• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen - BAB II PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen - BAB II PDF"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen

Sebelum mengemukakan beberapa pendapat mengenai apa yang

dimaksud dengan manajemen sumber daya manusia, maka perlu dijelaskan

terlebih dahulu mengenai arti manajemen itu sendiri, karena manajemen

sumber daya manusia merupakan bagian dari fungsi manajemen itu sendiri.

Menurut Hasibuan (2008), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini

menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni dimana dalam

pelaksanaannya seorang manajer perlu mencari cara dalam memberdayakan

sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan

perusahaan. Sedangkan menurut Samsudin (2010) mengemukakan bahwa

manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan

organisasi dengan pelaksanaan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

Sedangkan menurut G. R Terry (2010) mengemukakan manajemen adalah

suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

(2)

beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen

sebagai ilmu dan seni dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, penyusunan personalia dan pengendalian secara terarah melalui

pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan tertentu.

Manajemen sebagai sebuah proses untuk dapat mencapai tujuan sesuai

dengan perencanaan, demikian halnya dalam suatu organisasi, upaya tersebut

yang menjadi bagian dari tanggungjawab manajemen sumber daya manusia

yang merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan

perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan

suatu organisasi agar memiliki kinerja yang optimal.

Manajemen (Yosua, Jurnal Manajemen - July 22, 2013) diterjemahkan

sebagai suatu kegiatan yang memiliki target dan tujuan dengan menggunakan

perencanaan, pengarahan serta pengorganisasian dalam mencapai tujuan

tersebut, Kata kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno

ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

Selanjutnya, dalam literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa

istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :

2.1.1. Manajemen sebagai suatu proses,

2.1.2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan

aktivitas manajemen,

2.1.3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu

(3)

Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu

proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk

memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang

pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana

pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian dari

manajemen secara umum, oleh karena itu teori-teori manajemen umum

menjadi dasar pembahasannya. Manajemen Sumber Daya Manusia ini lebih

memfokuskan pembahasannya mengenai pengaturan peranan manusia dalam

mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan itu meliputi masalah

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,

pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan,

dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan

perusahaan atau organisasi, karyawan dan masyarakat.

Menurut Mangkunegara (2007:2), mengatakan bahwa Manajemen Sumber

Daya Manusia merupakan suatu perencanan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan,

pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan

pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan

menurut Hasibuan (2009:10), mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya

(4)

agar efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat. Rivai (2009:1), Manajemen sumber daya

manausia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi

segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya

Manusia menempatkan tenaga kerja dalam organisasi tidak hanya sebagai alat

produksi, melainkan sebagai asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu

organisasi yang harus dikelola dengan pendekatan yang lebih manusiawi agar

dalam pencapaian tujuan tercipta hubungan yang saling menguntungkan baik

untuk organisasi maupun untuk karyawan itu sendiri.

2.3. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja menurut Mathias dan Jakson (2008) adalah kondisi yang

merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Individu yang sehat adalah individu yang bebas dari penyakit, cidera serta

masalah mental emosi yang bisa menggangu aktivitas. Adapun unsur

kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan

produktifitas.

2.3.1. Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan kesehatan kerja menurut Tarkawa (2008) yaitu :

2.3.1.1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja

setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di semua

(5)

2.3.1.2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan

oleh kondisi lingkungan kerja.

2.3.1.3. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang

ditimbulkan akibat pekerjaan.

2.3.1.4. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang

sesuai dengan kondisi fisik, tubuh, mental psikologis tenaga

kerja yang bersangkutan.

2.3.2. Indikator Kesehatan Kerja

Menurut Gary Dessler (2007) indikator kesehatan kerja terdiri dari:

2.3.2.1. Keadaan dan kondisi karyawan

Keadaaan dan kondisi karyawan adalah keadaan yang dialami

oleh karyawan pada saat bekerja yang mendukung aktifitas

dalam bekerja.

2.3.2.2. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari

tempat kerja yang mendukung aktivitas karyawan dalam

bekerja.

2.3.2.3. Perlindungan karyawan

Perlindungan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan

untuk menunjang kesejahteraan karyawan.

2.4. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja menurut Mondy (2008) adalah perlindungan karyawan

(6)

pekerjaan. Keselamatan kerja berkaitan juga dengan mesin, pesawat, alat

kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja

serta caracara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Dari tahun ke tahun

perkembangan industri, mekanisasi, dan modernisasi semakin pesat, maka

dengan sendirinya terjadi peningkatan intensitas kerja operasional. Akibat

dari hal tersebut muncul berbagai dampak, baik yang menyangkut adanya

kelelahan, kehilangan keseimbangan, kekurangan ketrampilan, dan latihan

kerja, kekurangan pengetahuan tentang sumber bahaya adalah sebagai bagian

dari sebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang akan

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara menyeluruh. Melalui

pemenuhan terhadap peraturan perundangan diharapkan akan dicapai

keamanan dan keselamatan kerja untuk memberikan jaminan rasa aman dan

tentram, meningkatkan kegairahan bekerja bagi para tenaga kerja guna

mempertinggi kualitas pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas

kerja perusahaan. Keselamatan kerja dimaksud adalah untuk memberikan

perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek-aspek

keselamatan, kesehatan, pemeliharan moral kerja, perlakuan sesuai martabat

manusia dan moral agama. Hal tersebut dimaksudkan agar para tenaga kerja

secara aman dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja

dan produktivitas kerja. Dengan demikian para tenaga kerja harus

memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan di dalam

(7)

2.5. Kompensasi

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang,

langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas

jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan 2008).

Mondy (2008) menyatakan bahwa kompensasi dipengeruhi oleh faktor

legal, serikat pekeja atau organisasi karyawan, kebijakkan dan kemampuan

perusahaan, produktivitas kerja karyawan, penawaran dan permintaan tenaga

kerja, biaya hidup, posisi jabatan karyawan, pendidikan dan pengalaman

karyawan, kondisi perekonomian nasional serta jenis dan sifat pekerjaan.

Mondy (2008) juga menjelaskan bahwa kompensasi terbagi menjadi

kompensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak langsung, yang

terdiri dari gaji, insentif, tunjangan dan fasilitas.

Menurut Tulus (2009) kompensasi atau balas jasa didefinisikan sebagai

pemberian penghargaan langsung maupun tidak langsung, financial maupun

non financial yang adil dan layak kepada karyawan atas sumbangan mereka

dalam pencapaian tujuan organisasi. Kompensasi merupakan sebuah

komponen penting dalam hubungannya dengan karyawan. Kompensasi

sangat dipenagruhi faktor internal dan eksternal perusahaan. Kompensasi

sangat dipengaruhi oleh tekanan-tekanan faktor-faktor pasar kerja, posisi

rebut tawar kolektif, peraturan pemerintah, filosofi manajemen puncak

tentang pemabayaran dan manfaat termasuk tentang kompensasi

(8)

Kompensasi menurut Davis dan Werther (2008) merupakan sesuatu yang

diterima karyawan sebagai penukar dari kontribusi jasa mereka pada

perusahaan. Jika dikelola dengan baik kompensasi membantu perusahaan

mencapai tujuan dan memperoleh, memelihara dan menjaga karyawan

dengan baik. Sebaliknya tanpa kompensasi yang cukup, karyawan yang ada

sangat mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan melakukan penempatan

kembali tidaklah mudah. Akibat dari ketidakpuasan dalam pembayaran bisa

jadi akan mengurangi kinerja, meningkatkan keluhan-keluhan, penyebab

mogok kerja, dan mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan psikologis,

seperti meningkatnya derajat ketidakhadiran dan perputaran karyawan,yang

pada gilirannya akan meningkatkan kesehatan jiwa karyawan yang parah.

Sebaliknya, jika terjadi kelebihan pembayaran, juga akan menyebabkan

perusahaan dan individual berkurang daya kompetisinya dan menyebabkan

kegelisahan, perasaan bersalah, dan suasana yang tidak nyaman dikalangan

karyawan.

Kompensasi merupakan faktor utama dalam kepegawaian. Kebijakan

kepegawaian banyak berhubunagn dengan pertimbangan untuk menentukan

kompensasi karyawan. Tingkat besar kecilnya kompensasi karyawan sangat

berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat jabatan, dana masa kerja

karyawan. Maka dari itu dalam menentukan kompensasi karyawan perlu

didasarkan pada penilaian prestos, kondisi pegawai, timgkat pendidikan,

(9)

Maka dari uraian diatas kesimpulan dari kompensasi ialah semua jenis

penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang diberikan kepada

karyawan secara layak dan adil atas jasa mereka dalam mencapai tujuan

perusahaan.

2.5.1. Jenis-Jenis Kompensasi

Kompensasi merupakan cara perusahaan untuk meningkatkan

kualitas karyawannya untuk pertumbuhan perusahaan. Setiap

perusahaan memiliki suatu sistem kompensasi yang berbeda-beda

sesuai dengan visi, misi dan tujuannya. Menurut Gugup Kismono

(2011) kompensasi dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu :

2.5.1.1. Kompensasi Finansial (Uang)

Kompensasi langsung berupa pembayaran upah (pembayaran

atas dasar jam kerja), gaji (pembayaran secara tetap/bulanan),

dan insentif atau bonus. Pemberian gaji tetap setiap bulannya

umunya didasarkan pada nilai pekerjaan yang diembanya.

Semakin tinggi nilai pekerjaan atau jabatannya akan semakin

tinggi pula gaji yang diterimanya tanpa mempertimbangkan

kinerja yang dihasilkan. Penentuan nilai sebuah pekerjaan

dilakukan melalui evaluasi pekerjaan. Sebaliknya

besar-kecilnya gaji insentif atau bonus dikaitkan dengan kinerja

seseorang atau kinerja organisasi. Jika seseorang

(10)

kerjanya, maka dia berhak mendapat insentif lebh besar

walaupun mereka mnenduduki jabatan yang sama.

2.5.1.2. Kompensasi pelengkap atau tidak langsung (benefits),

pemberian pelayan dan fasilitas kepada karyawan seperti

program beasiswa pendidikan, perumahan, program rekreasi,

libur, cuti, konseling financial, dan lain-lain.

2.5.1.3. Kompensasi Non Finansial (Non Uang)

Kepuasan dari pekerjaan itu sendiri, yaitu yakni tugas-tugas

yang menarik, tantangan, tanggung jawab, pengakuan, dan

rasa pencapaian. Kepuasan yang diperoleh dari lingkungan

kerja karyawan, yaitu kebijakan yang sehat, supervisi yang

kompeten, kerabat kerja yang menyenangkan, dan

lingkungan kerja yang nyaman.

2.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi

Menurut Hasibuan (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya kompensasi antara lain yaitu :

2.5.2.1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

2.5.2.2. Kemampuan kesedian perusahaan

2.5.2.3. Serikat buruh atau organisasi karyawan

2.5.2.4. Produktifitas kerja karyawan

2.5.2.5. Biaya hidup /cost of living 2.5.2.6. Posisi jabatan karyawan

(11)

2.5.2.8. Jenis dan sifat pekerjaan

Dari uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa penawaran dan

permintaan akan tenaga kerja mempemgaruhi program kompensasi,

dimana jika penawaran jumlah tenaga kerja langka gaji cenderung

tinggi, sebaliknya jika permintaan tenaga kerja yang berkurang/

kesempatan kerja menjadi langka, gaji cenderung rendah.

2.5.3. Proses Dalam Kebijakan Kompensasi

Menurut Gugup Kismono (2011) dalam melaksanakan kebijakan,

perlu dikaji adanya peraturan tentang kompensasi dengan maksud agar

dapat memberikan balas jasa kepada karyawan secara adil dan

terstruktur sehingga akan memperlancar administasi penggajian dan

untuk memotivasi karyawan supaya berprestasi. Berbagai peralatan,

sistem dan kebijaksanaan dapat digunakan untuk mempermudah proses

administrasi yang kompleks. Metode yang dapat digunakan adalah

sebagai berikut :

2.5.3.1. Analisi pekerjaan

2.5.3.2. Evaluasi pekerjaan

2.5.3.3. Survey pengupahan dan penggajian

2.5.3.4. Rencana-rencana kompensasi variable

2.5.3.5. Penilaian kinerja dan lain-lain.

2.5.4. Tujuan Kompensasi

Banyak kasus dimana sumber daya manusia (SDM) yang

(12)

kompensasi yang tidak menarik sehingga kompensasi bertujuan bukan

hanya untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas

tetapi juga untuk mempertahankan SDM yang berkualitas tersebut.

Tujuan pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2005) antara

lain yaitu :

2.5.4.1. Ikatan kerja sama

Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama

formal antara pemimpin dengan karyawan. Karyawan harus

mengerjakan tugas-tugasnya denga baik, sedangkan

pemimpin wajib membayar kompensasi sesuai dengan

perjanjian yang disepakati.

2.5.4.2. Kepuasan kerja

Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistik

sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

2.5.4.3. Pengadaan efektif

Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, maka

pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.

2.5.4.4. Stabilitas Karyawan

Dengan program kompensasi atau prinsip adil dan layak serta

eksternal konsistensi yang kompetatif maka stabilitas

(13)

2.5.4.5. Disiplin

Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin

karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta

menaati peraturan-peraturan yang berlaku.

2.5.4.6. Pengaruh serikat buruh

Dengan program kompensasi yang baik maka pengaruh

serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan

berkonsentrasi pada pekerjaanya.

2.5.4.7. Pengaruh Pemerintah

Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang

perburuan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka

intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

2.5.5. Indikator Kompensasi

Kompensasi adalah suatu bentuk pembayaran atau imbalan baik

langsung maupun tidak langsung yang diberikan perusahaan kepada

karyawan atas tenaga dan fikirannya. Adapun indikator kompensasi

yaitu:

2.5.5.1. Gaji adalah balas jasa yang diterima karyawan dalam bentuk

uang secara periodik berdasarkan pada standar yang telah

ditentukan perusahaan.

2.5.5.2. Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada

(14)

prestasi kerja yang melebihi standar dan alat untuk

memotivasi karyawan.

2.5.5.3. Proteksi adalah sistem pemberian kompensasi yang tidak

dalam bentuk imbalan, tapi dengan memberikan rasa aman,

baik dari sisi finansial, kesehatan, maupun keselamatan fisik

bagi karyawan seperti asuransi dan uang pensiun.

2.5.5.4. Kompensasi pelengkap adalah kompensasi yang secara tidak

langsung diberikan kepada karyawan dan tidak berkaitan

pekerjaan rutin yang biasa dilakukan pada saat jam kerja.

2.5.5.5. Fasilitas adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan

dalam bentuk material seperti rumah jabatan dan kendaraan.

2.6. Kinerja Karyawan

Setiap karyawan dalam organisasi dituntut untuk memberikan kontribusi

positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi bergantung

pada kinerja karyawannya. Kinerja adalah tingkat terhadap para karyawan

mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2008).

Menurut Desler (2007) Kinerja pegawai merupakan prestasi kerja, yakni

perbandingan antara hasil kerja yang dapat dilihat secara nyata dengan

standar kerja yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kemudian Robbins

(2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai pegawai dalam

pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan.

(15)

maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja, baik itu secara

kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai karyawan dalam menjalankan

tugas-tgasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan organisasi, dan

hasil kerjanya tersebut disesuaikan dengan hasil kerja yang diharapkan

organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kerja karyawan yang berlaku

di dalam organisasi.

Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut

dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individual maupun secara

kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja maka semakin baik pula

kinerja organisasi. Dengan demikian organisasi perlu menetapkan tujuan

kinerja pegawai.

Adapun tujuan kinerja karyawan menurut Basri (2008) :

2.6.1. Untuk perbaikan hasil kinerja karyawan baik secara kualitas ataupun

kuantitas.

2.6.2. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai

dalam memecahkan masalah yang kompleks, dengan serangkaian

aktifitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung

jawab yang diberikan organisasi.

2.6.3. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktifitas kerja

(16)

Kinerja karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor (Gibson,2007),antara

lain:

2.6.4. Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan (mental dan

fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga, dst), dan demografis

(umur, asal usul, dll).

2.6.5. Faktor organisasi, yaitu sumber daya kepemimpinan, imbalan

(kompensasi), struktur organisasi, dan diskripsi pekerjaan.

2.6.6. Faktor psikologis,yaitu persepsi, sikap, kepribadian, pola belajar dan

motivasi.

Dalam suatu organisasi, karyawan dituntut untuk mampu menunjukkan

kinerja yang produktif, untuk itu pegawai harus memiliki ciri individu yang

produktif.

2.6.1. Indikator Kinerja Karyawan

Adapun indikator dari kinerja pegawai menurut Bernadine (Dalam

Mas’ud, 2009) adalah sebagai berikut :

2.6.1.1. Kualitas

Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati

sempurna, dalam arti menyesuaiakan beberapa cara ideal dari

penampilan aktifitas ataupun memenuhi tujuan yang

diharapkan dari suatu aktifitas.

2.6.1.2. Kuantitas

Jumlah yang dihasilkan dalam istilah unit, jumlah siklus,

(17)

2.6.1.3. Efektifitas

Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi

dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntungan atau

mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan

sumber daya.

2.7.Kepuasan Kerja

Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan

yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap

individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan

keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.

Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap

berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan

merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu

aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lainnya.

Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap

pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja.

Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,

penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu

nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi

kerjanya dari pada tidak menyukainya. Perasaan-perasaan yang berhubungan

(18)

penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalaman-pengalaman kerja pada

waktu sekarang dan lampau dari pada harapan-harapan untuk masa depan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam

kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.

Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam

melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan

yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai

pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan

hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan

kerja serta kompensasi.

Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah

dari kepuasan kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat

pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Seorang individu akan merasa

puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang bersifat

pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian

atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dengan hasil keluarannya

(yang didapatnya). Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang

bersifat individual, setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda-beda dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan masing-masing individu. Menurut

Hasibuan (2007) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan

(19)

dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan

dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Menurut Handoko (2008) kepuasan

kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan. Kepuasan kerja

mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

2.7.1. Faktor-faktor mempengaruhi kepuasan kerja

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan menurut

Hasibuan (2007) yaitu :

2.7.1.1. Balas jasa yang adil dan layak.

2.7.1.2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian..

2.7.1.3. Berat ringannya pekerjaan.

2.7.1.4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

2.7.1.5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.

2.7.1.6. Sifat pimpinan dalam kepemimpinannya.

2.7.1.7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

2.7.2. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2008), kepuasan kerja

dapat diukur dengan indikator :

2.7.2.1. Kepuasan dengan gaji.

2.7.2.2. Kepuasan dengan kondisi kerja.

2.7.2.3. Kepuasan dengan rekan kerja.

(20)

2.8.Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya dan memperbanyak teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian

terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama

seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa

penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian

penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal

terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 2.1

Daftar tabel peneliti terdahulu

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian

Variabel Alat

Analisis

Hasil Penelitian

1. Rijuna Dewi

(2006) Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Ecogreen Medan Plant (X1) Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (X2) Kompensasi (Y) Kinerja Karyawan

Regresi Variabel

Keselamata n dan Kesehatan Kerja serta Kompensas i berpengaru h positif terhadap Kiberja Karyawan

2. Nia

Indriasari (2008) Pengaruh Kesehatan dan (X1) Keselamatan dan

Regresi Keselamata

(21)

Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Karyawan Bagian Produksi PT. Surabaya Agung Industri

Kesehatan Kerja

(Y)

Produktivitas Kerja

Karyawan

berpengaru h positif terhadap kinerja karyawan

Sumber : Data Sekunder, 2017

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rijuna Dewi (2006), dalam

judul "Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja

Karyawan Pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant" menunjukan

bahwa keselamatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja dengan nilai koefisiensi regresi sebesar (0,306) dan memiliki t hitung

sebesar (3,770) dengan tingkat signifikansi sebesar (0,001). Kemudian

penelitian yang kedua adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nia

Indriasari (2008) dengan judul ”Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan Pada Karyawan Bagian Produksi PT. Surabaya

Agung Industri Pulp & Kertas” menunjukan bahwa kesehatan kerja memiliki

pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisiensi regresi sebesar

(0,230) dan memiliki t hitung sebesar (2,382) dengan tingkat signifikansi

(22)

2.9.Model Pengembangan Teori Penelitian

Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada latar belakang masalah

dan juga dikembangkan dalam landasan teori, maka penulis menjabarkan

kerangka pikir yang kemudian akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini

dalam gambar 2.1 berikut:

H1

H3

H5 H4

H2

Gambar 2.1

Model pengembangan teori penelitian

2.10. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah tersebut dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.

(Sugiyono, 2015). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Diduga kesehatan dan keselamatan kerja (K3) berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Mitra Adiperkasa Tbk,

region Galleria Mall Yogyakarta. Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja (K-3)

(X1)

Kompensasi

(X2)

Kepuasan Kerja

(M)

Kinerja Karyawan

(23)

H2 : Diduga kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan PT. Mitra Adiperkasa Tbk, region Galleria Mall

Yogyakarta.

H3 : Diduga kesehatan dan keselamatan kerja (k3) berpengaruh tidak

langsung terhadap kinerja karyawan dikarenakan adanya variabel

kepuasan kerja pada PT. Mitra Adiperkasa Tbk, region Galleria

Mall Yogyakarta.

H4 : Diduga kompensasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja

karyawan dikarenakan adanya variabel kepuasan kerja pada PT.

Mitra Adiperkasa Tbk, region Galleria Mall Yogyakarta.

H5 : Diduga kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada PT. Mitra Adiperkasa Tbk, region Galleria Mall

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Model pengembangan teori penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Dalam pengertian sehari-hari istilah kebutuhan sering disamakan dengan keinginan. Seringkali terjadi seseorang mengatakan kebutuhan padahal sebetulnya yang dimaksud adalah

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product

tentang manfaat sekolah dengan minat belajar pada siswa kelas X SMK Abdi Negara Binjai. Hasil penelitian dilakukan menggunakan SPSS Version 20.0. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran karakter religius, bentuk-bentuk pembinaan karakter religius, faktor pendukung dan faktor peng- hambat pembinaan

Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk

Tidak dilakukan proses hardening sama sekali, dengan kata lain material berada dalam kondisi as anneal karena AISI 4140 bila sudah di (Hardening dan Tempering) disuplai dengan

Kemudian dilanjutkan dengan bab II yang membahas mengenai landasan teori terkait kajian penelitian yang dilakukan, yaitu: manajemen pemasaran pendidikan inklusif