• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba dan Potensinya

Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini

menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan

domba antara lain:

• Cepat berkembang biak.

• Daya adaptasi terhadap lingkungan cukup tinggi, sehingga dapat lebih

banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

• Domba memiliki daya selektif yang lebih efektif dalam kondisi

penggembalaan dibandingkan jenis ternak lain. (Murtidjo, 1992).

Pertumbuhan dan Penggemukan Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun seperti tulang, urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh

lainnya. Sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air

bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

Penggemukan adalah suatu istilah untuk menggambarkan keadaan hewan pada saat-saat terakhir stadium pertumbuhannya. Penggemukan (fattening) tidak berarti menyebabkan hewan hanya menimbun lemak saja. Semua hewan yang

(2)

Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan mempunyai

respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Davendra, 1977).

Ternak domba seperti halnya makhluk hidup lainnya yakni mengalami pertumbuhan terus menerus. Pertumbuhan ini di mulai sejak domba masih dalam

kandungan sampai menjadi dewasa semua jenis hewan pada umumnya akan mengalami proses yang sama yakni pada awal pertumbuhan itu berlangsung

lambat, kemudian semakin meningkat lebih cepat (Sugeng, 1991).

Sumber : NRC (1995)

Gambar 1. Kurva Sigmoid pertumbuhan pada domba

Pertumbuhan anak domba yang tercepat dimulai dilahirkan sampai dengan

umur 2-3 bulan. Pertumbuhan selanjutnya diperlukan lebih banyak lagi makanan karena tidak lagi tergantung dengan susu induknya. Secara umum pada waktu domba berada pada batas puncak pertumbuhan maka pertumbuhan ternak domba

akan berjalan lambat. Sehingga usaha pengemukan domba yang paling efektif adalah pada saat domba berada pada rentang umur setelah disapih. Hal ini dapat

dilihat pada kurva diatas (Cahyono, 1998). Bobot badan

40 25 20

(3)

Nutrisi Ruminansia

Pakan adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan

lain selain hijauan makanan ternak (sumaspratowo, 1993).

Pakan adalah semua bahan pakan yang diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang

diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, lemak, protein dan sebagainya (Parakkasi, 1995).

Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba BB

Sedangkan konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan yang kaya karbohidrat dan protein. Konsentrat untuk ternak domba

umumnya disebut makanan penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang

dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1992).

Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya

(4)

pertumbuhan dan perkembangan populasi. Mikroorganisme di dalam rumen

membutuhkan protein, energi mineral dan sejumlah vitamin (Siregar, 1994).

Pengaruh nutrisi terhadap komposisi karkas melibatkan interaksi antara

konsumsi dan komposisi pakan. Kenaikan atau penurunan konsumsi pakan dapat berhubungan dengan kualitas pakan dan sebagai akibatnya, dapat mempengaruhi karakteristik daging yang dihasilkan (Soeparno, 1994).

Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga

minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia menjadi

ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba lebih dari 8 minggu

(Van Soest et al., 1983)

Mneurut Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian system pencernaan adalah mulut, faring, esopagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau

forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Ampas Sagu

Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

(5)

konvensional yang sering digunakan dalam penyusun ransum sebagian besar

berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang paling menguntungkan.

Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan Effective Microorganism 4 ( EM4), utamanya dalam upaya penurunan kadar serat

bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya. Penelitian Tampoebolon (2009), melaporkan bahwa fermentasi Effective Microorganism 4 (EM4) dengan ampas

sagu selama 12 hari dapat meningkatkan kadar protein yaitu sebesar 7,04%, dan kadar serat kasar menurun sebesar 12,81%.

Penurunan serat kasar pada hasil fermentasi ampas sagu disebabkan karena adanya kerja dari ensim selulase yang dihasilkan oleh Effective Microorganism 4 (EM4)yang bekerja untuk merombak serat kasar. Hal ini didukung oleh pendapat

Nurhayati (2010), yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik dari kapang Effective Microorganiscm 4 (EM4) diharapkan memprodukasi enzim selulase

dalam jumlah banyak sehingga dapat digunakan merombak dan menurunkan serat kasar.

Tabel 2. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi

Zat Nutrisi Fermentasi

Sebelum Sesudah

Protein (%) 3,84 13.03

Lemak (%) 1,48 1.90

Abu (%) 5.40 9.50

Ca (%) 0,32 0,48

P (%) 0,05 0,48

Lemak Kasar (%) 14,51 28,89

Energi (Kkal/kg) 1.352 1.543

Sumber : Haryanto dan Philipus (1992).

(6)

menjadi bahan pakan ternak yang kaya akan protein dan vitamin, maka ampas

sagu dapat diolah dengan teknologi fermentasi (Rumalatu, 1981).

Ampas sagu dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih

dahulu untuk difermentasi. Berdasarkan penelitian Amir et al.,(2012) penggunaan ampas sagu yang difermantasi yang diberikan pada kambing boerka sebanyak 40% dari total pakan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian sekitar

78,75 gr/ekor/hari. Selain itu jumlah konversi pakan yang diperoleh adalah 10-12 dan rata-rata jumlah konsumsi pakan adalah 500-600 gr/ekor/hari. Pemberian

pada level 40% masih bisa memberikan PBBH sekitar 78,75 gr (Amir et al.,2012).

Pakan Domba

Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi

ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak,

protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh,

kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut atau bernafas), memperbaiki jaringan, bergerak selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan,

penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati., 2005).

Hijauan

Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari berat

(7)

suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan atau sejenisnya

terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Piliang, 2000).

Fermentasi

Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh

mikroorganisme, yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996).

Menurut jenis medianya, fermentasi dibagi menjadi dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan medium cair, fermentasi medium padat adalah proses fermentasi yang substratnya tidak larut dan tidak mengandung air bebas,

tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut dalam fase cair

(Setyawiharja, 2002).

Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan

perubahanperubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan

pangan, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya

simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya. Hal ini tidak hanya disebabkan karena mikroba yang

bersifat katabolik atau memecahkan komponenkomponen yang kompleks

menjadi zatzat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna tetapi juga

karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri

(8)

Effective Mikroorganism 4 (EM4)

Salah satu feed additife yang dapat digunakan adalah probiotik cair Effective Microorganism 4 ( EM4). Probiotik cair EM4 yang digunakan berisikan mikroba pengurai dimana didalamnya terkandung bakteri fotosintetik

(Rhodopseudomonas spp), bakteri asam laktat (Lactobasillus spp), yeast (Saccharomyces spp) dan lain-lain yang diharapkan dapat mengoptimalkan proses

pencernaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan domba (Kukuh, 2010).

Manfaat probiotik sebagai bahan aktif ditunjukkan dengan meningkatkan ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, disamping itu probiotik juga

meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan (Samadi, 2007).

Faktor-faktor fermentasi antara lain yaitu pH, waktu, kandungan oksigen, suhu, dan mikroorganisme (Juwita, 2012). Beragamnya mikroorganisme pada

EM4 menyebabkan pH untuk menumbuhkan mikroorganisme menjadi berbeda dan waktu fermentasi bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Menurut Fajarudin et al., (2014), waktu fermentasi yang semakin lama akan

mengakibatkan penurunan kadar air bahan, penurunan kadar air bahan tersebut menyebabkan kadar serat kasar semakin terkonsentrasi sehingga kadar serat akan

semakin tinggi.

Menurut Karlina (2008), menyatakan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka akan menyebabkan kadar keasaman semakin tinggi sehingga pH

(9)

Tamime dan Robinson (2008) tumbuh optimal Lactobacillus ssp. adalah pada pH

5,2-5,8 dan menurut Juwita (2012) Saccharomyces spp. tumbuh pada pH 4,0-4,5.

Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan komposisi zat-zat

makanan dalam substrat melalui fermentasi dengan menggunakan Effective Microorganism 4 (EM4). Mikroorganisme alami yang terdapat dalam EM4 bersifat fermentasi (peragian) dan sintetik, terdiri dari lima kelompok

mikroorganisme dari golongan ragi, Lactobacillus, jamur fermentasi, bakteri fotosintetik, dan Actinomycetes (Paramita, 2002). Effective Microorganism 4

(EM4) adalah campuran dari berbagai mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inokulum dalam meningkatkan kualitas pakan. Penambahan EM4 sebanyak 10% (v/b) pada substrat mampu menurunkan kadar serat bahan (Sandi

& Saputra, 2012). Hasil penelitian Winedar (2006), penggunaan pakan yang difermentasi dengan EM4 menyebabkan peningkatan daya cerna dan kandungan

protein.

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake/VFI) adalah jumlah makanan

yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor

eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari dalam ternak itu sendiri. Faktor eksternal berasal dari pakan, sedangkan faktor lingkungan berhubungan dengan lingkungan sekitar dimana ternak hidup. Konsumsi pakan dipengaruhi

(10)

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel

meliputi jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh bobot badan, umur,

tingkat kecernaan pakan, kualitas, dan palatabilitas (Hardjoswora, 2000).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada

interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan

dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan (Preston dan Leng, 1997).

Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi dan ransum terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada

produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Untuk mendapatkan PBB yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan

seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Tilman et al., 2002)

Konversi Pakan

Feed Conversation Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah

pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg bobot

(11)

bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan kondisi unggas

(Anggorodi, 1994).

Konversi pakan adalah ransum yang habis dikonsumsi oleh ternak dalam

Gambar

Gambar 1. Kurva Sigmoid pertumbuhan pada domba
Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba
Tabel 2. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi

Referensi

Dokumen terkait

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sungei Putih Galang, Sumatera Utara bekerjasama dengan

Pemberian ampas tahu kepada domba sapihan yang pakan utamanya rumput, meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, TDN, keefisienan penggunaan pakan dan pertambahan bobot

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas fermentatif mikroba rumen, kecernaan zat makanan dan produk- tivitas ternak domba yang diberi ransum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas fermentatif mikroba rumen, kecernaan zat makanan dan produk- tivitas ternak domba yang diberi ransum ber-

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan ampas tempe dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan tidak menurunkan konsumsi pakan,

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fermentasi limbah ampas sagu terhadap konsumsi (efisiensi), Palatabilitas bahan Pakan yang diberikan ke ternak

Berdasarkan hasil rataan konsumsi bahan kering pakan, kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF dan ADF, pertambahan bobot hidup, efisiensi penggunaan pakan dan