• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Orang Tua

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Mubarak, 2009). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

(2)

perkembangan secara cepat. Selain perubahan fisik yang tumbuh menjadi besar dan tinggi, kemampuan – kemampuan lain yang dimiliki remaja mulai berkembang, seperti berfikir, menganalisis, membandingkan, mengkritik dan sebagainya. Secara psikis, sikap dan perilakupun berubah. Remaja yang tadinya pendiam atau tiba –tiba banyak bicara atau sebaliknya. Tingkah lakunya sulit dimengerti bahkan seringkali membantah atau menganggah atau pendapat yang diberikan saat itu mereka menjalani tahap pendewasaan.

Pada masa ini, orangtua mempunyai peran yang besar membantu remaja dalam meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan masalah serta mulai mencoba membuat keputusan dan tidak menuruti teman – temannya. Orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak – anaknya. Oleh karena itu, dalam mengantarkan anak remajanya ke alam dewasa ada beberapa peran orangtua yang harus dijalankan orangtua antara lain:

1. Sebagai Pendidik

(3)

2. Sebagai Panutan

Remaja memerlukan model panutan di lingkungannya. Orangtua merupakan model/ panutan dan menjadi tokoh teladan bagi remajanya. Pola tingkah lakunya, cara berekpresi, cara berbicara orangtua yang pertama dilihat mereka, yang kemudian akan dijadikan panutan dalam kehidupannya. Orangtua harus terus selalu memberikan contoh dan keteladanan bagi anak remajanya, baik perkataan, sikap maupun perbuatan.

3. Sebagai Pendamping

Orangtua wajib mendampingi remaja agar mereka tidak terjerumus dalam pergaulan yang membawanya kedalam kenakalan remaja dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Namun demikian, pendamping hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap curiga dari orangtua justru akan menciptakan jarak antara anak dan orangtua serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog terbuka dengan remaja.

4. Sebagai Konselor

Peran orangtua sangat penting dalam mendampingi remaja, ketika menghadapi masa- masa sulit dalam mengambil keputusan. Sebagai konselor, orangtua dituntut untuk tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru harus merangkul remaja bila sedang mengalami masalah dan membantu menyelesaikan masalah tersebut.

(4)

Hubungan yang baik antara orangtua dengan anak remajanya akan sangat membantu dalam pembinaan mereka. Apabila hubungan antara orangtua dengan anaknya terjalin dengan baik, maka satu sama lain akan terbuka dan saling mempercayai. Secara kesulitan yang dihadapi remaja akan dapat teratasi, sehingga mereka tidak akan mencari teman / orang lain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Remaja akan merasa aman dan terlindungi, bila orangtua dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang dapat diajak bicara tentang kesulitan atau masalah mereka. Salah satu cara yang ideal untuk membina hubungan dengan anak remajanya adalah menjadi sahabat atau teman.

6. Sebagai Teman/ Sahabat

Dengan peran orangtua sebagai teman/ sahabat remaja akan lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang dihadapinya. Sebagai orangtua hendaknya mampu berperan seperti pohon yang kuat dan rindang, akarnya menghujam keatas kedalam tanah sehingga bisa memberikan makanan pada dahan dan daun dan sang pohon dapat menghasilkan buah yang segar, tidak busuk dan berulat (BKKBN, 2012).

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

(5)

(2008), mengatakan bahwa masa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial.

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa puberitas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2009).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah periode perkembangan dari kanak- kanak ke dewasa awal yang mencakup perubahan fisik, sosial, kognitif, emosional dan mental yang berlangsung antara usia 12 atau 13 tahun hingga 18 atau 21 tahun.

2.2.2 Tahapan Perkembangan Remaja

Batas usia yang ditetapkan para ahli untuk masa remaja berbeda- beda. Menurut Hurlock (2007), usia remaja dibagi dua bagian, yaitu awal masa remaja yang berlangsung dari usia 13 sampai 17 tahun, dan masa akhir remaja yang bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun. Monks (2006), mengatakan bahwa batasan usia remaja antara 12 tahun hingga 21 tahun, yang terbagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal (usia 12 sampai 15 tahun), remaja tengah (usia 15 sampai 18 tahun), dan remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun).

Menurut Widyastuti (2009) masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yaitu:

(6)

2. Masa remaja menengah (usia 13-15 tahun) 3. Masa remaja akhir (usia 15-19 tahun)

Menurut Agustiani (2006) bahwa masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Masa remaja awal (12- 15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua.

Masa remaja awal (12 – 15 tahun) dengan ciri khas antara lain: a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak 2. Masa remaja pertengahan (16- 18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kematangan berpikir yang baru. Teman sebaya memiliki perang yang penting. Dimasa ini remaja juga mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

Masa remaja tengah (16 – 18 tahun) dengan ciri khas antara lain: a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan c. Mempunyai rasa cita yang mendalam

(7)

e. Berkhayal tentang aktivitas seks. 3. Masa remaja akhir (19 – 21 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran –peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa.

Masa remaja akhir (19 – 21 tahun) dengan ciri khas antara lain: a. Pengungkapan identitas diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta e. Mampu berfikir abstrak

2.2.3 Ciri khas Remaja

1. Hubungan dengan teman sebaya

Menurut Santrock (2008 dalam Mutiarach, 2012), teman sebaya adalah anak – anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Anak – anak remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Ada beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman sebaya menurut Santrock (2008 dalam Mutiarach 2012), yaitu:

a. Menciptakan interaksi sosial yang baik dari menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.

b. Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian

(8)

d. Menghargai diri sendiri dan orang lain

e. Menyediakan dukungan sosial seperti memberi pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian

2. Hubungan dengan orangtua penuh konflik

Hubungan dengan orangtua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis puberitas, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orangtua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orangtua dan remaja (Potter dan Perry, 2005)

3. Keingintahuan tentang seks yang tinggi

Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang (Potter dan Perry, 2005). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami orientasi seksual primer mereka lebih banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik – topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosional terhadap hubungan intim seksual, PMS, Kontrasepsi, dan kehamilan.

(9)

dan karenanya tindakan kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter dan Perry, 2005).

4. Mudah Stress

Stress adalah segala situasi dimana tuntunan non- spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Stress dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seorang dapat mengadaptasi Stress jangka panjang maupun jangka pendek sampai Stress tersebut berlalu, namun jika adaptasi itu gagal dilakukan, Stress dapat memicu berbagai penyakit.

Remaja juga sangat rentan dengan Stress, sebab dimasa ini seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak, namun apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai bahan pikiran mereka sehingga remaja mudah mengalami Stress. Untuk mengobati Stress mereka dengan berkumpul atau bersenang – senang dengan teman sebaya (Potter dan Perry, 2005).

2.2.4 Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri- ciri seks primer dan ciri- ciri sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut:

1. Ciri – ciri seks primer

(10)

a. Remaja laki – laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki laki usia 10 – 15 tahun.

b. Remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

2. Ciri – ciri seks sekunder a. Remaja laki – laki

1. Bahu melebar, pinggul menyempit

2. Pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki

3. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal 4. Produksi keringat menjadi lebih banyak b. Remaja perempuan

1. Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

2. Kulit menjadi lebih kasar, labih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif lagi.

(11)

d. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu (Sarwono, 2011). 2.3 Perilaku Seks Remaja

2.3.1 Pengertian Perilaku seks Remaja

Perilaku seksual menurut Sumiarti (2009) adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

Sarwono (2011) mengungkapkan perilaku seksual adalah segala tingkahlaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk – bentuk tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik jenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi.

(12)

Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil di luar nikah. Masalah ekonomi dalam hal ini juga akan membuat permasalahan menjadi semakin rumit dan kompleks (christina, 2009).

2.3.2 Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Menurut Soetjiningsih (2009) fase perkembangan perilaku seksual remaja ada 3 yaitu:

1. Remaja awal merupakan tahap awal/ permulaan

Remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja sudah mulai melakukan onani karena telah sering kalli terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar tertosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Tidak jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktivitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan telepon, surat menyurat atau menggunakan sarana komputer.

2. Remaja menengah

(13)

3. Remaja akhir

Pada masa ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mula mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

2.3.3 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Kematangan pada remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Perkembangan minat seksual ini menyebabkan masa remaja disebut juga dengan “masa keaktifan seksual” yang tinggi, yang merupakan masa ketika masalah seksual dan lawan jenis menjadi bahan pembicaraan yang menarik dan penuh dengan rasa ingin tahu tentang masalah seksual.

Menurut Hurlock (2007), semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan masa remaja adalah:

1. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

2. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 3. Mencapai peran sosial pria dan wanita

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

(14)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kematangan pada remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Pada masa-masa seperti inilah remaja mulai menunjukkan perilaku-perilaku seksual dalam upaya memenuhi dorongan seksualnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis dan memperoleh teman baru kemudian dimunculkan dalam bentuk pacaran. Aktivitas seksual dianggap hal lazim dilakukan remaja yang berpacaran sebagai ekspresi rasa cinta dan kasih sayang.

2.3.4 Permasalahan dalam masa remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik dan sosial. Ada dua aspek pokok dalam perubahan remaja yaitu (Hurlock, 2007):

1. Perubahan fisik atau biologis

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja perempuan dengan laki-laki kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.

2. Perubahan psikologis

(15)

itu sering menyebabkan banyak perilaku remaja yang aneh atau canggung dan kalau tidak dikontrol bisa mengakibatkan kenakalan remaja.

2.3.5 Faktor penyebab seks bebas bagi remaja

Menurut Widyastuti (2009) bahwa faktor – faktor yang mempunyai perilaku seksual remaja antara lain:

1. Pengalaman Seksual

Makin banyak pengalaman mendengar, melihat, dan mengalami hubungan seksual, maka makin kuat stimulusi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya, media massa (film, internet, gambar atau majalah porno), obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat orang – orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.

2. Faktor kepribadian

Seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat keputusan dan nilai- nilai yang dimiliki.

3. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan

(16)

adanya sikap mereka menabukan pembicaraan seks pada anak-anaknya, sikap yang cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seks.

4. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Remaja ini memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual sehat dan bertanggung jawab.

Menurut Mutiarach (2012), faktor penyebab seks bebas antara lain: 1. Akibat atau pengaruh mengkonsumsi berbagai tontonan.

Tontonan berkolerasi secara positif dan signifikan dalam bentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang dilayar lebar serta tampilan-tampilan porno yang banyak dijajak di media sosial. Faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun pergaulannya.

2. Tekanan yang datang dari teman pergaulan

Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut dari teman-temannya dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.

3. Tekanan dari pacar

(17)

juga merupakan sikap memberontak terhadap orangtuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.

4. Rasa penasaran

Pada masa remaja ini keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa nikmat, ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas maksudnya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih melakukan macam percobaan.

5. Penampilan diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.

6. Peran orangtua

(18)

2.3.6 Dampak perilaku seksual remaja

1. Kehamilan tidak diinginkan

Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus terus melanjutkan kehamilannya. Konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu.

2. Penyakit menular seksual (PMS)/HIV- AIDS

Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentang untuk tertular PMS/HIV, seperti Sifilis, Gonore, Herpes, Klamidia dan AIDS. Dari data yang ada menunjukan bahwa usia

penderita HIV/AIDS paling banyak menyerang korban berusia antara 17 hingga 29 tahun (Notoatmodjo,2007).

3. Aborsi (Abortus)

(19)

4. Pernikahan Usia Muda (Pernikahan Dini)

Menurut Kumalasari (2012) pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan remaja. Banyaknya resiko kehamilan yang terjadi jika usia pernikahan dibawah umur 19 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan bila pria kurang 21 tahun dan perempuan kurang 19 tahun.

Adapun alasan pernikahan usia muda antara lain:

1. Faktor sosial budaya dimana mereka masih menganggap anak perempuan yang terlambat menikah merupakan aib bagi keluarga

2. Desakan ekonomi, dimana terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan sehingga anak perempuan dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

3. Tingkat pendidikan yang rendah mendorong cepatnya pernikahan usia muda. 4. Media massa yang gencar mengekspos seks menyebabkan remaja modern kian

permisif terhadap seks.

5. Agama yang memiliki sudut pandang tidak ada larangan bahkan dianggap lebih baik dari pada melakukan perzinaan.

6. Pandangan dan kepercayaan dimana kedewasaan dinilai dari status pernikahan, status janda dianggap lebih baik dari pada perawan tua (setiyaningrum dan Azis, 2014).

2.3.7 Bentuk – bentuk perilaku seksual pranikah

(20)

(Sarwono, 2011). Sedangkan DeLamenter dan Mac Corquodale (dalam Santrock, 2008), mengemukakan ada beberapa bentuk perilaku seksual yang biasa muncul, yaitu:

1. Lip kissing yaitu bentuk tingkah laku seksual yang terjadi dalam bentuk ciuman bibir antara dua orang.

2. Necking yaitu berciuman sampai ke daerah dada. Berciuman di sekitar leher ke bawah.

3. Deep kissing yaitu berciuman bibir dengan menggunakan lidah. 4. Meraba payudara

5. Petting yaitu bentuk berhubungan seksual dengan melibatkan kontak badan antara dua orang dengan masih menggunakan celana dalam (alat kelamin tidak bersentuhan secara langsung).

6. Oral sex yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan menggunakan organ oral (mulut dan lidah) dengan alat kelamin pasangannya.

7. Sexual intercourse yaitu hubungan kelamin yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan, dimana penis pria dimasukkan ke dalam vagina wanita hingga terjadi orgasme/ ejakulasi.

Menurut Soetjingsih (2010) beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu:

1. Masturbasi atau onani

(21)

2. Percumbuan, seks oral dan seks anal

Tipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari terjadinya kehamilan. Tipe hubungan seksual model ini merupakan alternatif aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini.

3. Hubungan seksual

Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali melakukan hubungan seksual. Pertama muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim, dan puas. Pada sisi lain muncul perasaan cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa dan perasaan bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang paling terbuka untuk menceritakan pengalaman hubungan seksualnya dibandingkan dengan remaja perempuan.

Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan remaja termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosional, sosial dan seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Pemahaman yang besar tentang seksualitas manusia sangat diperlukan khususnya untuk pria remaja demi perilaku seksualnya dimasa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak.

(22)

2.3.8 Bahaya Kehamilan pada Remaja

1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.

2. Remaja wanita yang terlanjur hamil mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.

3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).

4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya. 5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non

medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian tragis.

6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.

7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa (James, 2011).

2.3.9 Faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah

Faktor yang memengaruhi remaja melakukan hubungan seksual pranikah menurut Dianawati (2006) adalah:

1. Adanya dorongan biologis

(23)

2. Ketidak mampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai – nilai moral dan keimanan seseorang

3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan tentang reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberi gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual.

4. Suka sama suka

Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah. Faktor kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah sangat penting ada kesempatan baik ruang untuk dipertimbangkan karena bila tidak maupun waktu, maka hubungan seks pranikah tidak akan terjadi.

Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Kesibukan orangtua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. b. Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan.

c. Pergeseran nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja.

(24)

Soetjiningsih (2010) mengatakan bahwa hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

a. Waktu / saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya.

b. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar

c. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam.

d. Hubungan antar mereka makin romantis

e. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja yang baik

f. Kurangnya kontrol dari orangtua. Orangtua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik.

g. Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaiknya yang ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan atau tuntunan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.

h. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat tempat sepi.

(25)

misal mereka ingin menunjukkan bahwa mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya.

j. Penggunaan obat – obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat.

k. Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya yang boleh dan mana tidak boleh.

l. Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik

m. Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya n. Penerimaan aktifitas seksual pacarnya

o. Sekedar menunjukkan kegagalan dan kemampuan fisiknya.

p. Terjadinya peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.

2.4 Peran orangtua dalam perilaku seks bebas pada remaja

(26)

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orangtua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah (Freud, 2010).

(27)

Kriteria keluarga yang sehat menurut Ali (2011), antara lain:

1. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)

2. Kesibukan orangtua, ketidak beradaan dan ketidak bersamaan orangtua dan anak di rumah.

3. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk).

4. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi dari pada kejiwaan (psikologis)

Kedekatan geografis orangtua dan anak ternyata tidak menjamin selalu terkontrolnya perilaku seks anak remaja mereka. Mereka justru tidak ingin mengambil resiko bertemunya dengan kenalan orangtuanya baik di hotel atau tempat umum lainnya.

Bagi mereka risiko terlihat ditempat umum lebih besar dari pada di rumah orangtua mereka karena mereka tahu pasti jam orangtua mereka atau saat orangtua akan berada di luar rumah. Dengan demikian, bila hubungan seks dilakukan di rumah, mereka akan memilih saat kedua orangtuanya sedang tidak ada dirumah atau sedang bekerja (Khisbiyah, 2012).

(28)

sangat diperlukan, sehinga terdapat pengertian yang benar tentang berbagai masalah hubungan seks (Manuaba, 2009).

Perilaku seks bebas itu dapat dicegah melalui keluarga, sehendaknya orangtua lebih memperhatikan anak-anaknya apalagi anak yang baru beranjak dewasa dan memberi pengertian pada anak tentang apa itu seks dan akibatnya jika seks itu dilakukan. Tugas orangtua adalah memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang benar sebagai upaya untuk mencegah terjadinya seks bebas sehingga akan terjadi kehidupan remaja berbudaya hidup sehat (Dianawati, 2006). Penelitian Niken Sulistiani (2012) tentang peran orangtua dalam pencegah perilaku seks bebas pada remaja di desa gondang kecamatan karangrejo kabupaten magetan. Hasil penelitian bahwa 45% sebanyak 27 responden mempunyai peran baik dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja, dan setengahnya lagi 55% sebanyak 34 responden mempunyai peran buruk dalam pencegahan perilaku pada remaja.

Orangtua dalam hal ini sangat berperan penting, poin-poin peranan orangtua dalam mencegahan seks bebas:

(29)

Hal tersebut dapat menjadi anak lebih dekat dengan orangtuanya sehingga anak tidak akan sampai terjerumus kepada hal-hal yang negatif termasuk seks bebas (Mutiarach, 2012).

2.5 Kerangka Pikir

Kerangka Pikir dalam penelelitian ini adalah sebagai berikut:

Dari kerangka pikir diatas, terlihat bahwa yang menyebabkan peran orangtua pada remaja yang berperilaku seks pranikah remaja yaitu Pendidikan, umur, pekerjaan, penghasilan, serta informan yang mempengaruhinya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan, sehingga menimbulkan KTD, PMS/IMS, Aborsi dan Pernikahan Dini.

Orangtua:  Pendidikan  Umur  Pekerjaan  Penghasilan

Peran Orangtua Pada Remaja Yang

Telah Berperilaku Seks Pranikah

Remaja  Pengetahuan

 Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada bagian News, dapat dimasukkan berita berita terkini mengenai dunia sepakbola pada khususnya agar seluruh penikmat sepakbola dapat terus mengikuti perkembangan yang

Ke dalam tabung berisi air dimasukkan sebuah bola besi yang berjari-jari 6 cm, sehingga permukaan airA. dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa sistem dapat berfungsi dengan baik, dapat mendeteksi nyala api pada lilin sejauh

Proses analogi pada tuturan tersebut tercipta karena O1 mengungkapkan perasaan dan pemikirannya untuk ditujukan kepada O2 sebagai seorangsuami , dibandingkan dengan atap rumah

berbasis MVC menggunakan Laravel. Penelitian ini menghasilkan aplikasi yang menjadi tempat untuk pendaftarang anggota dan berbagi informasi kepada anggota PKMST

Dalam kompetisi Matematika yang terdiri dari 40 soal, peserta akan mendapat skor 4 untuk jawaban benar, skor -1 untuk jawaban salah, dan skor 0 untuk soal yang tidak

web repository PKMST Salatiga yaitu pendataan anggota yang hanya berada di Salatiga dan aplikasi hanya sebagai tempat untuk berbagi informasi tentang PKMST baik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan Model Pembelajaran ARCS ( Attention, Revance, Confidence,