ABSTRAK
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Dani Tri Haryanto NIM: 112114140 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh informasi akuntansi yang diukur dengan perubahan current ratio, perubahan net profit margin, perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover terhadap perubahan harga saham pada periode sebelum dan sesudah implementasi IFRS. Jenis penelitian ini adalah studi empiris dengan menggunakan teknik purposive judgement sampling pada pemilihan sampel. Data penelitian didapat dari data sekunder perusahaan manufaktur selama periode 2010 hingga 2013. Sampel yang digunakan sebesar 25 perusahaan manufaktur tiap tahunnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang diukur dengan perubahan current ratio, perubahan net profit margin, perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada periode sesudah implementasi IFRS. Namun pada periode sebelum implementasi IFRS, informasi akuntansi berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ACCOUNTING INFORMATION TO THE STOCK PRICE CHANGES
BEFORE AND AFTER THE IMPLEMENTATION OF IFRS
An Empirical Study at Go Public Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange
Dani Tri Haryanto NIM: 112114140 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This research aims to analyze the influence of accounting information measured by the changes of current ratio, net profit margin, debt ratio and total assets turnover to the changes of stock price before and after IFRS implementation. This research was an empirical study with purposive judgement sampling technique in data collection. Secondary data were obtained from manufacturing companies in the year 2010 through 2013. The sample were consisted of 25 listed companies each year. The data were analyzed by multiple linier regression analysis.
The result showed that the accounting information measured by the changes of current ratio, net profit margin, debt ratio and total assets turnover has no influence to the changes of stock price after the implementation of IFRS. However, before the implementation of IFRS, the accounting information had influenced to the stock price changes.
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Dani Tri Haryanto NIM : 112114140
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Dani Tri Haryanto NIM : 112114140
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
MOTTO:
“Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi
ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari
ini kaulakukan dengan setia”
(Ulangan 28:13)
“Biarlah segala yangbernafas memuji Tuhan! Haleluya!”
(Mazmur 150:6)
“I can’t change yesterday, but I can change today”
(Unknown)
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang selalu membimbingku dan ada untukku tiap waktu.
Kedua orangtuaku, Hardjoko dan Telly Sahuleka.
Kedua kakakku, Danang Wijanarko dan Dian Yustisia Wulandari.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI
TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Hormat dan terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Drs. Johannes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah
mendukung dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma atas ilmu
dan bantuan yang bermanfaat selama penulis belajar.
6. Kedua orangtuaku, Papa Hardjoko dan Mama Telly Sahuleka yang telah
memberikan cinta dan kasih sayangnya yang tak pernah habis kepada penulis.
7. Kedua saudara kandungku, Danang Wijanarko dan Dian Yustisia Wulandari.
Terimakasih atas doa, cinta dan dukungan kalian kepada penulis.
8. Si kecil yang nyebelin, nggemesin dan ngangenin: Geofrey Nathaniel Sasmito.
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR DIAGRAM ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Signaling Theory... 8
B. Efficient Market Hypothesis ... 9
C. International Financial Reporting Standards (IFRS) ... 10
D. Informasi Akuntansi ... 12
E. Harga Saham ... 20
F. Penelitian Terdahulu ... 22
G. Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Objek Penelitian ... 26
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 27
F. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 41
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41
B. Deskripsi Sampel Penelitian ... 41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Pengukuran Data ... 45
B. Analisis Data ... 47
C. Pembahasan ... 56
BAB VI PENUTUP ... 58
A. Kesimpulan ... 58
x
Halaman
C. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 63
LAMPIRAN 1: PRODUK IASB HINGGA TAHUN 2011 ... 64
LAMPIRAN 2: SAMPEL PENELITIAN ... 66
LAMPIRAN 3: DATA PERUBAHAN HARGA SAHAM ... 67
LAMPIRAN 4: DATA PERUBAHAN CURRENT RATIO ... 70
LAMPIRAN 5: DATA PERUBAHAN NET PROFIT MARGIN ... 73
LAMPIRAN 6: DATA PERUBAHAN DEBT RATIO ... 76
LAMPIRAN 7: DATA PERUBAHAN TOTAL ASSETS TURNOVER ... 79
LAMPIRAN 8: HASIL STATISTIK DESKRIPTIF ... 82
LAMPIRAN 9: HASIL UJI NORMALITAS PERIODE SEBELUM IMPLEMENTASI IFRS (2010-2011) DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS (2012-2013)... 83
LAMPIRAN 10: HASIL UJI ASUMSI KLASIK PERIODE SEBELUM IMPLEMENTASI IFRS (2010-2011) ... 84
LAMPIRAN 11: HASIL UJI ASUMSI KLASIK PERIODE SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS (2012-2013) ... 85
LAMPIRAN 12: HASIL REGRESI TOTAL OBSERVASI (2010-2013) ... 86
LAMPIRAN 13:HASIL REGRESI PERIODE SEBELUM IMPLEMENTASI IFRS (2010-2011) ... 87
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Penentuan Sampel Penelitian ... 41
Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 43
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas ... 47
Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48
Tabel 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 49
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 50
Tabel 5.5 Hasil Uji Run Test Periode Sebelum Implementasi IFRS... 51
Tabel 5.6 Hasil Uji F ... 51
Tabel 5.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 53
xii
DAFTAR DIAGRAM
xiii ABSTRAK
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Dani Tri Haryanto NIM: 112114140 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh informasi akuntansi yang diukur dengan perubahan current ratio, perubahan net profit margin, perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover terhadap perubahan harga saham pada periode sebelum dan sesudah implementasi IFRS. Jenis penelitian ini adalah studi empiris dengan menggunakan teknik purposive judgement sampling pada pemilihan sampel. Data penelitian didapat dari data sekunder perusahaan manufaktur selama periode 2010 hingga 2013. Sampel yang digunakan sebesar 25 perusahaan manufaktur tiap tahunnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang diukur dengan perubahan current ratio, perubahan net profit margin, perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada periode sesudah implementasi IFRS. Namun pada periode sebelum implementasi IFRS, informasi akuntansi berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
xiv
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ACCOUNTING INFORMATION TO THE STOCK PRICE CHANGES
BEFORE AND AFTER THE IMPLEMENTATION OF IFRS
An Empirical Study at Go Public Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange
Dani Tri Haryanto NIM: 112114140 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This research aims to analyze the influence of accounting information measured by the changes of current ratio, net profit margin, debt ratio and total assets turnover to the changes of stock price before and after IFRS implementation. This research was an empirical study with purposive judgement sampling technique in data collection. Secondary data were obtained from manufacturing companies in the year 2010 through 2013. The sample were consisted of 25 listed companies each year. The data were analyzed by multiple linier regression analysis.
The result showed that the accounting information measured by the changes of current ratio, net profit margin, debt ratio and total assets turnover has no influence to the changes of stock price after the implementation of IFRS. However, before the implementation of IFRS, the accounting information had influenced to the stock price changes.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, setiap pengusaha selalu menginginkan usaha yang dikelolanya
mengalami perkembangan atau kemajuan yang pesat. Dalam mengembangkan
usahanya agar dapat lebih maju dibutuhkan dana/modal yang tidak sedikit.
Alternatif yang dapat digunakan pengusaha untuk mendapatkan tambahan
dana/modal bagi usahanya adalah pinjaman dari kreditor dan mencatatkan
sahamnya di pasar modal. Ketika saham sudah tercatat di pasar modal, maka
perusahaan akan mendapatkan tambahan modal dari investor.
Sebelum menginvestasikan dananya, investor terlebih dahulu melihat
kinerja perusahaan yang akan dipilih. Informasi akuntansi dalam laporan
keuangan merupakan hal yang penting bagi investor karena informasi
akuntansi menyajikan keterangan, catatan maupun gambaran baik masa lalu,
saat ini maupun yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Investor dapat melihat kinerja perusahaan dari informasi akuntansi tersebut.
Seiring perkembangan waktu, kandungan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan dituntut agar lebih berkualitas tinggi, transparan, dapat
diperbandingkan dan diterima dengan tangan terbuka oleh investor, kreditor
dan analis keuangan serta pengguna laporan keuangan lainnya (Ankarath,
2012: 2). Oleh karena itu, dibutuhkan standar atau peraturan yang dapat
mencakup seluruh persyaratan tersebut dalam laporan keuangan. Namun
keuangan yang dikeluarkan oleh negaranya sendiri, sehingga para pengguna
laporan keuangan khususnya investor bisa saja tidak mendapatkan informasi
akuntansi yang dibutuhkan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Dewan Standar Akuntansi
Internasional (IASB) membuat suatu standar yang dapat mencakup pelaporan
keuangan secara global. Standar pelaporan keuangan internasional atau yang
sering disebut dengan IFRS (International Financial Reporting Standards)
merupakan standar internasional yang dikeluarkan oleh IASB dalam rangka
tuntutan globalisasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan adanya IFRS
diharapkan kandungan informasi akuntansi dalam laporan keuangan
berkualitas tinggi, dapat menyempurnakan komparabilitas laporan keuangan,
memperkuat transparansi perusahaan serta dapat diperbandingkan dan
diterima dengan tangan terbuka oleh pengguna laporan keuangan khususnya
investor dan kreditor.
Dalam perkembangan globalisasi, Indonesia sudah menerapkan IFRS pada
standar pelaporan keuangannya. Proses menerapkan IFRS ke dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) atau dikenal dengan istilah
pengadopsian IFRS melewati beberapa proses. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) secara bertahap melakukan konvergensi secara penuh
PSAK dengan IFRS. Konvergensi secara penuh PSAK dengan IFRS
dilakukan ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir dan
Tahap pertama disebut dengan tahap adopsi dimana DSAK mengadopsi
seluruh IFRS ke PSAK dan mempersiapkan infrastruktur yang diperlukan.
Tahap adopsi dilakukan dari tahun 2008 hingga 2010. Setelah melakukan
tahap adopsi, kemudian DSAK melakukan tahap persiapan akhir, dimana
menyelesaikan persiapan infrastruktur yang diperlukan dari tahap adopsi dan
menerapkan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS. Tahap persiapan
akhir dilakukan pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan tahap persiapan
akhir, DSAK masih menerapkan secara bertahap PSAK berbasis IFRS dan
mengevaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif. Tahap tersebut
dinamakan tahap implementasi. Tahap implementasi dilaksanakan mulai dari
tahun 2012 hingga saat ini.
Dari tahapan tersebut, pada tahun 2012 perusahaan di Indonesia sudah
menerapkan PSAK berbasis IFRS pada proses pelaporan keuangannya.
Penerapan IFRS dalam pembuatan laporan keuangan akan menghasilkan
kandungan informasi akuntansi yang berkualitas tinggi, memudahkan
komparabilitas laporan keuangan serta dapat meningkatkan transparansi
laporan keuangan.
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan mudah jika perusahaan
menerapkan IFRS dalam pelaporan keuangannya. Para pengguna laporan
keuangan khususnya investor dan kreditor, dapat dengan mudah mengukur
kinerja perusahaan dari informasi akuntansi yang didapat dari laporan
keuangan menggunakan rasio keuangan seperti rasio liabilitas, solvabilitas,
Selain informasi akuntansi yang diukur dengan rasio keuangan, investor
juga memperhatikan harga saham perusahaan yang akan dibelinya. Hal ini
dikarenakan investor mengharapkan keuntungan dari investasi tersebut.
Hartono (2008) menjelaskan bahwa keuntungan yang diperoleh investor dari
penanaman modal saham ini dapat berasal dari laba perusahaan yang
dibagikan atau dividen, dan kenaikan atau penurunan harga saham. Budiman
(2007) dalam Meythi, dkk. (2011) menyatakan peningkatan maupun
penurunan harga saham dipengaruhi banyak faktor, ada faktor internal
perusahaan dan ada pula faktor eksternal. Faktor internal perusahaan seperti
keputusan manajemen, kebijakan internal manajemen dan kinerja perusahaan.
Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi perekonomian, kebijakan
pemerintah, inflasi, kondisi politik, dan lain-lain. Faktor eksternal tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan karena terjadi di luar area perusahaan,
sedangkan faktor internal dapat dikendalikan perusahaan dengan cara
mengendalikan harga saham mereka agar tidak turun melalui peningkatan
kinerja perusahaan. Dengan penerapan IFRS pada proses pelaporan keuangan,
diharapkan dapat mengurangi terjadinya dampak buruk dari faktor internal
perusahaan.
Dengan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Perubahan Harga
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
dibuat adalah: Apakah terdapat peningkatan pengaruh informasi akuntansi
terhadap perubahaan harga saham setelah dilakukan implementasi IFRS?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan atau penurunan pengaruh
informasi akuntansi terhadap perubahan harga saham setelah dilakukan
implementasi IFRS.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan yang diteliti, dapat menjadi evaluasi dan
pertimbangan dengan mengetahui pengaruh informasi akuntansi
terhadap perubahan harga saham sebelum dan sesudah
implementasi IFRS.
2. Bagi investor, diharapkan dapat membantu dalam pemilihan
perusahaan yang akan dipilih dalam penginvestasian dana
khususnya perusahaan manufaktur yang sudah go public dan
terdaftar di Busa Efek Indonesia.
3. Bagi akademisi, sebagai acuan dasar dalam mengembangkan
penelitian yang sejenis kedepannya dan menambah variabel serta
4. Bagi masyarakat, dapat membantu dalam memahami laporan
keuangan perusahaan yang sudah go public dengan perhitungan
rasio keuangan.
5. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis tentang penerapan IFRS dan pengaruhnya
terhadap kinerja perusahaan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan dalam
penelitian, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori pendukung yang digunakan sebagai
landasan dalam melaksanakan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis
data yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang terdapat
pada rumusan masalah.
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Bab ini memberikan gambaran mengenai data yang digunakan
dalam penelitian, cara peneliti menentukan sampel, serta gambaran
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengujian yang dilakukan, analisis
terhadap data, dan pembahasan berdasarkan hasil analisis data.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan hasil uji dan analisis data yang dilakukan
pada bab sebelumnya, dan keterbatasan pada saat proses penelitian.
Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian, penulis memberikan
saran-saran bagi pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Signaling Theory (Teori Signal)
Teori signal mengemukakan tentang bagaimana perusahaan memberikan
signal kepada pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan dalam konteks
penelitian ini adalah investor. Signal ini berupa informasi mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya
(Saleh, 2012). Signal yang diberikan perusahaan dapat melalui pengungkapan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Informasi akuntansi yang
tercantum dalam laporan keuangan menunjukkan kinerja perusahaan selama
satu periode. Informasi tersebut dapat membantu pengguna laporan keuangan
khususnya investor dalam mengambil keputusan.
Menurut Morris (1987) dalam Meythi, dkk. (2011) teori signal
menjelaskan masalah asimetris informasi dalam pasar. Asimetris informasi
atau informasi yang tidak simetris merupakan informasi privat yang hanya
dimiliki oleh para investor yang mendapat informasi saja (Jogiyanto, 2010:
534). Hal tersebut dapat berdampak pada penilaian sekuritas yang ditawarkan
oleh pasar modal. Penilaian sekuritas dapat ditawar dengan harga rendah jika
investor lain tidak memiliki informasi yang lengkap. Teori signal
menunjukkan bagaimana asimetris dapat dikurangi dengan memberikan lebih
banyak signal informasi kepada pihak lain secara sukarela. Oleh karena itu
informasi yang dimiliki sehubungan dengan sekuritas yang dijual untuk
mengurangi permasalahan asimetris informasi.
Teori signal menurut Godfrey et al. (2010: 375-376) menjelaskan
bagaimana cara manajer menggunakan tanda-tanda dalam laporan keuangan
untuk memberikan signal yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Jika
manajer mengharapkan signal yang baik di masa depan, mereka akan berusaha
memberikan signal tersebut kepada pengguna laporan khususnya investor
melalui akun-akun dalam laporan keuangan. Pemberian signal ini diharapkan
dapat menarik investor dalam menginvestasikan dananya ke perusahaan
dengan menggunakan laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan. Jika
signal yang diberikan baik, kemungkinan besar investor ingin
menginvestasikan dananya ke perusahaan tersebut. Jika signal yang dihasilkan
buruk, investor tidak akan menginvestasikan dananya. Oleh karena itu, kinerja
perusahaan harus diperbaiki terlebih dahulu agar menghasilkan signal yang
baik dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.
B. Efficient Market Hypothesis (Hipotesis Efisiensi Pasar)
Efficient market hypothesis merupakan teori dasar dari karakteristik suatu
pasar modal yang efisien, yaitu para pemodal memiliki pengalaman yang luas
dan informasi yang didapat untuk para pemodal lengkap sehingga pasar
bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru
yang mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2010: 517). Kondisi
pasar tersebut dapat dikategorikan sebagai pasar yang efisien.
1. Efisiensi pasar bentuk lemah merupakan harga sekuritas pada pasar
mencerminkan secara penuh informasi masa lalu. Informasi masa lalu
merupakan informasi yang sudah terjadi. Pasar dalam keadaan ini tidak
menguntungkan bagi para investor karena tidak mendapatkan return
yang abnormal (abnormal return).
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan harga sekuritas pada
pasar secara penuh mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan termasuk informasi yang ada pada laporan keuangan
perusahaan emiten. Jika pasar dalam keadaan setengah kuat, maka
investor juga tidak mendapatkan abnormal return dalam jangka waktu
yang lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat merupakan harga sekuritas pada pasar
mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi
yang bersifat privat. Jika pasar dalam keadaan kuat maka investor
tidak mendapatkan abnormal return, karena seluruh investor memiliki
informasi yang serupa.
C. International Financial Reporting Standards (IFRS)
International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting
Standards Board (IASB). Asal mula terbentuknya IFRS berasal dari lahirnya
International Accounting Standards (IAS) yang dibentuk oleh International
sebagai standar akuntansi internasional diterima dengan tangan terbuka oleh
seluruh negara.
Pada tahun 2000, IASC melakukan restrukturisasi kelembagaan dengan
dibentuknya IASC Foundation yang membawahi IASB dan International
Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC). Setelah tahun 2001,
IASB mengeluarkan IFRS sebagai satndar akuntansi internasional dengan
mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang
dilakukan IASC.
Peraturan di dalam IFRS juga mencakup interpretasi yang dibuat oleh
IFRIC dan Standing Interpretation Committee (SIC). Interpretasi dari IFRIC
mengenai interpretasi terhadap hal-hal yang tidak jelas pada IFRS, sedangkan
interpretasi dari SIC memuat ketentuan-ketentuan yang tidak jelas pada IAS.
Hingga tahun 2011 IASB telah mengeluarkan IFRS, IAS, interpretasi IFRIC
dan interpretasi SIC. Daftar produk yang dikeluarkan IASB terlampir pada
halaman lampiran.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan
mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparan bagi para pengguna
laporan keuangan, dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan dan
menghemat biaya pembuatan laporan keuangan bagi perusahaan
multinasional.
Penelitian ini menggunakan periode sebelum dan sesudah melakukan
IFRS didapat dari laporan keuangan tahun 2010 sampai 2011. Untuk periode
sesudah implementasi IFRS dari tahun 2012 sampai 2013.
D. Informasi Akuntansi
Akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang dapat
dipakai untuk penilaian dan pengambilan keputusan oleh pemakai informasi
tersebut (Hanafi dan Halim, 2012: 27). Informasi ekonomi dalam laporan
keuangan dapat berupa informasi akuntansi. Informasi tersebut sering
dijadikan landasan oleh informan dalam pengambilan keputusan. Informasi
akuntansi berupa pos-pos dalam laporan keuangan perusahaan yang terdiri
dari Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Laba Rugi, Laporan
Perubahan Ekuitas/ Laporan Laba di Tahan dan Laporan Arus Kas.
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No.1 Revisi 2013 tentang Penyajian Laporan
Keuangan (2013: 1.3), laporan keuangan merupakan suatu penyajian yang
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan dapat dijadikan sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban
antara perusahaan dan pemiliknya atau pihak lain yang mempunyai hubungan
dengan perusahaan tersebut (Pura, 2013: 86).
Terdapat beberapa jenis laporan keuangan perusahaan, di antaranya:
1. Laporan Laba Rugi merupakan laporan yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama suatu periode
biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laba
dapat ditunjukkan jika pendapatan lebih besar daripada biaya (hasil >
upaya), sedangkan rugi dapat ditunjukkan jika biaya lebih besar
daripada pendapatan (hasil < upaya).
2. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) merupakan laporan yang
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada saat atau atnggal
tertentu. Neraca menyajikan akun riil yaitu aset, kewajiban dan
modal/ekuitas. Aset terletak pada sisi aktiva yang terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap. Kewajiban dan modal terletak pada sisi pasiva
yang terdiri dari utang lancar, utang jangka panjang dan modal sendiri
pemegang saham.
3. Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan perubahan modal pemilik
selama periode tertentu. Modal akan naik jika dana yang diinvestaikan
pemilik ke perusahaan tinggi dan keuangan perusahaan mengalami laba.
Modal akan turun jika pemilik mengambil kembali sebagian dana yang
diinvestasikan ke perusahaan (prive) dan keuangan perusahaan
mengalami rugi. Akun prive merupakan pengurang modal pemilik.
4. Laporan Laba di Tahan menunjukkan perubahan posisi laba ditahan
perusahaan selama periode tertentu. Perusahaan yang menggunakan
laporan ini adalah yang berbetuk perseroan terbatas (PT). Akun dividen
merupakan pengurang akun laba ditahan.
5. Laporan Arus Kas memberikan informasi mengenai penerimaan dan
kas dari kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Laporan ini
melaporkan kenaikan atau penurunan bersih kas dan saldo akhir kas
pada periode tertentu. Banyak kegiatan yang tercermin dalam laporan
arus kas yang menyebabkan perubahan posisi kas perusahaan. Laporan
arus kas memisahkan aktivitas menjadi tiga kategori (Astuti, 2004: 25):
a. Aktivitas operasi yang mencakup kegiatan operasional perusahaan
yang mengakibatkan perubahan kas dan menghasilkan laba bersih
b. Aktivitas investasi yang meliputi kegiatan investasi atau membeli
dan menjual aktiva tetap
c. Aktivitas pembiayaan yang mencakup kas yang diperoleh selama
tahun berjalan dengan menerbitkan hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang atau saham.
6. Catatan atas laporan keuangan memuat mengenai (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 1 Revisi 2013, 1.21):
a. penyajian informasi mengenai dasar penyusunan laporan keungan
serta kebijakan akuntansi spesifik
b. pengungkapan informasi yang disyaratkan oleh SAK dan tidak
disajikan pada bagian dalam laporan keuangan
c. informasi lain yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
namun informasi tersebut bersifat relevan.
Setelah mendapatkan laporan keuangan perusahaan, kita dapat menjadikan
laporan tersebut sebagai bahan dasar evaluasi dengan menggunakan
karena memberikan informasi mengenai profitabilitas, timing aliran kas yang
kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan
(Hanafi dan Halim, 2012: 67). Kemudian harapan tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Diharapkan dengan adanya hasil evaluasi
melalui analisis rasio keuangan dapat mempengaruhi nilai perusahaan menuju
ke arah yang lebih baik.
Rasio keuangan dibagi ke dalam lima kategori yaitu (Astuti, 2004: 31-39):
1. Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya seperti melunasi hutangnya yang jatuh
tempo dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Current ratio, mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
b. Quick ratio, sama seperti current ratio namun persediaan tidak
diperhitungkan karena kurang likuid dibandingkan dengan kas,
surat berharga dan piutang.
c. Cash ratio, mengukur kemampuan kas dan surat berharga yang
dimiliki perusahaan untuk menutup utang lancar.
2. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Salah satu ukuran yang paling penting dalam
profitabilitas adalah laba bersih. Rasio profitabilitas terbagi menjadi
empat yaitu:
a. Return on Assets, menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
laba setelah pajak. Semakin besar ROA berarti semakin efisien
penggunaan aktiva perusahaan.
b. Return on Equity, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROE maka
semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh
pihak manajemen perusahaan.
c. Profit Margin Ratio, mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang telah
dicapai perusahaan. Profit margin ratio dapat dibedakan menjadi
(Sudana, 2011: 23):
1.) Net Profit Margin, mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan
perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi baik dari
produksi, personalia, pemasaran dan keuangan perusahaan.
2.) Operating Profit Margin, mengukur kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan
penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukkan
efisiensi bagian produksi, personalia serta pemasaran dalam
menghasilkan laba.
3.) Gross Profit Margin, mengukur kemampuan perusahaan
dilakukan perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi
yang dicapai bagian produksi.
d. Basic Earning Power, mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan
menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin efektif dan efisien pengelolaan
seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba
sebelum bunga dan pajak.
3. Rasio solvabilitas mengukur berapa besar penggunaan utang dalam
pembelanjaan perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan tiga rasio,
yaitu:
a. Debt Ratio, mengukur persentase dana yang disediakan oleh pihak
kreditur untuk membiayai aktiva perusahaan.
b. Times Interest Earned Ratio, mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi pembayaran bunga tahunan menggunakan laba
sebelum bunga dan pajak.
c. Long-term Debt to Equity Ratio, mengukur besar kecilnya
penggunaan utang jangka panjang dibandingkan dengan modal
sendiri perusahaan.
4. Rasio aktivitas mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola
aktivanya, yaitu mengukur kemampuan seluruh aktivanya dalam
menghasilkan penjualan. Rasio aktivitas dapat diukur dengan cara
a. Inventory Turnover, mengukur perputaran persediaan dalam
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan.
b. Average Days in Inventory, mengukur berapa hari rata-rata dana
terikat dalam persediaan.
c. Receivable Turnover, mengukur perputaran piutang dalam
menghasilkan penjualan.
d. Days Sales Outstanding, mengukur rata-rata waktu yang
diperlukan untuk menerima kas dari penjualan.
e. Fixed Assets Turnover, mengukur efektivitas penggunaan aktiva
tetap dalam menghasilkan penjualan bagi perusahaan.
f. Total Assets Turnover, mengukur perputaran seluruh aktiva
perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
5. Market value (nilai pasar) berkaitan dengan penilaian kinerja saham
perusahaan yang telah diperdagangkan di pasar modal. Apabila rasio
likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aktivitas baik, maka rasio nilai
pasar akan menjadi tinggi dan harga saham akan setinggi yang
diharapkan (Astuti, 2004:38). Market value ratio memberikan kepada
manajemen perusahaan sebagai petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa
mendatang. Market value dapat dibedakan menjadi (Sudana, 2011:
a. Price Earning Ratio, mengukur bagaimana investor menilai
prospek pertumbuhan perusahaan di masa mendatang dan
tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor
untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan.
b. Dividen Yield, mengukur seberapa besar tingkat keuntungan
berupa dividen yang mampu dihasilkan dari investasi pada saham.
c. Dividend Payout Ratio, mengukur berapa besar bagian laba bersih
setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang
saham.
d. Market to Book Ratio, mengukur penilaian pasar keuangan
terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai going
concern.
Dalam penelitian ini, penulis membatasi penggunaan rasio keuangan
sehingga tidak keseluruhan digunakan. Rasio likuiditas menggunakan current
ratio, profitabilitas menggunakan net profit margin, solvabilitas
menggunakan debt ratio, aktivitas menggunakan total assets turnover.
Pemakai informasi akuntansi secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu pemakai internal perusahaan dan pemakai eksternal. Pemakai
internal perusahaan adalah pihak manajemen yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan perusahaan harian (jangka pendek) dan jangka panjang.
Pihak eksternal antara lain investor, kreditor, supplier, dan pemakai lainnya
seperti analis keuangan, pialang saham, pemerintah dan praktisi ekonomi.
dasar dalam menganalisis perusahaan, sedangkan pemakai internal dapat
menggunakan laporan keuangan yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan serta informasi nonkeuangan lainnya yang relevan. Semakin
banyak informasi akuntansi yang didapat oleh pemakai laporan keuangan,
maka mempermudah pemakai dalam menganalisis perusahaan.
E. Harga Saham
Harga saham adalah nilai bukti penyerahan modal pada perseroan terbatas
yang telah terdaftar di bursa efek dimana saham tersebut telah beredar. Harga
saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para pelaku
pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga
saham yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan
berjalan. Sementara arti kata saham sendiri merupakan suatu kepemilikan aset
seperti instrumen dari kegiatan finansial suatu perusahaan. Dengan harga yang
sudah ditentukan pada perdagangan saham maka proses transaksi saham
tersebut akan berjalan sesuai harga saham tersebut. Untuk perdagangan saham
di Indonesia harga saham yang ditentukan adalah satu lot per sahamnya. Satu
lot saham adalah 100 lembar saham.
Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang digunakan.
Pertama, jika harga pasar saham melampaui nilai intrinsik saham, maka saham
tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi). Oleh karena itu, saham
tersebut sebaiknya dihindari atau dilakukan penjualan saham. Kedua, apabila
harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya maka harga saham tersebut
sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan transaksi pembelian maupun
penjualan saham yang bersangkutan. Ketiga, apabila harga pasar saham lebih
kecil dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued
(harganya terlalu rendah). Bagi para pelaku pasar sebaiknya saham tetap
dimiliki, karena besar kemungkinan dimasa mendatang akan terjadi lonjakan
harga saham.
Penilaian harga saham juga dapat dipandang dalam empat konsep, yaitu
(Sulistyastuti, 2002: 1):
1. Nilai Nominal
Nilai nominal merupakan nilai perlembar saham yang berkaitan dengan
kepentingan akuntansi dan hukum.
2. Nilai Buku Perlembar Saham
Nilai ini menunjukkan nilai bersih perlembar saham yang dimiliki oleh
pemegangnya.
3. Nilai Pasar
Nilai pasar merupakan nilai suatu saham yang ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham di bursa efek. Fluktuasi pada harga
saham di bursa juga menentukan risiko sistematis suatu saham.
4. Nilai Fundamental atau Nilai Intrinsik Saham
Nilai ini menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut
mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal.
Nilai fundamental biasanya digunakan dalam analisis fundamental untuk
F. Penelitian Terdahulu
1. Nugrohadi dan Etna (2014) melakukan penelitian mengenai implementasi
IFRS terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Penelitian tersebut menggunakan perbandingan sebelum
pengimplementasian IFRS dan sesudah implementasi IFRS. Kinerja
keuangan diukur menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang
digunakan adalah profitabilitas, likuiditas, investasi dan leverage. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa implementasi IFRS berpengaruh pada
profitabilitas dan investasi namun tidak berpengaruh pada likuiditas dan
leverage.
2. Syagata dan Daljono (2014) melakukan penelitian tentang analisis
komparasi relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan sesudah
konvergensi IFRS di Indonesia. Dalam membandingkan dua periode
digunakan uji beda chow test. Hasil yang didapat adalah terdapat
perbedaan antara relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan sesudah
dilakukan konvergensi IFRS.
G. Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis
Penelitian ini memiliki fokus pada analisis pengaruh informasi akuntansi
(yang diukur dengan perubahan tiap rasio keuangan) terhadap perubahan
Diagram 2.1 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Perubahan Harga Saham Sesudah
Implementasi IFRS.
Dalam era globalisasi saat ini, kemajuan dalam bidang apapun
sangat dirasakan perkembangannya. Perkembangan dalam dunia ekonomi
juga dirasakan oleh seluruh negara di dunia ini. Karena arus globalisasi
yang begitu cepat, sehingga ekonomi dunia harus menyesuaikan dengan
arus tersebut. Dalam perkembangan akuntansi, telah dibuat suatu standar
internasional yang sering disebut dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). IFRS mencakup seluruh standar yang
digunakan oleh masing-masing negara. Dengan adanya IFRS dapat
Periode Sebelum Implementasi
IFRS
PERUBAHAN HARGA SAHAM
Periode Sesudah Implementasi
IFRS
1.Perubahan CR 2.Perubahan NPM 3.Perubahan DR 4.Perubahan TATO
1.Perubahan CR 2.Perubahan NPM 3.Perubahan DR 4.Perubahan TATO
PERUBAHAN HARGA SAHAM
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan memudahkan transparansi
perusahaan dalam perdagangan internasional.
Namun beberapa negara masih sulit untuk menjadikan IFRS
sebagai pedoman pelaporan keuangan di negaranya. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa pengadopsian IFRS dapat menurunkan kualitas
dari laporan keuangan. Penelitian dari Paananen dan Lin (2008)
menyatakan bahwa di Jerman terjadi penurunan kualitas informasi
akuntansi setelah dilakukan adopsi IFRS. Penelitian lain menunjukkan
bahwa setelah mengadopsi IFRS ditemukan bahwa laba dalam laporan
keuangan tidak lebih relevan dibandingkan dengan jika menggunakan
standar lokal (Jarva dan Lantto, 2010).
Beberapa penelitian juga menemukan bahwa pengadopsian IFRS
dapat menaikkan kualitas informasi akuntansi. Krismiaji et al. (2013)
menyatakan bahwa pengadopsian IFRS berpengaruh positif terhadap
relevansi dan reliabilitas informasi akuntansi. Dalam penelitian tersebut
menyatakan bahwa kekhawatiran awal saat mengadopsi IFRS yang
berbasis prinsip (principal base) tidak terbukti. Kekhawatiran tersebut ada
karena kondisi sosial domestik Indonesia yang enforcement terhadap
aturan hukumnya termasuk rendah. Penelitian dari Landsman et al. (2011)
menghasilkan kandungan dalam informasi akuntansi mengalami penaikan
kualitas di semua negara yang mengadopsi IFRS.
Dengan perbedaan hasil dari beberapa penelitian tersebut, penulis
yang dibuat serta dampak implementasi IFRS pada informasi akuntansi
dalam penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dibuat:
Ha= Terdapat peningkatan pengaruh informasi akuntansi terhadap
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi empiris. Studi empiris dalam penelitian
ini menggunakan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia
periode 2010 sampai 2013.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan
periode 2010 sampai 2013.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel dalam
penelitian ini karena perusahaan manufaktur memiliki jumlah yang lebih
banyak daripada perusahaan lain yang listing di Bursa Efek Indonesia dan
memiliki karakteristik yang berbeda dari perusahaan lain.
Dalam pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive
judgement sampling method. Metode ini memilih sampel berdasarkan kriteria
berupa pertimbangan tertentu. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
mempublikasikan laporan keuangan pada periode pengamatan selama
2. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan secara
lengkap periode 2010-2013
3. Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba atau tidak memperoleh
rugi pada periode 2010 hingga 2013
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik dokumentasi.
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara melihat, mengumpulkan, mencatat
dan mendokumentasikan data-data yang diperlukan. Data yang didapat dari
teknik dokumentasi adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur periode 2010-2013.
Data variabel yang diukur dengan perubahan harga saham, perubahan CR,
perubahan NPM, perubahan DR dan perubahan TATO untuk periode
2010-2013 didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah likuiditas, profitabilitas,
solvabilitas dan aktivitas. Ukuran variabel yang digunakan dari
masing-masing rasio adalah perubahan current ratio, perubahan net profit
margin, perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover.
a. Perubahan Current Ratio
Current ratio masuk dalam kategori rasio likuiditas. Rasio
likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif
terhadap utang lancarnya (Hanafi dan Halim, 2012: 75). Sedangkan
current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Aktiva
lancar terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Namun yang
dianggap paling likuid adalah kas dan piutang. Persediaan tidak
dianggap sebagai aset yang likuid karena membutuhkan waktu
yang lama untuk menjadi aset yang likuid berupa kas. Likuiditas
yang diukur dalam penelitian ini menggunakan perubahan tiap
tahunnya. Perhitungan untuk perubahan current ratio adalah:
ΔCR X = CRpCR− CRp−1 p−1
Keterangan:
ΔCR (X1) = Perubahan current ratio
CRp = Current ratio periode n
CRp-1 = Current ratio periode n-1
b. Perubahan Net Profit Margin
Net profit margin masuk dalam kategori rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
saham yang tertentu. Net profit margin sendiri merupakan
penghitungan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profitabilitas yang
diukur dalam penelitian ini menggunakan perubahan tiap tahunnya.
Perubahan net profit margin dapat dihitung dengan cara:
ΔNPM X = NPMNPMp− NPMp−1 p−1
Keterangan:
ΔNPM (X2) = Perubahan net profit margin
NPMp = Net profit margin periode n
NPMp-1 = Net profit margin periode n-1
c. Perubahan Debt Ratio
Debt ratio atau rasio total hutang terhadap total aset termasuk
dalam rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang. Sedangkan debt
ratio menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditor. Jika
rasio ini tinggi maka perusahaan menggunakan leverage keuangan
yang tinggi dan mengakibatkan kenaikan ROE dengan cepat, tetapi
sebaliknya apabila penjualan menurun maka ROE akan menurun
dengan cepat. Solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
perubahan tiap tahunnya. Perubahan rasio total utang terhadap total
aset dapat dihitung dengan cara:
Keterangan:
ΔDR (X3) = Perubahan debt ratio
DRp = Debt ratio periode n
DRp-1 = Debt ratio periode n-1
d. Perubahan Total Assets Turnover
Total assets turnover termasuk dalam rasio aktivitas. Rasio
aktivitas melihat pada beberapa aset yang dimiliki perusahaan
kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva
tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio total aktiva
menunjukkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan
aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Neveu (1985) dalam
Meythi, dkk (2011) menjelaskan bahwa total assets turnover
sebagai pengukur tingkat penjualan yang dihasilkan perusahaan
dibandingkan dengan kapasitas produksinya.
Aktivitas dalam penelitian ini diukur dengan perubahan tiap
tahunnya. Perubahan total assets turnover dapat dihitung dengan
cara:
ΔTATO X = TATOTATOp− TATOp−1 p−1
Keterangan:
ΔTATO (X4) = Perubahan total assets turnover
TATOp = Total assets turnover periode n
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah perubahan harga saham.
Harga saham yang digunakan pada penelitian ini adalah harga saham
pada saat penutupan. Harga saham tersebut dilihat pada akhir tahun
setiap periode dari 2010-2013 dan dihitung menggunakan formula:
∆HS Y = HSpHS− HSp−1 p−1
Keterangan:
ΔHS (Y) = Perubahan harga saham
HSp = Harga saham penutupan periode n
HSp-1 = Harga saham penutupan periode n-1
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya pada Bab 2,
maka teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Sebelum melakukan teknik analisis regresi berganda maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Langkah pertama sebelum melakukan pengujian adalah data
disajikan dalam bentuk statistik deskriptif agar lebih mudah untuk
dipahami dan dibaca. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai jumlah, nilai minimum, nilai maksimun, nilai
2. Menghilangkan Data Outlier
Data outlier merupakan data yang jauh di atas atau di bawah
rata-ratanya atau dapat dikatakan memiliki nilai yang ekstrem (Santoso, 2010:
41). Jika data yang digunakan mengandung nilai yang ekstrem dan
dilakukan uji normalitas maka data tidak terdistribusi secara normal. Uji
yang digunakan dalam menghilangkan data yang outlier menggunakan
nilai z (standarisasi nilai). Cara mencari standarisasi nilai dengan rumus
nilai z adalah:
z =x − X̄σ
Keterangan:
x = nilai data
X̄ = nilai rata-rata
σ = standar deviasi
3. Uji Normalitas
Setelah melakukan penghitungan masing-masing variabel yang
digunakan, membuat statistik deskriptif pada data penelitian dan
menghilangkan data yang memiliki nilai ekstrem, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji normalitas data. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data pada X1, X2, X3, X4 dan X5
yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal atau tidak.
Untuk membuktikan hal tersebut digunakan uji One-Sample Kolmogorov
Smirnov-Z dengan hipotesis pengujian:
Ha= data tidak terdistribusi secara normal.
Suatu data dapat dikatakan terdistribusi normal jika nilai
probabilitas (p) uji One-Sample Kolmogorov Smirnov-Z > 0,05 dan
sebaliknya jika nilai probabilitas (p) uji One-Sample Kolmogorov
Smirnov-Z < 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
Setelah data sudah melewati uji normalitas dan dikatakan
terdistribusi normal, maka data tersebut dapat dianalisis lebih lanjut
menggunakan perhitungan statistik parametrik (Santoso, 2010). Ciri dari
statistik parametrik adalah jenis data yang digunakan berupa interval atau
rasio dan distribusi data adalah normal atau mendekati normal. Metode
statistik parametrik yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi
linier berganda.
4. Uji Asumsi Klasik
Setelah melakukan uji normalitas, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan uji asumsi klasik. Untuk mendapatkan model regresi
yang baik atau cocok maka dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya
penyimpangan terhadap asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan
antarvariabel independen dalam suatu model akan menyebabkan
terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel
independen dengan variabel independen yang lain.
Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas yang digunakan
adalah faktor inflasi varians (Variance Inflation Factor-VIF). Jika
nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari
0,1 maka model yang digunakan dapat dikatakan terbebas dari
multikolinearitas. Jika nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance
melebihi angka 0,1, maka dapat dikatakan bahwa model yang
digunakan mengandung multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti nilai varians berbeda dari satu
observasi ke observasi lainnya. Uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji glejser (Ghozali, 2007), karena pengujian ini hasilnya
lebih akurat. Tingkat signifikan ditentukan sebesar 5% sehingga
jika nilai signifikansinya di atas 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji dan ditemukan bahwa
model yang digunakan mengandung heteroskedastisitas, maka
satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut
(Ghozali, 2007).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan di mana pada model regresi
terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual
pada periode sebelumnya (t-1) (Priyatno,2010). Model regresi yang
baik adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi. Dalam
penelitian ini, uji autokorelasi menggunakan uji statistik
Durbin-Watson (D-W Stat). Ketentuan dalam uji D-W Stat sebagai berikut:
1) DU<DW<4-DU= tidak terjadi autokorelasi
2) DW<DL atau DW>4-DL= terjadi autokorelasi
3) DL<DW<DU atau 4-DU<DW<4-DL= tidak dapat
disimpulkan
Setelah menarik kesimpulan dan didapat bahwa model regresi
linier terjadi autokorelasi, maka langkah selanjutnya yang dapat
diambil adalah dengan uji run test.
5. Uji Hipotesis
a. Mengukur Koefisien Persamaan Regresi
Hipotesis merupakan suatu pernyataan mengenai sesuatu hal yang
harus diuji kebenarannya. Hipotesis statistik yang akan diuji adalah
hipotesis nol (Ho). Ho menunjukkan hipotesis yang tidak memiliki
pengaruh. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F,
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu menganalisis
persamaan regresi berganda. Regresi berganda dipilih dalam penelitian
ini karena terdapat satu variabel dependen dan empat variabel
independen (lebih dari satu). Model regresi yang digunakan disusun
dengan rumus sebagai berikut:
Yit= + X it+ X it+ X it+ X it+ eit
Keterangan:
Yit = Perubahan harga saham α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi variabel independen X1it = Perubahan Current Ratio
X2it = Perubahan Net Profit Margin
X3it = Perubahan Debt Ratio
X4it = Perubahan Total Assets Turnover
i = Entitas
t = Periode
eit = Variabel standar eror/ gangguan
Setelah menganalisis persamaan regresi berganda, maka langkah
selanjutnya adalah menguji hipotesis yang telah dibuat menggunakan
uji F, uji parameter koefisien determinasi (Adjusted R2) dan uji beda t.
b. Uji F
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
(regresi berganda). Langkah pengujian hipotesis sebagai berikut
(Widarjono, 2013: 66-67):
1) Menentukan formulasi Ho dan Ha sebagai berikut :
Ho: β1= β2= β3= β4= 0
Artinya perubahan current ratio, perubahan net profit margin,
perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover tidak
berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
Ha: β1, β2, β3, β4≠ 0
Artinya perubahan current ratio, perubahan net profit margin,
perubahan debt ratio dan perubahan total assets turnover
berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
2) Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95% dengan derajat kebebasan df1= k-1 dan
df2= n-k-1. n adalah jumlah sampel penelitian dan k adalah
jumlah variabel independen.
3) Mencari nilai Fhitung yang diperoleh dengan hasil olahan dari SPSS
4) Menentukan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho diterima jika Fhitung≤ Ftabel
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel
5) Setelah menentukan kriteria pengujian, langkah selanjutnya
adalah membandingkan nilai Fhitung masing-masing variabel
(perubahan current ratio, perubahan net profit margin, perubahan
debt ratio dan perubahan total assets turnover) dengan Ftabel untuk
periode baik sebelum maupun sesudah implementasi IFRS. Maka
dapat diambil kesimpulan apakah Ho diterima atau ditolak.
c. Uji Parameter Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji parameter koefisien determinasi digunakan untuk menguji
kesamaan koefisien dari dua kelompok atau lebih. Nilai adjusted R2 biasanya untuk mengukur variasi pengaruh jika dalam regresi
menggunakan lebih dari dua variabel independen (Priyatno, 2012:
135). Hasil uji parameter koefisien determinasi dapat dilihat pada hasil
analisis uji F.
d. Uji Beda t
Penelitian ini menggunakan pemisahan sampel menjadi dua
kelompok, yaitu sebelum implementasi IFRS dan sesudah
implementasi IFRS. Dengan adanya pemisahan sampel tersebut, maka
digunakan uji beda t. Uji beda t yang digunakan dalam penelitian ini
Paired Sample t Test atau uji sampel berpasangan digunakan untuk
menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok atau data sampel yang
berpasangan (Priyatno, 2010: 102). Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh informasi akuntansi
terhadap perubahan harga saham antara sebelum melakukan
implementasi IFRS dengan sesudah implementasi IFRS. Langkah
pengujian hipotesis sebagai berikut:
1) Menentukan Ho dan Ha sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan pengaruh informasi akuntansi terhadap
perubahan harga saham antara sebelum implementasi IFRS
dengan sesudah implementasi IFRS.
Ha: Ada perbedaan pengaruh informasi akuntansi terhadap
perubahan harga saham antara sebelum implementasi IFRS
dengan sesudah implementasi IFRS.
2) Menentukan tingkat signifikansi 0,05:2= 0,025 (uji dua sisi)
dengan derajat kebebasan df= n-1 atau 50-1= 49.
3) Mencari nilai thitung yang diperoleh dengan hasil olahan dari SPSS
20.0 for windows dan nilai ttabel dari tabel distribusi t.
4) Menentukan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho diterima jika thitung≤ ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
5) Setelah menentukan kriteria pengujian, langkah selanjutnya adalah
implementasi IFRS dengan sesudah implementasi IFRS. Maka
41 BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan perusahaan yang sudah go public dan terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia. Populasi yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur. Pertimbangan penulis dalam memilih populasi tersebut adalah
karena jumlah perusahaan lebih banyak dalam manufaktur dibandingkan
dengan jenis perusahaan lainnya. Perusahaan manufaktur diambil pada
periode 2010 hingga 2013. Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2013 sebesar 155 perusahaan.
B. Deskripsi Sampel Penelitian
1. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah populasi perusahaan manufaktur.
Dalam memilih sampel digunakan teknik purposive judgement sampling
method, yaitu memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu. Pengambilan
sampel dipilih dengan tiga kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
[image:58.595.97.514.252.684.2]Sampel yang digunakan akan dijelasakan pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Penentuan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan periode 2010-2013
Tabel 4.1 (Lanjutan) Penentuan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan laporan keuangan periode 2010-2013 secara lengkap
(71)
Perusahaan manufaktur yang memperoleh rugi pada periode 2010-2013
(50)
Data outlier (9)
Sampel Penelitian 25
Sumber: data sekunder yang diolah, 2015
Dari tabel 4.1, dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah 25 perusahaan manufaktur. Data outlier terjadi
karena data sampel penelitian memiliki nilai yang jauh di atas atau di
bawah nilai rata-ratanya. Dari 25 perusahaan, data yang akan diolah
sebanyak 100 tahun perusahaan yang dibagi menjadi 50 tahun
perusahaan sebelum implementasi IFRS dan 50 tahun perusahaan
sesudah implementasi IFRS. Daftar sampel penelitian terlampir pada
[image:59.595.96.512.106.599.2]2. Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 4.2 menunjukkan hasil statistik deskriptif data sampel
[image:60.595.81.567.181.555.2]penelitian:
Tabel 4.2
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Periode Adopsi IFRS N Min Max Rata-rata Deviasi Std
Total (2010-2013)
Perubahan harga saham 100 -0,7562724010 4,084745763 0,4322598944 0,7449773112 Perubahan current ratio 100 -0,48537234 35,93134328 0,3799886571 3,599391254 Perubahan net profit margin 100 -1,060553805 59 1,150003521 6,382407439 Perubahan debt ratio 100 -0,7095614350 0,7371144660 -0,0001759476 0,2057306144 Perubahan total assets turnover 100 -0,5517241380 0,4705882350 -0,0102281445 0,1726747931 Sebelum IFRS (2010-2011)
Perubahan harga saham 50 -0,7562724010 4,084745763 0,5932396478 0,7739581349 Perubahan current ratio 50 -0,3976608190 0,4242424240 0,0103334620 0,1858008044 Perubahan net profit margin 50 -0,9833333330 59 2,122951458 8,897002202 Perubahan debt ratio 50 -0,4456673610 0,5296207360 -0,0117299760 0,1847975828 Perubahan total assets turnover 50 -0,2608695650 0,4179104480 0,0268534869 0,1591989106 Sesudah IFRS (2012-2013)
Perubahan harga saham 50 -0,6162790700 2,550724638 0,2712801410 0,6851356426 Perubahan current ratio 50 -0,4853723400 35,93134328 0,7496438522 5,085493677 Perubahan net profit margin 50 -1,060553805 4,5 0,1770555842 1,101379635 Perubahan debt ratio 50 -0,7