IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA
Oleh :
RENALDO DELEON PAULUS
Salah satu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom adalah
bidang pendidikan. Penyelenggaraan urusan pendidikan sebagai salah satu kewenangan
daerah menjadi sangat penting karena merupakan salah satu fungsi pelayanan dasar
masyarakat. Permasalahan pendidikan merupakan aspek penting dari daerah hingga
nasional. Penyusunan RPJM Daerah juga terdapat visi pembangunan untuk membentuk
pendidikan yang berkualitas. Maksud pendidikanberkualitas yaitu pendidikan yang
berkualitas tinggi, memiliki keunggulan, menciptakan keseimbangan, sistem kebijakan
yang unggul, sarana dan prasarana yang memadai, dan menciptakan atmosfer pendidikan
yang kondusif.
Pembentukan RPJM Daerah bidang pendidikan juga melihat sasaran yang di
harapkan, pada proses berjalanya kebijakan yang di buat berisi harapan agar semuanya
terimplementasikan dengan baik agar terciptanya SDM yang lebih baik lagi.
Di dalam rencana pembangunan jangka menengah tersebut memuat berbagai
perencanaan bidang pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Salah satu
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom adalah bidang pendidikan.
Penyelenggaraan urusan pendidikan sebagai salah satu kewenangan daerah menjadi sangat
penting karena merupakan salah satu fungsi pelayanan dasar masyarakat. Keberhasilan
menyelenggarakan fungsi pelayanan dasar pun telah menjadi indikator keberhasilan suatu
daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan. Permasalahan pendidikan di daerah
permasalahan pendidikan yang menjadi perhatian masyarakat terkait denganpendanaan
penyelenggaraan serta akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Perencanaan pembangunan daerah meliputi, rencana pembangunan jangka panjang,
jangka menengah dan rencana kerja tahunan, perencanaan tersebut disusun dengan
pendekatan politik, teknokratik dan partisipatorik.
Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM) merupakan acuan dalam
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan selama periode masa jabatan kepala daerah (5
tahun). Dokumen tersebut berisi tentang rencana pembangunan daerah berbagai bidang
kewenangan yang dimiliki daerah. Dalam penyusunannya, acuan utama yang digunakan
adalah rumusan visi, misi, dan rencana kerja kepala daerah terpilih. Untuk mendapatkan
legitimasi maka rencana pembangunan jangka menengah daerah ditetapkan dengan peraturan
daerah agar mempunyai kekuatan untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Rencana pembangunan jangka menengah daerah di dalamnya memuat tujuan-tujuan
dan rencana tentang apa yang akan dilakukan dan dicapai selama 5 (lima) tahun sesuai
dengan berbagai bidang kewenangan daerah. Untuk mencapai berbagai tujuan yang termuat
dalam rencana pembangunan jangka menengah, maka proses selanjutnya adalah tahapan
implementasi.
Sebelum dijabarkan dalam kegiatan tahunan, yang pertama kali harus dilakukan
implementor adalah menyusun renstra (rencana strategis) yang berisi analisis birokratif
untuk mencapai tujuan yang termuat dalam RPJM. Kegiatan menyusun renstra oleh unit
kerja pemerintah daerah termasuk dinas pendidikan sebenarnya merupakan suatu keharusan
untuk dilaksanakan. Menyususn renstra dinas pendidikan merupakan tahapan implementasi
paling awal untuk merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan dalam RPJM. Sesuai dengan
Kewajiban membuat analisa birokratif yang dituangkan dalam renstra dinas ini melekat
dalam uraian tugas sebagai kepala dinas pendidikan. Pada kenyataannya Dinas Pendidikan
Sebagai Implementor tidak melaksanakan hal ini. Berdasarkan observasi, sejak RPJM di
tetapkan, renstra dinas pendidikan tidak pernah di susun walaupun telah berganti pejabat
kepala dinas pendidikan, para pejabat kepala dinas pendidikan sampai dengan akhir tahun
2011 tidak ada yang berinisiatif untuk melakukan penyusunan renstra dinas pendidikan.
Implementasi kebijakan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan selama tiga tahun terakhir tetap
sejalan atau sesuai dengan RPJM, dalam pernyataannya disebutkan bahwa RPJM yang
ditetapkan pada Desember 2005 merupakan bulan terakhir masa tahun anggaran, sehingga
beban kerja Dinas semakin tinggi. Akibatnya penyusunan Renstra Dinas Pendidikan tidak
dapat dilakukan. Berdasarkan UU nomor 25 tahun 2004 renstra dinas ditetapkan oleh kepala
dinas dan berlaku secara intern pada unit/ satuan kerja yang bersangkutan. Atas hal inilah,
ketiadaan renstra Dinas Pendidikan dianggap tidak pernah menyebabkan terhambatnya
aktifitas rutin dinas pendidikan.
Penetapan renstra tetap diperlukan oleh suatu unit kerja pemerintahan. Adanya
renstra akan menjadi acuan intern birokrasi pada dinas pendidikan untuk menyelanggarakan
kegiatan selama lima (5) tahun. Secara umum renstra berfungsi sebagai analisis kausalitas
terhadap tujuan kebijakan. Di dalam renstra yang bila disusun seharusnya memuat prioritas
kegiatan yang akan dikerjakan selama lima tahun untuk mencapai tujuan dalam RPJM.
Demikian juga dengan rencana pembiayaanya.
Keberadaan renstra juga berfungsi sebagai pedoman arah seluruh jajaran dinas
pendidikan untuk membuat rencana kegiatan. Artinya menjadi pedoman mencapai tujuan
kebijakan sebagaimana dalam RPJM dengan memperhatikan lingkungan yang akan
mempengaruhinya dan kondisi dinas pendidikan sendiri. Ketiadaan renstra dinas
RPJM, hal ini dapat menyebabkan ketidakjelasan sasaran tahapan implementasi RPJM yang
dilakukan dinas pendidikan.
Selanjutnya rencana kerja tahunan pemerintah daerah (RKPD) berasal dari
rencana kerja (renja) tahunan semua unit kerja pemerintah Kabupaten Minahasa. Untuk
menyusun renja, dinas pendidikan mengadakan rapat kerja tahunan yang diikuti seluruh
pejabat di dinas pendidikan (kasub dinas, dan kasi), kepala sekolah, kepala UPTD,
organisasi profesi pendidik, dan Dewan Pendidikan. Pada kegiatan rapat kerja ini semua
peserta menyampaikan usulan kegiatan kepada dinas pendidikan.
Berbagai usulan yang masuk dalam kegiatan rapat kerja tahunan dinas pendidikan
kemudian dibahas bersama oleh pejabat di dinas pendidikan (kepala dinas dan ka sub
din). Dari semua usulan yang masuk ke dinas pendidikan ini ada beberapa yang disetujui
masuk menjadi kegiatan dan ada yang tidak. Untuk bisa masuk menjadi renja dinas
pendidikan sangat tergantung pembahasan pejabat dinas pendidikan. Pembahasan ini
dilakukan secara intern pejabat dinas pendidikan tanpa melibatkan pihak luar. Sehingga
pihak luar dinas pendidikan tidak mengetahui apakah usulannya akan menjadi kegiatan
ataukah tidak.
Pada akhirnya hasil pembahasan oleh pejabat dinas pendidikan inilah yang
kemudian menghasilkan rencana kerja dinas pendidikan. Beberapa kegiatan usulan peserta
rapat kerja tahunan dinas pendidikan yang dicoret pejabat dinas pendidikan sehingga tidak
lolos masuk menjadi rencana kerja dinas pendidikan karena dianggap lebih sebagai
keinginan peserta rapat bukan merupakan prioritas kebutuhan. Dihadapkan dengan
besaran plafon anggaran yang akan diterima dinas pendidikan lebih kecil dibandingkan
total anggaran usulan rapat kerja tahunan adalah alasan pejabat dinas pendidikan harus
Rencana kerja tahunan yang telah disusun oleh dinas pendidikan selanjutnya
menjadi bahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sebelum RKPD ditetapkan
dengan peraturan walikota terlebih dahulu dilaksanakan musrenbang di tingkat kota dan
pembahasan antar unit kerja pemerintah daerah. Walaupun bentuknya pembahasan bersama
tetapi tidak merubah kegiatan-kegiatan dalam renja dari dinas pendidikan untuk menjadi
RKPD Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Program pendidikan Kabupaten Minahasa.
Musrenbang di tingkat kabupaten diselenggarakan oleh badan perencanaan
kabupaten. Forum ini diikuti seluruh satuan kerja perangkat daerah serta melibatkan
berbagai LSM di Kabupaten Minahasa. Untuk organisasi di luar pemerintah yang terkait
dengan masalah pendidikan hanya DPKM yang diundang. Proses kegiatan musrenbang
tingkat kabuopaten lebih mirip dengan sosialisasi RKPD yang akan ditetapkan dengan
keputusan walikota. Khusus kegiatan yang terkait dengan masalah pendidikan lebih terjadi
pada saat raker dinas pendidikan. Hal ini karena yang dilibatkan dalam musrenbang tingkat
kabupaten hanya DPKM yang sebelumnya telah mengikuti raker tahunan dinas pendidikan.
a.1 Implementasi RPJM Bidang Pendidikan Tahun 2006
Tahun 2006 adalah tahun pertama untuk mengimplementasikan RPJM yang
ditetapkan tahun 2005. program yang termuat didalamnya diterjemahkan menjadi berbagai
kegiatan dalam rencana kerja tahun 2006. Rencana kerja Pemerintah Kabupaten Minahasa
ditetapkan dengan peraturan Bupati nomor 7 tahun 2005. Rencana kerja bidang pendidikan
tahun 2006 sesuai dengan peraturan Bupati tersebut, terdiri dari 13 program dan 174
kegiatan. Ketigabelas program yang tercantum dalam RKPD ini adalah sebagai berikut :
1.Peningkatan, pemerataan dan perluasan Pendidikan luar sekolah.
3.Peningkatan dan Pengembangan kurikulum
4.Peningkatan kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan
5.Peningkatan kualitas sarana dan pra sarana pendidikan
6.Penataan sistem dan kelembagaan pendidikan
7.Peningkatan pembinaan pendidikan dasar dan menengah
8.Peningkatan pembinaan generasi muda dan olah raga
9.Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
10.Peningkatan sarana prasarana kerja aparatur pemerintah
11.Peningkatan pengelolaan keuangan daerah
12.Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur pemerintah
13.Pendayagunaan aparatur pemerintah
Apabila kita bandingkan antara program-program pendidikan yang tercantum
dalam RKPD tahun 2006 dengan program pendidikan yang tercantum dalam RPJM maka
diketahui bahwa ada ketidaksesuaian. Program yang tercantum dalam RPJM hanya
sebanyak 9 butir sedangkan di RKPD 2006 sebanyak 13 butir itupun dengan klausul yang
berbeda sehingga mempunyai makna yang berbeda pula.
Perbedaan tersebut terjadi karena RKPD tahun 2006 belum mengacu pada RPJM
2007-2010. RKPD tahun 2006 telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati sedangkan perda
RPJM ditetapkan bulan Desember 2005. Penetapan yang yang dilakukan mendahului
penetapan RPJM ini dilakukan dengan pertimbangan apabila harus menunggu RPJM
dokumen RKPD akan dijadikan dokumen RAPBD. Dengan demikian maka kegiatan yang
dilaksanakan pada tahun 2006 tidak mengacu pada RPJM.
a.2. Implementasi RPJM Bidang Pendidikan Tahun 2007
Implementasi RPJM pada tahun kedua dilaksanakan dengan penetapan peraturan
daerah nomor 7 tahun 2006 tentang RKPD tahun 2007. Di dalam peraturan bupati ini berisi
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2007. Berbagai bidang pendidikan
yang termuat dalam peraturan ini berasal dari rencana kerja yang dibuat oleh oleh dinas
pendidikan. Sebanyak 274 kegiatan termuat dalam peraturan ini. Adapun program yang
termuat di dalamnya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan.
2. Peningkatan kualitas pendidikan PAUD, pendidikan dasar, dan menengah
3.Peningkatan kualitas pendidikan non formal
4.Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
5.Peningkatan kualitas sarana pendidikan
Tidak semua program pendidikan dalam RPJM dicantumkan dalam RKPD 2007.
Di dalam RPJM terdapat 9 (sembilan) program pendidikan, sehingga ada 4 (empat)
program pendidikan yang tidak masuk dalam RKPD 2007. Empat program yang tidak
tercantum adalah: peningkatan kualitas program pendidikan sistem ganda, peningkatan
kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, peningkatan potensi kependidikan secara
optimal, peningkatan hubungan sinergi antara Pemda dengan pengelola pendidikan swasta.
Sehingga pada tahun 2007 sebagaimana yang tersebut di atas hanya 5 program bidang
a.3. Implementasi RPJM Bidang Pendidikan Tahun 2008
Tahun 2008 adalah tahun kedua RPJM 2007-2012 dilaksanakan. Untuk
mengimplementasikan program pendidikan dalam RPJM ini dibuat kegiatan-kegiatan
sebagai penjabaran dari program pendidikan dalam RPJM tersebut. Sesuai dengan
mekanisme penyusunan RKPD maka berbagai kegiatan pendidikan yang dituangkan
didamnya berasal dari rencana kerja yang dibuat oleh dinas pendidikan.
Sesuai dengan PP nomor 58 tahun 2005 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah, pasal 33 mengharuskan RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
selambat-lambatnya akhir bulan Mei. RKPD 2008 ditetapkan melalui peraturan Kabupaten
Minahasa nomor 17 tahun 2007 pada tanggal 26 Juli 2007. Dengan demikian penetapan
RKPD 2008 tidak sesuai dengan waktu yang diharuskan sesuai PP tersebut.
Di tahun 2008 ada 186 kegiatan sebagai penjabaran 7 (tujuh) program pendidikan.
Ketujuh program pendidikan yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan di tahun 2008
adalah:
1.Peningkatan kualitas pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
2.Peningkatan kualitas Pendidikan non formal
3Peningkatan sarana dan pra-sarana pendidikan secara bertahap sesuai dengan 4Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
5.Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
6.Peningkatan potensi kependidikan secara optimal
7.Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
Ada dua program pendidikan dalam RPJM yang tidak dijabarkan menjadi kegiatan
kegiatan untuk dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu: peningkatan kualitas program pendidikan
sistem ganda dan peningkatan hubungan sinergi antara Pemda dengan pengelola pendidikan
swasta.
Ketidaksesuaian program pendidikan yang dilaksanakan pada tahun 2007 dan
2008 dengan semua program pendidikan dalam RPJM karena proses penjabaran program
pendidikan dalam RPJM menjadi kegiatan riil oleh dinas pendidikan dilakukan tanpa
menggunakan RPJM sebagai acuan untuk dilaksanakan. Dimana semua program
pendidikan dalam RPJM harus dilaksanakan. Ketidaksesuaian antara RPJM dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai implementasinya disebabkan oleh anggapan dinas
pendidikan bahwa RPJM tidak mampu mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai
ruang lingkup tanggungjawab dinas pendidikan. Mengetahui hal ini tetapi tidak
mengintervensi penyusunan kegiatan yang dilaukan dinas pendidikan. Di sisi lain, dinas
pendidikan melaksanakan kegiatan setiap tahun hanya berdasarkan rutinitas tahunan. Tidak
ada upaya khusus untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan pendidikan sebagaimana program
dalam RPJM. Akibatnya, ada ketidaksesuaian antara program pendidikan dalam RPJM
dengan program pendidikan di dalam RKPD. Setiap tahunnya ada beberapa program
pendidikan yang tidak dijabarkan menjadi kegiatan oleh dinas pendidikan, Wawancara
dengan Sekretaris Dinas Kabupaten Minahasa. Memperhatikan rencana kerja pendidikan
yang telah dimasukkan dalam RKPD pada tahun 2007 dan 2008, maka diketahui bahwa
selama 2 tahun pelaksanaan RPJM ini tidak semua program pendidikan diterjemahkan
menjadi kegiatan-kegiatan oleh dinas pendidikan setiap tahunnya.
1. Faktor yang tidak mendukung implementasi kebijakan di dinas pendidikan kabupaten
minahasa: Kemampuan mengstrukturkan kebijakan, ketersediaan waktu, diskresi organisasi
Sumber daya waktu yang tersedia untuk melaksanakan proses implementasi
menjadi terbatas. Hal ini karena ketidaksesuaian antara waktu penetapan perda tentang
RPJM dengan penetapan RKPD sebagai penjabaran kegiatan di tahun pertama. Rencana
kerja pemerintah Kabupaten Minahasa bidang pendidikan tahun 2007 tidak mengacu
kepada RPJM.
2. Diskresi pejabat pelaksana yang besar turut menjadi penyebab ketidak berhasilan
implementasi RPJM bidang pendidikan. Hal ini terjadi karena tidak kontrol yang kuat dari
pihak-pihak yang seharusnya mengontrol kinerja dinas pendidikan yaitu pejabat atasan
(kepala daerah dan DPRD). Kepala daerah berorientasi pada hasil kerja dinas pendidikan
sehingga memberikan kepercayaan yang besar kepada dinas ini. Akibatnya, dinas
pendidikan menjadi sangat leluasa untuk membuat keputusan-keputusan tanpa
diimbangikontrol yang kuat dari kepala daerah. Kegagalan implementasi RPJM bidang
pendidikan oleh implementor yang diakibatkan salah-satunya oleh ketiadaan kontrol
terhadap implementor juga karena kurangnya akses formal pihak luar terhadap dinas
pendidikan. Selama ini dinas pendidikan hanya melibatkan DPKM dan PGRI dalam
penyelenggaraan kegiatan di dinas pendidikan. Keterlibatan kedua organisasi ini kurang
begitu kuat mempengaruhi proses implementasi RPJM. Selain itu tidak ada pelibatan
organisasi lain dalam kegiatan di dinas pendidikan. Dinas pendidikan menganggap
keterlibatan DPKM telah mewakili seluruh pihak yang berkepentingan dengan masalah
pendidikan. Hal ini menunjukkan akses yang terbatas dari dinas pendidikan terhadap pihak
luar.
3. Dalam lingkungan faktor non peraturan, komitment pejabat pelaksana untuk
mengimplementasikan seluruh program pendidikan dalam RPJM mempengaruhi
keberhasilan implementasi. Dengan komitmen yang tinggi seharusnya semua program
dua program pendidikan dalam RPJM selama tiga tahun ini tidak dijabarkan dalam kegiatan
nyata.
Faktor-faktor tersebut di atas merupakan faktor penghambat keberhasilan proses
implementasi. Selain itu adalah faktor yang mendorong keberhasilan proses implementasi
adalah karakteristik masalah, kejelasan tujuan, adanya teori kausal berupa peraturan
perundang undangan sebagai pedoman implementasi, sumber keuangan yang mencukupi,
dan adanya dukungan pejabat yang lebih tinggi.
Implementasi kebijakan pembangunan 2007-2012 bidang pendidikan yang selama 3 (tiga)
tahun ini telah dilaksanakan menunjukkan ketidakberhasilan. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang dapat disarankan kepala pemerintah Kabupaten Minahasasehubungan dengan
implementasi kebijakan pendidikan di bidang pendidikan tahun 2007-2012.
1. Ketersediaan waktu yang tidak sesuai.
Dinas pendidikan dalam hal ini kepala dinas sebagai implementor RPJM bidang pendidikan
hendaknya selalu berpedoman pada peraturan perundang-undangan dalam melaksanakan
implementasi RPJM bidang pendidikan. Rencana strategis (renstra) dinas pendidikan sebagai tindak
lanjut penetapan RPJM harus disusun. Selain untuk memenuhi ketentuan perundang undangan
sebagai tahapan implementasi RPJM, renstra dinas merupakan analisa kausalitas birokratik untuk
mencapai tujuan kebijakan bidang pendidikan sesuai dengan RPJM. Selain itu semua program bidang
pendidikan yang termuat dalam perda tentang RPJM 2007-2012 harus dijabarkan menjadi kegiatan
nyata untuk setiap tahun.
Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah setiap tahun harus selalu mengacu
pada RPJM. Ketidaksesuaian penetapan RKPD tahun pertama implementasi dengan
penetapan RPJM harus disesuaikan untuk masa yang akan datang. Pemerintah Kabupaten
Minahasa haus mempertimbangkan masalah waktu dalam proses penetapan RKPD berikut
Sehingga penetapan RPJM sebagai kelanjutan penetapan kepala daerah terpilih harus
dilakukan sebelum penetapan RKPD tahun pertama.
2. Disreksi organisasi pelaksana.
Kepala daerah terpilih hasil pilkada yang mempunyai legitimasi kekuasaan yang
besar seharusnya menggunakan kekuasan tersebut untuk melakukan kontrol terhadap
birokrasi pemerintahan secara efektif, dalam hal ini dinas pendidikan. Hal ini perlu
dilakukan untuk menjamin segala keputusan yang dibuat oleh dinas pendidikan sejalan
dengan tujuan RPJM bidang pendidikan. Selain itu juga untuk menjamin
diimplementasikannya semua program pendidikan yang termuat dalam RPJM. Selain
kontrol yang bersifat secara langsung terhadap dinas pendidikan, kepala daerah dapat
menggunakan pendukungnya dari fraksi pendukung di DPRD ataupun aktor kebijakan di
luar pemerintahan yang mendukungnya untuk melakukan pengawasan terhadap dinas
pendidikan. Untuk itu maka kepala daerah harus memberikan dukungan kepada aktor-aktor
di luar pemerintahan ini untuk ikut berpartisipasi dalam proses kebijakan di bidang
pendidikan. Keterlibatan pihak luar yang selama ini telah ikut dalam proses kebijakan harus
didorong agar lebih mampu mempengaruhi keberhasilan proses implementasi RPJM. Selain
itu dinas pendidikan agar di wajibkan mengikutsertakan semua pihak di luar pemerintahan
yang berkepentingan dengan masalah pendidikan dalam menyusun kegiatan dinas
pendidkan serta melakukan evaluasi.
3. Akses formal pihak lain.
Dinas pendidikan seharusnya memberikan kesempatan kepada pihak manapun
untuk ikut dalam kegiatan pada dinas pendidikan. Keterlibatan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan masalah pendidikan harus diberikan kesempatan. Bahkan dinas
pendidikan harus melibatkan semua pihak yang terkait dengan pendidikan tidak hanya
juga untuk mengawasi dan mengevaluasi kegiatan dinas pendidikan yang telah
dilaksanakan.
4. Rekruitmen pejabat pelaksana.
Dalam mengangkat kepala dinas pendidikan kepala daerah harus memperhatikan
berbagai pihak aktor kebijakan bidang pendidikan. Sehingga kepala dinas yang diangkat
dapat diterima oleh berbagai pihak, tidak hanya dari dalam birokrasi pemerintahan. Hal ini
untuk menjaga dukungan masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakan dinas
pendidikan. Selain itu kepala dinas pendidikan haruslah birokrat yang benar mempunyai
komitment untuk melaksanakan program program pendidikan sebagaimana dalam RPJM.
5. Komitmen pejabat pelaksana.
Harus adanya komitmen yang tinggi dari pejabat pelaksana kepada semua program
pendidikan yang di laksanakan dan di arahkan agar sesuai dengan tujuan kebijakan.
Program-program yang telah terimplementasi haruslah di pantau agar berjalan
sebagaimana mestinya. Saran bagi program-program yang telah terimplementasi:
1. Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan, Perlunya peningkatan pemerataan
kesempatan belajar pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan bagi semua warga
masyarakat secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis tanpa membedakan tempat
tinggal, status sosial-ekonomi, agama, kelompok etnis, kelainan fisik, emosi mental serta
intelektual.
2. Peningkatan kualitas pendidikan paud, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah,
adanya pengembanggan TK-SD satu atap di SD yang memiliki fasilitas yang cukup, untuk
membuka TK yang terintegrasi dengan SD melalui subsidi pembiayaan secara kompetitif,
perlunya dorongan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan paud.
3. Peningkatan kualitas pendidiksn non formal, Perlunya keseimbangan antara PAUD
4. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan, Kelengkapan perpustakaan
haruslah di tunjang dengan minat baca siswa, Penyuluhan tentang kesadaran membaca di
perlukan agar membuka kesadaran siswa akan pentingnya pengetahuan melalui membaca.
5. Peningkatan kualitas sarana pendidikan, perlunya membangun unit sekolah baru dan
ruang kelas baru pada jenjang smp untuk menampung peningkatan jumlah lulusan SD,
Merehabilitasi ruang kelas yang rusak sebagai upaya menyediakan sarana pendidikan yang
layak, mempercepat program wajib belajar sembilan tahun secara efisien dan bermutu serta
menyediakan program tuntas wajib belajar dua belas tahun.
6. Peningkatan sarana dan pra sarana pendidikan secara bertahap sesuai dengan standar
nasional pendidikan, Perlunya pengawasan baik dari dinas maupun masyarkat agar
transparansi dalam peningkatan sarana dan pra sarana kependidikan menjadi jelas.
7. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, adanya kontrol dan
pengembangan sistem pengaturan dan pengelolaan aparat pendidikan yang semakin
efisien, produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola yang lebih baik dan akuntabel.
8. Peningkatan potensi kependidikan secara optimal, ada baiknya dinas pendidikan
mengontrol peningkatan potensi kependidikan agar siswa-siswa yang tidak mampu dan
putus sekolah namun berprestasi di berikan kesempatan untuk menikmati pendidikan,