• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. saja media cetak seperti surat kabar dan majalah, akan tetapi juga radio dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. saja media cetak seperti surat kabar dan majalah, akan tetapi juga radio dan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi media dewasa ini memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan komunikasi massa. Bukan saja media cetak seperti surat kabar dan majalah, akan tetapi juga radio dan televisi sebagai media elektronik. Kita dapat mendengar dan melihat informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Sekian banyak media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia, hampir semua orang memiliki televisi dirumahnya. Tayangan-tayangan di televisi menyuguhkan hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar 5-7 jam dalam sehari. Informasi adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat ini.

Media komersial, dalam hal ini iklan yang ditayangkan di televisi merupakan wahana bagi produsen untuk menggugah kesadaran dan memperlakukan calon konsumen agar bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan. Periklanan merupakan salah satu bagian dari usaha pemasaran yang cukup penting dilakukan oleh perusahaan, lembaga, ataupun instansi untuk meningkatkan penjualan. Iklan dirancang untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, serta mengharapkan adanya suatu tindakan dari calon konsumennya yang menguntungkan produsen (pengiklan).

(2)

Iklan atau yang lebih dikenal dengan istilah advertising didefinisikan sebagai kegiatan memperkenalkan barang atau jasa melalui media massa atau bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menginterpretasikan kualitas suatu produk barang atau jasa berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen.1 Apalagi dengan adanya anggapan bahwa konsumen lebih mementingkan merek ketimbang kualitas dari produk itu sendiri memunculkan polemik bahwa keberhasilan dalam penjualan produk terletak pada iklan yang berkualitas.

Iklan dengan beraneka ragamnya dapat dilihat di media-media massa khususnya televisi. Seperti yang diungkapkan oleh Schramm bahwa televisi menjadi sarana yang sangat efektif untuk mempropagandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan secara materi dalam kemasan iklan.2 Dengan banyaknya televisi di Indonesia antara lain: TVRI, Indosiar, Metro TV, RCTI, ANTV, Global TV, Trans TV, Trans7, SCTV, TPI dan TV One semakin menyuburkan produksi iklan di tanah air, dan menjadikan iklan semakin sulit dipisahkan dalam kehidupan kita. Namun, dalam penelitian ini, peneliti merasa cukup untuk meneliti stasiun televisi Trans7 dan Global TV sebagai stasiun yang cukup banyak menyajikan tayangan olah raga berupa otomotif yang berkaitan dengan iklan pelumas kenderaan.

Iklan yang disajikan di televisi dianggap mampu mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsinya, terutama di kalangan mahasiswa terhadap suatu produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan secara psikologis mahasiswa       

1 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1995), hal. 45. 

2

Wawan Kuswandi, Komunikasi massa: Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta ; Rhineka Cipta Karya, 1996), hal. 25. 

(3)

masih berada dalam proses pencarian jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar. Salah satu produk yang marak diekspose dalam bentuk iklan adalah produk-produk pelumas motor, salah satunya adalah produk PT. Pertamina yaitu Pelumas Enduro Matic yang dikhususkan pada sepeda motor bertransmisi otomatis.

PT. Pertamina berusaha memahami kebutuhan dan perilaku konsumen dengan membuat iklan yang hiperbola, ini didasarkan karena konsumen yang semakin kritis. Dan didasarkan pada gaya hidup konsumen. PT. Pertamina berusaha melibatkan emosi konsumen dengan menyajikan iklan yang responsif dan berbeda dari iklan produk-produk sejenis. PT. Pertamina berusaha membuat persepsi konsumen bahwa Pelumas Enduro Matic untuk sepeda motor bertransmisi otomatis adalah pelumas yang menjadikan mesin motor lebih terjaga dan kemampuan serta kecepatan motor di atas rata-rata. PT. Pertamina juga berusaha menjadikan Pelumas Enduro Matic bisa dikonsumsi oleh semua merek sepeda motor yang bertransmisi otomatis, namun lebih dari itu PT. Pertamina berusaha menonjolkan manfaat psikologis kepada konsumen.

Enduro Matic sengaja diformulasikan khusus untuk motor otomatis, SAE 10W-30 dipandang paling ideal untuk kondisi mesin otomatis yang membutuhkan pelumas yang cukup encer, API SL merupakan kualitas tertinggi untuk pelumas otomatis yang saat ini beredar di Indonesia, dan tentunya aditif molybdenum dengan jumlah yang cukup untuk mengurangi gesekan dalam ruang mesin sehingga kerja mesin jadi lebih ringan dan tentunya berakibat pada tarikan yg lebih spontan, BBM yang lebih irit, dan suhu mesin terjaga tidak terlalu panas. Kelebihan Enduro Matic seperti yang telah dijelaskan diatas, kekentalan oli yang

(4)

pas dengan motor otomatis, kualitas oli matic terbaik (API SL), dan memiliki aditif molybdenum yang berguna untuk mengurangi gesekan dalam mesin sehingga kinerja mesin jadi lebih efisien. Kompetitor yang sejenis belum ada yang memiliki khasiat selengkap ini, yang ada baru sama SAE 10W-30 sedangkan aditif mloybdenum dan API SL belum ada yang menandingi. Beberapa pengendara yang diminta untuk mencoba secara sukarela belum pernah ada yang komplain dan justru mereka langsung merasakan manfaatnya sehingga ketagihan untuk terus pakai Enduro Matic.3

Di dalam iklan pengendara ditampilkan sangat mudah untuk melakukan atraksinya setelah memakai Pelumas Enduro Matic. Dan terlihat kemampuan sepeda motor bertransmisi otomatis tersebut bertambah drastis dengan kecepatan yang begitu sempurna. Maka dari itu, PT. Pertamina berusaha mengambil keterlibatan konsumen, agar konsumen menyimpulkan sendiri maksud dari iklan tersebut dengan membuat eskekusi iklan yang menggambarkan beberapa pengguna sepeda motor bertransmisi otomatis dari berbagai merek melakukan atraksi dengan mengangkat ban depan sepeda motor.

Bahkan di dalam iklan tersebut dijelaskan bahwa kemampuan dan kecepatan sepeda motor kita akan melebihi di atas rata-rata serta menjaga mesin motor agar tetap awet. Peneliti tertarik dengan iklan ini karena cara PT. Pertamina mempromosikan produk mereka sangatlah inovatif.

Semakin diingatnya iklan tersebut maka diharapkan sikap mahasiswa untuk merespon iklan ini semakin positif dan beralih untuk memakai Pelumas Enduro Matic, khususnya di kalangan mahasiswa Fisip USU. Dimana mahasiswa

      

(5)

Fisip Usu yang memakai kenderaan bermotor sebagian besar menggunakan motor matic, alasannya cukup masuk akal yaitu dengan memakai motor matic perjalanan semakin mudah apalagi di jalan-jalan macet untuk menuju kampus. Sehingga dari pemakaian motor matic tersebut, maka mahasiswa dapat memilih Pelumas yang terbaik untuk menjaga mesin motornya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Iklan Pelumas Enduro Matic yang Diproduksi oleh PT. Pertamina terhadap sikap mahasiswa Fisip Usu.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

"Bagaimanakah pengaruh antara penayangan iklan Pelumas Enduro Matic di Trans7 terhadap sikap mahasiswa FISIP USU”

1.3. Pembatasan Masalah

a. Objek penelitian ini adalah iklan Pelumas Enduro Matic di Trans7. b. Produk yang diiklankan adalah produk pelumas khusus motor matic.

c. Responden yang diambil adalah Mahasiswa FISIP USU yang memakai sepeda motor bertransmisi otomatis (motor matic).

d. Responden adalah mahasiswa stambuk 2007-2008. d. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2010.

(6)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui performance atau penampilan iklan Pelumas Enduro Matic di Trans7.

2. Untuk mengetahui pola menonton mahasiswa FISIP USU terhadap iklan Pelumas Enduro Matic di Trans7.

3. Untuk mengetahui pengaruh iklan Pelumas Enduro Matic di Trans7 terhadap minat membeli.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini. c. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

penulis mengenai pelumas Enduro Matic.

1.6. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu uraian yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dengan adanya kerangka teoritis maka penulis akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian.4

      

4

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 1995), hal. 40. 

(7)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori-teori antara lain: 1. Teori Komunikasi, Komunikasi Massa, dan Televisi.

2. Periklanan 3. Teori AIDDA 4. Sikap

1.6.1. Teori Komunikasi, Komunikasi Massa, dan Televisi.

Istilah Komunikasi berasal dari Bahasa Latin yaitu communicatio, yang bersumber dari kata communis yang artinya "sama" dan Communico, communication, atau communicare yang berarti "membuat sama." Istilah yang paling sering sering disebut sebagai asal-usul kata Komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin adalah Communis.5

Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam kaitannya dengan hubungan antarindividu. Komunikasi merupakan sarana vital untuk mengerti diri sendiri, orang lain, dan memahami apa yang dibutuhkannya maupun apa yang dibutuhkan orang lain serta untuk mencapai pemahaman tentang dirinya dan sesama.

Komunikasi Massa dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film.6

      

5

Onong Uchana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 30. 

6

Havied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Raja Grafindo Praha Trendi, 2006), hal. 36. 

(8)

Pengertian Komunikasi Massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Di samping itu ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan defenisi "massa" sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenai keberadaan individualitas. Defenisi ini hampir menyerupai pengertian massa yang digunakan oleh para ahli sosiologi khususnya bila dipakai dalam kaitannya dengan khalayak media.

Sedangkan Saverin dan Tankard menyatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian ketrampilan (skill), sebagian seni (art), dan sebagian ilmu (science). Maksudnya, tanpa adanya dimensi menata pesan tidak mungkin media massa dapat memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan dan perilaku komunikan.7

Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi, dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.8

Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,

      

7

Onong Uchana Effendi, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 21. 

8

Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung : Simbosa Rekatama Media, 2004), hal. 125. 

(9)

pesanya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.9

Televisi merupakan media massa yang sangat besar manfaatnya, karena dalam waktu yang relatif singkat dapat menjangkau wilayah dan jumlah penonton yang tidak terbatas.10 Bahkan, peristiwa yang terjadi pada saat itu juga, dapat segera diikuti sepenuhnya oleh penonton di belahan bumi yang lain.

Peranan televisi juga sangat besar dalam membentuk pola pikir, pengembangan wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produk-produk industri tertentu, disebabkan program siaran yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun memerlukan biaya yang tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau khalayak penonton, betah duduk berlama-lama di depan pesawat televisi.

1.6.2. Periklanan

Institut Periklanan Inggris mendefenisikan periklanan sebagai pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang dan jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.11 Sedangkan periklanan menurut Masyarakat Periklanan Indonesia merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan.12 Adapun pengertian menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia:

      

9

Onong Uchana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 21. 

10 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal. 26.  11 Frank Jefkins, Periklanan. Penerjemah Haris Munandar, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal. 5  12

Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1995), hal. 11. 

(10)

1. Berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan.

2. Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang/jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa.

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan iklan adalah untuk memberitahukan, membujuk, mengingatkan dan memberikan nilai tambah kepada produk. Salah satu keuntungan utama iklan dibandingkan dengan media promosi lainnya adalah kemampuannya untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada sejumlah besar orang pada suatu waktu.

I.6.3. Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut juga proses A-A atau A-A Procedure (Attention – Action Procedure) AIDDA merupakan singkatan dari Attention (Perhatian), Interest (Ketertarikan), Desire (Minat), Decision (Keputusan), Action (Tindakan). Proses ini dimulai dengan adanya kegiatan untuk membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat melalui pesan yang berisi info yang disampaikan komunikator dan akhirnya diambil keputusan untuk bertindak terhadap pesan itu. Teori AIDDA itu sendiri pada dasarnya adalah proses komunikasi yang terdiri dari elemen-elemen13 sebagai berikut:

      

13

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 304. 

(11)

1. A  Attention Perhatian 2. I  Interest Rasa Tertarik 3. D  Desire Keinginan 4. D  Decistion Keputusan

5. A  Action Sikap atau tindakan

Proses pentahapan ini mengandung makna bahwa komunikasi dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), apabila perhatian komunikasi telah terbangkit harus disusul dengan upaya menumbuhkan minat (Interest), minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya keinginan (Desire) komunikan untuk melakukan hal yang diinginkan komunikator. Setelah timbul keinginan harus diikuti oleh keputusan (Decision) yakni keputusan untuk mengambil sikap atau tindakan (Action).14

1.6.4. Sikap

Sikap adalah suatu bangun psikologis, seperti semua ujud psikologi, sikap adalah hipotesis. Thurstone mendefenisikan sikap sebagai jumlah seluruh kecenderungan dan perasaa, kecurigaan dan prasangka, pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal khusus. Tetapi dia berkata secara sederhana sikap adalah menyukai atau menolak objek psikologis. Gordon Allport menunjukkan bahwa suatu sikap adalah suatu keadaan kesiapan mental atau saraf. Demikian pula dengan Donald Campbel yang mendefenisikan sikap sebagai konsisten dalam menjawab objek-objek sosial.

      

(12)

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat positif hingga ke negatif terhadap suatu objek sikap.15

1.7. Kerangka Konsep

Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Menurut Nawawi kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.16 Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas atau Independent Variable (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan Pelumas Enduro Matic. 2. Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variable bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sikap

      

15 J. Daniel Mueller, Mengukur Sikap Sosial, (Jakarta ; Radar Jaya Offset, 1992), hal. 11.  16

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 1995), hal. 401. 

(13)

Mahasiswa FISIP USU terhadap produk Pelumas Enduro Matic setelah menyaksikannya.

3. Variabel antara atau Intervening Variable (Z)

Merupakan nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain, yakni : jenis kelamin, yakni kelompok mahasiswa laki-laki dan kelompok mahasiswa perempuan Fisip Usu yang terpilih sebagai sampel.

1.8. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1. Model Teoritis

Variabel Terikat (Y)

Sikap Mahasiswa

Variabel Bebas (X)

Iklan Pelumas Enduro Matic  Variabel antara (Z) Karakteristik responden - Pria - Wanita

(14)

1.9. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Iklan Pelumas Enduro Matic

1. Figur Iklan

2. Frekuensi penayangan iklan : - Durasi iklan

3. Daya tarik pesan  Kejelasan pesan :  Isi pesan  Tampilan  Tata gambar :  Warna  Aksi  Slogan

Variabel Terikat (Y)

Sikap mahasiswa terhadap produk

1. Perhatian

- mengetahui perbedaan produk 2. Ketertarikan

- menyukai iklan tersebut 3. Sikap

- beralih untuk ke produk tersebut

Variabel antara (Z)

Karakteristik Responden

Jenis Kelamin Mahasiswa :  Pria

(15)

1.10. Defenisi Operasional

Untuk menghindari pengertian yang meluas pada variable yang telah di operasionalkan, maka disusun defenisi batasan terhadap hal-hal yang akan dijadikan pembahasan dalam penelitian, yaitu :

a. Variabel Bebas (X)

1. Figur iklan adalah tokoh yang dipilih untuk berperan dalam suatu iklan dan mewakili produk tersebut.

2. Frekuensi penayangan iklan, semakin tinggi frekuensi penayangan suatu iklan maka akan semakin sering iklan tersebut ditonton oleh masyarakat sehingga akan semakin besar kemungkinan konsumen tertarik terhadap iklan tersebut ;

- Durasi merupakan tolak ukur seberapa lama iklan itu ditayangkan, dengan mengukur durasi iklan tersebut dapat diketahui apakah isi pesan dapat tersampaikan kepada komunikan.

3. Daya tarik pesan adalah kandungan pesan yang menarik dan memiliki arti bagi khalayaknya yang memiliki kecocokan dan manfaat dengan sistem nilai yang berlaku sehingga menimbulkan reaksi bagi khalayak untuk menyukai atau tidak menyukai suatu iklan ;

- Di dalam pesan iklan tersebut harus terdapat kejelasan pesan yaitu suatu pesan harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga memiliki kesamaan arti antara komunikator dan komunikannya;

(16)

 Isi pesan harus sesuai dengan gambar yang ditampilkan agar tidak mengaburkan tujuan iklan tersebut. Dengan pesan yang singkat padat dan jelas dapat memudahkan komunikan untuk mengetahui tujuan iklan yang ditayangkan.

 Tampilan yang menarik membuat komunikan akan lebih tetarik untuk menonton iklan tersebut.

- Tata gambar berarti suatu penataan gambar dalam suatu iklan yang dapat menarik minat khalayaknya;

 Warna yang ditampilkan harus sesuai dengan iklan yang ditayangkan untuk mendukung tampilan iklan semenarik mungkin.  Aksi yang diperagakan figur dalam iklan tersebut apakah sesuai

dengan iklan yang ditayangkan.

- Slogan yang merupakan untaian bahasa atau kata-kata yang memunculkan keinginan komunikan untuk mengkonsumsi produk tersebut. 

b. Variabel Terikat (Y)

Sikap responden untuk menggunakan produk, indikatornya :

1. Perhatian: mahasiswa melihat, membaca, dan menyaksikan iklan yang menerangkan suatu produk.

- Dengan perhatian tersebut, peneliti berusaha melihat seberapa tahukah mahasiswa membedakan keunggulan dari produk yang diiklankan dengan produk sejenisnya.

2. Ketertarikan: mahasiswa merasakan daya tarik saat menyaksikan tayangan iklan.

(17)

3. Sikap: mahasiswa mempunyai sikap untuk menentukan keputusannya atas penilaiannya terhadap produk melalui iklan tersebut.

c. Karakteristik Responden

Jenis kelamin responden: pria/wanita.

1.11. Hipotesis Penelitian

Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis yaitu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.17

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu yang kendalanya biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis penelitian menjadi tidak mengambang, karena dibimbing hipotesis tersebut.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara penayangan iklan Pelumas Enduro Matic

dengan sikap Mahasiswa FISIP USU.

Ha : Terdapat hubungan antara penayangan iklan Pelumas Enduro Matic

dengan sikap Mahasiswa FISIP USU.                17

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, Format Kuantitatif dan Kualitiatif, (Surabaya Airlangga University Press. 2001), hal. 90. 

Gambar

Gambar 1. Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Reaksi dekomposi katalitik metana dengan katalis Fe/Mo/MgO menghasilkan diameter luar nanotube karbon yang ingin dicapai pada tujuan penelitian, yaitu nanotube karbon yang

2) Lingkungan sekolah yang bersih dan terawat dapat mendukung proses pembelajaran di sekolah, sehingga penting untuk dijaga. 3) Terlihat kejenuhan siswa dalam belajar

RUPS diharapkan untuk segera melakukan pengangkatan 1 (satu) orang Komisaris Independen untuk Perseroan sehubungan dengan pemenuhan ketentuan jumlah minimum Komisaris Independen

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari

terjadi pada proses produksi kaca pada PT Asahimas Flat Glass adalah defect dengan nilai 1.65, overproduction dengan nilai 3.65, dan excess process. dengan

Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali

(2007) di Kabupaten Nunukan menyatakan bahwa keragaman ukuran diameter, keberadaan pohon dengan diameter >30 cm pada suatu sistem penggunaan lahan,

Metode Model Pembelajaran Interaktif Alat Pelajaran Waktu Jenis Penilaian Hasil Belajar Siswa. Menyebutkan ikon-ikon program