• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK MEMPERPENDEK MASA NON PRODUKTIP PADA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK MEMPERPENDEK MASA NON PRODUKTIP PADA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK MEMPERPENDEK

MASA NON PRODUKTIP PADA TANAMAN KARET

(Hevea brassiliensis

) Try Koryati

Staf pengajar Kopertis Wil. I Dpk UNHAM Medan

ABSTRAK

Satu di antara beberapa masalah tanaman karet ialah lamanya umur non produktip yang sangat erat kaitannya dengan ukuran lilit batang. Berdasarkan kenyataan tersebut, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh IAA. Kinetin dan paklobutrazol yang diaplikasikan secara sendiri dan terkombinasi terhadap penekanan atau memperpendek umur non produktif pada tanaman karet.

Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Split Plot Design. Petak utama ialah paklobutrazol diaplikasikan melalui daun dan tanah. Anak petak adalah IAA dan kinetin yang diaplikasikan sendiri-sendiri dan terkombinasi, setiap perlakuan diulang empat kali.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi IAA, kinetin dan Paklobutrazol dapat meningkat pertambahan lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks. Sedangkan pertambahan tinggi tanaman dan luas perdaunan dihambat oleh perlakuan aplikasi paklobutrazol. Zat tumbuh IAA. Kinetin dan paklobutrazol yang diberikan nyata mempengaruhi pertambahan lilit batang. Pada aplikasi paklobutrazol melalui daun dengan aplikasi hormon IAA +kinetin merupakan perlakuan yang terbaik karena diperoleh pertambahan lilit batang terbesar.

Kata kunci: Paklobutrazol, IAA, Kinetin, lilit batang dan tanaman karet. PENDAHULUAN

Menurut beberapa peneliti, satu di antara beberapa masalah dari tanaman karet adalah lamanya umur nonproduktip atau tanaman belum menghasilkan (TBM) (Pakianatham, 1975, Siagian 1993). Lamanya umur memproduktip sangat erat kaitannya dengan ukuran lilit batang (Hamzah dan Gomez, 1982).

untuk memperpendek masa non produktip, maka pada saat sekarang terdapat kion-kion yang mencapai umur produktip (matang sadap) pada umur 4 tahun (Nasution dkk, 1992, Azwar dkk, 1995). Namun upaya tersebut pelu didukung oleh penelitian dasar yang meliputi penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) agar umur produktip dapat mencapai dibawah umur 4 tahun.

(2)

pembuluh dengan xilem dan floem terbuka (Barlow, 1978). Wilson (1970) menyatakan bahwa kegiatan kambium ini juga tergantung pada faktor dalam seperti zat tumbuh. Aloni (1987), dan Wattimena (1988) menyatakan bahwa IAA berperan pada pertumbuhan skunder termasuk pembelahan sel-sel didaerah di kambium dan pembentukan jaringan xilem dan floem. Pembelahan sel kambium selain dipengaruhi oleh Auksin juga oleh sitokinin (Davies, 1987). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu (Pakianathan, 1975) perlu didukung penelitian dasar tentang penggunaan paklobutrazol dengan tujuan untuk menekan biosintesis GA endogen dan efeknya pada pembesaran batang. Karena secara fisiologis paklobutrazol menghambat produksi gibberellin endogen, sehingga akan mengurangi laju pemanjangan tetapi pembentukan sesl-sel baru tetap (ICI, 1986, Davis, Seffens dan Sankla, 1988).

Target zat tumbuh dalam hal ini untuk memacu pertumbuhannya dengan lebih cepat sehingga masa non produktip menjadi lebih singkat.

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilaksanakan di PTP-Nusantara I kebun Karang Inong di Aceh Timur (selama ± 6 bulan). Bahan yang digunakan ialah klon PB 260 berumur ± 2 tahun, ZPT Paklobutrazol, IAA, Kinetin, Aguadeest, lanolin, formalin dll. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Split Plot design dengan Petak Utama pakrobutazol terdiri dari tiga taraf, yaitu P0 = kontrol, P1

= melalui tanah (2ml/pohon), P2 = malalui

daun (2 ml/pohon) dan sebagai anak petak adalah perlakuan I.A.A. dan kinetin terdiri dari 4 taraf, yaitu: A = kontrol, (B) I AA (500 ppm), C = kinetin (50 ppm) dan D = I AA + kinetin,

sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 4 ulangan. Sehingga diperoleh 48 unit percobaan dan setiap perlakuan terdapat 5 tanaman.

Plot percobaan dibuat pada arcal karet dengan mencari tanaman yang dianggap seragam, dilakukan pengamatan awal pada setiap perlakuan sesuai dengan pengamatan varibel respon. Aplikasi paklobutrazol melalui tanah diberikan hanya satu kali pada awal percobaan sedangkan aplikasi melalui daun diberikan 5 kali mulai awal percobaan dengan interval 14 hari. I AA dan kinetin yang diberikan sesuai dengan perlakuan dalam bentuk pasta dan dioles pada lingkaran kulit yang telah dikertas pasir sebesar 2,5 cm disekitar batang pada dua posisi untuk setiap tanaman dengan interval pemberian sebulan sekali selama 4 kali aplikasi.

Parameter yang diamati ialah pertambahan tinggi tanaman (m), pertambahan lilit batang (cm), pertambahan tebal kulit (mm), luas perdaun (cm), jumlah klorofil (buah/mm) dan pengamatan anatomi meliputi jumlah cincin pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman

Tabel I menyajikan hasil pengamatan rata-rata pertambahan tinggi tanaman. Hasil analisis ragam (Table Lampiran I) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan paklobutrazol sangat nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan hormon tidak nyata.

(3)

Tabel I Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman hingga 4,5 dan 6 BSP

Pertambahan Tinggi Tanaman (m) hingga BSP

Perlakuan 4,5 6

III-IV II-IV IV-V III-V II-V I-V

Paklobutrazol P0 = tanpa 0,575 a A 1,105 a b 0,435 a B 1,010 a A 1,480 a A 2,00 a A P1 = melalui tanah 0,322 b B 0,775 b A 0,280 b B 0,602 b B 1,055 b B 1,59 b B P2 = malalui daun 0,288 b B 0,845 ab A 0,195 b B 0,482 b B 1,040 b B 1,56 b B Hormon A = tanpa hormon 0,367 0,767 0,303 0,670 1,070 1,63 B = IAA 0,423 0960 0,267 0,690 1,227 1,69 C = Kinetin 0,443 0,963 0,293 0,737 1,257 1,79 D = IAA + Kinetin 0,347 0,863 0,350 0,697 1,213 1,77 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh hurup kecil (besar) pada kolom dan kelompok

perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% (1%) berdasarkan Uji Jarak Duncan.

Lilit Batang

Tabel lampiran I menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara paklobutrazol dengan hormon IAA dan Kinetin pada 6 BSP terhadap pertambahan lilit batang. Rata-rata pertambahan lilit batang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Lilit Batang hingga 3 dan 6 BSP Pertambahan Lilit Batang (cm) hingga BSP

Perlakuan 3 6

I-II II-III I-III

P0A 1,67 2,33 4,00 c C P0B 3,57 4,29 7,86 ab AB P0C 2,80 5,98 8,78 a AB P0D 3,65 4,99 8,64 a AB P1A 3,05 3,72 6,77 b B P1B 3,22 5,26 8,48 ab AB P1C 3,32 5,25 8,58 ab AB P1D 3,42 6,13 9,55 a A P2A 3,32 6,14 9,46 a A P2B 3,57 5,64 9,21 a A P2C 3,15 5,84 8,99 a AB P2D 3,67 6,37 10,04 a A Paklubutrozal P0 = Tanpa 2,922 b B 4,397 b B 7,320

(4)

Hormon

A = tanpa 2,680 b B 4,063 b B 6,743 B = IAA 3,453 a A 5,063 a A 8,517 C = Kinetin 3,090 ab AB 5,690 a A 8,783 D = IAA + Kinetin 3,580 a A 5,830 a A 9,410

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh hurup kecil (besar) pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% (1%) berdasarkan Uji Jarak Duncan.

Tabel Kulit, Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks

Tabel lampiran 1 menunjukkan bahwa perlakuan palobutrazol dan hormon hanya berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tebal kulit sedangkan terhadap jumlah dan diameter pembuluh lateks tidak nyata. Rata-rata pertambahan tebal kulit, jumlah dan diameter pembuluh lateks dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Tabel Kuliut Jumlah Pembuluh Lateks dan diameter Pembuluh Lateks hingga 6 BSP (I-II)

Pertambahan hingga 6 BSP

Perlakuan Tebal Kulit Jumlah Diameter (mm) Pembuluh Lateks Pembuluh Lateks Paklubutrozal P0 = tanpa paklo 0,705 b B 0,635 4,717 P1 = melalui tanah 0,873 b AB 0,937 5,140 P2 = melalui daun 1,080 a A 0,955 5,515 Hormon A = tanpa hormon 0,657 c C 0.850 5,593 B = IAA 0,807 bc BC 1,087 5,623 C = Kinetin 0,933 b AB 0,690 4,413 D = IAA + Kinetin 1,100 a A 0,813 5,167

Keterangan: Angka-angka yang dikuti oleh hurup kecil (besar) pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% (1%) berdasarkan Uji Jarak Duncan.

Luas Perdaun dan Jumlah Klorofil

Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan paklobutrazol dan hormon terdapat pengaruh interaksi terhadap luas daun pada 6 BSP, sedangkan terhadap jumlah kloropil semua perlakuan tidak nyata. Rata-rata luas perdaun dan jumlah kloropil dapat dilihat pada Tabel 4.

(5)

Tabel 4. Rata Luas Per Daun dan jumlah Kloropil pada Berbagai Aplikasi Paklobutrazol dan hormon 3 dan 6 BSP

Luas Per Daun (cm) Jumlah Kloropil Perlakuan (Buah/mm2) 3 BPS 6 BPS 6 BPS P0A 290,07 249,00 a A 61,58 P0B 234,92 148,62 Cd B 62,60 P0C 252,79 171,09 bc BC 61,30 P0D 269,96 205,15 b AB 62,43 P1A 271,26 161,45 cd BC 59,90 P1B 244,45 129,66 d C 62,33 P1C 250,40 145,33 d C 63,70 P1D 255.60 137,95 cd C 62,60 P2A 233,79 134,94 cd C 61,15 P2B 233,64 141,66 cd C 61,60 P2C 231,27 137,47 cd C 61,20 P2D 254,60 126,79 d C 59,88 Paklobutrazol P0 = tanpa paklobutrazol 264,18 193,46 61,98 P1 = melalui Tanah 255,43 143,53 62,13 P2 = melalui daun 238,32 135,21 60,96 Hormon A = tanpa hormon 265,04 a A 181,80 60,88 B = IAA 240,67 c B 139,98 62,18 C = Kinetin 244,82 bc AB 151,21 62,07 D = IAA + Kinetin 260,05 ab AB 156,63 61,64

Keterangan: Angka-angka yang dikuti oleh hurup kecil (besar) pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% (1%) berdasarkan Uji Jarak Duncan.

PEMBAHASAN

Pengaruh Aplikasi Paklobutrazol

Aplikasi paklobutrazol melalui daun (P2) dibanding melalui tanah (P1)

lebih kuat menghambat pertambahan tinggi tanaman, memperbesar pertambahan lilit batang, tebal kulit jumlah pembuluh lateks dan memperkecil luas perdaun tanaman karet semasa TBM. Hal ini mungkin disebabkan karena pergerakan paklobutrazol di dalam tanah rendah, tergantung kepada pergerakan air tanah dan koefisien absorbsi dari tipe tanah,

berhubungan dengan kandungan bahan organik tanah kandungan tanah liat dan kapasitas tukar kation, karena itu paklobutrazol secara relatif immobile (kurang aktif) di dalam tanah (Lever, 1986) Davis, dkk, 1988). Sedangkan paklobutrazol yang diberikan melalui daun tidak di translokasi kebatang atau akar sebagaimana dilaporkan dari penelitian (Wang, dkk 1989). Dengan demikian senyawa aktif yang ada didaun lebih cepat mencapai lokasi biosintesis GA yang terjadi pada daun muda sehingga efeknya lebih jelas terlihat (Sponsel, 1987; Salisbury dan Ross, 1992).

(6)

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pertambahan Lilit batang dan tebal kulit diikuti oleh peningkatan jumlah dan diameter pembuluh Lateks walaupun dari hasil analisis Statistik menunjukkan bahwa pertambahan tersebut tidak nyata (Tabel 3). Hal ini mungkin terjadi karena biosintesis GA yang dihambat oleh paklobutrazol tidak sampai menghambat sel-sel baru tetapi hanya perpanjang sel (ICI, 986; Wattimena, 1988). Hal ini sesuai dengan pendapat Gomez, dkk, (1972) dalam Webster dan Paardekopeer (1989) yang menyatakan bahwa pada masa pembibitan karet ketebalan kulit kayu dan jumlah pembuluh lateks menurun dengan bertambahnya tinggi dan rampingnya batang.

Pengaruh Aplikasi Hormon

Aplikasi hormon IAA + Kinetin (D) secara tercampur mempercepat pertambahan lilit batang dan tebal kulit dibandingkan dengan apliasi IAA dan Kinetin (C) sendiri-sendiri dan tanpa hormon (A). Hal ini diduga terjadi karena IAA dan Kinetin bail diaplikasi sendiri dan terkombinasi langsung diserap oleh batang, sehingga hormon ini dapat langsung mempengaruhi jaringan vaskuler karena Skoog,dkk. (1938) Wilkins, (1989) melaporkan bahwa jika ZPT diberikan, mereka biasanya mencapai jaringan vaskuler dan dapat didistribusikan dengan kecepatan 50 mm/jam atau lebih. Pembelahan sel di kambium diketahui selain dipengaruhi oleh Auksin juga membutuhkan sitokinin, karena fungsi utama sitokinin adalah memacu pembelahan sel (sitokinesis). (Salisbury dan Ross, 1992).

Selanjutnya untuk parameter luas perdaun terlihat bahwa tanaman

karet semasa TBM yang di aplikasikan dengan hormon IAA dan kinetin baik secara serentak atau sendiri-sendiri mengakibatkan luas perdaun mengecil dan hal ini terjadi karena hormon diaplikasi dibatang dan transport dari masing-masing hormon berbeda, dimana penyebaran IAA dalam tanaman terutama diatur oleh pengangkutan IAA secara polar (Devies, 1987, Salisbury dan Ross, 1992). Dengan demikian mungkin tidak ada IAA yang ditransport ke daun muda. Sedangkan hormon tersebut bekerja (berpengaruh) dibatang, sehingga fotosintat (sink) lebih kuat ke batang. Pada aplikasi kinetin, diduga hormon tersebut sampai pada daun muda tetapi efeknya kecil dan mungkin timbul secara tidak langsung melalui pengambilan metabolit dari organ lain. Selain itu Sitokinin mendorong pengangkutan molekul-molekul yang dapat larut dari bagian daun yang lebih tua dan bahkan dari daun tua kedaerah yang diberi perlakuan (Salisbury dan Ross, 1992).

Interaksi Hormon dengan Paklobutrazol

Interaksi antara IAA, Kinetin dengan paklobutrazol nyata mempengaruhi pertambahan lilit batang dan luas daun pada 6 BSP.

Dari hubungan di atas diketahui bahwa kombinasi antara paklobutrazol dengan hormon dapat dikatakan saling mendukung terhadap mengecilnya luas daun karena dengan aplikasi hormon, luas daun berkurang dan semakin mengecil bila tanaman mendapat aplikasi paklobutrazol dan hormon sdcara bersama. Sedangkan perlakuan paklobutrazol dan hormon saling mendukung terhadap pertambahan lilit batang sehingga lilit batang semakin besar. Karena

(7)

lamanya umur-umur non produktif (TBM). Sangat erat kaitannya dengan ukuran lilit sehingga semakin cepat pertambahan lilit batang maka tanaman semakin cepat menjadi produktif (TM). Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa dengan aplikasi paklobutrazol dengan IAA + Kinetin pada 6 BSP (Tabel Lampiran 2) terdapat pertambahan lilit batang terbesar pada perlakuan P2D,

sedangkan yang terendah pada perlakuan P0A. Jadi aplikasi

paklobutrazol melalui daun dengan IAA + Kinetin (P2D) diperkirakan dapat

mempersingkat umur non produktif karet semasa TBM menjadi di bawah 4 tahun (± 3,5 tahun) dan dapat pula menghemat biaya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan pertambahan lillit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks, menghambat pertambahan tinggi tanaman dan luas per daun. Perlakuan apliksi paklobutrazol melalui daun (P2) merupakan perlakuan yang

terbaik.

2. Aplikasi hormon menyebabkan meningkatnya pertambahan lilit batang, tebal kulit, jumlah dan diameter pembuluh lateks serta menghambat luas per daun. Perlakuan aplikasi campuran hormon IAA + Kinetin (D) merupakan perlakuan yang terbaik terhadap peningkatan parameter lilit batang dan tebal kulit.

3. Kombinasi perlakuan aplikasi paklobutrazol melalui daun dengan campuran hormon IAA + Kinetin (P2D) memberikan

pertambahan lilit batang yang terbesar dan merupakan kombinasi perlakuan terbaik untuk

pertumbuhan tanaman karet semasa TBM diikuti oleh P1D, P2A,

dan P2B.

Saran

1. Berdasar hasil penelitian ini untuk mempercepat matang sadap dapat dilakukan dengan pemberian paklobutrazol bersama hormon terutama pada

perlakuan P2D, P1D dan P2D atau

tanpa hormon tetapi aplikasi paklobutrazol melalui daun (P2).

2. Untuk memperoleh hasill yang lebih akurat, maka perlu dilanjutkan penelitian ini sampai tanaman matang sadap dan mengahasilkan lateks.

3. Untuk percobaan menggunakan paklobutrazol dan hormon perlu dicari konsentrasi yang optimum pada klon-klon anjuran yang lain. DAFTAR PUSTAKA

1. Aloni, R. 1978. The Induction of Vascular Tissue by Auxin In Peter J. Davies (ed). Plant Hormones and Their Role in plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publishers, Netherlands. Pp. 363-373.

2. Azwar, R; Aidi-Daslin, Syafar Ginting dan Sekar Woelan, 1995. Kinerja Klon Karet RRIC 200 di Berbagai Lokasi Sentra Produksi Karet. Warta Pusat Penelitian Karet, 14 (1): 27-33 3. Barlow, C. 1987. The Natural

Rubber Industry. Its Development Tecnology and Economy in Malaysia Kuala Lumpur. Oxford University Press, New York Melbourne. Pp. 112-117

4. Davies, P. J. 1987. The Plant Hormones. Their Nature, Occurrence and Fungtion. In Peter J. Davies (ed). Plant Hormones and Their Role in

(8)

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 2, Agustus 2004 31

Plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publisher, Netherlands. Pp. 4-7 5. Davis, T. D. G. L. Sffens and N.

Sankhla 1988 Trazol Plant Growth Regulator. Hort. Rev 10: 64-89

6. Hamzah, S. BTE and J. B. Gomez 1982. Some Stuctural Facors Affecting the Produvtivity of Hevea

7. ICI. 1986 Paclobutrazol Plant Growth Regulator for I runt Technical Data. Plant Protection Divition Surrey, England. 36 p. 8. Nasution U; Supriyanto dan Rasidin

Azwar. 1992 Penampilan Klm PB 260 dan PB 330 di perkebunan Karet Sumatera Utara. Lokakarya Nasional Pamuliaan Tanaman karet. Hal 1-13

9. Paardekooper, E.C. 1989. Exloitation of the Rubber Tree In C.C. Webster and W.J. Baukwill (eds). Rubber Longman Singapore Publisher (Pte) I.id. Singapure. Pp. 349-355

10.Pakianathan, S.W. 1975. Effects of Oxogenous and Endogenous Growth Regulation on Some Growth Processes in Hevea brasiliensis Proc. Of the International Rubb. Conf Rubb. Res. Inst.of Malaysia. 2; 109-137 11.Salisbury, F.B. dzan C.W. ross. 1992.

Plan Physiology. Fourth Edition. Diterrjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 dan 3. ITB Bandung hal. 105-110, 40-50, 71-77.

12.Siagiam, N. 1993. Penggunaan Batang Bawah yang juga untuk Mempersingkat Masa TBM dan

Meningkatkan Produksi Tanaman Karet. Warta Perkaretan, 12 (20;30-33.

13.Sponsel, V.M. 1978. Gibberellin Biosynthesis and metabolism. In Peter J. Davies (ed). Plant Hormones and Their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publisher. Netherland. Pp 54-55 14.Wang. C. Y. G.L. Seffens and M.

Faust. 1986. Effect of Palobutrazol on Accmulation of Carbohidrates in Apple Wood. Hort. Sci. 21 (6): 1419-1421.

15.Wettimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Institut Pertanian Bogor, Bogor: hal. 7-12, 16-18, 50-57, 125-130. 16.Webster, C.C. and C.C.

Paardekooper 1989. the Botany of The Rubber Tree, In C.C. Webster and. W.J. Baukwill (ed) Rubber. Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd, Singapore. Pp. 61-77.

17.Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi Tnaman. Terjemahan <ulyadi Sutedjo dan A.G. kartasapoetra. Bina Aksara, Jakarta hal. 30-52, 114-130, 199-202.

18.Wilson, B.F. 1970. the Growing Tree University of Massachusetts Press, The United States of America. Pp 95-120.

Gambar

Tabel lampiran I menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara paklobutrazol  dengan hormon IAA dan Kinetin pada 6 BSP terhadap pertambahan lilit batang
Tabel lampiran 1 menunjukkan bahwa perlakuan palobutrazol dan hormon hanya  berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tebal kulit sedangkan  terhadap jumlah dan diameter pembuluh lateks tidak nyata
Tabel 4.   Rata Luas Per Daun dan jumlah Kloropil pada Berbagai Aplikasi  Paklobutrazol dan hormon 3 dan 6 BSP

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran atau profil kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis mahasiswa calon guru matematika..

Berdasarkan rangkuman latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah platelet to lymphocyte ratio (PLR) yang tinggi merupakan prediktor

U ovom poglavlju bilo je postavljeno jedno otvoreno pitanje: „Prema vašim istraživanjima za izradu lokalne razvojne strategije, bilježite li porast stanovništva u vašem

Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus

[r]

Dari tradsi lisan pada waktu Pakata Pakata (Armada Laut Tobelo ) yang terkuat dan gagah perkasa itu menyerang Kerajaan Banggai dan pada saat itu rakyat telah siap

Menghindari masalah yang terlalu luas, maka penulis mencoba membatasi ruang ligkup penelitian “ Fungsi dan Peran Tjong A Fie Memorial Institute Dalam Perkembangan Budaya Cina Di

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah