• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS XI-IPA SMA NEGERI 9 SENDAWAR PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS XI-IPA SMA NEGERI 9 SENDAWAR PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM SKRIPSI"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS XI-IPA SMA NEGERI 9

SENDAWAR PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN

MOMENTUM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Veronika Triani Wipa NIM : 071424013

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Dengan penuh syukur kupersembahkan skripsiku ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia mendengarkan semua keluh

kesahku dan selalu memberkati dan memberi kemudahan dalam setiap

halangan yang kutemui selama penulisan skripsi ini.

Keluargaku tercinta:

Papaku F.X. nicodemus P. L , Mamaku K. Dewiwarni K,

Kakakku Agustina P. D dan kakakku Fransiska Duani W,

keponakanku Grazia Agisa D, Kekasihku Andri Gunawan, dan

semua teman-temanku. Terima kasih untuk segala dukungan, doa, dan

(5)
(6)
(7)

vii

Triani Wipa, Veronika. 2012. Analisis Kesalahan Siswa Kelas XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar Pada Pokok Bahasan Impuls dan Momentum. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012. Subjek penelitiannya adalah

siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar yang berjumlah 25 orang siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini

bertujuan untuk (1) Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas

XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar dalam menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan

impuls dan momentum. (2) Mengetahui apa yang menjadi sumber penyebab

terjadinya salah konsep pada pokok bahasan impuls dan momentum.

Hasil penelitian ini adalah (1) Jenis kesalahan yang ditemukan dan yang

paling banyak dilakukan siswa (a) Kesalahan menuliskan satuan. (b) Kesalahan

menuliskan simbol. (c) Kesalahan mengidentifikasi formula (d) Kesalahan

mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan. (e) Kesalahan perhitungan

matematik. (2) Faktor penyebab kesalahan, siswa tidak menguasai konsep impuls dan

momentum dengan benar dan hanya bergantung pada catatan yang diberikan oleh

guru, sedangkan guru kurang tegas pada siswa dalam hal penulisan satuan dan

simbol, serta memberikan contoh dalam bentuk langsung jadi kepada siswa.

(8)

viii

Triani Wipa, Veronika. 2012. An Error Analysis of Class XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar on The Topic Impulse and Momentum. Research. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

This research was conducted on January 2012. The subjects of this research

are the 25 students of class XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar.

This research is qualitative descriptive research. This research aims to (1)

Know types of error done by the students of class XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar in

solving physics problems on the topic impulse and momentum. (2) Know what have

been the causing of wrong concept on the topic impulse and momentum.

The result of this research were (1) The types of error found and done by the

students were (a) Errors in writing of units, (b) Errors in writing of symbols, (c)

Errors in identifying the formulas, (d) Errors in identifying the quantities which

knowed and asked, (e) Errors in mathematical calculation. (2) Factors causing errors,

were the students didn`t master the concepts of impulse and momentum to the right

and just rely on notes given by the teacher, while the teacher were less strict on

students writing terms or units and symbols, and giving the example in directly

finished form the students.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa Kelas XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar” dengan sebagaimana mestinya.

Selama penulisan skripsi ini, banyak sekali tantangan dan rintangan yang

terjadi. Namun karena kasih karunia Allah dan bantuan dari berbagai pihak, penulis

dapat menghadapi dan melewati semua rintangan tersebut. Untuk itulah penulis

merasa sangat perlu berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menyertai dan memberikan segala yang penulis

perlukan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Drs. Domi severinus, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

membimbing dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Fisika yang telah

memberikan dukungan selama penulisan skripsi.

4. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si selaku salah satu dosen penguji pada saat

penulis melaksanakan ujian skripsi.

5. Drs. Paul Suparno, S.J.,M.S.T atas doa dan dukungannya yang selalu memberikan

semangat kepada penulis supaya secepatnya menyelesaikan skripsi.

6. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

(10)

x

7. Kepala Sekolah SMAN 9 Sendawar, Bapak Rusli S.Pd yang telah memberikan

ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak Sulardi S.Pd selaku guru mata pelajaran fisika kelas XI-IPA SMAN 9

Sendawar yang sudah memberikan waktu, ijin, dan bimbingan selama penulis

melakukan penelitian dikelas.

9. Siswa – siswi SMA Negeri 9 Sedawar khususnya kelas XI -IPA yang telah berpartisipasi dalam memperlancar proses penelitian dengan bersedia

memberikan waktunya menjadi subjek penelitian penulis.

10.Keluargaku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada

penulis.

11.Teman – teman pendidikan fisika angkatan 2007 atas doa dan dukungannya. 12.Teman- teman kost “Sembilan“ Kak Korly, Kak Wini, dan Mbak Rini, yang

selalu memberi semangat selama penulisan skripsi.

13.Kekasihku Andri Gunawan yang selalu memberikan dorongan semangat selama

penulisan skripsi ini.

14.Semua pihak tanpa terkecuali yang telah membantu menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Semoga Tuhan membalas kebaikan beliau-beliau yang telah membantu

penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, oleh karena itu

penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan penulis berharap adanya saran

(11)

xi

Penulis berharap semoga skripsi yang belumlah sempurna ini dapat

bermanfaat bagi setiap pembaca yang membaca skripsi ini.

Yogyakarta, 14 Juni 2012

(12)

xii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Masalah... 4

(13)

xiii

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tujuan Pembelajaran Fisika, Hasil Belajar Fisika dan Evaluasi Hasil Belajar Fisika ... 7

B. Kesalahan ... 11

C. Faktor Penyebab Kesalahan ... 15

D. Impuls dan Momentum ... 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Subjek Penelitian ... 28

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

E. Variabel Penelitian ... 29

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

H. Metode Analisis Data ... 30

BAB IV. PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA DAN HASIL ANALISIS A. Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian... 33

(14)

xiv

C. Penyajian Data dan Analisis Data Hasil Wawancara ... 59

D. Faktor Penyebab atau Sumber Penyebab Kesalahan ... 80

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Kesalahan ... 85

B. Faktor Penyebab atau Sumber Penyebab Kesalahan ... 101

C. Usulan Perbaikan Kegiatan Pembelajaran ... 103

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema Penyebab Miskonsepsi ... 15

Tabel 3.1 Jumlah Kesalahan Terkait Kemampuan Menyelesaikan Soal ... 31

Tabel 3.2 Jumlah Kesalahan Terkait dengan Indikator Pencapaian yang diminta dari Tiap Soal ... 32

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Yang Melakukan Kesalahan Pada Tes Fisika Soal Esai dari 25 Orang Siswa ... 34

Tabel 4.2 Jenis Kesalahan dari Tiap Soal yang Mempunyai Jumlah Siswa yang Melakukan Kesalahan lebih dari 5 orang. ... 38

Tabel 4.3 Total Kesalahan Seluruh Siswa Soal no 1 sampai dengan Soal no 15 ... 58

Tabel 4.4 Interval Skor Siswa ... 59

Tabel 4.5 Sampel Wawancara ... 59

Tabel 4.6 Kesalahan Paling Banyak Dilakukan Siswa ... 60

Tabel 4.7 Faktor Penyebab Kesalahan Dari Tes Fisika ... 80

Tabel 4.8 Faktor Penyebab Kesalahan Dari Hasil Wawancara ... 82

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor ... 18

Gambar 2.2 Kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t. Luas daerah yang diarsir menyatakan besarnya Impuls ... 19

Gambar 2.3 Tumbukan dua buah benda ... 21

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Transkripsi Data

a. Transkrip Wawancara (S1)

b. Transkrip Wawancara (S2)

c. Transkrip Wawancara (S3)

d. Transkrip Wawancara (S4)

e. Transkrip Wawancara (S5)

f. Transkrip Wawancara (S6)

g. Transkrip Wawancara (S7)

Lampiran 2 : Instrumen Pembelajaran

a. RP

b. Kisi-Kisi Soal

c. Penentuan Skor Tiap Soal

d. Lembar Jawaban Siswa

e. Jumlah Kesalahan Terkait Kemampuan Menyelesaikan Soal

Lampiran 3 : Lain-Lain

a. Daftar Hadir Peserta

b. Daftar nilai Peserta

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran fisika di sekolah dimaksudkan agar siswa mampu

menguasai konsep-konsep fisika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Menguasai bukan sekedar mengetahui konsep tetapi juga memahaminya dan

dapat menggunakannya untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Tetapi pada

kenyataannya pembelajaran fisika selama ini merupakan salah satu pelajaran

yang sangat tidak disukai oleh siswa selain pelajaran matematika dan

dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit untuk dipelajari. Di kalangan

siswa, fisika dianggap hanya mempelajari rumus-rumus yang susah untuk

diingat.

Kenyataan ini merupakan hal yang menarik bagi penulis untuk di cari

kebenarannya, maka penulis melakukan observasi sebelum mengadakan

penelitian. Pada saat melakukan observasi kelas yang akan digunakan sebagai

sampel penelitian, penulis bertanya kepada siswa tentang alasan mengapa

siswa tidak menyukai fisika. Siswa menjelaskan, salah satu alasan siswa tidak

menyukai fisika adalah kondisi pembelajaran yang kurang menyenangkan dari

guru, misalnya guru sering kali meninggalkan kelas dengan berbagai alasan

dan tidak mengadakan kegiatan belajar mengajar pada hari yang telah

(18)

yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran di kelas maupun pada saat

guru hanya meminta siswa mengerjakan soal-soal dalam jangka waktu

terbatas dimana soal-soal tersebut harus sudah dikumpulkan pada saat yang

telah ditentukan oleh guru tanpa ada proses belajar mengajar terlebih dahulu.

Hal ini mengakibatkan siswa semakin tidak menyukai fisika dan

menyebabkan siswa semakin malas mempelajari fisika, karena bagi siswa

yang guru inginkan adalah siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang telah

diberikan dan tidak memperdulikan apakah siswa mengalami kesalahan atau

tidak pada saat mempelajari fisika.

Melihat pada kenyataan tersebut diatas, sudah seharusnya guru mulai

berpikir dan refleksi diri mengenai apa yang seharusnya guru lakukan agar

dapat membantu mengatasi kesulitan siswa mempelajari fisika terutama pada

saat menyelesaikan suatu persoalan, karena pada hakekatnya hal utama yang

harus dilakukan seorang guru adalah membantu siswa mengatasi

kesulitan-kesulitan yang menyebabkan siswa terhambat dalam mempelajari fisika.

Banyak hal yang dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan saat

menyelesaikan suatu persoalan misalnya, ada siswa yang rajin sekali dalam

belajar tetapi tetap mengalami kesulitan saat menyelesaikan suatu persoalan

yang diberikan padahal siswa tersebut sudah merasa yakin bahwa dia sudah

menggunakan pengetahuan, prinsip dan hukum yang benar saat

menyelesaikan soal tapi pada kenyataannya jawaban siswa tetap saja salah.

(19)

konsep atau lebih dikenal dengan istilah miskonsepsi. Salah konsep atau

miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

yang diterima para ahli. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal,

kesalahan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif

atau pandangan yang naïf (Suparno, 2005:04). Tidak semua pemahaman siswa

itu salah meskipun konsep siswa berbeda dengan konsepsi para ahli, hanya

konsepsi siswa yang bertentangan dengan konsepsi para ahli saja yang dapat

dikatakan sebagai miskonsepsi. Oleh karena itu seorang guru perlu

mengetahui apa saja jenis kesalahan yang dilakukan siswa sebagai

representasi siswa mengalami miskonsepsi serta apa yang menjadi sumber

penyebab terjadinya miskonsepsi atau salah konsep pada siswa. Cara guru

yang paling sederhana untuk mendeteksi kesalahan konsep pada siswa adalah

dengan pemberian soal yang dalam pengerjaannya memerlukan kemampuan

analisis, sintesis, dan evaluasi yang cukup tinggi. Bila konsep siswa salah,

siswa tidak akan bisa menyelesaikan soal-soal dengan baik dan siswa akan

melakukan berbagai macam kesalahan yang dapat diidentifikasikan melalui

lembar jawaban siswa.

Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa saat mengerjakan soal yang

menjadi acuan apakah siswa memahami konsep dengan baik atau tidak

menjadi hal yang menarik untuk diteliti dan pada akhirnya perlu untuk

diperbaiki agar siswa tidak terhambat dalam mempelajari fisika dan supaya

(20)

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 9 Sendawar dalam menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan

impuls dan momentum?

2. Apa yang menjadi sumber penyebab terjadinya salah konsep pada pokok

bahasan impuls dan momentum?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 9 Sendawar dalam menyelesaikan soal fisika pada pokok

bahasan impuls dan momentum.

2. Mengetahui apa yang menjadi sumber penyebab terjadinya salah konsep

pada pokok bahasan impuls dan momentum, sehingga diharapkan dapat

membentuk konsep yang benar dikemudian hari.

D. Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi pada :

1. Pokok bahasan impuls dan momentum.

(21)

3. Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Sendawar yang berjumlah 25 orang

siswa digunakan sebagai sampel penelitian.

4. Letak serta sumber penyebab salah konsep siswa.

E. Deskripsi Judul

Penelitian ini berjudul “ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS

XI-IPA SMA NEGERI 9 SENDAWAR PADA POKOK BAHASAN IMPULS

DAN MOMENTUM”.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti seperti

berikut:

1. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru membentuk

konsep yang benar sehingga salah konsep atau miskonsepsi dapat

dihindari dan guru bisa melakukan perbaikan agar salah konsep tidak

terulang lagi dikemudian hari.

2. Bagi Penulis

Penulis mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang

menyebabkan siswa melakukan kesalahan, letak dan sumber terjadinya

(22)

momentum sehingga kelak saat menjadi guru penulis dapat mengajarkan

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tujuan Pembelajaran Fisika, Hasil Belajar Fisika dan Evaluasi Hasil Belajar Fisika

1. Tujuan Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan cabang dari IPA (sains) yang mempelajari

tentang gejala alam dan interaksinya, oleh karena itu hakikat fisika dapat

dipelajari dari hakikat sains itu sendiri. Secara umum definisi sains yang

telah diungkapkan beberapa saintis terdiri dari tiga aspek yaitu aspek

produk, aspek proses, dan aspek sikap (Kartika Budi, 1998 : 162).

Aspek produk berkaitan dengan hasil dari proses keilmuan yang

dapat berupa konsep-konsep, hukum dan prinsip. Aspek proses

berhubungan dengan metode yang digunakan dalam memperoleh

pengetahuan, aspek sikap berkaitan dengan keyakinan opini, dan nilai-nilai

yang harus dipertahankan dalam mencari dan mengembangkan

pengetahuan baru.

Menurut Amien Moh (1987 : 112) tujuan pembelajaran fisika antara

lain :

a) Pengertian tentang isi pelajaran IPA yang meliputi konsep-konsep,

prinsip-prinsip dan sebagainya.

(24)

c) Memacu interest terhadap IPA

d) Belajar menerapkan prinsip-prinsip IPA

Dari beberapa tujuan yang dijabarkan diatas, dapat digaris bawahi

bahwa tujuan pembelajaran fisika mencakup tiga hal yaitu, pengetahuan,

proses dan sikap.

Menurut Bloom dan kawan-kawan secara umum tujuan

pembelajaran meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik,

dan ranah afektif. Ranah kognitif berhubungan dengan daya pikir

pengetahuan dan penalaran siswa. Ranah psikomotorik berkaitan dengan

kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, penyesuaian dan mencipta. Ranah

afektif berhubungan dengan penerimaan, penanggapan, penilaian,

organisasi dan pemeranan. Secara khusus, tujuan pembelajaran suatu

bidang studi juga mengacu pada ketiga aspek diatas yaitu bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Dalam kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), secara singkat

tujuan pembelajaran fisika mencakup:

a) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (TYME).

b) Memupuk sikap ilmiah.

c) Memperoleh pengalaman melalui penerapan metode ilmiah dengan

percobaan atau eksperimen.

d) Mengembangkan kemampuan berpikir secara analitis dan deduktif

(25)

menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian soal baik secara

kualitatif atau kuantitatif.

e) Menguasai konsep dan prinsip fisika untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.

f) Pembentukan sikap yang positif terhadap fisika.

2. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar fisika diasumsikan sebagai keberhasilah siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan juga mampu

mengungkapkan pemahaman materi yang telah dipelajari dalam bentuk

lisan maupun tertulis. Berdasarkan tujuan pembelajaran fisika diatas, hasil

belajar diharapkan tidak lepas dari tujuan tersebut. Baik dari segi

pengetahuan, proses dan sikap siswa terhadap fisika. Aspek pengetahuan

terkait dengan kemampuan siswa menguasai konsep-konsep fisika dan

mampu memahami hubungan antara konsep-konsep tersebut, dan mampu

menerapkannya dalam menyelesaikan suatu persoalan.

Aspek proses berhubungan dengan kemampuan siswa menerapkan

metode-metode keilmuan yang telah dipelajari untuk memperoleh

pengetahuan. Penerapan metode ini dapat diterapkan pada saat siswa

dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipertanyakan secara

(26)

pertanyaan yang disajikan siswa pasti bisa mengidentifikasi data-data yang

mendukung dalam memecahkan persoalan sampai akhir.

Aspek sikap terkait dengan sikap-sikap positif siswa dalam

memecahkan suatu masalah. Sikap tekun, teliti, sabar, merupakan

beberapa contoh sikap-sikap positif siswa dalam memecahkan suatu

persoalan dan mendapatkan pengetahuan. Bukan tidak mungkin dalam

penyelesaian suatu persoalan jawaban siswa salah, siswa harus tetap

berusaha teliti dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.

Secara singkat hasil belajar yang diharapkan mencakup :

a) Pengetahuan dan penguasaan konsep, hukum dan prinsip fisika.

b) Keterampilan terkait dengan metode ilmiah serta kemampuan untuk

menerapkan metode tersebut untuk menyelesaikan suatu persoalan.

c) Sikap-sikap positif terhadap fisika.

Hasil belajar yang diharapkan memang tercakup dalam ketiga hal

diatas, tetapi pada kenyataannya hasil belajar yang berupa pengetahuan

memegang peranan yang penting. Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya pengukuran hasil belajar yang berupa pengetahuan dengan soal

maupun tes tertentu.

3. Evaluasi Hasil Belajar Fisika

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu pencapaian tujuan

(27)

satu jenis evaluasi yang dilaksanakan untuk melihat ketercapaian tujuan

pembelajaran adalah evaluasi hasil belajar siswa. Waridjan (1991: 1)

menyatakan bahwa menilai hasil belajar biasa diartikan sama dengan

menguji. Bagi penguji, menyelenggarakan penilaian hasil belajar

merupakan upaya untuk mengidentifikasi, apakah siswa telah mampu

melakukan hal-hal seperti yang dideskripsikan di dalam rumusan tujuan

pengajaran dan berapa baik mereka melakukannya sebagai hasil belajar.

Dengan menyelenggarakan evaluasi hasil belajar kita dapat

memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang secara tidak

langsung merupakan indikator tentang baik-buruknya penyelenggaraan

suatu sistem pengajaran. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh

berbagai pihak diantaranya adalah guru, siswa serta pihak sekolah secara

umum (Suke Silverius, 1991: 7-8).

B. Kesalahan

1. Pengertian Kesalahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah sesuatu

yang menyimpang dari aturan atau norma-norma tertentu. Tindakan yang

tidak tepat ini mengakibatkan tujuan tidak tercapai secara maksimal

bahkan cenderung gagal.

Kesalahan dalam fisika adalah pemahaman yang tidak tepat atau

(28)

menimbulkan banyak kesulitan yang akan dihadapi bahkan masalah yang

tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Menurut penulis kesalahan fisika adalah pemahaman siswa yang

tidak tepat dalam mempelajari fisika sehingga siswa menjadi keliru dalam

menyelesaikan soal-soal fisika.

2. Jenis-jenis Kesalahan

Menurut William J Leonard, Robert J Durfrense dan Jose P Mestre

(1996) ada penelitian yang membandingkan bagaimana siswa dan para

ahli menyelesaikan soal. Para ahli cenderung menganalisis soal secara

kualitatif dengan mengaitkan konsep-konsep yang ada dan tujuan yang

ingin dicapai, baru menganalisis secara kuantitatif. Sebaliknya siswa

dalam menyelesaikan soal cenderung terfokus pada formula dan

perhitungan kuantitatif. Ketika berhadapan dengan soal-soal siswa

seringkali langsung mengacu pada formula yang digunakan. Akibatnya

siswa sering kali salah dalam mendeskripsikan formula dengan benar.

Kecenderungan ini menunjukkan bahwa siswa masih menerapkan metode

hafalan dalam mempelajari fisika. Ketidaktahuan bagaimana soal harus

mulai dikerjakan dapat menyebabkan siswa melakukan banyak kesalahan

dalam menyelesaikan suatu soal.

Menurut Nahar (2003:7) pada umumnya kesalahan siswa dalam

(29)

a. Kesalahan siswa dalam menyebutkan konsep-konsep atau

hukum-hukum fisika.

b. Kesalahan dalam menerapkan persamaan.

c. Kesalahan dalam memahami model-model.

d. Kesalahan dalam menerapkan penyelesaian secara matematis.

e. Kesalahan dalam menentukan satuan yang di gunakan dalam fisika.

Beberapa kategori kesalahan yang terkait dengan kemampuan siswa

menyelesaikan soal fisika ragam esai yang diusulkan oleh Suwito (2004)

adalah :

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran dan satuan

1) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara

transparan.

2) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak

transparan.

3) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan.

4) Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak

langsung.

5) Kesalahan mengidentifikasi besaran skalar.

6) Kesalahan mengidentifikasi besaran vektor.

7) Kesalahan menuliskan satuan.

(30)

9) Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling

cocok.

b. Kesalahan menggambarkan diagram bebas

1) Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau sistim.

2) Kesalahan menggambarkan objek atau sistim

c. Kesalahan mengidentifikasi formula

1) Kesalahan mengidentifikasi formula dasar.

2) Kesalahan mengidentifikasi formula antara.

d. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

1) Kesalahan memanipulasi persamaan.

2) Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan

matematik.

3) Kesalahan mensubstitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan.

Banyak penyebab kesalahan yang dapat diidentifikasikan. Radath

(1978, dalam Sriyanto 1999:19) memberikan klasifikasi penyebab

kesalahan dalam matematika sebagai berikut :

a. Kesalahan karena kesulitan-kesulitan dan salah pengertian dalam

bahasa.

b. Kesalahan yang disebabkan karena kesulitan menyatakan informasi

dari representasi visual dan keruangan dalam tugas matematika.

c. Kesulitan karena tidak matangnya penguasaan syarat perlu seperti

(31)

d. Kesalahan karena asosiasi yang salah pada proses pemecahan masalah.

e. Kesalahan karena pengaplikasian aturan-aturan yang tidak relevan, dan

aplikasi strategi yang tidak matang dalam menyelesaikan

masalah-masalah.

C. Faktor Penyebab Kesalahan

Dikemukakan oleh Suparno beberapa faktor penyebab yang

memungkinkan terjadinya miskonsepsi atau salah konsep siswa yaitu : siswa,

guru, buku teks, konteks dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari

diri siswa sendiri dapat terdiri dari berbagai hal seperti prakonsepsi awal,

kemampuan, tahap perkembangan minat, cara berpikir siswa, dan teman lain.

Skema penyebab miskonsepsi dijelaskan oleh Suparno (2005:53)

dalam tabel seperti berikut:

Tabel 2.1 Skema Penyebab Miskonsepsi

Sebab Utama Sebab Khusus

Siswa Pra konsepsi

Pemikiran asosiatif Pemikiran humanistik

Reasoning yang tidak lengkap/salah Intuisi yang salah

Tahap perkembangan kognitif siswa Kemampuan siswa

Minat belajar siswa

Guru/Pengajar Tidak menguasai bahan, tidak kompeten

Bukan lulusan dari bidang ilmu fisika Tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide

(32)

Buku teks Penjelasan keliru

Salah tulis terutama dalam rumus

Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa

Siswa tidak tahu membaca buku teks

Buku fiksi sains kadang-kadang konspenya menyimpang demi menarik pembaca

Kartun sering memuat miskonsepsi

Konteks Pengalaman siswa

Bahasa sehari-hari berbeda Teman diskusi yang salah Keyakinan dan agama

Penjelasan orang tua/orang lain yang keliru Perasaan senang/tidak senang; bebas atau tertekan

Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis

Langsung kedalam bentuk matematika Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa Tidak mengoreksi PR yang salah

Model analogi Model praktikum Model diskusi

Model demonstrasi yang sempit Non-multiple intelegences

Dari skema penyebab miskonsepsi di atas dapat diketahui hal-hal yang

dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi atau kesalahan konsep pada siswa.

D. Impuls dan Momentum 1. Pendahuluan

Bila anda berada di dalam sebuah bus yang sedang bergerak cepat,

kemudian direm mendadak, anda merasakan bahwa badan anda terlempar

(33)

mempertahankan keadaan semula yaitu dalam keadaan bergerak. Hal yang

sama juga dirasakan oleh si sopir yang berusaha mengerem bus tersebut.

Apabila penumpang busnya lebih banyak, pada saat sopir bus

memberhentikan/mengerem bus secara mendadak, harus memberikan

gaya yang lebih besar. Dalam bab ini akan dibicarakan mengenai

momentum, yang merupakan salah satu besaran yang dimiliki oleh setiap

benda yang bergerak.

Di dalam fisika, dikenal dua macam momentum, yaitu momentum

linear (p) dan momentum angular (L). Pada bab ini hanya akan dibahas

momentum linear. Selain momentum linear akan dibahas juga besaran

Impuls gaya (I) dan hukum kekekalan momentum linear, serta tumbukan.

2. Pengertian Momentum

Istilah momentum yang akan dipelajari pada bab ini adalah

momentum linear (p), yang didefinisikan sebagai berikut : Momentum

suatu benda yang bergerak adalah hasil perkalian antara massa benda dan

kecepatannya. Oleh karena itu, setiap benda yang bergerak memiliki

momentum. Secara matematis, momentum linear ditulis sebagai berikut:

(34)

p adalah momentum (besaran vektor), m massa (besaran skalar) dan v

kecepatan (besaran vektor). Bila dilihat persaman (8.1), arah dari

momentum selalu searah dengan arah kecepatannya.

Satuan Momentum

Menurut Sistem Internasional (SI)

Satuan momentum p = satuan massa x satuan kecepatan = kg . m/s Jadi, satuan momentum dalam SI adalah : kg.m/s

Momentum adalah besaran vektor, oleh karena itu jika ada beberapa

vektor momentum dijumlahkan, harus dijumlahkan secara vektor.

Misalkan ada dua buah vektor momentum p

1 dan p2 membentuk sudut α,

maka jumlah momentum kedua vektor harus dijumlahkan secara vektor,

seperti yang terlihat dari gambar vektor gambar dibawah ini. Besar vektor p

dirumuskan sebagai berikut :

(2-2)

P2 p

P1

Gambar 2.1 Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor

3. Hubungan Momentum dengan energi kinetik

Energi kinetik suatu benda yang bermassa m dan bergerak dengan

(35)

(2-3)

Besarnya ini dapat dinyatakan dengan besarnya momentum linear p,

dengan mengalikan persamaan energi kinetik dengan :

(2-4)

4. Impuls

Impuls didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dan lamanya

gaya tersebut bekerja. Secara matematis dapat ditulis :

(2-5)

Besar gaya disini konstan. Bila besar gaya tidak konstan maka

penulisannya akan berbeda (akan dipelajari nanti). Oleh karena itu dapat

menggambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t.

Bila pada benda bekerja gaya konstan F dari selang waktu t

1 ke t2 maka

kurva antara F dan t adalah

F (N)

T (s)

Gambar 2.2 Kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t. Luas daerah yang

(36)

Luasan yang diarsir sebesar F x (t

2 – t1) atau I, yang sama dengan

Impuls gaya. Impuls gaya merupakan besaran vektor, oleh karena itu

perhatikan arahnya.

Satuan Impuls

5. Impuls sama dengan perubahan Momentum

Sebuah benda bermassa m mula-mula bergerak dengan kecepatan

v

1 dan kemudian pada benda bekerja gaya sebesar F searah kecepatan awal selama Δt, dan kecepatan benda menjadi v

2

Untuk menjabarkan hubungan antara Impuls dengan perubahan

momentum, akan kita ambil arah gerak mula-mula sebagai arah positif

dengan menggunakan Hukum Newton II.

F

(37)

Ruas kiri merupakan impuls gaya dan ruas kanan menunjukkan

perubahan momentum. Impuls gaya pada suatu benda sama dengan

perubahan momentum benda tersebut. Secara matematis dituliskan

sebagai:

(2-7)

Persamaan (2-7) dapat kita nyatakan dengan kalimat berikut :

Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan

momentum yang dialami benda itu, yaitu beda antara momentum akhir

dengan momentum awalnya.

6. Tumbukan dan Hukum Kekekalan Momentum

Pada sebuah tumbukan selalu melibatkan paling sedikit dua buah

benda. Misal bola biliar A dan B. Sesaat sebelum tumbukan bola A,

bergerak mendatar ke kanan dengan momentum m

AvA, dan bola B

bergerak kekiri dengan momentum m

BvB

m

AvA mBvB

Gambar 2.3 Tumbukan dua buah benda

A B

A B

(38)

Momentum sebelum tumbukan adalah :

(2-8)

dan momentum sesudah tumbukan

(2-9)

Sesuai dengan hukum kekelan energi maka pada momentum juga

berlaku hukum kekekalan dimana momentum benda sebelum dan sesudah

tumbukan sama. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa :

Pada peristiwa tumbukan, jumlah momentum benda-benda sebelum

dan sesudah tumbukan tetap asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja

pada benda-benda tersebut.

Pernyataan ini yang dikenal sebagai Hukum Kekekalan Momentum

Linier.

Secara matematis untuk dua benda yang bertumbukan dapat dituliskan

(2-10)

atau

(2-11) p

A, pB = momentum benda A dan B sebelum tumbukan

= momentum benda A dan B sesudah tumbukan

perlu diingat bahwa penjumlahan di atas adalah penjumlahan vector

Menurunkan hukum kekekalan momentum dengan menggunakan

(39)

Perhatikan gambar berikut :

F

AB FBA

Gambar 2.4 Arah Gaya PadaTumbukan Dua Buah Benda

Pada tumbukan dua buah benda selama benda A dan B saling

kontak maka benda B mengerjakan gaya pada bola A sebesar F

AB .

Sebagai reaksi bola A mengerjakan gaya pada bola B sebesar F

BA. Kedua

gaya sama besar tapi berlawanan arah.dan sama besar (Hukum Newton

III). Secara matematis dapat ditulis

F

AB = -FBA

Kedua gaya ini terjadi dalam waktu yang cukup singkat yaitu Δt. Bila

kedua ruas dikali dengan Δt akan diperoleh F

AB Δt = -FBA Δt

Ruas kiri dan kanan merupakan besaran Impuls gaya.

(2-12) B

(40)

Jumlah momentum benda-benda sebelum dan susudah tumbukan sama.

Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum kekekalan Momentum Linear.

7. Jenis-jenis Tumbukan

Jika ada dua benda yang bertumbukan dan tidak ada gaya luar

yang bekerja pada benda-benda, maka berlaku hukum kekekalan

momentum. Akan tetapi energi kinetik totalnya biasanya berubah. Hal ini

akibat adanya perubahan energi kinetik menjadi bentuk kalor dan atau

bunyi pada saat tumbukan. Jenis tumbukan ini disebut tumbukan tidak

lenting sebagian. Bila setelah tumbukan kedua benda bergabung, disebut

tumbukan tidak lenting sempurna. Ada juga tumbukan dengan energi

kinetik total tetap. Tumbukan jenis ini disebut tumbukan lenting

(sempurna). Jadi secara garis besar jenis-jenis tumbukan dapat

diklasifikasikan ke dalam:

a. Tumbukan lenting (sempurna)

b. Tumbukan tidak lenting sebagian

c. Tumbukan tidak lenting sempurna

a. Tumbukan Lenting (sempurna)

Pada tumbukan lenting sempurna berlaku

1) Hukum kekekalan momentum

2) Hukum kekekalan Energi Kinetik

(41)

1) Hukum kekekalan momentum

………(*)

2) Hukum kekekalan energi kinetik

...(**)

bila persamaan (**) dibagi dengan persamaan (*) diperoleh :

(2-13)

atau

- (2-14)

Dengan kata lain kecepatan relatif kedua benda sebelum

tumbukan sama dengan harga minus dari kecepatan relatif kedua

benda setelah tumbukan.

Untuk keperluan lebih lanjut didefinisikan e = berlaku

jika pada satu arah sumbu yang sama.

Harga v yang dimasukkan disini harus memperhatikan arah (tanda

+ atau -)

e ini yang kemudian disebut koefisien restitusi

Untuk tumbukan lenting (sempurna) e = 1

(42)

Untuk tumbukan tidak lenting sempurna e = 0

b. Tumbukan Tidak Lenting Sebagian

Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan

tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik karena terjadi

perubahan E

k. Koefisien restitusi e adalah pecahan.

Hukum kekekalan momentum

dan 0 < e < 1

Tidak berlaku hukum kekekalan energi, berarti ada energi kinetik

yang hilang selama proses tumbukan sebesar ΔE k.

(2-15)

c. Tumbukan Tidak Lenting Sempurna

Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan

tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik karena terjadi

perubahan E

k. koefisien restitusi e = 0.

(43)

kecepatan akhir kedua benda sama dan searah. Berarti kedua benda

bergabung dan bergerak bersama-sama.

Besar energi kinetik yang hilang Δ E k

(44)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1993: 3) seperti

dikutip oleh Margono (2003), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Hal yang ditekankan adalah penjelasan atau

keterangan tentang situasi yang ada.

Dalam penelitian ini, penelitian deskriptif kualitatif dilakukan dengan

memaparkan dan menganalisis jenis kesalahan yang dideteksi lewat hasil

pekerjaan siswa berdasarkan pada jenis-jenis kesalahan yang ditemukan, dan

untuk mencari penyebab kesalahan yang terjadi dari wawancara.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 9 Sendawar.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Desember 2011 – Januari 2012

Tempat : SMA Negeri 9 Sendawar. Kampung Lambing, Kecamatan Muara

(45)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diteliti adalah populasi siswa SMA Negeri 9 Sendawar dengan

mengambil sampel siswa kelas XI-IPA.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang ingin diteliti yaitu jenis kesalahan yang dialami siswa dalam

mempelajari pokok bahasan impuls dan momentum. Jenis kesalahan yang

dimaksud adalah hal-hal atau sesuatu yang menyimpang dari kriteria yang benar.

Berdasarkan jenis kesalahan yang terdeteksi dapat dijabarkan beberapa

dugaan sumber penyebab kesalahan yang dilakukan siswa melalui lembar

jawaban dan hasil wawancara.

F. Instrument Pengumpulan Data

1. Tes Esai Fisika

Instrument yang digunakan berupa soal fisika ragam esai, soal dibuat

sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan (impuls dan momentum).

2. Wawancara

Wawancara untuk mengetahui sumber kesalahan siswa pada pokok

bahasan impuls dan momentum. Wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur, dimana pertanyaan didasarkan pada jawaban siswa saat

pemberian soal, sehingga peneliti dapat menegaskan letak dan sumber

(46)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap 1. Persiapan

Dalam melakukan persiapan yang harus dilakukan adalah

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian antara

lain: pembuatan proposal penelitian, perijinan, observasi dan pembuatan

instrument penelitian.

Tahap 2. Memberikan tes kepada siswa

Tes yang diberikan bertujuan untuk melihat sejauh mana siswa mampu

menyelesaikan soal yang disajikan sebagai cerminan bahwa siswa

memahami pokok bahasan impuls dan momentum. Hasil ini juga

digunakan untuk mendeteksi jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa

pada saat mengerjakan soal.

Tahap 3. Menganalisis kesalahan siswa dari hasil kerja siswa

Tahap 4. Melakukan wawancara

Tahap 5. Pembuatan laporan

H. Metode Analisis Data

1. Tes Esai Fisika

Data diperoleh dari berkas jawaban siswa. Hasil pekerjaan siswa

merupakan sumber utama yang dianalisis. Jenis kesalahan yang tampak

dianalisis secara langsung sesuai dengan indikator yang telah disusun pada

(47)

kesalahan untuk tiap siswa, tiap nomor soal dan jumlah total kesalahan. Tabel

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Kesalahan Terkait Kemampuan Menyelesaikan Soal.

No Jenis

dalam kolom 1 ada angka 2 berarti jumlah kesalahan yang dilakukan siswa ini

ada 2 jenis kesalahan. Jika pada kolom 2, 3 dan seterusnya terisi secara

berurutan maka akan didapatkan total kesalahan yang dilakukan siswa

tersebut.

Selain tabel diatas, analisis data dilakukan dengan cara menganalisis

jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa. Analisis jenis kesalahan

dimaksudkan untuk menentukan atau mendaftar jenis kesalahan yang

dilakukan siswa. Analisis ini didasarkan pada indikator kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal yang telah disusun dalam instrumen pengumpulan

data. Namun sangat dimungkinkan muncul kesalahan yang lain yang belum

(48)

menambah daftar jenis kesalahan yang telah dilakukan siswa. Analisis

kesalahan akan dijabarkan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Jumlah Kesalahan Terkait dengan Indikator Pencapaian yang diminta dari Tiap Soal.

Indikator Soal Jenis kesalahan Jumlah

siswa

1 1 -

- -

2

6

7

2. Wawancara

Data hasil wawancara berupa video ditranskip dalam bentuk uraian

atau laporan yang terperinci. data ini berupa data kualitatif dan dianalisis dan

disimpulkan secara kualitatif. Dari jawaban siswa pada saat wawancara dapat

dklasifikasikan kategori kesalahan dan dapat ditemukan letak dan sumber

(49)

33

BAB IV

PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA DAN HASIL ANALISIS A. Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan seperti

dibawah ini :

1. Pemberian Tes Fisika

Pengambilan data dengan pemberian soal fisika dilaksanakan pada hari Rabu,

tanggal 9 Januari 2012 pada kelas XI-IPA yang berjumlah 25 siswa. Jumlah

siswa yang ikut dalam pengambilan data 25 siswa.

2. Wawancara Siswa

Wawancara dimulai dari tanggal 11 Januari 2012 sampai dengan tanggal 14

Januari 2012, dengan mengambil tujuh orang siswa sebagai sampel

wawancara. Kriteria pengambilan sampel wawancara didasarkan pada skor

yang dihasilkan siswa, dari siswa yang skornya paling rendah sampai dengan

siswa yang memiliki skor paling tinggi dari 25 orang siswa. Siswa yang

diambil sebagai sampel wawancara terbagi sebagai berikut, siswa pertama

dengan skor 73, siswa kedua dengan skor 80,5, siswa ketiga dengan skor 86,

siswa keempat dengan skor 93, siswa kelima dengan skor 98,5, siswa keenam

(50)

B. Data dan Analisis Data Hasil Tes Fisika

Berdasarkan tes fisika yang digunakan, dapat diketahui jumlah siswa yang

melakukan kesalahan saat mengerjakan tiap butir soal sebagai berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Yang Melakukan Kesalahan Pada Tes Fisika Soal Esai dari 25 Orang Siswa

Indikator Soal Jenis kesalahan Jumlah

siswa

1. Menjelaskan konsep

impuls, momentum,

hukum kekekalan

momentum dan

jenis-jenis tumbukan.

1  Kesalahan menyebutkan konsep

momentum

 Kesalahan menyebutkan konsep impuls

 Kesalahan menyebutkan konsep hukum

kekekalan momentum

 Kesalahan menuliskan konsep tumbukan

8

2  Kesalahan memberikan contoh impuls

 Kesalahan memberikan contoh

momentum

 Kesalahan memberikan contoh impuls

dan momentum

3  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan perhitungan matematik

5

4

17

15

3

4  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan perhitungan matematik

12

5  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

(51)

menyelesaikan suatu

masalah.

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

6  Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan konsep

 Kesalahan menuliskan simbol

3

2

8

6. Mengaplikasikan teorema

impuls dan momentum

untuk menyelesaikan

suatu masalah.

7  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

6

13

13

24

23

8  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

12

7. Mengaplikasikan teorema

impuls dan momentum

untuk menyelesaikan

suatu masalah yang

disajikan dalam bentuk

grafik.

9  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menganalisis grafik

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran

ke dalam persamaan

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

(52)

 Kesalahan menuliskan simbol 6

8. Memformulasikan hukum

kekekalan momentum

untuk sistem tanpa gaya

luar.

10  Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan mengidentifikasi formula

20

0

8

9. Menerapkan prinsip

hukum kekekalan

momentum untuk

menyelesaikan masalah.

11  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran

ke dalam persamaan

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

24

10. Menerapkan prinsip

hukum kekekalan

momentum untuk

menyelesaikan masalah

pada peluncuran roket.

12  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

7

15

12

6

18

11. Menggunakan hukum

kekekalan energi dan

kekekalan momentum

untuk berbagai peristiwa

tumbukan.

13  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

16

14  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

4

7

(53)

 Kesalahan memanipulasi persamaan

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran

ke dalam persamaan

 Kesalahan menuliskan satuan

5

15

8

8

4

12. Menggunakan hukum

kekekalan energi dan

kekekalan momentum

untuk peristiwa

tumbukan lenting

sempurna.

15  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang

diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan

matematik

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran

ke dalam persamaan

 Kesalahan menuliskan satuan

14

saat menyelesaikan tiap butir soal. Kesalahan yang dilakukan siswa satu dengan

siswa lainnya cenderung sama dan paling sering dilakukan oleh siswa

berulang-ulang. Kesalahan yang memiliki jumlah paling banyak dilakukan oleh siswa

(54)

Tabel 4.2 Jenis Kesalahan dari Tiap Soal yang Mempunyai Jumlah Siswa yang Melakukan Kesalahan lebih dari 5 orang.

No Soal Jenis Kesalahan

1  Kesalahan menyebutkan konsep momentum

 Kesalahan menyebutkan konsep hukum kekekalan momentum

2  Kesalahan memberikan contoh impuls

 Kesalahan memberikan contoh momentum

 Kesalahan memberikan contoh impuls dan momentum

3  Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan menuliskan simbol

4  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan perhitungan matematik

5  Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan menuliskan satuan

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

6  Kesalahan menuliskan simbol

7  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

8  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

9  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menganalisis grafik

(55)

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan menuliskan simbol

10  Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan mengidentifikasi formula

11  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran ke dalam persamaan

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

12  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

13  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan menuliskan satuan

14  Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran ke dalam persamaan

15  Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

 Kesalahan menggambarkan objek

 Kesalahan mengidentifikasi formula

 Kesalahan menuliskan simbol

 Kesalahan melakukan perhitungan matematik

 Kesalahan mensubstitusikan nilai besaran ke dalam persamaan

(56)

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan jenis kesalahan yang dilakukan

siswa sebagai berikut.

1. Kesalahan menyebutkan konsep-konsep

Jenis kesalahan ini termasuk jenis ketidaksesuaian jawaban siswa dengan

konsep-konsep yang telah diajarkan maupun yang ada di dalam buku pelajaran.

Jenis kesalahan ini meliputi:

a. Kesalahan menyebutkan konsep momentum.

Soal no 1.a. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang momentum dan

tuliskan persamaannya.

Jawaban siswa :

Momentum adalah besaran yang merupakan perkalian massa.

p = mv

Analisis kesalahan :

Diketahui bahwa momentum adalah hasil kali massa sebuah benda dengan

kecepatan. Jawaban siswa tidak tepat karena tidak jelas dikatakan bahwa

massa dikalikan dengan apa sehingga menghasilkan suatu besaran

momentum.

Faktor penyebab :

Jawaban siswa kurang lengkap karena siswa tidak mengerti konsep

momentum.

(57)

Soal no 1.c. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang hukum kekekalan

momentum.

Jawaban siswa :

Menyatakan jumlah momentum sebelum dan sesudah tumbukan selalu

tetap.

Analisis kesalahan :

Melihat berdasarkan pada jawaban siswa, siswa cenderung hanya

menyebutkan sebagian dari bunyi hukum kekekalan momentum (bunyi

hukum kekekalan momentum: momentum total sistem sesaat sebelum

tumbukan sama dengan momentum total sistem sesaat setelah tumbukan,

asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem) tanpa menuliskan

persamaan dari hukum tersebut.

Faktor penyebab :

Kemampuan siswa dalam memahami konsep hukum kekekalan momentum

masih kurang.

2. Kesalahan memberikan contoh.

Jenis kesalahan ini meliputi ketidaksesuaian contoh yang diberikan siswa

dengan contoh yang diminta dalam soal. Meliputi:

a. Kesalahan memberikan contoh impuls

Soal no 2. Berikan minimal 3 contoh kejadian yang melibatkan konsep

(58)

Jawaban siswa :

Tabrakan mobil

Analisis kesalahan :

Jawaban siswa tidak memiliki penjelasan yang jelas apakah ini merupakan

contoh impuls atau momentum.

Faktor penyebab :

Siswa tidak tahu contoh impuls.

b. Kesalahan memberikan contoh momentum

Soal no 2. Berikan minimal 3 contoh kejadian yang melibatkan konsep

impuls dan momentum dalam kehidupan sehari-hari. Jelaskan!

Jawaban siswa :

Semburan gas panas

Analisis kesalahan :

Siswa tidak menjelaskan pada jawaban apakah semburan gas panas ini

merupakan contoh impuls atau momentum, siswa cenderung hanya

menuliskan apa yang mereka pikirkan tanpa memahami apakah ini contoh

yang benar atau bukan.

Faktor penyebab :

Siswa tidak mengerti contoh momentum seperti apa.

c. Kesalahan memberikan contoh impuls dan momentum

Soal no 2. Berikan minimal 3 contoh kejadian yang melibatkan konsep

(59)

Jawaban siswa :

Anak-anak menendang bola.

Analisis kesalahan :

Siswa tidak menjelaskan dimana letak hubungan antara impuls dan

momentum pada kejadian seperti pada jawaban siswa.

Faktor penyebab :

Siswa tidak memahami contoh hubungan impuls dan momentum.

3. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang diketahui dan ditanyakan

Kesalahan ini mempresentasikan ketidakmampuan siswa mengidentifikasi

besaran yang ditanyakan dan diketahui dalam soal.

a. Kesalahan mengidentifikasi besaran yang ditanyakan

Soal no 8. Sebuah benda bermassa 1 kg, sedang bergerak lurus beraturan

dengan kecepatan 20 m/s tiba-tiba ada gaya yang bekerja pada benda searah

dengan gerak benda sebesar 50 newton selama 0,2 detik. Tentukan:

a. Besarnya impuls pada benda ?

b. Momentum benda sebelum dan sesudah dikenai gaya ?

Jawaban siswa :

Dik : m = 1kg

F = 50 N

V = 20 m/s

(60)

Dit : a. i = ?

b. p1 = ?

Analisis kesalahan :

Siswa cenderung mengidentifikasi dengan kurang lengkap, pada soal jelas

ditanyakan 3 hal yaitu impuls, momentum sebelum dan sesudah tumbukan.

Tetapi terlihat jelas bahwa siswa hanya mengidentifikasi 2 hal yaitu besaran

impuls dan momentum sebelum tumbukan, momentum setelah tumbukan

tidak di identifikasikan. Selain itu ada pula siswa yang langsung

menyelesaikan soal tanpa menuliskan besaran yang diketahui dan ditanyakan

dalam soal.

Faktor penyebab :

Siswa tidak teliti menyalin data yang ada dalam soal yang diberikan.

Siswa terlihat terburu-buru mengerjakan soal sehingga tidak lengkap

mengidentifikasi besaran yang ada pada soal.

b. Kesalahan siswa mengidentifikasi besaran yang diketahui.

- Soal no 15. Dua bola biliar bergerak saling mendekati (kedua bola

bermassa sama dan tumbukan yang terjadi antara keduanya merupakan

tumbukan lenting sempurna). Jika kecepatan awal bola 30 m/s dan 20

m/s, tentukan kecepatan masing-masing bola setelah tumbukan!

Jawaban siswa :

(61)

v1 = +30

v2 = -20

Dit :

Analisis kesalahan :

Siswa cenderung mengidentifikasi besaran kecepatan dengan tidak

lengkap, seperti yang terlihat pada jawaban siswa diatas, siswa tidak

menuliskan satuan dari besaran yang diketahui diatas, siswa hanya

menuliskan nilai dari besaran kecepatan tersebut. Sedangkan pada soal

jelas sekali dituliskan satuan dari kecepatan yaitu m/s.

Faktor penyebab :

Siswa tidak teliti mengutip data dari soal yang ada.

- Soal no 4. Sebuah mobil dengan massa 2000 kg, mula-mula bergerak

lurus dengan kecepatan awal 20 m/s ke barat. Setelah beberapa saat,

mobil tersebut direm dan setelah 10 detik kecepatannya berkurang

menjadi 5 m/s. Tentukan momentum awal mobil.

Jawaban siswa :

Diketahui :

m = 200 kg

v0 = 20 m/s

vt = 5 m/s

t = 10 s

(62)

Siswa melakukan kesalahan mengutip data yang ada pada soal. Di dalam

soal jelas dituliskan m = 2000 kg, tetapi siswa menuliskan m = 200 kg. Ini

menunjukkan bahwa dalam hal yang sederhana seperti inipun siswa masih

mengalami kesalahan.

Faktor penyebab :

Siswa tidak teliti mengutip data dari soal yang ada.

4. Kesalahan mengidentifikasi formula

Kesalahan ini merupakan kesalahan yang dilakukan siswa dalam hal memilih

formula yang tepat untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

a. Kesalahan mengidentifikasi formula momentum

Soal no 3. Sebuah truk bermassa 3 ton bergerak dengan kecepatan tetap 20

m/s. Berapakah momentum yang dimilikinya?

Jawaban siswa :

p = 600.000 m/s

Analisis kesalahan :

Siswa tidak menuliskan persamaan momentum tetapi langsung mengalikan

nilai-nilai yang diketahui dalam soal sehingga menghasilkan sebuah hasil

akhir yang salah. Kesalahan terlihat pada satuan momentum, siswa

menuliskan m/s padahal satuan momentum adalah kg. m/s.

(63)

Siswa tidak tahu formula momentum

Siswa hanya mementingkan hasil akhir tanpa proses yang jelas.

b. Kesalahan mengidentifikasi formula impuls

Soal no 5. Sebuah bola bergerak dengan kecepatan 20 m/s kemudian

dipukul dengan pemukul bola dengan gaya 2000 N selama 0.001 s.

Tentukan besarnya impuls gaya pada bola.

Jawaban siswa :

I = 2000. 0,001

= 2

Analisis kesalahan :

Siswa hanya menuliskan proses mendapatkan nilai akhir tanpa menuliskan

persamaan impuls, hal ini menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam

mengidentifikasi satuan dari impuls yang terlihat pada jawaban siswa tidak

dituliskan.

Faktor penyebab :

Siswa tidak tahu formula impuls.

Siswa hanya mementingkan hasil akhir tanpa proses yang jelas.

c. Kesalahan siswa memanipulasi formula

Soal no 7. Sebuah bola bermassa 0.2 kg pada permainan baseball dilempar

(64)

kearah kiri dengan kelajuan 25 m/s. Berapakah impuls yang diberikan

pemukul pada bola?

Jawaban siswa :

I = ∆p = v1-v2 = 25- (-25) I = F. ∆t = 50 n/s

Analisis kesalahan :

Siswa mengalami kesalahan saat mengubah bentuk dari formula

momentum menjadi formula yang cocok untuk mencari nilai impuls.

Jawaban yang benar adalah untuk ∆p itu sama dengan p2-p1. Tetapi siswa

menuliskan v1-v2. Jawaban siswa juga tidak jelas apakah menggunakan

formula impuls sebagai perubahan momentum atau menggunakan formula

impuls sebagai hasil kali gaya dengan perubahan waktu. Terlihat bahwa

pekerjaan siswa tidak selesai, tidak jelas nilai akhir 50 n/s itu merupakan

nilai impuls atau bukan.

Faktor penyebab :

Siswa tidak mampu memanipulasi persamaan momentum untuk

menyelesaikan persoalan impuls.

5. Kesalahan menuliskan satuan

Bagian ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak mampu

mengidentifikasi satuan dari suatu besaran yang dicari melalui perhitungan.

(65)

Soal no 3. Sebuah truk bermassa 3 ton bergerak dengan kecepatan tetap 20

m/s. Berapakah momentum yang dimilikinya?

Jawaban siswa :

p = mv

p = 30.000 . 20 p = 600.000 m/s

Analisis kesalahan :

Satuan yang dituliskan siswa kurang, satuan momentum adalah kg.m.s

sedangkan siswa hanya menuliskan m/s hal ini menunjukkan siswa masih

mengalami kesalahan mengidentifikasi satuan momentum.

Faktor penyebab :

Siswa saat menyelesaikan soal tidak menuliskan semua satuan dari besaran

yang diketahui, sehingga saat menyelesaikan persoalan siswa salah dalam

menuliskan satuan dari hasil akhir yang dihitung siswa.

b. Kesalahan menuliskan satuan impuls

Soal no 5. Sebuah bola bergerak dengan kecepatan 20 m/s kemudian

dipukul dengan pemukul bola dengan gaya 2000 N selama 0.001 s.

Tentukan besarnya impuls gaya pada bola.

Jawaban siswa :

I = F. ∆t

I = 2000. 0,001

(66)

Analisis kesalahan :

Satuan yang dituliskan siswa salah, satuan impuls adalah N.s sedangkan

siswa menuliskan m/s hal ini menunjukkan siswa tidak tahu satuan impuls.

Faktor penyebab :

Siswa saat menyelesaikan soal tidak menuliskan semua satuan dari

besaran yang diketahui, sehingga saat menyelesaikan persoalan siswa

salah dalam menuliskan satuan dari hasil akhir yang dihitung siswa.

Siswa tidak tahu satuan impuls

c. Kesalahan menuliskan satuan percepatan

Soal no 7. Sebuah bola bermassa 0.2 kg pada permainan baseball dilempar

mendatar kekanan dengan kelajuan 25 m/s. Setelah dipukul bola bergerak

kearah kiri dengan kelajuan 25 m/s. Hitung percepatan rata-rata bola !

Jawaban siswa :

Analisis kesalahan :

Satuan yang dituliskan siswa kurang lengkap. Satuan percepatan adalah

m/s2 tetapi siswa hanya menuliskan m/s.

Faktor penyebab :

Siswa tidak menuliskan satuan gaya dan massa saat perhitungan hal ini

(67)

6. Kesalahan menuliskan simbol

Soal no 14. Balok dengan massa 5 kg, mula-mula diam, ditembak oleh sebutir

peluru yang bermassa 50 gr, peluru tertanam didalam balok. Jika energi

kinetik yang hilang selama proses tumbukan adalah 750 J. hitunglah

kecepatan peluru menumbuk balok.

Jawaban siswa :

Analisis kesalahan :

Dalam analisis terhadap penulisan siswa dalam menentukan simbol ditemukan

beberapa kesalahan. Misalnya menuliskan kecepatan yang seharusnya v

menjadi V, menuliskan gaya F menjadi f, dan menuliskan energi kinetik Ek

menjadi Ek. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih melakukan kesalahan

saat menuliskan simbol dari suatu besaran.

Faktor penyebab :

Siswa terbiasa menuliskan simbol seperti diatas

Tidak ada yang mengatakan pada siswa bahwa simbol yang dituliskannya

Gambar

Tabel 2.1 Skema Penyebab Miskonsepsi
Gambar 2.1 Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor
Gambar 2.2 Kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t. Luas daerah yang
Gambar 2.3 Tumbukan dua buah benda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh oleh sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Bandung dari investasi infrastruktur Jalan Tol Cipularang, adalah pengurangan biaya

Penulis mencoba mengembangkan aplikasi multimedia dengan membuat sebuah pcmbelajaran berbasis multimeclia &#34;Merakit Personal Komputer (PC)&#34; dengan tujuan

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan dengan hukum Newton yaitu pola FD-Visual,

Hasil kajian lepas menyarankan supaya aspek pengurusan sosio-emosi PPB diberi perhatian kerana ketidakselarasan di antara perkembangan kognitif dengan

Tulang tersebut 24 buah diantaranya adalah tulang terpisah dan 19 ruas sisanya yang bergabung membentuk 5 tulang yaitu 7 vertebra cervicales, 12

PERAMALAN JANGKA PENDEK UNTUK DATA TERBATAS MENGGUNAKAN FOURIER RESIDUAL MODIFICATION GREY FORECASTING MODEL

Yang dimaksudkan dengan tahap ini adalah tahap saat peserta didik mem- baca teks atau bahan ajar yang mengantarkan peserta didik pada pemahaman tentang materi. Beberapa