• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. 4.1 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan Dan Kepemilikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. 4.1 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan Dan Kepemilikan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

44 BAB 4

HASIL DAN BAHASAN

4.1 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan Dan Kepemilikan Berdasarkan tipe pengelolaannya, apartemen yang akan dirancang merupakan apartemen perseorangan atau condominium dimana apartemen tersebut merupakan milik perseorangan atau penghuni apartemen. Penghuni akan tetap membayar biaya perawatan dan service kepada pengelola apartemen. Kepemilikan apartemen merupakan apartemen dengan sistem beli atau ownership.

4.2 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jenis dan Besar Bangunan

Apartemen yang akan dirancang merupakan klasifikasi Hi Rise Apartment, dimana jumlah lantai apartemen berjumlah 40 lantai yang dilengkapi dengan full service dan security serta fasilitas pendukung lainnya.

4.3 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi Horizontal dan Vertikal Apartemen merupakan apartemen stack unit dimana koridor merupakan koridor tertutup ditengah-tengah satu unit apartemen. Unit apartemen merupakan adaptasi dari unit apartemen United D’Habitation – Le Corbusier dengan penyesuaian terhadap analisa angin yang terjadi. Hal ini mengakibatkan sirkulasi vertikal apartemen yang menggunakan lift (elevator apartment) tidak akan berhenti pada setiap lantai, melaikan lift hanya berhenti dilantai genap saja.

(2)

Tabel 4.1 Tabel Aktivitas Penghuni Apartemen

4.4 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Unit dan Golongan Sosial

Perancangan unit apartemen merupakan unit apartemen 2 lantai bertipe loft. Apartemen dirancang sebagai akomodasi keluarga dengan jumlah keluarga dasar yakni bapak, ibu dan 2 orang anak. Apartemen dirancang dengan target social menengah ke atas karena adanya gentrifikasi pada kawasan kemayoran, sehingga kelas apartemen mengikuti hal tersebut.

4.5 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Lokasi

Apartemen yang akan dirancang berlokasikan didaerah kota yakni pademangan Timur. Lokasi tapak dikelilingi oleh perumahan, apartemen lain, dengan daerah wisata terdekat adalah ancol dan mal sunter. Oleh karena itu, melihat dari lokasinya, apartemen yang akan dirancanga di klasifikasikan kedalam City

Apartment.

4.6 Program Ruang Apartemen

4.6.1 Tabel Aktivitas Penghuni Apartemen

Waktu Suami Istri

5.00 – 6.00 - Bangun untuk mempersiapkan

sarapan bagi keluarga dan membersihkan atau beres-beres apartemen.

(3)

Waktu Suami Istri 6.00 – 7.00 Bangun, diteruskan olah-raga

ringan, mandi, sarapan. Sarapan keluarga biasanya dilakasanakan didapur.

Membantu keluarga mempersiapkan diri untuk kegiatan harinya seperti berkerja ataupun sekolah.

7.30 – 8.30 Berangkat kerja (Kecuali hari khusus dan libur).

Melakukan perkerjaan rumah tangga.

8.30 – 10.00 - Berbelanja ke supermarket atau

pasar tradisional terdekat.

10.00 – 11.30 - Memasak dan mempersiapkan

makan siang keluarga 12.00 – 13.00 Makan siang, Pada umumnya

dilakukan di luar rumah kecuali pada hari libur atau hari khusus.

Makan siang dan beristirahat siang dilanjutkan dengan kegiatan optional seperti berolah raga bersama teman-teman, berbelanja, berkerja sambilan dan lainnya. 17.00 – 18.00 Pulang kantor, melakukan

kegiatan fitness di fitness centre (optional) atau istirahat di rumah sambil membaca atau menonton TV.

Masak dan mempersiapkan makan malam keluarga.

(4)

Sumber www.adhisthana.tripod.com. Akses Maret 2013

Tabel 4.2 Tabel Aktivitas Pengelolah Apartemen

Waktu Suami Istri

18.00 – 19.00 Makan malam bersama keluarga di ruang makan, atau seminggu sekali makan makam diluar bersama keluarga, atau sering menjamu teman/relasi minum-minum. Pada akhir pecan biasanya mengunjungi pub atau music lounge.

Makan malam bersama keluarga, atau mengatur catering bila mengadakan jamuan makan malam dengan bantuan tenaga

catering service.

19.00 – 21.00 Istirahat dan persiapan hari esok dan di lanjutkan dengan tidur.

Acara bersama keluarga, bersantai diruang keluarga dan dilanjutkan dengan tidur.

4.6.2 Tabel Aktivitas Pengelolah Apartemen

Waktu Jabatan Scoop Perkerjaan

Jam Kerja Pimpinan dan pengurus administasi

Mengkoordinasikan berlangsungnnya kegiatan kepegawaian, keuangan dan tata usaha dalam bangunan apartemen.

Jam Kerja Resepsionis Menerima pesan, menerima pengaduan dan informasi dari penghuni apartemen. Menjadi perantara untuk menerima tamu penghuni.

(5)

Sumber www.adhisthana.tripod.com. Akses Maret 2013

Tabel 4.3 Tabel Standar Luasan Kebutuhan Ruang

Waktu Jabatan Scoop Perkerjaan

Jam Kerja Tenaga penunjang kegiatan

Memberikan pelayanan kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sehari-hari.

Jam Kerja Mekanikal dan Elektrikal

Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan dari seluruh unsur ME bangunan. Jam Kerja House Keeping Bertanggung jawab atas pemeliharan

kebersihan apartemen. Jam Kerja Pelayanan

Kesehatan

Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan bagi para penghuni apartemen bila dibutuhkan terutama dalam kasus emergency.

24 Jam Security Berkerja dalam shift untuk menjaga keamanan penghuni.

4.6.3 Standar Luasan Kebutuhan Ruang

Ruang Sifat

Ruang

Standar Ruang

Kapasitas Luasan Jumlah Ruang

Luas Total

Unit Loft Private - 4 Orang 129

- Foyer 1.5 m2/ Org 2 Orang 3 m2 1 Ruang 3 m2

- R. Tamu 1.75 m2/ Org 4 Orang 7 m2 1 Ruang 7 m2

- R. Keluarga 4 m2/ Org 4 Orang 16 m2 1 Ruang 16 m2

- Balkon 1.5 m2/ Org 2 Orang 3 m2 2 Ruang 6 m2

- R. Makan 1.75 m2/ Org 4 Orang 7 m2 1 Ruang 7 m2

- R. Tidur Utama 10 m2/ Org 2 Orang 20 m2 1 Ruang 20 m2

(6)

Ruang Sifat Ruang

Standar Ruang

Kapasitas Luasan Jumlah Ruang

Luas Total

- R. Tidur 1 8 m2/ Org 1 Orang 8 m2 2 Ruang 16 m2

- R. Mandi 6 m2/ Org 1 Orang 5 m2 1 Ruang 6 m2

- Dapur 3 m2/ Org 2 Orang 6 m2 1 Ruang 6 m2

Total Luasan + Sirkulasi 20 % 14396

Fitness Center Semi Publik

- - - 1

- Lobby 0.9 m2/ Org 6 Orang 5.4 m 1 Ruang 5.4 m2

- Receptionist 10 m2/ Unit 2 Orang 10 m2 1 Unit 10 m2

- R. Fitness 3 m2/ Alat 30 Orang 90 m2 1 Ruang 90 m2

- R. Locker 16 m2/ Unit 5 Orang 32 m2 2 Unit 64 m2

- R. Ganti 0.9m2/ Unit 1 Orang 0.9 m2 10 Unit 90 m2

- R. Shower 1.5 m2/ Org 1 Orang 1.5 m2 4 Ruang 6 m2

- Toilet 1.25 m2/ Org 1 Orang 1.25 m2 4 Ruang 4.96

m2

- Spa 0.9 m2/ Org 6 Orang 5.4 m2 1 Ruang 5.4 m2

- R. Aerobik 80 m2/ Unit 10 Orang 80 m2 1 Ruang 80 m2

- Gudang 20 m2/ Unit 2 Orang 20 m2 1 Ruang 20 m2

Total Luasan + Sirkulasi 20 % 451

Lobby Apartemen Publik - - - 1 -

- Entrance Hall 1 m2/ Org 30 Orang 30 m2 1 Ruang 30

- Receptionist 2 m2/ Org 3 Orang 6 m2 1 Ruang 6

- Security 2 m2/ Org 2 Orang 4 m2 1 Ruang 4

- R. Tunggu 1.2 m2/ Org 15 Orang 18 m2 1 Ruang 18

- Toilet 1.25 m2/ Org 3 Orang 3.75 m2 2 Ruang 7.5

(7)

Ruang Sifat Ruang

Standar Ruang

Kapasitas Luasan Jumlah Ruang

Luas Total

Area Pengelola Privat - - - 1 -

- Lobby 25 m2/ Org 1 Orang 25 m2 1 Ruang 25 m2

- R. Manager 25 m2/ Org 1 Orang 25 m2 1 Ruang 25 m2

- R. SDM 25 m2/ Org 1 Orang 25 m2 1 Ruang 25 m2

- R. Marketing 25 m2/ Org 2 Orang 50 m2 1 Ruang 50 m2

- R. Humas 25 m2/ Org 2 Orang 50 m2 1 Ruang 50 m2

- R. Sekretaris 15 m2/ Org 1 Orang 15 m2 1 Ruang 15 m2

- R. Finance 25 m2/ Org 2 Orang 50 m2 1 Ruang 50 m2

- R. Administrasi 15 m2/ Org 2 Orang 30 m2 1 Ruang 30 m2

- R. Arsip 15 m2 2 Orang 30 m2 1 Ruang 30 m2

- R. Rapat 12 m2 6 Orang 12 m2 1 Ruang 12 m2

- R. Tamu 2 m2/ Org 4 Orang 8 m2 1 Ruang 8 m2

- R. Istirahat + Shalat 2 m2/ Org 8 Orang 16 m2 1 Ruang 16 m2

- R. Pantry 5 % dari kantor 2 Orang 5 % dari

kantor 1 Ruang 5 % dari kantor - R. Penanggung Jawab Harian

4 m2/ Org 4 Orang 4 m2 1 Ruang 4 m2

- R. Toilet 1.25 m2/ Org 3 Orang 3.75 m2 2 Ruang 7.5 m2

Total Luasan + Sirkulasi 20 % 480

Food and Retail Publik - - - - -

- ATM 8 m2/ ATM 1 Orang 8 m2 2 Unit 16 m2

- Retail 54 m2 15 Orang 54 m2 25 Ruang 1296

m2

- Toilet 1.25 m2/ Org 3 Orang 3.75 m2 2 Ruang 7.5 m2

(8)

Ruang Sifat Ruang

Standar Ruang

Kapasitas Luasan Jumlah Ruang

Luas Total Area Service Semi

Publik

- - - - -

- R. Staff 1.25 m2/ Org 25 Orang 31.25 m2 1 Ruang 31.25

m2

- R. Istirahat 2 m2/ Org 10 Orang 20 m2 1 Ruang 20 m2

- R. Loker 8 m2 3 Orang 8 m2 2 Ruang 8 m2

- Pantry 5 m2 2 Orang 5 m2 1 Ruang 5 m2

- R. Operator 48 m2 - 48 m2 1 Ruang 48 m2

- R. Mesin AC 200 m2 - 200 m2 1 Ruang 200 m2

- R. Genset 200 m2 - 200 m2 1 Ruang 200 m2

- R. Trafo 20 m2 - 20 m2 1 Ruang 20 m2

- R. Main Panel 24 m2 - 24 m2 1 Ruang 24 m2

- R. Pompa Air 200 m2 - 200 m2 1 Ruang 200 m2

- Gudang 10 m2 - 10 m2 1 Ruang 10 m2

- R. CCTV 15 m2 1 Orang 15 m2 1 Ruang 15 m2

- R. Kontrol 20 m2 2 Orang 20 m2 1 Ruang 20 m2

- R. Lift 20 m2 - 20 m2 4 Ruang 20 m2

Total Luasan + Sirkulasi 20 % 1525

Area Parkir Publik - Mobil Karyawan

dan Pengelolah

12.5 m2 10 Buah 125 m2

- Mobil Penghuni 12.5 m2 129 Buah 1612

m2 - Motor Karyawan

dan Tamu

2 m2 20 Buah 40 m2

- Motor Penghuni 2 m2 20 Buah 40 m2

(9)

Sumber Neufert’s Architects’ Data – Second Edition, 1980

Ruang Sifat

Ruang

Standar Ruang

Kapasitas Luasan Jumlah Ruang

Luas Total

Ruang Luar Semi

Publik

- - - - -

- Area Bermain Anak 100 m2 - 100 m2 100 m2

- Taman - - - -

- Kolam Renang 1.4 m2/ Org 20 m2 28 m2

- Locker 16 m2/ Unit 5 80 m2 2 Ruang 160 m2

- Shower 0.9m2/ Unit 5 4.5 m2 2 Ruang 9 m2

- R. Ganti 1.5 m2/ Org 5 7.5 m2 2 Ruang 15 m2

(10)

Gambar 4.1 Master Plan Kawasan Sumber: The Royal Spring Hills Residences, 2013 4.7 Analisa Lokasi Tapak

Lokasi tapak berada di Jl. Benyamin Suaeb, Pademangan Timur, Pademangan – Jakarta Utara.

• Batasan Utara Tapak

Gambar 4.2 Apartemen Bandara Kemayoran dengan bentuk bangunan massive dan ketinggian sekitar 92 meter

(11)

• Batasan Timur Tapak

Gambar 4.3 Pertamina dengan tipe bangunan hollow dan massive dengan ketinggian sekitar 6 meter.

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.4 Penghijauan kota dengan panjang sepanjang tapak. Penghijauan terdiri dari tanaman pohon peneduh dengan radius pohon sekitar 3 meter.

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.5 Jalan Benyamin Suaeb yang terbagi atas 4 jalur dengan 2 lajur. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(12)

• Batasan Tenggara Tapak

Gambar 4.6 Lapangan golf Kemayoran Golf Club. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.7 The Royal Spring Residences yang direncanakan berdiri setinggi 38 lantai atau sekitar 160 m dengan massa massive dengan 6 jumlah tower. Untuk sekarang ini

hanya 2 tower yang baru selesai. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.8 The Mansion yang direncanakan berdiri setinggi 38 lantai atau sekitar 160 m dengan massa massive dengan 4 jumlah tower. Untuk sekarang ini tower masih

dalam masa konstruksi. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(13)

• Batasan Selatan Tapak

• Batasan Barat Tapak

Gambar 4.9 Tampak The Mansion yang masih berada dalam tahap konstruksi dan dua tower The Royal Spring Hills Residances yang sudah mulai dihuni.

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.10 Pasar Gambir dan Jakarta International Expo Areana Pekan Raya Jakarta. Bangunan merupakan bangunan bermassa majemuk yang tersebesar. Ketinggian

bangunan sekitar 4 meter minimum dan 7 meter maximum. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.11 PT. City Neon Prima Mandiri dan Restoran dan Café Seafood Kemayoran dengan bangunan massive dengan ketinggian maximal 2.

(14)

• Foto Tapak

Gambar 4.12 Foto yang diambil dari pintu masuk selatan tapak menghadap ke Utara. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.13 Foto diambil dari sebelah timur tapak menghadap ke barat. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.14 Gardu listrik yang terdapat pada area hijau sebelah timur tapak. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(15)

4.8 Data Pengukuran Kecepatan angin

Konsep dari keseluruhan perancangan apartemen ini adalah apartemen yang adaptif terhadap kecepatan angin dilokasi tapak. Target yang ingin dicapai dalam perancangan meliputi 3 poin utama yakni:

• Bentuk massa apartemen yang dapat menurunkan kecepatan angin pada zona 1 atau zona bawah dan taman sehingga pengguna fasilitas tersebut tidak terganggu dengan kecepatan angin yang terlalu tinggi yang biasanya di akibatkan dengan adanya massa massive baru dilokasi.

• Bentuk massa apartemen yang dapat menurunkan tekanan angin pada bangunan zona 2 – 4 sehingga bangunan dapat bersifat aerodinamis. Bangunan yang berbentuk aerodinamis akan memberikan dampak positif

Gambar 4.15 Saluran rior kota dan pedestrian disekeliling tapak. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(16)

terdapat pembuatan struktur bangunan karena daya tekan horizontal angin dapat dikurangi.

• Unit apartemen dengan sistem deflector yang dapat bergerak menangkap dan membelokan angin. Hal ini bertujuan agar ventilasi udara pada unit dapat terjadi secara baik dengan kecepatan angin nyaman yakni antara 0.25 – 1.5 m/s.

4.8.1 Konversi Kekasaran Kawasan Sekitar Tapak Dengan Random Sample Pengukuran angin diapartemen Season City Jakarta dilakukan karena apartemen ini menjadi obyek studi peneliti mengenai sifat angin terdapat bangunan tinggi. Dengan pengukuran ini, peneliti dapat mendapatkan nilai ratio perubahan kecepatan angin pada setiap ketinggian bangunan dan perubahan kecepatan angin diantara massa bangunan yang majemuk. Data yang didapatkan akan digunakan sebagai data pembanding dan dokumen pendukung teori.

Pengukuran dilakukan pada tanggal 29 maret 2013 dengan anemometer. Pengeukuran dilakukan dari pukul 10.00 hingga pukul 20.30. Pegukuran dilakukan di lorong apartemen pada titik inlet angin (bukaan jendela) yang menghadap ke selatan, timur dan barat. Pengukuran dilakukan pada setiap lantai apartemen dan salah satu contoh unit apartemen di lantai 26 kamar BH. Data yang diambil dari hasil pengukuran adalah kecepatan angin, jam pengukuran, posisi pengukuran, dan temperature lokasi.

Perbedaan waktu pengukuran setiap lantainya adalah lebih kurang 5 menit, sedangkan perbedaan waktu pengukuran dari setiap hadapan inlet adalah maksimal 1 menit sehingga perbedaan waktu dari setiap arah hadapan inlet akan diabaikan.

(17)

Semua pengukuran dilakukan di tower A apartemen Season City. Pengukuran pada daerah terbuka juga dilakukan pada area fasilitas apartemen yang berlokasikan ditengah-tengah semua tower apartemen. Hasil data pengukuran pada apartemen adalah sebagai berikut:

• Pengukuran pada inlet selatan

Tabel 4.4 Data Pengukuran Pada Inlet Selatan

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.5 Grafik Data Pengukuran Pada Inlet Selatan

(18)

• Pengukuran pada inlet barat

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.6 Data Pengukuran Pada Inlet Barat

Tabel 4.7 Grafik Data Pengukuran Pada Inlet Barat

(19)

• Pengukuran pada inlet timur

Dari hasil pengukuran, kecepatan rata-rata pada level tertinggi bangunan pada ketinggian lebih kurang 148 meter adalah 9.5m/s, sedangkan kecepatan rata-rata pada level 8a dengan ketinggian 44 meter adalah 4.77m/s.

Tabel 4.8 Data Pengukuran Pada Inlet Timur

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.9 Grafik Data Pengukuran Pada Inlet Timur

(20)

Pengukuran pada area terbuka apartemen Season City

Dari hasil pengukuran, kecepatan rata-rata pada level area terbuka yakni level 7 pada ketinggian 36 meter adalah 6.75 m/s.

Tabel 4.10 Data Pengukuran Pada Area Terbuka

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.11 Grafik Data Pengukuran Pada Area Terbuka

(21)

• Pengukuran pada kamar lantai 26 BH

Tabel 4.12 Data Pengukuran Pada Kamar Lantai 26 Kamar BH

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.13 Grafik Data Pengukuran Pada Kamar Lantai 26 Kamar BH

(22)

Tabel 4.14 Data Pengukuran Pada Tapak

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.15 Grafik Data Pengukuran Pada Tapak

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013 4.8.2 Pengukuran Angin Di Tapak

Pengukuran angin pada tapak dilakukan dengan menggunakan anemometer pada pintu masuk tapak. Pengukuran dimulai dari pukul 08:00 hingga pukul 20:00 pada tanggal 2 April 2013. Data yang dikumpulkan adalah kecepatan angin, arah angin dan temperature lokasi. Data kecepatan angin akan digunakan sebagai data analisa aliran angin dalam simulasi software CFD Falcon dalam Revit Architecture.

(23)

Tabel 4.16 Kalkulator Kekasaran Lokasi dan Kecepatan Angin 4.8.3 Kalkulasi Faktor Angin

Dari data hasil pengukuran kecepatan angin di Season City dan tapak, Faktor kecepatan angin pada ketinggian dapat ditentukan dengan bantuan Wind Factor

Calculator yang dimiliki oleh Soren Krohn & Danish Wind Industry Association.

Angka kecepatan angin yang diukur pada apartemen Season City dimasukan kedalam kalkulator untuk mendapatkan kelas kekasaran lingkungan. Informasi ini akan memberikan kekasaran lingkungan pada tapak dengan melihat kepada kecepatan angin pada tapak.

Dari ketujuh kelas yang ada, data pengukuran kecepatan angin di Season City dimasukan. Data kecepatan angin yang paling mendekati untuk titik maksimum ketinggian dan titik minimum ketinggian akan dipilih sebagai kelas kekasaran lingkungan apartemen Season City. Kemudian, Kecepatan angin tertinggi pada tapak akan dicocokan dengan kecepatan angin yang mendekati pada level 10 meter. Data yang paling sesuai adalah berada pada kelas kekasaran lingkungan 3. Data perbedaan

(24)

Tabel 4.17 Grafik Faktor Kecepatan Angin

kecepatan angin setiap 10 meternya akan di faktorkan untuk mendapatkan faktor angin di tapak pada ketinggian.

Berikut adalah keseluruhan kelas faktor perubahan kecepatan angin yang terjadi dari kalkulasi diatas:

Tahapan perhitungan kelas kekasaran lingkungan pada tapak adalah sebagai berikut:

Menggunakan Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind Industry Association sebagai alat bantu penentuan level kekasaran lingkungan untuk mengetahui faktor kecepatan angin pada ketinggian setiap 10 meter.

(25)

Tabel 4.18 Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind

Tabel 4.19 Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind

• Input kecepatan maksimum pada salah satu titik maksimum kelas kekasaran untuk mendapatkan hasil kekasaran lingkungan secara keselurhan pada setiap kelas kekarasan lingkungan. Input dimulai dari level kekerasan 4.

• Kecepatan angin pada level 7 dengan ketinggian lebih kurang 36 meter dicocokan dengan tabel kalkulator pada ketinggian 40 meter dengan kecepatan rata-rata 6.75 m/s.

Sumber Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003

(26)

Tabel 4.20 Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind

Tabel 4.21 Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind

• Hasil menunjukan kecocokan dimana berdasarkan hasil kalkulator bahwa kecepatan pada level 40 meter adalah 6.73 m/s, sedangkan kecepatan rata-rata angin pada level 7 ketinggian 36 meter adalah 6.75 m/s. Pengujian data dilakukan kembali untuk memastikan faktor adalah benar yaitu dengan mamasukkan kembali data kecepatan angin tertinggi pada level kekerasan 3.

Sumber Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003

(27)

Tabel 4.22 Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind

Tabel 4.23 Kalkulator Soren Krohn & Danish Wind

• Hasil menunjukan pada level 40 meter kecepatan angin pada level kekasaran 3 berdasarkan hasil input diatas tidak cocok dengan kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 36 meter apartemen Season City. Dari hasil ini dapat disumpulkan bahwa faktor tabel yang cocok adalah faktor tabel sebelumnya dimana kekasaran lingkungan apartemen Season City berada pada level 4.

• Keceptaan angin tertinggi pada tapak adalah 6.3 m/s. Kecepatan ini akan dicocokan pada tabel dengan ketinggian minimum yakni 10 meter untuk mengetahui level kekasaran lingkungan tapak. Level kekasaran yang yang

Sumber Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003

(28)

paling mendekati adalah level 3 dengan kecepatan pada ketinggian 10 meter adalah 5.9 m/s. Level 2 tidak diambil karena kecepatan terlampau jauh melebihi 6.3 m/s yakni berada pada titik 7.51 m/s. Dari hasil ini level kekasaran pada tapak ditetapkan adalah level 3.

Dari hasil table faktor diatas, maka dihasilkan faktor kecepatan angin pada tapak sebagai berikut:

• 10 m = 1 • 20 m = 1.22 • 30 m = 1.34 • 40 m = 1.43 • 50 m = 1.5 • 60 m = 1.55 • 70 m = 1.6 • 80 m = 1.65 • 90 m = 1.68 • 100 m = 1.72 • 110 m = 1.74 • 120 m = 1.77 • 130 m = 1.8 • 140 m = 1.82 • 150 m = 1.84

Kecepatan angin maksimal yang diukur pada tanggal 2 April 2013 adalah 6.3 m/s. Faktor 1 adalah kecepatan angin 5.9 m/s yang merupakan kecepatan angin yang mendekati kecepatan 6.3 m/s. Kecepatan angin pada ketinggian diatasnya akan dibagikan dengan Angka 5.9 m/s untuk mendapatkan faktor perubahan kecepatan. Kecepatan angin rata-rata lokasi yakni 4.1 m/s akan digunakan sebagai input kecepatan angin pada simulasi CFD untuk lantai dasar. Berikut adalah table faktor yang digunakan dalam simulasi CFD terhadap massa bagunan.

(29)

Tabel 4.24 Grafik Input Faktor Kecepatan Angin Pada Falcon

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

4.9 Simulasi CFD Kawasan Sekitar Tapak

Gambar 4.16 Hasil simulasi pengaruh angin area sekitar kawasan tapak. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(30)

Simulasi dilakukan pada bangunan sekitar kawasan tapak untuk mengetahui apakah bangunan kawasan sekitar tapak mempengaruhi kecepatan angin pada tapak. Dari hasil simulasi diatas dapat dilihat tidak ada pengaruh kecepatan angin yang diakibatkan dari bangunan sekitar tapak dilihat dari kecepatan angin pada titik datang angin dan titik angin pada tapak.

4.10 Pencarian Bentuk Massa Bangunan Dengan Menggunakan Simulasi CFD Analisa CFD dilakukan dengan menggunakan software Revit dengan plugin

Falcon. Simulasi ini dilakukan untuk mencari bentuk massa yang paling sesuai yang

akan digunkan dalam perancangan apartemen. Hasil dari analisa ini harus memenuhi dua kriteria dari tiga kriteria yang ingin dicapai yakni:

• Bentuk massa apartemen yang dapat menurunkan kecepatan angin pada zona 1 atau zona bawah dan taman sehingga pengguna fasilitas tersebut tidak terganggu dengan kecepatan angin yang terlalu tinggi yang biasanya di akibatkan dengan adanya massa massive baru dilokasi.

• Bentuk massa apartemen yang dapat menurunkan tekanan angin pada bangunan zona 2 – 4 sehingga bangunan dapat bersifat aerodinamis. Bangunan yang berbentuk aerodinamis akan memberikan dampak positif terdapat pembuatan struktur bangunan karena daya tekan horizontal angin dapat dikurangi.

Analisa CFD dilakukan dengan kecepatan angin dasar 4 m/s dengan faktor sesuai dengan yang ditentukan pada subbab sebelumnya. Kecepatan angin 4 m/s merupakan rata-rata kecepatan angin pada tapak, sehingga hasil dari simulasi kecepatan angin 4 m/s juga akan mewakili hasil untuk kecepatan angin dibawah 4 m/s. Kecepatan angin tertinggi yang akan digunakan dalam simulasi adalah 10 m/s

(31)

Tabel 4.25 Tabel Perubahan Bentuk Massa

berdasarkan faktor kalkulasi angin, sehingga hasil simulasi kecepatan angin 10 m/s juga akan mewakilkan hasil unutk kecepatan angin diatas 10m/s. Arah angin diluncurkan dari arah barat daya menuju timur laut. Berikut adalah perkembangan bentuk massa yang dimulai dari analisa bentuk bujur sangkar yang terus berubah dan berkembang sesuai dengan hasil simulasi angin yang dilakukan. Perubahan bentuk yang terjadi mencapai 46 bentuk perubahan.

A B C D E F G H I J K L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

(32)

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.26 Tabel Perubahan Kecepatan Angin Terhadap Massa Hasil Wind Tunnel

A B C D E F G H I J K L 1 1 1 2 1 3

Hasil dari simulasi wind tunnel yang dilakukan pada massa bangunan adalah sebagai berikut dengan indikasi (keterangan dan table lengkap dapat dilihat di lampiran):

• A - Kecepatan angin area sekitar titik A

• B - Kecepatan angin area sekitar titik B

• C - Kecepatan angin area sekitar titik C

• D - Kecepatan angin area sekitar titik D

Zona 1 (m/s) Zona 2 (m/s) Zona 3 (m/s) Zona 4 (m/s)

A B C D A B C D A B C D A B C D 1A 1.01 0.10 1.26 2.12 4.36 0.04 3.80 8.12 4.85 2.19 1.36 9.05 5.16 0.17 1.38 10.60 1B 0.70 0.44 0.70 1.84 2.80 2.01 1.88 7.68 3.22 2.10 2.22 8.65 3.52 2.70 1.45 9.47 1C 0.79 0.51 1.93 2.10 3.36 1.68 7.57 8.95 3.70 2.13 7.79 9.89 3.97 2.62 9.80 10.70 1D 0.44 0.25 1.98 2.05 1.95 2.61 7.75 8.75 1.91 2.92 8.93 9.60 2.12 3.31 9.42 10.25 2B 0.74 1.79 0.75 2.10 3.09 7.25 2.94 7.94 3.44 8.22 3.72 8.78 3.62 8.84 1.09 9.43 2C 0.66 1.68 0.47 1.74 2.77 7.13 2.20 7.78 3.13 7.91 2.20 9.02 3.43 8.52 2.33 9.73 3A 0.65 1.78 0.46 1.90 2.69 7.29 1.92 7.99 3.00 8.21 2.07 8.83 3.22 8.79 0.30 8.92 3B 1.08 1.69 0.59 1.94 4.45 6.93 2.63 6.77 4.93 7.41 2.84 8.14 5.39 6.32 0.31 8.76 3C 1.32 1.76 0.59 1.88 5.50 7.32 2.64 7.45 6.07 8.10 2.62 8.73 6.47 8.49 0.40 8.55 4C 0.68 1.89 0.13 1.99 3.37 7.34 1.92 8.07 3.13 8.43 3.68 9.35 3.31 9.17 4.28 8.98 4D 0.69 1.98 0.76 2.12 3.10 7.46 2.78 8.12 2.94 8.57 3.34 8.66 3.07 8.96 0.47 8.82

(33)

Zona 1 (m/s) Zona 2 (m/s) Zona 3 (m/s) Zona 4 (m/s) A B C D A B C D A B C D A B C D 5D 1.40 1.96 0.11 2.04 5.34 7.59 2.41 8.45 5.98 8.40 2.26 8.96 6.42 9.11 3.45 10.02 5E 1.41 1.96 0.12 1.99 5.33 7.62 3.67 8.11 6.03 8.37 1.40 8.45 6.46 8.98 1.50 9.35 5F 1.52 2.01 0.93 2.13 5.58 7.68 2.73 8.06 6.59 8.74 3.71 9.12 7.04 8.66 0.57 9.33 5G 1.59 1.96 0.25 3.12 5.79 7.85 3.36 7.89 6.80 8.78 3.22 8.68 6.89 8.44 3.44 7.86 6A 1.46 1.79 0.11 3.44 5.97 7.39 0.70 7.50 6.65 8.34 2.05 8.52 7.51 9.21 0.54 8.40 6B 1.20 1.84 0.34 1.62 5.12 8.30 2.97 6.79 5.33 8.20 3.52 7.88 6.19 10.1 8.20 2.99 6C 1.46 1.79 0.64 2.04 5.93 7.10 1.90 7.36 6.96 8.40 3.80 7.45 6.21 8.77 3.45 8.65 7C 0.95 1.81 0.66 1.71 3.76 7.13 2.81 7.11 4.37 8.43 2.68 8.08 4.24 8.65 3.80 9.20 7D 1.35 1.73 0.41 1.48 5.69 7.24 1.39 5.87 6.20 7.35 3.42 7.41 6.96 8.12 3.44 8.12 7E 1.14 1.80 1.08 1.63 4.59 7.62 4.73 7.57 5.39 8.50 1.46 7.39 5.42 8.90 5.76 9.66 8F 1.10 2.42 1.22 2.34 3.86 7.44 1.44 7.25 4.20 8.79 1.90 7.44 5.38 8.42 5.12 8.13 10D 2.87 6.92 0.92 4.68 4.37 8.16 3.86 5.20 4.85 9.00 1.67 7.96 5.61 9.09 7.10 6.73 10E 2.37 6.94 3.82 6.40 4.35 7.58 5.48 7.25 4.10 8.63 5.85 8.42 5.06 8.62 1.08 8.49 10F 4.15 6.80 3.65 7.20 4.29 7.07 1.60 7.04 4.76 7.61 2.06 7.64 5.74 7.90 2.01 8.01 10G 3.90 6.88 5.25 5.24 5.19 7.62 2.09 6.74 5.66 8.68 2.25 7.21 6.26 8.62 2.90 7.68 10H 3.61 6.73 2.40 6.75 4.86 7.35 2.95 8.02 5.36 8.06 4.61 7.62 6.24 7.24 6.45 8.40 10I 3.99 6.93 5.60 6.86 4.41 8.08 4.35 6.73 4.47 8.72 7.70 8.20 5.28 8.51 6.05 8.94 11I 3.57 7.25 2.64 7.89 1.22 6.30 2.32 8.03 0.38 7.96 0.86 6.45 2.21 7.48 0.79 8.62 11J 2.03 6.74 2.45 5.68 3.33 7.86 2.20 7.15 3.69 8.42 1.37 5.85 4.81 8.61 3.05 5.48 11K 3.43 3.26 3.85 4.48 4.60 7.05 2.24 4.54 5.01 7.35 4.14 4.63 5.71 4.07 1.09 4.64 11L 2.26 3.06 1.85 6.70 3.00 4.60 2.56 8.52 3.83 6.22 2.25 5.84 5.44 5.58 1.60 8.65 12D 3.61 6.16 4.31 6.87 4.51 7.48 1.45 7.84 4.92 8.23 1.63 7.34 5.65 8.32 6.90 7.74 12E 2.74 5.55 5.77 6.47 5.17 7.45 1.14 6.85 5.68 7.92 1.04 7.30 6.43 8.09 5.11 7.67 12F 3.39 6.17 3.84 5.15 4.97 7.43 2.40 6.55 5.50 8.10 3.07 7.18 6.24 8.33 7.14 7.56 12G 3.17 6.16 5.36 5.99 4.77 7.78 2.20 7.31 5.19 8.21 1.18 8.00 5.84 8.48 3.84 8.18 12H 3.37 6.20 4.89 5.28 4.84 7.58 2.92 6.79 5.27 7.93 0.94 7.51 6.07 8.33 7.31 7.68 13H 3.46 6.46 3.16 3.26 5.27 2.18 3.37 4.69 5.74 4.15 1.04 5.34 6.44 4.74 1.65 6.45

(34)

Berdasarkan hasil simulasi, model 8 F dan 12 F yang akan digunakan. Berikut adalah hasil simulasi 8 F dan 12 F:

No. Massa 8 F Keterangan

Zone 1

Perkembangan model merupakan pemisahan model 7

menjadi dua bagian. Percepatan angin dimulai hampir dari titik terdepan massa. Hal ini menunjukan

pada model 8, hampir keseluruhan dinding barat tidak

mendapatkan tekanan horizontal angin. Hal ini membuat model 8 menjadi model yang baik dalam hal aerodinamis. Model 8 juga dapat membelokan angin pada sisi timur tanpa mengakibatkan

percepatan yang berlebihan pada zona 1.

Zone 2

Zone 3

Zone 4

Perspective

Tabel 4.27 Tabel Simulasi Wind Tunnel Untuk Model 8 F

(35)

No. Massa 12 F Keterangan Zone 1

Model 12 F merupakan model 12 E yang diperhalus. Model

diberikan fillet sebesar 5m. Hasil menunjukan sisi depan

tidak begitu mengalami perlambatan dan sisi kanan

juga tidak terjadi dragging yang besar. Sehingga model ini

dianggap lebih unggul dari model 12 D. Zone 2

Zone 3

Zone 4

Perspective

Tabel 4.28 Tabel Simulasi Wind Tunnel Untuk Model 12 F

(36)

Model 8 F yang akan digunakan pada zona dasar Karena memiliki bentuk yang cukup aerodinamis tanpa memberikan percepatan angin yang berlebihan terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan model 12 F akan digunakan untuk bentuk zona 4 karena bentuk yang aerodinamis terhadap angin dengan kecepatan tinggi sehingga tekanan pada bangunan dapat dikurangi. Zona 2 dan 3 merupakan bentuk transisi dari model 8 F menuju ke model 12 F.

Setelah didapatkan bentuk terendah dan tertinggi, dilakukan proses Lofting dan Curve Projection untuk mendapatkan bentuk massa keseluruhan dan bentuk outline setiap lantainya.

Bentuk outline kemudian dimodifikasi dengan memberikan pemisahan pada bagian tengah pada lantai tertentu untuk mendapatkan pemisahan bangunan yakni untuk mendapakan 2 tower. Pemisahan dimaksudkan untuk menciptakan void pada tengah outline sehingga angin yang datang tegak lurus terhapad massa dapat dialirkan keluar dari massa secara intersection atau persilangan.

Gambar 4.17 Pembentukan massa dengan lofting dan curve projection. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(37)

Arah angin yang didapatkan pada saat pengukuran pada tapak menunjukan angin datang dari arah barat daya menuju timur laut dan barat laut menuju tenggara. Dari data tersebut kemudian dibandingkan dengan perubahan arah angin dalam setahun dengan bantuan windrose dari data

software ecotect. Data angin dilihat dari data windrose dalam setahun untuk

Jakarta dan data windrose dalam setahun untuk tapak. Hasil menunjukan persentase angin terbanyak datang dari arah barat laut dengan perubahan beberapa derajat ke utara dan keselatan.

Tekanan angin tinggi terhadap bangunan dikarenakan posisi angin yang tegak lurus terhadap

massa solid bangunan

Tekanan angin terhadap bagunan berkurang karena void yang terbentuk memeberikan akses angin untuk melewati bangunan

Gambar 4.18 Diagram perkembangan massa akibat pengaruh angin. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(38)

Untuk kondisi angin pada tapak sendiri dalam setahun lebih mendominasi arah SSW (South South West), SW (South West), dan WSW (West South West). Untuk mentoleransi perubahan arah angin yang terjadi dibandikan dengan hasil pengukuran pada tapak, maka dilakukan rotasi pada setiap lantainya kearah +1 dan -1 derajat hingga maximum +5 dan -5 derajat dengan perbedaan 1 derajat setiap lantainya.

Gambar 4.19 Windrose kecepatan angin Jakarta dalam setahun. Sumber Ecotect Analysis 2011

Gambar 4.20 Windrose kecepatan angin tapak dalam setahun. Sumber Project Vasari 2 Beta

(39)

Dari hasil rotasi terebut didapatkan bentuk bangunan yang lebih dinamis dengan keunikan perbedaan arah hadapan yang berbeda antara level satu dengan level yang lainnya. Berikut adalah perubahan denah yang terjadi:

Gambar 4.21 Value rotasi denah setiap lantainya. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(40)

4.11 Analisa Tapak dan Zoning Bangunan

1 ANALISA SIRKULASI DAN AREA SEKITAR

Tapak merupakan tapak hoek (area merah) yang dikelilingi oleh dua jalan. Jalan utama berada pada sisi timur tapak yakni Jl. Benyamin Sueb. Jalan ini merupakan jalan utama dua arah. Walaupun jalan ini tidak ramai, kecepatan mobil yang melintasi jalan ini rata-rata sangat tinggi sehingga sisi ini tidaklah baik untuk dijadikan sebagai entrance. Pada sisi lain adalah jalan Griya Utama yang merupakan jalan dua arah yang lebih kecil. Jalan ini tergolong sepi dan kendaraan yang melaju pada jalan ini tergolong berada pada kecepatan sedang, oleh karena itu, jalan Griya Utama dipilih sebagai titik perletakan entrance apartemen.

Lokasi bangunan sekitar tapak adalah sebagai berikut: A. Apartemen Bandara Kemayoran

B. Pom Bensin Kemayoran C. Warehouse

D. Café Seafood Kemayoran E. Pt. City Neon Prima Mandiri F. Ruko Rajawali

G. Jakarta International Expo H. Springhills Residence I. The Mansion J. Springhills Golf Park

(41)

2 ANALISA VIEW DARI DALAM KE LUAR

View terbaik dari dalam tapak keluar adalah lapangan golf Springhills Golf Park dan area hijau dekat dengan deretan Town House dari Springhills Residence. Untuk view yang lebih jauh, pada area utara merupakan view kearah laut dan sebelah timur laut mendapatkan view ancol. Untuk arah tenggara mendapatkan view apartemen the mansion dan Springhills Residence. Pada area belakang tapak hanyalah deretan perumahan padat. Dari hasil analisa ini, bentuk dari hasil analisa angin dan rotasi lantai berjalan lurus dengan view terbaik, sehingga secara tidak langsung hadapan yang dihasilkan dari hasil simulasi mendukung best view dari tapak.

2 ANALISA VIEW DARI LUAR KEDALAM

View terbaik dari luar kedalam tapak adalah dari sepanjang Jl. Benyamin Sueab dan Jl. Griya Utama. Rotasi bangunan perlantai menciptakan view yang unik secara keseluruhan hadapan

(42)

terhadap bangunan sehingga dari analisa windrose telah membantu menciptakan view yang baik dari luar kedalam tapak khususnya terhadap bangunan.

3 ZONING VERTIKAL

Lantai dasar merupakan zona public dimana diletakan aktivitas umum dan management kantor. Lantai dasar berisikan area public seperti lobby, retail, restaurant, dan fasilitas yang dapat digunakan oleh public seperti area fitness dan SPA. Untuk lantai dua akan zonakan sebagai area management kantor. Lantai berikutnya merupakan area parkiran dengan jumlah dua lantai. Zona berikutnya masuk kedalam zona private dimana fungsi utama adalah lokasi unit apartemen yang diikuti dengan area facilities dan open space khusu untuk penghuni dan tamu penghuni dan dilanjutkan kembali dengan unit apartemen yang merupakan area private. Area facilitas lain seperti kolam renang, running track diletakan diarea roof top yang digunakan hanya untuk penghuni saja. Core berada dikiri dan kanan bangunan yang diikuto dengan jalur lift, service dan lift barang serta area utilitas mesin AC dan lainnya.

(43)

4.12 Analisa Sistem Struktur, Utilitas dan Material Bangunan

1 ANALISA PLAT DAN PEMBALOKAN

Flat Plate merupakan system satu maupun dua arah yang didukung langsung oleh tumpuan kolom. Secara garis besar digunakan dalam konstruksi lantai bangunan. Prinsip dasar dari Flat Plate adalah konstruksi yang umumnya dengan ketebalan yang sama dan hanya memerlukan kerangka kerja / bekasting yang sederhana dan mudah dalam pengerjaannya. Kelebihan dari penggunaan Flate Plate selain dilihat dari segi konstruksi adalah tidak diperlukannya balok dan dapat mengurangi ketinggian dari lantai ke lantai. Karena ketinggian bangunan dalam perancangan apartemen relative rendah dari lantai ke lantai, maka penggunaan konstruksi Flat Plate akan lebih sesuai.

2 ANALISA STRUKTUR RIB DAN MATERIAL

Selain menggunakan kolom konvensional, struktur Rib digunakan pada sisi terluar bangunan untuk membantu menyalurkan beban bangunan. Struktur Rib yang digunakan adalah menggunakan konstruksi beton berulang sedangkan untuk struktur Rib yang befungsi sebagai pendukung cantilever menggunakan konstruksi beton komposit dimana didalam beton juga terdapat struktur kabel sebagai penguat struktur terhadap gaya Tarik.

(44)

3 ANALISA MATERIAL

Material yang digunakan dalam perancangan apartemen ini relative beragam.Untuk keseluruhan partisi antar ruangan dalam satu unit digunakan gypsum dan GRC board, sedangkan untuk partisi antar unit menggunakan bata. Pada deflector sendiri menggunakan material kaca untuk menjaga transparancy dan frame yang terbuat dari galvalume untuk memberikan daya tahan terhadap karat dalam jangka waktu yang lebih lama dibadingkan dengan galvanis. Untuk konstruksi plafon menggunakan besi hollow dengan cladding gypsum.

4 ANALISA DISTRIBUSI AIR

Air bersih didapatkan dengan menggunakan dua cara yakni dengan system deep well dan PAM. Air bersih dikumpulkan pada reservoir bawah yang kemudian dialirkan keatas bangunan dan ditampung dalam reservoir atas setelah melewati karbon filter dan sand filter. Air kemudian dipompa dan didistribusikan kesetiap apartemen melalui header untuk menjaga tekanan air pada setiap lantainya. Air kotor hasil wastafel dan shower akan dikumpulkan dan digabung dengan air hujan dan air kolam renang bekas untuk kemudian digunakan kembali sebagai flush. Air limbah cair dan padat akan dikumpulkan di STP yang kemudian air hasil olahan akan digunakan untuk menyiram air taman dan sebagai pasokan air mancur didepan lobby.

4.13 Analisa Pengaruh Arah dan Letak Deflector Dengan Simulasi CFD

Analisa CFD dilanjutkan kedalam interior ruangan dengan pengaruh deflector terhadap kecepatan angin. Hasil yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

• Mencari arah terbaik hadapan unit apartemen dan batasan dari jarak bukaan pada sistem cross ventilation.

Unit apartemen dengan sistem deflector yang dapat bergerak menangkap dan membelokan angin. Hal ini bertujuan agar ventilasi udara pada unit dapat terjadi secara baik dengan kecepatan angin nyaman yakni antara 0.25 – 1.5 m/s.

Analisa awal dilakukan untuk menentukan jarak efektif cross ventilation

system pada ruangan dengan lebar 3 meter. Analisa dilakukan dengan kecepatan

angin 2m/s dengan panajng ruangan 3 meter, 6 meter, 9 meter dan 24 meter. Hasil analisa adalah sebagai berikut:

(45)

Analisa Cross Ventilation Efectiveness Keterangan

3 m Analisa dilakukan dengan

raungan lebar 3 meter dengan luas bukaan 50% dari bidang

dinding. Bukaan inlet dan outlet memiliki ukuran bukaan

yang sama. Angin simulasi dijalankan dengan kecepatan 2

m/s. Bukaan dihadapkan kearah datangnnya angin. Dari hasil analisa disimpulkan

bahwa kecepatan angin tidak berkurang didalam ruangan untuk bukaan dengan inlet dan

outlet yang menghadap kearah

datangnnya angin. Cross

ventilation dengan penyusunan

seperti demikian akan menciptakan aliran angin

didalam ruangan dengan panjang ruang mencapai 24

meter. 6 m

9 m

(46)

Analisa Cross Ventilation Efectiveness 24 m

Hasil simulasi diatas menujukan bahwa, selama hadapan bukaan sejajar dengan arah angin, maka angin akan terus masuk kedalam ruangan dan menciptakan

cross ventilasi dengan jarak hingga 24 meter. Sehingga hal ini membuktikan bahwa

pernyataan GBCI bahwa jarak maksimal cross ventilation adalah 12 meter tidak berlaku untuk kasus demikian.

Hasil simulasi ini juga menunjukan bahwa perletakan bukaan yang sejajar dengan arah angin, akan membuat kecepatan angin didalam ruangan sulit untuk dikontrol. Hal ini dikarenakan jika pada bukaan terdapat bidang untuk memperkecil ataupun memperbesar luas bukaan dengan tujuan memperlambat dan mempercepat kecepatan angin, angin akan memberikan tekanan yang besar pada bidang tersebut sehingga memperberat kerja struktur. Sedangkan angin yang masuk akan melaju dengan kecepatan yang sama, yang berbeda hanyalah penyebaran angin sesuai dengan letak dan jumlah bukaan yang diciptakan dari bidang tersebut.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisa ini adalah bahwa untuk mengatur kecepatan angin didalam ruangan sebaiknya digunakan bukaan yang tegak lurus dengan arah datangnnya angin bukan sejajar dengan arah datangnya angin. Sehingga

(47)

angin akan lewat disamping struktur atau permukaan luar dinding dan tidak akan memberikan gaya horizontal terhadap struktur. Oleh karena perlu adanya reflector untuk menangkap dan membelokan angin secukupnya, sehingga kecepatan angin didalam ruangan dapat dikontrol. Berikut adalah table pengukuran angin dalam ruangan dengan menggunakan 3 jenis deflector dengan sudut bukaan 100, 200, dan 300 pada kecepatan angin 4m/s, 6m/s, 8m/s dan 10m/s pada ruang 3 meter x 12 meter:

• A - Kecepatan angin pada titik terdekat inlet (Bagian kiri)

• B - Kecepatan angin pada titik tengah ruangan (Bagian kiri)

• C - Kecepatan angin pada titik terdekat outlet (Bagian kiri)

• A1 - Kecepatan angin pada titik terdekat inlet (Bagian kanan)

• B1 - Kecepatan angin pada titik tengah ruangan (Bagian kanan)

• A1 - Kecepatan angin pada titik terdekat outlet (Bagian kanan)

Jenis pertama adalah Attached Deflector System dimana salah satu sisi deflector berada menempel atau merapat dengan dinding unit. Sumbu pergerakan deflector berada dikedua sisi ujung deflector. Jenis kedua adalah Detached Deflector

System dimana deflector ini berada 1 meter dari jarak dinding terluar unit yang

diukur pada titik tengah deflector terhadap unit. Sumbu perputaran deflector ini berada ditengah-tengah deflector. Jenis ketiga adalah Cross Deflector System dimana sumbu tengah deflector berada segaris dengan dinding terluar unit dengan sumbu perputaran ditengah-tengah deflector.

Pada pengujian pertama hanya digunakan sebuah deflector pada salah satu sisi inlet. Hasilnya adalah angin masuk kedalam unit dan bergerak hanya pada sisi kiri unit saja dan angin juga mengalami percepatan. Sedangkan pada bagian kanan tidak terjadi sirkulasi angin. Pengujian dilanjutkan dengan penggunaan deflector

(48)

pada setiap bukaan, hasilnya terjadi pembelokan angin yang mengakibatkan angin terdistribusi pada sisi kanan unit. Hal ini mengakibatkan analisa selanjutnya menggunakan dua deflector.

Analisa Wind Flow Analysis Keterangan

300 – 4m/s Analisa ini hanya

menggunakan satu wind

deflector pada salah satu sisi

bukaan. Satu sisi bukaan bersifat sebagai penangkap angin dan sisi lain merupakan

outlet angin. Dapat

disimpulkan dalam analisa ini bahwa angin yang masuk memiliki kecepatan yang sama

dengan angin luar. Angin bergerak masuk dan cenderung

hanya berada disisi kiri ruang. Hal ini dapat dilihat bahwa sisi kanan ruang tidak dialiri angin dengan angka 0 m/s. Distribusi angin tidak merata keseluruh

bagian ruang. 300 – 6m/s

300 – 8m/s

300 – 10m/s

Tabel 4.32 Tabel Analisis Dengan Menggunakan Satu Deflector

(49)

Hasil simulasi dengan menggunakan dua deflector adalah sebagai berikut: Tipe 1: Attached Deflector System

Kecepatan Sudut A A1 B B1 C C1 Poin

4 m/s 100 0.4 0.1 0.2 0.1 0.2 0.2 4 6 m/s 100 0.1 0.2 0.1 0.3 0.2 0.1 3 8 m/s 100 2.5 1.2 0.3 0.3 0.7 0.6 5 10 m/s 100 2.5 1.8 1.2 0.5 0.4 0.2 4 4 m/s 200 0.4 0.9 0.8 1.1 1.4 0.6 6 6 m/s 200 0.6 0.2 1.4 0.8 0.7 0.3 6 8 m/s 200 0.7 0.4 1.3 0.8 0.4 0.3 6 10 m/s 200 1.7 0.2 1.5 0.3 0.2 0.2 5 4 m/s 300 1.6 0.4 2.2 1.6 2.8 2.2 1 6 m/s 300 0.6 0.0 2.9 3.2 1.8 0.5 2 8 m/s 300 6.3 3.7 1.2 4.7 1.9 1.6 1 10 m/s 300 3.2 8.1 7.8 7.2 4.7 1.1 1

Tabel 4.33 Tabel Analisis Attached Deflector System

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013 Gambar 4.22 Attached Deflector System

(50)

Tipe 2: Detached Deflector System

Kecepatan Sudut A A1 B B1 C C1 Poin

4 m/s 100 1.1 1.3 1.5 1.6 0.7 0.9 6 6 m/s 100 1.1 1.5 1.4 1.7 0.4 1.0 5 8 m/s 100 0.9 1.3 1.5 2.4 0.3 1.7 4 10 m/s 100 1.6 1.5 0.4 0.3 1.5 0.3 5 4 m/s 200 0.6 0.7 1.3 1.0 0.2 0.2 6 6 m/s 200 0.8 0.9 1.5 2.1 0.8 1.5 5 8 m/s 200 1.3 1.9 1.8 2.3 1.1 1.5 3 10 m/s 200 2.1 2.9 2.5 2.7 0.9 1.4 2 4 m/s 300 2.5 2.3 3.4 3.2 4.0 2.3 0 6 m/s 300 3.7 3.9 4.7 5.0 4.8 3.7 0 8 m/s 300 5.5 4.5 6.3 6.1 6.7 4.5 0 10 m/s 300 1.1 1.2 6.1 7.9 4.2 2.5 2

Tabel 4.34 Tabel Analisis Detached Deflector System

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013 Gambar 4.23 Detached Deflector System

(51)

Tipe 3: Cross Deflector System

Kecepatan Sudut A A1 B B1 C C1 Poin

4 m/s 100 0.1 0.0 0.0 0.0 0.9 0.2 2 6 m/s 100 0.1 0.0 0.0 0.1 1.6 0.3 1 8 m/s 100 0.2 0.1 0.2 0.2 1.8 0.6 4 10 m/s 100 0.0 0.1 0.0 0.1 0.4 0.3 2 4 m/s 200 0.2 0.3 1.2 1.7 1.5 1.9 4 6 m/s 200 1.5 1.6 2.4 2.6 2.2 2.4 1 8 m/s 200 1.4 1.5 3.4 4.1 4.5 3.0 2 10 m/s 200 3.2 4.0 9.7 4.5 9.7 5.0 0 4 m/s 300 1.9 1.8 2.7 3.2 2.0 0.5 1 6 m/s 300 2.1 2.5 3.6 4.0 3.3 1.0 1 8 m/s 300 2.2 1.1 4.6 5.9 4.5 1.1 2 10 m/s 300 2.1 2.5 3.1 3.4 4.3 1.4 1

Tabel 4.35 Tabel Analisis Cross Deflector System

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013 Gambar 4.24 Cross Deflector System

(52)

Dari ketiga jenis deflector, Attached Deflector System 100 dan 200 hampir dapat digunakan untuk keseluruhan kecepatan angin dalam value simulasi. Attached

Deflector System 300 menunjukan kecepatan angin dalam ruangan yang sedikit

melibihi kondisi nyaman sehingga tidak akan digunakan. Detached Deflector System 100 juga bias menjadi alternatif penggunaan untuk semua kondisi kecepatan angin dalam value simulasi. Sedangkan untuk Detached Deflector System 200 hanya dapat digunakan untuk kecepatan angin hingga maksimal 6m/s. Sama halnya dengan

Attached Deflector System 300, Detached Deflector System 300 juga menunjukan

kondisi over ventilated sehingga tidak akan digunakan. Cross Deflector System 100 menunjukan indikasi under ventilated, sehingga tidak akan digunakan. Cross

Deflector System 200 hanya dapat digunakan untuk kecepatan angin maksimall 4m/s.

Sedangkan kecepatan angin lainnya cenderung mengakibatkan over ventilated. Cross

Deflector System 300 menunjukan kondisi over ventilated, sehingga tidak akan

digunakan.

Sehingga untuk menentukan jenis dan besaran bukaan deflector yang digunakan pada kecepatan angin <4m/s, 6m/s, 8m/s, >10m/s, akan ditentukan dari poin tertinggi dari setiap jenis dan bukaan. Rata – rata besaran angin yang paling mendekati angka 0.875 m/s (merupakan titik tengah kecepatan angin nyaman standar 0.25 – 1.5) akan dipilih sebagai deflector angin untuk kecepatan angin tersebut.

Kecepatan angin 4 m/s:

Jenis Bukaan Average Hasil

Attached Deflector System 200 0.867 m/s Digunakan

Detached Deflector System 100 1.183 ms Tidak Digunakan

Detached Deflector System 200 0.667 m/s Tidak Digunakan

(53)

Kecepatan angin 6 m/s:

Jenis Bukaan Average Hasil

Attached Deflector System 200 0.867 m/s Digunakan

Kecepatan angin 8 m/s:

Jenis Bukaan Average Hasil

Attached Deflector System 200 0.65 m/s Digunakan

Kecepatan angin 10 m/s:

Jenis Bukaan Average Hasil

Attached Deflector System 200 0.68 m/s Tidak Digunakan

Detached Deflector System 100 0.933 Digunakan

Deflector yang digunakan adalah sebagai berikut:

Kecepatan Angin Jenis Deflector

<4 m/s Attached Deflector System 200

6 m/s Attached Deflector System 200

8 m/s Attached Deflector System 200

>8 m/s Detached Deflector System 100

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Tabel 4.37 Tabel Deflector yang Digunakan

(54)

4.14 Detail dan Mekanisme Deflector

Mekanisme deflector dibuat dengan sistem pengerak dua arah yakni arah maju dan arah mundur. Pergerakan deflector dibantu dengan adanya rail yang disediakan dengan panjang rail menyesuaikan terhadap pengurukan derajat bukaan

deflector pada setiap unitnya. Pengerak deflector menggunakan dynamo DC yang

memutarkan gear yang dikaitkan dengan strip dan roda pengerak. Deflector terdiri dari 2 jendela yang dirancang lebih panjang sehingga memberikan dapat melakukan perpanjangan saat berada pada posisi miring dan melakukan perpendekan saat berada diposisi lurus.

Bagian deflector terdiri dari: A. Plafon Ruangan

Plafon ruangan digunakan untuk menutupi utilitas bangunan termasuk juga mesin dynamo DC pengerak deflector.

Gambar 4.25 Simulasi pergerakan deflector dengan studi maket Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(55)

B. Dynamo DC

Dynamo DC digunakan sebagai motor penggerak deflector yang telah

disambungkan dengan chip dan pemograman Arduino untuk menentukan seberapa banyak rotasi dynamo.

C. Deflector Window

Jendela dibuat dengan sistem sliding sehingga dapat melakukan perpanjangan dan perpendekan secara fleksibel untuk menyesuaikan ukuran terhadap jalur pergerakan saat membentuk garis lurus dan garis miring.

D. Besi Hollow

Digunakan sebagai stuktural untuk mendukung jalur pengerak deflector. E. Wind Sensor

Sensor digunakan untuk mengukur kecepatan angin yang hasilnya akan diproses sebagai value input untuk memicu geraknya dynamo.

F. Roda Gear dan Strip

Roda Gear dan Stip merupakan alat yang membantu pergerakan jendela deflector dengan alat control dynamo DC.

G. Main Movement Line

Merupakan jalur utama pengerakan deflector dibantu dengan roda atau sendi roll yang digerakan oleh dymano melalui strip yang terhubung dengan roda

gear.

H. Side Movement Line

Merupakan jalur pembantu dengan stopper dalam pergerakan deflector. Roda ataupun sendi roll menghubungkan antara rel dan deflector dengan penghubung yang flexible atau memiliki daya lentur.

(56)

Deflector bergerak pada 5 posisi yakni:

Posisi Off

Deflector dalam keadaan mati atau tidak berkerja. Hal ini difungksikan saat terjadinya hujan deras ataupun disaat listrik padam.

Gambar 4.26 Bagian detail deflector Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.27 Deflector pada posisi off Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(57)

Posisi Maintenance

Deflector mundur dengan jarak 50 cm kedalam ruangan untuk memberikan

ruang kepada penghuni rumah dalam membersihakan jendela deflector.

• Posisi Standby

Deflector berjalan maju hingga jarak terjauh salah satu sisi terpedek dinding Rip. Dalam posisi ini, kecepatan angin akan diukur oleh sensor yang akan memicu pergerakan deflector selanjutnya.

Gambar 4.28 Deflector pada posisi maintenance Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.29 Deflector pada posisi standby Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(58)

Posisi Attached 200

Posisi yang digunakan untuk kecepatan angin <4m/s, 6m/s, dan 8m/s.

Posisi Detached 100

Posisi yang digunakan untuk kecepatan angin 10 m/s Gambar 4.30 Deflector pada posisi Attached 200

Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.31 Deflector pada posisi Detached 100 Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(59)

4.15 Zoning Unit Dengan Aplikasi Cross Ventilation System

Untuk menciptakan pergerakan angin, maka perlu adanya inlet dan outlet sesuai dengan hasil analisa sebelumnya. Oleh karena itu, denah unit apartemen pun harus dirancang dengan mengaplikasikan pembagian unit yang memungkinkan terjadinya bukaan inlet dan outlet. Pembelajaran unit dengan layout yang memiliki inlet dan outlet ventilasi dipelajari dari design layout United d’Habitation oleh Le Corbusier. United d’Habitation didesain dengan 14 jenis layout dengan 2 layout membentang dari ujung ke ujung terluar dari massa bangunan sehingga menciptakan bukaan inlet dan outlet pada unit apartemnya. Unit tersebut yakni adalah tipe E2s dan E2i.

Prinsip dasar dari pembuatan denah ini diadaptasikan ke dalam outline apartemen yang telah dibuat pada analisa bentuk massa sebelumnya. Denah dimodifikasi dengan zoning sebagai berikut:

Gambar 4.32 Denah tipe E2s dan E2i

(60)

4.16 Conditional Statement Dalam Perancangan Denah Unit

Unit apartemen dirancang secara parametrik dengan ketentuan If conditional atau logika matematika. Hal ini dilakukan karena outline yang dihasilkan dari simulasi massa memiliki luasan dan bentuk yang berbeda – beda pada setiap lantainya untuk ke 40 lantai. Untuk membantu perancangan ruanga dalam, dalam kondisi ini, ruang standar ditentukan terlebih dahulu untuk kemudian dikembangkan dengan logika matematika yang ditetapkan. Logika matematika adalah sebagai berikut:

• WC – Fix standar 2.5 m2

• Dapur – Fix standar 5.2 m2

• R. makan – Standar 6.4 m2

Gambar 4.33 Zoning dan denah standar unit apartemen Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(61)

If Cond. – Jika ukuran ruang makan melibihi 10 m2, maka ruang akan dibagi dengan minimum area standar dan sisanya akan dimasukan sebagai ruang tamu. Atau jika ruang makan dibawah 6.4 m2 , maka area ruang tamu akan diambil untuk memenuhi standar ruang makan dan fungsi ruang tamu akan digunakan bersamaan dengan ruang keluarga.

• R. Tamu – Standar 6.4 m2

If Cond. – Jika ukuran ruang tamu melebihi 13 m2, maka ruang lebih akan dimasukan kedalam ruang keluarga ataupun ruang makan. Jika ruang tamu dibawah 6.4 m2, maka area akan diberikan kepada ruang keluarga ataupun ruang makan dan fungsi ruang tamu akan digunakan bersamaan dengan ruang keluarga.

• R. Keluarga – Standar 15.8 m2

If Cond. – Jika ukuran ruang keluarga melebihi 25 m2, maka ruang lebih akan dimasukan kedalam ukuran kamar single. Atau jika ruang keluarga kurang dari 8 m2, maka area kamar single akan digunakan sebagai area ruang keluarga.

• Kamar Mandi – Standar 5.3 m2

If Cond. – Jika ukuran Kamar Mandi diatas 10 m2, maka Kamar mandi akan dibagi menjadi 2 dan salah satunya akan digunakan sebagai Kamar mandi utama ataupun keseluruhan kamar mandi digunakan sebagai kamar mandi dan kloset kamar utama. Ataupun jika ukuran kamar mandi dibawah 3 m2 maka fungsi kamar mandi akan dijadikan sebagai WC.

• Kamar Tidur Single – Standar 8 m2

If Cond. – Jika ukuran kamar tidur single diatas 20 m2, maka kamar tidur single akan dibagi dua ataupun jika kondisi penyusunan ruang tidak

(62)

memungkinkan, maka kamar tidur single akan diperbesar hingga 40 m2 atau jika letak kamar tidur single diatas 28m2 berada dijalur koridor, maka akan ditambahakan toilet dan difungsikan sebagai kamar utama. Jika ukuran kamar tidur single dibawah 8m2, maka kamar akan dhilangkan dan area akan digunakan sebagai ruang keluarga ataupun kamar utama.Ataupun jika ukuran ruang extra tidak bisa dipindahkan, maka akan dijadikan sebagai kamar pembantu ataupun gudang penyimpanan.

• Kamar Tidur Utama + Kamar Mandi – Standar 28 m2

If Cond. – Jika ukuran kamar tidur utama + kamar mandi melebihi 70 m2, maka sisa area akan dibagikan sebagai kamar single ataupun jika tidak memungkinkan akan dimasukan kedalam area corridor ataupun area sirkulasi.

Gambar 4.34 Conditional Statement Perancangan Ruang Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(63)

Contoh algoritma pembagian ruang 20 m2:

If Cond. – Jika ukuran ruang diatas 20 m2, maka area akan dibagi menjadi 2 bagian. Ataupun area ruangan diatas 70 m2, maka area akan dibagi manjadi 2 bagian.

Gambar 4.35 Kondisi area tidak melebihi 20 m2 Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.36 Kondisi area melebihi 20 m2 dan 70 m2 Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(64)

Gambar 4.37 Logika Grashopper untuk membuat simulasi pembagian denah 1 Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.38 Logika Grashopper untuk membuat simulasi pembagian denah 2 Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar 4.39 Logika Grashopper untuk membuat simulasi pembagian denah 3 Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

(65)

4.17 Sliding Wall Mechanism

Sliding Wall merupakan sebuah mekanisme dinding geser yang bergeser dari

atas dinding partisi ke bawah dinding partisi. Sliding wall dibuat dengan modular 1000 mm yang dapat di adjust sesuai panjang kebutuhan sliding wall. Sliding wall di rancang untuk mendukung kelancaran aliran udara dalam setiap ruangan dan berkerjannya cross ventilation serta alur dan kecepatan aliran angin didalam setiap ruangan mengikuti hasil dari analisis angin terhadap ruangan, maka rintangan seperti sekat ataupun partisi dalam ruangan harus dapat difungsikan secara flexible.

Dalam mendukung hasil kecepatan angin mengikuti hasil analisa, maka partisi didalam ruangan dibagi menjadi 3 jenis partisi antara lain:

• Partisi penuh dinding bata untuk dinding partisi permanen seperti dinding antar unit apartemen dan koridor, shaft dan dinding ruangan WC.

• Partisi dinding bata dengan ketinggian 600 mm dari plat lantai bawah dan atas dengan gap 1500 mm di tengah, untuk ruangan Kamar mandi pada area private

• Partisi dinding GRC board atau papan semen dengan ketinggian 600 mm dari plat lantai bawah dan atas dengan gap 1500 mm di tengah, untuk ruangan kamar tidur ataupun ruangan yang kemudian hari dapat diadjust atau di atur ulang sesusai kebutuhan penghuni.

Dengan adanya gap 1500 mm pada tengah dinding menghilangkan rintangan bagi sirkulasi angin dan memberikan jalur bagi angin untuk bersirkulasi sesuai dengan hasil analisa sebelumnya, sehingga memungkinkan pertukaran udara pada setiap ruangan termasuk ruangan dengan kelembaban tinggi seperti kamar mandi.

(66)

Berikut adalah mekanisme Sliding wall:

A : GRC Board Partition (Flexible Partition) A : Brick Partition (Untuk Kamar Mandi) B : Area Penyimpanan Partisi dengan Penutup C : GRC Sliding Wall

D : Sliding Rel

Gambar 4.40 Mekanisme Sliding Wall Sumber Dokumentasi Pribadi, 2013

Gambar

Gambar 4.1 Master Plan Kawasan  Sumber: The Royal Spring Hills Residences, 2013  4.7 Analisa Lokasi Tapak
Gambar 4.3 Pertamina dengan tipe bangunan hollow dan massive dengan ketinggian  sekitar 6 meter
Tabel 4.4 Data Pengukuran Pada Inlet Selatan
Tabel 4.6 Data Pengukuran Pada Inlet Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi DFD level 0 dari sistem yang diusulkan yaitu santri yang membayar iuran bulan disertai kartu iuran santri yang diterima bendahara, dari bendahara

• Peserta didik diminta untuk memberikan pendapat tentang gambar yang ditampilkan • Guru memberikan penjelasan tentang sifat elastisitas bahan.. • Peserta didik diminta

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan senjata api pada Pasal 9 dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pembelajaran membaca aspek kebahasaan pada siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi

Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 2013 tetang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah ;---

Perairan Muara Badak memiliki 24 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

Perubahan muka laut yang sama akan menghasilkan pe- rubahan daratan yang lebih luas di paparan, karena dangkatnya dasar laut dan kemiringan yang landai.. Susut taut