• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA SLIDE SHOW ANIMATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR FISIKA PADA MATERI POKOK

GERAK LURUS SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 2 KENDARI 1

Oleh: La Sahara2

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran aktivitas siswa dan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus melalui penerapan model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar fisika siswa pada materi pokok gerak lurus dapat ditingkatkan dari siklus I sampai siklus II dengan menerapkan model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,56 (kategori cukup) dapat ditingkatkan pada siklus II sebesar 3, 28 (kategori baik). Selanjutnya hasil belajar fisika siswa juga menunjukkan peningkatan yang signifikan yakni nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 72,5 dengan standar deviasi 11,0 meningkat pada siklus II sebesar 79,0 dengan standar deviasi 7,1. Hal ini didukung pula dengan meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa dimana dari 40 siswa, yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 65,0% (26 orang), meningkat pada siklus II sebesar 75% (30 orang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation. Kata Kunci: Aktivitas, hasil belajar, model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation

1 Ringkasan Hasil Penelitian

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari pendekatan konstruktivisme adalah model pembelajaran creative problem

solving. Dalam model pembelajaran ini siswa

dihadapkan dengan suatu permasalahan atau pertanyaan, selanjutnya siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah dengan memilih dan mengembangkan respon terhadap masalah yang dihadapi sehingga siswa dapat memperluas proses berpikirnya.

Fisika sebagai ilmu pengetahuan yang erat kaitannya berbagai peristiwa dan kejadian di alam dalam proses pembelajarannya tidak terlepas dari masalah. Olehnya itu pemahaman dan keterampilan memecahkan masalah merupakan hal penting terhadap proses belajar fisika. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gerace, W.J & Beatty, I.D, (2005) bahwa pemecahan masalah (problem solving) merupakan pusat pembelajaran fisika.

Salah satu masalah yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari fisika adalah kurangnya upaya guru untuk membangkitkan motivasi siswa dalam mengembangkan atau mengkonstruksi struktur dan konsep berpikirnya melalui kegiatan penyajian masalah fisika dalam materi yang disajikan pada proses pembelajaran dan penyajian materi fisika di kelas secara kontekstual (nyata) dengan melalui tampilan animasi agar pembelajaran fisika lebih bermakna dan mudah dipahami oleh siswa, sehingga pada tataran aplikasinya siswa tidak hanya menuliskan rumus/persamaan fisika tanpa memahami dengan baik maknanya dan hubungan persamaan/rumus tersebut dengan kejadian sehari-hari.

Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa di SMA Negeri 2 Kendari dalam kegiatan pembelajarannya, dimana berdasarkan wawancara dengan guru Fisika kelas X3 bahwa pembelajaran Fisikakhususnya pada materi pokok gerak lurus, proses pembelajaran dilakukan menggunakan metode ceramah dan sesekali diskusi informasi serta pemberian pertanyaan atau tugas kepada siswa hanya berdasarkan soal-soal yang ada di buku panduan belajar atau buku cetak. Guru kurang menyajikan permasalahan fisika untuk dipecahkan oleh siswa dengan memilih dan mengembangkan respon dari berpikirnya. Selain itu kurangnya inovasi

guru dalam mensimulasikan materi pelajaran gerak lurus sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut dan bahkan sulit membedakan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya, seperti jarak dan perpindahan, akibatnya siswa cenderung pasif, hanya menulis dan menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya nilai ulangan harian pada materi pokok gerak lurus yang diperoleh siswa kelas X3 pada tahun ajaran 2011/2012 yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 60 dan persentase jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah hanya 55,3% dari 38 orang siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah sebesar 65 dengan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar > 75% (sumber: guru bidang studi fisika).

Menyingkapi permasalahan yang dihadapi tersebut, maka diperlukan inovasi diantaranya dengan menerapkan model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa, mengembangkan dan mengkostruksi konsep berpikir siswa, meningkatkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah fisika dan memahami konsep fisika melalui simulasi dari animasi konsep-konsep fisika khususnya pada materi pokok gerak lurus.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut pandangan teori belajar konstruktivis, belajar adalah proses untuk menyesuaikan model mental untuk mengakomodasi pengalaman. Teori belajar ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya bila aturan itu tidak lagi sesuai. Siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis, guru dapat memberikan kemudahan untuk membangun sendiri pengetahuannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan menanamkan kesadaran menggunakan strategi

(3)

mereka sendiri untuk belajar. Teori ini berpandangan bahwa belajar adalah hasil konstruksi sendiri untuk belajar (Trianto, 2007).

Model pembelajaran creative problem

solving adalah model pembelajaran yang

memusatkan proses pembelajaran pada keterampilan memecahkan masalah dengan penguatan keterampilan. Ketika siswa dihadapkan dengan masalah/pertanyaan, maka siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan responnya sehingga dapat memperluas proses berpikirnya (Pepkin, 2004:1). Langkah-langkah model pembelajaran

creative problem solving menurut Pepkin (2004:

2) adalah sebagai berikut: Pertama: Klarifikasi masalah, yakni pemberian penjelasan tentang masalah yang diajukan sehingga siswa dapat memahami bagaimana penyelesaian masalah yang diharapkan. Kedua: Pengungkapan Pendapat, yakni siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. Ketiga: Evaluasi dan Pemilihan, pada tahap ini siswa mendiskusikan berbagai pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.Keempat:Implementasi, yakni siswa menerapkan strategi yang telah dipilih sampai menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan.

Secara Operasional menurut Saminanto (2010: 106), langkah-langkah menerapkan model pembelajaran creative problem solving dengan media video compack disk sebagai berikut: (1) Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok yang akan diajarkan, (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) Guru memutarkan CD Pembelajaran atau animasi tentang konsep yang dipelajari, (4) Guru memberikan soal/ masalah tentang konsep yang dipelajari, (5) Dengan langkah creative problem

solving siswa diminta untuk menyelesaikan

masalah tersebut, (6) Guru memandu siswa untuk menyamakan persepsi mereka, (7) menyimpulkan kegiatan pembelajaran, (8) Guru melakukan tes

Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam penggunaannya media harus sejalan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, karena salah satu fungsi media adalah untuk

memudahkan penyampaian materi pelajaran yang sulit diajarkn oleh guru sehingga siswa dapat memahaminya dengan baik. Dengan demikian media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pembagian media ditinjau dari jenisnya adalah media

audiovisual yang memiliki unsur suara dan

gambar. Jenis media audiovisual juga terbagi 2 macam yakni (1) audiovisual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gmbar diam seperti sound slides, film rangkai suara dan cetak suara, dan (2) audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette

(Bahri, S.D, 2006). Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan aktivitas belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus yang diajar melalui model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation, (2) Mendekripsikan hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus yang diajarkan melalui model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation. (3) Mendekripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus yang diajarkan melalui model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kendari, dan dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2012 sampai dengan 29 Oktober 2012 pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada materi pokok Gerak lurus.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari, yang berjumlah 40

(4)

orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 23 orang perempuan.

Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang dirancang dalam rumusan masalah. Secara singkat prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini meliputi: (a) Merancang pembelajaran RPP, (b) Membuat Lembar Kegiatan Siswa, (c) Membuat animasi tentang konsep gerak lurus di komputer, (d) Membuat instrumen observasi terhadap siswa dan guru dalam proses pembelajaran, (e) Menyusun soal evaluasi hasil belajar tes siklus I dan II beserta kunci jawabannya.

2. Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap ini guru

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran creative

problem solving berbantuan media slide

show animation pada materi pokok gerak

lurus guru sesuai dengan RPP yang telah disusun sesuai dengan tahapan dalam model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation

3. Observasi dan Evaluasi. Pada tahap ini

dilakukan observasi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu dilakukan evaluasi hasil belajar pada materi gerak lurus dengan menggunakan tes hasil belajar.

4. Refleksi. Hasil yang diperoleh dari observasi

dan evaluasi selanjutnya dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini. Berdasarkan hasil analisis dan telaah, maka keunggulan-keunggulan aktivitas guru dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan kelemahan-kelemahan yang terjadi diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil refleksi tersebut digunakan untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Teknik Analisis Data

1. Menentukan nilai rata-rata hasil belajar siswa ( ) dan standar deviasi (Sd) dengan rumus:

dan

(Sudjana, 1996) Dengan :

X

= Nilai rata-rata

Xi

= Jumlah nilai yang diperoleh setiap siswa N = Jumlah siswa

2. Menentukan persentase ketuntasan belajar dengan rumus:

% tuntas =

x

100

%

N

TB

(Usman dan Setiawati, 2001)

Dengan:

TB

= Jumlah siswa yang tuntas belajar N = Jumlah siswa secara keseluruhan

3. Menghitung dan mengkategorikan rata-rata aktivitas siswa dengan rumus:

i =

N

Xi

N i 1 Keterangan :

i = Rata-rata skor aktivitas siswa Xi = Total nilai siswa

N = Total item per kelompok dengan kategori aktivitas siswa sebagai berikut.

Kategori sangat baik : Xi = 4 Kategori baik : 3 ≤ Xi < 4 Kategori cukup : 2 ≤ Xi < 3 Kategori kurang : 1 ≤ Xi < 2

(Ramly, 2006)

Indikator Keberhasilan Tindakan

Indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini meliputi indikator proses dan hasil belajar selama guru menerapkan model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation, yakni: (a) dari segi proses pembelajaran keberhasilan tindakan ditandai oleh adanya rata-rata aktivitas siswa lebih besar 70% dari rata-rata aktivitas ideal 4. (b) dari segi hasil belajar, penelitian tindakan ini berhasil jika persentase ketuntasan

(5)

belajar dari siswa yang memperoleh nilai ≥ 74 dari nilai ideal 100 dalam penelitian ini adalah minimal 75% dengan jumlah subjek 40 orang siswa.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa

Sesuai dengan pengamatan aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran creative

problem solving berbantuan media slide show

animation pada siswa kelas X3 SMA Negeri 2

Kendari ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1(a) Gambaran Skor Rata-rata Tiap Satuan Aktivitas Belajar Siswa pada Setiap Siklus. (b) Gambaran Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa pada Setiap Siklus

Keterangan :

1: Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan awal guru

5: Mengevaluasi dan memilih alternatif pemecahan masalah.

2: Membaca dan menelaah buku

teks dan LKS.

6: Menerapkan alternatif pemecahan masalah

3: Meklarifikasi Masalah. 7: Mempresentasikan hasil yang diperoleh.

4: Mengungkapkan Pendapat. 8: Memberikan tanggapan terhadap hasil persentasi

dari kelompok lain.

Dari Gambar 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa aktivitas siswa pada siklus I pada

umumnya masih rendah, seperti aspek:

(6)

dari kelompok lain dengan skor rata-rata 2,0 dan aspek mengungkapkan pendapat, memilih alternatif pemecahan masalah dan menerapkan

alternatif pemecahan masalah dengan skor

rata-rata 2,4 yang semuanya masih berada pada kategori cukup. Sedang aktivitas belajar siswa

yang tinggi hanya aspek

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan membaca dan menelaah buku teks/LKS

dengan skor rata-rata 3,0 (kategori baik) dan secara keseluruhan skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 2,5 (kategori cukup). Namun, secara umum semua aktivitas belajar siswa dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan untuk aktivitas yang diamati dengan skor rata-rata satuan aktivitas tertinggi pada aspek

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan membaca dan menelaah buku teks/LKS

dengan skor rata-rata 3,6 (kategori baik) dan secara keseluruhan skor rata-rata aktivitas belajar pada siklus II sebesar 3,2 (kategori baik). atau 80 % dari skor ideal 4.

Pengamatan Aktivitas Guru

Pada pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang menerapkan model pembelajaran

creative problem solving berbantuan media slide

show animation pada Siklus I umumnya sudah

cukup baik, hanya ada beberapa aspek yang belum optimal yakni melakukan refleksi dan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah dan melakukan evaluasi terhadap pemahaman

siswa serta membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi yang dipelajari. Dengan

melalui kegiatan refleksi oleh guru maka pada Siklus II, maka aktivitas guru yang kurang dan aktivitas belajar siswa yang belum optimal menjadi perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus II, sehingga aktivitas guru pada siklus II sebagian besar sudah sangat

baik dalam menerapkan model pembelajaran

creative problem solving berbantuan media slide

show animation.

Deskripsi Hasil Belajar Siswa

Deskripsi hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus dengan menerapkan model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation pada

siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar fisika sebesar 72, 5 dan standar deviasi 11,0. Setelah dilakukan analisis sesuai indikator kinerja yang ditetapkan dengan mengacu nilai KKM sekolah sebesar 74, maka dari segi ketuntasan belajar diperoleh bahwa siswa yang tuntas sebanyak 26 orang (65,0 %) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 orang (35,0%) dari 40 orang siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari. Selanjutnya guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis terhadap hasil belajar siswa pada siklus I, maka dilakukan perbaikan dan peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa yang belum optimal selama proses pembelajaran pada siklus II. Upaya ini berdampak terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok gerak lurus pada siklus II, dimana rata-rata hasil belajar fisika meningkat dari 72,5 pada siklus I menjadi menjadi 79,0 pada siklus II dengan standar deviasi 7,1. Ketuntasan belajar yang juga meningkat yakni siswa yang tuntas belajar menjadi 30 orang (75,0%) dan yang belum tuntas menurun menjadi 10 orang (25,0%) dari 40 orang siswa.

Secara lengkap gambaran hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus disajikan pada Gambar 2 berikut:

(7)

Gambar2 (a) Deskripsi Hasil Belajar Siswa pada Setiap Siklus. (b) Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus

(8)

PEMBAHASAN

Sesuai dengan temuan hasil penelitian yang menerapkan model pembelajaran creative problem

solving berbantuan media slide show animation, menunjukkan bahwa pada siklus I aktivitas belajar siswa

belum optimal, sebagaimana hasil refleksi yang dilakukan oleh guru dimana pada siklus I sebagian besar aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran seperti model pembelajaran ini, siswa kesulitan memilih dan menerapkan alternatif pemecahan masalah yang mereka pilih, disamping itu animasi konsep gerak lurus yang di tampilkan belum mereka optimalkan dan memahami konsep gerak lurus, sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa yang belum mencapai indikator kinerja secara klasikal yakni hanya 65,0% siswa yang mencapai ketuntasan belajar secara individu ≥ 74 dari yang ditetapkan sebesar ≥75% dari 40 siswa, dengan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 72,5.

Olehnya itu melalui hasil refleksi pada siklus I, maka guru berupaya memperbaiki berbagai kelemahan aspek pembelajaran yang terjadi pada siklus II dan meningkatkan aspek pembelajaran lainnya serta mengoptimalkan animasi konsep fisika dan pemilihan alternatif pemecahan masalah dalam menyelesaikan konsep gerak lurus. Hal ini berdampak meningkatknya setiap satuan aktivitas siswa pada siklus II dengan skor rata-rata sebesar 3,2. Selain itu juga berdampak terhadap peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II menjadi 79,0 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 75,0% . Meskipun persentase ketuntasan belajar siswa hanya mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal, hal ini terjadi karena KKM yang ditetapkan sekolah pada materi pokok gerak lurus adalah tinggi yakni 74 dibandingkan sebelumnya sebesar 65 dari nilai ideal 100.

Peningkatan rata-rata hasil belajar yang cukup tinggi sebesar 79 tersebut didukung oleh aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran model creative problem solving berbantuan media slide show animation yang semakin meningkat pada siklus II dan siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan senantiasa berlatih menyelesaikan masalah pada konsep gerak lurus. Hal ini sejalan dengan pendapat Gerace, J.W. (2005) bahwa kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, tidak hanya ditentukan oleh pola pikiran melainkan dipengaruhi oleh kerja maupun latihan.

Berdasarkan deskripsi data-data tersebut, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil belajar. Hal berarti bahwa model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation yang diterapkan oleh guru menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran aktivitas belajar siswa yang diajar melalui model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation dapat ditingkatkan pada setiap satuan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II dengan skor rata-rata pada siklus I sebesar 2,5 (kategori cukup) meningkat pada siklus II menjadi 3,2 ( kategori baik).

2. Gambaran hasil belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Kendari pada materi pokok gerak lurus adalah pada siklus I diperoleh: nilai maksimum 96,4 dan nilai minimum 51,8 dengan nilai rata-rata 72,5 dan standar deviasi 11,0 ; dan pada siklus II diperoleh: nilai maksimum 96,0 dan nilai minimum 64,0 dengan nilai rata-rata 79,0 dan standar deviasi 7,1.

3. Model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok gerak lurus pada siswa kelas X3 SMA

(9)

Negeri 2 Kendari dengan persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 65% meningkat pada siklus II menjadi 75% dari 40 siswa.

Saran

Agar penerapan model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show

animation optimal, maka diharapkan:

1. Model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show animation dapat diterapkan pada materi pokok fisika lainnya khususnya konsep-konsep yang berkaitan dengan pemecahan masalah dengan berbagai alternatif pemecahannya.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran creative problem solving berbantuan media slide show

animation, kiranya media animasi yang ditampilkan dapat membantu siswa untuk memahami

konsep-konsep fisika dengan tetap memperhatikan aspek kontekstual konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kepada peneliti lainnya yang akan menerapkan model pembelajaran creative problem solving

berbantuan media slide show animation kiranya dapat memahami beberapa alternatif pemecahan masalah dari suatu konsep fisika agar dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam konsep fisika.

DAFTAR PUSTAKA

Gerance, J. W. & Beatty, I.D, 2005. Develop Problem Solving Skill: The McMaster Problem Solving Program. Journal Engineering Education.

Pepkin, K.L, 2004. Creative Problem Solving in Math. Tersedia di: http://www.uh.edu/hti/cu/2004/04/htm [diakses 16 April 2012]

Ramly, 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kendari Universitas Haluoleo

Saminanto, 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: RaSAIL Media Group Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Usman dan Setiawati, 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Gambar  1(a)  Gambaran  Skor  Rata-rata  Tiap  Satuan  Aktivitas  Belajar  Siswa  pada

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang diterapkan pada ruang koleksi refrense yaitu sistem layanan terbuka dimana pengunjung dapat mengambil buku secara langsung di rak yang tersedia, namun

Dari pengujian yang telah dilakukan yaitu ketika client di konfigurasi bandwidth yang sama dan berbeda tanpa menggunakan prioritas membuktikan bahwa konsep link sharing

Penyusunan Proposal Skripsi ini, merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan setiap mahasiswa program studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Pada proses ini peneliti berserta masyarakat RT 19 melakukan pertemuan kembali di rumah ibu titin pada tanggal 30 maret 2018. Membahas tentang mimpi-mimpi yang ingin

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Berdasarkan hasil pengukuran untuk lampu TL 18 W dapat dianalisis bahwa pada tegangan 220 volt, konsumsi arus dengan ballast konvensional tanpa kapasitor

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan anak usia prasekolah pada perawat di

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan bertanya dan motivasi belajar biologi siswa yang diajar