BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara.
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober
sampai dengan bulan Desember 2016.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu domba merino sebanyak 20 ekor domba
merino , bahan pakan yang terdiri dari rumput lapangan, ampas sagu, EM4
sebagai fermentor ampas sagu, konsentrat sebagai pakan penguat, obat-obatan
seperti Permentyhl 5% sebagai obat kembung, obat cacing (Kalbazen), terramycin
(salep mata), vitamin B-kompleks diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh
domba, air minum, desinfektan (Rodalon).
Alat
Alat yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 20 petak dengan
ukuran 1 x 1,5 m, tempat pakan sebanyak 20 unit dan 20 tempat air minum,
timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 150 kg dengan kepekaan
50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang
kandang, ember, air, tali rafia, drum plastik sebagai tempat fermentasi,
termometer untuk mengetahui kondisi suhu kandang.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 5
ekor domba. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:
P0 = Ampas Sagu Non fermentasi 40% ( Kontrol)
P1 = Ampas Sagu Fermentasi 20 % + Ampas sagu non fermentasi 20 %
P2 = Ampas Sagu Fermentasi 30 % + Ampas sagu non fermentasi 10 %
P3 = Ampas Sagu Fermentasi 40%
Tabel 3.Komposisi Kandungan Nutrisi Ransum Domba
Komposisi P0 P1 P2 P3
Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
EM (Kkal) 2044 2072 2123 2128
Yij Dimana :
= µ + τ + ε
Yij
µ = Nilai rata-rata (mean) harapan
= Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j
τ = Pengaruh faktor perlakuan
ε = Pengaruh galat (experimental error)
Analisa Data
Pembuatan ampas sagu fermentasi
Tabur 100 kg ampas sagu kering menggunakan terpal plastic
Lalu siram dengan EM4 100 ml
Aduk hingga seluruh ampas sagu hingga permukaan ampas sagu lembab
Lalu masukkan ampas sagu kedalam drum plastic dan tutup hingga rapat
Tunggu hingga 7 hari
Gambar 2. Pembuatan Ampas Sagu Fermentasi
Dari gambar dua diatas, pembuatan ampas sagu fermentasi dimulai dengan
menjemur ampas sagu hingga kering selama 4 hari, selanjutnya siram 100 kg
ampas sagu dengan EM4 100 ml aduk hingga rata agar ampas sagu dapat
difermentasi dengan baik, lalu dimasukkan ampas sagu kedalam drum plastik dan
tutup hingga rapat untuk proses fermentasi, tunggu hingga 7 hari waktu fermentasi
agar hasilnya memuaskan, jemur ampas sagu di bawah terik matahari selama 2 Jemur ampas sagu selama 2 hari di bawah terik matahari
hari untuk menurunkan kadar asam pada ampas sagu fermentasi, selanjutnya
ampas sagu dapat diberikan kepada ternak.
Peubah Yang diamati
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan di peroleh dengan menghitung selisih jumlah pakan yang
diberikan dengan sisa pakan setiap harinya dan dinyatakan dengan gram per ekor
per hari dalam bahan kering. Konsumsi pakan di dapat dari:
Konsumsi Pakan = Pakan segar yang diberikan – Pakan yang sisa
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan bobot badan di hitung dengan cara membagi selisih bobot
badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan
setiap periode (14 hari), dinyatakan dengan gram per ekor per hari.
PBBH:
Lama pemeliharaan (hari) Bobot akhir – Bobot awal
Konversi Pakan
Konversi pakan di hitung dengan cara membagi angka rata-rata konsumsi
bahan kering per ekor per hari dengan angka rata-rata produksi pertambahan
bobot badan per ekor per hari. =
Konversi Pakan =
PBBH (g/hari)
Pakan yang di konsumsi (g/hari)
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dipersiapkan dengan tipe kandang individu, kemudian di
fumigasi dengan desinfektan. Kandang dan semua peralatan yang digunakan
seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dengan larutan desinfektan.
Pengacakan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor.
Penempatan kandang domba dengan sistem acak yang tidak membedakan bobot
badan domba. Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan domba.
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah pakan dalam bentuk tepung tanpa hijauan
dimana semua bahan pakan yang digunakan dijadikan dalam bentuk seperti
konsentrat. Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul 08.00 WIB dan pada sore
hari pukul 16.00 WIB. Sisa pakan ditimbang pada waktu pagi hari keesokan
harinya sesaat sebelum ternak diberi makan kembali untuk mengetahui konsumsi
ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk
beradaptasi selama 2 minggu sedikit demi sedikit. Pemberian air minum diberikan
Pemberian Obat-Obatan
Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing selama
adaptasi dengan adaptasi dengan dosis 1 cc/5 Kg bobot badan dan penyuntikan
vitamin B-kompleks. Sedangkan obat-obatan lainnya diberikan berdasarkan
kebutuhan bila ternak sakit.
Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan bobot badan domba di lakukan saat awal penelitian dan
pengambilan data pertambahan bobot badan seminggu sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah
pakan yang diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan
pengurangan jumlah pakan yang diberikan terhadap sisa pakan. Rataan konsumsi
pakan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan konsumsi bahan kering pakan domba selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan ± SD
I II III IV V
Keterangan : Hasil superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa rataan konsumsi pakan domba
tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebanyak 632,2 ± 4,9 g/ekor/hari dan
rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebanyak 472,8
± 21,0 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan konsumsi pakan yang terbaik dengan
menggunakan ampas sagu fermentasi 40% dibandingkan dengan ampas sagu non
fermentasi 40% (kontrol).
Hasil analisis ragam pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa penggunaan
ampas sagu fermentasi terhadap performans domba memberikan pengaruh yang
sangat nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum domba. Hal ini juga sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Simanihuruk (2008), yang menyatakan
bahwa penggunaan ampas sagu fermentasi level 40% memberikan pengaruh yang
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda nyata
dengan P1,P2 dan P3. Tetapi perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa ampas sagu fermentasi 20% + ampas sagu non fermentasi
20% dengan ampas sagu fermentasi 30% + ampas sagu non fermentasi 10% tidak
berbeda nyata.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah palatabilitas. Pada
penelitian ini EM4 diberikan dengan dicampurkan dengan ampas sagu sebagai
formula ransum domba. Meningkatnya konsumsi diduga karena pengaruh
penambahan mikroorganisme yang ada dalam EM4, kedalam lambung ternak
domba yang semakin banyak. Sehingga aktifitas kerja pencernnan juga
meningkat. EM4 yang mengandung Lactobacilli Sp yang dapat membantu
memperbaiki keadaan mikrobia dalam saluran pencernaan sebagai
mokroorganisme alami, sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan
melalui produksi asam organik dan dapat menghambat kerja bakteri patogen. Hal
ini sesuai pendapat Surung (2008).
Pertambahan Bobot Badan
Pengambilan data pertambahan bobot badan dilakukan dengan cara
penimbangan setiap 2 minggu sekali. PBB dihitung berdasarkan bobot badan
akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan g/ekor/hari. Hasil pertambahan
Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian (g/ekor/hari).
Perlakuan Ulangan Rataan ± SD
I II III IV V
Keterangan : Hasil superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,05)
Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan yang
tertinggi adalah perlakuan P3 yaitu sebesar 111,7 ± 4,71 g/ekor/hari, sedangkan
rataan pertambahan bobot badan yang terendah adalah P0 yaitu sebesar 59,6 ±
3,48 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan pertambahan bobot badan yang terbaik
dengan menggunakan ampas sagu fermentasi 40% dibandingkan dengan ampas
sagu non fermentasi 40%.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa penggunaan
ampas sagu fermentasi terhadap performans domba memberikan pengaruh yang
sangat nyata (P<0,05) terhadap pertambahan domba. Hal ini diasumsikan bahwa
setiap perlakuan memberikan respon yang sangat nyata terhadap pertumbuhan
domba, khususnya terhadap pakan perlakuan P3 yang memiliki palatabilitas dan
tingkat kecernaan yang lebih baik sehingga pakan dapat dicerna secara optimal.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda nyata
dengan P1,P2 dan P3. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda
nyata terhadap pertambahan bobot badan domba merino.
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan berdasarkan penelitian
pada kambing boerka sebanyak 40% dari total pakan dapat menghasilkan
pertambahan bobot badan harian sekitar 78.75 g/ekor/hari.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian
domba merino sangat nyata (P<0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian ampas
sagu yang difermentasikan dengan EM4 sampai dengan taraf 40% berpengaruh
sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan harian domba. Penambahan EM4
yang di dalamnya terkandung mikroba lignoselulotik akan membantu pemecahan
ikatan lignoselulotik, sehingga lignin dan selullosa akan terlepas dari ikatan
tersebut. Mikroba proteolitik menghasilkan enzim protease yang akan merombak
protein menjadi polipeptida-polipeptida, selanjutnya menjadi peptida sederhana
dan terakhir menjadi asam amino.
EM4 yang mengandung jamur pengurai selulosa dapat memecah ikatan
hidrogen, disamping itu EM4 terdapat bakteri asam laktat yang berfungsi untuk
memecah glukosa dan fruktosa untuk menghasilkan energi berupa 2 pirufat,
laktat, etanol dan CO2. Hal ini sesuai dengan pendapat Surung (2008) yang
menyatakan bahwa EM4 sebagai probiotik berguna memanipulasi mikroba
saluran pencernaan untuk tujuan meningkatkan kondisi kesehatan saluran
pencernaan, sehingga aktifitas cerna dari bahan pakan semakin baik.
Menurut Tilman et al (2002), yang menyatakan laju pertumbuhan seekor
ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum terutama energi yang
diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi
secara alami. Untuk mendapatkan PBB yang maksimal maka sangat perlu
mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat
menunjang pertumbuhan maksimal.
Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan
dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan satuan yang sama.
Rataan konversi pakan domba tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan konversi pakan domba selama penelitian
Perlakuan
Keterangan : Hasil superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan konversi pakan yang tertinggi adalah
perlakuan P3 yaitu sebesar 8.62 ± 0.23 sedangkan rataan konversi pakan badan
yang terendah adalah P0 yaitu sebesar 12.7 ± 0.08. Hal ini menunjukkan konversi yang terbaik dengan menggunakan ampas sagu fermentasi 40%
dibandingkan dengan ampas sagu non fermentasi 40%.
Menurut Anggorodi (1990), konversi pakan merupakan salah satu
indikator untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan ransum, semakin
rendah angka konversi ransum berarti semakin baik effisiensi penggunaan
pakannya. Secara umum dapat dilihat bahwa ampas sagu yang difermentasi
dengan EM4 sampai taraf 40% memiliki angka konversi pakan terendah yaitu
samgat nyata, sehingga penggunaan ampas sagu yang difermentasi dengan EM4
sampai taraf 40% mempengaruhi konversi pakan.
Menurut pendapat Rasyaf (2003), baik tidaknya mutu ransum ditentukan
oleh seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam ransum. Selain itu pakan harus
memiliki palabilitas yang baik yaitu tekstur dan aroma. Ransum yang kekurangan
salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ternak akan mengkonsumsi pakannya
secara berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan tubuhnya.
Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup
pokok, bobot badan ternak tersebut akan mengalami kesulitan untuk naik.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa penggunaan
ampas sagu fermentasi terhadap performans domba merino memberikan
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap konversi pakan domba merino
terutama pakan perlakuan P3 yang memiliki nilai konversi yang paling rendah.
Hal ini membuktikan bahwa ampas sagu yang difermentasi dengan EM4
memberikan hasil yang baik, terutama dalam pemecahan serat, menaikkan tingkat
kecernaan, protein, tekstur, aroma dan lemak pakan sehingga membantu upaya
peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda nyata
dengan P1,P2 dan P3. Tetapi perlakuan P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa semua perlakuan ampas sagu fermentasi 30% + ampas sagu
non fermentasi 10% dengan ampas sagu fermentasi 40% terhadap konversi
Konversi pakan yang diperoleh tidak berbeda nyata terhadap penelitian
yang pernah dilakukan oleh Simanihuruk et al (2008) bahwa penggunaan ampas
sagu fermentasi menghasilkan konversi pakan yang diperoleh adalah 10-12. Ini
membuktikan bahwa nilai konversi yang diperoleh dikarenakan kualitas dan
kuantitas pakan dari ampas sagu fermentasi sangat baik terhadap
penggemukan domba.
Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian ampas sagu yang
difermentasikan dnegan EM4 dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0,05)
terhadap konversi pakan Hal ini berarti ampas sagu yang difermentasi dengan
EM4 sampai taraf 40% mampu menaikkan konversi pakan secara signifikan.
Penambahan EM4 sampai level 40% diduga mampu meningkatkan derajat
fermentasi bahan organik pakan yang berkualitas tinggi sehingga kecukupan
energi yang tersedia tercukupi.
Menurut Haryanto (2000), pemanfaatan probiotik EM4 yang merupakan
campuran berbagai spesies mikroorganisme, terutama mikroorganisme yang
mampu memecah komponen serat (cellulolytic microorganism) melalui pakan
dapat meningkatkan produktivitas ternak. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya
kecepatan cerna (rate of digestion) serat pada awal proses pencernaan sehingga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan ampas sagu yang difermentasi EM4 sampai taraf 40% dalam
ransum memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan pertambahan bobot
badan ,konsumsi pakan dan menurunkan nilai konversi pakan domba
Saran
Peternak domba disarankan dalam penggunaan ampas sag fermentasi di