SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
MUH BARLIAN FARKHANI MASHUDI
21312104
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iv
SUATU USAHA KEBAIKAN PASTI AKAN MEGHASILKAN
MANFAAT BAGIMU...
SUATU HAMBATAN PASTI AKAN MEMBERIKAN ARTI
PERJUANGAN BAGIMU...
DAN INGATLAH KESULITAN DI SAAT SENANG SUPAYA
MENGINGATKANMU , BETAPA INDAHNYA BERSYUKUR...
v
1. Ibu saya Ambarwati dan Ayah saya Mashudi, terimakasih atas semua
dukungan, kasih sayang, nasihat, motivasi, do’a dan semua yang telah
diberikan dari awal kuliah sampai saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
Semoga saya bisa membalas kebaikan-kebaikanya.
2. Untuk kakak perempuan saya Unga Nastalifa Chrisnawati, Kakak ipar
saya Purnama Dhedy Setyawan, Adik perempuan saya Naila Rahma, dan
keponakan tersayang Isvara Zea Azkadina Setyawan terima kasih atas do’a
dan dukungannya.
3. Bapak, Ibu dosen, dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga yang selalu membimbing, mengajarkan, serta memberikan
kemudahan selama proses perkuliahan sehingga saya mendapat banyak
ilmu sampai dengan skripsi ini terselesaikan.
4. Sahabat-sahabat saya Muh Muqorrobin Budiman, Ahmad Rizal Fauzi,
Oktaviayani Puji Lestari, Novi Oktaviyani, Hamdan Yuafi, Suharno, Muh
Nur Sangadi yusuf Rendi, Khanif Rahmanto serta teman-teman PS-S1
angkatan tahun 2012, terima kasih atas segala yang kalian berikan.
5. Teman-teman KKN Posko 42 Herman Zuhdi, Slamet Ikhwan Luqmanto,
Khusna Maulida, Ani Maftukhah, Masadah, Maghfirotul Mafakhir, dan
Dwi Larasati yang telah memberi motivasi, semangat serta doa hingga
vi
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Biaya Promosi, Ekspor,
Inflasi, Kurs, Suku Bunga LPS Dan Non Performing Financing Terhadap
Volume Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, para sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita selaku umatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang secara
langsung dan tidak langsung membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan segala Barokah-Nya.
2. Kedua orang tua yang saya cintai.
3. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam dan Pembimbing Skripsi.
5. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Jurusan S1 Perbankan Syari’ah.
6. Bapak Mochlasin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan penyusun dalam menjalankan kegiatan
perkuliahan.
7. Seluruh dosen fakultas ekonomi dan bisnis islam, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama masa perkuliahaan
8. Seluruh staf dan karyawan khususnya bagian tata usaha Fakultas Ekonomi dan
vii
dengan senang hati telah memberikan dukungan, motivasi, inspirasi, yang
mengingatkan penyusun disaat lupa dan membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini
Akhir kata, Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh
balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amin. Penulis juga mempunyai
harapan, semoga dengan skripsi ini dapat membuka jalan penulis untuk meraih
cita-cita dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khusunya kemajuan Ekonomi Islam. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 15 September 2016
Penyusun
Muh Barlian Farkhani Mashudi
viii
Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel Biaya Promosi, Ekspor, Inflasi, Kurs, Suku Bunga LPS dan Non Performing Financing terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yaitu data yang telah tersedia yang sebelumnya di kumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain. Pemilihan data pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan periode data dimulai dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2015 dengan memanfaatkan data publikasi dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementrian Perdagangan RI, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biaya Promosi, Ekspor, Inflasi, Kurs, Suku Bunga LPS dan Non Performing Financing (NPF). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volume Pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2015. Teknik analisis penelitian ini menggunakan pendekatan Eror Corection Mechanism dengan tingkat signifikansi 5 persen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel Biaya Promosi, Ekspor, Inflasi, Kurs, Suku Bunga LPS dan Non Performing Financing dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan secara parsial variabel biaya promosi dan ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Variabel suku bunga LPS secara parsial dalam jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan variabel inflasi, kurs dan Non Performing Financing tidak berpengruh signifikan baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
ix
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Keaslian Tulisan ... iii
Halaman Moto ... iv
Halaman Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
Abstrak ... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Lampiran ... xiv
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Grafik ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian... 11
x
2. Pembiayaan ... 15
3. Biaya Promosi... 19
4. Ekspor ... 22
5. Inflasi ... 25
6. Kurs ... 30
7. Suku Bunga LPS ... 32
8. Non Performing Finance ... 34
B. Penelitian Terdahulu ... 36
1. Biaya Promosi... 36
2. Ekspor ... 38
3. Inflasi ... 40
4. Kurs ... 43
5. Suku Bunga LPS ... 45
6. Non Performing Finance ... 46
C. Research Gap ... 49
1. Kerangka Penelitian ... 49
2. Hipotesis ... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52
xi
a. Uji Akar Unit ... 55
b. Uji Derajat Integrasi ... 56
2. Uji Kointegrasi ... 57
3. Uji Regresi Jangka Panjang ECM ... 58
4. Uji Statistik ... 60
a. Uji Koefisien Determinasi ... 60
b. Uji F ... 60
c. Uji t ... 61
5. Uji Asumsi Klasik ... 61
a. Uji Multikolinieritas ... 62
b. Uji Autokorelasi ... 63
c. Uji Heterokedastisitas... 64
d. Uji Normalitas ... 66
e. Uji Linieritas... 66
6. Uji Regresi Jangka Pendek ECM ... 67
F. Alat Analisis ... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian ... 70
1. Pembiayaan Perbankan Syariah ... 70
xii
6. Suku Bunga LPS ... 75
7. Non Performing Finance ... 77
B. Analisa Penelitian ... 78
1. Uji Stasioneritas ... 79
a. Uji Akar Unit ... 79
b. Uji Derajat Integrasi ... 80
2. Uji Kointegrasi ... 81
3. Uji Regresi Jangka Panjang ECM ... 83
4. Uji Statistik ... 84
a. Uji Koefisien Determinasi ... 84
b. Uji F ... 84
c. Uji t ... 85
5. Uji Asumsi Klasik ... 87
a. Uji Multikolinieritas ... 88
b. Uji Autokorelasi ... 89
c. Uji Heterokedastisitas... 91
d. Uji Normalitas ... 93
e. Uji Linieritas... 94
6. Uji Regresi Jangka Pendek ECM ... 95
xiii
a. Uji Hipotesis Variabel Biaya Promosi ... 99
b. Uji Hipotesis Variabel Ekspor ... 101
c. Uji Hipotesis Variabel Inflasi ... 103
d. Uji Hipotesis Variabel Kurs ... 104
e. Uji Hipotesis Variabel Suku Bunga LPS ... 106
f. Uji Hipotesis Variabel Non Performing Financing ... 107
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 109
B. Saran ... 110
C. Keterbatasan Penelitian ... 111
xiv
Lampiran 3 Uji Derajat Integrasi ... 118
Lampiran 4 Uji Kointegrasi ... 119
Lampiran 5 Regresi Jangka Pendek ECM ... 119
Lampiran 6 Regresi Jangka Panjang ECM ... 120
Lampiran 7 Uji Multikolinieritas ... 120
Lampiran 8 Uji Autokorelasi ... 121
Lampiran 9 Uji Heterokedastisitas ... 121
Lampiran 10 Uji Normalitas ... 121
Lampiran 11 Uji Linieritas ... 121
Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup ... 122
xv
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Biaya Promosi... 37
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Ekspor ... 39
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Inflasi ... 40
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Kurs ... 43
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Suku Bunga LPS ... 45
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu Non performing Finance ... 46
Tabel 4.1 Uji Unit Root Test ... 79
Tabel 4.2 Uji Derajat Integrasi ... 80
Tabel 4.3 Uji Kointegrasi ... 82
Tabel 4.4 Uji Regresi Jangka Panjang ECM ... 83
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas Auxiliary ... 88
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 89
Tabel 4.7 Penyembuhan Gangguan Autokorelasi ... 90
Tabel 4.8 Uji White Heterokedastisitas ... 92
Tabel 4.9 Penyembuhan Gangguan Heterokedastisitas ... 92
Tabel 4.10 Uji Remsey Reset Test ... 94
xvii
Grafik 4.2 Data Biaya Promosi Perbankan Syariah Indonesia ... 71
Grafik 4.3 Data Ekspor Indonesia ... 72
Grafik 4.4 Data Inflasi Indonesia ... 73
Grafik 4.5 Data Kurs Rupiah Terhadap US Dollar ... 75
Grafik 4.6 Data Suku Bunga LPS ... 76
Grafik 4.7 Data Non Performing Financing Perbankan Syariah ... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perbankan merupakan motor penggerak perekonomian negara yang
berperan sebagai lembaga intermediasi. Perbankan selama ini telah
menjadi sektor yang strategis sebagai jembatan dalam menghubungkan
antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana
dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian
menyalurkan dana yang terhimpun dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Dalam UU No.21 tahun 2008 dikatakan bahwa “Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan /
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.”
Sementara Perbankan Syariah menurut UU No.21 tahun 2008 adalah
“segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Dengan demikian, perbankan
syariah merupakan bagian dari lembaga keuangan yang di dalamnya terdiri
dari Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mempunyai fungsi
sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat
kekurangan dan membutuhkan dana. Kegiatan menghimpun dana dan
menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan syariah,
sedangakan memberikan jasa bank lainnya merupakan kegiatan
pendukung. Produk Perbankan Syariah dalam menghimpun dana terdiri
dari tabungan, deposito, giro atau yang lainnya, sementara produk
penyaluran dana berprinsip pada akad yang terbagi dalam beberapa jenis
meliputi akad jual beli, akad sewa, akad bagi hasil, dan lain sebagainya.
Tumbuhnya perbankan syariah di Indonesia dimulai sejak awal
tahun -90an, dimana bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia
secara resmi beroprasi sejak awal tahun 1992. Perbankan syariah telah
memberikan kesan bagus bagi perbankan lainnya karena di saat perbankan
konvensional tersungkur akibat krisis tahun 1998, perbankan syariah
mampu menunjukkan eksistensinya sebagai perbankan yang tahan
terhadap krisis ekonomi pada tahun 1998. Terinspirasi dengan tegarnya
perbankan syariah pada saat itu, maka berdirilah bank syariah kedua yaitu
Bank Syariah Mandiri yang merupakan gabungan beberapa bank BUMN,
hingga muncul perbankan lainnya pada beberapa tahun belakangan ini.
Perbankan syariah di Indonesia memiliki potensi berkembang
cukup besar, hal ini di dasarkan pada data jumlah penduduk di Indonesia
yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam. Namun atas dasar
tersebut belum menjamin perbankan syariah dapat tumbuh dengan stabil
setiap tahunnya, karena masyarakat Indonesia telah lama menggunakan
ekonomi mereka sehari-harinya. Dominasi perbankan konvensional
terhadap perbankan syariah yang ditunjukkan dari total aset, menunjukkan
bahwa per september 2015 total aset perbankan konvensional mencapai
6.416 triliun sedangkan total aset perbankan syariah 272,3 triliun,
sedangkan dilihat dari sisi total nasabah, perbankan syariah hanya
memiliki total nasabah 18,75 persen dari total nasabah perbankan
konvesional. Hal ini tentu masih menjadi tantangan bagi perbankan
syariah di Indonesia dalam menghadapi eksistensi perbankan konvensional
yang telah berdiri sejak lama dan memiliki jaringan luas dalam mengakses
masyarakat dari tingkat kota hingga pedesaan.
Perkembangan pembiayaan perbankan syariah terbukti berdampak
positif pada pertumbuham perekonomian di Indonesia, hal ini sesuai
dengan berbagai penelitian yang menjelaskan hubungan pembiayaan
terhadap perekonomian, yaitu Rama (2010) menjelaskan bahwa dalam
jangka panjang perbankan syariah yang diinterprestasikan melalui total
pembiayaan dan deposit secara positif dan signifikan berhubungan dengan
pertumbuhan dan riil output di Indonesia. Penelitian lain dari Rizky
(2013) menjelaskan bahwa total pembiayaan perbankan syariah memiliki
hubungan terhadap pertumbuhan sektor riil dan pertumbuhaan ekonomi.
Namun berdasarkan prosentase pangsa pasar perbankan syariah di
Indonesia menunjukkan, bahwa prosentase pangsa pasar perbankan
syariah selama ini tidak mencapai 5 persen. Pada september 2015 pangsa
perbankan nasional. Hal ini tentu mencerminkan bahwa kontribusi
perbankan syariah belum terlalu besar terhadap perekonomian Indonesia.
Pangsa pasar merupakan bagian dari seluruh permintaan terhadap suatu
barang dan jasa.
Perbankan syariah di Indonesia telah menunjukkan eksistensinya di
sektor keuangan, dengan mampu bertahan pada kondisi perekonomian
yang kurang baik. Bank Indonesia (2008) menggambarkan bahwa
perbankan syariah tahan terhadap krisis global kerena penyaluran
pembiayaan perbankan syariah masih lebih diarahkan ke perekonomian
domestik sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan
sistem keuangan global. Namun gejolak perekonomian di Indonesia yang
terjadi belakangan ini bukan berarti tidak mempunyai dampak sama sekali
terhadap sektor keuangan salah satunya perbankan syariah di Indonesia.
Kondisi makro ekonomi Indonesia yang melemah pada beberapa tahun
belakangan ini, telah berdampak pada berbagai sektor perekonomian yang
kemudian secara tidak langsung berdampak terhadap perbankan syariah.
Hal ini tercermin dari data penyaluran pembiayaan yang disalurkan
perbankan syariah yang mengalami penurunan nilai pertumbuhan
meskipun secara total pembiayaan meningkat setiap tahunnya. berikut
tabel data volume pembiayaan perbankan syariah periode 2008 sampai
Tabel 1.1
Data Tahunan Pembiayaan Perbankan Syariah
Periode (t)
Total Pembiayaan (Miliar)
Pertumbuhan Pembiayaan(t-t-1) (Miliar)
2008 38.195 10.245
2009 46.886 8.691
2010 68.181 21.295
2011 102.654 32.930
2012 147.505 44.851
2013 184.120 36.615
2014 199.320 15.200
2015 212.996 13.676
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bagaimana total pembiayaan perbankan
syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2008 sebesar
38.195, tahun 2009 sebesar 46.886, tahun 2010 sebesar 68.181, tahun 2011
sebesar 102.654, tahun 2012 sebesar 147.505, tahun 2013 sebesar 184.120,
tahun 2014 sebesar 199.320, dan tahun 2015 sebesar 212.996. Namun
ketika nilai total pembiayaan tersebut diteliti lebih mendalam maka dapat
ditemukan bagaimana nilai dari pertumbuhan pembiayaan perbankan
syariah tiap tahunnya mengalami fluktuasi dari tahun 2008 sampai dengan
2015. Pada tahun 2009 pertumbuhan pembiayaan tercatat mengalami
penurunan, tercatat pada tahun 2008 pertumbuhan pembiayaan sebesar
10.245 turun menjadi 8.691 pada tahun 2009. Pembiayaan kembali
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 tercatat nilai
pertumbuuhan meningkat pada tahun 2010 sebesar 21.295, tahun 2011
sebesar 32.930, dan sebesar 44.851 pada tahun 2012. Penurunan
2013 sampai dengan 2015. Pada tahun 2013 tercatat penurunan
pertumbuhan pembiayan dari 44.851 pada tahun 2012 menjadi 36.615
pada tahun 2013, dan berlanjut pada tahun 2014 sebesar 15.200, dan
tahun 2015 sebesar 13.676. Nilai pertumbuhan pembiayaan tersebut
diperoleh dari pengurangan total pembiayaan tahun (t) dengan tahun
sebelumnya (t-1). Atas dasar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
meningkatnya total pembiayaan perbankan syariah tiap tahunnya tidak di
iringi dengan nilai dari pertumbuhan pembiayaan yang stabil.
Perbankan syariah selama ini telah melakukan kegiatan promosi
dengan mengeluarkan biaya promosi yang meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah sedang gencar dalam
memperkenalkan produk-produk perbankan syariah supaya dapat di terima
oleh masyarakat. Namun di sisi lain, kondisi internal perbankan syariah
yang tercermin dari tingkat Non Performing Financing menunjukkan
bahwa tingkat Non Performing Financing perbankan syariah dalam
kondisi kurang baik, dimana tingkat Non Performing Financing Net pada
Desember 2015 mencapai 4,84 persen yeng berada dalam ambang batas 5
persen sesuai ketentuan dari Otoritas Jasa keuangan. Kondisi tersebut
mencerminkan bagaimana kinerja perbankan syariah yang kurang optimal
dalam menganalisis penyaluran pembiayaan. tentu hal ini bila dibiarkan
akan berdampak pada berkurangnya minat investor untuk berinvestasi
lain perbankan syariah sedang gencar dalam melakukan promosi yang
tercermin dari biaya promosi yang dikeluarkan oleh perbankan syariah.
Kondisi penurunan nilai pertumbuhan pembiayaan beberapa tahun
belakangan ini juga tidak lepas dengan masalah krisis perekonomian yang
terjadi di Indonesia. Pada tahun 2013 nilai rupiah terus melemah terhadap
US Dollar akibat wacana kebijakan The Fed dalam upaya mengurangi
Quantitative Easing serta kondisi neraca perdagangan Indonesia yang
mengalami defisit. Sedangkan krisis tahun 2015 terjadi akibat penurunan
mata uang Cina (Yuan) secara sengaja yang berdampak pada nilai tukar
Rupiah yang semakin melemah terhadap US Dollar yang menyentuh
angka Rp 14.657 per US Dollar pada september 2015. Akibat penurunan
mata uang Yuan tersebut mengakibatkan produk-produk Cina menjadi
murah di pasar internasional sehingga mengakibatkan produk ekspor
negara lain sulit bersaing dengan produk cina, sementara nilai tukar yang
melemah berdampak negatif pada neraca perdagangan Indonesia karena
barang-barang impor menjadi lebih mahal.
Kebijakan pemerintah dalam manaikkan harga BBM telah
mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa. Berdasarkan data tingkat
inflasi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini menunjukkan bahwa
tingkat inflasi berada pada tingkat 5-8 persen. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian masih dalam kondisi positif dan
menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga, meskipun
Pengaruh perekonomian yang melemah selama ini dan pengaruh
internal perbankan syariah yang tercermin dari tingginya tingkat Non
Performing Financing berakibat pada tingginya resiko pada dana yang
disimpan oleh masyarakat. Sehingga demi menjaga stabilitas sistem
perbankan maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat. Adanya
Lembaga Penjamin Simpanan tentu memberi rasa aman bagi simpanan
nasabah di perbankan, namun dampak negatif dari sistem penjaminan
simpanan trsebut adalah moral hazard kredit atau pembiayaan perbankan.
Maka demi mengatasi hal tersebut diterapkan sistem penjaminan yang
terbatas, dan sistem bunga penjaminan yang mengatur pemberian suku
bunga simpanan.
Dengan latar belakang di atas maka peneliti mencoba mengetahui
variabel apa saja yang mempengaruhi volume pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia. Variabel yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah Biaya Promosi, Ekspor, Inflasi, Kurs, Suku Bunga LPS, dan Non
Performing Financing. Sehingga dengan variabel yang digunakan
tersebut, maka peneliti memilih judul “Analisis Pengaruh Biaya Promosi,
Ekspor, Inflasi, Kurs, Suku Bunga LPS, dan Non Performing Financing
Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”, dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Biaya Promosi terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di
Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Ekspor terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Inflasi terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel Kurs
terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel Suku
Bunga LPS terhadap volume penyaluran pembiayaan Perbankan
Syariah di Indonesia?
6. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel Non
Performing Financing terhadap volume pembiayaan Perbankan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan untuk :
1. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Biaya Promosi terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di
Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Ekspor terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Inflasi terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia.
4. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Kurs terhadap volume pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia.
5. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Suku Bunga LPS terhadap volume penyaluran pembiayaan Perbankan
Syariah di Indonesia.
6. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel
Non Performing Financing terhadap volume pembiayaan Perbankan
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
ganda yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut :
1. Dari perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk :
a. Bagi peneliti
Penelitian ini berguna untuk pengembangan dan melatih diri dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di program studi
Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
b. Bagi civitas akademika
Penelitian ini dapat menambah informasi bagi sumbangan
pemikiran dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini, dapat bermanfaat untuk :
a. Bagi perbankan syariah diharapkan penelitian ini dapat
memberikan informasi maupun sumbangan pemikiran yang
bermanfaat sebagai acuan dalam menjalankan fungsi perbankan
sebagai lembaga intermediasi.
b. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan sektor perbankan
syariah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka mengantisipasi berbagai faktor
ekonomi yang dapat mempengaruhi volume penyaluran
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang
terkandung dari masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan skripsi
ini. Skripsi ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, yang menampilkan
landasan pemikiran secara garis besar, yang menjadi alasan dibuatnya
penelitian ini. Perumusan masalah berisi mengenai pernyataan tentang
keadaan, fenomena dan atau konsep yang memerlukan jawaban melalui
penelitian. Tujuan dan kegunaan penelitian yang merupakan hal yang
diharapkan dapat dicapai mengacu pada latar belakang masalah,
perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Pada bagian terakhir dari
bab ini yaitu sistem penulisan, diuraikan mengenai ringkasan materi yang
akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam skripsi.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang kerangka atau landasan teori yang
berisi konsep-konsep yang terkait dan penting untuk dikaji sebagai
landasan dalam menulis bab analisis dan mengambil kesimpulan.
terdahulu, serta hipotesis dan model penelitian yang akan diuji disajikan
dalam bentuk gambar dan atau persamaan.
BAB III: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan secara keseluruhan metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian, meliputi jenis penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel,
teknik analisis data, dan alat analisis.
BAB IV: ANALISIS DATA
Bagian ini menjelaskan tentang diskripsi objek penelitian yang
berisi penjelasan singkat objek yang digunakan dalam penelitian, analisis
data dan pembahasan hasil. Hasil penelitian mengungkapkan intrepretasi
untuk memaknai implikasi penelitian.
BAB V: PENUTUP
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Perbankan Syariah
Menurut UU No.21 Tahun 2008 Perbankan Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank Syariah Menurut UU No.21 Tahun 2008 adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Sementara Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, Menurut UU
No.21 Tahun 2008 adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah.
Menurut Kasmir (2005:8) secara sederhana bank diartikan
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa- jasa bank lainnya.
Semantara kegiatan lembaga keuangan pada pengertian tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang
atau berinvestasi masyarakat.
b. Menyalurakan dana (lending) ke masyarakat, dalam hal ini bank
memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata
lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti pengiriman
uang (transfer), penagihan surat-surat yang berasal dari daam kota
(clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar
kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit
box, bank garansi, bank notes, traveller cheque, dan jasa lainnya.
2. Pengertian Pembiayaan
Menurut Rivai (2010:681) pembiayaan atau financing merupakan
mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri atau
lembaga. Sedangkan menurut Kasmir (2013:85) Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Dalam konteks perbankan syariah
pembiayaan merupakan suatu produk yang ditawarkan bank kepada
nasabah atau masyarakat yang membutuhkan guna menunjang
kegiatan perekonomian atau dalam rangka memenuhi kebutuhan
mereka.
Anshori (2007:99) Secara garis besar produk penyaluran dana
kepada masyarakat adalah pembiayaan yang didasarkan pada akad
jual beli yang menghasilkan produk murabahah, salam, istishna;
berdasarkan akad sewa menyewa yang menghasilkan produk berupa
ijarah dan ijarah muntahiya bitamlik; berdasarkan akad bagi hasil
yang menghasilkan produk mudharabah, musyarakah, muzaroah, dan
musaqoh; berdasarkan pada akad pinjaman yang berifat sosial
(tabarru) berupa qardh, dan qardh al hasan. Akad jual beli
merupakan salah satu cara yang ditempuh perbankan dalam rangka
Tujuan Pembiayaan menurut Rivai (2010:681) dibedakan
menjadi dua kelompok besar, yaitu tujuan pembiayaan secara makro
dan tujuan pembiayaan secara Mikro.
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan Ekonomi Umat, artinya masyarakat yang tidak
mendapat akses secara ekonomi, maka dengan adanya
pembiayaan mereka dapat melakukan akses pembiayaan.
b. Terjadinya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk
pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya dengan adanya
pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk
mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha
produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan
memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.
Secara Mikro, pembiayaan bertujuan untuk :
a. Upaya mengoptimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka
memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar
mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi
dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber
daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya
modal.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan
masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara
ada pihak yang kekurangan. Sehingga pembiayaan dapat
dijadikan jembatan keseimbangan antara kedua pihak tersebut.
Sesuai dengan tujuan diatas, maka menurut Rivai (2010:683)
pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk :
a. Meningkatkan Daya Guna Uang, Artinya uang yang terhimpun
dalam bentuk giro, tabungan, deposito akan ditingkatan
kegunaannya oleh bank guna usaha peningkatan produktivitas.
b. Meningkatkan Daya Guna Barang, artinya pembiayaan yang
diberikan kepada produsen akan membantu produsen dalam
merubah bahan mentah menjadi barang jadi, serta membantu
dalam pembiayaan distribusi barang dari satu tempat ketempat
lainnya.
c. Meningkatkan Peredaran Uang, artinya pembiayaan yang
disalurkan kepada produsen akan menambah peredaran uang
sehingga akan menciptakan suatu kegairahan berusaha dan
d. Menimbulkan Kegairahan Berusaha, artinya pembiayaan akan
berdampak pada pertambahan modal yang diterima produsen,
sehingga produsen akan meningkatkan produktivitasnya.
e. Stabilitas Ekonomi, pada ekonomi yang kurang sehat peranan
pembiayaan sangatlah penting. Salah satunya membantu dalam
pemgendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan lain sebagainya.
f. Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional,
artinya pembiayaan akan membantu produktivitas suatu usaha
yang berdampak pada meningkatnya profit.
3. Biaya Promosi
Fuad (2006:130) Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran
yang besar peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang
secara aktif dilakukan perusahaan untuk mendorong konsumen
membeli produk yang ditawarkan. Semantara biaya menurut
kuswandi (2008:60) merupakan semua pengeluaran berupa uang tunai
atau kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa
yang diharapkan dapat memberikan laba baik untuk masa kini
maupun masa mendatang. Sehingga biaya promosi dapat disimpulkan
sebagai pengeluaran atau pengorbanan materi yang dikeluarkan oleh
perusahaan guna menjalankan kegiatan pemasaran perusahaan dalam
upaya untuk memperkenalkan serta menjual produk kepada
informasi baik manfaat maupun keunggulan suatu produk yang
dipasarkan kepada masyarakat atau nasabah.
Kasmir (2005:175) promosi merupakan kegiatan marketing mix
yang terakhir. Produk yang sudah diciptakan, harga juga sudah
ditetapkan, dan tempat (lokasi dan layout sudah disediakan), artinya
produk sudah benar benar siap untuk di jual. Agar produk tersebut
laku di jual ke masyarakat atau nasabah, maka masyarakat perlu tahu
kehadiran produk baru tersebut berikut manfaat, harga, di mana dapat
diperoleh dan kelebihan produk dibandingkan produk pesaing. Cara
untuk memberitahukan kepada masyarakat adalah melalaui sarana
promosi.
Secara garis besar terdapat empat macam sarana promosi yang
dapat digunakan oleh perbankan, yaitu sebagai berikut:
a) Periklanan (Advertising)
Iklan adalah sarana promosi yang digunakan oleh bank guna
menginformasikan, segala sesuatu produk yang dihasilkan oleh
bank. Sarana promosi yang dilakukan adalah dalam bentuk
tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam
sepanduk, brosur, bilboard, koran, majalah, televisi, radio-radio.
Informasi yang diberikan adalah manfaat produk, harga produk
serta keuntungan-keuntungan produk dibandingkan prduk
pemberitahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
produk perbankan.
b) Promosi Penjualan (Salaes Promotion)
Merupakan promosi yang digunakan untuk meningkatkan
penjualan melalui potongan harga atau hadiah pada waktu tertentu
terhadap barang tertentu pula. Tujuan dari promosi penjualan
adalah untuk meningkatkan penjualan dan untuk meningkatkan
nasabah. Promosi penjualan dilakukan unuk menarik nasabah
untuk membeli setiap produk atau jasa yang ditawarkan. Manfaat
dari promosi ini adalah komunikasi yaitu memberikan informasi
yang dapat menarik nasabah untuk membeli, kemudian insentif
yaitu memberikan dorongan dan semangat untuk membeli produk
yang ditawarkan dan invitasi untuk segera merealisasikan
pembelian. Promosi penjualan bagi bank dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu pemberian bunga khusus, pemberian insentif,
pemberian cindera mata, dan lain sebagainya.
c) Program Sosial
Merupakan promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra
bank di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui
kegiatan sponsorship terhadap suatu pameran, kegiatan amal atau
sosial atau olahraga. Tujuannya adalah agar nasabah mengenal
d) Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Merupakan promosi yang dilakukan melalui pribadi-pribadi
karyawan bank dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah.
Dalam dunia perbankan penjualan pribadi secara umum dilakukan
oleh seluruh pegawai bank, mulai cleaning service, satpam sampai
pejabat bank. Personal selling juga dilakukan dengan merekrut
tenaga tenaga salesman dan salesgirl untuk melakukan penjualan
door to door.
4. Ekspor
Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang
Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan
mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti
keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia. Daerah Pabean adalah
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Ekslusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku
Undang-Undang Kepabeanan. Barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan
dari daerah pabean. Eksportir adalah orang yang melakukan kegiatan
mengeluarkan barang dari daerah pabean.
Eskpor merupakan salah satu dari kegiatan perdagangan
internasional. Menurut sutedi (2014:3) perdagangan internasional
pihak dan melintasi batas negara. Ekspor merupakan penjualan barang
ke negara lain dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas,
kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak
eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan
untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain.
Ahman (2007:99) suatu negara akan berusaha meningkatkan
ekspor dan mengurangi impor agar pendapatan yang diperoleh
meningkat. Ketika kondisi suatu negara mempunyai nilai ekspor yang
lebih besar dari pada nilai impor maka hal tersebut disebut dengan
surplus neraca pembayanan. Sedangkan ketika nilai ekspor lebih kecil
dari pada impor disebut dengan defisit neraca pembayaran. Beberapa
faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional yaitu :
a. Suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
b. Setiap negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan
internasional dibandingkan dengan barang itu diproduksi didalam
negeri
c. Setiap negara memiliki ongkos produksi untuk memproduksi
barang tertentu.
d. Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda.
Ginting (2007:39) menjelaskan bahwa perdagangan internasional
tidak akan terwujud tanpa adanya pembiayaan perdagangan
internasional. Pembiayaan internasional terdiri atas pembiayaan impor
dan ekspor. Perbankan menyediakan fasilitas pembiayaan
perdagangan internasional, baik untuk transaksi impor (importir)
maupun ekspor (eksportir). Pembiayaan impor maupun ekspor dapat
menggunakan L/C (Letter of Credit) atau non-L/C yang terdiri atas
Collection atau open accaount.
a. Letter of Credit
Surat pemberitahuan kredit (Letter of Credit) adalah janji
membayar dari bank penerbit kepada eksportir senilai L/C
sepanjang eksportir memenuhi persyaratan L/C. Latar belakang
penggunaan L/C adalah terjaminnya pembayaran kepada eksportir
melalui perbankan.
b. Non Letter of Credit
Metode pembayaran Non L/C terdiri dari advance payment
(pembayaran di muka) yaitu kesepakatan pembayaran yang
dilakukan oleh importir terhadap eksortir melalui bank sebelum
barang dikapalkan; Collection (inkaso) yaitu pengiriman dan
penagihan dokumen ekspor oleh eksportir terhadap importir
dengan menggunakan jasa bank; Open Account (perhitungan
kemudian) merupakan pengiriman dan penagihan dokumen
keuangan oleh eksportir terhadap importir dengan menggunakan
belum terjual ke luar negeri dimana barang dititipkan oleh
eksportir terhadap importir untuk dijual ke pihak lainnya.
5. Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus. Sedangkan Manullang (1993:83) menerangkan
inflasi sebagai suatu keadaan terjadinya peningkatan harga-harga
pada umumnya, atau keadaan dimana terjadi turunnya nilai mata uang
terhadap barang dan jasa. kenaikan harga ini diukur dengan
menggunakan index harga. Beberapa indeks yang sering digunakan
yaitu indeks biaya hidup yaitu mengukur biaya pengeluaran untuk
membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga
untuk keperluan hidup. Kemudian index harga perdagangan besar,
merupakan indeks yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada
tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan
baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.
Biasanya perubahan indeks harga ini sejalan dengan indeks biaya
hidup.
Inflasi merupakan fenomena sosial yang kompleks dan tercermin
dari interaksi antara permintaan dan penawaran. Karenanya, tidaklah
cukup dikendalikan dengan hanya mengatur pertumbuhan uang.
Adanya hubungan jangka panjang antara uang dan harga, tidak
jangka pendek amat dipengaruhi oleh permasalahan struktural sisi
penawaran. Itulah sebabnya, sepanjang inflasi masih dalam level
rendah, stimulasi kebijakan jangka pendek melalui penetapan suku
bunga yang rendah adalah suatu kebutuhan pada negara yang sedang
membangun. Tidak saja hal ini untuk mendorong kegiatan investasi
yang diyakini akan menambah kapasitas perekonomian, namun juga
untuk memperluas jangkauan kepada masyarakat, inklusivitas yang
menjaga agar proses berjalan sinambung hingga manfaatnya
dirasakan oleh rakyat kebanyakan.
Teori terjadinya inflasi, dapat dijelaskan dengan mengemukakan 3
teori berikut ini :
a. Teori kuantitas (Irving Fisher)
Kaum klasik berpendpaat bahwa tingkat harga ditentukan oleh
jumlah uang yang beredar. Harga akan nailk apabila ada
penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang di
tawarkan tetap, sedangkan jumlah uang yang ditambah menjadi
dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi
dua kali lipat.
b. Teori keynes
Keynes melihat bahwa inflasi tejadi karena nafsu berlebihan dari
suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih
banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keingginan
sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan
naik. Pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara
mencetak uang, misalnya : inflasi juga dapat terjasi karena
keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang
diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga
permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran agregat
tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.
c. Teori struktural
Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi
yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat
kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan
penduduk. Permintaan sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah
penduduk, jika yang digunakan adalah teknologi sederhana.
Boediono (2008:158) berdasarkan asalnya inflasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri dan berasal dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam
negeri timbul misalnya karena defisit angaran belanja yang dibiayai
dengan percetakan uang baru, panen yang gagal dan lain sebagainya.
Sedangkan inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang
timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau negara-negara
Berdasarkan laju perkembangannya Inflasi dapat dibedakan
menjadi tiga , yaitu inflasi merayap (creeping infation), inflasi
sederhana (moderate inflation), inflasi hiper ( hyper-inflation). Inflasi
merayap adalah inflasi yang tingkatnya tidak melebihi 2-3 persen
setahun, inflasi sederhana adalah inflasi yang berada disekitar 5-8
persen setahun, dan inflasi hiper adalah inflasi yang tingkatnya sangat
tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau
lebih dalam tempo satu tahun.
Bank Indonesia menjelaskan bahwa Kestabilan inflasi merupakan
prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang
pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada
pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan
dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat, yaitu :
a. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat
akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan
akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin,
bertambah miskin.
b. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian
(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil
konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
c. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan
tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga
domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan
tekanan pada nilai rupiah
Efek inflasi menurut Nopirin (2000:32) yang pertama yaitu
equity effect merupakan efek terhadap pendapatan yang tidak merata,
ada yang diuntungkan tetapi ada pula yang dirugikan. Yang kedua
yaitu efficiency effect bahwa inflasi dapat mengubah alokasi faktor
faktor produksi. permintaan akan berbagai macam barang akan
mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang
tertentu. Dengan inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami
kenaikan lebih besar dari pada barang lain yang kemudian mendorong
kenaikan produksi barang tersebut sehingga akan merubah pola
alokasi produksi yang sudah ada. Yang ketiga output effect, inflasi
dapat saja mengakibatkan kenaikan produksi alasanya adalah
kenaikan harga biasanya akan mendahului kenaikan upah sehingga
keuntungan pengusaha meningkat dan keuntungan tersebut akan
mendorong kenaikan produksi. Namun kenaikan inflasi yang tinggi
dan masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi
mengarah ke barter dan diikuti dengan turunnya produksi.
6. Kurs atau Nilai Tukar
Kurs atau bisa disebut juga nilai tukar mata uang merupakan
perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang
negara lain. Keadaan dimana nilai tukar mata uang suatu negara
meningkat atas mata uang asing disebut dengan depresiasi, dan
sebaliknya keadaan dimana nilai tukar mata uang suatu negara
menurun atas mata uang asing disebut apresiasi.
Mankiw (2000;192) membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs
nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata
uang dua negara. Sementara kurs riil merupakan harga relatif dari
barang-barang kedua negara, dimana kurs riil menyatakan tingkat
dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dar suatu negara
untuk barang-barang dari negara lain.
Sistem penentuan kurs atau nilai tukar di Indonesia ditentukan
melalui mekanisme pasar, sehingga fluktuasi yang terjadi pada nilai
tukar rupiah terjadi akibat kekuatan permintaan dan penawaran dari
mata uang rupiah terhadap mata uang asing. interaksi permintaan dan
a. Pembayaran Impor
Apabila impor akan barang dan jasa semakin tinggi, maka
permintaan akan valas menjadi semakin besar, dan hal ini akan
menyebabkan nilai tukar cenderung melemah.
b. Aliran Modal Keluar (Capital Outflow)
Apabila aliran modal keluar ini semakin besar, maka akan
menyebabkan permintaan akan valas menjadi semakin meningkat,
sehingga mendorong nilai tukar semakin melemah. Yang termasuk
aliran modal keluar, yakni pembayaran hutang oleh pihak swasta
maupun negeri pada pihak asing, dan penempatan dana ke luar
negeri.
c. Kegiatan Spekulasi
Apabila para spekulan melakukan spekulasi terhadap mata uang
asing, dimana para spekulan akan melakukan permintaan terhadap
mata uang asing dalam jumlah yang besar, maka akan
mempengaruhi nilai tukar menjadi semakin melemah terhadap
mata uang asing.
Dampak dari menguat atau melemahnya nilai tukar adalah
berubahnya nilai mata uang terhadap barang dan jasa. Ketika dilihat
dari sisi konsumen, apabila perubahan tersebut terjadi sementara
pendapatan yang diperoleh masyarakat tetap maka secara otomastis
tabungan masyarakat yang menurun. Sementara dari sisi produsen,
pelemahan nilai rupiah akan berdampak pada naiknya harga bahan
baku dan berdampak pada menurunnya produktivitas.
7. Suku Bunga LPS
Suku bunga penjaminan LPS merupakan salah satu transmisi
moneter dalam mengatur suku bunga dana pihak ketiga baik itu
tabungan maupun deposito. Suku bunga penjaminan LPS adalah
tingkat suku bunga simpanan tertinggi yang dijaminkan oleh
Lembaga Penjamin Simpanan.
UU no 10 tahun 1998 tentang perbankan mengamanatkan
pembentukan suatu lembaga penjamin simpanan sebagai pelaksna
penjamin simpanan masyarakat. Dalam UU no 24 tentang lambaga
penjamin simpanan di jelaskan bahwa LPS merupakan lembaga
independen yang berfungsi menjamin simpanan masyarakat dan turut
aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.
Berdasarkan UU LPS, fungsi penjaminan simpanan meliputi juga
simpanan di bank syariah, baik bank umum syariah, unit usaha
syariah, maupun bank perkreditan raktyat syariah (BPRS).
Berdasarkan peraturan pemeritah nomor 39 tahun 2005, simpanan di
bank syariah yang di jamin lembaga penjamin simpanan terdiri atas
wadiah, tabungan berdasarkan prinsip mudhorobah muthalaqah atau
prinisp mudhorobah muqqayadah yang resikonya ditanggung oleh
bank, depositi muqqoyadah yang resikonya di tanggung bank, dan
atau simpanan berdasarkan prinsip syariah lainnya yang di tetapkan
oleh lembaga penjamin simpanan setelah mendapat pertimbangan dari
lembaga pengawas perbankan. Lembaga penjaminan memiliki dua
fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan
pemyelesaian atau penanganan bank gagal.
LPS menjamin pokok dan bunga/bagi hasil yang menjadi hak
nasabah dimana ditahun 2007 penjaminan LPS hanya sampai dengan
Rp. 100 juta per nasabah per bank, lalu berdasarkan pertimbangan
atas hasil data distribusi simpanan per 31 Desember 2006 yang
menyebutkan bahwa rekening bersaldo sama atau kurang dari 100 juta
mencakup 98% rekening simpanan maka pada tahun 2008 LPS
merubah batas penjaminan menjadi Rp. 2 Milyar per nasabah.
Sutedi (2010:68) nilai simpanan yang dijamin oleh lembaga
penjamin simpanan paling tinggi sebesar Rp2 miliar per nasabah per
bank. Apabila nasabah memiliki beberapa rekening dalam satu bank
maka untuk menghitung simpanan yang dijamin adalah dengan
menjumlahkan seluruh saldo rekening tersebut.
Menurut Wijaya (2010:40) dalam rangka program penjaminan,
UU LPS memuat ketentuan persyaratan pembayaran klaim. Klaim
a. simpanan tidak tercatat di bank
b. kemudian nasabah penyimpan merupakan pihak yang
menyebabkan bank menjadi tidak sehat
c. nasabah penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara
tidak wajar. Yang dimaksud dengan tidak wajar adalah apabila
nasabah mendapatkan tingkat suku bunga simpanan diatas suku
bunga penjaminan.
8. Non Performing Financing
Menurut Siswati (2013:82) Non Performing Financing
merupakan rasio perbandingan pembiayaan yang bermasalah dengan
total penyaluran dana yang disalurkan kepada masyarakat. Non
Performing Financing (NPF) merupakan salah satu indikator
kesehatan kualitas asset bank dalam mengelola penyaluran
pembiayaan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap
kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Menurut
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Bank Syariah, semakin
tinggi nilai NPF (di atas 5 %), maka bank tersebut tidak sehat.
Semakin tinggi rasio Non Performing Financing akan memberi
dampak negatif bagi perbankan, salah satunya menurunnya target
adalah pembagian pendapatan atau bagi hasil yang diterima pemilik
dana (shahibul mal) menjadi sedikit.
Rasio Non Performing Financing yang tak segera ditanggani
akan mengakibatkan turunnya profitabilitas serta kepercayaan
nasabah kepada bank syariah berkurang. Namun sebaliknya apabila
rasio Non Performing Finance berkurang maka pendapatan bank
syariah akan stabil sesuai pendapatan yang ditetapkan serta
kepercayaan nasabah terhadap bank syariah dapat dijaga. Berdasarkan
kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang
termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan
dan macet.
NPF merupakan jenis dari rasio perbaikan aset. Rasio perbaikan aset
terdiri dari:
a. Non performing financing (NPF) gross
NPF gross adalah perbandingan antara jumlah pembiayaan yang
diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai dengan 5
dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan oleh
bank. Terdapat 5 kategori tingkat kolektibilitas pembiayaan
yaitu: lancar (current), dalam perhatian khusus (special mention),
kurang lancar (sub-standar), diragukan (doubtful), dan macet
b. Non performing financing (NPF) net
NPF net adalah perbandingan antara jumlah pembiayaan yang
dengan 5 dengan penyisihan penghapusan yang telah dibentuk
kemudian dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan
oleh bank.
Menurut Rivai dalam Yuliany (2014), kredit bermasalah memiliki
beberapa penyebab antara lain :
a. Karena kesalahan bank, meliputi kurang jeli dalam pengecekan
dan menganalisa calon nasabah, terlalu agresif, pemberian
kelonggaran terlalu banyak, kurang mengadakan kontak dengan
nasabah, pemberian kredit terlalu banyak, pengikatan jaminan
kurang sempurna, dan adanya kepentingan pribadi pejabat bank
b. Karena kesalahan nasabah, meliputi nasabah tidak kompeten,
nasabah tidak jujur, nasabah serakah, dan nasabah sakit atau
meninggal dunia.
c. Karena faktor eksternal, meliputi kondisi perekonomian,
perubahan peraturan pemerintah, dan bencana alam.
B. Penelitian Terdahulu
1. Biaya Promosi
Berikut temuan penelitian terdahulu terkait variabel biaya promosi
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Biaya Promosi
2014 Nasabah
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh biaya promosi terhadap
pembiayaan perbankan syariah secara spesifik hanya ditemukan pada
Tesis Rini Idayanti maka dari itu untuk menguatkan perbandingan
terkait penelitian terdahulu peneliti mengambil hasil dari penelitian
lain terkait Promosi. dari hasil penelitian terdahulu tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelima hasil penelitian tersebut menyebutkan
bahwa Biaya promosi dan Promosi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.
2. Ekspor
Berikut temuan penelitian terdahulu terkait variabel Ekspor terhadap
5 Joddy
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh volume ekspor terhadap
pembiayaan perbankan syariah tidak ditemukan peneliti secara
spesifik, namun temuan pengaruh signifikan ekspor pada margin
pembiayaan murabahah pada tahun 2008 mengindikasikan bahwa
terdapat pengaruh antara volume ekspor dengan pembiayaan
perbankan syariah. Untuk menguatkan perbandingan terkait penelitian
terdahulu maka peneliti mengambil hasil dari penelitian lain yaitu
volume ekspor terhadap kredit perbankan konvensional.
3. Inflasi
Berikut temuan penelitian terdahulu terkait variabel Inflasi terhadap
Terhadap
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh Inflasi terhadap
pembiayaan perbankan syariah ditemukan banyak dari berbagai
sumber. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut mengasilkan
penelitian yang berbeda-beda. Hasil sebagian penelitian
menyebutkan bahwa Inflasi mempunyai pengaruh terhadap
penyaluran pembiayaan, sementara penelitian lain menyebutkan
inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan .
4. Kurs
Berikut temuan penelitian terdahulu terkait variabel Kurs terhadap
Disalurkan
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh Kurs (Rupiah dengan
US Dollar) terhadap pembiayaan perbankan syariah menjelaskan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan perbankan syariah. Sedangkan pada penelitian dengan
objek Bank Muamalat menjelaskan bahwa nilai tukar berpengaruh
positif dan signifikan dan pada pembiayaan UMK BPRS berpengaruh
5. Suku Bunga LPS
Berikut temuan penelitian terdahulu terkait variabel Suku Bunga LPS
terhadap pembiayaan perbankan syariah.
4 Maulisa Yanti
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh Suku Bunga LPS
terhadap pembiayaan perbankan syariah tidak ditemukan secara
spesifik. Maka untuk menguatkan perbandingan terkait penelitian
terdahulu terkait suku bunga LPS maka peneliti mengambil hasil dari
penelitian lain terkait suku bunga penjaminan terhadap moral hazard
dan pengaruh penjaminan simpanan terhadap pembiayaan perbankan
syariah.
6. NonPerforming Finance (NPF)
Berikut temuan penelitian terdahulu terkait variabel NPF terhadap
pembiayaan perbankan syariah.
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu Non Performing Financing
2011 Capital
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh Non Performing
Finance terhadap pembiayaan perbankan syariah ditemukan banyak
dari berbagai sumber. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut
menghasilkan penelitian yang berbeda-beda. Hasil sebagian kecil
penelitian menyebutkan bahwa Non Performing Finance mempunyai
pengaruh terhadap penyaluran pembiayaan, sementara penelitian lain
menyebutkan Non Performing Finance tidak berpengaruh terhadap
C. Research Gap
Dari penelitian terdahulu di atas, peneliti menemukan adanya gap
antara lain:
1. Terdapat perbedaan hasil penelitian variabel ekspor terhadap kredit atau
pembiayaan pada tahun 2015 dengan 2008.
2. Terdapat perbedaan hasil penelitian variabel Inflasi terhadap pembiayaan
pada tahun 2014.
3. Terdapat perbedaan hasil penelitian variabel Kurs terhadap pembiayaan
pada tahun 2010 dan 2014.
4. Terdapat perbedaan hasil penelitian variabel NPF terhadap pembiayaan
pada 2014 dengan penelitian sebelumnya.
5. Terdapat perbedaan hasil penelitian Penjaminan LPS terhadap kredit atau
pembiayaan pada 2014 dan 2012.
6. Research gap selanjutnya adalah menggabungkan variabel dari beberapa
penelitian ke dalam satu model penelitian.
D. Kerangka Penelitian
Berkut ini adalah kerangka berfikir penelitian yang dapat disusun dari kajian
teoritis mengenai pengaruh antara masing-masing variabel independen
Gambar. 2.1 Kerangka Penelitian
E. Hipotesis
H1 : Variabel Biaya Promosi berpengaruh signifikan dalam jangka
pendek dan jangka panjang terhadap volume pembiayaan perbankan
syariah
H2 : Variabel Ekspor berpengaruh signifikan dalam jangka pendek dan
jangka panjang terhadap volume pembiayaan perbankan syariah
H3 : Variabel Infasi berpengaruh signifikan dalam jangka pendek dan
jangka panjang terhadap volume pembiayaan perbankan syariah
H4 : Variabel Kurs berpengaruh signifikan dalam jangka pendek dan
jangka panjang terhadap volume pembiayaan perbankan syariah
H5 : Variabel Suku Bunga LPS berpengaruh signifikan dalam jangka
Pembiayaan Perbankan Syariah Volume Ekspor
Biaya Promosi
Inflasi
Kurs
Suku Bunga LPS
pendek dan jangka panjang terhadap volume pembiayaan perbankan
syariah
H6 : Variabel Non Performing Finance berpengaruh signifikan dalam
jangka pendek dan jangka panjang terhadap volume pembiayaan
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian pada skripsi ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Menurut Zulfikar dan Nyoman (2014:40) pendekatan
kuantitatif merupakan pendekatan riset yang bersandarkan pada
pengumpulan dan analisis data numeric, menggunakan strategi survei dan
eksperimen, mengadakan pengukuran dan observasi, melaksanakan
pengujian teori dengan uji statistik.
Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Eddy (2008:118) data sekunder merupakan data yang
sudah ada. Data tersebut dikumpulkan sebelumnya untuk tujuan-tujuan
yang tidak mendesak. Menurut Sugiarto (2006:17) Data sekunder
merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer
atau pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel atau
diagram.
B. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini bersumber dari data publikasi