• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVENT STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVENT STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN

EVENT STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET

INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN

SAHAM LQ 45

DI BURSA EFEK JAKARTA

Oleh :

Drs. Gunistiyo, M.Si.

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

JULI, 2007

(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

1.

Judul Penelitian : Event Studi Dampak Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu Terhadap Return Saham LQ-45 di Bursa Efek Jakarta

2. Bidang Ilmu Penelitian : Ekonomi 3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drs. Gunistiyo, M.Si. b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 131689622

d. Pangkat/Golongan : Pembina/IVa

e. Jabatan :

-f. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen 4. Lokasi Penelitian : Kota Tegal

5. Waktu Penelitian : 6 Bulan

6. Biaya : Rp

7.500.000,-Tegal, Juli 2007 Mengetahui:

Kepala Litbang Peneliti,

Universitas Pancasakti Tegal,

Siswanto, S.H., M.H. Drs. Gunistiyo, M.Si

(3)

ABSTRAK

EVENT STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45

DI BURSA EFEK JAKARTA

Studi ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan abnormal return saham dari perusahaan industri perbankan yang listing di Bursa Efek Jakarta antara sebelum dan sesudah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu.

Data-data yang digunakan pada penelitian ini bersifat data sekunder, dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data-data harga penutupan harian, indeks pasar (IHSG) harian diperoleh dari data base BEJ yang diakses melalui internet. Periode pengamatan dalam penelitian ini menggunakan suatu periode peristiwa (event period) yang sering juga disebut periode jendela

(event windows). Analisis data dilakukan dengantechnical analysis, yang meliputi

analisis reaksi pasar, analisis koreksi beta dan uji beda rata-rata.

Hasil studi menunjukkan bahwa reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu ditanggapi secara positif oleh pasar, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan indeks harga saham gabungan, akan tetapi reaksi yang terjadi tidak besar, sehingga reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu tidak mengakibatkan perubahan return saham pada perusahaan yang masuk dalam LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ini mengakibatkan tidak adanya perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah reshuffle kabinet Indonesia Bersatu. Ini berarti juga bahwa reaksi investor terhadap reshuffle kabinet Indonesia Bersatu biasa saja.

Implikasi dari penelitian ini adalah Adanya pertistiwa politik seperti reshuffle kabinet perlu diantisipasi oleh investor, hal ini karena reshuffle kabinet mengakibatkan reaksi positif pada indeks harga saham gabungan. Meskipun reaksinya tidak nyata, tetapi peristiwa yang terkait dalam bidang perekonomian nasional perlu dipelajari dan calon investor perlu mempertimbangkan informasi secara jelas atas suatu peristiwa jika akan melakukan pembelian atau penjualan saham. Lebih utama jika investor mengetahui sebab dan akibat atas suatu peristiwa dan cara mengantisipasinya. Calon investor perlu memperoleh informasi secara jelas sehingga dapat memperkirakan adanya perubahan pada harga saham.

(4)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah atas karunianya sehingga tersusunlah laporan hasil penelitian ini yang berjudul “Event Studi Dampak Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu Terhadap Return Saham LQ-45 di Bursa Efek Jakarta.”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan abnormal return saham dari perusahaan industri perbankan yanglisting di Bursa Efek Jakarta antara sebelum dan sesudah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu.

Atas terselesaikannya laporan hasil penelitian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Pancasakti Tegal yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini. Terima kasih pula kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam menganalisis data dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesaikannya laporan hasil penelitian ini.

Diharapkan laporan hasil penelitian ini dapat merupakan sumbangan pemikiran yang berguna bagi penelitian lebih lanjut yang sejenis. Dan khususnya bagi para investor dapat memperoleh informasi yang baik untuk menentukan/memutuskan pembelian atau penjualan saham pada harga yang wajar di masa mendatang apabila terjadi peristiwa-peristiwa besar.

Akhirnya kami berharap agar laporan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Tegal, Juli 2007 Peneliti,

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki dampak krisis ekonomi yang parah. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya nilai rupiah, tingginya suku bunga, sehingga mengakibatkan perekonomian yang stagnan, terutama perekonomian dalam sektor riil. Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki perekonomian Indonesia, salah satunya adalah menciptakan tim ekonomi yang solid di kabinet. Tim ekonomi dalam kabinet merupakan tumpuan untuk memperbaiki perekonomian nasional, sehingga setiap kali pergantian pemerintahan selalu ditunggu kabinet dengan tim ekonomi yang kuat. Tingginya harapan pada tim ekonomi dalam kabinet membuat setiap kebijakan tim ekonomi selalu menjadi sorotan, sehingga jika perekonomian nasional tidak membaik maka tim ekonomi akan menjadi salah satu faktor penyebab. Oleh karena itu reshuffle kabinet atau pergantian menteri dalam kabinet tidak dapat dielakkan terutama dalam tim ekonomi.

Pada tanggal 2 Desember 2005, Presiden Yudhoyono mengumumkan akan melakukan perombakan (reshuffle) kabinet. Para pengamat memperkirakan bahwa yang paling rentan posisinya adalah menteri-menteri dalam bidang ekonomi, karena dinilai kurang berhasil menjaga kestabilan perekonomian Indonesia. Pada 5 Desember, Presiden mengumumkan perombakan terbatas. Tiga orang masuk sebagai menteri baru,

(6)

masing-masing Boediono, Paskah Suzetta, dan Erman Suparno sementara tiga lainnya, Aburizal Bakrie, Sri Mulyani, dan Fahmi Idris digeser posisinya. Tiga lainnya, Jusuf Anwar, Andung Nitimihardja, dan Alwi Shihab tidak masuk kabinet hasil perombakan. Dalam tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu Boediono menggantikan Aburizal Bakrie sebagai Menko Ekuin, Sri Mulyani menggantikan Jusuf Anwar sebagai menteri keuangan, Fahmi Ibdris menggantikan Andung Nitimihardja sebagai menteri perindustrian, Eman Suparno menggantikan Fahmi Idris sebagai menteri tenaga kerja, dan Paskah Suzetta menggantikan Sri Mulyani sebagai Ketua Bapenass.

Pergantian tim ekonomi dalam Kabinet Indonesia Bersatu ini direspon positif oleh pasar. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta. Perkembangan indeks harga saham di Bursa Efek Jakarta dari satu minggu sebelum pengumuman reshuffle kabinet sampai satu minggu sesudah reshuffle kabinet dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan indeks harga saham di Bursa Efek Jakarta sebelum dan sesudah sesudah reshuffle kabinet tanggal 5 Desember tahun 2005

No Tanggal IHSG Perubahan

t-5 28/11/2005 1.081,06 0,0062 t-4 29/11/2005 1.082,28 0,0011 t-3 30/11/2005 1.096,64 0,0133 t-2 01/12/2005 1.096,37 -0,0002 t-1 02/12/2005 1.119,42 0,0210 t0 05/12/2005 1.120,58 0,0010 t+1 06/12/2005 1.123,44 0,0026 t+2 07/12/2005 1.151,36 0,0249 t+3 08/12/2005 1.158,32 0,0060 t+4 09/12/2005 1.160,07 0,0015 t+5 12/12/2005 1.175,01 0,0129 Sumber : jsx. co.id

(7)

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui setelah tanggal 5 Desember indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta selalu mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan adanya optimisme pasar untuk berkembang, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar dan meningkatkan indeks harga saham gabungan. Adanya pengumuman reshuffle kabinet ini merupakan informasi yang penting bagi pedagangan di lantai bursa, karena salah satu ciri pasar modal yang efisien adanya informasi yang mudah menyebar dan menjadi faktor penyebab timbulnya transaksi.

Dalam pengkajian mengenai implikasi kandungan informasi

(information content), penelitian sebelumnya telah menitikberatkan pada

makna pengumuman-pengumuman bagi para investor dan reaksi pada harga saham perusahaan. Dasar pemikiran yang populer adalah bahwa ketika pengumuman perubahan kepemilikan perusahaan yang tidak diharapkan terjadi, para investor menerima hal ini sebagai informasi baru mengenai aliran kas perusahaan dan manajemen di saat ini atau di masa mendatang.

Jenis pengumuman ini secara jelas memberikan informasi khusus yang relevan pada para investor. Di sisi lain, mungkin saja pengumuman ini memiliki relevansi yang lebih besar, karena para investor dalam perusahaan yang sama memiliki sebuah kecenderungan untuk mengekstrapolasi informasi ini untuk membuat asumsi berkaitan dengan prospek masa depan perusahaan mereka sendiri.

Kajian peristiwa digunakan untuk mengukur dampak kegiatan ekonomi pada perusahaan dengan anggapan bahwa peristiwa itu akan

(8)

tercermin pada perdagangan harga saham. Kajian ini menitikberatkan pada bagaimana harga saham merespon informasi suatu kegiatan selama pemberitaan kepada publik. Laju reaksi harga saham terhadap informasi yang disampaikan selama pemberitaan apakah akan berlangsung secara searah ataukah secara terbalik.

Pengujian terhadap masuknya informasi baru yang dapat mempengaruhi reaksi pasar merupakan suatu bentuk pengujian event study. Pengujian event study pada awalnya lebih terfokus pada peristiwa-peristiwa internal perusahaan, seperti laporan tahunan, pengumuman deviden, stock

split dan sebagainya. Namun sekarang aplikasi terhadap metode event study

telah mengalami suatu perkembangan, di mana pengujiannya tidak terbatas

pada corporate event saja, namun telah menyentuh pula aspek makro

ekonomi bahkan politik hingga keuangan (Suryawijaya, 1998).

Dalam pasar modal harga merupakan salah satu faktor bagi investor dalam mengambil keputusan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi perusahaan, kondisi pereknomian, tingkat suku bunga, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Investor mengharapkan keuntungan dari pergerakan saham dan akan menilai harga saham wajar atau tidak. Pergerakan harga juga tidak lepas dari adanya informasi akan terjadinya pemindahan pemilik saham mayoritas walaupun sebenarnya pembentukan harga saham merupakan judgement of momental seperti resiko, sentimen pasar, dan faktor psikologis dari penjual dan pembelinya.

(9)

Bursa Efek Jakarta (BEJ) tergolong pada bursa yang tipis (thin market) di mana masih banyak terdapat perdagangan yang tidak sinkron (non

synchronous trading). Pasar modal yang tipis merupakan ciri dari pasar

modal yang berkembang (emegging market), sehingga beta yang terjadi masih terdapat bias (Hartono dkk, 1999). Dalam penelitian event study dan penelitian lain yang jika menggunakan beta yang bias dalam menganalisis, maka hasilnya akan bias, sehingga beta yang bias ini perlu dikoreksi terlebih dahulu (Bartholdy dan Riding, 1994). Penelitian ini mencoba memasukkan model koreksi bias beta untuk menindaklanjuti apa yang telah dilakukan oleh Hartono (1999), sedangkan event yang dipilih adalah peristiwa yang bersifat makro ekonomi yaitu reshuffle kabinet Indonesia Bersatu pada tanggal 5 Desember tahun 2005..

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan abnormal return saham dari perusahaan yanglisting di Bursa Efek Jakarta antara sebelum dan sesudah reshuffle kabinet Indonesia Bersatu? C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini harga saham yang diteliti adalah harga saham dari perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 Bulan November tahun 2005. Peristiwa yang diamati dibatasi pada peristiwa reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu pada tanggal 5 Desember tahun 2005. Periode pengamatan dibatasi dari lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman reshuffle Kabinet.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang reaksi harga saham terhadap suatu peristiwa (event) telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Metode yang umum digunakan dalamevent studiesadalah sebagai berikut :

1. The Single-Equation Market Model, yang diperkenalkan oleh Fauna dan

kawan-kawan pada tahun 1969.

2. Multivariate Regression Model, yang diperkenalkan oleh Schipper dan

Thompson (1983) serta Cornett dan Tehranian (1989 dan 1990).

Dari kedua pendekatan tersebut di atas pendekatanSingle Index Model

yang paling sering digunakan karena lebih sederhana. Beberapa penelitian yang menggunakan metode indeks tunggal denganevent-nya antara lain : 1. Peristiwa Pengumuman Laporan Keuangan

Penelitian mengenai reaksi saham terhadap event pengumuman laporan keuangan pada pasar modal di Indonesia dilakukan oleh Suad Husnan dkk, 1996, dengan kesimpulan bahwa pasar modal di Indonesia dapat dikategorikansemi strong, dan lain-lain.

2. Stock split

Penelitian mengenai reaksi saham, terhadap event pengumuman stock

split dilakukan oleh Fama, Fisher, Jensen & Roll (1969) dengan

(11)

tidak adanya reaksi pasar dari stock split, Charest (1978) menemukan bahwa abnormal return hanya terjadi pada hari setelah stock split

diusulkan, tetapi secara umum pasar tampaknya efisien terhadap stock slpit.

3. Initial Public Offering(IPO)

Penelitian mengenai reaksi saham terhadap event IPO dilakukan oleh Ibbotson, Sindelar & Ritter (1998).

4. Devidend Announcement

Penelitian mengenai reaksi saham terhadap event pengumuman deviden dilakukan oleh Miller & Modegliani (1961) yang menemukan bahwa deviden sifatnya adalah tidak relevan di dalam menentukan nilai dari perusahaan; Watts (1973, 1976), Ang (1978) tidak menemukan bukti baha deviden mengandung informasi dan lain-lain.

5. Political Event

Marwan Asri (1996) melakukan penelitian mengenai event kasus mundurnya PM Takeshita (PM Jepang) terhadap reaksi harga saham perusahaan multinasional AS yang berafiliasi di Jepang.

6. Incident/Accident Event

Hill & Schneeiwes (1983) melakukan penelitian tentang insiden reaktor nuklir three mile island pada tanggal 28 Maret 1979 terhadap harga saham perusahaan yang menggunakan fasilitas energi nuklir. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwaabnormal return-nya negatif.

(12)

7. Monetary & fiscal event

Cornett & Tehranian (1989 dan 1990) meneliti reaksi harga saham terhadap deregulasi lembaga penanaan; Akta (1980) mengenai pengendalian moneter dengan menggunakan model indeks berganda

(Multivariate Regression Model).

B. Landasan Teori 1. Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Pasar modal yang telah berkembang baik merupakan sarana investasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal (Agus Sartono; 1997). Sedangkan yang dimaksud dengan bursa efek adalah suatu sistem terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek (pihak yang defisit dana) dengan pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung atau melalui wakil-wakilnya (Dep. Keuangan RI; 1984).

Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat (Jogiyanto; 2000). Menurut Kamaruddin Ahmad (1996), pasar surat berharga efisien jika informasi tersedia secara luas dan murah bagi para penanam modal dan semua informasi yang relevan dan yang dapat ditentukan telah tercermin dalam surat berharga. Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan (Suad Husnan; 1998). Hal

(13)

senada juga dikemukakan oleh J. Fred Weston & Thomas E. Copeland (1995) yang mengatakan baha efisiensi dalam pasar saham menunjukkan secara tidak langsung bahwa seluruh infomasi relevan yang tersedia tentang suatu saham langsung tercermin dalam harganya. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Sedangkan menurt Brigham & Gapenski (1996) arti pasar efisien secara informasional merupakan harga dari seluruh informasi yang diterima. Untuk itu ada 3 (tiga) persyaratan utama, yaitu :

a. Informasi tersebut harus tidak berbiaya (costless) dan harus bersifat bermanfaat bagi seluruh peserta.

b. Tidak ada biaya transaksi, pajak atau hambatan perdagangan lainnya. c. Harga tidak dipengaruhi oleh perdagangan satu orang atau lembaga.

2. Pasar Efisien dan Pasar Tidak Efisien a. Efisiensi Pasar Secara Informasi

Di pasar yang kompetitif, harga ekuilibrium suatu aktiva ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat. Harga keseimbangan ini mencerminkan konsensus bersama antara semua partisipan pasar tentang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Jika suatu informasi baru yang relevan

(14)

masuk ke pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva, informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bersangkutan. Akibatnya adalah pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap bertahan sampai suatu informasi baru lainnya merubahnya kembali ke harga ekuilibrium yang baru (Jogiyanto,2005).

Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, kondisi pasar yang seperti ini disebut dengan pasar yang efisien (Jogiyanto,2005)

b. Efisiensi Pasar Secara Operasional

Pasar efisien secara informasi didasarkan pada ketersediaan informasi untuk semua pelaku pasar supaya terjadi perdagangan yang adil. Pasar efisien secara operasional lebih ditekankan pada operasi pasarnya. Pasar tersebut efisien secara operasional jika operasi pasar dapat dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang tidak mahal. Kondisi pasar yang seperti ini disebut dengan pasar yang likuid (Jogiyanto,2005)

(15)

Efisiensi pasar secara informasi hanya menggunakan informasi untuk menentukan efisiensi dari suatu pasar. Pasar dikatakan efisien jika informasi sudah menyebar secara cepat dan merata, sehingga harga sekuritas dengan cepat mencerminkan informasinya. Meskipun informasi pasar tidak cukup membuat pasar efisien. Pasar efisien memerlukan variabel kedua yaitu kepintaran pasar. Pasar yang pintar dapat mengambil keputusan secara benar. Pasar yang efisien dalah pasar yang pelakunya bertransaksi secara adil, berarti tidak ada pihak yang dirugikan (Jogiyanto,2005).

Fama (dalam Jogiyanto, 2005) mengusulkan bahwa untuk bertransaksi secara adil semua pelaku pasar harus mendapatkan informasi yang sama banyaknya dalam waktu yang sama. Jika pelaku pasar sudah mendapatkan informasi yang sama, maka pasar sudah efisien secara informasi. Pasar efisiensi berdasarkan kemudahan memperoleh informais dibedakan atas :

a. Pasar efisiensi bentuk lemah

Pengujian efisiensi pasar dalam bentuk lemah secara informasi menggunakan data mas alalu. Jika pasar efisien bentuk lemah secara informasi, maka harga sekuritas sudah mencerminkan data masa lalu sehingga data masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga atau return sekuritas.

(16)

Pengujian efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat menggunakan data yang sedang didistribusikan. Jika informasi iji didistribusikan dengan cepat dan menyebar sehingga semua orang mendapatkannya pada saat yang bersamaan, maka tidak ada orang yang akan merugikan orang lain secara tidak normal dengan mendapatkan return tidak normal.

c. Pasar efisiensi bentuk kuat

Pengujian efisiensi pasar bentuk kuat secara informasi menggunakan data privat. Jika pasar efisien bentuk kuat secara informasi, maka harga sekuritas sudah mencerminkan data masa lalu, data sekarang yang sedang didistribusikan dan data privat.

Identifikasi pasar efisien dapat dilakukan dengan mendasarkan pada peristiwa-peristiwa berikut ini :

a. Investor adalah penerima harga yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas. Harga suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dansupply;

b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. Umumnya pelaku pasar menerima informasi lewat radio, koran atau media masa lainnya, sehingga informasi tersebut dapat diterima pada saat bersamaan;

(17)

c. Informasi dihasilkan secara acak dan tiap-tiap pengumuman informasi bersifat acak satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara acak mempunyai arti bahw ainvestor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru;

d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga sekuritas berubah dengan semestinya. Dengan demikian informasi tersebut dimanfaatkan untuk mencapai keseimbangan yang baru.

Sebaliknya, jika kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Dengan demikian, pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut ini terjadi, yaitu : a. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi

harga dari sekuritas;

b. Harga informasi mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara satu pelaku pasar dan pelaku pasar lainnya terhadap satu informasi yang sama. Kondisi ini terjadi jika penyebaran informasi tidka merata sehingga ada sebagian pelaku pasar yang menerima informasi tepat pada waktunya, sebagian terlambat menerima informasi, dan sisanya mungkin tidka menerima informasi sama sekali;

c. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelaku pasar;

d. investor adalah individu-individu yang lugu dna tidak canggih. Untuk pasar yang tidak efisien masiah banyak investor yang bereaksi

(18)

terhadap informasi secara lugu, karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang mereka terima.

3. Definisi-definisi Efisiensi Pasar

a. Definisi berdasarkan nilai instrinsik sekuritas

Konsep awal efisiensi pasar yang berhubungan denagn informasi laporan keuangan berasal dari praktik analis sekuritas yang mencoba menemukan sekuritas-sekuritas dengan harga yang kurang benar. Sekuritas tersebut merupakan sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai instrinsiknya atau nilai fundamentalnya. Untuk konsep ini, efisiensi pasar diukur dari seberapa jauh harga-harga sekuritas menyimpang dari nilai instrinsiknya. Dengan demikian, suatu pasar yang efisien menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidka menyimpang dari nilai-nilai instrinsiknya (Jogiyanto, 2005).

b. Definisi berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga

Pasar dikatakan efisien jika dengan menggunakan informasi yang tersedia, investor-investor secara akurat dapat mengekspektasi harga dari sekuritas bersangkutan. Dikarenakan informasi yang dibutuhkan tersedia dan harga yang berubah secara penuh mencerminkan informasi ini, maka secara definisi dapat dikatakan bahwa pasar efisien. Harga sekuritas berubah karena adanya perubahan

(19)

kepercayaan investor akibat adanay informasi baru. Proses penyebaran informasi untuk emmbentuk kepercayaan baru terhadap harga sekuritas akan menentukan tingkat efisiensi pasar. Proses distribusi informasi ini menunjukkan seberapa merata penyebaran informasi ini pada setiap orang (Jogiyanto, 2005).

c. Definisi berdasarkan distribusi informasi

Beaver (dalam Jogiyanto, 2005) memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi yaitu pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi jika dan hanya jika harga-harga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut. sesuatu yang menarik dari definisi ini adalah abhwa jika semua orang sudah mendapatkan informasi yang sama, maka secara definisi dikatakan bahwa pasar adalah efisien.

d. Definisi berdasarkan proses dinamik

Definisi efisiensi pasar sebelumnya merupakan definisi yang didasarkan pada lingkungan pasar efisien yang statis. Definisi pasar statis ini tidak mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan kecepatan proses distribusinya. Informasi yang tidak simetris adalah informasi privat yang hanya dimiliki oleh investor yang mendapat informasi. Definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada proses dinamik mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harag akan menyesuaikan karena informasi tidak simetris tersebut. Definisi yang

(20)

mendasarkan pada proses yang dinamik ini menekankan pada kecepatan penyebaran informasi yang tidak simetris. Pasar dikatakan efisien jika penyebaran informasi ini dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu setiap orang memiliki informasi ini (Jogiyanto, 2005).

Ada beberapa penjelasan yang mendasari penyebaran informasi tidka simetris menjadi informasi yang simetris. Penejlasan pertama adalah informasi privat disebarkan ke publik secara resmi melalui pengumuman oleh perusahaan emiten. Penjelasan kedua, investor yang memiliki informasi privat akan menggunakannya dan setelah itu akan bersedia untuk menjualnya. Penjelasan ketiga adalah investor yang mendapat informasi secara privvat akan melakukan tindakan yang spekulatif. Penjelasan keempat adalah apa yang disebut teori ekspektasi rasional yang menjelaskan invetor yang tidak mempunyai informasi privat akan mendapatkan informais tersebut dengan mengamati perubahan harga yang terjadi. (Jogiyanto, 2005).

4. Efisiensi Pasar Secara Informasi

Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien secara informasi adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Pertanyaannya adalah, informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien ?. Fama (dalam Jogiyanto, 2005 : 18)

(21)

menjelaskan tiga bentuk utama efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu :

a. Efisiensi pasar bentuk lemah

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi masa lalu, informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisien pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak, yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang (Jogiyanto, 2005 : 19).

b. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Pada pasar efisien dalam bentuk setengah kuat tidak ada investor atau group investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu lama (Jogiyanto, 2005 : 19). Informasi yang dipublikasikan dapat berbentuk sebagai berikut :

1) Informasi yang disajikan hanya mempengaruhi harga sekuritas perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk

(22)

pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten. 2) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena deregulasi tersebut.

3) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten.

c. Efisiensi pasar bentuk kuat.

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan smeua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, tidak ada individual investor atau group investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal karena mempunyai informasi privat (Jogiyanto, 2005 : 23).

Hubungan ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat, dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat, seperti yang terlihat dalam gambar 1.

(23)

Pasar efisien bentuk kuat

Gambar 1. Tingkatan kumulatif dari ketiga bentuk pasar efisien

5. Pengujian-pengujian Efisiensi Pasar Secara Informasi

Fama (dalam Jogiyanto, 2005 : 24) membagi pengujian efisiensi pasar menjadi kategori yang berkaitan dengan bentuk-bentuk efisiensi pasar, yaitu:

a. Pengujian-pengujian bentuk lemah, yaitu seberapa kuat informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan;

b. Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat, yaitu seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan infomasi yang dipublikasikan;

c. Pengujian-pengujian bentuk kuat, yaitu untuk menjawab pertanyaan apakah investor mempunyai informais privat yang tidak terefleksi pada harga sekuritas.

Berdasar penelitian dilakukan oleh para peneliti untuk mengetahui apakah suatu pasar modal pada kondisi weak form, semi strong-form,

atau strong form dengan melakukan test empirik untuk menguji reaksi

Pasar efisien bentuk setengah kuat Pasar efisien bentuk lemah

(24)

harga saham terhadap suatu informasi yang baru. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah dengan cara melakukanevent studies.

Secara umum karakteristik pasar modal efisien adalah sebagai berikut (Sunariyah; 2000) :

a. Harga saham akan merefleksikan secara cepat dan akurat terhadap semua bentuk informasi baru.

b. Harga saham bersifat random, jadi harga tidak mengikuti beberapa kecenderungan maupun informasi masa lalu untuk digunakan menentukan kecenderungan harga.

c. Saham-saham yang menguntungkan (profitable) tidak mudah untuk diprediksi, karena harga saham dipasar siap merefleksikan informasi yang akan datang. Jadi, para analis dan investor mempunyai kesiapan informasi penting dalam menentukan harga saham. Disamping itu, mereka tidak menggunakan informasi publikasi untuk memprediksi

returnatauprofitdari pasar modal.

6. Risiko dan Return

Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan reshuffle kabinet Indonesia Bersatu, antara lain adalah (Kamaruddin Ahmad; 1996):

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilihan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat

(25)

menghindarkan diri agar kekayaan atau harga miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.

Pada dasarnya tujuan seorang investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (penghasilan) atas investasi yang dilakukan. Penghasilan tersebut dapat berupa penerimaan kas dan atau kenaikan nilai investasi. Untuk saham, penerimaan kas ada dalam bentuk deviden kas

(cash deviden), sedangkan kenaikan nilai investasi tercermin melalui

kenaikan harga saham.

Dalam melakukan invetasi, investor akan memperkirakan berapa tingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas inestasinya untuk suatu periode tertentu di masa mendatang. Namun realize return -nya belum tentu sama dengan expected return (lebih tinggi atau lebih rendah). Selisih antara realized return (actual return) dengan expected

return akan dianggap sebagai abnormal return. Jadi dapat dikatakan

bahwa abnormal return merupakan return suatu sekuritas di atas yang diharapkan berdasarkan tingkat resikonya.

Ketidakpastian (uncertainty) akan tingkat penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu investor harus selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan resiko investasi. Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindar dari kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorangpun yang terbebas dari risiko. Risiko tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : interest risk, market risk, inflation risk, business risk, liquidity risk, exchange rate

(26)

risk, serta country risk. Jadi risiko menunjukkan kemungkinan bahwa

realized returnakan berbeda denganexpected return.

Pada peristiwa yang berkaitan dengan kebijakan fiskal dan moneter pada suatu negara seperi peristiwa reshuffle kabinet Indonesia Bersatu bank oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian nasional, maka kecenderungan risiko yang muncul adalah exchange rate risk. Efek yang muncul karena event tersebut adalah investor harus mempertimbangkan kembali trade-off antara return dan risk ada 2 (dua) jenis pasar yaitu pasar uang dan pasar modal.

7. Model Indeks Tunggal

Dalam penelitian yang bersifat event studies, metode analisisnya menggunakan indeks model, yaitu model yang menyatakan bahwa return

sekuritas ditentukan oleh faktor pasar (faktor indeks dan faktor unik perusahaan). Konsep Model Indeks Tunggal ini mengacu kepada adanya korelasi antara indeks pasar yang tersedia seperi indeks harga saham dengan harga-harga saham itu. Menurut Elton & Gruber (1995), menyatakan bahwa konsep korelasi antara perubahan tingkat keuntungan indeks pasar dengan tingkat keuntungan suatu saham dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

m i i i α βR

R  

Ri = tingkat keuntungan saham i

i = bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga pasar atau variabel acak (intercept)

(27)

i = beta yang merupakan parameter pengukur perubahan yang diharapkan padaiseandainya terjadi perubahan pada Rm.

Rm = tingkat keuntungan indeks pasar, variabel ini merupakan variabel acak.

Menurut Suad Husnan (1998), salah satu alasan dipergunakannya model indeks tunggal adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai karakteristik bahwa beta portofolio (p) merupakan rata-rata tertimbang dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut. Pernyataan tesrebut dinyatakan dalam rumus :

p=Xii

Beta portofolio lebih akurat dari beta sekuritas individual dikarenakan sebagai berikut :

a. Kemungkinan perubahan beta dari waktu ke waktu. Ada suatu kemungkinan beta sekuritas berubah menjadi besar, ada pula yang mengecil. Pembentukan portofoio akan meng-off-set (saling meniadakan) perubahan tersebut atau paling tidak mengecilkan. b. Penafsiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak (random

error). Pembentukan portofolio memungkinkan me-limited-kan

(memperkecil) kesalahan tersebut. Semakin banyak jumlah sekuritas yang digunakan untuk membentuk suatu portofolio, semakin besar

(28)

koefisien determinasinya. Beta historis akan merupakan prediktor beta masa depan yang lebih baik dibanding beta sekuritas individual.

Demikian juga alpha portofolio,p, adalah :

p=Xii

Dengan demikian persamaan di atas bisa dituliskan menjadi : E (Rp) = p+ pE(Rm)

Persamaan dasar indeks tunggal menunjukkan bahwa return suatu sekuritas terdiri dari return yang unik yang diwakili oleh 1 dan tingkat keuntungan yang berhubungan dengan pasar (market related return) yang diwakili olehiRm.

Model indeks tunggal ini umumnya dibedakan dengan Model Markowitz (Model Indeks Berganda atau Mean Variace Model), yang bertitik tolak pada ukuran risiko sistematis. M-V Model menganggap bahwa risiko sistematis ditentukan oleh kovarians antar sekuritas dari kombinasi aktiva yang berisiko, sedangkan model indeks tunggal resiko sistematis dipengaruhi oleh pasar (market-related return) yaitu i Rm. Model indeks tunggal ini merupakan penyederhanaan dari perhitungan model Markowitz dengan analisis portofolio, disamping itu model indeks tunggal juga dapat digunakan untuk menghitung expected return dan risiko portofolio (Jogiyanto, 2000).

(29)

C. Kerangka Pemikiran

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Husnan, 1994). Dengan demikian event study

merupakan suatu analisis empiris terhadap perilaku perubahan harga saham yang disebabkan oleh suatu peristiwa atau merupakan metode untuk meneliti tingkat efisiensi suatu pasar modal, dengan tujuan untuk :

a. Menghitung apakah abnormal return yang diperoleh pemegang saham berkenaan dengan adanya suatu event yang spesifik, misalnya pengumuman laporan keuangan, pengumuman pemerintah, dll.

b. Menguji reaksi harga saham terhadap beberapa event melalui observasi dari harga-harga saham di sekitar kejadian.

Hasil empiris studi-studi peristiwa yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa reaksi pasar terhadap suatu peristiwa tertentu dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dan dapat menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.

Jones (1997) menjelaskan bahwa pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat dikukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Apabila

(30)

menggunakan abnormal return, maka suatu pengumuman/peristiwa yang mengandung informasi memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya, yang tidak mengandung informasi, tidak memberikan abnormal

return kepada pasar. Uraian tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut

ini.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Diduga bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara AR (Abnormal

Return) saham dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta sebelum

dengan sesudah pelaksanaan reshuffle kabinet Indonesia Bersatu. Pengumuman Peristiwa Tidak ada abnormal return Adaabnormal return Respon terhadap Informasi Informasi di respon Pasar bereaksi Informasi tidak di respon Pasar tidak bereaksi

(31)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan abnormal return saham dari perusahaan industri perbankan yang

listing di Bursa Efek Jakarta antara sebelum dan sesudah reshuffle Kabinet

Indonesia Bersatu. Dengan demikian akan dapat diketahui dampak reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu terhadap perubahan return saham pada perusahaan yang masuk dalam LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

B. Manfaat Penelitian

a. Bagi investor, dapat memperoleh informasi yang baik untuk menentukan/memutuskan pembelian atau penjualan saham pada harga yang wajar di masa mendatang apabila terjadi peristiwa-peristiwa besar. b. Bagi Peneliti, dapat memberikan tambahan acuan untuk

(32)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan studi peristiwa reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dengan menggunakan analisis data sekunder.

2. Sasaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan termasuk dalam indeks LQ 45.

3. Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan pada penelitian ini bersifat data sekunder, dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data-data harga penutupan harian, indeks pasar (IHSG) harian diperoleh dari data base BEJ yang diakses melalui internet.

4. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta pada bulan November tahun 2005, sebanyak 45 perusahaan. Ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Gay (Husein Umar; 2000), yaitu untuk populasi relatif kecil digunakan ukuran sampel minimal 20 persen. Dalam penelitian ini digunakan 30 perusahaan (66,67 persen), sehingga dengan 30 perusahaan tersebut sudah memenuhi syarat minimal sampel.

(33)

Penarikan sampel dilakukan dengan metode probability sampling, yaitu

simple random sampling.

5. Periode Pengamatan

Periode pengamatan dalam penelitian ini menggunakan suatu periode peristiwa (event period) yang sering juga disebut periode jendela

(event windows). Dalam penelitian ini menggunakan satu jendela, yaitu

peristiwa reshuffle kabinet Indonesia Bersatu terjadi pada tanggal 5 Desember tahun 2005. Pengamatan dilakukan terhadap periode sebelum reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dari tanggal 28 November tahun 2005 sampai dengan tanggal 4 Desember tahun 2005 dan periode sesudah resffle Kabinet Indonesia Bersatu pada tanggal 6 Desember tahun 2005 sampai dengan 12 Desember tahun 2005.

Periode estimasi yang digunakan untuk menentukan expected

return adalah selama 120 hari yaitu diperhitungkan dari t-120. Periode

tersebut diperhitungkan pada hari-hari aktif perdagangan di Bursa Efek Jakarta, yaitu 120 hari sebelum pelaksanaan reshuffle kabinet Indonesia Bersatu.

Gambar 3. Periode Waktu Penelitian di BEJ

120 hari t-5 t0 t+5

5-Des-05

(34)

B. Metode Analisis

Analisis data dilakukan dengan technical analysis, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu-waktu yang lalu (Suad Husnan, 1996).

Technical analysis ini dilakukan dengan cara mengabaikan faktor-faktor

fundamental seperti data keuangan perusahaan (Jogiyanto, 1998). 1. Analisis Reaksi Pasar

Untuk melihat reaksi pasar digunakan return sebagai ukuran perubahan harga. Abnormal returnmerupakan kelebihan darireturnsaat ini (real return) terhadap expected return. Jika abnormal return

beberapa periode digabungkan akan diperoleh cummulative abnormal

return(CAR) atau dengan kata lain :

CAR =ARit

Abnormal returndiperoleh dari :

ARit= Rit– E(Rit)

Di mana : ARit =Abnormal returnperusahaan ke-i pada periode ke-t

Rit =Returnperusahaan ke-i pada periode ke-t

E(Rit) =Expected returnperusahaan ke-i pada periode ke-t

Returnperusahaan ke-i pada periode ke-t dapat diperoleh dari :

1 it 1 -it it it P P -P R   Keterangan :

(35)

Sementara itu nilai expected return diperoleh dengan menggunakan

market modelsebagai berikut :

E(Rit) =i+iRmt+ εi

Keterangan :

i = Beta perusahaan ke-i

i = Konstanta

Rmt =Returnpasar pada periode ke-t

i

ε = Kesalahan acak

2. Koreksi Beta

Seperti telah dikatakan di muka bahwa BEJ merupakan pasar modal yang tipis, di mana masih banyak terdapat perdagangan yang tidak sinkron (non synchronous trading). Pasar modal yang tipis merupakan ciri dari pasar modal yang berkembang (emegging market), sehingga beta yang terjadi masih terdapat bias (Hartono dkk, 1999). Dalam penelitianevent studydan penelitian lain yang jika menggunakan beta yang bias dalam menganalisis, maka hasilnya akan bias, sehingga beta yang bias ini perlu dikoreksi terlebih dahulu (Bartholdy dan Riding, 1994).

Penelitian ini mencoba memasukkan model koreksi bias beta untuk menindaklanjuti apa yang telah dilakukan oleh Hartono (1999). Hal ini menyebabkan ketidaksinkronan antara return saham dengan indeks pasar, sehingga menyebabkan perhitungan beta menjadi bias. Jika

(36)

dijadikan dasar untuk menganalisis maka hasilnyapun akan bias (Hartono, 1999; Bartholdy dan Riding, 1994). Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan koreksi bias pada beta sebelum digunakan untuk memprediksi return. Dalam hal ini model yang digunakan mengacu pada penelitian Hartono yaitu menggunkana model Flower dan Rorke (1983) dengan menggunakan satu periode mundur (lag time) dan satu periode maju (lead time) dengan tahapan sebagai berikut :

a. Mengoperasikan persamaan regresi antara Ritdan Rmt:

it 1 mt 1 i mt 0 i 1 -mt 1 i i it α β R β R β R ε R      

b. Mengoperasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial antara Rmtdan Rmt-1sebagai berikut :

i 1 -mt 1 i mt α ρ R ε R   

c. Menghitung bobot yang digunakan sebesar :

1 1 2ρ 1 ρ 1 w   

d. Menghitung beta yang sudah dikoreksi dari saham ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi dengan bobot :

1 i 0 i 1 i i w.β β w.β β     

Sementara return diperoleh dari :

1 t 1 -t t mt IHSG IHSG -IHSG R  

(37)

3. Uji Signifikansi

Dalam rangka menguji hipotesis yang ditetapkan digunakan alat uji yaitu uji t beda rata-rata. Uji t ini digunakan untuk menguji pebedaan rata-rata AR (Abnormal Return) antara sebelum dan sesudah kejadian

(event) yang terjadi dengan prosedur sebagai berikut:

a. Formulasi H0dan Ha

H0: X1= X2 Tidak ada perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah pengumuman atau pelaksanaan reshuffle kabinet Indonesia Bersatu. H1: X1X2 Ada perbedaan abnormal return antara sebelum dan

sesudah pengumuman atau pelaksanaan reshuffle kabinet Indonesia Bersatu

b. Tingkat signifikansi 2 arah (two tailed test) dengan = 0,05 (level

of confidence 95 persen) dengan degree of freedom (df) sebesar

n1+n2– 2.

c. Kriteria pengujian

Gambar 4. Daerah Penolakan H0uji t beda dua rata-rata H0diterima jika – t tabel t hitungt tabel

H0ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel H0diterima

H0ditolak H0ditolak

(38)

d. Rumus Uji t

Keterangan:

X1= Rata-rata abnormal return sebelum reshuffle kabinet Indonesia Bersatu

X= Rata-rata abnormal return sesudah reshuffle kabinet

Indonesia Bersatu

S1= Simpangan baku abnormal return sebelum reshuffle kabinet Indonesia Bersatu

S2= Simpangan baku abnormal return sesudah reshuffle kabinet Indonesia Bersatu

n1dan n2 = ukuran sampel

e. Kesimpulan

Hipotesis penelitian diterima jika H0ditolak Hipotesis penelitian ditolak jika H0diterima

                n 1 n 1 2 -n n 1)S -(n 1)S -(n X -X t 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Umum Bursa Efek Jakarta

Untuk mengetahui keberadaan Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara umum tentu dibutuhkan informasi yang memadai dan perlu disimak segala permasalahan yang ada, namun mengingat keterbatasan baik informasi maupun keterkaitannya dengan penelitian, maka hanya akan dibahas beberapa aspek saja seperti : Peran pasar modal dalam perekonomian nasional, kelembagaan Bursa Efek Jakarta, Mekanisme perdagangan efek di BEJ, dan perkembangan aktivitas perdagangan saham serta komponen yang terkait.

2. Peran Pasar Modal dalam Perekonomian Nasional

Peran pasar modal dalam perekonomian nasional dapat disimak dari berbagai segi antara lain dari sektor moneter, sektor ekonomi internasional, dan sektor ekonomi riil. Dalam sektor moneter konsentrasi dana yang besar jika tidak diarahkan akan mengakibatkan inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatknya indeks harga saham gabungan (IHSG) maka akan berdampak positif terhadap peningkatan harga saham, yang berarti pula terjadi peningkatan kapitalisasi di pasar modal, yang berdampak terhadap kecenderungan atas pengurangan uang beredar khususnya untuk transaksi

(40)

sebagai akibat meningkatnya pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi nasional.

Selanjutnya dikemukakan bahwa meningkatnya pemilikan saham oleh investor asing akan merupakan capital inflow yang tentu akan memperkuat posisi neraca pembayaran internasional. Namun akan terjadi sebaliknya jika kondisi perekonomian, politik dan iklim investasi kurang memberi harapan maka akan terjadi bukannya capital inflow

namun justrucapital out flowyang sangat merugikan bagi perekonomian nasional.

Peran lain pasar modal dalam perekonomian nasional adalah sebagai sumber dana pembangunan yang murah dengan periode pengembalian jangka panjang sehingga memberikan biaya investasi

(capital cost) yang ringan. Dengan keringanan ini maka diharapkan

pertumbuhan output semakin cepat dan pendapatan nasional semakin tinggi.

3. Sejarah Kelembagaan Bursa Efek Jakarta

Pada 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta (BEJ) diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia. Ini adalah sebuah awal perkembangan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, bursa efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan Kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

(41)

Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.

Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Sampai tahun 1987 sering disebut sebagai periode Pra Deregulasi. Dengan demikian perkembangan kelembagaan Bursa Efek Jakarta masih menyatu dengan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Pada saat itu jumlah emiten masih sedikit (27 perusahaan), Indeks Harga saham bergerak antara 60 sampai 100, masyarakatpun masih awam terhadap pasar modal, dan investor asing belum diperkenakan untuk investasi di pasar modal.

Tahun 1987 sampai 1991 dikenal sebagai periode deregulasi, karena pemerintah saat itu mengeluarkan paket deregulasi tentang kebijakan keuangan, moneter dan pasar modal. Hal ini ternyata mampu memberikan iklim baru bagi pasar modal, jumlah emiten meningkat

(42)

dengan drastis, Indeks Harga saham gabungan mencapai 680, masyarakat mulai menyukai pasar modal, investor asing diperbolehkan untuk melakukan investasi di BEJ, dan Bapepam mulai melaksanakan perannya sebagai pengawas. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta - puncak perkembangannya pada tahun 1990-an. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1994 dikenal dengan Periode Konsolidasi, perkembagnan Pasar Modal mulai menampakkan kegairahannya. Jumlah emiten terus meningkat, IHSG antara 224 sampai 612, investor pada umumnya mulai berhati-hati. Produk baru berupa Reksa Dana juga mulai diperkenalkan.

Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Sejak tahun 1995 diberlakukan undang Pasar Modal, undang ini menggantikan undang lama. Selain penggantian

(43)

Undang-undang tersebut di Bursa Efek Jakarta juga terdapat perkembangan baru berupa pemanfaatan otomasi perdagangan yang menggantikan sistem manual.

Fungsi Bapepam juga semakin luas tidak hanya sebagai badan pengawas namun juga sebagai pembina dan pengatur sehari-hari kegiatan pasar modal dengan tujuan untuk mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien (Rohmad, 1998). Yang dimaksudkan dengan teratur adalah berdasar suatu aturan yang jelas dan dilaksanakan dengan konsisten. Wajar berarti seluruh pelaku pasar modal melakukan kegiatannya dengan memperhatikan standar dan etika yang berlaku di dunia bisnis serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Efisiensi berarti penyelesaian dilakukan secara cepat dengan biaya murah. Dalam kaitannya dengan masalah pengawasan, mekanismenya dapat dilihat pada gambar 5.

Pada Juli 2000, BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat

(Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar

dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002, BEJ juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

(44)

Bapepam mengawasi semua pihak yang memperoleh perizinan persetujuan dan pendafataran

Bursa Efek mengawasi kegiatan perdagangan sekaligus menindak mereka bila melakukan pelanggaran Perusahaan efek menerapkan SOP, internal controls, mengawasi pegawainya sekaligus menindak mereka bila melakukan pelanggaran.

Gambar 5. Mekanisme pengawasan Bursa Efek Jakarta

4. Kelembagaan Bursa Efek Jakarta

Lembaga Pasar Modal atau dikenal dengan bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawar jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

Lembaga pasar modal saat ini diatur berdasar pada : a. Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal b. Dua Peraturan Pemerintah yaitu :

1) Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

BAPEPAM

BURSA EFEK

PERUSAHAAN EFEK

(45)

2) Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.

c. Enam Keputusan Menteri Keuangan

d. Seratus tiga puluh enam Keputusan Ketua Bapepam Sasaran Undang-undang Pasar Modal terdiri atas : a. Pastian hukum

b. Aspirasi

c. Perdagangan yang aman dan likuid d. Ofesionalisme

e. Kesempatan berinvestasi f. Perlindungan terhadap investor

Tujuan keberadaan lembaga Pasar Modal adalah :

a. Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. b. Menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan anggota

bursa efek

Secara skematis kelembagaan Bursa Efek Jakarta tampak sebagai berikut:

MENTERI KEUANGAN

Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM

Bursa Efek LKP LPP Perusahaan Efek Penjamin Asuransi Pedagang Perantara Efek Lembaga Penunjang Biro administrasi efek Bank Kustodian Wali Amanat Profesi penunjang Akuntan Konsultan Penilai Pemodal Domestik Asing Emiten Perusahaan Publik Reksa dana

(46)

Gambar 6. Struktur kelembagaan Bursa Efek Jakarta 5. Mekanisme Go Public

Go Publicberarti pengalihan pemilikan perusahaan kepada masyarakat

sehingga dikenal dengan perusahaan milik masyarakat (perusahaan publik). Berdasarkan Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, bab I pasal 1 ayat 22, disebutkan bahwa sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

a. Manfaat Go Public adalah :

1) Untuk memperoleh dana besar tanpa termin 2) Biaya emisi dapat diamortasi

3) Pembayaran bunga tetap (formula penghitungan) 4) Pinjaman jangka panjang (umumnya lebih dari 5 tahun) Namun konsekuensi denganGo Publicadalah :

1) Untuk penyertaan saham : (a) Membayar deviden

(b) Persentase kepemilikan pendiri menjadi berkurang

(c) Keputusan/ kebijakan harus juga memperhatikan kepentingan publik

(d) Kewajiban pelaporan

(47)

2) Dalam instrumen hutang (obligasi) maka konsekuensinya adalah:

(a) kewajiban membayar bunga secara periodik (b) Menyisihkan dana pelunasan (sinking fund) (c) Kewajiban pelaporan

(d) Dituntut untuk lebih transparan

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam Go Public

adalah :

1) Bagi internal perusahaan : (a) Rencanago public

(b) Melakukan Rapat Umum pemegang Saham (RUPS) (c) Restrukturisasi modal

(d) Restrukturisasi manajemen

(e) Penunjukan penjamin emisi (jika menggunakan) (f) Menunjuk lembaga dan profesi penunjang seperti :

(1) Notaris

(2) Konsultan hukum (3) Akuntan publik (4) Perusahaan penilai

(5) Guarantor (jika perlu, untuk obligasi) (6) Wali amanat (untuk obligasi)

(7) Biro administrasi efek (BAE) (8) Tempat penitipan harta (kustodian)

(48)

(9) Menyiapkan dokumen emisi

(10) Menyampaikan pernyataan pendaftaran emisi ke BAPEPAM

Bapepam mengevaluasi berdasar pernyataan pendaftaran emisi. Evaluasi ini dilakukan dengan mengekspose secara terbatas dengan menekankan pada aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen baik dalam kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan informasi serta keterbukaan. Hasil evaluasi tersebut dibuat komentar secara tertulis. Jika hal tersebut telah tidak jadi masalah maka dilakukan pernyataan pendaftaran efektif.

b. Penawaran Umum (Pasar Perdana)

Setelah pernyataan pendaftaran efektif maka emiten melakukan penawaran umum (Public Oferring). Emiten menyebarkan prospektus dan formulir pemesanan, namun terlebih dahulu dilakukan penjatahan bagi pemegang saham lama

(allotment), dalam kaitan ini jika terjadi kelebihan pesanan (refund)

maka akan dikembalikan. Jika pesanan telah dievaluasi dengan seksama maka akan dilakukan penyerahan surat saham. Untuk selanjutnya permohonan pencatatan ke bursa, agar dapat diperdagangkan di bursa efek (pasar sekunder).

(49)

6. Mekanisme Perdagangan Efek Di Bursa Efek Jakarta

Ditinjau dari aspek mekanisme perdagangannya, Bursa Efek Jakarta terbagi menjasi tiga jenis pasar yaitu : - Pasar Reguler, - Pasar Negosiasi dan Pasar Tunai.

a. Pasar Reguler

Dalam pasar reguler terdapat tawar menawar antara pembeli dan penjual, saham yang diperdagangkan dalam suatu perdagangan lot (lot = 500 saham), pergerakan harga merupakan kelipatan Rp 25,-sampai Rp200,-. Sedangkan transaksi terjadi berdasar prioritas harga dan prioritas waktu.

Pasar reguler memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1) Saham dalam standart lot (500 saham),

2) Berlaku prinsip “price&time priority”,

3) Tawar menawar dilakukan secara berkesinambungan selama jam perdagangan,

4) Perubahan harga kelipatan Rp 25,- maksimal Rp 200,- (8 point), 5) Kurs akhir dipergunakan sebagai dasar perhitungan indeks harga

saham,

6) Penyelesaian transaksi pada T+4. b. Pasar negosiasi memiliki ciri-ciri :

1) Perdagangan dalam jumlah besar

2) Perdagangan saham di bawah standar lot 3) Perdagangan tutup sendiri

(50)

4) Perdagangan porsi asing

5) Penentuan harga dilakukan secara negosiasi, berpedoman pada kurs terakhir pada perdagangan reguler

6) Kurs yang terjadi tidak dipergunakan untuk perhitungan indeks harga saham di BEJ

c. Pasar Tunai

Pasar ini memiliki ciri-ciri :

1) Sarana untuk menyelesaikan kegagalan kewajiban anggota bursa di pasar reguler dan pasar negosiasi

2) Transaksi diselesaikan seketika (cash and carry)

3) Penentuan harga dilakukan secara negosiasi berpedoman pada kurs terakhir pada perdagangan reguler

4) Kurs yang terjadi tidak dipergunakan untuk perhitungan indeks harga saham di BEJ

7. Persiapan dan Cara Membeli Saham Persiapan yang perlu dilakukan antara lain : a. Uang (minimal seharga 1 lot saham) b. Fotocopy KTP (atau identitas lainnya)

c. Membuat perjanjian tertulis dengan anggota bursa Cara membeli atau menjual saham antara lain :

a. Mayarakat investor tidak dapat membeli langsung ke bursa efek Jakarta

(51)

b. Tetapi harus melalui pialang yang menjadi anggota bursa efek Jakarta.

Regristrasi saham dilaksanakan oleh emiten, dan biaya ditetapkan oleh emiten serta penyelesaian regristrasi selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak diterimanya permohonan regristrasi.

B. Analisis Data 1. Analisis Reaksi Pasar

Abnormal return diperoleh dari selisih antara return individu denganexpected return.Berdasarkan pengambilan sampel dengan metode

simple random samplingdiperoleh 30 perusahaan sampel, yaitu

a. PT Bank Central Asia Tbk b. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk c. PT Berlian Laju Tanker Tbk d. PT Bank Mandiri Tbk e. Bakrie and Brother Tbk f. PT Bank Niaga Tbk

g. PT Bank International Indonesia Tbk h. PT Bank Permata Tbk

i. PT Barito Timber Pacifik Tbk j. PT Bumi Resource Tbk

k. PT Citra Marga Nusaphala Tbk l. PT Energi Mega Persada Tbk

(52)

m. PT Gudang Garam Tbk n. PT Gajah Tunggal Tbk o. PT International Nickel Tbk p. PT Indofood Sukses Makmur Tbk q. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk r. PT Indosat Tbk

s. PT Jakarta International Hotel & Development Tbk t. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk

u. PT Kalbe Farma Tbk v. PT Bank Lippo Tbk w. PT London Sumatera Tbk

x. PT Medco Energi International Tbk y. PT Perusahaan Gas Negara Tbk z. PT Telkom Tbk

aa. PT Unilever Tbk bb. PT Timah Tbk

cc. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dd. PT Bank Pan Indonesia Tbk

(53)

Dalam analisis reaksi pasar ini digunakan return sebagai alat ukur perubahan harga saham. Abnormal return merupakan kelebihan dari

returnsaat ini terhadapexpected return. Abnormal return yang digunakan

adalah cummulative abnormal return. Persamaan umum yang digunakan untuk mencariexpected returnadalah sebagai berikut:

E(Rit) =i+iRmt +i Keterangan:

E(Rit) = Expected return

i = Konstanta

i = Beta perusahaan ke-i

Rmt = Return pasar pada periode ke-t

i = Kesalahan acak

Beta dalam persamaan tersebut dalam operasionalisasinya digunakan koreksi beta. Hal ini dilakukan karena BEJ merupakan pasar modal yang tipis, sehingga menyebabkan ketidak sinkronan antara return saham dan indeks pasar. Hal ini menyebabkan perhitungan beta menjadi bias, sehingga jika dijadikan dasar untuk menganalisis maka hasilnya akan bias. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan koreksi bias pada beta sebelum digunakan untuk mempediksi return.

2. Koreksi Beta

Koreksi beta dilakukan dengan menggunakan satu periode mundur

(lag time) dengan tahapan sebagai berikut:

(54)

persamaan dasar sebagai berikut:

Rit=i +i-1Rmt-1+i0Rmt+i+1Rmt+1+it

Langkah ini tercantum pada lampiran 2 sampai dengan lampiran 91. b. Mengoperasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial

antara Rmtdan Rmt-1sebagai berikut: Rmt=i +i Rmt-1+it

c. Menghitung bobot yang digunakan dengan rumus sebagai berikut: 1 + i

w =

1 + 2i

d. Menghitung beta yang sudah dikoreksi dari saham ke-I yang merupakan penjumlahan koefisien regresi yang sudah di bobot dengan rumus sebagai berikut:

i = w.i-1 + i0 + w.i+1

Setelah diketahui nilai beta hasil koreksi selanjutnya digunakan untuk menghitung abnormal return, yaitu selisih antara return individu denganexpected return. Abnormal return pada PT Bank Central Asia Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Abnormal return pada PT Bank Central Asia Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu tanggal 5 Desember tahun 2005 Per iode Tan ggal Ret urn individu (Ri) Ret urn market (Rm) Abnor mal return (AR) t-5 28/11/2005 0,0000 0,0062 -0,0047

(55)

t-3 30/11/2005 0,0000 0,0133 -0,0103 t-2 01/12/2005 0,0000 -0,0002 0,0004 t-1 02/12/2005 0,0152 0,0210 -0,0013 t0 05/12/2005 0,0000 0,0010 -0,0007 t+1 06/12/2005 0,0149 0,0026 0,0131 t+2 07/12/2005 0,0294 0,0249 0,0099 t+3 08/12/2005 0,0071 0,0060 0,0025 t+4 09/12/2005 -0,0213 0,0015 -0,0223 t+5 12/12/2005 0,0000 0,0129 -0,0100

Cummulative abnormal return(CARt-5 s.d t-1) -0,0168

Cummulative abnormal return(CARt+1 s.d t+5) -0,0069

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui tidak ada perubahan harga saham pada PT Bank Central Asia Tbk dari tanggal 28 November tahun 2005 sampai dengan 1 Desember tahun 2005, demikian juga dengan tanggal 5 dan 12 Desember tidak ada perubahan harga saham, sehingga mengakibatkan return individu bernilai nol. Perubahan harga saham terjadi pada tanggal 2 Desember sehingga mengakibatkan return individu positif sebesar 0,0152. Return individu terbesar terjadi pada tanggal 7 Desember sebesar 0,0294, sedangkan penurunan terjadi pada tanggal 9 Desember tahun 2005 sebesar -0,0213. Return market selalu mengalami perubahan, dengan nilai terbesar terjadi pada tanggal 7 Desember sebesar 0,0249, dan Return market terkecil terjadi pada tanggal 1 Desember sebesar -0,0002.

Nilai cummulative abnormal return sebelum reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar -0,0168, sedangkan cummulative abnormal

return sesudah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar -0,0069. Hal

ini menunjukkan adanya peningkatan cummulative abnormal return

saham PT Bank Cenral Asia Tbk sesudah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu.

(56)

adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui tidak ada perubahan harga saham pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dari tanggal 1 Desember tahun 2005 sampai dengan 2 Desember tahun 2005, sehingga mengakibatkan return individu bernilai nol. Return individu terkecil terjadi pada tanggal 9 Desember tahun 2005 sebesar -0,0244, sedangkan return individu terbesar terjadi pada tanggal 28 November sebesar 0,0619.

Tabel 3. Abnormal return pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu tanggal 5 Desember tahun 2005 Per iode Tan ggal Ret urn individu (Ri) Ret urn market (Rm) Abnor mal return (AR) t-5 28/11/2005 0,0619 0,0062 0,0542 t-4 29/11/2005 -0,0167 0,0011 -0,0184 t-3 30/11/2005 0,0085 0,0133 -0,0077 t-2 01/12/2005 0,0000 -0,0002 -0,0001 t-1 02/12/2005 0,0000 0,0210 -0,0254 t0 05/12/2005 -0,0084 0,0010 -0,0100 t+1 06/12/2005 -0,0085 0,0026 -0,0119 t+2 07/12/2005 0,0256 0,0249 -0,0043 t+3 08/12/2005 0,0250 0,0060 0,0174 t+4 09/12/2005 -0,0244 0,0015 -0,0266 t+5 12/12/2005 0,0167 0,0129 0,0010

Cummulative abnormal return(CARt-5 s.d t-1) 0,0027

Cummulative abnormal return(CARt+1 s.d t+5) -0,0244

Nilai cummulative abnormal return sebelum reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar 0,0027, sedangkan cummulative abnormal

return sesudah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar -0,0244. Hal

ini menunjukkan adanya penurunan cummulative abnormal return saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sesudah reshuffle Kabinet Indonesia

(57)

Bersatu.

Abnormal return pada PT Berlian Laju Tanker Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dapat dilihat pada tabel 4.

(58)

Tabel 4. Abnormal return pada PT Berlian Laju Tanker Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu tanggal 5 Desember tahun 2005 Per iode Tan ggal Ret urn individu (Ri) Ret urn market (Rm) Abnor mal return (AR) t-5 28/11/2005 -0,0300 0,0062 -0,0337 t-4 29/11/2005 -0,0206 0,0011 -0,0218 t-3 30/11/2005 0,0000 0,0133 -0,0073 t-2 01/12/2005 0,0211 -0,0002 0,0206 t-1 02/12/2005 0,0206 0,0210 0,0094 t0 05/12/2005 -0,0101 0,0010 -0,0112 t+1 06/12/2005 -0,0102 0,0026 -0,0121 t+2 07/12/2005 0,0103 0,0249 -0,0029 t+3 08/12/2005 0,0000 0,0060 -0,0036 t+4 09/12/2005 0,0000 0,0015 -0,0013 t+5 12/12/2005 0,0000 0,0129 -0,0071

Cummulative abnormal return(CARt-5 s.d t-1) -0,0328

Cummulative abnormal return(CARt+1 s.d t+5) -0,0270

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui tidak ada perubahan harga saham pada PT Berlian Laju Tanker Tbk dari tanggal 8 Desember tahun 2005 sampai dengan 12 Desember tahun 2005 dan 30 November, sehingga mengakibatkan return individu bernilai nol. Return individu terkecil terjadi pada tanggal 28 November tahun 2005 sebesar -0,0300, sedangkan return individu terbesar terjadi pada tanggal 1 Desember sebesar 0,0211.

Nilai cummulative abnormal return sebelum reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar -0,0328, sedangkan cummulative abnormal

return sesudah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar -0,0270. Hal

ini menunjukkan adanya peningkatan cummulative abnormal return

(59)

Bersatu.

Abnormal return pada PT Bank Mandiri Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Abnormal return pada PT Bank Mandiri Tbk dengan adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu tanggal 5 Desember tahun 2005 Peri ode Tang gal Retu rn individu (Ri) Ret urn market (Rm) Abno rmal return (AR) t-5 28/11/2005 0,0000 0,0062 -0,0075 t-4 29/11/2005 0,0246 0,0011 0,0233 t-3 30/11/2005 0,0320 0,0133 0,0158 t-2 01/12/2005 0,0155 -0,0002 0,0159 t-1 02/12/2005 0,0534 0,0210 0,0277 t0 05/12/2005 0,0000 0,0010 -0,0012 t+1 06/12/2005 0,0145 0,0026 0,0115 t+2 07/12/2005 0,0643 0,0249 0,0338 t+3 08/12/2005 0,0805 0,0060 0,0732 t+4 09/12/2005 -0,0124 0,0015 -0,0142 t+5 12/12/2005 0,0377 0,0129 0,0220

Cummulative abnormal return(CARt-5 s.d t-1) 0,0752

Cummulative abnormal return(CARt+1 s.d t+5) 0,1264

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui tidak ada perubahan harga saham pada PT Bank Mandiri Tbk dari tanggal 28 November dan 5 Desember, sehingga mengakibatkan return individu bernilai nol. Return individu terkecil terjadi pada tanggal 9 Desember tahun 2005 sebesar -0,0124, sedangkan return individu terbesar terjadi pada tanggal 8 Desember 2005 sebesar 0,0805.

Nilai cummulative abnormal return sebelum reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu sebesar 0,0752, sedangkan cummulative abnormal

Gambar

Tabel 1. Perkembangan indeks harga saham di Bursa Efek Jakarta sebelum dan sesudah sesudah reshuffle kabinet tanggal 5 Desember tahun 2005
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Daerah Penolakan H 0 uji t beda dua rata-rata H 0 diterima jika – t tabel  t hitung  t tabel
Gambar 5. Mekanisme pengawasan Bursa Efek Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Dimensi/karakter kewirausahaan yang penting yang diperlukan bagi seorang wirausaha untuk dapat bertahan dan sukses di dalam industri kreatif baik di bidang

nyata terhadap variabel diameter batang pada bibit umur 6 bulan setelah ditanam ke dalam polybag dan uji lanjut menunjukkan panjang akar tunggang semu 10 cm lebih baik dari 2,5

Hasil yang ditemukan sama dengan yang dideskripsikan oleh Inger &amp; Stuebing (2005) yaitu ditemukan di bebatuan sekitar aliran sungai, memiliki tubuh yang gemuk

yang selalu diminati baik dimusim liburan maupun tidak adalah pasar buah berupa buah pisang dan kelapa muda.Dalam pemasaran hasil pertanian di Lokasi Wisata Pantai

Hasil pre test dan post test dari grup responden yang tidak dikenakan perlakuan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model color-coded co-op cards pada

Langkah-langkah dalam analisis meliputi mengorganisir informasi yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dengan informan, membaca keseluruhan informasi, membuatkan

Pembeli yang telah bertindak dengan itikad baik harus dilindungi dan jual beli yang bersangkutan harus dianggap sah. Berdasarkan Yurisprudensi tersebut maka pembeli

Perumusan masalah penelitian ini adalah: (1) dapatkah teknik dialog imajinatif dengan tokoh idola dapat meningkatkan pembelajaran kemampuan berwawancara siswa