• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. TINJAUAN PUSTAKA. memudahkan dalam identifikasi ilmiah, tanaman karet diklasifikasikan sebagai. : Spermathopyta (tumbuhan berbiji)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. TINJAUAN PUSTAKA. memudahkan dalam identifikasi ilmiah, tanaman karet diklasifikasikan sebagai. : Spermathopyta (tumbuhan berbiji)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

5

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi Tanaman Karet

Dalam ilmu tumbuhan atau botani, tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi ilmiah, tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom/philum : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermathopyta (tumbuhan berbiji) Sub divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

Secara morfologis, organ organ penting tanaman karet dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Akar

Tanaman karet memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan kekeringan dan tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horisontal yang cukup dalam (Cahyono, 2010). Akar merupakan bagian

(2)

6

penting tanaman yang biasanya terdapat di dalam tanah dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) (Ali, 2007).

2. Daun

Daun tanaman karet merupakan daun majemuk. Setiap daun mempunyai tiga helai anak daun yang tersusun menjari. Bentuk rangkaian anak daun pada tanaman muda adalah setengah lingkaran, busur, kerucut, dan kerucut terpotong, tergantung pada klonnya. Bentuk helaian daun elips, belah ketupat, dan oval dengan pinggiran daun rata, bergelombang, tergantung klonnya. Daun tanaman karet memiliki tangkai daun dan anak tangkai daun. Bentuk tangkai daun lurus, cembung, cekung, dan menyerupai huruf “S” dengan posisi tangkai daun mendatar (sudut 90°), terkulai (sudut tumpul), dan terjungkat (sudut runcing), tergantung pada klonnya

Bentuk kaki tangkai daun berlekuk, rata, dan cembung tergantung pada klonnya. Bentuk anak tangkai daun lurus, melengkung menyerupai kuku harimau dengan posisi anak tangkai daun lurus, terkulai, dan terjungkat, tergantung pada klonnya. Ukuran tangkai daun dan anak tangkai daun gemuk, sedang dan lurus, tergantung pada klonnya. Panjang tangkai daun dan anak tangkai daun juga beragam dari yang panjang sampai pendek, tergantung pada klonnya. Helaian daun berwarna hijau muda, hijau tua, dan hijau kekuningan, tergantung pada klonnya (Cahyono, 2010).

Bentuk helaian daun penampang memanjang yaitu lurus, cembung, dan agak cembung dan bentuk helaian daun penampang melintang yaitu lurus, berbentuk V, cembung dan cekung, tergantung pada klonnya. Letak helaian daun

(3)

7

dan posisi daun tengah yaitu terpisah, bersinggungan, dan saling tumpang tindih, tergantung pada klonnya (Cahyono, 2010).

3. Bunga

Bunga tanaman karet tergolong bunga berumah dua (monoecious) dan berbentuk bunga majemuk. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk tersebut, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan bunga dapat terjadi secara penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Penyerbukan silang dibantu oleh serangga. Bunga betina hanya mengandung putik (pistillum). Saja yang merupakan alat kelamin betina yang mempunyai bakal buah (ovarium) yang berisi bakal biji (ovulum) dan sel telur (ovum). Bunga jantan hanya mengandung benang sari (stamen) saja yang merupakan alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari (pollen) yang mengandung inti sperma untuk penyerbukan. Putik yang telah diserbuki benang sari, akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji.

Bunga karet akan muncul (tumbuh) dari ranting-ranting yang bersemi selesai gugur daun. Bunga tersusun (terangkai) dalam malai yang setiap malai atau tangkai bunga tersusun banyak bunga. Bunga itu disebut bunga majemuk. Bunga karet terdiri atas tangkai bunga, daun kelopak atau sepal berwarna hijau, daun mahkota berwarna putih kekuningan, benang sari, kepala putik, dan bakal buah. Bunga karet berukuran kecil dan berbentuk bintang (Cahyono, 2010) 4. Batang

Batang tanaman karet merupakan batang sejati. Batang tanaman karet berkayu yang cukup keras dan memiliki cabang-cabang atau ranting. Tanaman

(4)

8

karet dapat tumbuh mencapai 28 m atau lebih. Cabang-cabang batang tumbuh menyudut dan beranting banyak dengan daun – daun cukup lebat. Batang tanaman berukuran besar dengan lingkar batang dapat mencapai 120 cm. Kulit batang tanaman karet menempel kuat pada kayunya, berwarna coklat sampai coklat tua tergantung pada klonnya. Kulit bercorak memanjang teratur, terputus-putus tidak teratur, seperti jala, tergantung pada klonnya. Dan cukup tebal. Pertumbuhan batang lurus sampai jagur. Bentuk batang silindris, pipih lurus, pipih spiral dengan ketegakan batang tegak, lurus, bengkok, dan lengkung, tergantung pada klonnya (Cahyono, 2010).

Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting, batang mempunyai tugas :

a. Mendukung bagian – bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu daun, bunga, buah.

b. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian – bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian – bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungakan.

c. Jalan pengangkutan air dan zat – zat makanan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.

d. Menjadi tempat penimbunan zat – zat cadangan makanan.

e. Khusus pada tanaman karet, batang merupakan sumber produksi lateks (Ali, 2007).

(5)

9 5. Buah dan Biji

Buah karet yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi coklat sampai hitam apabila sudah matang. Buah karet tidak berdaging dan tidak berair. Buahnya berbentuk bulat segi tiga seperti belimbing, dan berukuran sebesar buah apel atau sebesar bola tenes, didalam buah terdapat tiga ruangan dan masing-masing ruangan berisi 1 butir biji. Proses pemangkasan buah berlangsung

selama 5,5 – 6 bulan sejak pembungaan. Buah karet berbiji dan jumlah bijinya 3 butir. Secara keseluruhan buah karet terdiri atas tangkai buah, kulit buah,

cangkang buah, dan biji (Cahyono, 2010).

Biji karet berukuran sebesar telur burung puyuh bentuknya bulat agak lonjong, berwarna coklat kehitaman, dan bersifat keras. Bobot biji karet berkisar antara 3,30 g – 4 g. Biji karet tersusun atas cangkang, kulit ari berwarna putih, daging biji berwarna putih susu, dan lembaga yang berwarna putih kekuningan. Biji karet bersifat monoembrional, yaitu biji hanya mengandung satu embrio. Biji yang bersifat monoembrional bila ditumbuhkan (disemaikan) hanya menghasilkan satu tanaman. Didalam perbanyakan tanaman (pembibitan), biji digunakan untuk bibit batang bawah (Cahyono, 2010)

B. Kesesuaian Lahan Tanaman Karet

Potensi lahan untuk pengembangan tanaman karet dapat ditentukan jika keadaan tanah ddan iklim diketahui terlebih dahulu. Kondisi tanah dan iklim tersebut dihubungkan terhadap sifat – sifat yang dikehendaki tanaman karet. Hubungan tersebut menghasilkan suatu sistem klasifikasi kesesuaian lahan, yang

(6)

10

tujuannya untuk menilai seberapa jauh tingkat kecocokan suatu lahan terhadap tanaman karet. Beikut adalah tabel kriteria kesesuaian lahan tanaman karet :

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Karet.

No Parameter Penilaian Parameter

Baik Sedang Buruk

1 Ketingian tempat 0-200 m 200-400 M > 400 m

2 Curah hujan 1500 – 3000

mm/ tahun > 3000 mm/ tahun

3 Jumlah bulan kering < 3 Bulan 3-4 Bulan > 5 Bulan

4 Kelembaban nisbi (RH) 70-80 % 80-90% > 90 %

5

Kecepatan angin* / dengan pendekatan pohon yang tumbang atau mengalami patah batang / cabang karena angin hingga umur 15 tahun** < 10 %** ≤ 30 km/ jam* 11-20 %** 30-50 km/jam > 20%** > 50 km/jam 6 Topografi (kemiringan) 0-10% 10-20% > 20% 7 Jeluk efektif > 100 cm 45-100 cm < 45 cm

8 Baruan di Permukaan dan di

Dalam Tanah 0-15% 15-40% > 40%

9 Drainase tanah Sedang Cepat, Lambat Sangat Cepat,

Sangat Lambat 10 Tekstur Lempung Berpasir, Liat Berpasir Lempung Berpasir, Liat (50-70%) Liat (> 70%), Pasir-Lembung Berpasir, Liat-Lempung Berliat. 11 Ph Tanah 4,3-5,0 5,0-6,5 < 4,3 > 6,5

Sumber: Pedoman Teknis Budidaya Karet (Good Agriculture Practices, 2006)

C. Anatomi Kulit

Seperti halnya dengan semua tumbuhan dicotyl jenis pohon, pada batang pohon karet dewasa bagian tengah batang dikelilingi oleh kulit kayu, kedua jaringan ini dipisahkan oleh lapisan tipis cambium vascular yang menghasilkan jaringan xylem pada bagian dalam dan jaringan phloem pada bagian luar.

Pada kulit kayu yang belum disadap atau kulit perawan lapisan – lapaisan konsentris dapat dengan mudah dibedakan. Kulit lembut yang terdekat dengan

(7)

11

kambium, pada pokoknya terdiri dari silinder – silinder konsentris pembuluh tapis dan parenchyma phloem berselang – seling dengan silinder – silinder laticifier yang lebih tipis. Yang disebut pertama berkenaan dengan pengangkutan dan penyimpanan asimilat yang berasal dari daun, yang disebut terakhir menyimpan latex yang mengandung karet. Jaringan – jaringan ini melintang secara horizontal di sela – sela pelat tipis bentangan medullar yang berasal dari cambium dan membentang secara radial melalui stele, dan perlahan – lahan keluar pada jaringan xylem dan plhoem yang lebih tua. Fungsi utamanya adalah pengangkutan radial bahan – bahan makanan hasil sintesa (Ali, 2007).

Gambar 1. Penampang Melintang Batang Karet

Sumber : Diktat Kuliah Botani Dan Morfologi Tanaman Karet. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, 2007.

.

Lapisan kedua, kulit kayu keras, juga mengandung pembuluh tapis dan laticifier, tetapi keduanya semakin tidak tersusun rapi dan nonfungsional dengan semakin jauhnya jarak dari cambium. Pada lapisan ini banyak sel parenchyma mengalami sclerifikasi untuk membentuk sel – sel batu keras. Lapisan paling luar, periderm, terdiri dari tutup eksternal berupa sel – sel gabus (phellum), di mana di bawahnya terdapat cambium gabus (phellogen) yang menghasilkan sel –

(8)

12

sel gabus di sisi luar dan phelloderm, jaringan yang mirip parenchyma cortical, pada sisi dalam.

Gambar 2. Lapisan Kulit Tanaman Karet

Sumber : Diktat Kuliah Botani Dan Morfologi Tanaman Karet. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Medan.

D. Pembuluh Lateks

Lateks yang diperoleh dengan cara penyadapan berasal dari pembuluh lateks yang terdapat didalam kulit batang tanaman karet. Oleh karena itu, anatomi kulit dalam hubungannya dengan pembuluh lateks perlu diketahui sebelum melakukan penyadapan (Keliat, 2013).

Pengamatan sepoton kayu tanaman karet di bawah mikroskop menunjukkan adanya pembagian yang jelas dari susunan anatominya. Dapat dilihat bahwa pembuluh lateks berada pada lapisan tertentu dengan kisaran kedalaman (dari lapisan kulit paling luar) 0,5 – 1,5 mm. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penyadapan yang dangkal (terbatas pada kulit terluar) hanya sedikit – bahkan tidak –mengeluarkan lateks, tetapi penyadapan yang terlalu dalam (sehingga melukai kambium) dapat merugikan bagi tanaman karet itu sendiri (Siregar, 1995).

(9)

13

Pembuluh lateks telah ada pada tanaman sejak awal pertumbuhan, yakni sejak masih dalam bentuk kecambah. Pada biji, pembuluh lateks terdapat pada kotiledon biji muda dan dalam integumen yang kemudian mengalami perkembangan karena integrasi sel-sel tertentu serta berdifusinya dinding sel selama proses pertumbuhan. Sel – sel pada pembuluh lateks bentuknya memanjang dan lebih sempit bila dibandingkan dengan sel – sel tetangganya pengamatan pada seluruh bagian tanaman menunjukkan bahwa sel – sel pembuluh lateks terdapat juga pada daun dan buah tetapi tidak terdapat pada ujung-ujung tunas embrio tanaman. Di dalam jaringan kulit batang, sel – sel pembuluh lateks membentuk kelompok yang berdifusi sehingga terbentuk pembuluh lateks yang memanjang ke arah vertikal batang. Pembuluh lateks yang membentuk kelompok itu dikenal dengan berkas pembuluh lateks (Siregar, 1995).

Pembuluh lateks di dalam berkas pembuluh lateks saling berhubungan, tetapi antar berkas pembuluh lateks tidak berhubungan. Karena itu penyadapan yang tinggi produksinya dapat ditempuh dengan melakukan penyadapan hingga berkas pembuluh lateksnya banyak terpotong atau terluka. Sampai dengan umur 15 tahun, tanaman karet mengalami pertumbuhan berkas pembuluh lateks yang linier. Artinya, berkas pembuluh lateks bertambah sesuai dengan pertambahan umur tanaman. Tetapi pola demikian tidak didapati lagi bila tanaman berumur lebih dari 15 tahun. Hal itu menjadi landasan yang kuat tentang dicapainya produksi maksimm tanaman karet pada saat tanaman berumur 15-17 tahun (Siregar, 1995).

(10)

14

Pembuluh lateks – yang terdapat di dalam berkas pembuluh lateks mempunyai ukuran tertentu sesuai dengan karakteristik klon. Secara umum, pembuluh lateks berukuran antara 21,6 - 29, 7 µ (mikron) (Siregar, 1995).

Di samping karakteristik klon, ukuran pembuluh lateks dari jumlahnya dipengaruhi oleh pertumbuhan. Umumnya klon yang lambat pertumbuhannya mengandung pembuluh lateks yang banyak tetapi dengan ukuran yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan klon yang pertumbuhannya cepat. Berkas pembuluh lateks membentuk sudut dari arah kiri bawah ke arah kanan atas (berpola spiral) sebesar 3,7° terhadap bidang vertikal batang. Karena itu, penyadapan dengan bentuk sudut 35° - 45° dari kiri atas ke arah kanan bawah menghasilkan bentuk sadapan yang paling banyak memotong atau melukai pembuluh lateks tanpa menimbulkan kerugian saat pengaliran lateks ke mangkuk penampang (Siregar, 1995).

E. Tekanan Turgor

Mengalirnya lateks setelah disadap diidentifikasi sebagai bukti adanya tekanan turgor pada berkas pembuluh lateks. Seperti diketahui tekanan turgor juga didapati pada tanaman lain, terutama penghasil bahan karet lainnya.

Turun naiknya tekanan turgor dipengaruhi oleh waktu (sepanjang hari), yang tentu saja berpengaruh terhadap pengaliran lateks. Tekanan turgor tertinggi adalah pada pukul 04.00 – 08.30 wib. Sejalan dengan waktu dan intensitas sinar matahari semakin tinggi, maka akan menyebabkan tekanan turgor semakin menurun, sehingga pengaliran lateks semakin sedikit (Siregar, 1995).

(11)

15 F. Komposisi Lateks

Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit tanaman karet. Kandungan kimia lateks dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Kandungan Kimia Lateks

No Fraksi Lateks Zat Yang Dikandung

1 Fraksi Karet (37%)

- Karet (Isoprene) - Protein

- Lipida - Ion Logam

2 Fraksi Frey Wyssling (1-3%)

- Karotenoida - Lipida - Air

- Karbohidrat & Inositol - Protein Dan Turunannya

3 Fraksi Serum (48%)

- Senyawa Nitrogen - Asam Nucleat &

Nucleosida - Senyawa Organik - Ion Organik & Logam - Lipida & Ion Logam

4 Fraksi Dasar (14%)

- Air

- Protein & Senyawa Nitrogen

- Karet & Karotenoida - Lipida & Ion Logam

Dengan cara sentrifugasi pada 50.000 g (gravitasi) selama 60 menit, lateks akan terpisah menjadi tiga bagian utama yaitu lapisan atas berupa partikel karet yang berwarna putih, lapisan tengah merupakan cairan bening yang dinamakan serum C (sitosol), dan endapan kuning pada dasar tabung disebut sebagai fraksi bawah yang terdiri dari partikel lutoid.

(12)

16

Gambar 3. Komposisi Lateks

Pada dasarnya lateks adalah suspensi koloidal dari air dan bahan – bahan kimia yang terdapat didalamnya. Bagian – bagian tersebut tidak larut sempurna, tetapi terpencar secara merata di dalam air. Partikel – koloid ini sangat kecil, sehingga bisa menembus jaringan. Sistem koloidal lateks sebenarnya bisa dipertahankan sampai 24 jam atau lebih karena bagian – bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan sejenis protein tipis yang memiliki kestabilan tersendiri jika kestabilan berkurang terjadilah prakoagolasi (Keliat, 2013).

G. Penyadapan Tanaman Karet

Penyadapan merupakan pemotongan pembuluh lateks dari arah kiri atas ke kanan bawah sehingga lateks keluar dari pemubuluh lateks yang kemudian ditampung pada mangkok lateks yang melekat pada batang karet.

Penyadapan tanaman karet bertujuan untuk mendapatkan produksi karet kering yang optimal dari setiap pohon yang disadap sesuai kapasitas produksi klonalnya. Apabila tidak didukung oleh kapasitas produksi tanaman yang memadai, perlakuan penyadapan yang berlebihan atau terlalu intensif tidak bermanfaat dalam abgribisnis tanaman karet. Produktivitas persiklus terkait

(13)

17

dengan norma penyadapan yang memerlukan kecermatan konsumsi kulit, kedalaman sadap, dan hasil kulit pulihan yang baik (Sumarmadji, 2009).

Sistem penyadapan hendaknya mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Oleh karena itu pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar (Balai Penelitian Sembawa, 2008).

1) Penentuan Matang Sadap a. Matang sadap pohon

Menurut balai penelitian sembawa 2008 : Tanaman karet sudah waktunya disadap apabila sudah mencapai matang sadap pohon, artinya tanaman sudah dapat diambil lateksnya tanpa menyebabakan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatannya. Tanaman yang sudah matang sadap pohon bila lilit batangnya telah mencapai 45 sentimeter pada ketinggian 100 sentimeter dari pertautan okulasi. Pada pertumbuhan normal kondisi ini akan tercapai pada umur 4 – 5 tahun. Ketebalan kulit sudah mencapai 6 – 8 mm (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2012). b. Matang sadap kebun

Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun. Kebun dikatakan telah matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang matang sadap pohon sudah mencapai 60 % atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, kondisi ini akan tercapai pada umur 4 – 5 tahun (Balai Penelitian Sembawa, 2008).

(14)

18 2) Persiapan Buka Sadap

a. Penandaan bidang sadap

Penandaan bidang sadap dilakukan pada kebun yang sudah mencapai matang sadap kebun dan hanya dilakukan pada tanaman – tanaman yang sudah matang sadap pohon. Yang harus ditetapkan dalam penandaan bidang sadap adalah : tinggi bukaan sadap, arah dan kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang.

1. Alat – alat

Alat – alat yang dibutuhkan dalam penandaan bidang sadap adalah mal sadap dan pisau mal. Mal sadap berupa sepotong kayu sepanjang 130 sentimeter yang pada ujungnya dilengkapi plat seng selebar 6 sentimeter dengan panjang 50 – 60 sentimeter; plat seng dipakukan pada ujung kayu dengan posisi membentuk sudut 120 – 135°. Pisau mal terbuat dari besi berujung runcing dan bertangkai yang digunakan untuk menoreh kulit pada bidang sadap (Balai Penelitian Sembawa, 2008).

2. Tinggi bukaan sadap

Tinggi bukaan sadap adalah 130 sentimeter di ukur dari pertautan okulasi pada bagian terendah alur sadap(Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2012).

3. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap

Irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari

(15)

19

kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut sebesar 3,7° dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah tegak lurus terhadap pembuluh lateks.

Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antara 30° - 40° terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan 45°.

Kemiringan irisan sadap selain berpengaruh pada jumlah pembuluh lateks yang terpotong, juga berpengaruh pada aliran lateks ke mangkuk sadap. Sudut kemiringan jangan terlampau datar karena akan menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan kering membeku sebelum sampai ke mangkuk atau menyimpang dari alur aliran lateks sehingga tidak masuk ke mangkuk (Balai Penelitian Sembawa, 2008).

4. Panjang irisan sadap

Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman, kesinambungan produksi dalam jangka panjang dan kesehatan tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah ½ S (irisan miring sepanjang ½ spiral).

5. Letak bidang sadap

Penentuan letak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapan cepat dan mudah dikontrol. Oleh karena itu, bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap

(16)

20

waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan pada arah Timur – Barat (pada jarak antar tanaman yang pendek) (Balai Penelitian Sembawa, 2008).

b. Pemasangan talang dan mangkuk sadap

Talang dan mangkuk sadap dipasang setelah penandaan bidang sadap selesai dan diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah.

Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 sentimeter dengan panjang kira – kira 8 sentimeter dan dipasang pada jarak 5 – 10 sentimeter dari ujung irisan sadap bagian bawah serta tepat di atas garis sandar depan yang juga berfungsi sebagai parit untuk aliran lateks. Pemasangan talang sadap dibagian ini bertujuan agar tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan dan lateks dapat mengalir dengan lancar serta tidak banyak meninggalkan getah bekuan pada batang.

Mangkuk sadap umumnya terbuat dari tanah liat, plastik atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 sentimeter – 20 sentimeter di bawah talang sadap, dengan tujuan supaya lateks dapat mengalir sampai ke mangkuk dengan baik. Sementara penyadap tidak mengalami kesulitan pada waktu pengumpulan lateks.

Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon. Tali cincin terbuat dari ijuk atau bahan lainnya, sedangkan cincin mangkuk terbuat dari kawat.

(17)

21 3) Pelaksanaan Penyadapan

a. Kedalaman irisan sadap

Pembulu lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian luar sampai bagian dalam kulit. Semakin ke dalam jumlah pembuluh lateks semakin banyak.

Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun. Oleh karena itu harus diusahakan agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik. Kerusakan kambium yang teletak di antara kulit dan kayu selama penyadapan harus dihindari. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 – 1,5 mm dari kambium.

Pengirisan kulit dilakukan dengan pisau sadap dan yang biasa digunakan adalah lapisan sadap tarik dan pisau sadap dorong. Pisau sadap tarik digunakan untuk melakukan penyadapan pada bidang sadap bawah (mulai dari ketinggian 130 sentimeter sampai ke kaki gajah), dengan arah sadapan kebawah. Pisau sadap dorong untuk penyadapan bidang sadap atas (mulai dari ketinggian 130 sentimeter ke atas), dengan arah sadapan ke atas.

Kedalaman penyadapan diukur dengan menggunakan Tab SP, sigmat atau paku yang dipipihkan. Sigmat harganya mahal dan agak sulit diperoleh, sehingga dianjurkan menggunakan paku yang dipipihkan, yang harganya murah dan bahkan dapat dibuat sendiri. Ujung paku yang dipipihkan mempunyai lekukan yang dalamnya pada satu sisi 1 mm dan pada sisi lainnya 1,5 mm sebagai penanda kedalaman sadap.

(18)

22 b. Ketebalan irisan sadap

Lateks akan mengalir dengan cepat pada awal sadap, dan semakin lama alirannya semakin lambat, hingga akhirnya berhenti sama sekali. Terhentinya aliran lateks disebabkan oleh tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan itu berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya. Irisan yang tipis pun telah cukup untuk membuang sumbatan itu. Ketebalan irisan yang dianjurkan adalah antara 1,5 – 2 mm setiap penyadapan, agar pohon dapat disadap selama 25 – 30 tahun.

c. Frekuensi penyadapan

Frekuensi atau kekerapan penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Panjang irisan ½ spiral ( ½ s ), frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas.

d. Waktu penyadapan

Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel, yang akan mencapai maksimum menjelang fajar,

(19)

23

kemudian menurun bila semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin antara pukul 05.00 – 07.30 WIB.

Syarat syarat penyadapan yang baik adalah sebagai berikut :

a. Dapat memberikan hasil karet kering yang tinggi baik per pohon maupun per hektar.

b. Hemat dalam penggunaan kulit.

c. Mudah dilaksanakan dan efisien tenaga serta biaya

d. Mempertimbangkan kesehatan tanaman dan stabilitas produktivitas dalam jangka panjang (Budiman, 2012).

H. Stimulant Flotex®

Bahan perangsang yang biasa dipakai untuk perangsangan dengan cara oles adalah stimulan berbahan aktif ethepon. Bahan aktif ini mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap kedalam pembuluh lateks. Di dalam pembuluh lateks gas tersebut menyerap air dari sel – sel yang ada di sekitarnya. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi dengan derasnya aliran lateks (Setiawan dan Agus, 2008).

Pemberian etefon dapat meningkatkan produksi terutama disebabkan pengaruhnya terhadap aliran dan regenerasi lateks. Etefon dapat meningkatkan kestabilan litoid sehingga indeks penyumbatan menurun, influks air, dan memperluas daerah aliran lateks (Junaidi dkk, 2014).

Flotex®, Ethrel, ELS, dan Cepha merupakan merek dagang stimulan yang berbahan aktif ethepon (2-chloroethyl-phosponic acid). berikut, cara pengaplikasian stimulansia dapat dibagi sebagai berikut:

(20)

24 1. Groove application

Aplikasi dilakukan dengan cara meneteskan atau melumaskan stimulan tepat di alur sadap namun sebelumnya scrap yang mengering terlebih dahulu ditarik.

2. Lace application

Aplikasi dilakukan dengan cara meneteskan atau melumaskan stimulan tepat di alur sadap namun scrap yang mengering tetap dibiarkan pada alur sadap. 3. Scraping Application

Aplikasi dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengeruk tipis kulit yang hendak disadap, selanjutnya stimulan dipulaskan pada kulit yang telah dikeruk tersebut (Siregar, 1995).

Untuk tanaman yang akan distimulan sebaiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tanaman tidak sedang terserang penyakit

b. Tanaman tidak mengalami kering alur sadap (KAS) c. Stimulan lateks maksimum digunakan selama 9 bulan

d. Stimulan lateks digunakan pada sistem sadap frekuensi rendah (d/3, d/4) e. Stimulan lateks tidak boleh digunakan ada sistem sadap frekuensi tinggi

(d/1, d/2)

f. Pemberian bahan stimulan lateks hanya diberikan pada kulit pulihan g. Jangan menggunakan bahan stimulan lateks pada saat terjadi musim gugur

(21)

25

h. Jangan menggunakan bahan stimulan lateks pada tanaman karet yang kerdil, tanaman dengan pertumbuhan kurang baik atau pada pemulihan kulit yang kurang baik (Tim Penulis Vademikum Karet, 2003, dalam Keliat, 2013).

Gambar

Tabel 1.  Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Karet.
Gambar 1.  Penampang Melintang Batang Karet
Gambar 2.  Lapisan Kulit Tanaman Karet
Tabel 2. Kandungan Kimia Lateks
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan pada kulit tanaman karet (havea barasiliensis) Secara umum, latek

Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 ... Rataan

Tanaman yang mengalami pengurasan secara intensif atau penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan terganggunya jaringan pembuluh lateks pada kulit untuk meregenerasi bahan

Setiap penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang karet (setelah melepas lateks yang menggumpal pada alur sadap/skrep) pada alur sadap yang telah ada serta

Seleksi genotipe dilakukan berdasarkan parameter potensi produksi (lateks dan kayu), pertumbuhan tanaman (lilit batang, ketebalan kulit), anatomi kulit (jumlah dan

berkesinambungan  dengan  memperhatikan  kesehatan  tanaman  (Setyamidjaja,

Batang gulma merupakan bagian yang penting pula dalam pertumbuhan- nya. Batang-batang ini terdapat di dalam tanah atau di atas tanah. Batang dalam tanah dapat berupa batang

Dari beberapa karakter yang diamati memperlihatkan bahwa genotipe G26 memiliki nilai heterosis pada karakter lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks,