• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V MELALUI METODE ROLE PLAYING DI SD NEGERI 1 RANCAMAYA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V MELALUI METODE ROLE PLAYING DI SD NEGERI 1 RANCAMAYA - repository perpustakaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman yang didapatkan oleh masing-masing individu seperti yang diungkapkan R. Gagne (dalam Susanto 2013: 1) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Morgan (dalam Sagala 2011: 13) belajar adalahsetiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2)belajar merupakan:

Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut James O (dalam Aunurrahman 2010: 35) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

(2)

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan belajar merupakan suatu proses yang dialami siswa itu sendiri melalui pengalaman-penglaman yang mereka dapatkan di sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman yang didapat siswa terus diasah dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mengalami perubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa, dan yang kurang aktif menjadi aktif.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor belajar dibagai menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:

1) Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor jasmaniah meliputi dari kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor fisiologis meliputi inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan meliputi dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor eksternal terdiri dari:

a) Faktor keluarga meliputi dari cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasan rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang orang kebudayaan.

b) Faktor sekolah meliputi dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat meliputi dari kegiatan siswa dalam

(3)

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan faktor-faktor yang dominan yang dapat mempengaruhi belajar siswa, dapat dilihat dari faktor internal berupa keadaan pribadi siswa itu sendiri yang meliputi dari kesehatan jasmani maupun rohani, serta bawaan dari lahir. Sedangkan dari segi eksternal berupa pengaruh dari luar yang berhubungan langsung dengan siswa dimulai dari kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan akhir siswa megikuti proses belajar di kelas siswa akan memperoleh hasil belajar yang nantinya digunakan untuk menentukan siswa tersebut berhasil atau tidak dalam mengikuti proses belajar di kelas.

Hasil Belajar menurut Nawawi (dalam K. Brahim dan Susanto 2013: 5) merupakantingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tersebut.Sudjana (2010: 22) mengemukakan hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

(4)

belajar siswa dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa. Salah satunya yaitu menggunakan evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar. Fungsi diadakannya evaluasi menurut Al haj dalam Djamarah (2005: 248) yaitu mengetahui tingkat pencapaian anak dalam suatu proses belajar mengajar, menetapkan keefektifan pengajaran dan rencana kegiatan, memberi basisi laporan kemajuan anak didik, menghilangkan halangan-halanagan atau memperbaiki keliruan yang terdapat dalam praktik.

Menurut sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomor. Hasil belajar menurut Bloom (Sagala, 2011:157) diklasifikasikan kedalam tiga ranah yaitu:

1) Kognitif

Pada ranah kognitif, mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan dan penalaran siswa. Menurut Bloom (dalam Sagala, 2011: 157) domain kognitif ini mempunyai enam tingkatan yaitu:

a) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajarinya dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar.

(5)

c) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur yang sudah dipelajari ke dalam suatu situasi kongkrit yang baru.

d) Analisis (analysis) adalah kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain.

e) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk pola struktur yang baru.

f) Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatau berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

Objek evaluasi tidak hanya dibidang kognitif, tetapi juga hasil belajar bidang afektif dan psikomotor. Untuk melengkapi bahan kajian penilaian hasil belajar kognitif, berikut ini di dijelaskan tipe hasil belajar ranah afektif dan psikomotor.

2) Afektif

Ranah afektif, mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bloom (dalam Sagala, 2011: 158) mengemukakan empat tingkatan hasil belajar efektif, yaitu:

a) Penerimaan (receiving) aspek ini mengacu pada kepekaan atau kesediaan menerima, dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah.

b) Pemberian respon (responding) aspek ini mengacu kepada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Ditunjukan dengan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan kepuasan dalam merespon.

(6)

memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu dan mengikat diri pada suatu norma.

d) Pengkarakteristikan (characterization) yaitu pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu kepada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi, sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam dirinya.

Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

3) Psikomotor

Selanjutnya yang terakhir yaitu hasil belajar siswa pada ranah psikomotor,mengacu pada kemampuan bertindak siswa. Simpson (Sagala, 2011: 160) hasil belajar psikomotor terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu:

a) Persepsi (perception) aspek ini mengacu pada penggunaan panca indera untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya ke dalam kegiatan atau perbuatan.

b) Kesiapan (setting) aspek ini mengacu pada kesiapan memberi respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.

c) Respon terbimbing (guided response) aspk ini mengacu pada pemberian respon perilaku terhadap gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya.

d) Mekanisme (mechanical response) aspek ini mengacu pada keadaan dimana respon fisik yang telah dipelajarinya menjadi kebiasaan.

e) Respon kompleks (complex response) aspek ini mengacu pada pemberian respon atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan trampil dan efisien. f) Adaptasi (adaptation) aspek ini mengacu pada kemampuan

menyesuaikan respon atau gerakan dengan situasi yang baru.

(7)

dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atau inisiatif sendiri.

Uraian diatas dapat diartikan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah siswa yang bersangkutan menerima pengajaran dari seorang guru dalam suatu proses belajar.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sepenuhnya merupakan hasil dari proses pembelajaran, namun dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain, baik dari dalam diri siswa ataupun pengaruh dari luar siswa. Menurut Wasliman (dalam Susanto 2013:12) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(8)

3. Pembelajaran IPS di SD

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Sapriya (2007: 2) IPS merupakan “nama mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (integranted) dari sejumlah mata pelajaran disiplin ilmu dan ada yang berarti program pengajaran”.

Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berfikir siswa yang bersifat holistik. Susanto (2013: 1155), menjelakan bahwa pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya dapat membantu murid untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk mengenal dan memecahkan masalah, menganalisis, menyampaikan pendapat, dan membuat suatu keputusan yang rasional sehingga dapat membantu memecahkan masalah.

Sedangkan menurut Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993 (dalam Susanto, 2013: 139) IPS adalah “mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata Negara”.

(9)

dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora).

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Disiplin ilmu menurut Sapriya (2007: 5) yang dikembangkan secara umum memiliki persamaan dengan social student pada umumnya yaitu mengacu pada disiplin ilmu-ilmu sosial yang mempunyai tujuan:

Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan pegetahuan, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan mereka dapat menjadi warga Negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis. IPS mempunyai tujuan agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan siswa melalui materi-materi yang terkandung dalam pembelajaran IPS sehingga menjadikan siswa dapat terjun ke masyarakat yang demokratis.

Tujuan tersebut dapat tercapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Rumusan tujuan tersebut menurut Mutakin (dalam Trianto dan Puskur 2011 : 176) dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

(10)

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak

bersifat menghakimi.

8) Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning

citizens in a democratis society” dan mengembangkan

kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan padasetiap persoalan yang dihadapi.

9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V materi Persiapan Kemerdekaan Indonesian dan Perumusan Dasar Negara. Diharapkan tujuan-tujuan yang ada dalam pembelajaran IPS dapat tercapai secara maksimal. Materi tersebut akan dipaparkan secara terperinci di bawah ini. c. Materi Pelajaran IPS Kelas V

Standar Kompetensi: menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempesiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kompetensi Dasar: menghargai jasadan peranan tokoh perjuangan dan mempersiapkan kemedekaan Indonesia, indikator keberhasilan pembelajaran materi pokok ini adalah:

(11)

2) Menjelaskan perlunya perumusan dasar Negara sebelum kemerdekaan.

3) Mengidentifikasi beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

4) Menunjukkan sikap menghargai para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

Materi persipan kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara sangat luas tetapi peneliti merangkumnya agar nantinya siswa tidak mengalami kebingungan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada silabus kelas V SD mata pelajaran IPS semester dua materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumasan dasar Negara, siswa dituntut untuk dapat mengetahui usaha-usaha mempersiapkan kemerdekaan seperti pembentukan BBPUPKI dan PPKI, pentingnya dasar Negara, kemudian siswa dituntut untuk dapat menyebutkan bagaimana cara menghargai tokoh-tokoh dalam mempersiapakan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut diperinci mengacu pada Thayeb (2004: 163) sebagai berikut:

(12)

mengundurkan diri kemudian digantikan oleh Jendral Kuniaki Koiso. Jepang meminta bantuan kepada Indonesia. Jepang berharap Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya karena Jepang sudah dalam keadaan terjepit dan terdesak. Agar Indonesia mau membantu Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia, untuk menyikapi kondisi di Indonesia pada tanggal 7 September 1945 Kunaiki Koisi mengeluarkan janji kemerdekaan untuk Indonesia. Sejak saat itu bangsa Indonesia mulai memersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Meyakinkan bangsa Indonesia perdana mentri Kunaiki Koiso menepati janjinya untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Perdana mentri Kunaiki Koiso menyuruh Kumaiki Harada untuk mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemedekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi Cosaikai. Anggota BPUPKI dilantil pada tangga 28 Mei 1945 di gedung Cou

Sangi In Jakarta.

(13)

penting berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia merdeka.

Sidang BPUPKI yang pertama terjadi pada tangga 29 Mei – 1 Juni 1945. Sidang ini diadakan di Gedung Chou Sangi InJakarta. Sidang tersebut membahas tentang Dasar Negara.

Dasar Negara yang sudah dirumuskan. Kemudian para tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia seperti Mr. Muh Yamin, Prof. Mr. Dr Soepomo dan Ir. Soekarno mengemukakan pemikirannya tentang dasar Negara Indonesia.

Pandangan menurut Muh.Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 merumuskan 5 asas yaitu:

1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan 5) Kesejahteraan rakyat

Pandangan yang dikemukakan Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 yaitu:

1) Persatuan/Nasionalisme 2) Kekeluargaan

3) Mufakat/demokrasi 4) Musyawarah 5) Keadilan social

(14)

Juni 1945 diperingati sebagai “Hari Pancasila”. Pendapat dasar

Negara menurut Ir. Soekarno antara lain: 1) Kebangsaan Indonesia

2) Internasionalisme/peri kemanusiaan 3) Mufakat/demokrasi

4) Kesejahteraan sosia

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI resmi bubar dan digantikan oleh PPKI. Jepang membentuk Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi Inkai pada tanggal 7 Agustus 1945.

Ketua = Ir. Soekarno

Wakil Ketua = Drs. Moh Hatta Penasihat = Mr. Ahmad Subardjo Anggota = 1. Wiranatakusumah

2. Ki Hajar Dewantara 3. Mr. Kasman Singodimejo 4. Sayuti Melik

5. Iwa Kusumasumantri 6. AhmadSubardjo

PPKI mengadakan sidang sebanyak 3 kali sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945:

1) Mengesahkan rancangan UUD sebagai UUD Negara RI

2) Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden.

(15)

Sidng PPKI II tanggal 19 Agustus 1945:

1) Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi dan menunjuk gubernurnya.

2) Menetapkan 12 departemen beserta mentri-mentrinya. 3) Mengusulkan dibentuknya tentara kebangsaan.

4) Pembentukan komite nasional disetiap provinsi. Sidang PPKI III tanggal 22 Agustus 1945:

1) Dibentuknya Komite Nasional

2) Dibentunya Partai Nasional Indonesia 3) Dibentuknya tentara kebangsaan

Banyak tokoh yang berperan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia anatar lain:

1) Ir. Soekarno 2) Drs. Moh Hatta

3) Dr. Radjiman Wedyodiningrat 4) Prof. Dr. R.Soepomo, SH 5) Prof. Muhammad Yamin, SH

(16)

kegiatan, bekerja keras, tidak suka membolos, dan tidak melakukan perbuatan yang tidak terpuji.

4. Metode Pembelajaran

Pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik apabila guru dapat menyesuaikan metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Sanjaya (2010: 147) metode adalah “cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal”. Sedangkan menurut David dalam Teaching Strategiesfor

College Class Room (dalam Majid 2013: 193) menyebutkan bahwa

method is a way in achieving something artinya metode digunakan untuk

merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

Hasil pemamaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru untuk merealisasikan rencana pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006 : 147) macam-macam metode pembelajaran antara lain: a) Ceramah b) Demonstrasi c) Diskusi d) Simulasi (sosiodrama, psikodrama, dan role playing).

(17)

5. Metode Role Playing a. Pengertian Role Playing

Role Playing atau bermain peran adalah suatu metode yang

digunakan dalam seni teater untuk melatih kepekaan calon pemeran terhadap stimulus dari luar secara spontan. Seperti yang diungkapakan Subagiyo (2013: 11) role playingadalah salah satu metode pelatihan peran, diman calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran yang hendak dimainkan. Sedangkan menurut Majid (2013: 206) role playing atau bermain peran adalah:

Metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Hadfield (dalam Subagiyo 2013: 5) role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang. Huda (2014: 209) mengemukakan role

playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

(18)

senang.Untuk memahami tentang metode role playing adapun langkah-langkah metode role playing.

b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Role Playing

Menurut Subagiyo (2013: 11) langkah-langkah pelaksanaan

role playing antara lain:

1) Menentukan Masalah yang Hendak Dimainkan 2) Memilih Pemeran

3) Menyusun Skenario

4) Menyiapakan Penonton Sebagai Pengamat 5) Memainkan Role playing

6) Melakukan Diskusi dan Evaluasi 7) Memainkan Ulang

8) Berbagai Pengalaman dan Menarik Kesimpulan

Langkah yang pertama siswa dibimbing untuk menentukan masalah yang akan dimainkan. Dengan tanya jawab dan diskusi siswa diminta untuk menentukan masalah seperti tokoh-tokoh yang terlibat dalam masalah, situasi yang melingkupi masalah dan dimana masalah itu terjadi. Siswa dan guru bersama-sama mencari gambaran karakter peran yang hendak dimainkan. Setelah didapat gambaran karakter peran kemudian guru memilih siswa untuk dapat memerankan peran yang sesuai dengan karakter tokoh.

(19)

menjadi penonton sebgai pengamat pemberi komentar permainan, siswa yang dijadikan penonton adalah siswa yang belum mendapatkan giliran untuk bermain role playing di depan kelas.

Semuanya telah siap langkah selanjutnya adalah memainkan skenario yang telah disusun. Pemain bermaian sesuai karakter peran yang telah disepakati dan alur cerita yang ada diskenario. Ketika permaianan usai maka dilakukan diskusi dan evaluasi terhadap permainan tersebut, guru mengajukan pertanyaan yang merangasang siswa untuk berfikir kritis rangsangan pertanyaan akan membuat siswa kreatif dan mengkaji ulang terhadap peran yang dimainkan. Siswa akan membuat alternatif-alternatif lain dari hasil masukan penonton. Setelah mendapatkan masukan dari penonton pemain memainkan ulang role playing dan disesuaikan dengan saran-saran yang diberikan oleh penonton.

(20)

c. Fungsi Role Playing

Menurut Subagiyo (2013: 14) role playing memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Mengatasi Kesulitan Diri

2) Meningkatan Kemampuan Simpati dan Empati 3) Mengembangkan PolaPikir Adaptif

4) Media Pengolah emosi

5) Meningkatkan Interpersonal Skill 6) Media Pemecah Masalah

7) Membentuk Individu Bertanggung Jawab

(21)

Role playing memungkinkan pemeran untuk mengungkapkan perasaannya atau emosi yang tidak dapat dikenali oleh dirinya sendiri dan hanya dapat dekenali dengan bercermin pada orang. Role

playing juga dapat meningkatkan interpersonal skill, adalah

keterampilan untuk memahami orang lain agar mampu bekerjasama.

Interpersonal skill sangat diperlukan karena apabila tidak

mempunyai keterampilan maka role playing tidak akan berjalan dengan baik. Metode role playing merupakan metode yang menggunakan pendekatan student center sehingga siswa dilatih untuk bertanggung jawab untuk dapat memecahkan masalah sendiri. d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing

Metode role playing mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.Menurut Subagiyo (2013: 6) mengemukaan bahwa sebagai metode pembelajaran, metode role playing mempunyai kelebihan antara lain:

1) Media belajar kerjasama antar personal. 2) Media belajar bahasa yang baik dan benar.

3) Peserta bisa mengambil keputusan dengan cepat dan berekspresi secara utuh.

4) Media evaluasi pengalaman pada waktu permainan berlangsung.

5) Memberi kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan. 6) Memberi pengalaman yang menyenangkan.

7) Membangkitkan gairah dan semangat optimis dalam diri peserta.

8) Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

9) Peserta dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat menarik makna yang terkandung dalam permainan tersebut,

(22)

Selain mempunyai kelebihan metode role playing juga mempunyai kekurangan. Metode role playing menurut Sagala (2011: 213) metote mempunyai kelemahan dalam penererapannya di dalam kelas, sebagai berikut:

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peranmereka menjadi kurang aktif.

2) Banyak memakan waktu baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.

3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.

4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Cara mengatasi kelemahan yang ada sehingga pelaksanaan metode role playing dapat dilaksanakan dengan baik maka Sagala (2011: 214) memberikan catataan tentang usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode role playing, antara lain:

1) Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan role playing siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang actual ada di masyarakat. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang berperan, masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya, dan siswa yang lain menjadi penonton dengaan tugas-tugas tertentu pula.

2) Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menariki minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga siswa terangsang untuk memcahkan masalah itu.

3) Agar siswa memahami peristiwa maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama.

(23)

6. Implementasi Metode Role Playing Pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara

Pada tahap pertama guru membagi siswa menjadi dua kelompok, jumlah siswa 21. Kelompok pertama terdiri dari 11 siswa, kelompok dua terdiri dari 10 siswa. Masing-masing kelompok mulai bergabung dengan anggota kelompok yang lainnya. Guru menjelaskan materi terlebih dahulu semua siswa memperhatikan penjelasan guru, ketika guru menjelaskan isi materi guru melakukan tanya jawab dengan siswa dengan menanyakan tokoh yang terlibat dalam cerita, situasi, dan tempat.Ketika tokoh-tokoh sudah ditentukan guru memilih siswa yang sesuai dengan karakter tokoh.

(24)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Moh. Saban, Misnah, dan Yusdim Gagarumusu (2004) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Pokok Bahasan Macam-Macam Usaha dan Kegiatan Ekonomi Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Role Playing Pada Kelas V SD N No. 1 Bou Kabupaten Dongala” data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus, dengan perolehan hasil tes siklus I nilai rata-rata 60,94 dan ketuntasan 71,42%, siklus II mencapai rata-rata 78,21 dan ketuntasan 95,23%. Maka disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan macam usaha di kelas V SDN No. 1 Bou. 2. Berdasarkan hasil pnelitian yang dilakukan Hanifah Nur Pratiwi yang

berjudul (2013) “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran IPS Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukan

(25)

Setelah diadakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II hasil belajar siswa memperoleh rata-rata 80,3 dengan ketuntasan belajar siswa adalah 75,9%. Setelah diadakan perbaikan kembali pada siklus II terjadi kenaikan hasil belajar belajar siswa nilai rata-rata 84,7 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 93,1%. Skor penilaian psikomotor siswa pada siklus I memperoleh persentase 78%.pada siklus II memperoleh persentase 89% dan meningkat pada siklus III dengan memperoleh persentase 99%. Sedangkan respon siswa pada pembelajaran IPS menggunkan metode role playing memperoleh 85,6%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas dapat dijadikan tolak ukur dan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti metode role playing dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar. Secara khusus penggunaan metode role playing dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pengenalan tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia.

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan pemahaman konsep siswa dalam materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar Negara dengan metode role playing pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Rancamaya tahun pelajan 2015/2016.

C. Kerangka Berfikir

(26)

Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan tanya jawab yang mengakibatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif rendah. Berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas didapatkan masalah yaitu siswa kurang memperhatikan guru ketika memberikan penjelesan, siswa kurang bisa menghargai temannya, dan siswa memilih-milih teman pada saat berinteraksi. Siswa kurang menunjukkan keterampilannya, seperti keterampilan berkomunikasi dan berinetraksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.Siswa hanya duduk dan menulis, kurangnya keterlibatan siswa secara aktif, baik fisik, mental intelektual dan emosional menyebabkan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor masih kurang.

Maka perlu diadakan perbaikan pada proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas V SD negeri 1 Rancamaya. Perbaikan tersebut dilaksanakan pada siklus I, perbaikan pembelajaran menggunakan metode

role playing. Apabila pada siklus I belum mengalami peningkatan hasil

belajar, penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II perbaikan pembelajaran menggunakan metode role playing, melalui metode role

playing dan penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat

(27)

Dasar pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Dasar pemikiran tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Kondisi Awal Siswa

Kondisi awal hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS sangat rendah yang dibuktikan dengan hasil UTS GANJIL dari 21 siswa hanya 38% yang telah tuntas belajar, sedangkan 62% belum tuntas belajar. Berdasarkan pada hasil pengamatan sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa masih tergolong kurang baik. Hal ini disebabkan karena peneliti Kondisi Awal

(Pembelajaran Sebelumnya)

(28)

belum menggunakan metode role playing dalam proses belajar mengajar pada materi IPS sebelumnya.

2. Tindakan Penelitian

Berdasarkan kenyataan tersebut pada awal siklus I peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran. Tindakan perbaikan menggunakan metode role playing, dilakukan karena metode ini sesuai diterapkan dalam proses pembelajaran.

3. Kondisi Akhir

Berdasarkan konsep-konsep di atas dan dukungan teoritis dari pakar maka setelah melalui dua siklus mata pelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar Negara pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rancamaya melalui metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

(29)

yaitu siswa kurang memperhatikan guru ketika memberikan penjelesan, siswa kurang bisa menghargai temannya, dan siswa memilih-milih teman pada saat berinteraksi. Siswa kurang menunjukkan keterampilannya, seperti keterampilan berkomunikasi dan berinetraksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Siswa hanya duduk dan menulis, kurangnya keterlibatan siswa secara aktif, baik fisik, mental intelektual dan emosional menyebabkan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor masih kurang.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Negara memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya baik dari bangsa, bahasa, mata uang, pemerintahan, dan lain sebagainya. Program aplikasi ini menggunakan

Daya Radar Utama adalah sebuah Perusahaan Swasta Nasional yang bergerak di bidang pembangunan, perbaikan dan konversi kapal, selalu mengutamakan kepuasan pelanggan

The Directorate of High Schools Development of the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia is honoured to be hosting the World Schools Debating

Untuk berperilaku penggunaan kondom bagi pekerja seks dibutuhkan juga fasilitas pendukung yang memadai dengan sistem pelayanan yang mudah diperoleh misalnya; pekerja seks yang

Jenis pertanyaan manakah yang paling banyak muncul (jenis pertanyaan terbuka atau tertutup) melalui pembelajaran berbasis masalah pada konsep pencemaran lingkungan

Hasil dari pelatihan ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi ibu-ibu mudadalam memanfaatkan sampah rumah tangganya sehingga lingkunan bersih dan sehat, selain

Kuliah Kerja Nyata ini mahasiswa wajib mengisi buku harian yang disediakan oleh LPM yang bertujuan untuk memantau setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa,

(NaOH) dengan buffer natrium karbonat (Na 2 C0 3 ) sebagai penetral pH dalam proses. pembentukan metana (CH