• Tidak ada hasil yang ditemukan

(STUDI KASUS) PADA KUD ADIWERNA KABUPATEN TEGAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(STUDI KASUS) PADA KUD ADIWERNA KABUPATEN TEGAL."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODAL KERJA TERHADAP

PENDAPATAN

(STUDI KASUS)

PADA KUD ADIWERNA KABUPATEN TEGAL.

LAPORAN PENELITIAN

Oleh:

MAHBEN JALIL, SE., MM.

NIPY : 12351131972

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2008

(2)

LEMBARAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Efektivitas Penggunaan Modal Kerja

Terhadap Pendapatan (Study Kasus) Pada KUD “Adiwerna” Kabupaten Tegal. 2. Bidang Ilmu Penelitian : Manejemn Ekonomi

3. Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Mahben Jalil, SE, MM b. Jenis Kelamin : Laki-Laki

c. NIPY : 12351131972 d. Pangkat/Golongan : Penata Muda/III.a e. Jabatan : Dosen

f. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manejemen 4. Jumlah Tim Peneliti : 1 (satu)

5. Lokasi Penelitian : KUD “Adiwerna” Kabupaten Tegal. 6. Waktu Penelitian : 6 (enam) Bulan

7. Biaya Penelitian : Rp. 2.500.000,-

Tegal, 7 Desember 2008 Ketua Peneliti

Mahben Jalil, SE, MM NIPY 12351131972

Mengetahui;

Dekan Fakultas Ekonomi Kepala LEMLIT

Universitas Pancasakti Tegal Universitas Pancasakti Tegal

Dra. Sri Murdiati, M.Si Siswanto, SH. MH

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat

menyusun hasil penelitihan ini. kami menyadari bahwa dalam

penyusunan hasil penelitian ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan

dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

berbahagia ini kami mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak Siswanto, SH. MH selaku Kepala LIMLIT Universitas

Pancasakti Tegal yang telah memberi kesempatan pada kami untuk

penelitihan.

2. Dra. Sri Murdiati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pancasakti Tegal

yang telah memberi kesempatan dan

dukungan kepada kami.

3. Bapak Ibu Pengurus, Pengawas, dan Karyawan serta Anggota KUD

“ADIWERNA” Kabupaten Tegal yang telah membantu dalam

mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.

Demikian kami juga mendoakan Semoga segala kebaikan yang

telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata semoga

hasil penelitihan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tegal, April 2008

Mahben Jalil

(4)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN …... i

SURAT PERNYATAAN …... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR …………... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK …... xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang …... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Kegunaan Penelitian... 3

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Koperasi ... 4

B. Pengertian Modal……... 5

C. Pengertian Modal Kerja …... 6

D. Pengertian Efektivitas Modal Kerja ………...……... 8

E. Pengertian Pendapatan ……... 10

F. Pengertian Biaya ………... 11

G. Pengertian Sisa Hasil Usaha ... 12

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Data Yang Digunakan ... 15

B. Metode Pengumpulan Data ... 15

(5)

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ... 21

1. Sejarah Berdirinya KUD “ADIWERNA”…... 21

2. Keadaan Permodalan... 22

3. Keadaan Keuangan... 24

B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 24

1. Analisis Likuiditas ………... 24

2. Analisis Aktivitas ... 26

3. Analisis Rentabilitas ... 30

C. Penilaian Efektivitas Penggunaan Modal Kerja ………. 31

1. Analisis Rasio Likuiditas ………... 32

2. Analisis Rasio Aktivitas ... 32

3. Analisis Rasio Rentabilitas ... 30

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ………... 70

B. Saran ………... 71

(6)

DAFTAR TABEL Tabel

1. Standar Pengukuran Efisiensi Penggunaan Modal Kerja ... 19

2. Perkembangan Struktur Modal KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal ………... 23

3. Perkembangan Struktur Keuangan (Neraca) KUD“ADIWERNA” Kab. Tegal…. 24 4. Perhitungan Rasio Lancar... 25

5. Perhitungan Rasio Cepat ... 26

6. Perhitungan Perputaran dan Periode rata-rata Pengumpulan Piutang …………... 27

7. Perhitungan Perputaran dan Periode rata-rata Persediaan Tersimpan di Gudang …28 8. Perhitungan Perputaran Modal Kerja ... 29

9. Perhitungan Rasio Laba Bersih sebelum Pajak dengan Total Aktiva …………... 30

10. Perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri... 31

11. Analisis Rasio Lancar ... 32

12. Analisis Rasio Cepat ... 32

13. Analisis Perputaran dan Periode rata-rata Pengumpulan Piutang ... 33

14. Analisis Perputaran dan Periode rata-rata Persediaan Tersimpan di Gudang ...… 33

15. Analisis Perputaran Modal Kerja ... 34

16. Analisis Rasio Laba Bersih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva ... 35

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Perputaran Barang Dagangan ………. 10 2. Alur Kerangka Pikir ………..………. 13 3. . Prosedur Jaminan KCK ….………. 30

(8)

ABSTRAK

Mahben Jalil. 2008. Analisis Efektivitas Penggunaan Modal Kerja terhadap

Pendapatan Pada KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal tahun 2002 - 2006.Dosen

Program Studi Manajemen Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Pancasakti Tegal.

Kata Kunci : Efektivitas Penggunaan Modal Kerja

Dalam rangka mencapai tujuannya koperasi selalu berjuang untuk dapat bekerja secara efektif, sehingga setiap biaya yang dikeluarkan di bidang organisasi harus dapat ditutup oleh penghasilan koperasi sebagai perusahaan.(Hendar dkk, 1999 : 38). Salah satu faktor yang diperhitungkan dalam pengukuran efektivitas koperasi adalah modal kerja, sebab modal kerja adalah modal yang selalu berputar dalam koperasi dan setiap perputaran akan menghasilkan aliran pendapatan (current income) yang dapat berguna bagi koperasi. Pemasalahan pada KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal adalah : satu seberapa besar tingkat rasio likuiditasnya, dua seberapa besar tingkat rasio aktivitasnya, tiga seberapa besar tingkat efektivitas penggunaan modal kerja dalam menghasilkan laba (rasio rentabilitas), empat apakah sudah efektif penggunaan modal kerjanya dibanding dengan standar pengukuran yang telah ditetapkan. Tujuannya untuk mengukur tingkat rasio likuiditas, mengukur tingkat rasio aktivitasnya, mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja dalam menghasilkan laba (rasio rentabilitas) dan mengukur sudah efektif atau belum penggunaan modal kerja dibandingkan dengan standar pengukuran yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia perkoperasian khususnya KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tega, bagi penulis dan dunia pendidikan.

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan lokasi penelitian pada KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal dan objek yang diteliti adalah efektivitas penggunaan modal kerja. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dokumentasi, wawancara dan studi pustaka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif dengan analisis rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio rentabilitas. Hasil analisis yang diperoleh dibandingkan dengan standar pengukuran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan analisis rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio rentabilitas dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas penggunaan modal kerja KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal bila dibandingkan dengan standar pengukuran yang telah ditetapkan menunjukkan bahwa rasio lancar tahun 2002 adalah sangat baik, sedangkan untuk tahun 2003-2006 adalah baik. Dan untuk rasio cepat tahun 2003-2007 adalah kurang baik; rasio aktivitasnya menunjukkan bahwa perputaran piutang tahun 2003-2007 adalah kurang efektif. Perputaran persediaan tahun 2003-2007 adalah efektif. Dan untuk perputaran modal kerja tahun 2003-2007 adalah cukup efektif; rasio rentabilitasnya menunjukkan bahwa rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva tahun 2003-2007 adalah cukup efektif. Dan rentabilitas modal sendiri tahun 2003-2007 bila dibandingkan dengan standar pengukuran maka rentabilitas modal sendiri pada tahun 2003-2007 adalah cukup efektif. Atas hasil penelitian disarankan agar pengelolaan modal kerja KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal diadakan pembaharuan dalam manajemen modal kerja yaitu dengan meningkatkan efektivitas dalam penagihan piutang, terutama piutang yang sudah menunggak atau telah jatuh tempo. Selain itu koperasi juga dapat mengurangi biaya operasional yang kurang perlu untuk mendapatkan sisa hasil usaha yang lebih maksimal.

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Koperasi sebagai suatu lembaga ekonomi dalam menjalankan aktivitasnya akan dihadapkan pada berbagai masalah, secara garis besar masalah yang dihadapi oleh koperasi adalah masalah permodalan, masalah manajemen, dan masalah keanggotaan. Meskipun koperasi bukan merupakan perkumpulan modal melainkan perkumpulan orang-orang, namun modal merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk menjalankan usahanya.

Perkembangan koperasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : manajemen atau struktur modal, partisipasi anggota, keadaan lingkungan yang berubah, kebijakan yang diciptakan oleh pemerintah, dan persaingan yang mungkin terjadi dari para pelaku ekonomi lainnya. Untuk mewujudkan tujuan koperasi, yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, maka pembinaan koperasi diarahkan pada pemantapan dan peningkatan usaha koperasi dalam memenuhi pelayanan pada anggota, dengan demikian koperasi harus mampu mengembangkan dan mengelola usahanya sesuai dengan kebutuhan anggotanya, sehingga pada akhirnya koperasi akan semakin kuat dan mampu memberikan pelayan yang maksimal.

Masalah permodalan yang dihadapi koperasi, khususnya modal kerja, yang meliputi semua usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan dan penggunaan dana secara efisien. Penggunaan modal kerja ditujukan untuk kegiatan usaha koperasi dalam menghasilkan pendapatan, jika modal kerja meningkat maka pendapatan juga meningkat dan sebaliknya. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi koperasi untuk menjalankan usahanya dan juga koperasi tidak akan mengalami kesulitan keuangannya. Masalah manajemen berkaitan dengan bagaimana koperasi mengelola secara optimal semua sumber daya dan teknologi yang dimiliki, serta sarana-sarana yang lainnya. Masalah keanggotaan berkaitan dengan bagaimana meningkatkan partisipasi anggota dan meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) serta dapat memberikan manfaat ekonomi bagi anggota.

(10)

Kas sebagai unsur modal kerja yang diperlukan untuk membiayai operasional sehari-hari. Pengeluaran kas suatu koperasi dapat bersifat terus menerus atau kontinyu misalnya pembayaran gaji karyawan, pembayaran utang, pembayaran ongkos dan sebagainya untuk pengeluaran kas yang bersifat tidak kontinyu (intermittent) misalnya pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib pada anggota yang keluar, pembayaran biaya audit dan sebagainya. Seperti pengeluaran kas, penerimaan kas ada yang bersifat kontinyu dan ada yang tidak kontinyu (intermittent). Yang bersifat kontinyu misalnya penjualan tunai, penerimaan piutang dan sebagainya sedangkan yang bersifat tidak kontinyu misalnya penerimaan kredit bank, penjualan tunai aktiva tetap yang tidak terpakai, penerimaan modal donasi dan sebagainya. Penerimaan kas dan pengeluran kas dalam koperasi berlangsung terus menerus selama hidup koperasi. Dengan demikian aliran kas tersebut akan terus mengalir atau berputar dalam koperasi yang memungkinkan koperasi dapat melangsungkan kegiatannya.

Disamping kas, unsur modal kerja koperasi adalah piutang. Piutang juga selalu dalam keadaan berputar terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Manajemen piutang merupakan suatu hal yang penting bagi koperasi terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pembelian, pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap produk kredit yang dijalankan koperasi.

Selain kas dan piutang, unsur modal kerja lainnya adalah persediaan. Sama halnya dengan unsur-unsur modal kerja lainnya, persediaan juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus. Masalah penentuan besarnya investasi modal kerja dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan koperasi. Kesalahan dalam penentuan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan koperasi. Semua perputaran unsur-unsur modal kerja sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya pendapatan dan Sisa Hasil Usaha dalam koperasi.

Adanya modal kerja yang cukup adalah sangat penting karena dengan modal kerja yang cukup dalam artian modal kerja yang tersedia sesuai dengan kapasitas usahanya, itu memungkinkan bagi koperasi untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan koperasi tidak mengalami kesulitan untuk menghadapi

(11)

bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kesulitan keuangan.

Akan tetapi dengan modal kerja yang berlebihan menujukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi koperasi karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak cukupan dalam modal kerja merupakan sebab utama kagagalan suatu koperasi.

KUD ADIWERNA Kabupaten Tegal merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan para petani (dalam bidang agraris). Koperasi ini dalam menjalankan usahanya memiliki beberapa unit usaha, antara lain:

Penyaluran Pupuk, Tebu Rakyat (TR), Rice Milling Unit (RMU), Pengadaan Pangan, Kredit Usaha Tani, Unit Listrik

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“ Bagaimana efektivitas penggunaan modal kerja KUD ADIWERNA Kabupaten Tegal ”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui efektivitas penggunaan modal kerja KUD ADIWERNA Tegal”

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi berbagai pihak, diantaranya adalah:

1. Dapat digunakan sebagai acuan / sumbangan informasi bagi peneliti selanjutnya agar lebih baik.

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan teori yang telah di dapat pada bangku kuliah.

(12)

3. Dapat digunakan sebagi sumber informasi dan bahan masukan / saran untuk kebijakan dan keputusan yang diambil.

4. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan pembandng dalam melakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Koperasi

Koperasi sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat dalam kegiatannya harus berdasarkan prinsip-prinsip koperasi. Hal tersebut terdapat dalam undang-undang republik Indonesia No 10 Tahun 1998 tentang Perkoperasian Bab I pasal 1 ayat (1) yang menyatakan:

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas kekeluargaan”.

Dari pengertian tersebut nampak bahwa koperasi merupakan lembaga ekonomi yang memiliki peran besar dalam kehidupan ekonomi rakyat dan merupakan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan kegiatannya koperasi juga menggunakan prinsip-prinsip koperasi yang merupakan pedoman bagi koperasi untuk mencapai tujuannya.

Adapun prinsip-prinsip koperasi sebagaimana tercantum dalam undang-undang republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perkoperasian Bab III pasal 5 ayat (1) dan (2) yaitu:

1. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal e. Kemandirian

(13)

2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut:

a. Pendidikan perkoperasian b. Kerjasama antar koperasi

Prinsip-prinsip koperasi Indonesia tersebut merupakan cirri-ciri khas yang membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. Oleh karena itu, koperasi Indonesia harus mempunyai ciri-ciri sesuai dengan prinsip-prinsip Koperasi Indonesia tersebut.

B. Pengertian Modal

Dalam menjalankan kegiatan usahanya modal sangat diperlukan oleh koperasi karena sebagai badan usaha koperasi membutuhkan modal untuk kelangsungan dan kelancaran usahanya tersebut. Dalam hal ini pengertian modal menurut S. Munawir ( 2007 : 19 ) yaitu :

“Modal adalah hak atau bagian yang dimilki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 1998 tentang perkoperasian pasal 41 yaitu tentang permodalan koperasi dinyatakan bahwa: 1. Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman

2. Modal sendiri dapat berasal dari:

a. Simpanan Pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.

b. Simpanan Wajib, yaitu sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.

c. Dana Cadangan, yaitu bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota.

d. Hibah, yaitu sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat.

(14)

3. Modal pinjaman dapat berasal dari : a. Anggota

b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya c. Bank dan lembaga keuangan lainnya

d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya e. Sumber lain yang sah

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa modal koperasi berasal dari dua sumber yaitu modal sendiri (aktivitas) dan modal asing (pinjaman/hutang). Modal sendiri (aktivitas) berasal dari pemilik (anggota koperasi), sedangkan modal asing berasal dari luar koperasi.

Pengertian modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2001 : 240 ) adalah:

“Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya”.

Sedangkan pengertian modal asing menurut Bambang Riyanto (2001 : 238) adalah :

“Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali”.

Dalam koperasi modal sendiri disebut sebagai ekuitas seperti yang tertuang didalam PSAK No. 27 tahun 1999 sebagai berikut :

“Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan dan sisa hasil usaha belum dibagi”.

Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa ekuitas koperasi terbentuk dari penyetoran simpanan pokok dan simpanan wajib yang merupakan kewajiban anggota sebagai pemilik koperasi untuk mendukung kegiatan usaha yang dilakukan oleh koperasi. Selain itu, ekuitas juga terbentuk dari modal penyertaan, modal sumbangan, cadang dan sisa hasil usaha. Dari modal tersebut kemudian digunakan oleh koperasi untuk kegiatan usahanya, salah satunya adalah dalam bentuk modal kerja.

(15)

C. Pengertian Modal Kerja

Mengenai pengertian modal kerja, menurut S. Munawir (2007 : 114-116) dapat dikemukakan beberapa konsep yang dapat dijadikan landasan bagi perusahaan atau koperasi untuk menjalankan kegiatan usahanya, yaitu :

1. Konsep Kuatitatif ( Gross Working Capital )

Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancer yang disebut juga modal kerja bruto (Gross Working Capital), yaitu kualitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar akan kembali ke bentuk semula.

2. Konsep Kualitatif ( Net Working Capital )

Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya yang sering disebut juga modal kerja neto (Net Working Capital).

3. Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan atau dikerjakan dalam perusahaan adalah untuk menghasilkan pendapatan. Akan tetapi, tidak semua dana dipergunakan dalam perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian yang lain juga digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan pendapatan dimasa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor,dan aktiva tetap lainnya.

Mengenai unsur-unsur modal kerja pada umumnya menurut C. Handoyo Wibisono (1997 : 97-131) adalah sebagai berikut :

1. Kas: merupakan alat pertukaran yang diakui masyarakat, oleh sebab itu, kas juga dipakai sebagai alat pengukur semua kegiatan ekonomi dalam perusahaan. Dalam pengertian demikian, kas meliputi uang tunai dan alat-alat pembayaran lain yang diterima oleh umum.

(16)

2. Piutang: Dalam kondisi tertentu, perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dengan menjual produknya secara kredit. Penjualan kredit menimbulkan piutang (usaha ) hingga saat ditagih. Piutang, terutama piutang usaha, mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada persediaan, bila sebagian besar penjualan dilakukan dengan kredit.

3. Persediaan: sebagai salah satu elemen modal kerja, seperti halnya kas dan piutang, merupakan aktiva yang selalu bergerak dan mengalami perubahan sejalan dengan tingkat aktivitas perusahaan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen yang tidak terpenuhi kebutuhan/keinginannya akan beralih pada produk pesaing. Akan tetapi, bila persediaan terlalu banyak, perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan dana yang tertanam dalam modal kerja.

Dalam memenuhi kebutuhan modal kerja, koperasi dihadapkan pada beberapa alternatif kemungkinan sumber pembiayaan modal kerja yang harus dipilih, pilihan tersebut harus benar-benar dapat menguntungkan bagi koperasi. Apakah sumber pembiayaan menggunakan modal dari dalam koperasi sendiri atau harus menggunakan modal pinjaman. Dengan menggunakan modal kerja dalam kegiatan usahanya diharapkan memberikan kontribusi terhadap koperasi, yaitu berupa pendapatan atau sisa hasil usaha (SHU) yang akan dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan berikutnya.

D. Pengertian Efektivitas Modal Kerja

Dalam penggunaan modal kerja, koperasi harus memperhatikan mengenai efektivitas penggunaan modal kerja. Efektivitas menujukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya tujuan yang telah ditetapkan.. Secara umum efektivitas merupakan kemampuan yang menunjukkan pencapaian suatu kinerja yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Ada beberapa konsep efektivitas, antara lain :

Menurut Komaruddin (1991 : 148) :

“Efektivitas adalah sebagai suatu keadaaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

(17)

“Rasio Aktivitas merupakan alat untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio ini menyangkut perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening aktiva. Rasio ini harus ada keseimbangan yang layak antara penjualan dengan berbagai rekening aktiva seperti persediaan, piutang, dan lain-lainnya”.

Berdasarkan pendapat J. Fred Weston tersebut, maka dapat diketahui tingkat efektivitas penggunaan modal kerja perusahaan atau koperasi. Jika semakin tinggi rasio tersebut, maka semakin tinggi pula efektivitas penggunaan modal kerja perusahaan atau koperasi.

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan modal kerja pada suatu perusahaan atau koperasi dapat menggunakan ratio-ratio sebagai berikut :

1. Perputaran Kas: dapat dihitung dengan membagi total pendapatan atau penjualan bersih dengan rata-rata kas. Perputaran kas yang tinggi menunjukkan adanya efektivitas dalam penggunaannya.

2. Perputaran Piutang: Perputaran piutang dapat dihitung dengan membagi total penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Makin tinggi perputaran piutang, maka makin efektif modal yang digunakan.

3. Perputaran Persediaan: dapat dihitung dengan membagi Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan persediaan rata-rata. Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan adanya efektivitas penggunaan modal.

4. Perputaran Modal Kerja: menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan pendapatan atau penjualan bersih, atau hasil bagi antara penjualan bersih dengan rata-rata modal kerja, yaitu banyaknya pendapatan bersih yang dapat diperoleh perusahaan atau koperasi untuk tiap rupiah modal kerja.

Modal kerja selalu dalam keadaan berputar pada koperasi selama koperasi yang bersangkutan dalam keadaan usaha/beroperasi. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan kedalam komponen-komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Lamanya periode perputaran modal kerja tergantung kepada lamanya periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran

(18)

barang dagangan dapat melalui penjualan dengan secara kredit maupun secara tunai, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Perputaran Barang Dagangan - Penjualan dengan kredit

- Penjualan dengan tunai

Modal kerja selalu berputar dan berubah-ubah kompisinya dari waktu ke waktu sesuai dengan aktivitas usahanya. Penggunaan modal kerja secara efektif apabila perputaran piutang dan perputaran persediaan cenderung meningkat. Dari perputaran modal kerja melalui penjualan barang dan jasa diharapkan memperoleh keuntungan atau laba yang dalam koperasi disebut sebagai SHU. Semakin tinggi perputaran modal kerja tersebut, maka semakin efektiflah penggunaan modal kerja, sehingga pendapatan / SHU yang dihasilkan akan semakin besar.

E. Pengertian Pendapatan

Pendapatan koperasi timbul karena adanya transaksi atas penjualan barang atau jasa kepada anggota dan non anggota. Dalam koperasi anggota menyerahkan fungsi ekonomi tertentu kepada koperasi. Melalui cara ini anggota mengharapkan dapat memetik manfaat lebih dibandingkan dengan apabila fungsi ekonomi tersebut dijalankan sendiri. Manfaat lebih itulah yang diharapkan menjadi sumber dalam meningkatkan kesejahteraan anggota yang akhirnya dapat dikatakan menjadi meningkatkan pendapatan anggota.

Kas (1) Barang Piutang Kas (2)

Pembelian Penjualan Penerimaan Uang

Kas (1) Barang Kas (2)

(19)

Definisi pendapatan menurut Soemarso S.R. (1994 : 274) :

“Pendapatan (revenue) adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang atau jasa yang dijual”.

Sedangkan pengertian pendapatan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI ; 1994 : 274) :

“Pendapatan yaitu peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang atau jasa maupun badan usaha yang timbul dari penyerahan barang atau jasa maupun aktivitas lainnya di dalam suatu periode tertentu”

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah perolehan dari penjualan yang telah dikurangi dengan biaya-biaya yang dipergunakan untuk menjalankan usaha tersebut atau dengan kata lain, pendapatan merupakan surplus dari kegiatan usaha koperasi, dimana kegiatan tersebut berupa transaksi koperasi dengan anggota maupun transaksi dengan non anggota.

Dalam memperoleh pendapatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Efektivitas Penggunaan Modal Kerja: Modal kerja selalu dalam keadaan berputar dan dibutuhkan koperasi untuk membiayai operasinya sehari-hari yang tentunya akan menghasilkan pendapatan melalui hasil penjualan.

2. Harga Dalam menentukan keputusan mengenai harga, koperasi harus memperhatikan keadaan lingkungan di dalam maupun di luar koperasi yang selalu berubah.

3. Jumlah Barang: Dalam usaha memenuhi kebutuhan anggotanya, koperasi harus mengetahui dan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan/ dikonsumsi oleh anggotanya.

F. Pengertian Biaya

Dalam pelaksanaan usaha untuk memperoleh pendapatan diperlukan juga adanya biaya, baik biaya usaha maupun biaya non usaha.

(20)

“Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, yang telah

terjadi atau yang mungkin terjadi untuk tujuan tertentu”.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur pokok dalam biaya yaitu :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang

3. Suatu hal yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

G. Pengertian Sisa Hasil Usaha

Sisa Hasil Usaha (SHU) bukanlah merupakan suatu alat ukur dalam menilai keberhasilan sebuah koperasi, tetapi yang menjadi alat ukur adalah manfaat pelayanan yang diterima oleh anggota dari koperasi tersebut, tetapi SHU juga penting bagi anggota, karena SHU adalah nilai nominal yang akan diperoleh kembali, jika anggota menyetorkan modal dan melakukan transaksi dengan koperasinya. Hal ini dapat terjadi, karena anggota selain sebagai pelanggan atau pengguna jasa juga berperan sebagai pemilik koperasi, sehingga wajar apabila sebagai pemilik anggota berhak atas perolehan SHU.

Pengertian SHU menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perkoperasian pasal 45 ayat (1) yaitu :

“Sisa Hasil Usaha koperasi merupakan pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya penyusutan dan kewajiban lainnya yang termasuk pajak dalam tahun yang bersangkutan”.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 tahun 1999, yaitu :

“Sisa Hasil Usaha adalah gabungan dari hasil partisipasi netto dan laba/rugi kotor dengan non-anggota, ditambahkan atau dikurangi dengan pendapatan atau beban koperasi dan pajak penghasilan badan koperasi”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sisa Hasil Usaha merupakan sisa dari kontribusi neto anggota yang dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatannya.

(21)

Gambar 2. Alur Kerangka Pikir : Analisis Efektivitas Penggunaan Modal Kerja terhadap Pendapatan Pada KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal

S. Munawir (2007 : 114-116) Keterangan :

Dari gambar tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa total modal (Modal Aktif) yang terdapat pada koperasi terdiri dari modal kerja dan aktiva tetap. Modal kerja tersebut digunakan oleh koperasi dalam kegiatan operasionalnya dan dari aktivitas koperasi tersebut terjadi perputaran modal kerja. Efektivitas penggunaan modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja

Total Modal

Aktiva Tetap Modal Kerja

Perputaran Modal Kerja Efektifitas Penggunaan Modal Kerja Volume Usaha Pendapatan Biaya SHU

(22)

beserta komponen-komponennya. Semakin baik aktifitas usahanya dalam menghasilkan penjualan.

Modal kerja dan aktiva tetap menentukan dalam menghasilkan penjualan atau volume usaha yang tentunya mempengaruhi pendapatan. Selain itu juga terdapat biaya-biaya aktif dari transaksi penjualan. Dari pendapatan dan biaya tersebut akan mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh apakah untung ataukah rugi. Jadi, dari penggunaan dana tersebut apakah sudah efektif ataukah belum dilihat dari perputaran modal kerjanya dan sejuah makan pengaruhnya terhadap SHU. Dari gambar tersebut menunjukkan hubungan antara efektivitas penggunaan modal kerja terhadap pendapatan dan SHU.

(23)

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Data Yang Digunakan

Jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang menggambarkan obyek yang diteliti,baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. diantaranya yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperlukan secara langsung dengan cara komunikasi melalui pengurus, manajer, karyawan dan anggota koperasi.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung seperti melalui buku-buku, laporan keuangan koperasi dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

B. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan secara

langsung yang berhubungan dengan data yang diperlukan kepada informan atau responden.

2. Observasi yaitu dengan cara mengamati secara langsung pada objek yang akan diteliti

3. Studi pustaka yaitu dengan cara membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

C. Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan dalam identifikasi masalah, maka teknik yang digunakan untuk mengalanisis data adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjawab identifikasi masalah, yaitu bagaimana efektivitas penggunaan modal kerja, dengan cara menghitung perputaran modal kerja beserta komponen-komponennya sebagai berikut :

I. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih (Riyanto, 2001:331). Rasio likuiditas yang digunakan adalah Rasio lancar (current ratio) dan Rasio cepat (quick ratio).

(24)

1. Rasio lancar (Current Ratio)

Rasio lancar (current ratio) adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar (Riyanto, 2001:332). Rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar dari sekian kalinya utang jangka pendek. Semakin tinggi rasio lancar semakin tinggi pula jaminan utang lancar oleh aktiva lancar perusahaan. Rasio lancar yang digunakan sebagai titik tolak untuk analisis, yaitu sebesar 200%. Rasio lancar sebesar 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan. Rasio lancar dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Rasio lancar lancar Utang lancar Aktiva  x 100% (Bambang Riyanto, 2001 : 332)

2. Rasio cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat (quick ratio) adalah kemampuan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (Riyanto, 2001:333). Pada umumnya rasio cepat semakin mendekati 100% menunjukkan posisi likuiditas perusahaan baik. Rasio cepat dapat diukur dengan rumus : Rasio cepat lancar Utang Piutang Efek Kas   x 100% (Bambang Riyanto, 2001 : 333) II. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menjalankan sumber-sumber dananya (Riyanto, 2001: 331). Rasio aktivitas yang digunakan adalah rasio perputaran kas, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran persediaan.

1. Perputaran piutang (Receivable turnover) dan periode rata-rata

pengumpulan piutang (Average collection periode)

Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang tertanam dalam piutang yang berputar dalam periode tertentu (Riyanto, 2001:334). Sedangkan periode rata-rata pengumpulan piutang adalah periode rata-rata yang dipergunakan untuk mengumpulkan piutang. Tinggi randahnya perputaran piutang berpengaruh langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang.

(25)

Semakin tinggi atau semakin cepat tingkat perputarannya berarti makin pendek terikatnya modal kerja dalam piutang. Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus :

Perputaran piutang = Penjualan Kredit x 1 kali Rata - rata Piutang

Periode rata-rata pengumpulan piutang = 360 x 1 hari Perputaran Piutang

(Bambang Riyanto, 2001: 334)

2. Perputaran persediaan (Inventory turnover) dan periode rata-rata persediaan

tersimpan digudang (Average day’s inventory)

Perputaran persediaan adalah kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam satu periode tertentu (Riyanto, 2001: 334) dan dapat juga diartika berapa kali persediaan diganti dalam artian dibeli dan dijual kembali (Munawir, 2001:119). Sedangkan periode rata-rata persediaan tersimpan digudang adalah periode tertahannya persediaan berada di gudang. Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan berpengaruh langsung terhadap kebutuhan modal kerja yang diivestasiakan dalam persediaan. Semakin cepat tingkat perputarannya, makin pendek jangka waktu terikatnya modal kerja dalam persediaan, hal ini berarti semakin cepat persediaan berubah maenjadi piutang atau kas, sehingga modal kerja yang dibutuhkan akan lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran persediaan = HPP x 1 kali Rata - rata Persediaan

Periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang

= 360 x 1 hari

Perputaran Persediaan

(Bambang Riyanto, 2001: 334)

3. Perputaran modal kerja (working capital turnover)

Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas dari perusahaan (Riyanto, 2001:335). Perputaran modal kerja menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh

(26)

perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan rumus :

Perputaran modal kerja = Penjualan Neto x 1 kali Rata-rata Modal Kerja

(Bambang Riyanto, 2001: 335) III. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dan dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 2001:35). Rentabilitas yang digunakan adalah : Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Rate of ROA) dan Rentabilitas modal sendiri (Rate of retun on net worth)

1. Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Rate of ROA)

Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Rate of ROA) adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2001:336). Laba dalam perhitungan ini adalah laba sebelum dikurangi beben bunga dan pajak. Rumus Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Rate of ROA) adalah :

Rasio laba bersih sblm pajak dengan total aktiva

aktiva Total pajak sebelum SHU  x 100% (Bambang Riyanto, 2001 : 336)

2. Rentabilitas modal sendiri (Rate of return on net worth)

Rentabilitas modal sendiri (Rate of return on net worth) adalah kemampuan suatu perusahaan dari modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2001: 336). Dalam perhitungan ini laba yang digunakan adalah laba usaha setelah dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rumus rentabilitas modal sendiri adalah :

Rentabilitas modal sendiri

sendiri modal Jumlah pajak setelah SHU  x 100% (Bambang Riyanto, 2001: 336)

2. Untuk mengukur efektivitas penggunaan modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio rentabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberi

(27)

gambaran tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu koperasi apabila dibandingkan dengan angka rasio standar.

Standar pengukuran efektivitas penggunaan modal kerja suatu koperasi biasanya telah ditetapkan oleh Departemen Koperasi dan PPKM, dimana standar tersebut mengalami pembaharuan sesuai dengan perkembangan koperasi di Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan standar terbaru yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Nomor : 129/Kep/M/KUKM/XI/2002. Tetapi standar tersebut belum mencakup keseluruhan dari analisis rasio yang penulis gunakan dalam penelitian. Untuk melengkapi standar pengukuran tersebut penulis menetapkan standar pengukuran dengan beracuan pada standar pengukuran yang di keluarkan oleh Deparemen Koperasi dan PPKM lama dan penulis berusaha menyesuaikannya dengan kriteria standar pengukuran terbaru.

Tabel di bawah ini merupakan standar pengukuran efektivitas penggunaan modal kerja baik standar terbaru maupun standar lama yang disesuaikan oleh penulis.

Tabel 1. Standar Pengukuran Efektivitas Penggunaan Modal kerja I. Analisis Rasio Likuiditas

Rasio Interval Rasio Kriteria

1. Rasio lancar

(Current ratio)

175 % - 200 % Sangat Baik 150 % - 174 % atau 225 % - 249 % Baik

125 % - 149 % atau 250 % - 274 % Cukup Baik < 125 % atau > 275 % Kurang Baik 2. Rasio cepat

(Quick ratio)

100 % Sangat Baik

75 % - 99 % atau 125 % - 149% Baik 50 % - 74 % atau 150 % - 174 % Cukup Baik

< 50 % atau > 175 % Kurang Baik II. Analisis Rasio Aktivitas

Rasio Interval Rasio Kriteria

1. Perputaran Piutang

(Receivable turnover)

> 30 kali Sangat Efektif 30 kali - 20 kali Efektif 20 kali - 15 kali Cukup Efektif

< 15 kali Kurang Efektif

2. Perputaran Persediaan

> 10 kali Sangat Efektif 10 kali – 6 kali Efektif

(28)

(Inventory turnover)

< 1 kali Kurang Efektif 3. Perputaran

Modal Kerja

(working capital turnover)

> 3 kali Sangat Efektif 3 kali – 2 kali Efektif

1 kali - 0 kali Cukup Efektif < 0 kali Kurang Efektif III. Analisis Ratio Rentabilitas

Rasio Interval Rasio Kriteria

1. Rasio laba bersih sblm pajak dengan total aktiva ( Rate of ROA) > 10 % Sangat Efektif 6 % - 9 % Efektif 0 % - 5 % Cukup Efektif < 0 % Kurang Efektif 2. Rentabilitas modal sendiri

(Rate of return on net worth)

> 21 % Sangat Efektif 10 % - 20 % Efektif

1 % - 9 % Cukup Efektif < 1 % Kurang Efektif

Sumber : KEP.MEN.NEG. Koperasi&UKM NO.129/KEP/M/KUKM/XI/2002

Keterangan :

1. Standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Koperasi dan PPKM terbaru adalah standar pengukuran untuk ratio lancar, perputaran piutang, ratio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva dan rasio rentabilitas modal sendiri. 2. Standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Koperasi dan PPKM lama

yang telah disesuaikan oleh penulis adalah standar pengukuran untuk rasio cepat, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja.

Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bagaimana pengaruh efektivitas penggunaan modal kerja terhadap pendapatan.

(29)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah singkat KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal

KUD “ADIWERNA” berkedudukan di desa Pagedangan. Sebelum terbentuknya KUD “ ADIWERNA” di wilayah Kecamatan Adiwerna telah terbentuk Badan Usaha Unit Desa ( BUUD ) pada tahun 1973 atas dasar instruksi Presiden ( Inpres ) dengan S.K Menkop No. 16/KPTS/Transkop/0/1972. BUUD ini terbentuk sebagai amalgamasi koperta dalam wilayah kecamatan Adiwerna. Kemudian tepatnya pada tanggal 2 februari 1973 terbentuk KUD ADIWERNA berdasarkan Inpres No. 6/1973.

KUD “ADIWERNA” mendapatkan Badan Hukum No. 8953/BH/VI No. VI pada tanggal 22 Mei 1976 dengan klasifikasi B dengan SK No. 160/CK/KPTS/A/VII/80.

Organisasi Koperasi merupakan suatu wadah atau tempat kerja sama dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Struktur organisasi merupakan perangkat dari organisasi yang menerangkan status peran yang harus dilaksanakan oleh pemegang jabatan sesuai dengan fungsi, tugas dan kewajibannya. Profesionalisme dalam bidang pekerjaan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pengelola koperasi guna menjawab segala tantangan seperti koperasi pada umumnya, struktur organisasi yang diterapkan di KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perkoperasian pasal 21, disebutkan bahwa alat perlengkapan organisasi koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas (Badan Pemeriksa) dan dapat pula dibentuk badan-badan lain, seperti Badan Pembina dan Penasehat yang terdiri dari ahli-ahli dalam pengembangan koperasi dan badan ini bukan merupakan alat perlengkapan organisasi.

Struktur organisasi yang ideal apabila sudah menunjukkan prinsip dual identity ( identitas ganda ) koperasi yaitu anggota sebagai pemilik juga sebagai pengguna/pelanggan. Dalam hal ini kedudukan Rapat Anggota merupakan

(30)

kekuasaan tertinggi, sedangkan pengurus dan badan pengawas mempunyai kedudukan yang sederajat karena keduanya sama-sama diangkat oleh Rapat Anggota.

Sesuai dengan sendi dasar koperasi, keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka dalam arti setiap anggota pada dasarnya dapat diterima menjadi anggota koperasi. Sedangkan sukarela dalam keanggotaan koperasi berarti tidak ada paksaan bagi seseorang untuk menjadi anggota koperasi atau keluar dari keanggotaan apabila koperasi tidak lagi memberi manfaat. Demikian halnya dengan keanggotaan KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal yang mengalami kenaikan atau penurunan dalam jumlah keanggotaannya.

2. Keadaan Permodalan KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perkoperasian pasal 41, bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, donasi/hibah dan SHU (SHU Tahun Berjalan dan SHU Belum Dibagi). Sedangkan modal pinjaman/luar berasal dari pinjaman anggota, pinjaman koperasi lainnya, dan pinjaman bank atau lembaga keuangan lainnya yang sah. Selain itu, koperasi dapat pula melaksanakan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan yang ketentuan-ketentuannya diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Struktur modal mencerminkan perimbangan antara modal sendiri dengan kewajiban/hutang (Jangka Pendek dan Jangka Panjang). Adapun perkembangan struktur permodalan KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal tahun 2004 s/d 2008 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(31)

Tabel 2. Perkembangan Struktur Modal KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d Tahun 2008 Struktur Modal 2004 (Rp) 2005 (Rp) 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) Kewajiban Lancar : Hutang Bank 217.980.932 217.980.932 212.980.932 212.980.932 211.672.632 Dana-dana SHU 4.681.738 6.194.081 6.194.081 6.194.081 6.194.081 Simpanan Sukarela 6.268.480 5.648.980 5.198.980 5.198.980 5.198.980

Hutang Dana Audit 2.359.651 2.359.651 2.359.651 2.359.651 2.359.651

Biaya YMH Dibayar 4.000.000 6.000.000 5.800.000 5.800.000 7.000.000

Jumlah 235.290.801 238.183.644 232.533.644 232.533.644 232.425.344 Kewajiban Jk.

Panjang :

Htang Bukan Anggota 201.800 201.800 201.800 201.800 201.800

Hutang Dana Saham 53.215.873 53.215.873 52.469.263 52.469.263 52.469.263

Htng Bunga SIMSUS 11.775.160 11.793.550 11.790.160 11.790.160 11.790.160

Hutang Minicar 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

Hutang KCK 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000

Hutang GLk 5.808.556 5.808.556 5.808.556 5.808.556 5.808.556

Hutang Paska Panen 11.202.872 11.202.872 11.202.872 11.202.872 11.202.872

Hutang RMU / Mesin 22.400.000 22.400.000 22.400.000 22.400.000 22.400.000

Jumlah 108.104.261 108.122.651 107.372.651 107.372.651 107.372.651 Kekayaan Bersih : Simpanan Pokok 15.652.000 15.652.000 15.652.000 15.652.000 15.652.000 Simpanan Wajib 150.833.737 150.833.737 150.833.737 150.833.737 150.833.737 Simpanan Khusus 245.000 245.000 245.000 9.988.500 9.988.500 Cadangan 67.986.744 69.499.087 69.499.087 69.499.087 69.499.087 SHU 3.024.686 5.549.960 6.527.842 7.106.301 5.892.332 Jumlah Kekayaan Bersih 237.742.167 241.779.784 242.757.666 253.079.625 251.865.656 Total Kewajiban dan

Kekayaan Bersih 581.137.229 588.086.079 582.663.961 592.985.920 591.663.651 Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kewajiban lancar (hutang jangka pendek) pada tahun terakhir mengalami penurunan dan kewajiban jangka panjang (hutang jangka panjang) tidak mengalami perubahan (stabil/tetap), sedangkan kekayaan bersih (modal sendiri) mengalami peningkatan. Jika dilihat dari perbandingan antara kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri, maka modal sendiri lebih besar daripada kewajiban jangka panjang, yaitu 1 : sekian %, artinya setiap Rp 1,00 kewajiban jangka panjang dijamin oleh sekian rupiah modal sendiri, semakin besar modal sendiri, maka semakin baik struktur modalnya.

(32)

Keadaan keuangan KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal terdiri dari aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva lain-lain, kewajiban lancar (hutang jangka pendek), kewajiban jangka panjang 9hutang jangka panjang) dan kekayaan besih (modal sendiri). Struktur keuangan pada KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal sangat penting, terutama dalam meningkatkan skala usahanya. Untuk melihat perkembangan struktur keuangan KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal tahun 2004 s/d 2008 dapat dilihat pada tabel brikut ini :

Tabel 3. Perkembangan Struktur Keuangan (Neraca) KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Pos-pos Neraca 2004 (Rp) 2005 (Rp) 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) Aktiva Akt. Lancar 467.031.954 484.546,707 484.638.443 498.063.120 506.740.851 Inv. Jk. Panjang 4.014.645 4.014,645 4.014.644 4.014.644 4.014.644 Akt.Tetap 81.481.709 70.915,806 65.401.953 62.300.235 52.300.235 Aktiva Lain-lain 28.608.921 28.608,921 28.608.921 28.607.921 28.607.921 Total Aktiva 581.137.229 588.086,079 582.663.961 592.985.920 591.663.651 Pasiva Kewajiban Lancar 235.290.801 238.183.644 232.533.644 232.533.644 232.425.344 Kewajiban Jk. Panjang 108.104.261 108.122.651 107.372.651 107.372.651 107.372.651 Kekayaan Bersih 237.742.167 241.779.784 242.757.666 253.079.625 251.865.656 Total Pasiva 581.137.229 588.086.079 582.663.961 592.985.920 591.663.651

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

B. Diskripsi Hasil Penelitian

Untuk menganalisis efektivitas penggunaan modal kerja pada KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, digunakan beberapa alat analisis yaitu rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas adalah sebagai berikut:

1. Analisis Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek suatu koperasi. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal digunakan dua rasio yaitu :

(33)

Rasio lancar adalah rasio yang menunjukkan kemampuan koperasi dalam melunasi utang yang segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio lancar dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio lancar KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2004-2008 dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Perhitungan Rasio lancar Tahun Aktiva Lancar

( Rp ) Utang Lancar ( Rp ) Rasio lancar ( % ) 2004 467.031.954 235.290.801 198,49 2005 484.546.707 238.183.644 203,43 2006 484.638.443 232.533.644 208,42 2007 498.063.120 232.533.644 214,19 2008 506.740.851 232.425.344 218,02

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Perhitungan diatas dapat diketahui rasio lancar yang dicapai tahun 2004 adalah

198,49 % yang berarti setiap utang lancar Rp 1.00,- dijamin dengan aktiva lancar Rp

198,49. Dan rasio lancar yang dicapai tahun 2005 adalah 203,43 % yang berarti setiap

utang lancar Rp 1.00,- dijamin dengan aktiva lancar Rp 203,43 sedangkan rasio lancar yang dicapai tahun 2006 adalah 208,42 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva lancar Rp 208,42. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan rasio lancar menjadi 214,19 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva lancar Rp 214,19. Dan rasio lancar yang paling tinggi yaitu dicapai tahun 2008 yaitu 218,02 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva lancar Rp 218,02.

b. Rasio cepat (quick ratio)

Rasio cepat adalah rasio yang menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar utang lancar yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rasio cepat dapat dihitung dengan membandingkan atara jumlah kas, efek dan piutang dengan utang lancar. Rasio cepat KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2004-2008 dapat dilihat dalam perhitungan tabel dibawah ini :

Tabel 5. Perhitungan Rasio cepat

Tahun Kas ( Rp ) Piutang ( Rp ) Utang Lancar ( Rp ) Rasio cepat ( % )

(34)

2004 16.535.741 432.199.887 235.290.801 190,72

2005 29.076.994 437.573.387 238.183.644 195,92

2006 39.684.039 432.058.077 232.533.644 202,87

2007 42.918.216 442.248.577 232.533.644 208,64

2008 54.041.318 439.803.127 232.425.344 212,47

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Perhitungan diatas dapat diketahui rasio cepat yang dicapai tahun 2004 adalah

190,72 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva yang lebih

likuid (Kas dan piutang) Rp 190,72. Tahun 2005 rasio cepat yang dicapai adalah

195,92 % yang berarti setiap utang lancar Rp 1.00,- dijamin dengan aktiva yang lebih

likuid Rp 195,92. Rasio cepat yang dicapai tahun 2006 adalah 202,87 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva yang lebih likuid Rp 202,87. Dan rasio cepat yang dicapai tahun 2007 adalah 208,64 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva yang lebih likuid Rp 208,64. Sedangkan rasio cepat yang dicapai tahun 2008 adalah 212,47 % yang berarti setiap utang lancar Rp 100,- dijamin dengan aktiva yang lebih likuid Rp 212,47.

2. Analisis Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menggunakan dana yang tersedia, yang tercermin dalam perputaran modalnya. Semakin cepat tingkat perputarannya atau makin pendek periode terikatnya berarti semakin efisien penggunaannya. Untuk mengetahui besarnya tingkat aktivitas KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal digunakan rasio aktivitas sebagai berikut :

a. Perputaran dan Periode rata-rata pengumpulan piutang (Receivable turnover and Avarage collection periode)

Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang tertanam dalam piutang yang berputar dalam periode tertentu. Perputaran piutang dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah penjualan kredit dengan rata-rata piutang sedangkan untuk periode rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan membagi jumlah hari dalam setahun (360 hari) dengan hasil perputaran piutang. Perputaran dan periode rata-rata pengumpulan piutang pada KUD “ADIWERNA” Kecamatan

(35)

Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2004-2008 dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Perhitungan Perputaran dan Periode rata-rata pengumpulan piutang Thn Pjl Neto ( Rp ) Ptg Awal ( Rp ) Ptg Akhir ( Rp ) Rata-rata Ptg ( Rp ) Pptr Ptg (kali) Prd Pgmpl Ptg/hari 2004 2.593.626 432.199.887 437.573.387 434.886.637 0,60 600 2005 2.593.626 437.573.387 432.058.077 434.815.732 0,60 600 2006 2.593.626 432.058.077 442.248.577 437.153.327 0,60 600 2007 2.593.626 442.248.577 439.803.127 441.025.852 0,59 610 2008 2.593.626 439.803.127 439.803.127 439..803.127 0,59 610

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Keterangan :

Pjl Neto : Penjualan Neto Ptg : Piutang

Pptr Ptg : Perputaran Piutang

Prd Pgmpl Ptg : Periode rata-rata Pengumpulan Piutang

Perhitungan diatas dapat diketahui tingkat perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 adalah 0,60 kali dan 600 hari yang berarti dalam tahun 2004 sampai dengan tahun 226 rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 0,60 kali dan piutang dikumpulkan rata-rata setiap 600 hari sekali. Sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008 adalah 0,59 kali dan 610 hari yang berarti dalam tahun 2007 dan 2008 rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 0,59 kali dan piutang dikumpulkan rata-rata setiap 610 hari sekali.

b. Perputaran dan Periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang (Inventory turnover and Avarage day’s inventory)

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persdiaan diganti dalam artian dibeli dan dijual kembali. Perputaran persediaan dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan sedangkan untuk periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang dapat dihitung dengan membagi jumlah hari dalam setahun (360 hari) dengan hasil perputaran persediaan.

(36)

Perputaran dan periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang pada KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2004-2008 dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Perhitungan Perputaran dan Periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang Tahun HPP ( Rp ) Psdn Awal ( Rp ) Psdn Akhir ( Rp ) Rata-rata Prsdn ( Rp ) Pptr Prsdn ( kali) Prd Prsdn Tsmp di gdg ( hari) 2004 82.099.616 14.502.700 14.502.700 14.502.700 5,66 64 2005 70.442.294 14.502.700 9.502.700 12.002.700 5,87 61 2006 66.766.350 9.502.700 9.502.700 9.502.700 7,03 51 2007 63.856.750 9.502.700 9.502.700 9.502.700 6,72 54 2008 71.139.301 9.502.700 9.502.700 9.502.700 7,49 48

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Keterangan :

HPP : Harga Pokok Penjualan Prsdn : Persediaan

Pptr Prsdn : Perputaran Persediaan

Prd Prsdn Tsmp di gdg : Periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang

Perhitungan diatas dapat diketahui tingkat perputaran persediaan dan periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang tahun 2004 adalah 5,66 kali dan 64 hari yang berarti dalam tahun 2004 rata-rata dana yang tertanam dalam persediaan berputar 5,66 kali dalam setahun dan periode rata-rata persediaan berada di gudang rata-rata selama 64 hari sekali. Tahun 2005 adalah 5,87 kali dan 61 hari yang berarti dalam tahun 2005 rata-rata dana yang tertanam dalam persediaan berputar 5,87 kali dalam setahun dan periode rata-rata persediaan berada di gudang rata-rata selama 61 hari sekali. Tahun 2006 naik menjadi 7,03 kali dan 51 hari yang berarti dalam tahun 2006 rata-rata dana yang tertanam dalam persediaan berputar 7,03 kali dalam setahun dan periode rata-rata persediaan berada di gudang rata-rata selama 51 hari sekali. Tetapi pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 6,72 kali dan 54 hari yang berarti dalam tahun 2007 rata-rata dana yang tertanam dalam persediaan berputar 6,72 kali dalam setahun dan periode rata-rata persediaan berada di gudang rata-rata selama 54 hari sekali. Sedangkan untuk tahun 2008 mengalami kenaikan lagi menjadi 7,49 kali dan 48 hari yang berarti dalam tahun 2008 rata-rata dana yang

(37)

tertanam dalam persediaan berputar 7,49 kali dalam setahun dan periode rata-rata persediaan berada di gudang rata-rata selama 48 hari sekali.

c. Perputaran Modal Kerja (Working capital turnover)

Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam satu periode siklus kas dari perusahaan. Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan neto dan rata-rata modal kerja. Perputaran modal kerja pada KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2001-2003 dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Perhitungan Perputaran Modal Kerja Tahun Pjl Neto ( Rp ) MK Awal ( Rp ) MK Akhir ( Rp ) Rata-rata MK ( Rp ) Pptr MK ( kali ) 2004 234.717.481 231.741.153 246.363.063 239.052.108 0,98 2005 236.229.824 246.363.063 252.104.799 249.233.931 0,95 2006 236.229.824 252.104.799 265.529.476 258.817.138 0,91 2007 245.973.324 265.529.476 274.315.507 269.922.492 0,91 2008 245.973.324 274.315.507 274.315.507 274.315.507 0,90

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Keterangan :

Pjl Neto : Penjualan Neto MK : Modal Kerja

Pptr MK : Perputaran Modal Kerja

Perhitungan diatas dapat diketahui tingkat perputaran modal kerja tahun 2004 adalah 0,98 kali yang berarti dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 0,98 kali dalam setahunnya. Tahun 2005 tingkat perputaran modal kerja adalah 0,95 kali yang berarti dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 0,95 kali dalam setahunnya. Dan untuk tahun 2006 dan 2007 tingkat perputaran modal kerjanya sama yaitu 0,91 kali yang berarti dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 0,91 kali dalam setahunnya. Sedangkan untuk tahun 2008 tingkat perputaran modal kerjanya yaitu 0,90 kali yang berarti dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 0,90 kali dalam setahunnya.

3. Analisis Rentabilitas

Ratio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dan

(38)

dinyatakan dalam prosentase. Untuk mengetahui besarnya tingkat rentabilitas KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal digunakan rasio rentabilitas sebagai berikut :

a. Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Rate of ROA) Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva dapat dihitung dengan membandingkan antara SHU sebelum pajak dengan total aktiva. Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2004 - 2008 dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Perhitungan Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva Tahun SHU Sblm Pajak

( Rp )

Total Aktiva ( Rp )

Rasio laba bersih sblm pajak dengan total aktiva

( % ) 2004 7.706.424 581.137.229 1,33 2005 1.744.041 588.086.079 1,20 2006 12.721.923 582.663.961 2,18 2007 13.300.382 592.985.920 2,24 2008 12.086.413 591.663.651 2,04

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Perhitungan diatas dapat diketahui rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva yang dicapai tahun 2004 adalah 1,33 % yang berarti setiap Rp 100,- aktiva yang digunakan mampu menghasilkan sisa hasil usaha sebelum pajak sebesar Rp 1,33. Tahun 2005 adalah 1,20 % yang berarti setiap Rp 100,- aktiva yang digunakan mampu menghasilkan sisa hasil usaha sebelum pajak sebesar Rp 1,20. Tahun 2006 adalah 2,18 % yang berarti setiap Rp 100,- aktiva yang digunakan mampu menghasilkan sisa hasil usaha sebelum pajak sebesar Rp 2,18. Dan tahun 2007 adalah 2,24 % yang berarti setiap Rp 100,- aktiva yang digunakan mampu menghasilkan sisa hasil usaha sebelum pajak sebesar Rp 2,24. Sedangkan untuk tahun 2008 adalah 2,04 % yang berarti setiap Rp 100,- aktiva yang digunakan mampu menghasilkan sisa hasil usaha sebelum pajak sebesar Rp 2,04.

(39)

Rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dari modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan membandingkan antara SHU setelah pajak dengan jumlah modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2004 - 2008 dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel di bawah ini :

Tabel 10. Perhitungan Rentabilitas modal sendiri Tahun SHU Stlh Pajak

( Rp ) Modal Sendiri ( Rp ) Rentabilitas modal sendiri ( % ) 2004 3.024.686 234.717.481 1,29 2005 5.549.960 236.229.824 2,35 2006 6.527.842 236.229.824 2,76 2007 7.106.301 245.973.324 2,89 2008 5.892.332 245.973.324 2,40

Sumber : Laporan RAT KUD "ADIWERNA" Kabupaten Tegal Tahun 2004 s/d 2008

Perhitungan diatas dapat diketahui rentabilitas modal sendiri yang dicapai tahun 2004 adalah 1,29 % yang berarti setiap Rp 100,- modal sendiri menghasilkan sisa hasil usaha setelah pajak Rp 1,29. Tahun 2005 adalah 2,35 % yang berarti setiap Rp 100,- modal sendiri menghasilkan sisa hasil usaha setelah pajak Rp 2,35 Untuk tahun 2006 mencapai 2,76 % yang berarti setiap Rp 100,- modal sendiri menghasilkan sisa hasil usaha setelah pajak Rp 2,76. Dan tahun 2007 naik menjadi 2,89 % yang berarti setiap Rp 100,- modal sendiri menghasilkan sisa hasil usaha setelah pajak Rp 2,89. Sedangkan tahun 2008 turun menjadi 2,40 % yang berarti setiap Rp 100,- modal sendiri menghasilkan sisa hasil usaha setelah pajak Rp 2,40.

3. Penilaian Efektivitas Penggunaan Modal Kerja

Setelah mengetahui perhitungan dari segi likuiditas, aktivitas dan rentabilitas selanjutnya untuk menilai efektif dilakukan dengan membandingkan hasil dari perhitungan rasio tersebut dengan standar pengukuran yang telah ditetapkan.

I. Analisis Ratio Likuiditas

Analisis ratio likuiditas yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.1. Rasio lancar

(40)

Tabel 11. Analisis Rasio lancar

Tahun Rasio lancar Standar Kriteria 2004 198,49 % 175 % - 200 % Sangat Baik

2005 203,43 > 200 % Baik

2006 208,42 > 200 % Baik

2007 214,19 > 200 % Baik

2008 218,02 > 200 % Baik

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa raiso lancar KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal yang dicapai sejak tahun 2004-2008 adalah 198,49 %; 203,43 %; 208,42 %; 214,19 % dan 218,02 %. Bila angka-angka tersebut dibandingkan dengan standar pengukuran maka rasio lancar pada tahun 2004 dalam kriteria sangat baik sedangkan untuk tahun 2005-2008 termasuk dalam kriteria baik.

1.2. Rasio cepat

Tabel 12. Analisis Rasio cepat

Tahun Rasio cepat Standar Kriteria

2004 190,72% > 175 % Kurang baik 2005 195,92 > 175 % Kurang baik 2006 202,87 > 175 % Kurang baik 2007 208,64 > 175 % Kurang baik 2008 212,47 > 175 % Kurang baik

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa rasio cepat KUD “ADIWERNA” Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal yang dicapai sejak tahun 2004-2008 adalah 190,72%; 195,92 %; 202,87 %; 208,64 % dan 212,47 %. Bila angka-angka tersebut dibandingkan dengan standar pengukuran maka rasio cepat pada tahun 2004-2008 termasuk dalam kriteria kurang baik.

II. Analisis Ratio Aktivitas

Analisis ratio aktivitas yang digunakan adalah sebagai berikut : 2.1. Perputaran dan Periode rata-rata pengumpulan piutang

Tabel 13 : Analisis Perputaran dan Periode rata-rata pengumpulan piutang Tahun Pptr Ptg Prd Pgmpl Ptg Standar Kriteria

2004 0,60 kali 600 hari < 15 kali Kurang Efektif 2005 0,60 kali 600 hari < 15 kali Kurang Efektif

Gambar

Gambar 1. Perputaran Barang Dagangan  -  Penjualan dengan kredit
Gambar 2. Alur Kerangka Pikir : Analisis Efektivitas Penggunaan Modal Kerja  terhadap Pendapatan Pada KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal
Tabel di bawah  ini merupakan  standar pengukuran efektivitas penggunaan  modal  kerja  baik  standar  terbaru  maupun  standar  lama  yang  disesuaikan  oleh  penulis
Tabel 2. Perkembangan Struktur Modal KUD “ADIWERNA” Kabupaten Tegal  Tahun 2004 s/d Tahun 2008  Struktur Modal  2004 (Rp)  2005 (Rp)  2006 (Rp)  2007 (Rp)  2008 (Rp)  Kewajiban Lancar :                 Hutang Bank  217.980.932  217.980.932  212.980.932  21
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran. Butiran adalah lonjong, jika lebarnya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil. b) setelah butiran

Continuous stroke volume monitoring by modelling flow from non-invasive measurement of arterial pressure in humans under orthostatic stress..

In the List Range field, type the reference of the cell range you want to examine for unique values, select the Unique Records Only check box, and then click OK to have Excel

Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) menurut ketentuan Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 51

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ekstrak etanol gedi merah dalam menghambat pembentukan batu ginjal secara in vivo pada tikus jantan

Meningkatnya jumlah kasus DBD serta bertambah luasnya wilayah yang terjangkit dari waktu ke waktu di Indonesia disebabkan multi faktorial antara lain semakin

KAMERAMAN DALAM PRODUKSI ACARA DIALOG INTERAKTIF DI JOGJA TV yang merupakan tugas dan syarat untuk memperoleh gelar ahli.. madya program DIII Komunikasi Terapan (

Stimulasi yang diberikan pada kenyataannya kecerdasan visual spasial anak TK di daerah pedesaan masih kurang dibanding dengan anak TK di perkotaan dikarenakan sebagai