• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Ayu Puspita Sari 1, Otang Kurniaman 2, Syahrilfuddin 3. Keyword : Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ), Legend Story

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Ayu Puspita Sari 1, Otang Kurniaman 2, Syahrilfuddin 3. Keyword : Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ), Legend Story"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

( CIRC )UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK CERITA LEGENDA SISWA KELAS V

SD NEGERI 102 PEKANBARU

Oleh

Ayu Puspita Sari1, Otang Kurniaman2, Syahrilfuddin3

Absract

This research has been did cause of reason that there are still many students who haven’t reach yet the total of analyses skill legend story with the number of students that haven’t competent yet is 13 students or 65% whereas students who are competent is only 7 students or 35%. The problem in this research is if assembling model of Cooperative Learning Type Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) is able to improve the skill of analyses legend story students class V SDN 102 Pekanbaru. This research method used research the class with using Cooperative Model CIRC at class V SDN 102 Pekanbaru with 20 students. This research has been did on September 2012. skill of analyses legend story gained from preliminary data on average is 58,2 with 35% or 7 students. After assembling cooperative learning model type Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ). The cycle I test I get average 68,6 or with 70% or 14 students. Cycle II test II increased became 81, 6 with competence 95% ( very well ) or 19 students. The result of this research is with using Cooperative Learning Type Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) can improve the skill analyses of legend story student class V SDN 102 Pekanbaru.

Keyword : Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ), Legend Story

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan membaca adalah kemampuan yang mempunyai pengaruh penting agar informasi yang kita baca dapat dipahami dan diterima sehingga kita mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi. Oleh karena itu, keterampilan membaca memiliki peranan serta pengaruh untuk proses perkembangan pengetahuan dari berbagai sumber informasi.

Berdasarkan pentingnya kemampuan menganalisis yang harus dimiliki oleh siswa. Maka guru bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru merasa perlu untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa khususnya dalam menganalisis unsur instrinsik cerita legenda sehingga siswa dapat menentukan atau menemukan tokoh, watak, serta amanat yang terdapat pada legenda yang telah dibaca.

1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805120688, Ayupuspitaessa@yahoo.com

2

Dosen pembimbing I, staf pengajar pendidikan program studi guru sekolah dasar.

Kurniaman.otang@yahoo.com

3

Dosen pembimbing II, staf pengajar pendidikan program studi guru sekolah dasar. No hp 085363550887

(2)

Kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda inilah yang kurang dimiliki oleh siswa, hal ini dapat terlihat pada hasil latihan yang diberikan oleh guru untuk menentukan tokoh, watak, latar serta amanat pada legenda yang diberikan. Siswa kurang tepat dalam menentukan hal tersebut atau kurang sesuai dengan cerita. Hal ini dapat terlihat dari banyak siswa yang tepat dalam menjawab hal yang diinginkan oleh guru, dari 20 siswa yang mampu menganalisis unsur instrinsik cerita legenda hanya berjumlah 7 siswa ( 35% ), sedangkan 13 siswa ( 65% ) belum mampu menganalisis unsur instrinsik cerita legenda yang baik. Kurangnya kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru ini disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan guru kurang memberikan motivasi belajar kepada siswa.

Permasalahan di atas menuntut peneliti untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih cocok bagi siswa sehingga siswa memperoleh kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda yang lebih baik. Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model CIRC untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda.

CIRC disebut model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara meyeluruh kemudian mengkomposisikan. Model CIRC merupakan sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk mengajarkan membaca dan menulis.

penerapan CIRC, siswa lebih bisa menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa merasa dibimbing untuk mempelajari materi membaca sehingga memiliki keinginan untuk mempelajarinya, dengan demikian kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda yang diinginkan dapat diperoleh dan dimiliki oleh siswa. Dari permasalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Compisition ( CIRC ) untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Unsur Instrinsik Cerita Legenda Siswa Kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ).

Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain bagi: 1. Siswa

a. Dapat memotivasi siswa untuk belajar.

b. Dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. 2. Guru

a. Dapat dijadikan salah satu masukan untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa

b. Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Sekolah

Meningkatkan prestasi sekolah dengan hasil belajar yang diperoleh oleh sekolah semakin baik khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

(3)

4. Peneliti

Diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran ini untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa pada materi pelajaran yang lainnya.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan – pertanyaan serta menyediakan bahan – bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah :

a. Saling ketergantungan positif, unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban keompok. Pertama kepada kelompok dan kedua kepada individu.

b. Tanggung jawab individual, pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.

c. Interaksi Promotif, unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

d. Keterampilan Sosial, untuk mengorganisasi kegiatan peserta didik agar tercapai tujuan.

e. Pemrosesan kelompok, mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi melalui urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.

Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase.

Tabel 1

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase – Fase Perilaku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2

Menyajikan Informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3

Mengorganisasi peserta didik kedalam tim – tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim – tim belajar selama peserta didik mengajarkan tugasnya Fase 5

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok – kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

(4)

Fase 6

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

( Agus Suprijono, 2011: 65 )

Cooperative Integrated Reading and Compotision ( CIRC ) dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara meyeluruh kemudian mengkomposisikannya. Model CIRC merupakan sebuah progran komprehensif atau luas dan lengkap untuk mengajarkan membaca dan menulis .

Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim – tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas, dalam CIRC siswa juga membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana masalah – masalah akan diatasi dan merangkup unsur – unsur utama dari cerita kepada satu sama yang lain, keduanya merupakan kegiatan – kegiatan yang ditemukan dalam meningkatkan keterampilan membaca. a. Langkah – langkah model Cooperative integrated reading and composition ( CIRC)

1. Membentuk kelompok yang beranggotakan empat orang secara heterogen. 2. Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberi tanggapan terhadap wacana/ kliping yang telah ditulis pada lembar kertas.

4. Membacakan hasil kelompok. 5. Guru membuat kesimpulan bersama. 6. Penutup ( Agus Suprijono, 2011:130)

Berdasarkan langkah – langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) di atas, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa kelas V SN Negeri 102 Pekanbaru.

Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis (Puji Santosa, 2008: 3.8 ). Aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.

Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan ( Tampubolon, 1987:228). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata – kata atau bahasa tulis. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata – kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi, berada pada pikiran pembaca.

Menurut Harimurti, membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar. Makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda – beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata – kata tersebut.

(5)

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar – benar terjadi ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat – sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler ( keduniawian), dan sering juga dipandang sebagai sejarah kolektif ( Sofyan: 2011 ).

a.Ciri – ciri legenda

Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1. Cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh – sungguh benar terjadi. 2. Bersifat sekuler ( keduniawian ), terjadinya pada masa yang belum begitu

lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama pada legenda adalah manusia.

3. Sejarah “ kolektif ”, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distrosi karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.

4. Bersifat migration yakni dapat berpindah – pindah sehingga dapat dikenal luas di daerah – daerah yang berbeda.

5. Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu ( Sofyan, 2011 ).

b. Jenis – jenis legenda

Legenda dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu 1. Legenda Keagamaan

Legenda keagamaan adalah legenda orang – orang yang dianggap suci atau saleh.

2. Legenda Alam Gaib

Legenda jenis ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar –benar terjadi dan pernah dialami seseorang.

3. Legenda Perseorangan

Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh – tokoh tertentu yang dianggap benar – benar terjadi.

4. Legenda Setempat

Legenda setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yaitu permukaan suatu tempat, berbukit – bukit, berjurang dan sebagainya ( Sofyan, 2011 ).

c. Unsur – Unsur Instrinsik Pada Cerita Legenda yang memjadi aspek penilaian antara lain :

1. Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa – peristiwa pada cerita. Pada umumnya, tokoh tersebut berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

2. Perwatakan

Penokohan atau perwatakan merupakan penyajian watak dan penciptaan citra tokoh dengan penggambaran ciri – ciri lahir sifat, serta sikap batin tokoh cerita. Dengan demikian, segala perbuatan tokoh cerita dapat dipertanggungjawabkan secara logis sesuai dengan pencitraan.

3. Latar/ setting

Latar dalam sebuah cerita adalah lingkungan atau tempat terjadinya peristiwa – peristiwa cerita. Segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang

(6)

berkaitan dengan waktu, ruang, serta suasana lingkungan terjadinya peristiwa akan membangun latar cerita.

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dapat ditentukan oleh pembaca, sesuai dengan yang telah dibacanya ( Eti, 2005 ).

II.METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) pada tanngal 24 September – 03 Oktober 2012. adapun subyek penenelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 13 perempuan dan 7 laki-laki.

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal – hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

a.Teknik Tes

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian instrument penelitian berupa tes objektif atau pilihan ganda yang berjumlah 15 soal. tes dilakukan setelah pembelajaran model CIRC diajarkan. Hasil kemamapuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa itulah yang akan dijadikan data dalam penelitian ini.

Teknik Analisis Data

Data analisis dalam penelitian ini adalah, 1) data hasil belajar, 2) data ketuntas belajar. Berikut ini akan penulis paparkan cara menganalisis masing – masing data

a. Ulangan Harian

Tingkat kemampuan membaca cerita legenda siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru dianalisis dengan cara memberikan skor pada setiap poin soal yang dijawab benar. Skor masing – masing pada setiap soal memiliki bobot nilai atau 1 point.

1. Ketuntasan Individu

Menentukan batas lulus proposif siswa ditetapkan berdasarkan kriteria (KKM) Pelajaran Bahasa Indonesia di SD 102 Pekanbaru.

Rumusnya adalah :

Ketuntasan Individu = Jumlah Jawaban Benar x 100 Jumlah Soal

2. Ketuntasan Klasikal

Kelas dikatakan tuntas jika 85% dari jumlah seluruh siswa mampu mencapai kriteria maksimum ( KKM ) 75% materi pembelajaran rumusnya adalah

Ketuntasan Klasikal = Jumlah Siswa yang Tuntas X 100 Jumlah Seluruh Siswa

(7)

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada setiap perencanaan siklus dalam setiap pertemuan yaitu menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) yang dikembangkan dari analisis kurikulum, silabus, RPP, lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil UH

a. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 24 September 2012, dengan jumlah semua siswa yang hadir sebanyak 20 orang siswa dengan materi Membaca cerita legenda berdasarkan RPP peremuan pertama siklus I. b. Tindakan kedua siklus I dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 September 2012

pada jam ke-4 dan ke-5 dari pukul 09.40 WIB sampai dengan pukul 11.05 WIB. Dengan materi pelajaran membaca cerita legenda.

c.Tindakan pertama siklus II dilakukan pada hari Senin tanggal 01 Oktober 2012 pada jam ke - 6 dan jam ke- 7 dari pukul 11.05 WIB sampai dengan pukul 12.25 WIB. Dengan materi pelajaran membaca cerita legenda.

d. Tindakan kedua siklus II dilakukan pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2012 pada jam ke-4 dan ke-5 dari pukul 09.40 WIB sampai dengan pukul 11.05 WIB. Dengan materi pelajaran menganalisis unsur instrinsik cerita legenda. Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Darri hasil observasi guru dapat merefleksikan diri dengan melihat observasi guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dari tahap observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisa, dari hasil observasi dapat diketahui kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda dengan menerapkan model pembelajaran Koooperatif Tipe CIRC pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru.

1. Hasil perbandingan aktivitas guru

Siklus I dalam pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan pertama berkategori baik, dengan jumlah 17 persentase 70,83. Pertemuan kedua berkategori baik dengan nilai 20 persentase 83,33.

Siklus II pertemuan pertama berkategori baik sekali dengan nilai 21 persentase 87,5. pada pertemuan kedua berkategori baik sekali dengan nilai 22 persentase 91,66, karena aktivitas guru telah mencapaikategori yangmemuaskan maka penelitian dinyatakan berhasil.

2. Hasil perbandingan aktivitas siswa

Pada siklus I pertemuan pertama berkategori cukup dengan jumlah 16 dengan persentase 66,66%, pada pertemuan kedua masih berkategori sama yaitu cukup dengan jumlah 17 dengan persentase 70,83%. Selanjutnya pada siklus II pertemuan keempat mengalami peningkatan bengan kategori baik dengan jumlah 19 persentase 79,2%, pada pertemuan kelima kategori masih sama yaitu berkategori baik namun persentase meningkat menjadi 83,33%. Dikarenakan telah mencapai 80% maka tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya

(8)

Tabel 2

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Instrinsik Cerita Legenda Data Awal, Siklus I dan Siklus II

Skor Kategori Data Awal P Siklus I UH I P Siklus II UH II 86 – 100 Baik Sekali 1 siswa ( 5% )

25 % 2 siswa ( 10% ) 25 % 8 siswa ( 40%) 71 – 85 Baik 1 siswa ( 5% ) 9 siswa ( 45% ) 11 siswa ( 55% ) 56 – 70 Cukup 5 siswa ( 25% ) 6 siswa ( 30% ) 1 siswa ( 5% ) 41 – 55 Kurang 11 siswa ( 55% ) 2 siswa ( 10% ) 0 siswa ( 0% ) ≤ 40 Kurang Sekali 2 siswa ( 10% ) 1 siswa ( 5% ) 0 siswa ( 0% )

Rata - rata 58,2 68,6 81,6

Kategori Cukup Cukup Baik

Siswa yang mampu 7 siswa ( 35% ) 14 siswa ( 70% ) 19 siswa( 95% ) Siswa yang tidak mampu 13 siswa ( 65% ) 6 siswa ( 30% ) 1 siswa ( 5% )

Jumlah Siswa 20 siswa 20 siswa 20 siswa

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru terus mengalami peningkatan yaitu dari rata – rata 58,2 pada data awal, terjadi peningkatan pada siklus I pertemuan ketiga ( ulangan siklus I ) menjadi 68,6 dengan persentase peningkatan 25%. Pertemuan pada UH I ini memiliki siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa, yang jika dibandingkan pada data awal siswa yang tuntas berjumlah 7 orang dan 13 siswa tidak tuntas. Hal ini disebabkan telah dilaksanakannya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading ang Composition ( CIRC ) dalam menganalisis unsur instrinsik cerita legenda yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga nilai kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa meningkat. Siklus II pertemuan kelima ( ulangan silkus II ) nilai rata – rata meningkat menjadi 81,6 dengan persentase peningkatan yaitu 25%. Jumlah siswa yang tuntas pada UH II meningkat yaitu menjadi 19 siswa dan yang tidak tuntas 1 siswa. Secara klasikal pada pertemuan ini siswa yang telas tuntas yaitu 95%.

Gambar 1

Grafik Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur InstrinsikCerita Legenda Untuk Data Awal, Siklus I dan Siklus II

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Data Awal Siklus I UH I Siklus II UH II

Jumlah Siswa Tidak Tuntas Tuntas Rerata

(9)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa kelas v SD Negeri 102 Pekanbaru. Hal ini dapat terlihat pada :

Data awal sebelum diterapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) rata – rata nilai siswa adalah 58,2. pada hasil UH I memperoleh nilai rata – rata yaitu 68,6 dan meningkat pada UH II yaitu nilai rata – rata siswa menjadi 81,6 .

Ketuntasan klasikal pada UH siklus I dengan nilai rata – rata 68,6 dengan ketuntasan klasikal 70% ( 14 siswa ). Siklus II UH II meningkat dengan nilai rata – rata siswa 81,6 mencapai ketuntasan klasikal 95% ( 19 siswa ).

Aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dengan persentase 70,83, pertemuan kedua dengan persentase 83,33. kemudian siklus II pertemuan pertama dengan persentase 87,5 dan pertemuan kedua dengan persentase 91,66. Aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dengan persentase 66,66. pertemuan keduan 70,83. kemudian siklus II pertemuan pertama dengan persentase 79,2 dan pertemuan kedua 83,33.

Pada setiap siklus, kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan penghargaan. Pada siklus I nilai tertinggi yaitu kelompok V yang mendapatkan tepuk tangan dari kelompok yang lain serta guru memberikan pujian kepada kelompok tersebut, kelompok yang lain juga diberi pujian oleh guru karena sudah bisa bekerjasama dengan baik. Pada siklus II kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi kelompok yang sama kelompok III dan V.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada materi menganalisis unsur instrinsik cerita legenda, sehingga meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda.

2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dapat menjadi salah satu pilihan dalam mengajarkan cara memahami cerita legenda melalui kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.

2. Bagi peneliti lanjutan, pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru, maka dapat dijadikan salah satu dasar untuk melakukan usaha peningkatan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita legenda siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ).

(10)

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, masukan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ,mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd.Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

2. Drs. Zairul Antosa, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

3. Drs. H. Lazim N,M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 4. Otang Kurniaman, M.Pd. Selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Drs. H. Syahrilfuddin, M.Si. selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau yang telah membekali ilmu kepada peneliti

7. Kepala SD Negeri 102 Pekanbaru Msriati, S.Pd yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini

8. Guru kelas V Badriati, S.Pd yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di kelas V.

9. Orang tua yang telah memberikan doa serta semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

10. Teman – teman yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada peneliti.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung : Yrama Widya.

Isjoni. 2009. Inovasi dalam Pembelajaran. Pekabaru : Cendikia Insani.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyasa,E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sinaga, Mangatur. Tt. Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Universitas Riau.

Slavin. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media

Suprijo, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tampubolon. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung : Angkasa

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta : Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Arthroscope juga dapat dilengkapi dengan alat untuk mengambil sample biopsy atau untuk memotong, membersihkan serta mengelurakan loose fragments dari jaringan, tulang,

[r]

Soporcoma: Soporcoma: reflek motoris terjadi hanya bila reflek motoris terjadi hanya bila dirangsang dengan rangsangan nyeriP. dirangsang dengan

Average total and medical costs increased and provider productivity decreased for both rural and urban cent- ers during each year of the study period, posing a two-edged challenge

 Kata- kata dirangkai dengan tepat untuk mendeskripsikan orang yang terkait dengan profesi, kebangsaan, ciri-ciri fisik, kualitas, dan aktifitasnya..  Kata-kata dirangkai

Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya kerajinan tekstil berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya..  Mengidentifikasi produk

Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Rehabilitasi Rumah Jabatan Walikota, maka sebagai kelanjutan proses, kami mengundang