commit to user
i
EMPLOYEE ENGAGEMENT: ANTESEDEN DAN PENGARUHNYA PADA
KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI (Studi pada Karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenan
Surakarta)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
RIESA PRAMITA YANUARESMI NIM. F0207105
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Luqman : 14)
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah!” maka terjadilah ia”
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil yang masih jauh dari sempurna ini saya persembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak tercinta atas segala yang telah diberikan padaku dan tak mungkin dapat kubalas. I do love you..
2. Adik ku tersayang dan nenek ku yang selalu membimbingku
3. Sahabat-sahabatku tercinta 4. Almamaterku
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “EMPLOYEE ENGAGEMENT: ANTESEDEN DAN PENGARUHNYA PADA KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI (Studi Pada Karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenan Surakarta)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Namun, penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, karena banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi, berkat adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan kepada:
1. Allah SWT, Sang Pencipta yang telah memberikan berjuta anugerah di setiap hela nafas para hambaNya. Alhamdulillah atas segala rahmat yang Engkau berikan ya Allah.
2. Dr. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Hunik Sri Runing S. MSi. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
viii
4. Intan Novela Q A, SE., M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan dari awal penyusunan hingga menyelesaikan skripsi ini.
5. Sinto Sunaryo, SE, MSi selaku pembimbing akademik atas arahan dan kesabarannya selama ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
7. Bp. Endar Mulyadi dan seluruh karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenan Surakarta yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini.
8. Ayu Dian Fitriani, atas segala kerja sama yang tak kenal lelah demi mencapai sesuatu yang kita perjuangkan bersama. Terimakasih banyak.
9. Teman-teman Manajemen 2007 khususnya konsentrasi SDM atas pertemanan yang terjalin selama ini..
10. Haha Hihi Community, yang memberikan warna sampai saat ini. Semoga persahabatan kita selalu dalam ridho Nya.
11. KEI FE UNS, ilmu dan kekeluargaan yang lebih dari apa yang saya harapkan, terimakasih banyak. Ekonomi Islam...Subhanallah.
12. “Seroja” yang menjadi “Elang Putri”, terimakasih telah saling mendukung dan membantu dengan cara kita sendiri, ‘kalau ga unik bukan kita’ hehe. 13. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
commit to user
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, 27 Desember 2011
Penulis
commit to user x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN ABSTRAK ... ii HALAMAN PERSETUJUAN ... iv HALAMAN PENGESAHAN ... v HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ……….... ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ………. ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Employee Engagement ... 12
B. Anteseden Employee Engagement ... 16
commit to user xi D. Komitmen Organisasi ... 34 E. Penelitian Terdahulu ... 36 F. Kerangka Pemikiran ... 37 G. Hipotesis ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 44
C. Teknik Pengumpulan Data ... 45
D. Sumber Data ... 46
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 47
F. Instrumen Penelitian ... 51
G. Teknik Analisis Data ... 51
1. Analisis Deskriptif ... 51
2. Uji Validitas ... 52
3. Uji Reliabilitas ... 53
4. Uji Asumsi Klasik ... 54
5. Uji Hipotesis ... 56
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 59
B. Analisis Deskriptif ... 72
C. Uji Validitas ... 102
D. Uji Reliabilitas ... 115
commit to user xii F. Uji Hipotesis ... 125 G. Pembahasan ... 140 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 147 B. Keterbatasan ... 149 B. Saran ... 150 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
II.1. Model Penelitian ... 33 IV.1 Struktur Organisasi ... 70 IV.2 Model Penelitian Analisis Path ... 138
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
IV.1 Jumlah Karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk
wilayah Karesidenan Surakarta ... 71
IV.2 Hasil Penyebaran Kuesioner ... 72
IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73
IV.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia. ... 74
IV.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja. ... 75
IV.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 76
IV.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 77
IV.8 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Karakteristik Pekerjaan . 78 IV.9 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Pengakuan dan Penghargaan ... 81
IV.10 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Perceived Organizational Support ... 85
IV.11 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Keadilan Organisasional 89 IV.12 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Employee Engagement . 94 IV.13 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Kerja ... 98
IV.14 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Komitmen Organisasi ... 100
IV.15 Hasil Uji Valliditas... 104
IV.16 Hasil Uji Valliditas... 105
commit to user
xv
IV.18 Hasil Uji Valliditas... 106
IV.19 Hasil Uji Valliditas... 107
IV.20 Hasil Uji Valliditas... 108
IV.21 Hasil Uji Valliditas... 109
IV.22 Hasil Uji Valliditas... 110
IV.23 Hasil Uji Valliditas... 111
IV.24 Hasil Uji Valliditas ... 112
IV.25 Hasil Uji Valliditas... 113
IV.26 Hasil Uji Valliditas... 113
IV.27 Hasil Uji Valliditas... 114
IV.28 Hasil Uji Valliditas... 114
IV.29 Hasil Uji Reliabilitas ... 116
IV.30 Hasil Uji Multikolinearitas ... 117
IV.31 Hasil Uji Multikolinearitas ... 117
IV.32 Hasil Uji Normalitas ... 118
IV.33 Hasil Uji Normalitas ... 119
IV.34 Hasil Uji Normalitas ... 120
IV.35 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 121
IV.36 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 122
IV.37 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 122
IV.38 Hasil Uji Autokorelasi ... 123
IV.39 Hasil Uji Autokorelasi ... 124
commit to user
xvi
IV.41 Hasil Uji Antara Karakteristik Pekerjaan Dengan Employee
Engagement ... 126
IV.42 Hasil Uji Antara Pengakuan dan Penghargaan Dengan Employee
Engagement ... 127
IV.43 Hasil Uji Antara Perceived Organizational Support Dengan
Employee Engagement... 128
IV.44 Hasil Uji Antara Keadilan Organisasional Dengan Employee
Engagement ... 129
IV.45 Hasil Uji Analisis Regresi Antara Employee Engagement Dengan
Kepuasan Kerja ... 130 IV.46 Hasil Uji Analisis Regresi Antara Employee Engagement Dengan
Komitmen Organisasi ... 131 IV.47 Hasil Uji Analisis Regresi Pengaruh Mediasi Employee
Engagement Pada Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan,
Pengakuan dan Penghargaan, Perceived Organizational Support,
Keadilan Organisasional Dengan Kepuasan Kerja ... 132 IV.48 Hasil Uji Analisis Regresi Pengaruh Mediasi Employee
Engagement Pada Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan,
Pengakuan dan Penghargaan, Perceived Organizational Support,
Keadilan Organisasional Dengan Komitmen Organisasi ... 135 IV.49 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ... 139
commit to user
xvii
DAFTAR LMPIRAN
Lampiran 1 Skor Item Pertanyaan Lampiran 2 Uji Validitas
Lampiran 3 Uji Reliabilitas Lampiran 4Uji Asumsi Klasik Lampiran 5 Uji Hipotesis
commit to user ABSTRAK
EMPLOYEE ENGAGEMENT: ANTESEDEN DAN PENGARUHNYA PADA
KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI (Studi Pada Karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenan
Surakarta)
Oleh :
RIESA PRAMITA YANUARESMI F 0207105
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik pekerjaan, pengakuan dan penghargaan, perceived organizational
support dan keadilan organisasional pada kepuasan kerja dan komitmen
organisasi serta untuk menguji peran mediasi employee engagement.
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah 130 karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenen Surakarta dan diambil dengan metode sensus. Metode analisis yang digunakan adalah path analysis.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, karakteristik pekerjaan berpengaruh positif pada employee engagement. Kedua, pengakuan dan penghargaan berpengaruh positif pada employee engagement. Ketiga, perceived
organizational support berpengaruh positif pada employee engagement. Keempat,
keadilan organisasional berpengaruh positif pada employee engagement. Kelima,
employee engagement berpengaruh positif pada kepuasan kerja dan komitmen
organisasi. Keenam, employee engagement memediasi pengaruh karakteristik pekerjaan, pengakuan dan penghargaan, perceived organizational support, keadilan organisasional pada kepuasan kerja dan komitmen organisasi dan bentuk mediasinya adalah mediasi penuh.
Kata kunci : Karakteristik Pekerjaan, Pengakuan dan Penghargaan, Perceived
Organizational Support, Keadilan Organisasional, Employee Engagement, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi
commit to user ABSTRAK
EMPLOYEE ENGAGEMENT: ANTESEDEN DAN PENGARUHNYA PADA
KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI (Studi Pada Karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenan
Surakarta)
Oleh :
RIESA PRAMITA YANUARESMI F 0207105
The main purpose of this study is to explore the effects job characteristics, rewards and recognition, perceived organizational support, organizational justice on job satisfaction and organizational commitment and also to test the mediating role of employee engagement.
Population and sample in this study were 130 employees of PT. Bank Mandiri, Tbk Surakarta and taken by the census method, which means the entire population is used as sample The analytical method used was path analysis.
The results of this study are as follows. First, job characteristics has positive effect on employee engagement. Second, rewards and recognition has positive effect on employee engagement. Third, perceived organizational support has positively effect on employee engagement. Fourth, organizational justice has positively effect on employee engagaeent. Fifth, employee engagement has positive effect on job satisfaction and organizational commitment. Sixth, employee engagement mediates the effect of job characteristics, rewards and recognition, perceived organizational support, organizational justice on job satisfaction and organizational commitment.
Keywords: job characteristics, rewards and recognition, perceived organizational support, organizational justice, job satisfaction, organizational commitment, employee engagement.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya iklim kompetitif yang semakin dinamis, membuat banyak perusahaan menyimpulkan bahwa orang-orang yang mereka miliki adalah orang-orang yang luar biasa dan memiliki potensi dalam memelihara kesuksesan bisnis. Pengakuan ini muncul secara luas diantara para praktisi dan peneliti dalam manajemen sumber daya manusia karena kemampuan sistem kekuatan kerja dan sumber daya manusia adalah untuk memproduksi berbagai macam kompetensi yang kuat yang selanjutnya akan menguntungkan secara kompetitif yaitu berupa asset dan kemampuan yang berharga, jarang didapat, tidak dapat ditiru, dan tidak bisa tergantikan (Bamey, 1991). Dalam menyatukan kriteria ini, perusahaan mengikuti banyak cara dalam penyelidikannya untuk menghubungkan sumber daya manusia dan manajemen strategi dengan kesuksesan finansial, dan saat sekarang ini employee engagement menjadi topik yang paling sering dibicarakan dan paling sering beredar.
Banyak organisasi telah mengidentifikasi kebutuhan untuk berinvestasi dalam hal modal manusia, untuk mencapai upaya maksimal dari karyawan dan untuk dapat menciptakan sukses di pasar global yang sangat kompetitif. Investasi dalam modal manusia telah diidentifikasi
commit to user
2 sebagai salah satu cara untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Employee engagement telah muncul sebagai salah satu cara bagi
organisasi untuk mengukur investasi mereka dalam hal modal manusia; alternatif yang lebih lanjut untuk mengukur komitmen karyawan pada organisasi dan sebagai cara untuk menciptakan tempat kerja yang lebih efektif (Echols dalam Ferrer, 2005). Banyak konsultan sumber daya manusia menggunakan model employee engagement dalam upaya untuk menciptakan karyawan agar lebih efektif dan efisien, dengan demikian menciptakan manfaat organisasi yang lebih besar dan kinerja organisasi yang lebih baik (Echols, Crabtree dan Gubman dalam Ferrer, 2005).
Employee engagement dihubungkan secara kuat dengan beban
kerja, perasaan memilih dan mengendalikan, penghargaan dan pengakuan yang tepat, komunitas kerja yang mendukung, kejujuran dan keadilan, pekerjaan yang bernilai dan bermakna (Saks, 2006). Demikian pula, menurut sebuah survey yang dilakukan di tiga puluh dua negara oleh Walker Information (2000), faktor yang paling berpengaruh terhadap komitmen karyawan (dan orang bisa berpendapat itu merupakan employee
engagement) adalah kejujuran, perlindungan dan perhatian kepada
karyawan, dan kepercayaan (Frank, Finnegan & Taylor, 2004). Tetapi ketika perdebatan mengenai keberadan dan definisi yang tepat mengenai
employee engagement terus berlanjut, ada sedikit keraguan mengenai
pentingnya kejujuran di tempat kerja. Kejujuran berusaha membuat tempat orang bekerja menjadi lebih baik daripada sekedar gaji yang memadai,
commit to user
3 keuntungan dan peluang. Logikanya adalah ketika suatu organisasi memperlakukan karyawannya dengan lebih baik, maka karyawan akan memberikan umpan balik yang sama atau bahkan lebih dalam hal komitmen baik secara fisik maupun emosional (Insightlink, 2005). Tetapi pada akhirnya employee engagement bermuara pada hasrat dan keinginan karyawan untuk memberikan usaha-usaha yang leluasa dalam pekerjaannya (Frank, Finnegan & Taylor, 2004).
Kahn (1990) mendefinisikan employee engagement sebagai “pemanfaat anggota organisasi’ secara mandiri terhadap peran pekerjaannya, dalam keterikatannya seseorang bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif, dan emosional dalam kinerjanya”. Aspek kognitif dari employee engagement berfokus pada kepercayaan karyawan pada organisasi, kepemimpinan dan situasi kerja. Aspek emosional berfokus pada bagaimana karyawan merasakan ketiga faktor tersebut dan apakah mereka memiliki sikap yang positif atau negatif terhadap organisasi dan pimpinannya. Aspek fisik dari employee
engagement berfokus pada penggunaan energi fisik oleh individu dalam
menyelesaikan perannya. Kemudian, mengacu pada Kahn (1990),
engagement berarti kehadiran secara psikologi dan juga secara fisik ketika
menduduki dan menjalankan peran dalam organisasi. Seringkali employee
engagement didefinisikan sebagai komitmen emosional dan intelektual
pada organisasi (Baumruk, Richman dan Shaw dalam Kular et al., 2008) atau sejumlah usaha-usaha dalam menentukan pekerjaan yang dilakukan
commit to user
4 karyawan dalam pekerjaannya (Frank et al., 2004). Walaupun dinyatakan dan diterima bahwa employee engagement adalah dimensi yang memiliki banyak sisi seperti diungkapkan sebelumnya oleh Kahn (1990), Truss et
al., (2006) yang mendefinisikan employee engagement secara sederhana
sebagai ‘keinginan besar untuk bekerja’, suatu keadaan psikologi yang mencakup tiga dimensi engagement yang didiskusikan oleh Kahn (1990), dan menangkap keseluruhan definisi yang ada.
Konsepsi engagement sebagai sebuah hubungan peran (Kahn dan Rothbard, 2001) yaitu hal ini menggambarkan secara luas dimana seorang individu secara psikologi melakukan peran khusus dalam organisasi. Dua peran yang paling dominan bagi kebanyakan anggota organisasi yaitu peran pekerjaan dan perannya sebagai anggota dari organisasi. Dan juga didasarkan dari gagasan bahwa orang memiliki banyak peran dan seperti yang diusulkan oleh Rothbard (dalam May et al., 2004). Dari wawancara yang dilakukan oleh McBain (2007) terhadap para pemimpin perusahan ditemukan bahwa beberapa organisasi beranggapan bahwa OC adalah bagian dari engagement, sementara itu organisasi yang lainnya beranggapan engagement mendorong terciptanya OC dan dipandang sebagai isu yang berbeda. Komitmen organisasi (OC) berbeda dengan
engagement. OC berkaitan dengan sikap seseorang dan kedekatan dengan
organisasi mereka. Disisi lain, engagement bukan merupakan sikap melainkan suatu tingkatan yang dimana individu memiliki perhatian yang lebih dalam menjalankan peran mereka di lingkungan pekerjaan.
commit to user
5 Saks (2006) menjelaskan berbagai dimensi yang menjadi anteseden dalam employee engagement yang meliputi karakteristik pekerjaan, pengakuan dan penghargaan, perceived organizational support, keadilan organisasional. Berdasarkan teori Hackman dan Oldham (1980), karakteristik pekerjaan memiliki lima inti karakter pekerjaan yaitu keahlian, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan umpan balik. Makna dari psikologi dapat diperoleh dari karakteristik tugas yang memberikan pekerjaan yang menantang, beragam, penggunaan keterampilan yang berbeda, kebijaksanaan pribadi, dan kesempatan dalam berkontribusi (Kahn 1990). Pekerjaan yang tinggi pada karakterisik pekerjaan memberikan motivasi pada karyawan untuk lebih terlibat (Kahn, 1992). Maslach et al., (2001) juga menyarankan pentingnya karakteristik pekerjaan untuk sebuah engagement. The Social Exchange Theory (SET) menyatakan bahwa karyawan yang diberikan pekerjaan yang banyak dan menantang akan merasa wajib untuk merespon dengan tingkat engagement yang lebih tinggi.
Dua variabel yang merupakan esensi dari dukungan sosial adalah
perceived organizational support (POS) dan perceived supervisor support
(PSS). POS merujuk ke keyakinan umum bahwa seseorang memiliki nilai kontribusi pada sebuah organisasi dan peduli tentang kesejahteraan mereka (Rhoades & Eisenberger, 2002). POS erat kaitanya dengan employee
engagement karena ketika karyawan percaya bahwa organisasi mereka
commit to user
6 dengan mencoba untuk memenuhi kewajiban mereka untuk organisasi dengan menjadi lebih terlibat di dalamnya. Selanjutnya, karena karyawan cenderung melihat orientasi atasan mereka sebagai indikasi arah dukungan organisasi (Rhoades & Eisenberger, 2002). PSS juga menjadi prediktor penting dalam employee engagement karena supervisor menjadi lini pertama yang sangat penting untuk membangun employee engagement (Bates, 2004).
Hal lain yang mempengaruhi adanya employee engagement yaitu adanya pengakuan dan penghargaan kepada karyawan. Kahn (1990) menyatakan bahwa karyawan akan memiliki engagement yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan persepsi mereka tentang manfaat yang mereka terima sesuai peran masing-masing. Hasil dari investasi mereka bisa berasal dari penghargaan dan pengakuan eksternal di samping pekerjaan mereka selama itu, oleh karena itu karyawan berharap bahwa mereka akan lebih engaged dalam pekerjaan apabila mendapatkan sejumlah penghargaan dan pengakuan atas kinerja mereka. Jadi apabila karyawan memperoleh pengakuan dan penghargaan atas kinerja mereka maka akan tercipta tingkat engagement yang tinggi.
Keadilan distribusi mengacu pada tujuan yang dicapai sementara keadilan prosedural mengacu pada cara untuk mencapai tujuan tersebut. Keadilan distributif memprediksi kepuasan dengan hasil (misalnya, membayar kepuasan), sedangkan keadilan prosedural mempengaruhi evaluasi organisasi dan kewenangan yang dimilikinya (yaitu, kepercayaan
commit to user
7 dalam komitmen pengawasan dan organisasi) Cropanzano dan Folger (dalam Sweeney dan McFarlin, 1993). Ketika karyawan memiliki persepsi yang tinggi keadilan dalam organisasi mereka, mereka merasa wajib untuk bersikap adil dalam cara mereka melaksanakan peran mereka melalui tingkat engagement yang lebih besar.
Karyawan yang memiliki tingkat keterikatan yang kuat pada pekerjaan dan organisasinya merasa memiliki kewajiban untuk mempersembahkan yang terbaik bagi perusahaan. Pada dasarnya,
employee engagement merupakan konstruk level individu, employee engagement merupakan salah satu cara untuk mengetahui pengaruh emosi
terhadap kehidupan karyawan dalam pekerjaan. Employee engagement akan mempengaruhi performa organisasi secara positif ketika employee
engagement memberi dampak terhadap karyawan terlebih dahulu. Oleh
karena itu, employee engagement dianggap sebagai sesuatu yang dapat memberikan perubahan pada individu, tim dan organisasi.
Beberapa penelitian terdahulu menjelaskan dampak employee
engagement pada individu. Kahn (1992) menyatakan bahwa employee engagement mempengaruhi kualitas kerja karyawan, meningkatkan
kepuasan kerja, mengurangi jumlah ketidak hadiran karyawan dan menurunkan kecenderungan untuk berpindah pekerjaan (Schaufeli dan Bakker, 2004). Engagement ditemukan berhubungan positif terhadap komitmen organisasi dan berhubungan negatif terhadap intention to quit, dan juga dipercaya bahwa terdapat hubungan terhadap kinerja kerja dan
commit to user
8
extra-role behavior (Schaufeli, Bakker dan Sonnentag, 2003). Hal ini
disebabkan karena karyawan yang memiliki derajat engagement yang tinggi akan memiliki keterikatan emosi yang tinggi pada organisasi. Keterikatan emosi yang tinggi mempengaruhi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan (cenderung memiliki kualitas kerja yang memuaskan) dan akan berdampak pada rendahnya keinginan untuk meninggalkan pekerjaan.
Bank Mandiri sebagai salah satu bank yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui employee engagement karyawannya. Agar bisa bertahan dan memenangkan persaingan di dunia perbankan, semakin dibutuhkan sumberdaya manusia yang handal dan berkualitas. Salah satunya dengan meningkatkan dan mempertahankan employee engagement karyawan.
Berdasar latar belakang tersebut maka penelitian ini mengambil
judul: EMPLOYEE ENGAGEMENT: ANTESEDEN DAN
PENGARUHNYA PADA KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI (Studi pada karyawan PT. Bank Mandiri, Tbk se-eks Karesidenan Surakarta).
commit to user
9 B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang tersebut maka permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah karakteristik pekerjaan berpengaruh positif pada employee
engagement?
2. Apakah pengakuan dan penghargaan berpengaruh positif pada
employee engagement?
3. Apakah perceived organizational support berpengaruh positif pada employee engagement?
4. Apakah persepsi keadilan organisasional berpengaruh positif pada
employee engagement?
5. Apakah employee engagement berpengaruh positif pada kepuasan kerja dan komitmen organisasi?
6. Apakah employee engagement memediasi pengaruh antara anteseden (karakteristik pekerjaan, pengakuan dan penghargaan,
perceived organizational support, keadilan organisasional) dengan
konsekuennya (kepuasan kerja dan komitmen organisasi) ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Bedasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh karakteristik pekerjaan pada employee
commit to user
10 2. Untuk menguji pengaruh pengakuan dan penghargaan pada
employee engagement.
3. Untuk menguji pengaruh perceived organizational support pada
employee engagement.
4. Untuk menguji pengaruh persepsi keadilan organisasional pada
employee engagement.
5. Untuk menguji pengaruh employee engagement pada (a) kepuasan kerja dan (b) komitmen organisasi?
6. Untuk menguji peran mediasi employee engagement antara anteseden (karakteristik pekerjaan, pengakuan dan penghargaan,
perceived organizational support, keadilan organisasional) dengan
konsekuen (kepuasan kerja dan komitmen organisasi).
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan pengelolaan karyawan, terutama dalam upaya meningkatkan employee engagement pada karyawan.
2. Bagi akademisi, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti lain pada bidang kajian yang sama 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar dalam
commit to user
11 diperoleh selama ini sehubungan dengan permasalahan sebenarnya dalam bidang pengelolaan sumber daya manusia.
commit to user
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Employee Engagement
Employee engagement dihubungkan secara kuat dengan beban
kerja, perasaan memilih dan mengendalikan, penghargaan dan pengakuan yang tepat, komunitas kerja yang mendukung, kejujuran dan keadilan, pekerjaan yang bernilai dan bermakna (Saks, 2006). Sama hal nya dengan penelitian yang diadakan pada tiga puluh dua negara oleh Walker Information (2000), faktor yang paling berpengaruh terhadap komitmen karyawan (yang bisa dikatakan juga employee engagement) adalah kejujuran, perlindungan dan perhatian kepada karyawan, dan kepercayaan (Frank, Finnegan & Taylor, 2004). Tetapi ketika perdebatan mengenai definisi employee engagement secara tepat dan keberadaannya berlanjut, ada sedikit keraguan mengenai pentingnya kejujuran di tempat kerja. Kejujuran berusaha membuat tempat orang bekerja menjadi lebih baik daripada sekedar gaji yang memadai, keuntungan dan peluang. Walaupun seandainya organisasi itu memperlakukan karyawannya dengan baik, mereka akan memberikan umpan balik sebanyak atau lebih banyak dalam dua sisi yaitu komitmen fisik dan emosional (Insightlink, 2005). Tetapi
employee engagement akhirnya mendatangkan hasrat dan keinginan
karyawan untuk memberikan usaha-usaha dalam menentukan pekerjaannya (Frank, Finnegan & Taylor, 2004).
commit to user
13 Kahn (1990) mendefinisikan employee engagement sebagai “pemanfaat anggota organisasi’ secara mandiri terhadap peran pekerjaannya, dalam keterikatannya seseorang bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif, dan emosional dalam kinerjanya”. Aspek kognitif dari employee engagement berfokus pada kepercayaan karyawan pada organisasi, kepemimpinan dan situasi kerja. Aspek emosional berfokus pada bagaimana karyawan merasakan ketiga faktor tersebut dan apakah mereka memiliki sikap yang positif atau negatif terhadap organisasi dan pimpinannya. Aspek fisik dari employee
engagement berfokus pada penggunaan energi fisik oleh individu dalam
menyelesaikan perannya. Kemudian, mengacu pada Kahn (1990),
engagement berarti kehadiran secara psikologi dan juga secara fisik ketika
menduduki dan menjalankan peran dalam organisasi. Seringkali employee
engagement didefinisikan sebagai komitmen emosional dan intelektual
pada organisasi (Baumruk, Richman dan Shaw dalam Kular et al., 2008) atau sejumlah usaha-usaha dalam menentukan pekerjaan yang dilakukan karyawan dalam pekerjaannya (Frank et al., 2004). Walaupun dinyatakan dan diterima bahwa employee engagement adalah dimensi yang memiliki banyak sisi seperti diungkapkan sebelumnya oleh Kahn (1990), Truss et
al., (2006) yang mendefinisikan employee engagement secara sederhana
sebagai ‘keinginan besar untuk bekerja’, suatu keadaan psikologi yang mencakup tiga dimensi engagement yang didiskusikan oleh Kahn (1990), dan menangkap keseluruhan definisi yang ada.
commit to user
14 Beberapa definisi lain mengenai employee engagement adalah sebagai berikut:
a) Lucey, Bateman, dan Hines (2005) menginterpretasikan Gallup Engagement Index sebagai pengukuran mengenai “bagaimanakah masing-masing karyawan secara individu berhubungan dengan perusahaan dan baagaimanakah masing-masing karyawan secara individu berhubungan dengan pelanggan. Mereka menyebut lawan dari ini adalah menganggur secara emosional.
b) Development Dimensions International (2005) menggunakan definisi “Keluasan seseorang mengenai nilai, memiliki dan kepercayaan tentang apa yang mereka lakukan”. DDI juga menyatakan bahwa hal ini sama halnya dengan kepuasan dan loyalitas karyawan.
c) Wellins dan Concelman (2004) menyebut employee engagement “kekuatan yang dibuat yang dapat memotivasi karyawan untuk menuju kinerja yang lebih tinggi” “Energi yang didambakan” sama halnya dengan komitmen terhadap organisasi, kepemilikan dan kebanggaan dalam pekerjaan, usaha-usaha yang lebih (waktu dan tenaga), keinginan dan kegembiraan, komitmen untuk melaksanakan dan garis bawah. mereka menyebutnya “gabungan dari komitmen, loyalitas, produktivitas, dan kepemilikan”. Mereka juga mengacu pada “perasaan atau sikap karyawan untuk melanjutkan pekerjaannya dan organisasi”
commit to user
15 d) Robinson, Perryman dan Hayday (2004) mendefinisikan
engagement sebagai “sikap positif yang ditunjukkan karyawan
kepada organisasinya dan nilai yang ada. Karyawan yang terikat menyadari adanya konteks bisnis, bekerja dengan rekan untuk meningkatkan kinerja dalam pekerjaan untuk keuntungan organisasi. Organisasi harus membangun suasan keterikatan yang alami, yang mana ini adalah hubungan dua arah antara atasan dengan karyawan”
Penelitian yang dilakukan oleh (Saks, 2006) menyebutkan bahwa
employee engagement dikategorikan dalam 2 dimensi, yaitu:
1) Job engagement
Roberts dan Davenport (2002) mendefinisikan job engagement sebagai keterlibatan dan antusias seseorang pada pekerjaannya. Orang yang memiliki keterikatan tinggi terhadap pekerjaannya menyadari sendiri pekerjaannya dan motivasi yang diperlukan dalam pekerjaan. Mereka merasa perlu bekerja lebih giat daripada yang lain dan lebih ingin memberikan yang terbaik bagi pelanggan dan organisasi.
2) Organization engagement
Right Management (2009) mendefinisikan bahwa organization
engagement yaitu tingkat keterikatan karyawan terhadap organisasinya.
commit to user
16 B. Anteseden Employee Engagement
Saks (2006) mengidentifikasi beberapa dimensi yang menjadi anteseden dari employee engagement, yaitu karakteristik pekerjaan,
perceived organizational support, pengakuan dan penghargaan, keadilan
organisasional.
1. Karakteristik pekerjaan
Pendekatan alternatif terhadap pengaruh karakteristik pekerjaan pada respon karyawan dikembangkan oleh Hackman dan Lawler (dalam Hackman dan Oldham, 1990). Keduanya berpendapat bahwa empat dimensi inti pekerjaan menentukan motivasi pekerjaan adalah otonomi, identitas tugas, variasi, dan umpan balik. Mereka juga beranggapan bahwa karyawan yang memiliki keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang akan memberikan respon positif terhadap pekerjaan dengan dimensi-dimensi inti yang lebih tinggi.
Hackman dan Oldham (1975) mendefinisikan pengembangan lebih lanjut dari pendekatan karakteristik-karakteristik dalam merancang pekerjaan.
1) Motivasi Kerja Internal
Hackman dan Oldham (1975) mengidentifikasi model karakteristik-karakteristik pekerjaan yang membahas tentang kondisi-kondisi dimana pekerjaan menimbulkan tingkat motivasi kerja internal yang tinggi. Motivasi kerja internal adalah motivasi yang ditimbulkan oleh pekerjaan itu sendiri dan tidak tergantung
commit to user
17 oleh faktor-faktor eksternal seperti gaji, supervisi, dan rekan sekerja (Kreiner & Kinicki, 2001). Bila motivasi kerja internal tinggi, prestasi yang baik pada pekerja menimbulkan perasaan positif dan digunakan sebagai alasan untuk penghargaan diri.
Tiga kondisi kunci yang harus ada untuk mempertahankan atau mempertinggi motivasi internal adalah: pertama, karyawan menganggap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya memiliki arti secara pribadi jika karyawan akan memandang pekerjaan dan hasil-hasilnya sebagai sesuatu yang penting. Dengan kata lain, pekerjaan tersebut menjadi sesuatu yang membuatnya berbeda dengan orang lain. Kedua, bila motivasi internal ada, karyawan akan merasakan tanggung jawab pribadi terhadap pekerjaan dan hasil-hasilnya. Karyawan akan mengalami perasaan positif diikuti prestasi yang baik dan perasaan negatif yang diikuti prestasi yang buruk bila ia merasa bertanggung jawab secara pribadi terhadap prestasi atau hasil kerja yang baik atau buruk. Kondisi kunci yang ketiga bagi keberadaan motivasi kerja internal adalah pengetahuan tentang hasil-hasil kerja. Bagaimanapun beratnya suatu pekerjaan bagi seseorang dan bagaimanapun besarnya tanggung jawab seseorang dalam mencapai prestasi kerja, tidak akan berarti apabila dia tidak mengetahui bagaimana hasil kerjanya. Seseorang dapat mengevaluasi dan hal itu merupakan komponen penting dari motivasi kerja internal. Ketiga kondisi kunci yang menimbulkan
commit to user
18 motivasi kerja internal itulah yang disebut sebagai critical
psychological states.
2) Karakteristik-karakteristik Pekerjaan Inti
Dalam model karakteristik-karakteristik pekerjaan (Hackman dan Oldham, 1975) terdapat lima karakteristik inti yang mempengaruhi critical psychological states. Tiga karakteristik pekerjaan yang mempengaruhi perasaan berarti terhadap pekerjaan, sedangkan dua karakteristik pekerjaan yang lain masing-masing mempunyai pengaruh langsung terhadap perasaan tanggung jawab dan pengetahuan terhadap hasil-hasil pekerjaan.
a) Experienced meaningfulness (kebermaknaan pekerjaan yang dialami)
Tiga dimensi karakteristik pekerjaan inti yang dianggap mempengaruhi seberapa besar seseorang menganggap pekerjaan yang dibebankan kepadanya memiliki arti secara pribadi, yaitu : 1. Skill variety : seberapa besar pekerjaan mengharuskan
karyawan menggunakan variasi keterampilan dan bakat dalam penyelesaian pekerjaan tersebut. Kurangnya variasi pekerjaan bisa menimbulkan kebosanan dan selanjutnya kebosanan menimbulkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan.
2. Task identity : seberapa besar keterlibatan karyawan dapat diidentifikasikan dalam penyelesaian tiap-tiap pekerjaan dari
commit to user
19 awal hingga selesai. Bila pekerjaan-pekerjaan tidak mempunyai identitas dalam penyelesaian para karyawan tidak akan atau kurang merasa bertanggung jawab dan kurang bangga atau menghargai hasil-hasil kerjanya. Ini berarti kontribusi mereka tidak tampak, sehingga kepuasan kerja bisa menurun.
3. Task significance : seberapa besar pekerjaan mempunyai pengaruh secara substansial terhadap kehidupan orang lain dalam perusahaan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Seseorang yang merasa punya arti penting bagi orang lain maupun suatu organisasi akan melaksanakan tugas seoptimal mungkin, agar tidak mengecewakan atau merugikan orang lain atau perusahaan.
Masing-masing karakteristik pekerjaan inti mempunyai kontribusi terhadap keseluruhan experienced meaningfulness dari suatu pekerjaan. Pekerjaan pada ketiga karakteristik pekerjaan tersebut tinggi, otomatis akan memiliki potensi yang tinggi untuk menciptakan perasaan bahwa pekerjaan yang dibebankan kepadanya memiliki arti penting secara pribadi. b) Personal responsibility (tanggung jawab terhadap pekerjaan)
Dimensi pekerjaan inti yang keempat yaitu otonomi, jelas menunjukkan tingkatan dimana pekerja diberi kesempatan secara bebas, mandiri, dan leluasa (dalam batas-batas tertentu) untuk
commit to user
20 menentukan kapan dan bagaimana pekerjaannya akan diselesaikannya. Pekerja dengan tingkat otonomi tinggi menyadari bahwa mereka sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kesuksesan dan kegagalan dari penyelesaian pekerjaan yang diembannya.
Pengertian yang lebih luas mengenai pekerjaan dengan tingkat otonomi yang tinggi menurut Hackman (1990) adalah bagaimana penyelesaian suatu pekerjaan itu akan lebih banyak bergantung pada usaha dan inisiatif pekerja itu sendiri dibanding dengan instruksi-instruksi detail dari atasan atau dari prosedur-prosedur tugas yang telah ditentukan.
c) Knowledge of results (Pengetahuan tentang hasil pekerjaan) Dimensi pekerjaan inti terakhir yang diungkapkan oleh
Hackman dan Oldham (1990) adalah umpan balik (feed back). Hackman dan Oldham (1990) mendefinisikannya sebagai tingkatan dimana dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas kerja yang dituntut oleh suatu pekerjaan memberikan konsekuensi pada pekerja untuk mendapatkan informasi langsung dan jelas tentang efektivitas pelaksanaan kerjanya. Jadi, umpan balik lebih ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan yang nantinya daharapkan dapat berpengaruh pada performa kerja dan kualitas pekerjaan dari pekerjaan itu sendiri.
commit to user
21 Bruce & Champagne (1997) mengatakan bahwa umpan balik akan jauh lebih efektif dan memiliki kekuatan (powerfull) ketika informasi yang diperoleh dari pekerja didapat dari hasil-hasil pekerjaan itu sendiri atau dari konsumen yang dilayani si pekerja. Kondisi seperti ini membuat pekerja tidak harus terus-menerus dievaluasi oleh rekan sekerjanya atau atasannya.
Pekerjaan yang memiliki dasar karakteristik pekerjaan yang kuat melengkapi individu dengan kesempatan dan dorongan untuk memberi sesuatu yang lebih dari diri mereka pada pekerjaannya atau untuk menjadi lebih terikat (Kahn, 1992). May
et al., (2004) menemukan bahwa kekayaan berhubungan positif
pada kebermaknaan dan kebermaknaan memediasi hubungan antara kekayaan pekerjaan dan keterikatan.
2. Perceived Organizational Support (POS) dan Perceived Supervisor
Support (PSS)
Selanjutnya pembahasan mengenai komitmen dan timbal balik kemudian menjadi penting bagi karyawan untuk mengetahui tingkat komitmen organisasi kepada mereka; hal ini diukur dengan perceived
organizational support (Eisenberger et al., 1986). POS membedakan
karyawan dalam pandangan mereka tentang “…keadaan dimana organisasi menilai kontribusi dan kepedulian mereka tentang kebaikan yang dilakukan” (Eisenberger et al., 1990). POS diperlihatkan mempunyai hubungan yang positif terhadap komitmen organisasi,
commit to user
22 sehingga pengalaman komitmen afektif karyawan dan penambahan emosional yang lebih terasa ketika dirasakan bahwa mereka mendapat dukungan dari organisasi (Eisenberger et al., 1986). POS dipercaya dapat meningkatkan pengharapan karyawan, bahwa mereka akan mendapat penghargaan yang lebih untuk usaha yang lebih dari organisasi, hal ini disebut sebagai pengharapan hasil atas usaha. Ini merupakan kekonsistenan dari suatu timbal balik. Meningkatkan penghargaan intrinsik dan ekstrinsik yang menghubungkan karyawan dengan organisasi akan meningkatkan POS (Eisenberger et al., 1986) sehingga norma timbal balik mengindikasikan bahwa akan ada peningkatan komitmen dari karyawan terhadap organisasi. Hubungan timbal balik kayawan dengan POS akan mengubah tujuan mereka agar sejalan dengan organisasi; terlihat dengan jelas dari absen yang rendah dari para karyawan yang memperlihatkan perubahan ideologi yang kuat.
Supervisor support didefinisikan sebagai seberapa besar seorang
karyawan mendapatkan perhatian dari pimpinannya tentang pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik, mengukur kontribusi karyawan dan pemberian dukungan secara umum (Eisenberger et al., 2002). Hutchison (1997) menunjukkan bahwa perhatian dan perilaku pimpinan memberikan dukungan kepada bawahan memiliki hubungan positif dengan komitmen afektif, karena tindakan pimpinan tersebut mewakili organisasi yang memiliki tanggung jawab langsung untuk mengatur, mengevaluasi dan member dukungan kepada bawahan. Di dalam teori
commit to user
23 dukungan organisasi menunjukkan bahwa tindakan pimpinan tersebut adalah suatu tindakan yang menunjukan tingkat kesungguhan dari suatu organisasi.
Dukungan adalah salah satu bagian penting dalam pengembangan kinerja. Dengan pemberian dukungan, seseorang dapat mengatasi kesulitan dengan bekerja keras, berani menghadapi tantangan dan membangun pandangan positif pada diri seseorang untuk belajar, mengembangkan dan mencapai kesuksesan (Mc Cauley & Van Velsor, 2004).
Dukungan dapat berasal dari organisasi, budaya atau system. Beberapa peneliti mempercayai bahwa dukungan organisasi dapat diberikan dalam bentuk kepercayaan organisasi dan perpaduan budaya dari pengembangan karyawan organisasi dan perpaduan budaya dari pengembangan karyawan atau pembelajaran berkelanjutan, menilai kontribusi karyawan sehingga berpengaruh pada employee engagement. Dukungan pimpinan adalah tingkatan dimana seorang pimpinan menilai kontribusi karyawan dan memberi perhatian atas kinerja seorang karyawan. Dukungan dari seorang pimpinan adalah kontributor utama yang dapat menentukan kinerja dan efektifitas seorang karyawan (Schaubroeck & Fick, 1998).
Seorang pimpinan dapat memberikan dukungan dengan memberikan dukungan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mempengaruhi bawahanya. French dan Raven (1959)
commit to user
24 mengidentifikasi lima jenis kekuatan social yang dapat digunakan oleh pimpinan yaitu:
1) Reward power
Reward power adalah kemampuan atasan untuk memberikan imbalan
atau memeberikan keuntungan positif kepada bawahan atas kinerja yang sesuai dengan harapan.
2) Coercive power
Coercive power adalah kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan
seseorang karena orang tersebut menimbulkan ketakutan pada orang lain dan mampu member ancaman maupun hukuman kepada orang lain.
3) Legitimate power
Legitimate power adalah kekuasaan yang didapatkan karena posisinya
dalam jenjang hierarki dan juga bawahan menganggap bahwa orang tersebut berhak member arahan, perintah dan control.
4) Expert power
Expert power adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan karena
kemampuan, pengetahuan dan bakat yang dimiliki pada bidang tertentu sehibgga dapat memberikan arahan pada orang lain.
5) Referent power
Referent power didapat karena seseorang memilikikepribadian yang
menarik dan memiliki kualitas khusus sehingga orang lain mengagumi dan menyukainya. Kekaguman dan kesukaan pada orang
commit to user
25 lain dapat berpengaruh pada perilakunya untuk mengikuti orang tersebut.
Beberapa jenis dukungan sosial yang diberikan oleh seseorang pimpinan di tempat kerja (Quick ,1982) antara lain:
1) Informational
Dukungan dalam bentuk pemberian informasi dari pimpinan maupun rekan kerja dan dapat juga berupa pemberian kritik yang membangun.
2) Emotional
Ditunjukkan dengan rasa perhatian, kasih sayang dan kepercayaan.
3) Instrumental
Menyediakan fasilitas untuk memudahkan pekerjaan.
4) Appraisal
Mengevaluasi dan memberikan umpan balik yang dilakukan oleh seorang pimpinan kepada bawahanya terhadap kinerjanya.
3. Pengakuan dan Penghargaan
Kahn (dalam Saks, 2006) menyatakan bahwa tiap orang bervariasi dalam keterlibatan mereka sebagai fungsi dari persepsi mereka tentang manfaat yang mereka terima dari suatu peran. Selanjutnya, perkiraan mengenai pengembalian investasi bisa datang dari pengakuan dan penghargaan dari luar dalam hal bekerja yang penuh makna. Oleh karena itu, sebagian orang mengharapkan bahwa karyawan kemungkinan besar akan lebih mengikatkan diri mereka
commit to user
26 pada pekerjaan pada tingkat keterterimaan mereka dalam sejumlah besar pengakuan dan penghargaan pada peran kinerja mereka. Maslach et al., (dalam Saks, 2006) juga mengusulkan walaupun kekurangan dari pengakuan dan pengharagaan mengacu pada burnout, pengakuan dan penghargaan yang tepat penting untuk engagement. Pada terminology Social Exchange Theory, ketika karyawan mendapat pengakuan dan penghargaan dari organisasinya, mereka merasa harus memberi balasan dengan tingkat engagement yang tinggi.
4. Keadilan Prosedural dan Keadilan Distributif 1) Keadilan Prosedural
Keadilan prosedural didefinisikan sebagai persepsi karyawan bahwa prosedur yang diikuti organisasi dalam menentukan siapa yang menerima manfaat adalah adil (Foliger & Greenberg dalam Vibriyanti, 2005). Greenberg dalam Moorman (1991) mengartikan keadilan prosedural sebagai persepsi keadilan yang digunakan untuk menentukan alokasi distribusi diantara karyawan.
Keadilan prosedural berkaitan dengan persepsi karyawan terhadap kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam menentukan outcome (Savitri & Setiawan, 2005). Pada akhirnya teori dasar dari keadilan organisasional telah membedakan antara keadilan distributif dan fokus proses dimana keputusan tersebut dibuat atau yang disebut dengan keadilan prosedural (Greenberg
commit to user
27 dalam Lee, 2000). Konsep dasar dari keadilan prosedural terletak pada keadilan yang dirasakan seseorang terhadap prosedur yang dijalankan organisasi. Contoh keadilan prosedural adalah derajat suara seseorang dalam pembuatan keputusan dan apakah peraturan yang diikuti dalam pembuatan keputusan konsisten.
Vibriyanti (2005) menyatakan bahwa keadilan prosedural diperkenalkan oleh Thibaut dan Walker (1975), mereka memandang tiga pihak memperselisihkan prosedural resolusi seperti mediasi dan arbitrasi sebagai memiliki baik tingkatan proses dan tingkatan keputusan. Mereka mengacu pada jumlah pengaruh perselisihan memiliki tingkatan masing-masing sebagai bukti pengendalian proses dan keputusan. Penelitian mereka menyatakan bahwa perselisihan akan menghentikan pengendalian pada proses.
Menurut (Leventhal dalam Lee, 2000) keadilan prosedural memiliki dua aspek, yaitu :
1) Aspek Struktural. Meliputi aturan dan kebijakan formal mengenai keputusan yang berkaitan dengan karyawan. Termasuk di dalamnya input karyawan dalam proses pengambilan keputusan, pemberitahuan yang layak sebelum pengimplementasian keputusan serta penerimaan informasi yang akurat.
commit to user
28 2) Aspek Sosial. Meliputi kualitas dari perlakuan interpersonal
dalam pengalokasian sumber daya. Termasuk didalamnya, cara memperlakukan karyawan dengan baik, tersedianya informasi tentang sebuah keputusan tersebut dibuat.
(Greenberg dalam Moorman, 1991) mengidentifikasi dua komponen keadilan prosedural. Komponen pertama adalah prosedur formal yang adil, adanya prosedur formal dipercaya menjadi birokratik. Prosedur formal cenderung mengarah pada sistem birokratik yang digunakan dalam membuat keputusan. Komponen kedua adalah keadilan interaksional yang merupakan keadilan yang dirasakan dalam konteks kualitas dan isi dari interaksi seseorang terhadap lainnya.
Allocation Preference Theory dari (Leventhal dalam Lee, 2000) merupakan teori yang memfokuskan pada alokasi prosedur untuk menentukan prosedur yang akan digunakan guna mendapatkan keadilan. Delapan prosedur yang dapat dipakai untuk mencapai keadilan adalah :
1) adanya kesempatan untuk menyeleksi agen pembuatan keputusan
2) mengikuti aturan yang konsisten 3) didasarkan pada informasi yang akurat
4) mengidentifikasi struktur kekuatan pengambilan keputusan 5) menggunakan perlindungan terhadap bias
commit to user
29 6) permohonan naik banding didengar
7) memberikan kesempatan untuk merubah prosedur 8) didasarkan pada standar moral dan etika yang berlaku.
(Tyler dalam Vibriyanti, 2005) mengatakan bahwa riset keadilan mengindikasikan bahwa keputusan akan diterima oleh bawahan jika keadilan prosedural ditaati bahkan jika outcome distributif kurang dari yang diinginkan. Sebagai contoh kenaikan gaji yang rendah masih akan diterima jika prosedur penilaian kinerja organisasi dan reward dilihat sesuai dalam menentukan kenaikan tersebut. Diargumentasikan bahwa keadilan distributif memprediksi kepuasan outcome (contohnya kepuasan gaji), sedangkan keadilan prosedural mempengaruhi evaluasi organisasi dan otoritasnya (contohnya kepercayaan supervise dan komitmen organisasional) (Cropanzano & Folger dalam Tang & Baldwin, 1996). Selanjutnya, jika karyawan dijamin bahwa perlakuan proseduralnya adil, mereka menjadi semakin loyal yang merupakan isyarat dari komitmen organisasional. Ketika keadilan prosedural adil lebih sulit untuk mempertanyakan outcome, namun keadilan distributif merupakan varian yang lebih unik dalam kepuasan gaji, level evaluasi personal daripada keadilan prosedural (Tang & Baldwin, 1996). Perubahan sosial dalam hubungan antar karyawan dimulai dari perlakuan adil kepada para karyawan tersebut.
commit to user
30 2) Keadilan distributif
Keadilan distributif mengacu pada rasa adil yang dirasakan oleh individu dalam organisasi (Andrews & Kacmar, 2001). Keadilan distributif berkaitan dengan persepsi karyawan terhadap
outcome yang diterima (Savitri & Setiawan, 2005). Lee (2000)
mengartikan keadilan distributif sebagai persepsi seseorang dari tingkat keadilan yang didapat dalam hal pendistribusian sumberdaya-sumberdaya organisasi dan rewards. Sebagai contoh dari outcome distributive adalah kenaikan gaji, promosi dan tugas yang menantang.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa keadilan distributif adalah persepsi keadilan mengenai hasil yang diterima karyawan dari organisasi tempat seseorang bekerja. Keadilan distributif merupakan topik awal penelitian-penelitian dalam keadilan organisasional di bidang sumber daya manusia. Dalam keadilan distributif menggunakan asumsi bahwa karyawan menaruh perhatian pada outcome seperti : gaji, rewards, jadwal kerja, beban kerja, tanggung jawab dan sebagainya. Kebanyakan riset tentang teori keadilan telah memfokuskan upah sebagai dasar hasil.
Adam (dalam Williams, 2002) menjelaskan bahwa pendekatan utama keadilan distributif adalah equity, yang menyatakan bahwa individu termotivasi untuk menegakkan keadilan atau equitable,
commit to user
31 hubungan diantara mereka sendiri dan yang lain dengan menjunjung pada distributif reward dan untuk khusus teori equity menyatakan bahwa orang membandingkan mereka sendiri dengan yang lain berfokus pada dua variabel yaitu outcomes dan input.
Outcomes adalah apa yang mereka peroleh dari pekerjaan mereka
termasuk diantaranya gaji dan prestise. Sedangkan input mengacu pada kontribusi yang diberikan, seperti jumlah waktu bekerja, usaha, jumlah produk yang dihasilkan dari kualifikasi pekerjaan. Teori equity berkaitan dengan outcomes dan input yang dipersepsikan oleh orang yang terlibat dan tidak didasarkan pada standar objektif.
C. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja mempunyai peran penting dalam rangka mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Kepuasan kerja memberikan sumbangan yang besar terhadap keefektifan organisasi, serta merangsang semangat kerja dan loyalitas karyawan. Kepuasan kerja adalah salah satu konstruk yang diukur dan diteliti paling luas pada perilaku organisasional dan literatur manajemen.
Beberapa pengertian dari kepuasan kerja:
a. Robbins (2001) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap secara umum dan tingkat perasaan positif seseorang terhadap pekerjaannya.
commit to user
32 b. Menurut pandangan Luthans (1998) kepuasan kerja merupakan hasil
persepsi karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan sesuatu yang dianggap penting.
c. Locke (dalam Lee, 2000) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai pernyataan emosional yang menyenangkan yang diakibatkan oleh penilaian pada pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.
d. Astuti et al., 2003 : Kepuasan kerja seseorang ditentukan oleh perbedaan antara semua yang diharapkan dengan semua yang dirasakan dari pekerjaannya atau semua yang diterimanya secara aktual.
Jadi kepuasan kerja merupakan suatu perilaku individu berhubungan dengan pekerjaannya. Perilaku ini dibangun dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya. Sejumlah investigasi dapat menjelaskan pada manajer untuk lebih memahami bagaimana bentuk perilaku karyawan yang mempengaruhi kepuasan kerjanya.
Luthans (1998) membagi kepuasan kerja menjadi tiga dimensi sebagai berikut :
a. Kepuasan kerja adalah suatu emosi yang merupakan respon terhadap situasi kerja. Hal ini tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat diduga. Atau hal ini tidak dapat dinyatakan, tetapi akan tercermin dalam sikap karyawan.
b. Kepuasan kerja dinyatakan dengan perolehan hasil yang sesuai, atau bahkan melebihi dari yang diharapkan, misalnya seseorang bekerja
commit to user
33 sebaik yang mampu dilakukannya dan berharap mendapat imbalan yang sepadan.
c. Kepuasan kerja biasanya dinyatakan dalam sikap. Seseorang merasa puas dengan pekerjaanya akan tercermin melalui sikap, misalnya dia semakin loyal pada perusahaan, bekerja dengan baik, berdedikasi tinggi, tertib serta sikap-sikap lain yang bersifat positif.
Luthans (1998) menjelaskan bahwa ada lima hal penting yang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja yaitu sebagai berikut:
1) Pekerjaan yang dilakukan
Jenis pekerjaan yang dilakukan dapat merupakan sumber kepuasan. 2) Gaji
Gaji dan upah yang diterima karyawan dianggap sebagai refleksi cara pandang manajer mengenai kontribusi karyawan terhadap organisasi. 3) Promosi
Kesempatan untuk lebih berkembang di organisasi dapat menjadi sumber kepuasan kerja.
4) Supervisor
Kemampuan supervisor untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan moral dapat meningkatkan kepuasan kerja.
5) Rekan sekerja
Rekan sekerja dapat memberikan bantuan secara teknis dan dukungan secara sosial akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan
commit to user
34 D. Komitmen Oganisasi
Komitmen organisasi merupakan salah satu perilaku organisasi yang banyak menarik perhatian para ilmuan belakangan ini. Berbagai konsep telah banyak dikemukakan para peneliti mengenai komitmen, mereka memaparkan berbagai dasar acuan, hubungan dan pengaruh/ konsekuensi dari komitmen tersebut. Konsep-konsep mengenai komitmen tersebut antara lain seperti yang diungkapkan oleh Robbins (1996) yang mendefinisikan komitmen organisasional sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada sesuatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Yulk (dalam Dongoran, 2001) melihat komitmen sebagai suatu hasil pengaruh, sedangkan March dan Simon membagi pengertian tentang komitmen sebagai kepercayaan yang diberikan pihak tertentu kepada seseorang.
Sedangkan Luthan (1998) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai sikap yang berkaitan dengan loyalitas pekerja terhadap organisasi dan merupakan proses yang berkelanjutan pada anggota untuk mengungkapkan perhatiannya pada organisasi dan hal tersebut berlanjut pada kesuksesan dan kesejahteraan.
Allen dan Mayer dalam Putri dan Budi (2006) mengajukan tiga bentuk komitmen organisasi, yaitu :
commit to user
35 a. Komitmen Afektif, yaitu keterkaitan emosional, identifikasi dan
keterlibatan dalam suatu organisasi.
b. Komitmen Kontinuan, yaitu komitmen individu yang didasari pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan meninggalkan organisasi.
c. Komitmen Normatif, yaitu keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi.
Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak kuat untuk bertingkah laku.
Untuk Sikap mencakup :
a. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
b. Keterliatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan padanya.
c. Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan
commit to user
36 keterikatan antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas rasa memiliki terhadap organisasi.
Sedangkan termasuk kehendak untuk bertingkah laku mencakup :
a. Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat maju. Karyawan dengan komitmen tinggi, ikut mempertahankan nasib organisasi.
b. Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pada karyawan yang memiliki komitmen tinggi, anya sedikit alas an untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang telah dipilihnya dalam waktu lama.
E. Penelitian Terdahulu
Maslach et al., (2001) menyebutkan pentingnya karakteristik pekerjaan untuk engagement. Karakteristik pekerjaan, khususnya feedback dan autonomy, memiliki hubungan yang konsisten terhadap burnout.
Social Exchange Theory menyatakan bahwa karyawan yang dilibatkan
dalam pekerjaan yang luas dan menantang akan merasa perlu untuk merespon dengan tingkat engagement yang tinggi.
Maslach et al., (2001) juga menyebutkan bahwa kekurangan dari pengakuan dan penghargaan dapat menyebabkan burnout, sedangkan pengakuan dan penghargaan yang sesuai merupakan hal yang penting
commit to user
37 untuk engagement. Berdasarkan Social Exchange Theory disebutkan bahwa karyawan yang mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari organisasinya akan merasa dilibatkan dalam perubahan yang adil, dengan merespon melalui tingkat engagement yang lebih tinggi.
F. Kerangka Pemikiran
Alur pemikiran yang dapat disajikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah kerangka pemikiran dari hubungan variabel-variabel yang terlibat. Variabel independen yang merupakan anteseden dari
employee engagement terdiri dari 4 dimensi, yaitu: karakteristik pekerjaan,
pengakuan dan penghargaan, perceived organizational support, keadilan organisasional. Employee engagement sebagai variabel mediasi. Variabel dependen adalah kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
Anteseden dari employee engagement secara bersamaan memberikan pengaruh positif terhadap employee engagement. Sedangkan
employee engagement memiliki pengaruh masing-masing terhadap
kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Dan yang terakhir yaitu bahwa
employee engagement secara bersama-sama menjadi mediasi dari
commit to user 38 Sumber: (Saks, 2006) Gambar II.1 Model Penelitian Keterangan:
Variabel independen : karakteristik pekerjaan, pengakuan dan
penghargaan, perceived organizational support, keadilan organisasional
Variabel dependen : kepuasan kerja, komitmen organisasi. Variabel mediasi : employee engagement.
Karakteristik Pekerjaan Perceived Organizational Support Pengakuan dan Penghargaan Keadilan Organisasional Employee Engagement Kepuasan Kerja Komitmen Organisasi Karakteristik Pekerjaan Perceived Organizational Support Pengakuan dan Penghargaan Keadilan Organisasional Employee Engagement Kepuasan Kerja Komitmen Organisasi
commit to user
39 G. Hipotesis
1. Pengaruh Karakteristik Pekerjaan terhadap Employee Engagement Pekerjaan yang memiliki dasar karakteristik pekerjaan yang kuat melengkapi individu dengan kesempatan dan dorongan untuk memberi sesuatu yang lebih dari diri mereka pada pekerjaannya atau untuk menjadi lebih terikat Kahn (dalam saks 2006).
Beban kerja dan kondisi terkendali dari model Maslach et al., (2001) juga mengungkapkan pentingnya karakteristik pekerjaan untuk engagement. Pada kenyataannya, karakteristik, khususnya umpan balik dan otonomi, secara konsisten berhubungan dengan burnout (Maslach et al., 2001). Didasarkan pada SET, ada pendapat bahwa karyawan yang melakukan pekerjaan yang menantang dan bervariasi akan merasa perlu membalas dengan tingkat engagement yang tinggi.
H1: Karakteristik pekerjaan akan berpengaruh positif pada employee
engagement
2. Pengaruh Pengakuan dan Penghargaan terhadap Employee
Engagement
Kahn (dalam Saks, 2006) menyatakan bahwa tiap orang memiliki keterikatan yang berbeda-beda dalam fungsinya dari persepsi dari keuntungan yang mereka dapatkan dalam suatu peran. Selanjutnya, perkiraan mengenai pengembalian investasi bisa datang dari pengakuan dan penghargaan dari luar dalam hal bekerja yang penuh makna. Oleh
commit to user
40 karena itu, sebagian orang mengharapkan bahwa karyawan kemungkinan besar akan lebih mengikatkan diri mereka pada pekerjaan pada tingkat keterterimaan mereka dalam sejumlah besar pengakuan dan penghargaan pada peran kinerja mereka.
Maslach et al., (2001) juga mengusulkan walaupun kekurangan dari pengakuan dan penghargaan mengacu pada burnout, pengakuan dan penghargaan yang tepat penting untuk engagement. Pada terminology SET, ketika karyawan mendapat pengakuan dan penghargaan dari organisasinya, mereka merasa harus memberi balasan dengan tingkat
engagement yang tinggi.
H2: Pengakuan dan penghargaan akan berpengaruh positif pada
employee engagement
3. Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Employee
Engagement
Kahn (dalam Saks, 2006) menemukan bahwa kepercayaan dan dukungan hubungan interpersonal sama halnya dengan dukungan manajemen yang dipertimbangkan melalui kenyamanan psikologi. Anggota organisasi merasa aman di lingkungan kerja yang menggambarkan keterbukaan dan dukungan. Dalam pengujian empiris pada model Kahn, May et al., (2004) juga menemukan bahwa dukungan supervisor berhubungan positif terhadap kenyamanan psikologi.