ASPEK KELAMBAGAAN KABUPATEN ACEH TENGAH
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil
yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak
RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana
dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan
fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang
menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya
manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk
meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus
dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan
kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi
seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi
Tahun 2016 - 2020 Page X-2 mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan
banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan
kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan
ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu,
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak
senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta
Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan
wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan
daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan
perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan
terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri
dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Bupati/Walikota DPRD
Sekretaris Daerah
Dinas
Lembaga/Bad an
Sumber : PP 41/2007
Gambar 10.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya
upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan
Tahun 2016 - 2020 Page X-4 serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan
penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan
manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat
dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang
lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah
dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini
memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur
dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi
birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan,ketatalaksanaan,
sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi
manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda,
sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka
reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan
oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi
tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani
organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan
tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan
e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem
rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja
organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat
Tahun 2016 - 2020 Page X-6 Sumber: Road Map Reformasi Birokra
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke
dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat
Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksi- kan untuk melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing- masing
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya
telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010
Tentang Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar
bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target
pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2,
dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan
yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya
yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab
dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang
bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat
daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing
SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan
Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai
Tahun 2016 - 2020 Page X-8 standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi
kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di
dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah
dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka
penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek
pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan
rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan
dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota
melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang
Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan
10.2 . Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Aceh Tengah yang menangani bidang Cipta Karya. Dinas Cipta Karya
dan Pengairan Kabupaten Aceh Tengah merupakan Struktur Kelembagaan
Pemerintah Daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan
Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian adalah struktur, tugas, dan fungsi
pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan
salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata
laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja
antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan
kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya,
perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan
kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk
masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang
koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya,
maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari
tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan
menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam
Tahun 2016 - 2020 Page X-12 tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu,
guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi
dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.
Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Peran Instansi dalam Unit / Bagian yang
No. Instansi Pembangunan Bidang Pembangunan Menangani
CK Bidang CK
(1) (2) (3) (4)
1. Bappeda Sebagai instansi perencanaan Bidang Sarpas program dalam
pembangunan bidang cipta karya
2. Dinas CKP Sebagai instansi teknis dalam Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang pembangunan infrasuktur
bidang cipta karya
3. BLHKP Sebagai instansi teknis dalam bidang Bidang Persampahan pengelolaan sampah
Tabel 10.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
No. Nama SOP
Instansi yang Tugas dan Fungsi
Terlibat Instansi dalam SOP
(1) (2) (3) (4)
Pengembangan Permukiman
2 Perencanaan Pembangunan Bapedda Badan perencanaan pembangunan daerah Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tahun 2016 - 2020 Page X-14
BG Infrastruktur Bidang Cipta Karya
2 Penyusunan RTBL Bappaeda Sebagai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pengembangan Air Minum
1 Pembinaan PDAM PDAM Sebagai pengelola dan lembaga
pendistribusian air bersih ke masyarakat
2 Penambahan akses air minum bagi PDAM Sebagai pengelola dan lembaga masyarakat berpegahasilan
rendah pendistribusian air bersih ke masyarakat
Pengembangan PLP
1 Peningkatan /Pembangunan/TPS/3R BLHKP Sebagai Dinas Teknis pengelolaan sampah
2 Pembangunan fasilitas pengelolaan air limbah dan operasionalnya
SOP Non-Teknis
1 Perencanaan Pembangunan wilayah Bapedda Badan perencanaan pembangunan daerah
10.2.3.Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM
aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi,
yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian
ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang
Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai
komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.
Tabel 10.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit
Golongan Jenis Latar Belakang Jabatan
Kerja Kelamin Pendidikan Fungsional
Tahun 2016 - 2020 Page X-16
10.3. Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini
menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Aceh
Tengah yang menangani bidang Cipta Karya.
10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan
keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi
maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Hasil analisis deskriptif dapat
dijelaskan di bawah ini:
1. Struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, sehingga bidang cipta karya dapat berjalan
sesuai dengan program kerja pemerintah kota.
2. Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas
dan fungsi masing-masing instansi yang disebabkan telah berfungsi job desk
masing-masing intansi dalam penanganan bidang cipta karya di Kabupaten
Aceh Tengah.
3. Tida ada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi
bidang cipta karya di Kabupaten Aceh Tengah.
4. Tidak ada permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja
daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya.
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah
dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.
10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Hasil analisis
beberapa pertanyaan kunci yaitu:
1. Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi
masing-masing dinas/unit kerja yang ada.
2. Telah terjadi hubungan kerja yang baik didalam dan antar instansi terkait
Tahun 2016 - 2020 Page X-18 sehingga mempermudah koordinasi dan komunikasi instansi bidang cipta
karya.
3. Keorganisasian bidang Cipta Karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007. Sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum,
pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan
penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian
yang dibentuk.
4. Saat ini tidak ada permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan
perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya.
5. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat
kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya adalah
sering berganti pejabat dan staf yang menangani bidang cipta karya.
10.3.3.Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan
SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun
keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
1. SDM yang tersedia di Kota Banda A ce h sudah memenuhi kebutuhan baik
dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di
bidang Cipta Karya. Walaupun demikian, masih dibutuhkan SDM teknis yang
akan ditempatkan pada sektor persampahan, perencanaan dan cipta karya
sehingga dapat mendukung pembangunan bidang cipta karya di Kabupaten
Aceh Tengah.
2. Permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah
yang terkait dengan bidang cipta karya adalah perkerjaan menumpuk pada
salah seorang staf sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk
menyelesaikan pekerejaan.
3. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya
yaitu sering pergantian pejabat bidang cipta karya sehingga akan
mengurangi kualitas SDM Bidang Cipta Karya dan berpindahnya staf bidang
cipta karya ke instansi lain ikut serta dibawa semua data dan dokumen yang
Tabel 10.4 Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia
No. Instansi
Tingkat Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai
Pendidikan yang Ada yang Diperlukan
(1) (2) (3) (4) (5)
SMA/Sederajat 38 orang 38 orang
No. Instansi
Tingkat Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai
Pendidikan yang Ada yang Diperlukan
(1) (2) (3) (4) (5)
3. BLHKP SMP 4 orang 4 orang
SMA/Sederajat 18 orang 23 orang
Tahun 2016 - 2020 Page X-24 - Teknologi Hasil
Hutan
1 orang
1 orang
- S1 Biologi 1 orang
1 orang
- S1 Landscape 1 orang
1 orang
- S1 Akutans 1 orang
1 orang
- S2/S3 6 orang 6 orang
- S1 Teknik
Lingkungan 0 orang 1 orang
10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis
SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks
SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta
pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka
diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi
aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil
keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi
kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O);
bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat
ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang
keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab
sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan.
Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan
Tabel 10.5. Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
Internal mengikuti pelatihan teknis. akan mengurangi kualitas SDM
b.Peningkatan kapasitas tata Bidang Cipta Karya
sertifikasi 2) Pelatihan cara pengelola
Pengelola Teknis. bidan
g cipta karya telah manajemen pemerintahan
Tahun 2016 - 2020 Page X-28
KELEMAHAN
W) Strategi WO (Kuadran 3) Strategi WT (Kuadran
a.
Bappeda Kota Banda 4) Penambahan staf teknis
Aceh Kekurangan
tenaga Implementasi program-program
pada Badan Perencana
keuangan bidang kebutuhan masyarakat. cipta
10.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan
Menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Aceh
Tengah yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang
dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga
kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi
pengembangan tata
laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan
strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di
daerah.
10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu
pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta
dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis
dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan
pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta
menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan
meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit
kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, khususnya bidang Cipta
10.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada
analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana,
pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program
yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan
Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.
10.4.3 . Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan
mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap
pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna
meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya
mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan
jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui
pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam
rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi
Tabel 10.6. Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III 4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan
Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata
Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan 11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara
dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
Tabel 10.7. Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
(1) (2) (3)
Organisasi
Peningkatan jumlah
tenaga Penambahan staf teknis pada
teknis Badan
Perencana Bappeda Kabupaten Aceh Tengah Kabupaten Aceh
Tengah
Meningkatkan
pengelolaan Pelatihan cara pengelola manajemen
manajemen pemerintahan
Tata Laksana
Program-program
bidang Implementasi program-program bidang cipta karya sesuai
dengan cipta karya sesuai dengan kebutuhan kebutuhan
masyarakat. masyarakat.
Sumber Daya Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis sertifikasi Pengelola