• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi

2.1.1 .Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian

yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok, atau suatu kegiatan. Sebagai

penilaian, bisa saja ini menjadi netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari

keduanya. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi

mengambil kepututsan tentang nilai atau manfaatnya.

Evaluasi adalah suatu upaya mengukur secara objktif terhadap pencapaian

hasil yang telah dirancang dari suatu aktivitas atau program yang telah

dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi

umpan balik bagi aktivitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan

dengan aktivitas yang sama di masa depan (Siagian, 2012:171).

Evaluasi dapat dikatakan bahwa ditujukan pada pelaku suatu aktivitas

maupun hasil dari aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian, akan dihasilkan

data tentang kinerja aktivitas yang memuat proses pelaksanaan hingga perubahan

yang terjadi setelah suatu aktivitas dilaksanakan. Ruang lingkup evaluasi dapat

dibedakan atas empat kelompok (Azwar, 1996:12) yaitu :

1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut

pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber

(2)

2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih

dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup

semua tahap administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian dan

aspek pelaksanaan program.

3. Penilaian terhadap keluaran (output ) yaitu penilaian terhadapa hasil

dicapai dari pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak (impact) mencakup pengaruh yang timbul dari

program yang telah dilaksanakan.

2.1.2 Jenis – Jenis Evaluasi

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a) Evaluasi pada Tahap Perencanaan

Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam

rangka mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap

berbagai laternatif dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbgai teknik yang

dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam

kaitan ini adalah bahwa metode- metode yang ditempuh dalam pemilihan

pioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda

(3)

b) Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan

analisa untuk menentukan tingkat pelaksanaan dibanging dnegan rencana.

Terdapat perbedaan anatara evaluasi menurut pengertian ini dengan

mentoring. Mentoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah

tepat dan bahwa program tersebut direncankana untuk dapat mencapai

tujuan tersebut. Mentoring melihat apakah pelaksanaan proyek sudah

sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk

mencapai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih

tetap dapat mencapai tujuanya, apakah tujuan tersebut akan memcahkan

masalah yang ingin dipecahkan. Evaluasi juga mempertimbangkan faktor

– faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan proyek terebut, baik

membantu atau menghambat

c) Evaluasi pada Tahap Paska Pelaksanaan

Dari sisni pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada

tahap pelaksanaan, hanya perbedaan yang dinilai dan dianalisa bukan lagi

tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan rencan, tetap hasil

pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang

dihasilakn oleh pelaksana kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang

(4)

2.1.3 Proses Evaluasi

Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaanya, secara umum evaluasi

terhadap suatu program dapat dikelompokan kedalam tiga jenis (Siagian, 2012:

173) yaitu :

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba meilih dan menerapkan

prioritas tehadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara

mencapai tujuan yang telah dicapai sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melaukan analisis tingka

kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di

dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa

yang direncanakan, apakah ad perubahan- perubahan sasaran

maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu

menganalisis hasil yang diperoleh sesuia dengan tujuan yang

sebelumnya ditetapkan .

2.2 Program

2.2.1 Pengertian Program

Program memliki dua pengertian , secara umum dan khusus. Pengertian

program secara umum adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan

dilakukan. Pengertian secara khusus adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan

secara berkesinambungan dengan waktu pelaksanaan biasanya membutuhkan

(5)

sistem yang saling terkait satu dengan yang lainya dengan melibatkan lebih dari

satu orang untuk melaksanakannya ( Arikunto, 2009:4).

Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi

pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala

rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena

itu, maka program sebagai unsur utama yang harus ada bagi berlangsungnya

aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek

seperti :

1. Adanya tujuan yang akan dicapai

2. Adanya berbagai kebjakan yang diambil dalam upaya pencapain tujuan

tersebut.

3. Adanya pinsip – prinsip dan metode – metode yang harus dijadikan acuan

dengan posedur yang harus dilewati.

4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan.

5. Adanya startegi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas

(Siagian, 2012:172)

2.3. Evaluasi Program

2.3.1 Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan subyektif

mungkin terhadap suatu obyek, kebijakan yang sedang berjalan atau sudah selesai

baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, dimana tujuan dari evaluasi program

(6)

dampak dan keberlanjutan, dimana suatu evaluasi harus memberikan informasi

yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak penerima manfaat dapat

mengambil pelajaran untuk proses pengambilan keputusan (World Bank, 2004).

2.4 Sektor Informal

Konsep sektor informal pertama kali dikemukakan oleh “Hart” dalam

sebuah tulisan yang terbit pada tahun 1973 tentang dua tipe mata pencaharian

masyarakat di kota yaitu dengan mencari kerja dan mendapatkan upah atau

bekerja mandiri. Konsep yang dilontarkan Hart inilah yang kemudian

dikembangkan dan ditetapkan oleh International Labor Organization (ILO)

dalam penelitian pada delapan kota di dunia ketiga. Hasil penelitian tersebut

mengemukakan bahwa mereka yang terlibat dalam sektor informal

umumnya miskin, kebanyakan dalam usia produktif utama,

berpendidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah minimum dan modal

usaha rendah, serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk mobilitas

vertikal. Selain itu, perbedaan antara sektor formal dan informal dilihat dari

keteraturan cara kerja, hubungan dengan perusahaan, curahan waktu, serta

status hukum kegiatan yang dilakukan.

Pengertian sektor informal menurut Hart ( dalam Subri, 2003: 92)

memiliki ciri -ciri mudah keluar masuk pekerjaan, mengusahakan bahan baku

lokal tanpa berdasarkan hukum formal, unit usaha merupakan keluarga,

jangkauan operasionalnya sempit, kegiatannya berdasarkan padat karya dengan

(7)

terlibat di dalamnya memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah serta

keahlian yang kurang memadai, kondisi pasar sangat bersaing karena

menyangkut hubungan antara penjual dan pembeli yang bersifat personal

dan keadaannya tidak teratur. Pada umumnya, kebijaksanaan pemerintah untuk

membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini; unit usaha

mudah keluar masuk dari satu sub sektor ke sub sektor lainya. Teknologi yang

dipergunakan bersifat tradisional; modal dan perputaran usaha relatif kecil,

sehingga skala operasi juga relatif kecil. Tidak diperlukan pendidikan

formal, karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil

bekerja.

Pada umumnya, usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri

usahanya dan kalau mempekerjakan buruh berasal dari keluarga. Sumber

dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau

dari lembaga keuangan yang tidak resmi. Hasil produksi atau jasa terutama

dikonsumsi oleh masyarakat kota atau desa yang berpenghasilan rendah, tetapi

kadang-kadang juga berpenghasilan menengah. Peran sektor informal kota

sangat strategis sebagai katup pengaman pengangguran. Di berbagai kota

besar, ketika situasi krisis melanda Indonesia dan pengangguran terjadi

dimana-mana, maka peluang satu-satunya yang dapat menyelamatkan

kelangsungan hidup jutaan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dan

(8)

2.5 Konsep Pasar dan Pedagang

2.5.1 Pengertian Pasar

Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007

mendefinisikan pasar adalah tempat bertemu nya pembeli dan penjual untuk

melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Pasar merupakan area tempat

jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut

sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Dalam pengertian sederhana, pasar

adalah tempat bertemu nya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi

jual beli barang atau jasa. Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang

menawarkan barang ataupun jasa kepada pembeli yang mempunyai keinginan

dan kemampuan untuk memiliki barang dan jasa tersebut hingga terjadinya

kesepakatan transaksiatau transfer atas kepemilikan barang atau kenikmatanjasa.

Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih

pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi

setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap

sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek

transaksi.Kedua pihak, pembeli dan penjual mendapat manfaat dari adanya

transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapat barang yang diinginkan untuk

memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapat imbalan

pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai

(9)

2.5.2 Pengertian Pedagang

Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan

barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh keuntungan.Pedagang

adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya

sehari. Perbuatan perniagaan pada umumnya adalah perbuatan pembelian barang

untuk dijual lagi.Pedagang dibagi menjadi tiga, yaitu ( Kansil, 2008: 15)

1. Pedagang besar/ distributor/ agen tunggal

Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan produk

barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang

besar biasanya diberi hak wewenang wilayah/daerah tertentu dari produsen.

2. Pedagang menengah/ agen/ grosir

Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya

dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan

penjualan/ perdagangan tertentu yang lebih kecil dari daerah kekuasaan

distributor.

3. Pedagang eceran/ pengecer

Pengecer adalah pedagang yang menjual barang yang dijualnya langsung

(10)

2.6. Jaminan Sosial

Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk

memberikan kepastian penghasilan dalam poses bekerja. Dalam hal ini

penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tanggungjawab dan

kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada

masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan

funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih

terbatas pada masyarakat.

Terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,

mulai dari Undang-Undang No. 33 Tahun 1947. Undang-Undang No.2 Tahun

1951 tentang Kecelakan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48

Tahun 1952. PMP No.8 Tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan Usaha

Pnyelenggaraan Kesehatan Buruh, PMP No.15 Tahun 1957 tentang Pembentukan

Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5 Tahun 1964 tentang Pembentukan Yayasan

Sosial Buruh Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya Undang-Undang

No.14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja, secara kronlogis proses

lahirnya asuransi sosial bagi para tenaga kerja (Wijayanti, 2010: 122). Setelah

mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,

bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.3 Tahun 1977 tentang Pelaksanaan

Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK ).

Lahirnya Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

(11)

Jamsostek sebagai badan peneyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program

Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal

bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya

arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya

penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial. Jaminan sosial ketenagakerjaan

mempunyai tujuan ganda yaitu, tujuan sosial dan tujuan ekonomi. Tujuan sosial

untuk menanggulangi berbagai peristiwa yang merugikan tenaga kerja baik

berupa pencegahan maupun penyantunan. Sedangkan tujuan ekonomi

dimaksudkan untuk menanggulangi ketidakpastian masa depan karyawan

sehingga dapat menciptakan ketenangan kerja yang diperlukan untuk

menumbuhkan semangat bekerja dan produktivitas tenaga kerja.

Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1992 memiliki program jaminan sosial

yang lebih memadai dan sesuai dengan perkembangan teknologi yang meliputi:

jaminan kecelakan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan

pemeliharaan kesehatan. Dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992

dinyatakan bahwa jaminan sosial tenaga kerja tidak hanya memberikan santunan

atau pelayanan setelah risiko-risiko itu terjadi, melainkan juga ikut membantu

secara efektif dalam usaha-usaha pencegahan dan rehabilitasi akibat risiko

(12)

2.7 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS mepakan lembaga yang

dibentuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun

2011. Sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah dibawah pengawsan

pihak pemerintah selaku penyelenggara Negara baik pemerintah daerah maupun

pusat. Badan pengelola tersebut bukan mencari keuntungan seperti asuransi

komersial. Dalam asuransi komersial full funding dipertahankan yaitu adanya

cadangan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban dikemudian hari dengan

evaluasi per peserta, sedangkan pada asuransi sosial adanya full funding tidak

menjadi keharusan dengan alasan antara lain bahwa program asuransi sosial

diberlakukan dalam jangka waktu panjang yang tidka terbatas dan tidak bisa

diperkirakan kapan berakhirnya. Karena dapat terjadi pada asuransi sosial, bahwa

para pekerja baru yang termasuk kelompok usia muda secara otomatis akan

menjadi peserta, dengan demikian sekaligus sebagai sumber dana bagi program

asuransi sosial ( Tunggal, 2014: 268).

2.7.1 Program BPJS Ketenagakerjaan

Terdapat dua program BPJS Ketenagakerjaan yaitu Sektor formal dan

(13)

1. Pengertian Bukan Penerima Upah (BPU)

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan

kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari

kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar

hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di

luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir

Angkot, Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, dan lain- lain.

Terdapat tiga program bagi bukan penerima upah yaitu:

a) Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga atau tidak diharapkan

terjadi. Dalam hal ini kecelakaan kerja yang terjadi berhubungan dengan

hubungan pekerja ke tempat bekerja. Akibatnya ketidakmpuan bekerja secara

tetap atau total, dan mengakibatkan timbulnya resiko ekonomis bagi penderitanya.

Dalam meganggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang

diakibatkan oleh kecelakaan kerja yang terjadi berupa kematian, atau cacat tetap

atau sementara baik fisik maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Program jaminan kecelakaan kerja sangatlah diperlukan guna mengatasi atau

setidak- tidaknya mengurangi akibat dari resiko ekonomis yang ditimbulan oleh

(14)

1. Biaya Pengangkutan

2. Biaya Pengobatan dan Perawatan

Biaya perawatan dan pengobatan sesuai dengan kebutuhan medisnya.

3. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)

4. Penggantian Gigi Tiruan

Rp 3.000.000,- (Maksimum)

5. Santunan Cacat

Darat/ sungai / danau Rp 1.000.000,-

Laut Rp 1.500.000,-

Udara Rp 2.500.000,-

Enam (6 ) bulan pertama 100% × upah sebulan

Enam (6) bulan kedua

Enam (6) bulan ketiga

75% × upah sebulan

50% × upah sebulan

Cacat Sebagian Anatomis

Cacat Total Tetap

Cacat Sebagian Fungsi

% tabel × 80 × upah sebulan

70% × 80 × upah sebulan

% kurang fungsi × % tabel × 80 × upah

(15)

6. Santunan Kematian

Santunan Kematian 60% × 80 upah sebulan

Berkala dibayar sekaligus 24 bulan × Rp 2.000.000,-

= Rp 4.800.000,-

Biaya pemakaman Rp 3.000.000,-

7. Biaya Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan alat bantu (orthese ) dan ataua alat ganti (prothese)

bagi peserta ayang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat

kecelakaan kerja untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh

Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ditambah 40% (empat puluh

persen) dari harga tersebut serta biaya rehabilitasi medik.

8. Bantuan Beasiswa

Bantuan beasiswa kepada 1 (satu ) anak peserta yang masih sekolah

sebesar Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah ) untuk setiap peserta, apabila

peserta meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja .

b) Jaminan Kematian (JKM)

Jaminan Kematian (JKM) diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja

(16)

kerja. JKM diperlukan untuk membantu meringankan beban keluarga dalam

bentuk biaya pemakaman dan uang sntunan.

1. Manfaat Jaminan Kematian (JKM) :

Program ini memberikan manfaat kepada keluarga pekerja seperti :

a) Santunan Kematian Rp 16.200,000,-

b) Santunan berkala Rp 2.00.000,00 × 24 bulan = Rp 4.800.000,- dibayar

sekaligus.

c) Biaya Pemakaman Rp 3.000.000,-

d) Beasiswa pendidikan 1 (satu ) anak diberikan kepada setiap peserta yang

meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memeliki masa

iur paling singkat 5 ( lima tahun sebesar Rp 12.000.000,-

c) Program Jaminan Pensiun

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk

mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli

warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun,

mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Manfaat pensiun adalah

sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia

pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang

(17)

a) Kepesertaan Program Jaminan Pensiun

Peserta Program Jaminan Pensiun adalah pekerja yang terdaftar dan telah

membayar iuran. Peserta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja

selain penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari:

Pekerja pada perusahaan dan pekerja pada orang perseorangan. Pekerja yang

didaftarkan oleh pemberi kerja mempunyai usia paling banyak 1 (satu) bulan

sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56

tahun dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya

bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai mencapai

Usia Pensiun 65 tahun.

b) Iuran Program Jaminan Pensiun

Iuran program jaminan pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas

2% iuran pemberi kerja dan 1% iuran pekerja. Upah setiap bulan yang dijadikan

dasar perhitungan iuran terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap. Untuk tahun

2015 batas paling tinggi upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan

ditetapkan sebesar Rp 7 Juta (tujuh juta rupiah). BPJS Ketenagakerjaan

menyesuaikan besaran upah dengan menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu)

ditambah tingkat pertumbuhan tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya.

Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan menetapkan serta mengumumkan penyesuaian

batas upah tertinggi paling lama 1 (satu) bulan setelah lembaga yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang statistik (BPS) mengumumkan

(18)

c) Manfaat Program Jaminan Pensiun

1. Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT)

Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (yang

memenuhi masa iuran minimum 15 tahun yang setara dengan 180

bulan) saat memasuki usia pensiun sampai dengan meninggal

dunia;

2. Manfaat Pensiun Cacat (MPC)

Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta

(kejadian yang menyebabkan cacat total tetap terjadi paling sedikit

1 bulan menjadi peserta dan density rate minimal 80%) yang

mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat bekerja

kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. Manfaat

pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau

peserta bekerja kembali;

3. Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD)

Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda

yang menjadi ahli waris (terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan)

sampai dengan meninggal dunia atau menikah lagi, dengan kondisi

peserta: meninggal dunia bila masa iur kurang dari 15 tahun,

dimana masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat

adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal 1 tahun

kepesertaan dan density rate 80% atau meninggal dunia pada saat

(19)

4. Manfaat Pensiun Anak (MPA)

Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang

menjadi ahli waris peserta (maksimal 2 orang anak yang

didaftarkan pada program pensiun) sampai dengan usia anak

mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, atau bekerja, atau

menikah dengan kondisi peserta; meninggal dunia sebelum masa

usia pensiun bila masa iur kurang dari 15 tahun, masa iur yang

digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan

ketentuan minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate

80% dan tidak memiliki ahli waris janda/duda atau meninggal

dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT dan tidak

memiliki ahli waris janda/duda atau janda/duda yang memperoleh

manfaat pensiun MPHT meninggal dunia.

5. Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT)

Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak / ibu) yang

menjadi ahli waris peserta lajang, bila masa iur peserta lajang

kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam menghitung

manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal

kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80% (BPJS

Ketenagakerjaan).

2.8 Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial (social walfare) tidak meujuk pada suatu

(20)

atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain.

Menurut Wilensky dan Lebeaux kesejahteraan sosial sebagai sistem yang

terorganisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang

dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar

mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta

hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada

individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya

dan meningkatkan kesejahteraan meeka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat.(Suud, 2006:7).

Pengertian kesejahteraan sosial dapat dikmbangkan dari hasil Pre

Confrence Working For the 15th International Confrence of Social Walfare, yakni

Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha yang terorganisir dan mempunyai

tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks

sosialnya dimana didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayann dalam

arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti :

pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya (Huda,

2009:73).

2.9 Kerangka Pemikiran

Lembaga negara yang bergerak dalam memberikan jaminan sosial dan

asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek

(Persero) memiliki dua program bagi kesejahteraan masyarakat yaitu untuk

(21)

bukan penerima upah diperuntukan untuk masyarakat yang bekerja dengan usaha

sendiri. Bekerja dengan usaha sendiri sering menimbulkan resiko-resiko yang

dapat membahayakan pekerja dan keluarganya. Sehingga dalam hal ini diperlukan

jaminan yang bisa menutupi keadaan ekonomi akibat resiko bekerja. Tiga program

yang mencakup bukan penerima upah yaitu: Jaminan Kecelakaan, Jaminan

Kematian, Jaminan Hari Tua. Jaminan kecelakaan kerja diharapkan mampu

menutupi ketika sedang bekerja atau sedang berangkat ketempat kerja mengalami

musibah seperti kecelakaan saat berkendaraan dan lain- lain. Jaminan kematian

apabila mengalami kecelakaan yang menyebabkan pekerja meninggal dunia

sehingga menimbulkan kerugian bagi keluarga pekerja. Jaminan hari tua

diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat yang sudah

memasuki masa pensiun atau sudah tidak mampu bekerja sehingga memiliki

tabungan untuk kedepanya.

Penelitian ini berusaha melihat apakah dengan adanya program ini

memberikan manfaat dan berguna bagi masyarakat dengan melihat mulai dari

tahap awal pelaksanaan program seperti, tahap- tahap pelaksanaan pemberian

informasi atau sosialisasi kepada para pedagang tradisional. Selanjutnya tahap

proses dimana dalam kepersertaan para pedagang mengalami masalah atau

kesulitan dalam menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Tahap terakhir dimana

ketika masyarakat ingin mengklaim atau menggunakan BPJS tersebut sudah

mendapatkan pelayanan yang terbaik atau belum. Untuk itu perlu melihat sejauh

(22)

Bagan Alur Pikir

Program BPJS Ketenagakerjaan

Bukan Penerima Upah

1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian 3. Jaminan Hari Tua

(23)

2.10 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.10.1 Definisi Konsep

Definisi konsep digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

keadaan kelompok atau individu yang dikaji. Konsep merupakan simbol atau

elemen yang mempresentasikan objek, benda-benda atau karakter objek , proses

atau fenomena (Martono, 2015:141).

Definis konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang

dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136). Definisi konsep ditujukan

untuk mencapai kesergaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa

objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti. Dalam hal ini konsep penelitian

bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasi istilah-istilah yang digunakan

secara medasar agar tidak terjadi selahpahaman penertian dan perbedaan persepsi

yang dapat mengaburkan penelitian ini.

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Evaluasi mengukur sebuah program dalam pelaksanaanya dalam

penelitian ini ingin melihat seberapa jauh program BPJS Ketenagakerjaan

untuk bukan penerima upah dapat memberikan jaminan sosial kepada

masyarakat yang bekerja disektor informal.

2. Program yang dimaksud didalam penelitian ini adalah Program BPJS

Ketenagakerjaan terdapat 3 program yaitu : Jaminan Kecelakaan Kerja,

(24)

3. Bukan penerima upah dalam penelitian ini adalah pekerja sektor

informal, adalam penelitian ini adalah para pedagang yang berjualan di

pasar Melati.

2.10.2 Definisi Oprasional

Menurut Kerlinger dalam (Silalahi, 2009: 119) definisi Operasional yaitu

suatu konstruk dengan cara menetapkan kegiatan- kegiatan atau tindakan-

tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu. Sebagai

spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau

memanipulasinyaa, atau sebagai pegangan yang berisi petunjuk bagi peneliti.

Menurut Purwanto (2011:18) Definisi operasional dimaksudkan untuk

memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat diperoleh dilapangan

untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga dapat diamati

dan diukur.

Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, dengan melihat

indikator-indikator sebagai berikut:

1. Masukan (Input)

a) Bagaimana tahap proses sosialisasi program BPJS Ketenagakerjaan bagi

para pedagang.

b) Bagaimana pedagang tradisional pasar melati diperkenalkan dengan

(25)

2. Proses(Process)

a) Bagaimana tahap pelaksanaan kepersertaan pelayanan BPJS

Ketenagakerjaan.

3. Keluaran (Output)

a) Bagaimana tahap penggunaan kartu BPJS Ketenagakerjaan

b) Bagaimana pengklaiman yang dilakukan bukan penerima upah.

4. Dampak (Impact)

a) Apa yang dirasakan pedagang setelah mengikuti program BPJS

Ketenagakerjaan.

Dalam penelitian ini akan melihat seberapa jauh program BPJS

Ketenagakerjaan bagi bukan penerima upah dapat berjalan secara efektif atau

Referensi

Dokumen terkait

Informasi di atas hanya menyangkut bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan sebagai campuran dengan bahan lain atau dalam

1) Dewan juri terdiri atas minimal lima orang, yang berasal dari perguruan tinggi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Kemdikbud), Himpunan Sarjana Kesusastraan

Diperlukan strategi kolaboratif (collaborative strategies) yang melibatkan berbagai unsur - dunia usaha, perguruan tinggi, LSM atau organisasi lainnya, bahkan

Kesimpulan: Ekstrak ganggang merah dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel sebagai anti-aging dan sediaan gel formula F4 (2,5%) mempunyai efek anti-aging yang paling

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja, dintaranya adalah Fault Tree Analysis (FTA), Hazard and Operability Study

Network semacam inilah yang digambarkan sebagi entrepreneurship ecosystem.Suatu usaha bisnis (venture) muncul dan mampu berkembang bukan semata- mata karena kemampuan

Dari penjelasan yang telah peneliti sampaikan, ada hubungan antara kualitas komunikasi dan tingkat kebahagiaan individu dewasa muda yang sedang menjalani pacaran jarak

Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga sebagai