B - 75
AKTIVITAS BAKTERI KITINOLITIK YANG DIISOLASI DARI TAMBAK UDANG
DI SITUBONDO
CHITINOLYTIC ACTIVITY ISOLATED FROM SHRIMP PONDS IN SITUBONDO
Yusak Yulianus Prabowo, Nuniek Herdyastuti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 e-mail: [email protected]
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas bakteri kitinolitik yang diisolasi
dari tambak udang di Situbondo. Bakteri kitinolitik berhasil diisolasi dengan menumbuhkan pada media yang mengandung kitin koloidal 1%. Diperoleh 40 isolat dari Situbondo (STB 1 - STB 40) dan 34 isolat menunjukkan aktivitas kitinase. Uji aktivitas kitinase didasarkan pada pelepasan N-asetil-glukosamin yang dikomplekskan dengan asam 3,5-dinitrosalisilat. Aktivitas kitinase tertinggi ditunjukkan oleh isolat STB 13 sebesar 0,3152 U/mL. Hasil uji morfologi serta fisiologi diduga bahwa isolat STB 13 merupakan Bacillus licheniformis.
Kata kunci: aktivitas kitinase, Bacillus licheniformis, bakteri kitinolitik, kitin koloidal.
Abstract. The aim of this research was to determine the activity of chitinolytic bacteria isolated from
shrimp ponds in Situbondo. Chitinolytic bacteria were isolated by growing in media containing 1% colloidal chitin. Obtained 40 isolates from Situbondo (STB 1 to STB 40) and 34 isolates yield the chitinase activity. Chitinase activity assay based on release of N-acetyl-glucosamine were complexed with 3,5-dinitrosalicylic acid. The highest chitinase activity were shown by isolates STB 13 were 0,3152 U/mL. Based on morphology and physiology test suspected that isolate STB 13 belonging to Bacillus licheniformis
Keyword: chitinase activity, Bacillus licheniformis, chitinolytic bacteria, colloidal chitin.
PENDAHULUAN
Bakteri kitinolitik adalah bakteri yang dapat menghasilkan enzim kitinase serta dapat mendegradasi kitin menjadi monomernya N-asetil-glukosamin. Bakteri kitinolitik dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
rizosfer, phyllosphere, tanah, atau dari lingkungan air seperti laut, danau dan tambak udang. Tidak hanya dari daerah mesofilik, bakteri kitinolitik dapat diisolasi dari daerah ekstrim, seperti dari sumber air panas, lumpur panas dan daerah panas bumi. Sampai saat ini, jumlah dan keanekaragaman bakteri kitinolitik belum banyak diketahui [1] [2].
Eksplorasi habitat bakteri kitinolitik diperlukan untuk mengetahui keberagaman bakteri kitinolitik yang dapat menghasilkan enzim kitinase dengan aktivitas tertinggi.
Dalam tambak udang, terdapat proses molting dari udang yang berlangsung secara berkala dan menghasilkan kitin [3]. Kitin dapat degradasi dengan cepat menjadi monomer N-asetil-glukosamin, hal tersebut di duga karena adanya aktivitas dari bakteri kitinolitik. Bakteri kitinolitik dapat diperoleh dengan cara ditumbuhkan pada media yang mengandung kitin. Adanya bakteri kitinolitik dapat dideteksi dengan zona bening di sekitar koloni di media padat yang mengandung kitin [4]. Beberapa bakteri memanfaatkan kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen [2].
Bakteri kitinolitik sangat menarik untuk diisolasi karena dapat menghasilkan enzim kitinase yang dapat mendegradasi senyawa kitin yang bersifat ramah lingkungan
B - 76
(biokompatibel) dan tidak beracun. Bakteri kitinolitik banyak digunakan di berbagai bidang yaitu sebagai biokontrol serangga dan jamur, pengendalian nyamuk dan pengolahan limbah kitin dari industri [5]. Senyawa hasil degradasi kitin atau disebut senyawa turunan kitin juga banyak digunakan di berbagai bidang. Di bidang farmasi monomer kitin N-asetil-glukosamin digunakan sebagai suplemen dan obat-obatan untuk mengontrol kadar gula darah, serta dalam bidang kosmetik N-asetil-glukosamin digunakan untuk mengurangi aktivitas dari enzim tirosinase yang memproduksi melanin [2].
BAHAN DAN METODE Alat
Mikropipet, sentrifus (eppendorf 5810 R), shaker, laminar air flow, UV-Vis (Shimadzu 1800), autoklaf (Hirayama), dan peralatan gelas.
Bahan
Yeast extract (difco), bacto tripton (difco), agar, NaCl, cangkang udang, HCl p.a (Sigma), NaOH, Natriumkaliumtartrat, asam 3,5-dinitrosalisilat (sigma), air bebas ion, NaH2PO4, Na2HPO4, N-acetyl-glucosamine
(sigma).
Prosedur Penelitian
Isolasi Kitin dari Cangkang Udang
Terdapat dua tahapan untuk isolasi kitin dari cangkang udang meliputi deproteinasi dengan larutan NaOH kemudian demineralisasi dengan menggunakan asam klorida [6]
Substrat Kitin Koloidal
Kitin koloidal dibuat dari kitin yang dilarutkan dengan HCl pekat dengan menggunakan metode Hsu dan Lockwood [7] Isolasi Bakteri dari Tambak Udang
Sampel air dari tambak udang yang diambil secara acak kemudian di campur sampai homogen. Sebanyak 100 µL sampel air
di tumbuhkan pada media padat Luria Bertani kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang untuk mendapatkan kultur campuran. Seleksi Bakteri Penghasil Kitinase dari Tambak Udang
Setiap koloni tunggal ditumbuhkan pada media cair yang mengandung kitin koloidal 1% kemudian di shaker pada kecepatan 150 rpm selama 20 jam pada suhu ruang. Kultur dipanen dengan cara disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit pada suhu 4oC. Supernatan yang diperoleh ditentukan aktivitasnya dengan menggunakan metode kolorimetri. Pembentukan zona bening dapat dideteksi dengan menumbuhkan koloni tunggal pada media padat yang mengandung kitin koloidal 0,3%
Uji Aktivitas Kitinase
Aktivitas kitinase ditentukan berdasarkan jumlah N-asetil-glukosamin yang dilepaskan kemudian dikomplekskan dengan reagen asam 3,5-dinitrosalisilat [8]. Sebanyak 2 mL larutan kitin 1% (m/v) yang dilarutkan dalam buffer fosfat 0,2M ditambahkan dengan larutan enzim 0,5 mL, lalu diinkubasi selama 2 jam. Setelah diinkubasi selama 2 jam, kemudian ditempatkan pada air mendidih selama 5 menit lalu didinginkan pada suhu ruang. Suspensi tersebut disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Sebanyak 1 mL supernatan yang diperoleh ditambahkan dengan 2 mL air bebas ion dan 1,5 mL reagen pewarna yang terdiri dari 5,3 M natrium kalium tartrat dan 96mM asam 3,5-dinitrosalisilat. Kemudian diinkubasi selama 5 menit pada air mendidih lalu didinginkan pada suhu ruang untuk kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
HASIL DAN DISKUSI
Isolasi Bakteri dari Tambak Udang
Pada penelitian ini digunakan sampel air yang diambil dari tambak udang di Situbondo dimana sampel air tersebut memiliki pH 7
B - 77 0 ,2 2 5 3 0 ,1 90 9 0,2 9 49 0 ,2 6 75 0, 25 58 0 ,2 6 60 0, 2 0 2 6 0 ,1 2 3 6 0 ,0 7 8 2 0,15 57 0 ,1 1 2 6 0,0000 0,0500 0,1000 0,1500 0,2000 0,2500 0,3000 0,3500 ST B 1 4 ST B 1 5 ST B 1 6 ST B 1 7 ST B 1 8 ST B 1 9 ST B 2 0 ST B 2 1 ST B 2 2 ST B 2 4 ST B 2 6 Ak ti vi ta s K it in as e U /m L Isolat 0 ,2 1 6 7 0 ,1 9 1 6 0 ,2 4 1 7 0 ,2 0 1 0 0 ,2 1 6 7 0 ,2 0 0 3 0 ,0 8 2 1 0 ,1 0 1 7 0 ,0 6 1 8 0 ,0 7 6 7 0 ,1 2 8 3 0 ,2 5 2 7 0,0000 0,0500 0,1000 0,1500 0,2000 0,2500 0,3000 ST B 2 7 ST B 2 8 ST B 2 9 ST B 3 0 ST B 3 1 ST B 3 2 ST B 3 4 ST B 3 6 ST B 3 7 ST B 3 8 ST B 3 9 ST B 4 0 Ak ti vi ta s K it in a se U /m L Isolat dengan suhu 32oC. Diperoleh 40 isolat yang
berhasil dipisahkan dari tambak udang tersebut yang diberi nama dengan STB 1 sampai dengan STB 40.
Uji Aktivitas Kitinase
Semua isolat yang diperoleh ditentukan aktivitas kitinasenya dengan menumbuhkan pada media yang mengandung kitin koloidal 1%. Kitin koloidal akan bertindak sebagai induser gen kitinase pada bakteri sehingga gen tersebut dapat terekspresi [9]. Metode konvensional yang menggunakan kitin koloidal sebagai substrat ditemukan sangat efektif untuk menentukan aktivitas kitinase.
Aphamocladium album dapat memproduksi 9 jenis kitinase saat ditumbuhkan dalam kitin koloidal, tetapi ketika dalam serbuk kitin hanya menghasilkan 3 jenis kitinase, hal tersebut di duga karena konformasi serta
cross-linking pada polisakarida berbeda dengan kitin koloidal dalam media pertumbuhannya [1][2].
Hasil uji aktivitas bakteri kitinolitik yang di isolasi dari tambak udang Situbondo seperti tampak pada Gambar 1 sampai 3. Dari 40 isolat yang berhasil dipisahkan, hanya 34 isolat yang dapat tumbuh dalam media
screening. Hal tersebut di duga karena isolat tersebut tidak memiliki aktivitas kitinase atau aktivitas kitinasenya sangat kecil.
Gambar 1. Aktivitas Kitinase Isolat STB 1 – STB 13
Gambar 2. Aktivitas Kitinase Isolat STB 14 – STB 26
Gambar 3. Aktivitas Kitinase Isolat STB 27 – STB 40
Gambar 1 sampai dengan 3 menunjukkan aktivitas 34 isolat bakteri yang di isolasi dari tambak udang Situbondo. Aktivitas kitinase dari 34 isolat berkisar antara 0,0782 U/mL sampai dengan 0,3152 U/mL. Isolat STB 13 menunjukkan nilai aktivitas kitinase yang tertinggi dibandingkan isolat lainnya yaitu sebesar 0,3152 U/mL. Nilai aktivitas kitinase isolat STB 13 tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan aktivitas
Psedomonas psedomalei LA21 yang di isolasi dari tambak udang di Lamongan yakni sebesar 0,731 U/mL [10], tetapi lebih besar nilainya bila dibandingkan dengan Stenotrophomonas sp. B2-4 yang di isolasi dari air tanah di Ds, Penajakan Kab. Pasuruan dengan aktivitas
0 ,2 5 1 1 0 ,3 1 2 1 0 ,2 6 6 7 0 ,1 1 0 3 0 ,1 3 2 2 0 ,3 0 5 1 0 ,1 0 0 9 0 ,0 8 7 6 0 ,2 9 2 6 0 ,3 1 2 9 0 ,3 1 5 2 0,0000 0,0500 0,1000 0,1500 0,2000 0,2500 0,3000 0,3500 ST B 1 ST B 2 ST B 3 ST B 4 ST B 5 ST B 7 ST B 9 ST B 1 0 ST B 1 1 ST B 1 2 ST B 1 3 Ak ti vi ta s K it in a se U /m L Isolat
B - 78
Clear
Zone
4,8.10-3 U/ml [11], dan Enterobacter sp. G-1 yang di isolasi dari perairan di kota Matsue, Jepang dengan aktivitas 0,039 U/mL [12].Sebagian besar mikroorganisme tanah dan peairan adalah pendegradasi kitin yang unggul dan beberapa mikroorganisme dapat memanfaatkan kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen [2]. kitin akan didegradasi sempurna menjadi monomernya N-asetil-glukosamin oleh enzim kitinase melalui tahapan yang berurutan yang melibatkan enzim endokitinase, eksokitinase dan N-asetil-glukosaminidase. Pertama, hidrolisis terjadi pada ikatan β-1,4 glikosidik yang dilakukan oleh endokitinase menghasilkan oligomer pendek N-asetil-glukosamin. Kemudian eksokitinase akan memotong oligomer kitin hanya dari ujung non reduksi menghasilkan dimmer N-asetil-glukosamin. N-asetil-glukosaminidase akan meghidrolisis dimmer N-asetil-glukosamin menghasilkan monomer N-asetil-glukosamin [13].
Gambar 4. Isolat STB 12 Menunjukkan
Clear Zone
Berdasarkan Gambar 4 bakteri yang menunjukkan aktivitas kitinolitik menghasilkan zona bening (clear zone). Zona bening yang timbul di sekitar koloni dikarenakan enzim kitinase yang dihasilkan dari bakteri kitinolitik tersebut telah mampu mendegradasi substrat kitin yang terdapat pada media agar.
Hasil uji morfologi isolat STB 13 menunjukkan bahwa isolat tersebut memiliki bentuk sel batang dan tergolong ke dalam bakteri Gram positif. Pengamatan bentuk koloni terhadap isolat STB 13 diperoleh bahwa
isolat tersebut berwarna putih, berbentuk bulat, elevasi datar, tepi rata, dengan permukaan lembut (smooth). Hasil uji fisiologi (biokimia) isolat STB 13 seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Biokimia
Uji biokimia STB 13 Lysine - Ornithine - H2S - Glukosa - Manitol - Xylosa + ONPG ( o-nitro-phenyl-β-galactopyranoside) + Indol - Urease - Voges-Proskaeur - Sitrat - TDA (Tryptophan deaminase) - Gelatin + Malonat - Inositol - Sorbitol - Rhamnosa - Sukrosa - Laktosa - Arabinosa + Aldonitol - Raffinosa - Salisin - Arginin -
Hasil uji morfologi dan fisiologi yang telah dilakukan kemudian dicocokan dalam daftar
Bergey’s manual schematic of determination
untuk menduga spesies dari isolat yang telah di uji tersebut. Dapat di duga dari hasil uji morfologi serta fisiologi (biokimia) bahwa isolat STB 13 tergolong ke dalam Bacillus licheniformis
KESIMPULAN
Isolasi bakteri dari tambak udang di Situbondo telah berhasil dilakukan, diperoleh 40 isolat yang berhasil dipisahkan yang di beri nama dengan STB 1 sampai dengan STB 40. Sebanyak 34 isolat menunjukkan aktivitas kitinolitik. Isolat STB 13 menunjukkan
B - 79 aktivitas kitinolitik tertinggi dengan aktivitasnya sebesar 0,3152 U/mL. Uji morfologi dan fisiologi (biokimia) yang dilakukan pada isolat STB 13 di duga isolat tersebut merupakan Bacillus licheniformis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Herdyastuti N, Raharjo TJ, Mudasir, Matsjeh S. 2009. Chitinase and Chitinolytic Microorganism:Isolation, Characterization and Potential. Indo. J. Chem. Vol 9. No 1. 37-47
2. Haliza W dan Suhartono MT. 2012. Karakteristik Kitinase dari Mikrobia.
Buletin Teknologi Pascananen Pertanian
Vol 8 . No 1. 1-14
3. Muzzarelli RAA. New Aspects of Chitin Chemistry and Enzymology. In Binomium Chitin-Chitinase: Recent Issues. Musumeci S and Paoleti MG (Ed). New York: Nova Science Publishers, Inc. page 2.
4. O’Brien, M. and Colwell, M. M. 1987. A Rapid Test for Chitinase Activity That Uses 4-Methylumbelliferyl-N-Acetyl- -D-Glucosaminide. Applied and Environmental Microbiology. Vol 53, No. 7. 1718-1720. 5. Patil R.S., Ghormade V dan Deshpande,
M.V. 2000. Chitinolytic enzymes: an exploration. Enzyme and Microbial Technology. 26. 473–483.
6. Acosta N, Jimenez C, Borau V and Heras A. 1993. Extraction and Characterization of Chitin from Crustaceans. Biomass and Bioenergy. Vol 5. No 2. 145-153
7. Hsu, S.C. dan Lockwood, J.L. 1975. Powdered Chitin Agar as a Selective Medium for Enumeration of Actinomycetes
in Water and Soil. American Society for Microbiology. Vol. 29, No. 3. 422-426. 8. Monreal, J., and Reese, E.T. 1969. The
Chitinase of Serratia marcescens. Canadian Journal of Microbiology.
15:689-696.
9. Tsujibo H, Kondo N, Tanaka K, Miyamoto K, Bao N, and Imamori Y, 1999, Molecular Analysis of The Gene Encoding a Novel Transglycosylative Enzyme from
Alteromonas sp. Strain 0-7 & Its Physiological Role in The Chitinolitic System, J. Bacteriol, Vol 81. 5461-5466. 10. Fauziah and Herdyastuti N. Uji Aktivitas
Bakteri Kitinolitik dari Tambak Udang di Lamongan dan Sidoarjo. Unesa Journal Of Chemistry. Vol.2, No. 1. 36-39.
11. Soeka, YS, and Sulistiani. 2011. Seleksi, Karakterisasi, dan Identifikasi Bakteri Penghasil Kitinase yang Diisolasi dari Gunung Bromo Jawa Timur. Jurnal Natur Indonesia. 13(2). 155-161
12. Mahata, M., Dharma A., Ryanto, I, and Rizal Y. 2008. Characterization of Extracellular Chitinase from Bacterial Isolate 99 and Enterobacter sp. G-1 from Matsue City, Japan. Microbiology Indonesia. Vol. 2, No. 1. 34-38
13. Nielsen, M.N. dan Sorensen, J. 1999. Chitinolytic activity of Pseudomonas Fluorescens isolates from barley and sugar beet rhizosphere. FEMS Microbiology Ecology. 30. 217-227.