• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KECAMATAN PAJUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KECAMATAN PAJUKUKANG KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KECAMATAN PAJUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

SKRIPSI

Disusun oleh:

Nurfadhilah. S 45 11 042 004

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2017

(2)

2

ANALISIS PEMANFATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT KECAMATAN

PAJUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

OLEH Nurfadhilah. S

4513042004

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2017

(3)

3

UJIAN AKHIR

ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KECAMATAN PAJUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

Disusun dan diajukan oleh NURFADHILAH.S

4513042047 Menyetujui :

Mengetahui

:

Pembimbing I

Ir Hj Rahmawati R, M.Si NIDN: 0931015201

Pembimbing II

Jufriadi, ST. M.Sp.

NIDN: 0931016802

Dekan Fakultas Teknik

Dr. Hamsina, ST., M.Si.

NIDN: 0924067601

Ketua Jurusan

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Jufriadi, ST,. MSP.

NIDN: 0931016802

(4)

4

HALAMAN PENERIMAAN

Berdasarkan surat keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, Nomor : A. 52/SK/FT./UNIBOS/III/2016 pada tanggal 16 Maret 2016 tentang PANITIA DAN PENGUJI TUGAS AKHIR MAHASISWA JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, maka :

Pada Hari/ Tanggal : Kamis, 17 Maret 2016

Skripsi : Nurfadhilah.S

Nomor Pokok : 45 13 042 004

Telah di terima dan disahkan panitia ujian Skripsi Sarjana Negara Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar ,telah di pertahankan dihadapan tim penguji Ujian Skripsi Sarjana Negara dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Negara jenjang Strata Satu (S-1), pada Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

TIM PENGUJI

Ketua : Dr. Ir. Syafri, M.ST ………

Sekretaris : Ir. Ilham Yahya, ST., MSP ………

Anggota : 1. Ir. Rahmawati Rahman, M.Si. ………

: 2. Jufriadi, ST, MSP ………

Disahkan : Dekan Fakultas

Teknik

Dr. Hamsina, ST.,M.Si NIDN: 0924067601

Diketahui : Ketua Jurusan

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Jufriadi, ST., MSP.

NIDN: 0931016802

(5)

5

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Mahasiswa : Nurfadhilah.S Stambuk : 45 13 042 004

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis/ajukan ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, dengan arahan komisi pembimbing dan bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terjadi atau ditemukan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersediah menerima segala koneksuensi/sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 24 Januari 2018 Penulis

Nurfadhilah.S

(6)

6 ABSTRAK

Analisis Pemanfatan Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng adalah judul judul yang saya angakat dalam skripsi ini. Studi tentang pemanfatan wilayah pesisir berdasarkan potensi hasil sumberdaya alam yang dimiliki untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya yang bermukim pada daerah pesisir pantai. Pengembangan beberapa sektor yang merupakan potensi utama untuk dikembangankan, yaitu dari segi perikanan dan kelautan maupun sumberdaya buatan. Penilaian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat (2) Merumuskan opsi strategi kebijakan pengembangan kawasan wilayah pesisir terhadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Pajukukang.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan dengan mewawancarai informan dan studi literature. Data yang terkumpull kemudian di analisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk menentukan strategi melalui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di kawasan wilayah pesisir, Kemudian dengan menggunakan analisis chi-Kuadrat untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan wilayah pesisir.

Kata kunci : Perekonomian,Pesisir dan Masyarakat

(7)

i KATA PENGANTAR

Assalamu‟ Alaikum Wr. Wb

Teriring Rasa Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita curahkan atas segala limpahan Rahmat Karunia serta Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Analisis Pemanfatan Wilayah Pesisir Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kecamatan pajukuukang Kabupaten Bantaeng”. Tugas akhir ini merupakan syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana STRATA SATU (S-1) pada Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar dan merupakan salah satu proses akhir dari kegiatan pembelajaran di Universitas pada umumnya dan Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Pada khususnya.

Penulis menyadari telah sepenuhnya mengerahkan segala kemampuan dan usaha, namun sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan lupa serta keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, masih banyak terdapat kekurangan dari tugas akhir ini.

Oleh karenanya, dengan rasa tulus dan ikhlas, selayaknyalah penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ALLAH SWT Maha Pemberi segalanya atas rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan kepada penyusun.

(8)

ii 2. Ibu Dr. Hamsina, ST., M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Bosowa Makassar.

3. Bapak Ir. Jufriadi, ST., M.SP., selaku ketua jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

4. Ibu Ir Hj Rahmawati R. Msi, Selaku Pembimbing I dan Bapak Ir.

Jufriadi, ST., M.Sp selaku Pembimbing II. Yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sejak awal penulisan Skripsi ini hingga selesai.

5. Kemudian penyampaian terkhusus dari hati yang paling dalam baik yang tersirat maupun yang tersurat ku haturkan dari lisan sederhana yang terkemas dalam huruf aksara sederhana untuk kedua orang yang tak akan mungkin tergantikan ialah ayah dan ibu tercinta. ayahanda Drs. Sudirman Renta dan Yusnira.S

6. Teman-teman Jurusan Perencaanan Wilayah Dan Kota Universitas Bosowa „Makassar, tekhusus Kawan – Kawan Seperjuanganku Angkatan 2013 dan seluruh kawan kawanku yang akan aku rindukan kelak nanti.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

iii Akhir kata, semoga ALLAH SWT senantiasa mencurahkan segala keberkahan dan rahmatnya kepada mereka yang telah luar biasa membantu penulis dalam menyelesaikan study ini, amin. Terimakasih.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR PETA ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 8

A. Tinjauan Umum Krakteristik Wilayah ... 8

1. Pengertian wilayah Pesisir ... 8

2. Potensi Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir . ... 10

(10)

iv

B. Pemanfatan Wilayah Pesisir ... 14

1. Bakau ... 15

2. Terumbu karang ... 15

3. Bakau diatas Terumbu karang ... 15

4. Rumput Laut ... 16

5. Estruasi dan Paparan Interdalnya ... 16

6. Pantai Kering Batu Gamping ... 16

7. Lahan Basah ... 17

8. Permukiman Tradisional ... 17

9. Pelabuhan ... 18

10. Kota Pesisir. ... 18

11. Pantai Reklamasi. ... 19

12. Tambak . ... 19

13. Kegitan Wisata. ... 20

14. Pertambangan ... 10

C. Potensi Wilayah Pesisir ... 20

D. Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir ... 21

E. Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 28

1. Teori Adam Smith ... 28

2. Teori Ricarh dan Mill ... 29

F. Krasteristik Masyarakat Wilayah Pesisir ... 29

G. Pengembagan Masyarakat Pesisir ... 30

(11)

v

1. Pendekatan Struktural ... 31

2. Pendekatan Subyektif ... 34

H. Kebijakan Strategi dan Perencanaan Wilayah Pesisir ... 39

I. Dasar Hukum ... 45

J. Kerangka Pikir. ... 48

BAB III METODE PENILITIAN . ... 49

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

B. Obyek Penelitian ... 50

C. Jenis dan Sumber Data ... 51

1. Data Primer ... 51

2. Data Sekunder... 52

D. Populasi Dan Sampel. ... 52

1. Populasi Penelitian. ... 52

2. Sampel penelitian. ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Metode Analisis ... 55

1. Analisis Deskriktif Kuantitatif. ... 55

2. Analisis Deskriktif Kualitatiff ... 57

G. Variabel Penelitian ... 65

H. Defenisi Operasional ... 66

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. ... 68

A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bantaeng ... 68

(12)

vi

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 68

2. Topografi / Kelerengan ... 73

3. Geologi dan jenis Tanah ... 74

4. Hidrologi ... 79

5. Klimatologi ... 79

B. Gambaran Umum Kecamatan Pajukukang ... 81

1. Aspek Fisik Dasar ... 81

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 81

b. Topografi / Kelerengan ... 86

c. Geologi ... 86

d. Jenis Tanah ... 87

e. Klimatologi ... 87

2. Aspek kependudukan ... 88

a. Kepadatan Penduduk ... 88

b. Pesebaran Penduduk ... 90

3. Gambaran wilayah Pesisir Kecamatan Pajukukang ... 91

4. Aspek Ekonomi ... 91

a. Fasilitas Pelayanan Ekonomi ... 92

b. Mata Pencaharian Utama Masyrakat Wilayah Pesisir ... 94

c. Aspek Ekologis ... 100

C. Pembahasan . ... 101 1. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Perekonomian

(13)

vii Masyarakat Wilayah Pesisir kecamatan Pajukukang

Kabupaten Bantaeng ... 101

a. Tenaga Kerja Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat... 101

b. Sumberdaya Alam Pertanian Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat. ... 103

c. Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan dalam Pemanfaatan Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat. ... 105

d. Keberadaan Rumah Industri dalam Pemanfaatan Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat. ... 106

e. Sumberdaya Alam Perikanan Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir Terhadap perekonomian Masyarakat ... 108

2. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Perekonomian Masyarakat Wilayah Pesisir kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng ... 109

a. Tenaga Kerja... 109

b. Sumber Daya Alam Pesisir ... 111

c. Tempat Pelelangan Ikan ... 112

d. Rumah Industri ... 114

(14)

viii

e. Sumberdaya Alam Pesisir... 116

3. Hasil Uji Analsis Variabel yang Terkait ... 117

a. Tenaga kerja ... 117

b. Rumah Industri ... 118

c. Sumberdaya Alam Perikanan ... 118

4. Konsep dan Strategi pemanfaatan Wilayah Pesisir Terhadap Peningakatan Perekonomian Masyarakat ... 119

BAB V KESIMPULAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 134 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Skiripsi ... 50 Tabel 3.2 Skala Nilai Hasil Uji Kontingensi ... 57 Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Kecamatan

Kabupaten Bantaeng Tahun 2016 . ... 69 Tabel 4.2 Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan

Lereng ... 73 Tabel 4.3 Pesebaran Jenis Bantuan di Kabupaten

Bantaeng ... 74 Tabel 4.4 Pesebaran Jenis Tanah di Kabupaten

Bantaeng ... 75 Tabel 4.5 Rata rata hari Hujan dan Curah Hujan

Setiap Bulan Tahun 2016 ... 81 Tabel 4.6 Luas Wilayah Dirinci Menurut Desa

Kecamatan Pajukukang Tahun 2016 ... 82 Tabel 4.7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan

Penduduk Menurur Desa Tahun 2016 ... 89 Tabel 4.8 Pesebaran Penduduk Kecamatan Pajukukang

Menurut Desa Tahun 2016 ... 90

Tabel 4.9 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan

Masyarakat Kecamatan Pajukukang Tahun 2017 95

(16)

x Tabel 4.10 Jenis Sumberdaya Alam Pesisir

Kecamatan Pajukukang Tahun 2017 ... 96 Tabel 4.11 Keberadaan Tenaga Kerja Dalam Pemanfatan

Wilayah Pesisi………...

102

Tabel 4.12 Sumber Daya Alam Pertanian Dalam

Pemanfatan Wilayah Pesisir……….

104

Tabel 4.13 Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan

Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir ………….

105

Tabel 4.14 Ketersediyaan Rumah Industri Dalam

Pemanfatan Wilayah Pesisir………..

107

Tabel 4.15 Sumberdaya Alam Perikanan dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir

Terhadap Perekonomian Masyarakat………..

109

Tabel 4.16 Analisis Keberadaan Tenaga Kerja

Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir…………

110

Tabel 4.17 Analisis Sumber Daya Alam Pertanian

Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir…………..

(17)

xi 111

Tabel 4.18 Analisis Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir………….

113

Tabel 4.19 Analisis Ketersediyaan Home Industri Dalam Pemanfatan Wilayah Pesisir………..

115

Tabel 4.20 Analisis Sumberdaya Alam Perikanan Dalam

Pemanfatan Wilayah Pesisir……….

116

DAFTAR PETA

Peta 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantaeng ………... 71

Peta 4.2 Peta Luas Wilayah Kabupaten Bantaeng……….. 72

Peta 4.3 Peta Topografi Kabupaten Bantaeng ……… 76

Peta 4.4 Peta Jenis Tanah………... 77

Peta 4.5 Peta Geologi ……… 78

Peta 4.6 Peta Administrasi Kecamatan Pajukukang ………. 85

Peta 4.7 Peta Luas Wilayah kecamatan Pajukukang………. 85

(18)

xii

(19)

xiii DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Bantaeng Ruang

Lingkup Penelitian ... 70 Grafik 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Pajukukang ... 83

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pedagang Ikan ………. 102 Gambar 4.2 Nelayan ……… 102 Gambar 4.3 Tempat Pelelangan Ikan ………. 105 Gambar 4.4 Tempat Pelelangan Ikan………

105

Gambar 4.5 Home Industri ……….

106

Gambar 4.5 Home Industri ………

106

(20)

xiv

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumberdaya alam pesisir dan laut, dewasa ini sudah semakin disadari banyak orang bahwa sumberdaya ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Di sisi lain, konsekuensi logis dari sumberdaya pesisir dan laut sebagai sumberdaya milik bersama (common property) dan terbuka untuk umum (open acces) maka pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut dewasa ini semakin meningkat di hampir semua wilayah. Pemanfaatan yang demikian cenderung melebih daya dukung sumberdaya (over exploitation).

Secara alamiah kawasan pesisir pada dasarnya bukan semata-mata merupakan kawasan peralihan ekosistem daratan dan laut, namun sekaligus titik temu antara aktifitas ekonomi masyarakat berbasis daratan dan laut. Kawasan pesisir merupakan tempat pendaratan ikan serta berbagai sumberdaya laut maupun aliran sumberdaya lainnya untuk kemudian dialirkan ke daratan. Dari arah daratan mengalir sumberdaya untuk disalurkan ke lautan dan juga udara melalui kawasan-kawasan

(22)

2 pesisir. Akibatnya, kawasan pesisir secara global telah cenderung menjadi konsentrasi aktifitas perekonomian dan peradaban manusia. Kawasan pesisir dalam kenyataannya menampung sekitar 60% populasi dunia. Secara historis, kawasan pesisir telah menjadi hamparan konsentrasi berbagai kota-kota pelabuhan dan pusat-pusat pertumbuhan global.

Masyarakat pesisir yang diketahui secara luas yaitu khususnya masyarakat Pa‟jukukang Kabupaten Bantaeng dan pada umumnya yang terjadi pada nelayan di Indonesia, tentu akan mengalami dialektika yang luar biasa. Hal ini diakibatkan karena pertumbuhan dan proses perkembangan zaman yang serba modern. Perkembangan ilmu pengetahuan mendorong munculnya wawasan dan fikiran terhadap kehidupan masyarakat pesisir. Dimana masyarakat pesisir yang selama ini memahami dirinya yang apa adanya, penuh dengan kesehajaan dan dilain pihak menimbulkan rasa kekahwatiran akan dunia yang seakan meninggalkan mereka dari ketertinggalan. Hal ini menjadi pendorong dimana memunculkan berbagai pemikiran tentang restruklisasi untuk mampu bersaing dengan masyarakat lain yang berbeda profesi sebagai nelayan. Sebagaimana ketetapan Perda Bantaeng Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Petani dan Nelayan bagian kedua Pasal 3 yang berbunyi

(23)

3

“Meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani dan nelayan serta kelembagaan petani dan nelayan dalam menjalankan usahanya yang produktif, maju, moderen, berdaya saing, mempunyai pangsa pasar dan berkelanjutan”. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban bagi para masyarakat pesisir untuk dapat mengembangkan tentang keahlian yang mereka miliki.

Potensi ekonomi daerah yang dimiliki dan layak dikembangkan diKecamatan Pajukukang sangat beragam diantaranya sektor perikanan dan pertanian, hasil yang diperoleh dalam setahun peda sektor perikanan mencapai 5.258 Ton pertahunya dan dari sektor pertanian 2.567 Ton. Kontribusi tersebut perannya dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berbagai macam jenis komodi unggulan pada sektor perikanan dan pertanian yang ikut menyumbang nilai PDRB. Berkaitan dengan potensi yang dimiliki wilayah pesisir Kecamatan Pajukukang maka di masa yang akan datang menjadi tantangan bagi kawasan tersebut untuk merebut peluang potensi yang ada, sehingga perencanaan penataan wilayah pesisir perlu diarahkan secara terpadu guna mengharmonisasikan dan meningkatkan perekonomian masyarakat agar dapat hidup dengan berkecukupan dan tidak ada unsur kepentingan lain bagi pemerintah dalam mengelolah

(24)

4 kawasan pesisir secara menyeluruh. Kondisi yang dihadapi kemudian adalah arahan penggunaan lahan wilayah pesisir di Kecamatan Pajukukang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan perkonomian mereka. Adapun Potensi wilayah pesisir yang dimiliki Kecamatan Pajukukang sangat memungkinkan untuk mengelola sumberdaya alam pesisir tersebut karena terdapat beberapa ciri dalam pemanfaatan wilayah pesisir berbasis perekonomian dengan tersediyanya tempat pelelangan ikan (TPI), maka hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pajukukang memiliki potensi dalam sektor perikanan yang sangat strategis dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Kecamatan Pajukukang., dalam RTRW Provinsi Sulsel Kecamatan Pajukukang masuk dalam Kawasan Strategis Provinsi sebagai Kawasan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, serta sebagai kawasan pengembangan budidaya perikanan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi perekonomian masyarakat Wilayah Pesisir dan Bagaimana Bagaimana strategi pemanfaatan wilayah pesisir terhadap ekonomi masyarakat Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

(25)

5 B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perekonomian masyarakat Wilayah Pesisir Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng?

2. Bagaimana strategi pemanfatan wilayah pesisir dalam perekonomian masyarakat Desa Pajukukang Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Untuk mengedentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui strategi pemanfaatan wilayah pesisir dalam perekonomian masyarakat Kecamatan Pajukukang Desa Pajukukang Kabupaten Bantaeng 2. Manfaat

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir Desa Pajukukang Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

(26)

6 b. Untuk mengetahui strategi pemanfaatan wilayah pesisir dalam perekonomian masyarakat Desa Pajukukang Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

D. Lingkup Penelitian

Lingkup pembahasan pada penelitian ini dititik beratkan pada Lokasi wilayah pesisir yang berada di Kecamatan Pajukukang Studi ini terbatas pada penyajian informasi data tentang perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya alam wilayah pesisir.

E. Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan buku laporan penelitian ini, dibuat dengan mengurut data yang terperinci baik dalam bentuk tabel, deskripsi, peta, dan visualisasi. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan bahasan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang pengertian-pengertian, konsep dan teori.

(27)

7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

yang berisikan gambaran mengenai lokasi studi, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, dan kerangka pikir.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi gambaran umum Kabupaten Bantaeng gambaran Umum kecamatan Pajukukang analisis faktor yang mempengaruhi perekonomian wilayah pesisir dan strategi pengembangan kawasan pesisir BAB V PENUTUP

yang berisikan kesimpulan dan saran

(28)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pesisir 1. Pengertian Wilayah Pesisir

Sampai sekarang belum ada defenisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia seperti pertanian dan pencemaran.

Dahuri, dkk. (1996) mendefenisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dimana batas ke arah darat adalah jarak secara arbiter dari rata-rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu negara. Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Seacara fisiologi

(29)

9 didefenisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang materinya berupa kerikil. Ruang kawasan pe sisir merupakan ruang wilayah diantara ruang daratan dengan ruang lautan yang saling berbatasan. Ruang daratan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan termasuk perairan darat dan sisi darat dari garis terendah. Ruang lautan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai sisi laut pada garis laut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.

Dalam cakupan horizontal, wilayah pesisir di batasi oleh dua garis hipotetik. Pertama, ke arah darat wilayah ini mencakup daerah-daerah dimana proses-proses oseanografis (angin laut, pasang-surut, pengaruh air laut dan sebagainya) yang masih dapat dirasahkan pengaruhnya. Kedua, ke arah laut meliputi daerahdaerah dimana akibat prosesproses yang terjadi di darat (sedimentasi, arus sungai, pengaruh air tawar dan sebagai nya). Wilayah perbatasan ini mempertemukan lahan darat dan masa air yang berasal dari daratan yang relatif tinggi

(30)

10 (elevasi landai, curam atau sedang) dengan masa air laut yang relatif rendah, datar, dan jauh lebih besar volumenya.

Karakteristik yang demikian oleh Ghofar (2004), mengatakan bahwa secara alamiah wilayah ini sering disebut sebagai wilayah jebakan nutrient (nutrient trap).

Akan tetapi, jika wilayah ini terjadi pengrusakan lingkungan secara massif karena pencemaran maka wilayah ini disebut juga sebagai wilayah jebakan cemaran (pollutants trap). Dengan demikian dapat dimengerti bahwa berbagai sumberdaya hayati serta lingkungan di wilayah pesisir relatif lebih rentan terhadap kerusakan, dibandingkan dengan wilayah-wilayah atau ekosistem-ekosistem lainnya.

Dari seluruh tipe ekosistem yang ada, biasanya ekosistem pesisir merupakan wilayah yang mendapatkan tekanan lingkungan yang paling berat (Kay dan Alder, 1999) dalam Ghofar (2004).

2. Potensi Sumberdaya Alam Pesisir

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996), dalam Nurariadi (2004) Kekayaan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan

(31)

11 sumberdayanya dan mendorong berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya binaan/buatan dan jasajasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah pesisir. (Dahuri 1999) dalam Nissa (2011) potensi sumberdaya pesisir secara umum dibagi atas empat kelompok yakni:

a. sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), b. sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable

resources),

c. energi kelautan dan d. jasa-jasa lingkungan

kelautan (environmental services). Sumberdaya yang dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (marine culture). Ketersedian lahan pesisir merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan. Demikian juga dengan wilayah perairan pantainya dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan budidaya terutama budidaya laut. Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sumberdaya energi terdiri dari OTEC (Ocean

(32)

12 Thermal Energy Conservation), pasang surut, gelombang dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut. Wilayah pesisir dan laut sebagai ekosistem yang dinamis memiliki karakteristik yang sangat unik. Keunikan wilayah ini mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut untuk dikelola secara terpadu dan bijaksana. Secara biofisik wilayah pesisir memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Secara empiris terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas (upland) dengan laut lepas.

Perubahan yang terjadi pada suatu eksosistem pesisir, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan (industri, pertanian, pemukiman, dan lainlain) di lahan atas (upland) suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak dilakukan secara bijaksana akan merusak tatanan dan fungsi ekologis kawsan pesisir dan laut.

b. Dalam suatu kawasan pesisir, biasanya terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa

(33)

13 lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. Terdapat keterkaitan langsung yang sangat sumberdaya alam.

c. Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keterampilan/keahlihan dan kesenangan (preference) bekerja yang berbeda sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga dan sebagainya. Pada hal sangat sukar atau hampir tidak mungkin untuk mengubah kesenangan bekerja (profesi) sekelompok orang yang sudah mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.

d. Baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. Misalnya suatu hamparan pesisir hanya digunakan untuk satu peruntukan, seperti tambak, maka akan lebih rentan, jika hamparan tersebut digunakan untuk beberapa peruntukan.

e. Kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama (common property

(34)

14 resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). Padahal setiap sumberdaya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran over eksploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi di kawasan ini, yang pada gilirannya dapat menimbulkan suatu tragedi bersama (open tragedy). Kawasan pesisir memiliki tiga habitat utama (vital) yakni mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Di antara ketiga habitat tersebut terdapat hubungan dan interaksi yang saling mempengaruhi.

Kerusakan yang terjadi pada satu habitat akan mempengaruhi kehidupan biota pada habitat lainnya, sehingga pengelolaan pada suatu habitat harus mempertimbangkan kelangsungan habitat lainnya.

B. Pemanfaatan Wilayah Pesisir 1. Bakau

Tutupan bakau memerlukan pesisir landai dengan substrat lumpur atau sedimen halus, serta dekat muara sungai agar tersedia cukup air tawar. Bakau dapat membentuk rataan sangat luas di pesisir tepian pulau kraton atau cekungan belakang yang landai dan luas.

Bakau juga tumbuh di pulau-pulau kecil bila menemukan

(35)

15 pantai landai dan cukup air tawar. Adakalanya bakau tumbuh di atas rataan terumbu karang.

2. Terumbu karang

Terumbu karang tumbuh di perairan hangat, jernih dan terlindung dari agitasi kuat gelombang. Sifat tumbuhnya yang memerlukan sinar matahari, ia selalu berusaha dekat dengan permukaan air laut. Tingkat keragaman komponen terumbu dan kualitas individunya tergantung dari kualitas lingkungan yang dikontrol oleh kondisi fisiko-kimia perairan dan, saat ini, kualitas terumbu karang menurun akibat dampak kegiatan manusia dalam penangkapan ikan.

Terumbu karang memiliki banyak fungsi, antara lain:

secara fisis melindungi pesisir dari agitasi gelombang, menghasilkan sedimen karbonat penyeimbang dasar perairan dan perlindungan bagi biota laut.

3. Bakau di atas terumbu karang

Dinamika perubahan relatif paras muka laut, suplai air tawar dan kemampuan adaptasi biota laut menghasilkan gejala simbiosa antara bakau dan terumbu karang (dan ikan) yang tumbuh di satu ekosistim.

(36)

16 4. Rumput laut

Rataan luas pasir karbonat di terumbu karang pada perairan intertidal memberi peluang tumbuhnya rumput laut (segrass dan seaweed) memperkaya keragaman habitat wilayah perairan. Perairan relatif jernih dengan substrat pasir halus karbonat disukai oleh biota ini.

5. Estuari dan paparan intertidalnya:

Pasang naik dan pasang surut tinggi membentuk estuari, namun meninggalkan juga endapan lumpur luas yang tebal namun muncul saat surut. Rataan ini merupakan habitat subur bagi jenis kerang-kerangan (bivalve)

6. Pantai kering batu gamping:

Di kawasan dengan curah hujan tahunan tipis, lembah dalam sungai mengiris perbukitan undak pantai dengan aliran air hanya saat hujan tiba. Akresi pantai hanya terjadi oleh terangkatnya rataan terumbu membentuk undak pantai baru. Sedimen hasil rombakan terumbu karang terakumulasi di bagian cerukan pantai atau pantai landai membentuk paparan datar. Terbatasnya suplai air tawar dan sedimen sungai menyebabkan perairan terjaga bersih, namun membatasi bakau di periaran yang memperoleh air tawar dari sungai yang lebih teratur aliran air tawarnya.

(37)

17 Pantai kering dapat terbentuk pulau dari batuan volkanik di kawasan bercurah hujan rendah. Jatuhan batu di tebing sering menandai jenis pantai ini.

7. Lahan basah (wetland)

Dapat berupa delta atau pesisir berawa bagian pulau yang menghadap mintakat stabil geologi. Kawasan pesisir ini dicirikan oleh dataran berawa tumbuhan tropis di limpahan banjir sungai yang alirannya berkelok hingga dataran supratidal-intertidal di mintakat bakau.

8. Pemukiman Tradisional:

Pantai dan pesisir telah terubah dari bentang dan bentuk semula oleh kebutuhan manusia yang dibangun sepanjang pantai atau pesisir. Pemukiman dan pelabuhan merupakan perubahan yang paling awal dilakukan di pantai.

 Diatas perairan:

Manusia yang kehidupannya tergantung pada laut merasa nyaman tinggal dan membangun pemukimannya di atas air (Suku Bajo, Orang Laut, dll).

Pemukiman dibangun dan disangga oleh tiang kayu di atas batas pasut tertinggi.

 Diatas pematang pantai :

(38)

18 Pemukiman dapat juga dibangun diatas rataan pasir pantai yang terbebas dari pasang tertinggi, di tempat mana manusia dapat memperoleh air tawar dari sumber atau dengan membuat sumur. Kegiatan meramu hutan dan bercocok ringan mulai dilakukan.

9. Pelabuhan

Tempat berlabuh memerlukan perairan tenang terbebas setiap saat dari kesulitan sandar dan memrlukan perairan dalam. Perluasan pelabuhan untuk ukuran kapal lebih besar mengubah bentang alam, yang semula hanya terbuat dari dermaga kayu sederhana menjadi demikian masif terbuat dari bangunan beton dengan turap.

Pembangunan pelabuhan mengubah bentang pantai.

10. Kota Pesisir

Pembangunan pemukiman berskala besar dari perluasan kota cenderung berdampak pada terubahnya bentang alam wilayah pesisir menjadi blok-blok perumahan yang penataannya lebih didasarkan pada efisiensi ruang semaksimal mungkin. Kondisi demikian tidak lagi mengindahkan keperluan keseimbangan estetika

(39)

19 mupun daya dukung lingkungan. Adakalanya pengelolaan limbah pemukiman juga terabaikan dengan dampak semakin buruknya kualitas pantai dan perairan.

11. Pantai Reklamasi

Reklamasi pantai demi memperoleh lahan lebih luas merupakan kegiatan paling buruk yang mengubah bentang alam asli pantai dan wilayah pesisir. Penataan ruang bentang alam yang diperoleh harus dilakukan dengan perhitungan dan perencanaan yang matang sehingga ruang baru dapat menyatu dengan bentang alam asli disekelilingnya.

12. Tambak (ponds):

Tambak dibangun diperairan intertidal dengan membuka tutupan lahan asli berupa bakau dan lahan rawa. Kegiatan ini mengubah bentang alam dalam skala luas di pesisir datar dengan kisaran pasut tidak terlalu kuat. Seringkali tambak dibuat langsung di perairan pinggir laut, namun seringkali menyisakan rataan tipis bakau sebagai pelindung dan penangkap sedimen. Pertambakan luas dikembangkan di perairan tepian kontinen.

13. Kegiatan Wisata:

(40)

20 Beberapa tempat terpilih sebagai kegiatan hunian wisata, dalam format besar dan modern maupun kecil bernuansa ekowisata. Bentang alam umumnya terubah pada hunian wisata masif dan modern berupa hotel atau bungalow, sementara nuansa asli seringkali justru dipertahankan pada hunian ekowisata.

14. Pertambangan:

Beberapa tempat diwilayah pesisir memiliki potensi pertambangan, seperti minyak bumi, pasir, timah, dan lain- lain. Kegiatan pertambangan pada umumnya menimbulkan konsekuensi perusakan lingkungan yang berat. Oleh sebab itu kegiatan pertambangan harus diawasi secara ketat dan menggunakan teknologi tinggi sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalkan.

C. Potensi Wilayah Pesisir

Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih dari sistem lingkungan atau ekosistem yang dapat bersifat alamiah maupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di kawasan pesisir antara lain terumbu karang (coastal feefs), hutan bakau (mangrove), padang lamun (sea grass), pesisir berpasir (sandy beach), formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Sistem ekosistem buatan yang antara lain berupa tambak, sawah pasang surut,

(41)

21 kawasan pariwisata, industri, agroindustri dan kawasan permukiman. Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) dan jasa-jasa lingkungan (enviromental services).

D. Nilai Ekonomi Sumberdaya Wilayah Pesisir

Sumberdaya dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai segala sesuatu yang baik langsung maupun tidak langsung memiliki nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia, sumberdaya secara awam sering diartikan sebagai sesuatu yang bernilai untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Menurut pandangan ekonomi, paling tidak dikenal tiga sumberdaya yaitu sumberdaya kapital, sumberdaya tenaga kerja dan sumberdaya alam. Sumberdaya kapital menunjuk kepada kelompok sumberdaya yang digunakan untuk menciptakan proses produksi yang lebih efisien. Sementara sumberdaya tenaga kerja dimaksudkan sebagai kapasitas produktif dari manusia baik secara pisik maupun mental yang terkait dengan kemampuan untuk bekerja atau memproduksi suatu barang dan atau jasa. Sedangkan sumberdaya alam adalah stok materi living maup non living yang terdapat dalam lingkungan

(42)

22 pisik secara potensial memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Sumberdaya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource basesd economy) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Sumberdaya alam sangat berperan sebagai tulang punggung Perekonomian Nasional (BPS, 2016). Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara di dunia adalah berbasiskan sumberdaya alam. Perkembangan pemikiran mengenai perhitungan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang biasanya dianggap sebagai penggambaran dari kesejahteraan masyarakat (System of National Accounting / SNA, Growth Domestic Product / GDP dan Net National Product / NNP), ternyata masih mengabaikan perhitungan mengenai penurunan sumberdaya. Perkembangan selanjutnya dalam neo classical ekonomi, pengukuran dengan menggunakan GDP dan NNP, belum menjawab mengenai sumberdaya itu sendiri dalam kaitannya dengan man-made capital, human capital dan natural capital, yang dalam kurun waktu tertentu mengalami depresi dan apresiasi. Natural capital sendiri pada dasarnya menghasilkan barang dan jasa yang tidak dihitung secara utuh dalam prespektif neo-classical economy. Indonesia memiliki modal sumberdaya alam

(43)

23 (natural capital) yang besar dan relative masih belum optimal pemanfaatannya, ditambah dengan modal sosial (sosial capital), teknologi dan sumberdaya manusia yang perlu didesain secara komprehensif dalam sebuah aransemen pembangunaan yang tepat dan berkelanjutan. Dengan meletakkan fungsi dan kebijakan ekonomi secara benar sesuai dengan visi ecological economics (EE) maka pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan akhir dari visi ecological economics (EE) adalah suatu keniscayaan, yaitu sebuah konesp pembangunan ekonomi yang lebih arif, meletakkan keseimbangan peran manusia sebagai bagian dari komunitas dan kelestarian ekosistem (Adrianto, 2004).

Nilai keberadaan merupakan katagori nilai yang dimiliki ekosistem pesisir. Nilai keberadaan ekosistem pesisir merupakan nilai kegunaan didapat seseorang atau masyarakat mengetahui ekosistem pesisir terpelihara keberadannya. Keberadaan sistem alam termasuk indivisible in consumtion, kegunaan diperoleh seseorang yang mengetahui keberadaan spesies atau ekosistem, tidak berkurang hanya karena orang lain juga mengetahui keberadaan spesies atau ekosistem tersebut. Salah satu wujud nyata adanya nilai keberadaan adalah timbulnya partisipasi didalam usaha merehabilitasi sumberdaya alam

(44)

24 yang mengalami kerusakan, partisipasi pelestarian tumbuhan.

Kegunaan keberadaan dan ketidakbergunaan karena kepunahan merupakan sumber nilai keberadaan.

Pertimbangan dasar penetapan ekosistem pesisir paling tidak menggunakan lima kriteria utama yaitu

1. Keanekaragaman, yaitu sumberdaya pesisir memiliki keanekaragaman yang besar, baik biota maupun ekosistemnya, penting dalam menentukan stabilitas biota dan menjamin sumber genetika yang besar.

2. Keterwakilan, yaitu sumberdaya pesisir memiliki formasi biota tertentu dan dipergunakan pembaku bagi formasi-formasi sejenis di daerah lain.

3. Keaslian, yaitu sumberdaya pesisir memiliki kondisi biota maupun fisik sejauh mungkin masih asli atau belum dipengaruhi kegiatan manusia.

4. Kekhasan, yaitu sumberdaya pesisir harus memiliki sifat-sifat yang khas yang tidak diketemukan di daerah lain.

5. Keefektifan, yaitu sumberdaya pesisir memiliki kondisi yang mendukung efektifitas pengelolaan, seperti luas, batas alam seperti sungai, pesisir sehingga memudahkan pengawasan dan pengamanan.

(45)

25 Bertitik tolak kriteria tampak bahwa kriteria satu sampai lima dapat menjadi sumber adanya nilai keberadaan.

Pengembangan konsep nilai keberadaan sangat membantu sebagai penghubung antara ahli ekonomi dan ahli lingkungan di dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Nilai Penggunaan adalah nilai kegunaan atau manfaat yang diperoleh seseorang atau masyarakat dari penggunaan barang atau jasa lingkungan saat kini. Penggunaan barang atau jasa lingkungan bersifat konsumtif maupun non konsumtif. Jenis nilai penggunaan digolongkan atas dua nilai penggunaan yaitu nilai penggunaan langsung dan nilai penggunaan tidak langsung (Dahuri, 2000). Surplus konsumen dari sumberdaya pesisir menggunakan asumsi ekosistem pesisir dianggap barang privat. Jumlah responden yang bersedia membayar sama dengan jumlah permintaan dan nilai nominal yang bersedia dibayar responden sama dengan harga dari nilai ekonomi pesisir.

Total nilai ekonomi dari sumberdaya pesisir dan laut terdiri dari nilai pakai dan nilai yang bukan nilai pakai. Nilai pakai adalah nilai yang timbul dari pemanfaatan sebenarnya terhadap fungsi atau sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem. Nilai-nilai pakai selanjutnya dibagi menjadi nilai- nilai pemanfaatan secara langsung, nilai-nilai dari

(46)

26 pemanfaatan secara tidak langsung dan nilai pilihan. Nilai-nilai pemanfaatan secara langsung adalah pemanfaatan sebenarnya. Nilainilai pemanfaatan secara tidak langsung berupa keuntungan-keuntungan berasal dari fungsi-fungsi ekosistem. Nilai-nilai pilihan adalah nilai yang menunjukkan kesediaan seseorang membayar pelestarian sumberdaya pesisir dan laut bagi penggunaan dimasa depan, nilai-nilai pilihan dapat dianggap sebagai premi asuransi dan masyarakat bersedia membayarnya guna menjamin pemanfaatan di masa depan terhadap sumberdaya pesisir dan laut.

(Adrianto, 2006)

kekuatan ekonomi wilayah sangat tergantung ketersediaan sumberdaya alam berkelanjutan. Hubungan manajemen sumberdaya dan pembangunan ekonomi dijelaskan dengan konsep nilai sumberdaya. Nilai dikuantifikasi dengan mengukur nilai hasil produksi sumberdaya, pendapatan ekspor, jumlah orang yang terserap ke dalam lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung, dan nilai budaya sumberdaya yang tidak dapat dikuantifikasi dengan uang. Berbagai perististiwa yang merusak ekosistem wilayah, seperti banjir memiliki dampak langsung pada nilai sumberdaya dan mempengaruhi

(47)

27 produktivitas dan kesejahteraan ekonomi penduduk. Melalui upaya-upaya pencegahan dan rehabilitasi kerusakan serta pengelolaan sumberdaya terpadu, integritas ekologi menjadi terjamin dan kegiatan produksi dapat berlangsung berkelanjutan, kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat dicapai. Menurut Biro Pusat Statistik, tingkat kesejahteraan dikaji melalui bidang-bidang antara lain kependudukan, pendidikan dan kesehatan.

Salah satu tujuan utama komunitas berbasis pengelolaan sumberdaya pesisir adalah pemberdayaan masyarakat yang kurang beruntung, terdiri dari sebagian besar penduduk pesisir dan seringkali terpengaruh oleh berbagai isu pengelolaan. Pengembangan komunitas haruslah berlandaskan pendekatan pendidikan dan pematangan organisasi komunitas sebagai dasar utama mencapai tujuan yaitu melestarikan sumberdaya, rehabilitasi habitat, dan pengurangan kemiskinan Mengkombinasikan partisipasi masyarakat, pendidikan lingkungan dan dorongan ekonomi merupakan keputusan yang tepat untuk secara bersama- sama memberikan dukungan kelembagaan dalam jangka panjang dari pemerintah, lembaga non-pemerintah, akademisi, atau institusi lainnya yang tergabung dalam

(48)

28 kerangka kesuksesan penyelenggaraan wilayah laut terlindung/Marine Protected Areas.

E. Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan semakin banyak jenis barang dan jasa kepada penduduknya, kemanpuan tersebut tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyusaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan. Pertumbuhan ekonomi juga dapat juga di artikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

Berikut Beberapa Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Beberapa Pakar

1. Teori Adam Smith

Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karna memperluas pasar yang akan meningkatkan spesilisasi maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi, kaerna spesialisasi akan meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi dan inovasi. Jika sudah terjadi pertumbuhan ekonomi maka proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus dari masa ke masa

(49)

29 dimana pendapatan per kapita akan terus bertambah tinggi.

2. Teori Ricardo dan Mill

Perkembangan penduduk yang berjalan cepat akan memperbesar jumlah penduduk menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi, maka akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah.

Pada tingkat ini pekerja akan menerima upah yang sangat minimal. Kemajuan teknologi tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state (suatu keadaan dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali).

F. Krakteristik Masyarakat Wilayah Pesisir

Kecenderungan masyarakat pesisir memeiliki perbedaan dengan masyrakat yang tinggal di sekitar pegunungan hal ini dilhat dari pola hidu, perilaku masyrakat, arsitek bangunan dan alin sebaginya. Pesisir di jadikan sebagi objek mata pencarian bagi masyarakat yang berda di wilayah pesisir guna keberlangsungan hidup mereka. Secara teoritis, masyarakat pesisir didefenisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas social ekonomi yang terkait dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi

(50)

30 sumberdaya pesisir dan lautan. Dalam kerangka sosiologis, masyarakat pesisir, khususnya masyrakat pesisir, memeiliki perilaku yang berbeda dengan katakanlah masyarakat petani/agraris.

Perbedaan ini sebagian besar disebabkan karenakarakteristik sumberdaya yang menjadi input utama bagi kehidupan social ekonomi mereka. Masyarakat pesisir akrab dengan ketidak pastian yang tinggi karena secara alamiah sumberdaya perikanan bersifat invisible sehingga sulit untuk diprediksi. Sementara masyarakat agraris misalnya memiliki ciri sumberdaya yang lebih pasti dan visible sehingga relative lebih mudah untuk imprediksi terkait dengan ekspetasi social ekonomi masyarakat. (wahyono et.al:1993)

G. Pengembangan Masyarakat Pesisir.

Strategi pengembangan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut. Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh

(51)

31 pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integrative.

1. Pendekatan Struktural

Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.

Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi

(52)

32 yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit.

Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut :

a. Pengembangan aksesebilitas Masyarakat pada sumber Daya Alam

Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam adalah salah satu isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat menikmati peluang pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable).

Kesempatan tersebut selain dapat meningkatkan dan memelihara perekonomian masyarakat, juga diharapkan dapat mendorong masyarakat supaya lebih aktif untuk melindungi lingkungan, baik dengan cara pemanfaatan yang ramah lingkungan maupun upaya secara aktif untuk menjaga dari kerusakan lingkungan.

Selain itu aksesibilitas masyarakat terhadap potensi perairan pesisir dan laut untuk transportasi dan parawisata perlu ditingkatkan. Tujuan untuk kegiatan dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat setempat. Pengembangan sektor seperti

(53)

33 kegiatan parawisata dapat mendorong kegiatan masyarakat untuk ikut serta melindungi lingkungan terutama apabila pelaksanaannya dilakukan dengan tepat. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam sangat diperlukan, karena sebagian besar masyarakat pesisir telah dan masih akan bergantung pada sumber daya alam.

b. Pengembangan Aksesibilitas Masyrakat terhadap Sumberdaya Ekonomi

Pengembangan aksesibilitas masyarakat pesisir terhadap sumber daya ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi sumber penghasilan masyarakat dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Langkah ini mencakup perluasan pilihan sumber daya ekonomi, seperti perluasan usaha dan perkreditan. Peluang usaha selain sektor perikanan yang perlu dibuka lebih luas adalah dibidang pertanian, kerajinan, peternakan dan jasa angkutan.

Hal ini penting dalam rangka membuka kesempatan masyarakat untuk tidak hanya bergantung secara langsung pada sumber daya alam, tetapi juga sekaligus mengurangi beban alam. Guna mendukung langkah tersebut, maka perlu dikembangkan aksesibilitas

(54)

34 masyarakat terhadap perkreditan. Sistem perkreditan yang mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi masyarakat, sangat diperlukan. Perkreditan tersebut perlu lebih diarahkan kepada upaya pengembangan usaha yang tidak terlalu mengandalkan sumber daya alam utama di wilayah pesisir dan laut, yaitu mangrove. Karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem perkreditan yang mampu mendorong tumbuhnya sektor usaha alternatif.

2. Pendekatan Subyektif

Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumbar daya alam. Pengetahuan dan

(55)

35 keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu :

a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan.

Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk memberikan konsep dan pandangan yang sama dan benar kepada masyarakat tentang lingkungan dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda menurut lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang berlokasi di zona inti tentu lebih spesifik dan lebih menekankan pada pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan hubungan langsung antara masyarakat setempat dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengawasannya dibanding dengan masyarakat diluar wilayah. Peningkatan pengetahuan dan wawasan juga perlu melibatkan aparatur dusun, desa, dan kecamatan serta masyarakat luas.

(56)

36 b. Pengembangan Keterampilan Masyarakat

Peningkatan keterampilan praktis pengelolaan lingkungan bagi masyarakat dan jajaran pemerintah ditingkat dusun, desa dan kecamatan sangat penting untuk mendorong peran serta unsur-unsur tersebut secara aktif dalam menanggulangi masalah-masalah lingkungan yang secara ekologis dan ekonomis akan merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dan keterampilan tentang upaya penanggulangan permasalahan. Penguasaan keterampilan tersebut akan meningkatkan efektifitas peran serta masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir dan laut.

c. pengembangan kapasitas Masyarakat

Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan untuk dapat ikut serta dalam proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan kapasitas masyarakat sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya kemampuan dan peluang masyarakat untuk

(57)

37 dapat mengartikulasikan kepentingannya melalui kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama program ini adalah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan kemampuan berinisiatif.

d. pengembangan kualitas diri.

Kualitas masyarakat pesisir perlu ditingkatkan untuk menjawab dua tantangan. Tantangan pertama adalah, upaya mengatasi masalah perekonomian, baik untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pokok, maupun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas. Tantangan kedua adalah, upaya mengatasi masalah kerusakan alam, yaitu untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam diwilayah pesisir dan laut sebagai akibat makin meningkatnya aktifitas manusia diwilayah tersebut.

Pengembangan diri tersebut termasuk pengembangan kualitas manusia, baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang kian beragam.

Peningkatan kualitas manusia diharapkan dapat mendorong terjadinya diversifikasi lapangan kerja dan sumber penghasilan penduduk setempat sehingga mampu mengurangi kecenderungan usaha yang

(58)

38 bertumpu pada pengelolaan sumber-daya alam yang tidak efisien. Program pengembangan kualitas manusia ini selain dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan juga dengan cara membentuk kerjasama antar lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, baik di lingkungan desa pesisir maupun di luar, bahkan antar wilayah. Penyiapan tenaga kerja untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut dan wilayah lain disekitarnya perlu dilakukan secara proaktif dengan dilandasi oleh pandangan jauh ke depan.

e. Penigkatan Motovasi Masyarakat untuk Berperanserta

Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mendorong peran serta mereka secara aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Untuk itu, upaya pelibatan masyarakat dan pengembangan kegiatan yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat perlu ditingkatkan terus.

Pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan aspek- aspek yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat. Penyeimbangan kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi mempunyai arti yang strategis untuk

(59)

39 mendorong masyarakat melibatkan diri dalam upaya perlindungan sumberdaya alam

H. Kebijakan, Strategi Dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah pesisir

beberapa kebijakan nasional yang terkait dengan pengelolaan wilayah laut dan pesisir adalah sebagai berikut : 1. Revitalisasi kawasan berfunsi lindung, mencakup

kawasan-kawasan lindung yang terdapat di wilayah darat dan wilayah laut/pesisir, daalm rangka menjaga kualitas lingkungan hidup sekaligus mengamankan kawasan pesisir dari ancaman bencana alam. Salah satu factor penyebab berbagai permasalahan di wilayah laut dan pesisir adalah hilangnya fungsi lindung kawasan-kawasan yang seharusnya ditetapkan sebagai kawasan lindung, termasuk kawasan lindung di wilayah daratan yang mengakibatkan pendangkalan perairan pesisir, kerusakan padang lamun, dan kerusakan terumbu karang (coral bleaching).

2. Pengembangan ekonomi masyarakat pesisir berbasis potensi dan kondisi sosial budaya setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

(60)

40 pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir merupakan salah satu kunci dalam mengurangi tekanan terhadap ekosistem laut dan pesisir dari pemanfaatan sumber daya yang tidak terkendali.

3. Peningkatan pelayanan jaingan prasarana wilayah untuk menunjang pengembangan ekonomi di wilayah laut dan pesisir. Ketersediaan jaringan prasrana wilayah yang memadai akan menunjang pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir secara optimal serta menunjang fungsi pesisir sebagai simpul koleksi-distribusi produk kegiatan ekonomi masyarakat.

Menurut Nurmalasari, strategi pengembangan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non structural. Pendekatan structural dalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sisitem dan struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut.

Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak

(61)

41 pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif.

Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif.

Sasaran utama pendekatan structural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan system kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek structural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sisitem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang dating baik dari dalam maupun dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus- menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan subyektif atau non-struktural adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek

(62)

42 yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk ebrbuat sesuatu demi melindungi sumber daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan maslah kerusakan sumber daya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternative sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan

2. Pengembangan keterampilan masyarakat

3. Pengembangan kapasitas masyarakat

4. Pengembangan kualitas diri

5. Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta

6. Penggalian dan pengembangan nilai tradisional masyarakat.

(63)

43 Konsep pengelolaan wilayah pesisir adalah fokus pada karakteristik wilayah dari pesisir itu sendiri, dimana inti dari konsep pengelolaan pengelolaan wilayah adalah kombinasi dari pembangunan adaptif, terintegrasi, lingkungan, ekonomi dan sistem sosial. Strategi dan kebijakan yang diambil didasarkan pada karakteristik pesisir, sumberdaya, dan kebutuhan pemanfaatannya. Oleh karena itu dadalam proses perencanaan wilayah pesisir, dimungkinkan pengambilan keputusan diarahkan pada pemeliharan untuk generasi yang akan dating (pembangunan berkelanjutan). Idealnya, dalam sebuah proses pengelolaan kawasan pesisir yang meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi, harua melibatkan minimal tiga unsure yaitu ilmuawan, pemerintah, dan masyarakat. Proses alam lingkungan pesisir dan perubahan ekologi hanya dapat dipahami oleh ilmuan dan kemudian pemahaman tersebut menjadi basis pertimbangan bagi pemerintah untuk melaksanakan program pembangunan yang menempatkan masyarakat pesisir sebagai pelaku dan tujuan meningkatkan sosial ekonomi kawasan. Menurut Muttaqiena dkk, perencanaan pembangunan pesisir secara terpadu harus memperhatikan tiga prinsip pembnagunan berkelanjutan untuk pengelolaan wilayah pesisir yang dapat diuraikan sebagai berikut ;

(64)

44

1. Instrumen ekonomi lingkungan telah menjadi bagian dari pengambilan keputusan, yang memasukkan parameter lingkungan untuk melihat analisis biaya manafaat (cost benefit analysis). Misalnya pembangunan pabrik di wilayah pesisir harus memperhitungkan tingkat pencemarannya terhadap laut, perlunya pengelolaan limbah ikan di Tempat Pelelangan Ikan, dan lain-lain.

2. Isu lingkungan seperti konservasi keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama dalam pengambilan keputusan.

3. Pembangunan berkelanjutan sangat memperhatikan kualitas hidup manusia pada saat sekarang dan masa yang akan dating, termasuk didalamnya adalah sarana pendidikan bagi masyarakat pesisir, penyediaan fasilitas kesehatan dan sanitasi yang memadai, dan mitigasi bencana.

Strategi pengelolaan tersebut merupakan upaya-upaya pemecahan masalah-masalah wilayah pesisir yang yang harus dipecahkan melalui program-program pembangunan.

Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang harus diperhatikan berkenaan dengan program-program pengelolaan sumberdaya pesisir yaitu;

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab pemegang saham terbatas pada saham yang dimilikinya, akan tetapi jika da- pat dibuktikan bahwa telah terjadi pembauran harta kekayaan pribadi pemegang saham

Penurunan laju korosi dan peningkatan efisiensi inhibisi ini terjadi karena ekstrak kulit manggis bekerja sesuai prinsip kerja inhibitor organik yaitu bekerja dengan

Dari setiap nilai pada subindikator, didapatkan nilai keselamatan konstruksi pada pekerjaan pilar ditinjau terhadap dimensi keselarnatan publik adalah 49 %, nilai

Dilihat dari diagram pada gambar 4, mikrokontroler arduino uno menerima masukan dari water level float switch sensor dan menghasilkan keluaran kemotor servo. Lalu

[r]

Seperti halnya PDAM Kota Cirebon merupakan salah satu perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan menyediakan air minum dan air bersih bagi masyarakat

dibawah ini : Lihat Kendaraan Lihat daftar kendaraan Lihat datar tarif Lihat daftar booking Mengelola daftar sopir Mengelola data transaksi Home Pelanggan Lihat Tarif

sto::>ry-tell ing as a new technique c•f teaching speaking to. the students; as teaching speaking through