• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kondisi saliva (volume, laju aliran, kapasitas buffer, pH) dengan pengan karies pada anak sindrom Down usia 12-18 tahun di SLB-C Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kondisi saliva (volume, laju aliran, kapasitas buffer, pH) dengan pengan karies pada anak sindrom Down usia 12-18 tahun di SLB-C Kota Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sindrom Down

Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh

pembelahan sel yang abnormal dan menghasilkan materi genetik ekstra dari

kromosom 21.1-5 Sindrom Down dinama oleh seorang dokter British yaitu, John Langdon Haydon Down, orang pertama yang mengemukakan sindrom Down adalah

sejenis kelainan genetik.1,3 Kondisi tersebut selanjutnya diidentifikasi sebagai kromosom trisomi 21 oleh Jérôme Lejeune pada tahun 1959.1,3 Trisomi kromosom 21 disebabkan oleh non disjunction, dimana materi genetik gagal untuk dipisahkan selama pembentukan gamet sehingga terjadinya tambahan kromosom.1-3 Sindrom Down ini telah mempengaruhi sekitar 1 dari 600-700 kelahiran hidup secara global.2 Setiap tahun kira-kira ada 3000 sampai 5000 orang anak yang lahir dengan kelainan

ini.2

Gambar 1. Kromosom pada sindrom Down1

Beberapa teori telah menyatakan bahwa abnormalitas hormon, sinar-X,

infeksi virus, masalah imunologi, kecenderungan genetik, dan ketidakseimbangan

(2)

usia ibu hamil yang lebih dari 35 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam

melahirkan anak sindrom Down.10

2.2 Kondisi Fisik dan Sistemik pada Anak Sindrom Down

Anak sindrom Down mempunyai beberapa penampilan fisik yang khusus

seperti profil yang datar, fisura palpebral yang miring, lipatan epikantus, hidungnya

datar, nuchal flat pad,dan kepala pendek, mulut mereka kecil, mata miring ke atas, ruang besar antara jari kaki yang pertama dan kedua (sandal gap).1-13 Mereka juga mempunyai tangan yang luas dengan jari-jari yang pendek. Anak sindrom Down akan

mempunyai rata-rata berat badan dan tinggi badan yang lebih rendah pada waktu

lahir.10,12

Gambar 2. Karateristik fasial anak sindrom Down9

Manifestasi sistemik yang terdapat dalam sindrom Down adalah seperti,

(3)

Gambar 3. Keadaan tubuh anak sindrom Down10

Anak sindrom Down biasanya mempunyai perkembangan mental yang

tertunda dan memiliki derajat disabilitas belajar bervariasi berdasarkan

masing-masing individual.12 Anak sindrom Down dapat dibagikan berdasarkan tingkat retardasi mental. Retardasi mental dikatakan adalah terkait dengan keterbatasan

dalam belajar dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi, dan memiliki efek yang

sangat berpengaruh pada kemampuan seorang anak untuk belajar bicara.14

Penggolongan tingkat retardasi mental berdasarkan pada hasil pengukuran

inteligensi. Tes inteligensi digunakan untuk mengukur kemungkinan keberhasilan

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan formal di sekolah. Sindrom Down dapat

didiagnosa dan dibagi atas 5 level intelektual dibawah rata-rata sebagai berikut:14 1. Mild Mental Retardation

Anak golongan ini akan memiliki tingkat IQ antara 50-70. Mereka masih bisa

berkembang, menjadi mandiri seperti makan atau berpakaian sendiri dengan bantuan

minimal dari orang lain. Mereka mampu berbicara yang dimengerti dengan baik oleh

orang lain, menulis kata-kata sederhana, dan mampu bergaul dengan baik. Terkadang

mereka mampu beradaptasi dengan sekolah biasa walaupun lambat laun akan sedikit

mengalami ketinggalan dibandingkan teman sekelasnya. Anak dengan level IQ ini

mampu lulus SMA hingga bekerja pada sektor perkerjaan tidak terlatih maupun

(4)

2. Moderate Mental Retardation

Sindrom Down golongan ini mempunyai tingkat IQ antara 40- 55. Mereka

memiliki keterlambatan perkembangan kemampuan berbahasa, seperti hanya mampu

menggunakan 4-10 kata saja pada usia 3 tahun. Anak golongan ini tidak mampu

beradaptasi dengan sekolah biasa, sehingga perlu dimasukkan ke sekolah khusus

untuk kelancaran proses pembelajaran akademiknya. Ketika dewasa, mereka tidak

bisa diperbolehkan melakukan aktivitas harian seperti berbelanja atau memasak tanpa

didampingi.14

3. Severe Mental Retardation

Golongan ini biasanya memiliki tingkat IQ dari 20-40. Mereka memiliki kosa

kata yang sangat terbatas dan hanya mampu berbicara sebatas 2-3 kalimat. Demikian

juga dengan kemampuan motorik yang cukup lemah, sehingga tidak bisa bermain

dengan mainan mereka ketika kecil. Saat beranjak dewasa, mereka hanya mampu

berpakaian sendiri dengan jenis pakaian yang sederhana dan hanya sebagian dari

mereka yang bisa bekerja pada bidang pekerjaan yang tidak terlatih.14 4. Profound Mental Retardation

Golongan ini biasanya memiliki tingkat IQ yang kurang dari 20. Mereka harus

didampingi penuh dalam setiap aktivitasnya. Anak golongan ini mampu makan

sendiri dengan sendok tetapi tidak dengan garpu atau pisau. Ketika dewasa, mereka

hanya mampu menguasai 300-400 kosa kata. Kemampuan berinteraksi yang kurang

pada anak sindrom Down menyebabkan mereka cenderung tidak bersosialisasi

dengan baik tetapi mereka masih mampu mengerti perkataan berupa kalimat-kalimat

perintah yang sederhana.14

5. Mental Retardation, Severity Unspecified

Golongan ini diyakini kuat memiliki kriteria adanya retardasi mental, tetapi

intelegensianya tidak dapat ditentukan berdasarkan tes standar. Pembagian ini

dilakukan berdasarkan hasil tes IQ yang diberikan kepada anak. Klasifikasi ini

berguna untuk menentukan sekolah atau kelas mana yang sesuai ditempati oleh anak

agar mampu menyerap materi pembelajaran dengan baik sesuai kemampuannya tanpa

(5)

2.3 Keadaan Rongga Mulut pada Anak Sindrom Down

Anak sindrom Down mempunyai maksila dan mandibula yang lebih sempit

dibandingkan dengan anak yang normal, dan hal ini menyebabkan lidah pada anak

sindrom Down akan tampak lebih besar (makroglosia).3 Retardasi mental pada anak sindrom Down menyulitkan mereka untuk menjaga oral hygiene.3 Anak sindrom Down mempunyai fissured tongue dan cleft palate.3,6 Masalah yang sering terjadi pada anak sindrom Down adalah maloklusi, anomali pada gigi sebagai contohnya

tidak ada benih gigi, erupsi gigi tertunda, dan penyakit periodontal.3,6,7

Beberapa penelitian menyatakan anak sindrom Down telah menunjukkan

prevalensi karies yang rendah dan hal ini disebabkan oleh kondisi saliva mereka.4,5,7 Karakteristik yang lain pada anak sindrom Down adalah drooling, yaitu kondisi sekresi saliva yang kelebihan. Produksi saliva yang lebih ini dapat menyebabkan

ketidaknyaman.3

2.4 Karies Gigi

Karies gigi didefinisikan sebagai penyakit mikrobiologis struktur keras gigi,

penyakit multifaktorial dimana ada interaksi dari empat faktor utama yaitu, host,

mikroorganisme, waktu dan substrat.15 Faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam periode waktu tertentu dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam demineralisasi

serta remineralisasi antara permukaan gigi dan lapisan plak.15,16

Terjadinya karies gigi disebabkan oleh Streptococcus mutans dan

Streptococcus sobrinus species dan lactobacilli yang hidup dalam plak biofilm yang menempel pada permukaan gigi. Bakteri ini akan menghasilkan asam dalam proses

metabolisme menfermentasi karbohidrat (gula dan starch).15,16 Asam yang diproduksi akan menyebabkan perubahan pH plak biofilm.16 Pada saat istirahat, pH biofilm biasanya adalah netral. Pada saat fermentasi karbohidrat terjadi, pH biofilm plak akan

menurun dengan cepat dan akan menciptakan lingkungan yang asam. Asam ini

kemudian akan berdifusi ke gigi untuk melarutkan kalsium dan fosfat mineral

(6)

Pada saat konsumsi karbohidrat berhenti, pH secara bertahap akan kembali ke

netral dalam 30-60 menit. Saliva memainkan peranan yang penting dalam proses

netralisasi asam dan mengandung mineral dan protein yang dapat melindungi gigi.

Mineral dalam saliva dan mineral yang terlarut dari gigi akan deposit kembali

sisa-sisa kristal yang ada pada gigi. Proses deposisi mineral ke daerah yang mengalami

demineralisasi disebut remineralisasi, yang memperbaiki lesi karies awal.16

Mineral saliva memungkinkan host untuk memperbaiki daerah yang mengalami demineralisasi. Sekiranya laju aliran saliva seseorang itu rendah,

frekuensi mengonsumsi karbohidrat tinggi, tingkat asam yang diproduksi oleh bakteri

tinggi sehingga mineral gigi yang hilang akan sulit mengalami remineralisasi

disebabkan oleh serangan asam yang terlalu besar.16

2.4.1 Etiologi Karies gigi

Etiologi terjadinya proses karies gigi dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu

host, bakteri, substrat, dan waktu.15

(7)

2.4.2 Faktor Host

Faktor utama host berupa morfologi dan anatomi gigi serta saliva. Faktor risiko host yang akan menyebabkan karies adalah berkurangnya saliva di rongga mulut dan morfologi gigi (ukuran, bentuk permukaan, kedalaman fossa, dan fisura).

Fitur morfologi gigi yang mungkin mempengaruhi adalah kehadiran pit fisura yang

dalam dan sempit. Akumulasi sisa-sisa makanan, bakteri dan debris pada fisura

tersebut adalah sulit dibersihkan dan akan mengarah ke perkembangan karies.15,16 Saliva memiliki peranan yang penting dalam perkembangan karies atau

pencegahannya. Perubahan dalam kuantitas dan kualitas saliva memiliki efek pada

lingkungan rongga mulut. Saliva mempunyai efek netralisasi dan buffering yang dapat mengurangi potensi kariogenik makanan. Laju aliran saliva dapat

mempengaruhi kerentanan atau ketahanan karies.17-19

2.4.3 Faktor Mikroorganisme

Rongga mulut merupakan tempat pertumbuhan berbagai bakteri termasuk

bakteri yang merupakan flora normal tetapi apabila terdapat sisa makanan yang

melekat terus menerus pada gigi akan terjadi penumpukan plak. Plak adalah suatu

lapisan lunak terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas

matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan.16

Bakteri kariogenik utama penyebab karies adalah Streptococcus mutans dan

Streptococcus sobrinus yang merupakan bakteri patogen, dapat berkolonisasi di permukaan gigi dan menghasilkan asam dengan menfermentasi karbohidrat (substrat)

lalu mengakibatkan penurunan pH rongga mulut, yang akan menyebabkan

demineralisasi enamel.15,16 Lactobacillus acidophilus dan mikroorganisme lain yang bersifat kariogenik di plak atau di lesi karies mungkin mempunyai kemampuan untuk

menghasilkan karies sendiri, atau mungkin dapat bertindak secara sinergis dengan

(8)

2.4.4 Faktor Substrat

Diet berfungsi sebagai substrat difermentasi oleh mikroflora plak, yang dapat

membentuk asam organik, sehingga meningkatkan demineralisasi struktur gigi dan

mempengaruhi perkembangan karies. Faktor substrat dapat mempengaruhi

pembentukan plak karena membantu perkembangan dan kolonisasi mikroorganisme

yang ada pada permukaan enamel.16

Sisa makanan termasuk golongan karbohidrat (sukrosa, fruktosa, dan glukosa)

apabila melekat terus pada gigi, akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. Pada

saat rongga mulut adalah dalam kondisi asam (pH 5,5) maka mineral kalsium dan

fosfat pada enamel gigi akan terlepas dari gigi lalu gigi menjadi rapuh dan akhirnya

terbentuk karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang banyak mengonsumsi

karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya

pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit

atau tidak mempunyai karies gigi dan ini membuktikan bahwa Streptococcus mutans

akan memetabolisme semua jenis karbohidrat yang akhirnya meningkatkan risiko

karies.16

Berdasarkan teori asidogenik atau kemoparasitik, karies gigi dapat terjadi

apabila makanan mengandung karbohidrat. Bakteri dalam plak akan memetabolisme

gula dalam makanan dan menghasilkan asam yang dapat melarutkan struktur enamel

gigi. Sukrosa adalah paling kariogenik dari semua gula.15

2.4.5 Faktor Waktu

Faktor waktu juga menentukan terjadinya karies dimana ketiga faktor diatas

apabila dalam waktu yang lama dan saling berinteraksi, maka akan terjadi karies.

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis yang berkembang dalam

waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk

(9)

2.4.6 Indeks Karies

Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan

suatu golongan/ kelompok terhadap karies gigi. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan

untuk mengukur derajat keparahan karies gigi mulai dari yang ringan sampai berat.

Beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti Klein dan indeks WHO, namun

kebelakangan ini diperkenalkan indeks Significant Caries (SiC) untuk melengkapi indeks WHO sebelumnya. Pada penelitian ini akan digunakan indeks DMFT WHO.

Indeks WHO bertujuan untuk menggambarkan pengalaman karies seseorang

atau suatu populasi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi

tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks ini dibedakan atas

indeks DMFT yang digunakan untuk gigi permanen pada orang dewasa dan deft

untuk gigi sulung pada anak-anak. Pemeriksaan harus dilakukan dengan kaca mulut

datar.

2.5 Karies Gigi pada Anak Sindrom Down

Sebuah studi case-control yang melibatkan anak sindrom Down telah menyatakan prevalensi karies pada anak sindrom Down lebih rendah dibandingkan

oleh anak normal dan hal ini dikatakan disebabkan erupsi gigi tertunda, mikrodonsia

dan diastema. Kondisi gigi ini secara teoritis mengurangi risiko karies dengan

mengurangi kemungkinan makanan terperangkap antara gigi. Prevalensi karies gigi

juga dipengaruhi oleh kondisi saliva.4,5,7

2.6 Saliva

Saliva adalah cairan berair jernih diproduksi oleh beberapa kelenjar di daerah

mulut. Saliva merupakan sekresi eksokrin yang terdiri dari 99% air, yang

mengandung berbagai elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium,

bikarbonat, fosfat) dan protein diwakili dengan enzim, antimikrobial imunoglobulin

dan antimikroba, glikoprotein mukosal, albumin dan beberapa polipeptida

(10)

submandibular.20 Sembilan puluh persen saliva adalah diproduksi oleh 3 pasang kelenjar mayor yaitu: parotid, submandibular, dan sublingual. Kelanjar parotis

memproduksi 60-65% saliva yang bersifat serous yang mengandung amilase, kelenjar

submandibula mensekresikan 20-30% saliva yang bersifat musin, dan kelenjar

sublingual yang berukuran terkecil memproduksi saliva yang bersifat viscous dan

kental.20

Gambar 5. Kelenjar-kelenjar saliva19

2.6.1 Fungsi Saliva

Fungsi saliva dapat dikategorikan kepada 5 untuk menjaga kesehatan rongga

mulut dan keseimbangan ekologis, yaitu: pencernaan, lubrikasi dan cleansing, menjaga intergritas enamel, antibakterial, dan rasa.19-21 Saliva telah memainkan peranan yang penting dalam sistem pencernaan. Musin dari saliva dapat menfasilitasi

pengunyahan dan penelanan makanan dengan melumas makanan, dan menghasilkan

satu lapisan serous pada mukosa rongga mulut agar tidak mengalami dehirasi. Enzim

amilase saliva membantu dalam pencernaan karbohidrat (starch).20,21

Saliva mengandung zat antibakteri seperti lysozyme, imunoglobulin A (IgA), yang dapat menyerang mikroorganisme seperti bakteri yang hadir pada makanan,

dengan menghidrolisis dan memecahkan dinding selular bakteri.20,21 Saliva juga memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan integritas enamel gigi

(11)

demineralisasi. Faktor utama untuk mengendalikan stabilitas enamel hydroxyapatite

adalah konsentrasi kalsium, fosfat, fluoride dan pH dalam saliva.20,21,22

2.6.2 Komposisi Saliva

Komposisi saliva mengandung 99% air. Saliva mengandung konstituen

organik dan anorganik. Konstituen organik adalah enzim ptyalin atau amilase saliva yang disekresi oleh kelenjar parotid.20 Konstituen organik yang lain adalah lipase lingual, yaitu enzim yang bekerja pada trigliserida. Musin merupakan glikoprotein

yang disekresi utama dari kelenjar sublingual dan sebagian kecil dari kelenjar

submandibular. Musin berfungsi dalam mempertahankan viskositas saliva dan

membantu dalam pelumasan makanan. Ion- ion yang termasuk dalam konstituen

anorganik pada saliva adalah: Na+, K+, Ca++, HCO3- dan Cl-. Saliva juga mengandung

lisozim dan imunoglobulin A (IgA).20-22

2.6.3 Kapasitas Buffer dan pH Saliva

Kapasitas buffer saliva adalah sangat penting dalam mempertahankan pH

saliva dan memainkan peranan yang penting dalam remineralisasi. Kapasitas buffer

saliva pada dasarnya adalah tergantung pada konsentrasi bikarbonat, dan berkorelasi

dengan laju aliran saliva. Kapasitas buffer dapat mencegah kolonisasi oleh

mikroorganisme patogen. Buffer saliva juga dapat menetralkan asam yang dihasilkan

oleh mikroorganisme yang bersifat asam, sehingga dapat mencegah enamel

demineralisasi.19,20

Kapasitas buffer saliva sebagian besar adalah disediakan oleh bikarbonat,

dihidrogen dan hidrogen fosfat, dan protein. Konsentrasi ion bikarbonat dalam saliva

pada keadaan istirahat mendekati 1 mmol/l dan meningkat sampai lebih dari 50

mmol/l saat distimulasi. Peningkatan konsentrasi ion bikarbonat menyebabkan

peningkatan pH.20 Peningkatan laju aliran saliva dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi urea dan elektrolit seperti Na+, Cl-, Ca2+, PO43-, OH- dan HCO-3. Ion

(12)

buffer dalam saliva. Kapasitas buffer dapat diperiksa dengan menggunakan tes buffer

strip.21,22

pH saliva bergantung pada laju aliran saliva, jika laju aliran saliva itu tinggi,

salivanya akan bersifat basa dan mencapai pH dari 7,5- 8,0.20 pH saliva adalah hampir netral yaitu dengan pH = 7, dan saliva mengandung HCO3, yang dapat

menetralkan zat asam yang ada dalam rongga mulut.20-22 Sedikit peningkatan pH dan kapasitas buffer akan menfasilitasi remineralisasi serta beberapa pengaruh lain

terhadap flora rongga mulut. Secara spesifik, keadaan ini akan mengontrol

peningkatan jumlah mikroorganisme, khususnya Streptococcus mutans yang kariogenik serta Candida albicans.21

2.6.4 Volume dan Laju Aliran Saliva

Produksi saliva yang tinggi dapat meningkatkan laju aliran saliva, kapasitas

buffersaliva dan pH, dan konsentrasi mineral pada jaringan keras.20 Rata-rata volume produksi saliva yang normal pada seseorang itu sekitar 1-1,5 liter sehari, pada waktu

tidur volume saliva yang paling banyak adalah 0,1ml/menit dan saat tidak ada

stimulasi volumenya sekitar 0,3 ml/menit. Pada waktu stimulasi, volume akan

meningkat menjadi 4 ml/menit.20,23 Sialometri digunakan untuk mengukur disfungsi saliva, dan sialometri melibatkan pengukuran unstimulated dan stimulated produksi saliva dengan koleksi saliva dalam collection cup dalam jangka waktu 5 menit. Normal volume yang dikoleksi dalam 5 menit untuk unstimulated adalah 1,5- 2,5 ml dan stimulated adalah 5-10 mL. Pada penelitian ini akan digunakan unstimulated.20,23

Laju aliran normal saliva memberikan efek protektif yang kuat terhadap karies

gigi. Laju aliran normal untuk unstimulated adalah dalam 0,3 -0,5 mL/ menit dan 1-2 mL/menit untuk stimulated.20,23 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva yang distimulasi adalah stimulus alami, muntah, merokok, ukuran kelenjar, refleks

(13)

2.6.5 Kondisi Saliva pada Anak Sindrom Down

Sekresi saliva pada anak sindrom Down tidak jauh berbeda dibanding dengan

anak normal tapi anak sindrom Down sering mempunyai masalah drooling karena mereka mempunyai mulut yang kecil dan mereka cenderung menjulurkan lidah.3 Laju aliran saliva erat hubungannya dengan viskositas saliva. Viskositas saliva yang lebih

tinggi akan menurunkan laju aliran saliva, sehingga didapatkan penumpukan sisa-sisa

makanan yang akhirnya dapat menyebabkan karies.20

Konsentrasi kalsium, fosforus dan magnesium pada anak sindrom Down tidak

menunjukkan perbedaan jika dibandingkan dengan anak yang normal.7 Konsentrasi bikarbonat ion dari saliva dapat membuat pH saliva yang lebih basa.4,7 Pada konsentrasi protein dan sodium, anak sindrom Down mempunyai konsentrasi yang

lebih tinggi.4 Protein dalam saliva berkontribusi terhadap lubrikasi mukosa, remineralisasi gigi dan buffering. Kapasitas buffer dan pH pada anak sindrom Down juga dikatakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang normal.21 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Raurale dkk, dikatakan anak sindrom

Down memiliki kapasitas buffer yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal

dan ini akan menyebabkan prevalensi karies gigi mereka rendah karena sistem buffer

ini adalah untuk memfasilitasi proses netralisasi asam yang diproduksi oleh bakteri

dalam rongga mulut ini dikatakan salah satu penyebab dapat menurunkan prevalensi

karies gigi.7

Anak sindrom Down menunjukkan prevalensi karies yang rendah dan hal ini

(14)

2.7 Kerangka Teori

Anak Sindrom Down

Keadaan Fisik Keadaan Rongga

Mulut

Keadaan Gigi

Kondisi Saliva

Status Karies

 pH Saliva

 Kapasitas Buffer Saliva

 Volume Saliva

(15)

2.8 Kerangka Konsep

Keadaan Rongga Mulut Anak Sindrom

Down

Saliva

 Volume Saliva

 Laju Aliran Saliva

 Kapasitas Buffer Saliva

 pH Saliva

Gambar

Gambar 1. Kromosom pada sindrom Down1
Gambar 2. Karateristik fasial anak sindrom Down9
Gambar 3. Keadaan tubuh anak sindrom Down10
Gambar 4. Empat lingkaran faktor karies gigi15
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan nilai korelasi signifikansi yang mutlak dengan hubungan yang kuat antara pH dan kapasitas buffer saliva dengan penumpukan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keefektifan obat kumur Chlorhexidine 0,2% dalam meningkatkan pH saliva dan kapasitas buffer saliva.. Metode : Metode

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa siswa tunanetra memiliki hidrasi saliva rendah, viskositas sedang, pH saliva normal, kuantitas saliva sangat rendah dan buffer

Untuk mengetahui gambaran status karies gigi berdasarkan jenis kelamin pada anak sindrom Down usia 12-18 tahun di SLB-C kota Medan. Untuk mengetahui gambaran status gizi pada

Secara keseluruhan, siswa tunanetra yang memiliki hidrasi saliva rendah (>60 detik), viskositas sedang (frothy bubbly), pH saliva normal (pH >6,8), kuantitas saliva

Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan saliva yang distimulasi menggunakan permen karet wax dengan metode spitting untuk pemeriksaan pH dan kapasitas buffer saliva,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap