kesehatan di Pulau Sebaru dan klaim pelayanan kesehatan untuk estimasi 13.000 pasien.

Tujuh, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sebesar Rp4,093 miliar untuk dukungan pemeriksaan Covid-19.

Sebagaimana yang Bapak Pimpinan ketahui, pada awalnya laboratorium kita cuma 1, yaitu miliknya Puslitbang Kesehatan Kemenkes hanya 1 Bapak Pimpinan. Jadi betapa sulitnya pada awal itu kita harus menunggu antrian sampai beberapa hari, bahkan yang dari Papua pun harus mengirimkan sampelnya sampai ke Jakarta, itulah kondisi reall yang kami hadapi.

Baru pertengahan April setelah kami melaporkan kepada Bapak Presiden, karena jumlah laboratorium kita terbatas, secara bertahap akhirnya kita bisa bertambah sampai ke jumlah 47 laboratorium. Dan sekarang jumlah lab kita sudah mencapai 246, dan ini tidak mungkin bisa juga memenuhi kebutuhan yang ada di daerah, karena masih sangat kurang dibandingkan dengan tuntutan atau kebutuhan dimana kita wajib untuk melakukan pemeriksaan, sehingga kebutuhan mesin PCR harus tetap kita lanjutkan dengan teknologi yang tentunya harus lebih baik dan harga yang relatif lebih murah begitu.

Sedangkan rapid test sampai dengan gelar PCR ini terpenuhi di seluruh Indonesia, mungkin untuk rapid test masih tetap diadakan, tetap dilakukan dan Bapak Menteri Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran bagaimana satu hal itu pemeriksaan rapid test itu harganya Rp150.000,- ini untuk menghindari beban biaya yang terlalu besar bagi masyarakat yang memerlukannya dan juga.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Sebentar Pak, karena rata-rata orang yang rapid test selama ini Pak Rp450.000 sampai Rp500.000 Pak, jadi kalau sudah di patok Rp150.000, saya kira sudah bagus Pak.

KEPALA BNPB (LETNAN JENDERAL TNI. DONI MUNARDO): Terima kasih Bapak Pimpinan.

Karena juga dari BBPT dan Biofarma telah memproduksi alat rapid test dengan harga harga pasar Rp75.000/unit Pak, jadi mudah-mudahan ini akan membantu nantinya.

Gugus tugas Provinsi Jatim sebesar Rp41,3 miliar untuk operasional rumah sakit lapangan dari pengajuan sebesar Rp101 miliar Bapak Pimpinan, nanti tentunya akan kami lengkapi setelah adanya persetujuan dari BPKB di Provinsi maupun di tingkat pusat, selanjutnya untuk Universitas Airlangga

(15)

sebesar Rp5 miliar untuk sarana prasarana Kemendikbud dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.

Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Selanjutnya kami sampaikan dalam penanganan Covid-19, BNPB juga memfasilitasi penerimaan bantuan dana hibah, baik dalam negeri maupun luar negeri serta donasi. Hingga saat ini total dana Hibah yang telah di terima sebesar Rp159.974.579.156,- dana hibah tersebut telah digunakan sebesar Rp32.343.460.000,- antara lain untuk santunan dokter meninggal dunia sebesar Rp1,5 miliar.

Bapak Pimpinan, ini masih ada perbaikan dalam peraturan, kami sudah berbicara dengan Dirjen Anggaran dan juga dengan kepala BPKP, bahwa dana yang kami terima dari tiktok berupa bantuan yang memang dari awal pembicaraan disalurkan untuk para dokter dan tenaga medis yang wafat. Tetapi karena peraturan ini masih ada yang belum tepat, dalam proses perbaikan nanti dana yang Rp100 miliar ini prioritasnya adalah untuk dokter yang wafat, termasuk perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya, sehingga bantuan ini kelak diharapkan bisa ikut membantu meringankan beban dari para dokter dan keluarganya yang tentunya mereka telah bekerja keras mengorbankan jiwa raga, kehilangan nyawa, dan tentu harus kita berikan berbagai macam upaya agar beban penderitaan keluarga dapat kita kurangi.

Kemudian pengadaan … sebesar Rp19,75 miliar.

Yang ketiga percepatan pemberian sembako bekerja sama dengan ojek online sebesar Rp1,09 miliar, kemudian berikutnya untuk PMI dan dukungan operasional penanggulangan Covid-19 di Provinsi Jawa Timur sebesar Rp5 miliar, di Provinsi Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan sebesar Rp5 miliar.

Untuk donasi dari berbagai donatur tercatat sebesar Rp77.200.000.000,-. Donasi berupa hibah uang disampaikan langsung oleh donatur kepada penerimaan. BNPB selaku gugus tugas hanya mengetahui atau sebagai saksi. Jadi dana yang masuk ke rekening Pemerintah ini pengeluarannya juga ternyata sangat apa namanya, sangat ketat Bapak Pimpinan. Jadi ketika ada bantuan-bantuan dari luar kami tanyakan, apakah ini akan diserahkan kepada Pemerintah, masuk rekening Pemerintah atau disalurkan lewat relawan?

Jadi ini untuk fleksibilitas, sehingga dari relawan ini lah sekarang banyak membantu mengurangi beban-beban para dokter dan perawat, termasuk juga tenaga medis relawan yang dioptimalkan dengan menggunakan dana donasi yang diberikan oleh para donator. Demikian juga sejumlah dokter yang bekerja sebagai relawan di gugus tugas yang ikut membantu memberikan edukasi kepada masyarakat-masyarakat di daerah-daerah, yang sering sekali terjadi masalah seperti halnya pengambilan paksa jenazah di beberapa daerah.

(16)

Dengan hadirnya dokter-dokter muda ini, saat ini alhamdullillah, sudah mengalami penurunan, jadi memang harus ada langkah-langkah yang terintegrasi dan juga efektif, sehingga pendekatan upaya-upaya yang di lakukan itu tepat, demikian juga banyak pasar dan pedaganggnya itu menolak

rapid test, padahal ini sebenarnya kan menguntungkan para pedagang,

supaya kalau ada yang positif cepat segera di karantina atau di obati, tetapi karena informasinya kurang bagus atau kurang cukup, sehingga banyak penolakan. Nah kehadiran para dokter yang bergabung dalam tim relawan ini sangat memberikan manfaat, sehingga para pedagangpun pada akhirnya bersedia untuk di periksa.

Sedangkan bantuan Pemerintah kepada pesantren telah dilakukan rapat bersama di Dirjen Anggaran, di Dirjen Pendidikan Islam kementerian Agama, Sestama BNPB, Perwakilan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR di sepakati, bahwa pendanaan untuk melengkapi portokol kesehatan seperti penyiapan masker, hand-sanitezer, fasilitas cuci tangan dan pembangunan MCK di pesantren-pesantren, di tampung dalam anggaran Kementerian Agama dan Kementerian PUPR. Tadi juga sempat dijelaskan oleh Ibu Menteri Keuangan, beliau akan mengecek, apakah dana itu sudah disalurkan, kalau tidak salah menurut beliau mungkin dalam waktu beberapa hari ini dana sudah di salurkan kepada Kementerian terkait, untuk dukungan kepada pesantren, jadi apa yang ditanyakan oleh Bapak Pimpinan tadi sekaligus merupakan jawaban.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat,

Dalam penanganan Covid-19 dapat kami sampaikan isu-isu lain.

Satu, pengalokasian anggaran Covid-19 dari angaran belanja rutin yang di refocusing dilakukan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga Pemerintah Daerah.

Dua, kondisi extraordinary penanganan Covid-19 membutuhkan kepemimpinan yang kuat dalam managemen krisis.

Tiga, kesiapan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan penanganan Covid.

Dari awal kita kesulitan APD, sekarang APD berlimpah Bapak Pimpinan, jadi ini potensi kita untuk ekspor APD ke beberapa negara, kemudian bahan bakunya juga yang semula 100% impor, sekarang sudah ada yang bisa memproduksi dalam negeri dan sudah mendapatkan sertifikasi dari ISO 16604 dan juga dari WHO.

Empat, kesiapan dalam pendisiplinan protokol kesehatan untuk melaksanakan adaptasi kebiasaan baru, jadi mungkin ini istilah-istilah seperti ini cukup kita saja, tetapi kepada masyarakat tentunya harus menggunakan bahasa yang dapat di pahami.

(17)

Lima, sesuai arahan Presiden saat ini telah memasuki proses realisasi dan percepatan belanja anggaran untuk percepatan penanganan dan pemulihan ekonomi dampak Covid-19.

Satu hal Bapak Presiden dan Bapak-Bapak Pimpinan yang mungkin menjadi PR buat kita semuanya, yang terkait dengan masalah data pasien, ini Undang-undang tidak mengizinkan data pasien itu dipublikasikan, tetapi apabila data tentang siapa yang tertular Covid bisa diketahui oleh lingkungan sekitarnya, ini akan sangat membantu, sehingga masyarakat yang ada di sekitarnya itu bisa menghindar, bukan kita mau menstigma negatif kepada mereka yang terpapar Covid, saat sekarang ini tidak ada rasanya orang yang akan menganggap orang yang terkena Covid itu adalah suatu yang aib karena semuanya bisa terkena.

Yang terahir, Pimpinan salah satu negara besar juga terkena Covid, jadi mungkin ini sebagai bahan evaluasi kita semuaya, kaitannya dengan masalah keselamatan publik dengan ketentuan perlindungan privasi bagi mereka yang terkena penyakit atau wabah perlu dicarikan solusi, sehingga akan sangat membantu petugas lapangan agar tidak membuat mayarakat yang lainnya itu dengan mudah terpapar.

Bapak Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati,

Demikian penjelasan singkat yang dapat kami sampaikan mengenai evaluasi kinerja dan anggaran program kerja penanggulangan pandemi

Covid-19, apabila ada hal-hal yang perlu pendalaman kami akan memberi

penjelasan lebih lanjut sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Om Santhi Santhi Om, Namo Buddaya, Salam Kebajikan. KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN): Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih Bapak Kepala BNPB atas penjelasannya.

Sangat jelas, sangat rinci, nanti akan di respon oleh para Anggota dan para Pimpinan, tapi saya menggarisbawahi beberapa hal mendasar, tadi yang disampaikan oleh Pak Doni.

Pertama, tadi saya tadi lihat di beberapa tabel Pak, khususnya dapil resiko zona yang apa namanya, yang zona beresiko tadi, tanggal 28 Juni 51 daerah yang beresiko tinggi, tapi dalam 7 hari itu bisa menjadi 55 daerah Pak, jadi dalam 7 hari saja sudah bisa 4 daerah yang bertambah dengan berresiko tinggi, tapi ada juga daerah-daerah yang sama sekali tidak terdampak, Pak. Saya kira ini perlu informasi yang bagus juga Pak, kenapa daerah ini tiba-tiba menjadi berresiko tinggi atau daerah yang ada juga daerah yang sama sekali tidak terdampak. Ini mungkin menjadi tanggung jawab kita semua untuk menyampaikan informasi ke masyarakat, sebetulnya apa yang dilakukan oleh

(18)

Pemda setempat itu bisa juga Pak kita sampaikan ke daerah-daerah yang beresiko ini Pak, baik itu yang beresiko tinggi maupun yang beresiko sedang.

Kemudian tadi juga kita lihat banyak sekali partisipasi masyarakat baik itu donasi, maupun hibah, artinya tingkat sosial kita menjadi terpanggil Pak Doni dengan adanya bencana non-alam ini Pak, tapi ini juga sekaligus menjadi persoalan sosial, Pak Doni tadi, karena ini dianggap ini aib Pak, bayangkan orang yang sudah terkena bencana meninggal dunia, keluarganya sama sekali, dikucilkan oleh masyarakat, ini saya belum melihat Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk ini Pak, bagaimana mungkin secara nyawa sudah ada berkurang keluarganya, terus ditekan lagi dengan tekanan psikis Pak, karena dikucilkan oleh masyarakat ini yang kami belum lihat keberpihakan Pemerintah Pak, belum ada, baik di apa namanya, Kementerian Agama, di BNPB, dimana-mana itu belum secara khusus Pak, walaupun tadi sering kita dengar untuk dokter kita sudah lihat Pak Rp250 juta per orang tadi ya, atau yang lain-lain, tapi untuk para korban ini Pak, apa mungkin Pemerintah itu ada tali asihnya begitu lho Pak, iya kan, karena mereka mungkin sama tetangga tidak di terima, keluar sudah dicurigai, jadi semakin berat kondisi jiwa dan raga mereka, kira-kira begitu Pak Kepala BNPB.

Saya belum melihat paparan anggaran tadi, bagaimana untuk yang korban Pak korban, artinya keluarganya yang meninggal ya, secara protokol corona kemudian di kucilkan secara terus menerus oleh masyarakat Pak, karena tadi masyarakat khawatir dan itu dianggap aib.

Saya kira ini penting Pak Doni, kalau nanti di Rapat Kabinet atau dengan Bapak sebagai Kepala Gugus Tugas mengkoordinasikan dengan mungkin Mensos mungkin Pak, Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, karena mereka punya data dan bisa menyentuh langsung itu Pak, punya pasukan. Kalau Kepala BNPB ya, selama RUU bencana belum kita revisi, ya masih terbatas jangkauannya Pak. Tapi kalau kementerian yang lain saya kira sangat bisa menjangkau para korban tadi Pak, ini yang belum saya lihat tadi, belum ada keberpihakan kepada Pemerintah terhadap bagaimana korban yang meninggal itu, terhadap keluarga yang ditinggalkan Pak, yang mereka sama sekali dikucilkan Pak, saya kasihan Pak.

Mereka tidak boleh ditemui, kira-kira itu, mereka sudah lah bukan bagian kami lagi di lingkungan ini, ini menurut saya mengerikan Pak, kalau kita biarkan, maka perlu juga mungkin konseling terhadap ini Pak, jadi bukan hanya kita menganggarkan masalah sembako dan lain sebagainya, tapi memberikan pendidikan kepada masyarakat, bahwa ini adalah keterpanggilan jiwa sosial kita, keterpanggilan apa namanya, kita untuk menangani ini secara sama-sama, itu harus di munculkan Pak. Jangan justru masyarakat menghukum kembali yang karena misalnya terkena korban itu Pak, jadi keluarga sudah meninggal, tapi keluarganya yang masih hidup dikucilkan sedemikian rupa Pak, ini saya kira kita zholim Pak, kalau ini kita biarkan.

Oleh karena itu kalau nanti masih ada dana siap pakai, saya kira masih ada yang tadi Pak, mungkin bisa di tali asih atau apalah namanya, untuk

(19)

korban yang meninggal tadi Pak ya, mungkin juga bagi mereka kalau ada secara langsung Rp1.000.000,- atau Rp500.000,- mungkin ini membuat mereka antibody-nya bisa meningkat Pak, semangat hidup mereka minimal Pemerintah memperhatikannya, mungkin lingkungan sudah mengucilkan dia tapi Pemerintah hadir, saya kira bisa membangkitkan semangat mereka hidup kembali di tengah-tengah ya, tetap bencana ini tidak tahu kapan selesainya.

Nah pertanyaan semua orang hari ini Pak Doni, kapan bencana ini akan berakhir Pak ,ya pasti tidak tahu, iyakan, tapi langkah-langkah Pak Doni saya kira tetap kita apresiasi dan kita dukung. Saya kira itu para Anggota, para Pimpinan, mudah-mudahan kita sekali lagi ini kita perdalam, terarah, terukur, kita sama-sama punya tanggung jawab, bukan hanya tanggung jawab Pak Doni dan jajaran, tapi tanggung jawab kita semua, iyakan, minimal di dapil masing-masing atau kemana kita pergi, harus kita tunjukan bahwa situasi ini bukan situasi yang biasa.

Nah dari bahasa tadi, saya sepakat dengan Pak Doni, tadi menggunakan tokoh agama, kearifan lokal itu penting Pak, ya mungkin juga di perbanyak juga iklan-iklan lokal itu Pak, atau apa pesan-pesan spanduk yang bisa di buat di tempat-tempat strategis Pak, ya mungkin pakai bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Sumatera, Batak, Maluku, Ambon itu mungkin bisa Pak, karena kalau Pak apa namanya, juru BNPB yang bicara mungkin susah juga sampai Papua, Pak Ace, Pak tapi kalau mungkin BPBD membuat spanduk mungkin bisa dianggarkan juga Pak, untuk itu Pak pesan-pesan dengan kearifan lokal Pak. Nah karena lebih baik mencegah daripada mengobati Pak Doni. Jadi kalau mereka paham mereka sampai insya Allah kita bisa sama-sama menanggulangi Covid ini dengan secara sempurna.

Kami persilakan kepada para Anggota untuk bertanya, kami persilakan Pak Kiyai Maman Imanul Haq dari PKB, saya bergeser ke Pak Husni, itu Pak Nanang dan Pak Jefri, Ibu Diah, jadi 4 dulu, 2 kanan, 2 kiri.

Silakan Pak Kiyai Maman Imanul Haq dari PKB. F-PKB (H. MAMAN IMANUL HAQ):

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketua dan seluruh Pimpinan serta Anggota Komisi VIII, Pak Doni dan segenap jajaran BNPB,

Ada 3 hal yang ingin saya katakan dari paparan ini, yang pertama, saya tidak melihat ada penguatan institusi atau kelembagaan BNPB itu sendiri di tengah Covid-19 ini, kenapa saya harus bilang begitu, karena ini sebenarnya momentum tepat untuk menularkan kepada lembaga-lembaga lain tentang pentingnya apa yang disebut oleh Bapak dalam halaman 30, sebagai kepemimpinan yang kuat dalam managemen krisis.

Saya melihat misalnya gugus tugas yang Bapak komandani itu jauh berbeda dengan BRR (Badan Rehabiliasi Rekonstruksi). BRR itu bekerja dengan cepat, karena dia melakukan koordinasi dan dipatuhi oleh

(20)

kementerian yang lain, saya lihat gugus tugas sudah bagus dia melakukan berbagai seruan-seruan yang sangat penting, tetapi kita lihat betapa leletnya Kementerian Keuangan, betapa tidak pedulinya Kementerian Kesehatan dan lain sebagainya.

Nah ini yang sebenarnya lebih penting ingin saya katakan, bahwa kelemahan kita menghadapi pandemi ini adalah kurangnya koordiansi dan tidak patuhnya kementerian-kementerian yang lain untuk mengikuti aturan atau arahan, atau apapun namanya, yang dilakukan oleh gugus tugas. Nah di poin mana sebenarnya Bapak ingin mengatakan, bahwa spirit yang dimiliki BNPB ini seharusnya menjadi spirit bagi seluruh kementerian yang hari ini menghadapi Covid-19, itu yang pertama.

Yang kedua, saya sebagai Anggota DPR yang mewakili Jawa Barat, Subang, Sumedang, Majalengka, kita tahu hari ini cluster di Jawa Barat trennya itu tinggi, terutama beberapa sekolah berasrama, seperti yang ada di Bandung kemarin. Nah kita lihat bahwa per 9 Juli misalnya, 962 kasus baru dan sekarang Jawa Barat rangking pertama.

Saya melihat Pak Doni, ini memang rakyat agak harus di interfensi dengan kehadiran negara, jadi kita tidak hanya terus-terusan memberikan toleransi, apalagi pemahaman new normal itu betul-betul tidak di pahami sama sekali, membludaknya orang di ruang-ruang publik dan lain sebagainya. Jadi saya minta agar Pemerintah lebih tegas mewajibkan memakai masker,

social distancing dan lain sebagainya, sehingga jangan pula ada Pemerintah

Daerah yang over confident misalnya Jawa Barat kemarin agak merasa, dia merasa sukses, tapi ternyata hari nyalip Jawa Timur seperti itu. Nah ini yang perlu ada penegasan Bapak sebagai yang di percayai oleh Presiden untuk memimpin ini, ini tunjukkan saja Pak, bahwa ada Kepala Daerah yang betul-betul abai untuk ini.

Yang terakhir WHO mengeluarkan kembali tentang atau memperbarui aturan tentang penularan virus ini melalui udara, airborne. Ini kita tahu setiap bersin sekarang sudah tidak droplet atau micro droplet itu. Sosialisasi tentang ini saja belum terdengar, belum terdengar, sehingga apa yang dikaitkan Pak Yandri tadi, bagaimana ini kita membahas bahasan new normal, membahasakan penyebaran lewat udara dan lain sebagainya ke rakyat kecil. Berkali-kali saya ingin mengutip sesuatu yang tragis di tengah masyarakat, dimana masyarakat bergembira mendapatkan uang Rp600.000,- karena dapat program dari Covid, dia bilang mudah-mudahan tahun depan kang Maman ada lagi ya program ini, bayangkan ini menjadi hal yang sangat mengerikan bagi kita, pemahaman tentang bahayanya ini di saat negara-negara lain sudah dalam tanda kutip, kebingungan, kita sebetulnya lebih bingung, karena kesadaran masyarakat dan ketidak tegasan Pemerintah menjadi 2 kunci poin wabah ini tidak tahu kapan berahir.

Sekali lagi terus bekerja, tetapi sikap tegas dan tularkan spirit BNPB ini pada seluruh kementerian menjadi harapan Komisi VIII, kepada Bapak sebagai mitra kami.

(21)

Terima kasih Ketua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN): Terima kasih Pak Kiyai Maman Imanul Haq.

Memang ini Pak Doni di lapangan lucu-lucu juga ini Pak, ada aparat yang menyampaikan bantuan ke nenek-nenek, dari siapa ini? Dari Corona, waduh sampaikan salam ke Corona ya Pak, baik sekali Corona sama kami, begitu. Ini artinya memang ya perlu lah Pak, kita ini harus ada juga yang berdoa Corona terus, sembako mengalir terus, ini ya, perlu lah kita samakan lah gerakan kita.

Silakan Pak Husni dari Gerindra dapil Sumut I, orang Aceh. F-PARTAI GERINDRA (M. HUSNI, S.E., M.M.):

Terima kasih Pimpinan.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Bapak Pimpinan Komisi VIII dan seluruh jajarannya, Yang saya hormati teman-teman Komisi VIII baik yang hadir secara fisik maupun secara virtual,

Yang saya hormati saya banggakan Bapak Ketua BNPB dan seluruh jajarannya,

Apa yang Pak Ketua katakan, bahwa Covid-19 ini membuat nyawa orang mati, ekonomi menjadi mati, sosial kemasyarakatan juga mati, tadi juga Pak Ketua katakan dalam era new normal ini sebaiknya iklan-iklan di perbanyak, spanduk baliho dan lain sebagainya. Terus terang saja sampai hari ini banyak di tempat-tempat keramaian di era new normal ini, masjid-masjid itu tidak ada iklan apapun, pasar dan tempat keramaian lainnya, saya fikir itu adalah bagian yang boleh kita fikirkan hari ini.

Kemudian juga kita sama baca tentang update situasi Covid-19 yang tadi Pak Doni paparkan, sudah ada 3.606 yang meninggal, tapi tadi pagi juga Bapak Presiden mengatakan kita harus kedepannya kita menjemput bola, bukan mengejar bola, beliau mengatakan ada 3T, test, tracking, dan

treatment, sudah pasti kalau ini kita lakukan, angka-angka tentang PDP,

ODP, malah OTG itu akan dengan mudahnya kita temui, ini sebaiknya selaku Gugus Tugas Pusat untuk dapat kita berikan masukan-masukannya.

Juga hari ini apa yang Bapak paparkan, ada daerah-daerah kemarin merah ini sudah ada kuning dan hijau, saya dapil Sumut 1 Pak Doni, di Sumut 1 itu hebat Pak, yang hijau bisa jadi merah hari ini, betul ini Pak, kebetulan 1 bintangnya, sama bintang 3 ini.

(22)

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN): Ini Covid atau balon Pak?

F-PARTAI GERINDRA (M. HUSNI, SE., MM.):

Ini Covid Pak ya, kita tidak cerita yang lain-lain di sini. Saya, Pak Doni, pemilik pesantren jadi cerita-cerita agama saja. Hari ini penambahan itu rata-rata 50, di sana yang meninggal sudah ada kurang lebih 120 orang. Kemudian juga Pak, selama ini apa rintangan dan solusi apa saja yang telah dilakukan? Dan juga di pemaparan Bapak yang kami dapatkan adalah hibah dalam bentuk tunai, tapi hibah dalam bentuk barang itu sama sekali tidak kami ketahui, dan kami tahu bahwa ada bantuan disananya mungkin dalam mobil, APD, masker, malah kami lihat di TV ada jamu lagi malah. Jadi kalau boleh, kalau bantuan baik itu bentuknya tunai maupun bentuknya itu barang, itu harus ya di paparkan.

Satu lagi Ketua, tadi Pak Ketua katakan, kenapa Pak Doni ini segar dan sehat selalu, bukan karena minum jamu Pak, karena temannya ini memang Anggota Komisi VIII yang memang ahli surga semua. Kami terus berdoa untuk Pak Doni dalam keadaan sehat wal afiat, saya kira itu saja Ketua saya akhiri.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kalau orang Aceh ini memang hebat Pak, yang ngeri waktu dia tanya Menteri Agama Pak, bagaimana Pak Menteri Agama, Bapak Meneri Agama ini orang Aceh, Haji batal Pak, itu yang menjadi masalah di kampung saya Pak begitu.

Terima kasih Pak Husni, kalau Pak Doni dan jajaran kita doakan terus Pak.

(23)

F-PARTAI DEMOKRAT (IR. H. NANANG SAMODRA, KA., M.SC.:

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketua Pimpian dan Anggota Komisi VIII yang saya hormati, Bapak Kepala BNPB beserta seluruh jajaran BNPB,

Ada beberapa poin yang ingin kami sampaikan di sini, antara lain yang pertama adalah saya sangat gembira karena pada slide Bapak, tadi menyampaikan bahwa ada upaya untuk berkolaborasi pentahelix berbasis komunitas, itu saya sangat gembira dan sebenarnya itu yang kami tunggu-tunggu, walaupun itu sebenarnya menyontek dari jaman tahun 1920, tapi tetap relevan untuk kondisinya seperti sekarang.

Saya ambil contoh kasus di dapil saya, di Nusa Tenggara Barat 2, di situ masyarakat itu lebih patuh kepada tokoh agama daripada kepada Pemerintah, kalau Pemerintah yang berbicara akan sulit, kalau tokoh agama yang menyampaikan kepada masyarakat, langsung akan mudah. Sebagai contoh suatu saat ada kasus Anggota DPRD yang meninggal di penjara, kemudian Pemerintah saat itu sangat sulit untuk bisa meyakinkan masyarakat bahwa meninggalnya itu kebetulan dari tokoh agama itu karena sakit atau karena apa, asumsi masyarakat bahwa dia dianiaya di penjara, sehingga meninggal, padahal sebenarnya bukan itu, karena Pemerintah segera mendekati tokoh-tokoh agama yang di situ dan bisa mendinginkan suasana, kebetulan meninggalnya hari kamis, dimakamkan hari Jumat, selesai sholat Jumat, maka suasana bisa tenang, pada saat pidato-pidato tadi disampaikan oleh tokoh-tokoh agama setempat.

Jadi kami berharap ini terus di kembangkan dan bahkan di perkuat lagi untuk masing-masing kearifan lokal ini perlu dikembangkan untuk berbasis lokal setempat, sebab setiap daerah kondisinya berbeda, saya ambil contoh di Nusa Tenggara Barat, kebetulan ada 2 pulau di situ, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Karakter masyarakat di Lombok dan di Sumbawa sangat berbeda, kalau di Lombok patuhnya kepada tokoh agama, tapi di pulau Sumbawa patuhnya kepada Pemerintah, kalau saya analogkan, misalkan kita punya ternak di Lombok, kalau ternaknya makan tanamannya orang, yang salah yang punya ternak, kenapa?, karena ternaknya tidak di ikat, tapi sebaliknya di Pulau Sumbawa berbeda, kalau ternak makan tanaman, yang salah yang punya tanaman, karena tanamannya di pagar, karena di Sumbawa memang ternaknya di lepas, jadi perbedaan-perbedaan itu supaya tidak dialami lagi, sehingga perlibatan antropolog dan lain sebagainya itu sangat-sangat kami dukung.

Kemudian yang kedua, kebijakan rapid test, swab test, PCR dan lain sebagainya, ini kami melihat masih tetap diperlukan, hanya saja kemarin saya ambil contoh di kota Mataram, biaya rapid test itu bervariasi antara Rp90.000,- sampai dengan Rp485.000,-. Rp90.000 di Lab Hematika,

(24)

Rp485.000,- di Rumah Sakit Siloam, syukur ada edaran Dirjen Yankes yang menstandarkan Rp150.000,- tapi dalam prakteknya masih kena juga biaya-biaya ini, mungkin ini perlu di semacam ada sanksi atau apa kalau mereka menerapkan ini.

Kami datang ke rumah sakit menanyakan, kenapa seperti itu? Mestinya Pemerintah jangan buru-buru mengeluarkan edaran seperti itu, habiskan dulu stok kami tentang PCR kami atau catridge kami, baru buat aturan itu, kalau sekarang kami rugi, katanya, itu keluhan dari teman-teman pedagang besar farmasi.

Kemudian kebijakan rapid test ini kami juga sangat mendukung, hanya saja supaya bisa diperbanyak, cara memperbanyak mugnkinkah ini dilakukan oleh masyarakat tanpa melibatkan petugas kesehatan. Saya ambil contoh, saya sering beli alat untuk mengecek berapa kadar gula darah saya dan bisa saya lakukan sendiri, berapa asam urat saya, bisa saya lakukan sendiri, berapa kadar kolesterol saya, bisa saya lakukan sendiri, dengan membeli alat yang ada catridge-nya tadi.

Saya melihat rapid test itu sederhana seperti itu, jadi bisa kita lakukan sendiri. Nah di rumah kebetulan ada pembantu, pembantu ini pulang pergi, apakah kita jamin dia setelah pulang dia tidak terpapar, kemudian balik lagi, bagaimana ini. Ini mungkinkah kita diizinkan untuk melakukan me-rapid mereka, dan saya sudah lakukan, walaupun tidak minta izin, tapi lakukan saja

rapid mereka, saya beli catridge 40 kemudian, saya tes sendiri, kemudian di

Hematika ini hargaya Rp75.000 per catridge, saya beli 200 untuk siap-siap, maksudnya kalau ada teman yang datang ke rumah, kita ragu-ragu, kita tes saja dia tidak hanya dengan thermo-gun, tetapi dengan ini, jadi mungkin perlu ada payung, sehingga kalau kita melakukan rapid sendiri tidak di permasalahkan, karena tidak menggunakan teman-teman kesehatan.

Kemudian yang ketiga, saya juga merasa bangga dalam laporan ini menyebutkan bahwa penanganan limbah masker covid ini sudah di perhitungkan juga, saya banyak menemukan bahwa ini masker ini di buang sembarangan, di tempat sampah, tanpa di atur, padahal perlu di atur pedomannya, bagaimana cara membuang sampah.

Kemudian dalam berbicara ini saya buka, kemudian saya taruh saja, jadi sama saja tidak ada artinya saya menggunakan ini, artinya protokol tata cara membuang limbah dalam covid ini, apakah masker, apakah APD atau alat-alat suntik, atau alat-alat medis lainnya itu ada aturannya, tidak sembarang membuang seperti yang kita lihat, saya bangga sudah ada di atur di sini hanya implementasinya yang belum.

Kemudian kembali kepada catridge rapid test Indonesia mengeluarkan RIGHA Pak ya, harganya Rp75.000, saya coba beli Pak, pesan PO, tapi sampai sekarang tidak di jawab-jawab, saya coba kebetulan lab-nya itu hanya 300 meter dari rumah saya di Lombok, tetapi kalau beli langsung tidak boleh, harus lewat Pusyantek BPPT, itu responnya tidak ada Pak. Ini sudah seminggu belum ada respon, saya coba kontak-kontak terus, tapi belum di

(25)

jawab, supaya proses pembeliannya ini mudah, mumpung harganya murah dan bisa kita gunakan untuk banyak hal.

Yang terahir, beberapa hari yang lalu kami membaca di media, bahwa ada daerah-daerah yang menurut laporan dari dokter-dokter melalui persatuan dari dokter, apakah itu IDI atau apa namanya, itu tidak melaporkan dengan benar hasil data PCR di daerahnya, seolah-olah Kepala Daerah itu takut, takut kalau ada wabah, kelihatan banyak berbeda dengan Jawa Timur, Surabaya, itu lapor apa adanya, ini daerah-daerah seolah-olah menutupi, celakanya salah satu daerah itu masuk Nusa Tenggara Barat dan beberapa Kabupaten yang lain, mohon juga ini bisa dirundingkan dalam tatanan koordinasi, sanksinya apa bagi daerah-daerah seperti ini, supaya mereka mentang-mentang ingin supaya tidak terkena, supaya daerahnya menjadi hijau, takut kalau merah atau kuning, akhirnya ditutup-tutupi lah data yang ada.

Terima kasih.

Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih Pak Nanang Samudra dari Fraksi Demokrat. Kami persilakan Ibu Diah Pitaloka dari PDIP.

F-PDIP (DIAH PITALOKA, S.SOS., M.SI.): Terima kasih Pimpinan.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera untuk kita semua.

Yang Saya hormati Pak Doni Munardo Kepala BNPB sekaligus komandannya gugus tugas covid, beserta jajaran,

Ada, saya ingin memfokuskan tentang pengelolaan limbah B3 ini Pak, ini penting juga, karena selain apa protokolnya, lalu mekanismenya, kita ingin tahu juga fasilitas ini, limbah kita, kan mungkin pengelolaan sampah masih belum bagus ya kalau di Indonesia, manajemen-nya belum kalau sampai daerah begitu ya, belum bicara Jakarta misalnya, sama daerah seputar Jakarta saja mungkin beda, Jakarta saja mungkin masih di Bantar Gebang, dan kita ingin dapat penjelasan saja mungkin dari Pak Doni, bagaimana problem di lapangan?, itukan pasti ada kita memilah limbah inikan organik non-organik ini, ada lagi limbah medis, bukan hanya medis, mungkin limbah infeksius ya yang dari pasien ataupun bukan dari pasien, kalau medical limbah medis itu jelas begitu ya ada kanalnya, tapi yang kita hari-hari ini mungkin terkontaminasi, kita protek, buang masker saja mungkin masih di

(26)

sampah, padahal harusnya beda, ini mungkin masih titik awal tidak apa-apa begitu, tapi kita harus mengangkat problem ini, sehingga kita mulai menata apa yang harus kita lakukan.

Mungkin bisa kasih gambaran Pak, bagaimana seharusnya begitu ya dan apa yang terjadi sekarang, dan apa yang kita bisa mungkin ini investasi juga kalau bicara manajemen limbah ya, investasi kita terhadap pengelolaan limbah di Indonesia dan momentum pandemic covid ini ya, suka tidak suka harus kita menyediakan mekanisme atau sistem limbah infeksius itu, itu satu.

Yang kedua Bapak, inikan ada BNPB, ada gugus tugas, sementara tugas BNPB juga tugas regular-nya itu juga untuk kita cukup penting. Sedangkan kalau kita lihat porsi anggarannya sama yang sekarang cenderung kegiatannya sudah lebih intensitasnya ke covid. Kita kan punya

planning, banyak juga di BNPB tentang bagaimana menyiapkan alat warning system, terus kita juga belum update tentang daerah rekonstruksi yang

sedang berjalan, yang kemarin daerah yang terkena gempa begitu ya. Kita tidak lagi membicarakan hal-hal yang menjadi tugas BNPB, juga PR koordinasi atau juga PR tentang penyediaan gudang-gudang logistik di daerah-daerah yang rawan bencana, sementara kalau kita lihat Bapak tugas

Covid ini juga tidak ada anggaran spesifik untuk manajemen covid, entah

manajemen sumber daya atau fasilitasnya dan lain-lain.

Harusnya memang terlepas dari ini bukan diskusi anggaran, saya memikirkan 2 ruang ini, memang harus berbeda, karena pendekatannya juga berbeda, saya yakin Pak Doni pastinya kelelahan juga itu ya, satu sisi harus intensitas penanganan covid-nya sangat intens begitu ya, update setiap hari bahkan, tapi satu sisi beban kerja BNPB juga tidak dikesampingkan, saya sih berharap Bapak Presiden melihat hal ini sebagai 2 ruang yang sama-sama penting, tidak ketika covid, semua beralih ke covid ya, intensitas covid memang luar biasa, tapi satu sisi kita juga banyak problem, banjir misalnya, itu kan berkolerasi dengan penyebaran penyakit, apalagi covid.

Ini menurut saya kita harus juga memikirkan bagaimana Bapak bisa membagi tugas dan juga bagaimana 2 tugas yang Bapak emban itu juga difasilitasi dengan baik oleh negara. Jadi tidak hanya SOSO BNPB, nanti dulu kita sekarang fokus ke covid, kan tidak bisa begitu juga, dalam waktu kita juga harus lebih ter-manage, manajemennya juga harus lebih, karena kemarin sifatnya responsif, emergency oke lah, kita fokus ke covid, tapi lama-lama

covid ini hitungannya kan tidak bulan lagi mungkin tahun.

Lama-lama mungkin kita harus mengatur alur anggaran manajemen dan juga SDM yang Bapak perlukan untuk membantu tugas Bapak di 2 fungsi ini, sehingga lebih walaupun itu terintegrasi, tapi memang kebutuhan-kebutuhan dasarnya itu bisa basic-nya itu bisa terpenuhi, jangan sistemnya serabutan begitu ya, dari sini pindah ke sini, nanti ke sini lagi, begitu kan. Itu yang saya ingin kita support Bapak, ini jadinya di 2 ruang, 1 di BNPB, 1 di gugus tugas, yang harusnya dengan penambahan fungsi, penambahan anggarannya juga mengikuti penambahan fungsi itu begitu Pak.

(27)

Itu mungkin itu saja dari saya Pak Doni. Terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih Bu Diah.

Kami persilakan Pak Jeffry Romdonny dari Gerindra, bersiap-siap Pak Nurhadi dari Nasdem.

F-PARTAI GERINDRA (DR. J. JEFRY ROMDONNY, SE., S.SOS., M.SI.) : Terima kasih Pimpinan.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhormat seluruh Pimpinan dan juga Anggota Komisi VIII,

Juga terhormat Pak Doni selaku kepala BNPB dan juga Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, beserta jajarannya, Dari paparan yang tadi Bapak sampaikan, di sini juga ada temuan jumlah penularan kasus Covid-19 ini terkonfirmasi terus mengalami peningkatan, Jawa Timur dan Jakarta ini angkanya saling mengejar, kemudian juga selain itu Jawa Barat pun saat ini memang mengalami peningkatan juga, sebagaimana tadi sudah disampaikan oleh teman saya Bapak kiai Maman.

Apakah ini semua akibat relaksasi daripada PSBB yang mulai di berlakukan di sejumlah daerah, kemudian juga dari Koran Tempo merilis bahwa ada beberapa jumlah tenaga kesehatan, baik itu dokter ataupun perawat yang memang menjadi korban, bahkan meninggal untuk Covid-19 ini. Nah untuk tenaga medis ini apa ada treatment khusus dari gugus tugas untuk memperkuat SDM, untuk tenaga kesehatan, agar mereka memang bisa bekerja secara lebih maksimal untuk penanganan Covid-19 ini.

Kemudian dari paparan Bapak tadi mengenai isu aktual, pada poin 3 ada juga yang ingin saya tanyakan mengenai kesiapan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19 itu bentuknya itu bagaimana, apakah APD atau alat swab test atau apa?

Dan kemudian pada poin 4 yang menyatakan kesiapan dalam pendisiplinan protokol kesehatan untuk pelaksanaan adaptasi kebiasaan baru.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keunggulan yang dimiliki Android maka muncul gagasan untuk membuat aplikasi mobile e-commerce penjualan pakaian pada Violet Fashion Jepara guna menyelesaikan

Klasifikasi dilakukan dengan algoritma KNN dengan fungsi jarak yang digunakan adalah Euclidean Distance, dimana nilai k yang digunakan adalah sebagaimana yang telah

Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan galian.

Sifat-sifat kemampumampatan satu dimensi tanah lempung yang dipadatkan pada sisi kering dan sisi basah dari kadar optimum adalah pada tekanan rendah, suatu tanah yang dipadatkan

Kami mempunyai harapan yang besar, bahwa Saudara sekalian yang telah membangun kompetensi dengan sungguh-sungguh dalam proses belajar, akan memiliki kecintaan, tanggung jawab,

Terkait dengan tantangan masa depan yang kompleks ini, mulai tahun akademik 2014/2015 ISI Yogyakarta menerima mandat dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi untuk menyelenggarakan

Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner kepada 30 orang responden yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat bahwa e-sports marketing

Beberapa laporan berita menunjukkan bahwa munculnya fenomena seperti ini berkaitan dengan warga-warga yang kehilangan pekerjaan atau sumber pendapatan dam tidak mendapatkan