• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

(Studi Quasi Eksperiment pada Siswa SMP di Kota Padang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

REZKIYANA HIKMAH NIM. 1201460

(2)

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh

REZKIYANA HIKMAH

S.Pd F-MIPA Universitas Negeri Padang, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Matematika

© Rezkiyana Hikmah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Melalui lembar pernyataan ini, saya Rezkiyana Hikmah menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Penerapan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis Siswa SMP” dengan seluruh isinya adalah benar karya tulisan saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya tulisan saya ini.

Bandung, ... Juni 2014

Yang Membuat Pernyataan

(5)

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

REZKIYANA HIKMAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer dan siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa serta menelaah aktivitas siswa yang belajar dengan model pembelajaran advance organizer. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen serta menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN di kota Padang sedangkan sampel penelitian terdiri dari 30 siswa kelas VII yang merupakan kelas eksperimen dan 30 siswa kelas VII yang merupakan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah pretest dan postest siswa terhadap tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis serta lembar observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen. Data dianalisis dengan uji perbedaan rataan Mann-whitney, Uji-t’ dan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan 1) siswa yang belajar dengan model advance organizer memiliki peningkatan kemampuan pemahaman dan analogi matematis yang lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; dan 2) aktivitas siswa yang belajar dengan model advance organizer mengalami peningkatan selama proses pembelajaran.

Kata Kunci: model advance organizer, kemampuan pemahaman matematis, kemampuan analogi matematis dan aktivitas siswa

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga karya tulis tesis yang berjudul “Penerapan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis Siswa SMP” ini dapat rumpung tepat pada waktunya. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menelaah penerapan model advance organizer terhadap kemampuan pemahaman dan analogi matemaatis siswa kelas VII di salah satu SMPN Padang, Sumatera Barat.

Latar belakang penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan ketercapaian kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa pada bidang studi matematika dan juga dikarenakan masih rendahnya kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa dengan pola belajar yang bersifat hafalan. Dipandang dari hasil skor postest kemampuan pemahaman dan analogi matematis menunjukkan bahwa adanya perbedaan peningkatan hasil skor postest siswa yang belajar di dengan model advance organizer dan siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa hasil skor postest kemampuan pemahaman dan analogi siswa yang belajar dengan model advance organizer memiliki peningkatan yang lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa.

(7)

Penuis menyakini bahwa karya tulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak ditemukan kekurangan. Namun, penulis telah berusaha dengan maksimal untuk memperkecil kesalahan tersebut dengan melakukan bimbingan dan membaca beberapa buku sumber maupun bertanya kepada para ahli dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.

Demikian tulisan ini penulis lampirkan, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan kedepannya.

Bandung, ... Juni 2014

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam perumpungan tesis ini banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, motivasi, doa, semangat dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Darhim, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademis yang ditengah kesibukannya, beliau telah menyempatkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis terhadap masalah dan kebingungan yang penulis temukan selama proses perumpungan tesis ini.

2. Bapak Jarnawi Afghani Dahlan, M. Kes selaku Pembimbing II yang ditengah kesibukannya, beliau telah menyempatkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis terhadap masalah dan kebingungan yang penulis temukan selama proses perumpungan tesis ini.

3. Bapak Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam merumpungkan tesis dan masa studi.

4. Bapak pimpinan SPS beserta jajaran stafnya dan Dosen Program Magister Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia atas layanan terbaiknya dan ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan di SPS UPI Bandung.

5. Bapak Kepala Sekolah SMPN Padang tempat penulis melaksanakan penelitian yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis selaku pimpinan di SMPN tersebut dan kepada Ibu Upik selaku guru bidang studi matematika yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

(9)

8. Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan, masukan, semangat dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terkhusus buat teman seperjuanganku Hafizah Delyana, Scristia Aguilera Spears Persia Carter, Hanifatul Rahmi, Pe’a, Indut, Aci, Vinut, dan Emil. Terima kasih untuk adik-adik kosan muslimah yang solehah Desi Valindra, Riska Novia Sari, dan Mimi Nur Hazizah.

Melalui doa yang tulus, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak/Ibu dan saudara semua. Aamiiin yaa Robbal’alamiin.

Bandung, ... Juni 2014

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH...

DAFTAR ISI………....

DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN……….... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian...

B. Rumusan Masalah………...

C. Tujuan Penelitian……….

D. Manfaat Penelitian………..……….

E. Definisi Operasional………

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Pemahaman Matematis...…...…………... B. Kemampuan Analogi Matematis...………... C. Model Pembelajaran Advance Organizer....………... D. Aktivitas Siswa...…... F. Kerangka Berpikir... G. Penelitian yang Relevan………..

H. Hipotesis Penelitian……….

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian... B. Variabel Penelitian…….………... C. Subjek Penelitian...………... D. Instrumen Penelitian

(11)

1. Tes Kemampuan Pemahaman dan Analogi

Matematis………... a. Analisis Validitas Tes... b. Analisis reliabilitas Tes... c. Analisis Daya Pembeda Soal... d. Analisis Tingkat Kesukaran... e. Analisis dan Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes... 2. Lembar Observasi... 3. Pengembangan Bahan Ajar... E. Prosedur Penelitian... F. Teknik Analisis Instrumen

1. Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis... 2. Lembar Observasi... G. Alur Uji Statistik... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... B. Pembahasan... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... B. Implikasi... C. Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA………...……… LAMPIRAN-LAMPIRAN...

47 49 51 52 53 54 56 58 59

60 63 64

65 87

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Advance Organizer... 2.2 Kategori Penilaian Aktivitas Siswa... 3.1 Deskripsi Indikator dan Skor Kemampuan Pemahaman Matematis.. 3.2 Deskripsi Indikator dan Skor Kemampuan Analogi Matematis... 3.3 Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis... 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Analogi Matematis... 3.5 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman dan

Analogi Matematis... 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemahaman

Matematis... 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Kemampuan Analogi Matematis.... 3.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemahaman

Matematis... 3.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Analogi

Matematis... 3.10 Hasil Analisis dan Kesimpulan Uji Coba Soal Kemampuan

Pemahaman... 3.11 Hasil Analisis dan Kesimpulan Uji Coba Soal Kemampuan Analogi 3.12 Klasifikasi Gain Ternormalisasi... 4.1 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Pemahaman dan Analogi

Matematis Siswa... 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Pemahaman dan Analogi

Matematis... 4.3 Hasil Uji Homogenitas Varians Kemampuan Pemahaman

Matematis... 4.4a Hasil Uji Kesamaan Dua Rerata Pretest Kemampuan

Pemahaman... 4.4b Hasil Uji Kesamaan Dua Rerata Pretest Kemampuan Analogi

(13)

Matematis... 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postest dan N-Gain Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa... 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postest dan N-Gain Kemampuan

Analogi Matematis Siswa... 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran di Kelas

Eksperimen... 75

76

77

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Bagan Prosedur Penelitian... 3.2 Alur Uji Statistik Data Tes Kemampuan Pemahaman dan Analogi

matematis... 4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretest dan Postest Kemampuan

Pemahaman Matematis... 4.2 Perbandingan Rataan Skor Pretest dan Postest Kemampuan

Analogi Matematis... 4.3 Persentase Aktivitas Diskusi dengan Teman atau Guru saat

Pembelajaran... 4.4 Aktivitas Siswa Berdiskusi... 4.5 Persentase Aktivitas Siswa Memberikan Ide, Gagasan atau

Tanggapan... 4.6 Siswa Memberikan Ide, gagasan atau Tanggapan... 4.7 Persentase Aktivitas Siswa Bertanya Kepada Teman atau Guru... 4.8 Aktivitas Siswa Bertanya Kepada Guru... 4.9 Persentase Aktivitas Siswa Menjawab Pertanyaan dari Teman atau

Guru... 4.10 Aktivitas Siswa Menjawab Pertanyaan dari Teman Sekelompoknya 4.11 Persentase Aktivitas Siswa mengerjakan LKS... 4.12 Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS dalam Kelompok... 4.13 Persentase Aktivitas Siswa Berani Menuliskan Hasil Jawaban di

Depan Kelas... 4.14 Aktivitas Siswa Menuliskan Hasil Jawabannya Di Depan Kelas... 4.15 Penyelesaian Soal pada LKS... 4.16 Proses Penyelesaian Soal yang Dikerjakan Siswa... 4.17 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil LKS... 4.18 Aktivitas Siswa bertanya Saat Diskusi...

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Instrumen Penelitian... B. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen... C. Analisis Data Hasil Penelitian Instrumen Tes...

(16)

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

REZKIYANA HIKMAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer dan siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa serta menelaah aktivitas siswa yang belajar dengan model pembelajaran advance organizer. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen serta menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN di kota Padang sedangkan sampel penelitian terdiri dari 30 siswa kelas VII yang merupakan kelas eksperimen dan 30 siswa kelas VII yang merupakan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah pretest dan postest siswa terhadap tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis serta lembar observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen. Data dianalisis dengan uji perbedaan rataan Mann-whitney, Uji-t’ dan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan 1) siswa yang belajar dengan model advance organizer memiliki peningkatan kemampuan pemahaman dan analogi matematis yang lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; dan 2) aktivitas siswa yang belajar dengan model advance organizer mengalami peningkatan selama proses pembelajaran.

(17)

THE APLICATION OF ADVANCE ORGANIZER MODEL TO IMPROVE MATHEMATICS UNDERSTANDING

AND MATHEMATICAL ANALOGY OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

REZKIYANA HIKMAH

ABSTRAC

This research aims to elucidate the improvement of students' mathematics understanding and mathematical analogy who learn using advance organizer model and the students who learn using conventional learning and also to review the activities of the students who learn using advance organizer model. This research is a quasi experimental research with non equivalent control group design as well as the purposive sampling technique. The population in this research is the state junior high school students in Padang while the research sample consists of 30 students at grade VII as the experimental class and 30 students at grade VII as the control class. The instruments used in this study were pretest, postest of students such as understanding ability and mathematical analogy ability, and observation sheet. The statistical analysis performed were the independent sample t-test, the Mann-whitney test, and -t ' test. The research results obtained were the improvement of students' mathematics understanding and mathematical analogy abilities who learned using advance organizer model is better compared to students who learned using conventional learning; and students' activities who learned using model advance organizer have increased during the learning process.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan rutin yang dilakukan banyak orang berkenaan dengan matematika. Mulai dari kegiatan yang sederhana yaitu membilang sampai dengan yang komplek digunakan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan masalah hidup dan perkembangan ilmu teknologi. Perkembangan ilmu teknologi yang canggih dalam segala bidang tidak lepas dari adanya matematika didalamnya. Ditilik dari bidang pendidikan, matematika merupakan pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa, mulai dari tingkat pra-sekolah hingga tingkat perguruan tinggi.

Matematika sebagai ilmu yang memiliki peran besar memiliki karakteristik tersendiri. Matematika memiliki ciri susunan konsep atau unsur yang terstruktur, sistematis, logis dan memiliki bahasa yang banyak menggunakan simbol dan lambang yang mewakili suatu pernyataan. Sebagaimana dikatakan Sumarmo (2002) bahwa karakteristik matematika ditinjau dari segi susunan unsur-unsurnya, matematika dikenal sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis dalam arti bagian-bagian matematika tersusun secara hirarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat dan sifat keteraturan yang indah. Dengan demikian melalui pembelajaran matematika di sekolah, siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam berpikir dan bekerja secara terstruktur dan sistematis.

(19)

Pembelajaran matematika perlu mendorong atau memunculkan aktivitas-aktivitas yang akan mengarah pada pencapaian tujuan umum pendidikan matematika.

Tujuan umum pendidikan matematika yang termuat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa siswa memiliki kemampuan yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).

Mencermati beberapa uraian di atas, maka kemampuan pemahaman matematis merupakan kemampuan siswa untuk memahami pelajaran matematika lebih lanjut. Siswa akan kesulitan dalam menyelesaikan persoalan dengan tanpa memiliki pemahaman konsep, karena suatu persoalan dapat diselesaikan ketika siswa telah memahami permasalahan tersebut dan kemudian berpikir untuk mencari penyelesaiannya. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Sari (2012) yang menyatakan bahwa pemahaman matematika dapat dikatakan sebagai pondasi dalam mengembangkan pembelajaran matematika. Selanjutnya pernyataan yang sama juga dijelaskan oleh O’Connell (2007) bahwa dengan pemahaman matematis, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya.

(20)

terhadap materi. Jika materi awal tidak dipahami siswa maka muncul banyak kesulitan yang akan dihadapi siswa untuk memahami materi baru sehingga memunculkan ketidakmengertian yang terjadi secara beruntun. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman merupakan salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa untuk bisa menguasai materi matematika lebih lanjut. Melalui kemampuan pemahaman, siswa diharapkan mampu memahami konsep matematika dengan baik.

Terdapat banyak definisi tentang pemahaman, menurut Skemp (Sumarmo, 1987) bahwa pemahaman matematis terdiri atas dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental yaitu kemampuan siswa dalam menghafal suatu pengetahuan secara terpisah atau menerapkan sesuatu perhitungan rutin atau sederhana dan mengerjakan suatu perhitungan algoritma. Sedangkan pemahaman relasional adalah kemampuan siswa dalam mengaitkan suatu hal dengan hal lain secara benar dan menyadari langkah prosedur yang dilakukan. Kedua jenis pemahaman ini penting untuk ditingkatkan karena dapat membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika.

(21)

mencari keserupaan sifat diantara materi yang dibandingkan. Oleh karena itu, siswa yang memiliki pemahaman tingkat tinggi akan dapat melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide lain.

Kemampuan analogi dapat mendorong siswa untuk belajar matematika secara bermakna. Menurut Kariadinata (2012) menyatakan bahwa kemampuan analogi berkaitan dengan belajar bermakna. Belajar bermakna dapat dimunculkan dengan membiasakan siswa mengerjakan soal-soal kemampuan analogi. Soal kemampuan analogi berkaitan dengan mencari kesamaan dari dua hal atau ide yang berbeda. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Sastrosudirjo (1988) yang menyatakan bahwa analogi adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide lain. Kemampuan tersebut dapat dilihat dan diketahui ketika siswa telah memahami ide atau konsep dengan baik sehingga siswa diharapkan dapat berpikir sistematis dalam mengurutkan pengetahuan dan mengaitkan antar konsep–konsep sehingga dapat memahami matematika melalui pembelajaran bermakna.

(22)

Tingkat keabstrakan dan kesulitan matematika yang dipelajari siswa berbeda-beda, mulai dari tingkat pra-sekolah hingga tingkat perguruan tinggi. Pada tingkat pra-sekolah, siswa diajarkan untuk membilang angka. Tingkat Sekolah dasar (SD), siswa diajarkan untuk berhitung matematika secara konkrit. Tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP), siswa diajarkan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari secara semi-konkrit. Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa diajarkan untuk menganalisis matematika sedangkan di tingkat perguruan tinggi, konsep matematika yang diajarkan lebih kompleks dari tingkatan sebelumnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh siswa maka semakin tinggi tingkat keabstrakan dalam mempelajari suatu konsep dan kesulitan yang ditemui siswa dalam belajar matematika. Peran matematika yang luas tidak membuatnya menjadikan matematika sebagai suatu pelajaran yang digemari oleh kebanyakan siswa. Ignasio (2006) menyatakan bahwa banyaknya siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.

Kesulitan siswa dalam belajar matematika terlihat pada hasil laporan survey Programme for International Student Assessment (PISA) yang merupakan organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan dunia (OECD, 2010) bahwa pada tahun 2009, nilai rata-rata kemampuan matematis yang diperoleh oleh siswa Indonesia adalah 371 sedangkan rata-rata kemampuan matematis siswa dari negara lain adalah 496. Kemampuan matematis siswa Indonesia berada pada nilai di bawah rata-rata. Kemudian Wardhani & Rumuati (2011) menyatakan bahwa salah satu contoh soal matematika yang digunakan dalam PISA 2012 yang berkaitan dengan menerapkan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika. Soal yang dimaksud adalah sebagai berikut.

“Sebuah kedai pizza menyajikan dua pilihan pizza dengan

ketebalan yang sama namun berbeda dalam ukuran. Pizza yang kecil memiliki diameter 30 cm dan harganya 30 zed dan pizza yang besar memiliki ukuran 40 cm dengan harga 40 zed. Pizza manakah

(23)

Menurut analisis Wardhani & Rumuati (2011) bahwa pada soal tersebut siswa dituntut agar mampu memahami soal, kemudian menghitung luas atau besarnya satu pizza. Tujuan pertanyaan soal tersebut adalah untuk menerapkan pemahaman tentang luas dan nilai uang melalui suatu masalah. Dari seluruh siswa yang mengerjakan soal tersebut, hanya 11% siswa yang mampu menjawab dengan benar.

Berdasarkan persentase tersebut, kurang dari 50% siswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut tergolong soal yang sukar bagi siswa. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan soal tersebut diperlukan kemampuan menghitung luas daerah lingkaran, menghitung keliling lingkaran, dan melakukan operasi hitung bilangan rasional.

Rendahnya kemampuan pemahaman matematis siswa juga diketahui dari penelitian yang dilakukan Priatna (2003) bahwa kualitas kemampuan pemahaman konsep berupa pemahaman instrumental dan relasional masih rendah yaitu sekitar 50% dari skor ideal. Selanjutnya Ahmad (2005) menemukan bahwa terdapat 41 siswa kelas VIII yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan kemampuan pemahaman matematis. Rendahnya kemampuan pemahaman matematis siswa juga akan berdampak pada kemampuan matematis lain, salah satunya adalah kemampuan analogi siswa.

Penelitian yang dilakukan Yuliani (2011) menemukan bahwa peningkatan kemampuan analogi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 0,613 dan 0,455. Secara deskriptif hal ini menjelaskan bahwa peningkatan gain kemampuan analogi matematis siswa berada pada klasifikasi sedang. Kemudian hasil penelitian Anggraeni (2012) menemukan bahwa siswa yang mampu menyelesaikan soal analogi di kelas eksperimen dan kelas kontrol sekitar 59,4%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan analogi siswa berada pada kategori sedang.

(24)

memahami matematika. Guru merupakan salah satu orang yang lebih tahu kesulitan dan kemampuan masing-masing siswa yang diajar. Interaksi guru dengan siswa di kelas, membantu guru untuk mengetahui karakter dan kemampuan siswa yang diajar. Dengan demikian, persiapan sebelum mengajar dapat dimaksimalkan dengan baik sehingga konsep matematika yang akan disampaikan dapat diterima dan dimengerti siswa dengan baik.

Peran guru dalam menyampaikan konsep matematika berkaitan dengan segala bentuk persiapan guru sebelum mengajar. RPP merupakan salah satu persiapan yang harus direncanakan sebaik mungkin sehingga pembelajaran matematika dapat berjalan dengan lancar. RPP dirancang dengan mempertimbangkan beberapa hal di antaranya materi prasyarat, kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik siswa, dan bentuk aktivitas siswa yang akan dikembangkan selama pembelajaran. Banyaknya ragam model pembelajaran matematika yang berkembang mengharuskan guru untuk lebih jeli dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan. Pemilihan model pembelajaran diharapkan mampu menggiring siswa untuk memahami konsep matematika secara bermakna.

(25)

sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikaan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini penting agar siswa dapat mengetahui keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Namun fakta yang sering terjadi saat pembelajaran di kelas adalah siswa tidak dapat melihat keterkaitan materi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan advance organizer untuk membantu siswa dalam melihat keterkaitan antar materi tersebut.

Advance organizer merupakan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran matematika tersebut.

Joyce, Weil & Calhoun (2000) menyatakan bahwa “model advance organizer merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada siswa dan pada struktur kognitif siswa. Model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif mengenai pengetahuan siswa tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa guru telah menyiapkan siswa untuk dapat membangun struktur kognitif, sebelum guru memberikan konsep. Penerapan model advance organizer membantu siswa untuk berpikir secara sistematis dan terurut sehingga pembelajaran matematika tidak cenderung untuk menghafal konsep melainkan pemahaman terhadap konsep dan mampu mengaitkan antar konsep.

(26)

belajar, melakukan pendekatan kritis untuk memperjelas materi pelajaran dan mengklarifikasi (Joyce, Weil & Calhoun, 2000).

Penerapan model advance organizer pada akhir-akhir ini dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis pada siswa. Penelitian yang dilakukan Nasution (2011) tentang pembelajaran matematika dengan model advance organizer melalui pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa. Penelitian ini menemukan bahwa 1) kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer melalui pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; 2) kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer melalui pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa dapat ditingkatkan.

Selain pentingnya meningkatkan kemampuan matematis, aktivitas belajar; selanjutnya disebut aktivitas juga merupakan salah satu aspek yang mendorong keaktifan siswa selama pembelajaran matematika di kelas. Hasil observasi yang dilakukan Mansyur (2008) di SMP Negeri di Jawa Timur menyatakan bahwa akar masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika adalah terkait faktor proses pembelajaran yaitu rendahnya pemberdayaan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa sebagian besar hanya mendengar, mencatat penjelasan guru dan latihan soal yang diberikan guru. Oleh karena itu, penelitian ini perlu untuk melihat bagaimana aktivitas siswa dalam belajar matematika dengan penerapan model advance organizer.

(27)

pembelajaran matematika di kelas dapat lebih aktif dan mendorong peningkatan kemampuan matematis siswa. Melalui aktivitas belajar siswa yang positif, diharapkan dapat menumbuhkan suasana belajar yang kondusif dan nyaman sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.

Rendahnya aktivitas siswa dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Aktivitas positif dalam pembelajaran diharapkan dapat muncul untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, aktivitas termasuk kedalam salah satu unsur terpenting dalam pembelajaran di kelas. Tanpa adanya aktivitas, maka tidak akan terjadi pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka judul penelitian yang diusulkan adalah

“Penerapan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan penerapan model advance organizer lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang belajar dengan penerapan model advance organizer lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa?

3. Bagaimana aktivitas siswa yang belajar dengan model advance organizer?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk menelaah:

(28)

2. Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer dan siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa.

3. Aktivitas siswa yang belajar dengan model advance organizer.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan analogi matematis.

2. Bagi guru, model advance organizer diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna.

3. Bagi disiplin keilmuan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam memperoleh ilmu yang berkenaan dengan penelitian, menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti, dan dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam penelitian berikutnya.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga perlu untuk dijelaskan beberapa istilah berikut pada definisi operasional.

(29)

menyatakan suatu kondisi agar suatu bangun dapat dikatakan belah ketupat dan menentukan luas luas bangun yang diarsir dari beberapa bangun datar. 2. Kemampuan analogi matematis adalah kemampuan siswa dalam

menghubungkan dua hal yang berbeda berdasarkan kesamaan atau keserupaannya, kemudian diambil kesimpulan berdasarkan kesamaan tersebut sehingga dapat digunakan sebagai penjelas atau dasar penalaran. Indikator soal dari kemampauan analogi pada penelitian ini adalah menentukan analogi tinggi pada jajargenjang dan trapesium serta menentukan analogi panjang diagonal pada persegi dan persegi panjang.

3. Advance organizcer adalah model pembelajaran yang dilakukan guru dengan mengaitkan pengetahuan yang telah ada pada struktur kognitif siswa dengan materi yang dipelajari saat pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan baru. Berdasarkan definisi advance organizer di atas, siswa diharapkan mampu mengingat dan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang sedang dipelajari sehingga pembelajaran matematika yang dilaksanakan menjadi pembelajaran yang bermakna sehingga tujuan dari pembelajaran dapat terealisasikan. Advance organizer terdiri atas tiga tahap yaitu tahap presentasi advance organizer, tahap presentasi tugas atau bahan materi pelajaran dan tahap penguatan pengolahan kognitif.

4. Pembelajaran biasa yang dimaksud pada penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan guru di kelas yang cenderung berpusat pada guru. Pembelajaran ini biasanya menggunakan metode ceramah atau ekspositori untuk menjelaskan materi dan penyelesaian soal latihan.

5. Aktivitas adalah suatu hal yang penting dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Aktivitas siswa yang dilihat selama proses pembelajaran matematika di kelas meliputi:

a. Diskusi dengan teman atau guru saat pembelajaran b. Memberikan ide, gagasan atau tanggapan

(30)

e. Berani menuliskan hasil jawaban di depan kelas

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer dan siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa, serta menelaah aktivitas siswa yang belajar dengan model advance organizer. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu. Sampel penelitian ini tidak dikelompokkan secara acak, akan tetapi peneliti menggunakan keadaan sampel apa adanya. Keadaan sampel apa adanya yang dimaksud adalah peneliti tidak membuat kelas baru dengan melakukan pengambilan siswa secara acak dari kelas VII yang ada.

Desain penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol non ekuivalen (Ruseffendi, 2005) sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : O X O Kelas Kontrol : O O Keterangan:

O : Pretes atau Postes

X : Pembelajaran dengan model advance organizer ---- : Subyek tidak diperoleh secara acak

Pemilihan desain ini dikarenakan kelas yang ada sudah terbentuk sebelumnya sehingga pengelompokan secara acak tidak dilakukan lagi. Apabila pengelompokkan secara acak dilakukan, dimungkinkan akan terjadi ketidakjelasan jadwal untuk semua bidang mata pelajaran dan mengganggu proses serta efektivitas pembelajaran di sekolah.

(32)

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2010) bahwa:

1. Variabel bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi penyebab terjadinya suatu perubahan atau munculnya variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran advance organizer dan pembelajaran biasa.

2. Variabel terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang muncul akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan analogi matematis serta aktivitas siswa dalam belajar matematika.

C. Subjek Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa pada salah satu SMPN Padang pada semester 2 di Padang, Provinsi Sumatera Barat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan materi “Bangun Datar Segiempat”. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN Padang yang memiliki kemampuan heterogen atau sekolah yang berada pada peringkat tengah. Kriteria pemilihan SMPN Padang karena penyesuaian materi yang akan dilihat ada pada jenjang SMP. Karakteristik pembelajaran siswa di SMPN Padang secara umum adalah bernuansa islami seperti seluruh siswa membaca asmaul husna dan berdoa secara bersama sebelum memulai pembelajaran di pagi hari. Selanjutnya semua siswi muslim diwajibkan memakai jilbab dan rok panjang sedangkan semua siswa laki–laki memakai celana panjang.

(33)

Kedua kelas tersebut dipilih dengan pertimbangan dan saran dari guru matematika yang mengajar kedua kelas tersebut bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama dalam matematika.

Alasan penggunaan teknik ini supaya penelitian yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien terutama yang berhubungan dengan kondisi subjek penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, kondisi sekolah tempat penelitian dan proses mengurus surat izin untuk melakukan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data pada penelitian ini ada dua jenis yaitu tes dan non tes. Instrumen yang berbentuk tes meliputi soal–soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman dan analogi matematis. Sedangkan instrumen yang berbentuk non tes meliputi lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama belajar matematika di kelas eksperimen. Adapun penjelasan mengenai kedua jenis instrumen tersebut adalah sebgai berikut.

1. Tes Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis

Tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis matematis pada penelitian ini disusun dalam bentuk tes uraian. Tes ini disusun dan dibuat sedemikian sehingga tes ini mampu untuk mengukur kemampuan pemahaman dan analogi matematis pada siswa kelas VII mengenai materi yang telah dipelajari. Indikator dan kriteria pemberian skor pada soal tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.1 Deskripsi Indikator dan Skor Kemampuan Pemahaman Matematis

Pemahaman Indikator Respon Siswa Skor

Instrumental Mengerjakan suatu perhitungan dengan

algoritma

Tidak menjawab 0 Menjawab sebagian atau

(34)

Benar menggunakan konsep tetapi solusi akhirnya salah

atau kurang tepat

2

Benar menggunakan konsep

dan solusi akhirnya benar 3

Relasional

Mengaitkan suatu hal dengan hal lain secara benar dan menyadari langkah

prosedur

Tidak menjawab 0 Salah mengaitkan konsep 1

Kurang tepat dalam

mengaitkan konsep 2

Mengaitkan konsep secara

benar 3

[image:34.595.135.528.105.392.2]

(Kurniasi, 2013)

Tabel 3.2 Deskripsi Indikator dan Skor Kemampuan Analogi Matematis

Analogi Indikator Respon siswa Skor

Menarik kesimpulan berdasarkan kesamaan dari dua hal

yang berbeda Menarik kesimpulan berdasarkan kesamaan dari dua hal

yang berbeda

Tidak menjawab 0 Salah menarik kesimpulan dan

langkah prosedur 1 Benar dalam menarik kesimpulan

tetapi langkah prosedur kurang tepat 2

Benar dalam menarik kesimpulan dan

langkah prosedur 3

(35)

analogi matematis ini sebelum digunakan sebagai pretest dan postest terlebih dahulu dilakukan validasi soal pada beberapa validator yaitu dosen pembimbing, teman, dosen matakuliah geometri, guru matematika, mahasiswa S3 pendidikan matematika dan bahasa indonesia. Kemudian dilakukan uji coba soal untuk melihat validitas, reliabitias, daya pembeda dan tingkat kesukaran dari soal tersebut.

1.1 Analisis Validitas Tes

Menurut Arikunto (Sundayana, 2010), validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas soal dikatakan valid jika soal–soal tersebut dapat mengukur apa yang semestinya harus diukur. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung dari sejauh mana ketepatan alat evaluasi tersebut dalam melaksanakan fungsinya. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan pengamatan. Berdasarkan kedua hasil tersebut maka pada penelitian ini dilakukan validitas teoritik dan validitas empirik untuk memperoleh suatu instrumen yang dapat mengukur kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa dengan benar.

a. Validitas Teoritik

Validitas teoritik pada instrumen evaluasi merupakan penunjuk yang mengarah pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan aturan yang ada. Menurut Suherman (2001), validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan. Peran validitas isi adalah membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Hal ini berguna untuk melihat kesesuaian soal instrumen penelitian dengan indikator.

(36)

Validitas isi dan muka dilakukan dengan meminta pertimbangan beberapa ahli yang berkompeten diantaranya dua orang dosen pembimbing, dosen geometri, dosen evaluasi, dosen Bahasa Indonesia, dua orang guru matematika, seorang mahasiswa S3 program studi pendidikan matematika dan lima orang siswa SMP.

Soal tes kemampuan pemahaman dan analogi ini diujicobakan pada siswa kelas VIII1 dan VIII3 di salah satu SMPN Padang yang merupakan anggota populasi dari penelitian ini. Hal ini dilakukan mengingat waktu yang tersisa sebelum penelitian dimulai tinggal sedikit sehingga untuk mengefisienkan waktu maka dilakukan uji coba soal pada hari yang sama dengan mengujikan soal 1-5 pada kelas VIII1 dan soal 6-10 pada kelas VIII3 dengan masing-masing alokasi waktu 90 menit. Uji coba ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Maret 2014 dengan jumlah butir soal 10 yaitu 7 butir soal pemahaman dan 3 butir soal analogi.

b. Validitas Empirik

Menurut Suherman (2001), klasifikasi koefisien validitas terdiri atas 5 klasifikasi. Klasifikasi tersebut berguna untuk melihat tinggi rendahnya koefisien validitas instrumen evaluasi penelitian yang akan digunakan pada pretest dan postest. Validitas empirik yang baik adalah validitas yang nilai krorelasinya lebih besar dari 0,40 yang berkriteria cukup.

Pengujian validitas soal dilakukan dengan menggunakan bantuan software Anates V.4 for Windows. Hasil perhitungan dari validitas soal kemampuan pemahaman dan analogi matematis yang telah diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis Butir

Soal

� Kriteria Interpretasi

1 0,488 Cukup Tidak Valid

(37)

3 0,285 Rendah Tidak Valid

4 0,639 Tinggi Valid

5 0,705 Tinggi Valid

6 0,633 Tinggi Valid

7 0,201 Rendah Tidak Valid

[image:37.595.156.471.111.221.2]

Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh informasi bahwa soal kemampuan pemahaman matematis yang telah diujicobakan sebanyak 7 soal menunjukkan bahwa terdapat 4 soal yang valid dengan kriteria tinggi. Selanjutnya terdapat 3 soal yang tidak valid dengan 2 soal berkriteria rendah dan 1 soal berkriteria cukup. Soal kemampuan pemahaman matematis yang valid tersebut adalah butir soal 2, 4, 5 dan 6 sedangkan soal yang tidak valid adalah butir soal 1, 3 dan 7. Tabel 3.4 Hasil Uji validitas Tes Kemampuan Analogi Matematis

No � Kriteria Interpretasi 8 0,369 Rendah Tidak Valid 9 0,943 Tinggi Valid 10 0,875 Tinggi Valid

Selanjutnya, soal kemampuan analogi matematis yang diujicobakan sebanyak 3 soal menunjukkan bahwa terdapat 2 soal yang valid dan 1 soal yang tidak valid. Soal kemampuan analogi matematis yang valid tersebut adalah butir soal 9 dan 10 dengan kriteria tinggi dan soal yang tidak valid adalah butir soal 8 dengan kriteria rendah.

1.2 Analisis Reliabilitas Tes

Menurut Masrun (Sugiyono, 2011), kriteria reliabilitas instrumen adalah jika koefisien korelasi butir dengan skor total ideal pada tes lebih besar dari 0,4 maka butir soal tersebut dikatakan reliabel dan sebaliknya.

(38)
[image:38.595.159.484.250.324.2]

Tabel 3.5 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis

Soal Kemampuan Reliabilitas Interpretasi

Pemahaman 0,64 Tinggi

Analogi 0,90 Sangat Tinggi

Hasil analisis pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa soal kemampuan pemahaman dan analogi matematis dapat digunakan karena soal tersebut reliabel dengan klasifikasi cukup dan sangat tinggi.

1.3 Analisis Daya Pembeda

Menurut Sundayana (2010), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda item dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Ketentuan klasifikasi daya pembeda soal yang baik adalah jika nilai koefisien daya pembeda besar dari 0,20 dengan kriteri cukup.

Perhitungan daya pembeda soal dilakukan dengan bantuan software Anates V.4 for Windows. Hasil perhitungan daya pembeda soal lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemahaman Matematis Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,22 Cukup

2 0,33 Cukup

[image:38.595.162.442.633.718.2]
(39)

4 0,38 Cukup

5 0,50 Baik

6 0,44 Baik

7 0,05 Jelek

[image:39.595.162.438.112.199.2]

Hasil analisis daya pembeda soal kemampuan pemahaman matematis dilakukan dengan bantuan software Anates V.4 for Windows yang menunjukkan bahwa terdapat 2 butir soal dengan kriteria baik, 3 butir soal dengan kriteria cukup dan 2 butir soal dengan kriteria jelek. Berdasarkan analisis tersebut maka soal yang berkriteria jelek yaitu butir soal 3 dan 7 diganti atau diperbaiki, sedangkan soal berkriteria baik yaitu butir soal 5 dan 6. Soal yang berkriteria cukup yaitu butir soal 1, 2 dan 4. Soal yang digunakan pada penelitian ini adalah soal yang daya pembedanya berkriteria baik dan cukup. Sedangkan butir soal 3 dan 7 dibuang karena indikator dari kedua butir soal tersebut juga terdapat pada butir soal yang dipakai dalam penelitian ini.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Kemampuan Analogi Matematis Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi

8 0,27 Cukup

9 0,94 Sangat Baik

10 0,94 Sangat Baik

Hasil analisis daya pembeda soal kemampuan analogi matematis dilakukan dengan bantuan software Anates V.4 Windows yang menunjukkan bahwa terdapat 2 butir soal berkriteria sangat baik dan 1 butir soal berkriteria cukup. Berdasarkan hasil analisis daya pembeda soal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua soal analogi dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

1.4 Analisis Tingkat Kesukaran

(40)

Ketentuan klasifikasi tingkat kesukaran soal yang baik adalah jika nilai koefisien tingkat kesukaran besar atau sama dengan 0,70 dengan kriteria sedang.

Hasil analisis tingkat kesukaran soal keampuan pemahaman dan analogi matematis pada penelitian ini menggunakan bantuan software Anates V.4 Windows. Hasil analisis tingkat kesukaran untuk soal kemampuan pemahaman matematis dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemahaman Matematis

Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,61 Sedang

2 0,50 Sedang

3 0,61 Sedang

4 0,41 Sedang

5 0,69 Sedang

6 0,22 Sukar

7 0,30 Sukar

Hasil analisis tingkat kesukaran soal kemampuan pemahaman matematis menunjukkan bahwa terdapat 2 butir soal berkriteria sukar dan selebihnya berkriteria sedang. Selanjutnya hasil analisis tingkat kesukaran untuk soal kemampuan analogi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Analogi Matematis Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

[image:40.595.172.487.380.555.2]
(41)

9 0,47 Sedang

10 0,47 Sedang

Hasil analisis tingkat kesukaran soal kemampuan analogi matematis menunjukkan bahwa terdapat semua butir soal berkriteria sedang.

1.5 Analisis dan Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes

Hasil analisis uji coba tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis menunjukkan bahwa terdapat 6 butir soal yang dapat digunakan dalam penelitian setelah dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran soal. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh soal yang mampu mengukur kemampuan pemahaman dan analogi matematis sehingga analisis dan penarikan kesimpulan ini dapat menunjukkan mana soal yang dipakai atau dibuang. Soal yang dapat digunakan tersebut terdiri dari 4 butir soal kemamapuan pemahaman matematis dan 2 butir soal kemampuan analogi matematis. Hasil analisis dan kesimpulan terhadap uji coba soal kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10 Hasil Analisis dan Kesimpulan Uji Coba Soal Kemampuan Pemahaman

Soal

Koefisien

(� ) Kriteria

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Ket

1 0,488 - Cukup Sedang Dibuang

2 0,720 Sangat Signifikan Cukup Sedang Dipakai

3 0,285 - Jelek Sedang Dibuang

4 0,639 Signifikan Cukup Sedang Dipakai 5 0,705 Signifikan Baik Sedang Dipakai 6 0,633 Signifikan Baik Sukar Dipakai

7 0,201 - Jelek Sangat Mudah Dibuang

[image:41.595.161.461.112.158.2]
(42)

terdapat 3 butir soal yang tidak dipakai yaitu butir soal 1, 3 dan 7 karena masing-masing tidak signifikan dan memiliki daya pembeda soal yang jelek. Oleh karena itu, soal kemampuan pemahaman matematis yang digunakan untuk pretest dan posttest pada penelitian adalah butir soal 2, 4, 5 dan 6.

Tabel 3.11 Hasil Analisis dan Kesimpulan Uji Coba Soal Kemampuan Analogi Butir

Soal

Koefisien

(� ) Kriteria

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Kes

8 0,369 - Cukup Sedang Dibuang

9 0,943 Sangat Signifikan Sangat Baik Sedang Dipakai 10 0,875 Sangat Signifikan Sangat Baik Sedang Dipakai

Hasil analisis dan kesimpulan uji coba soal pada Tabel 3.11 menjelaskan bahwa tidak semua soal kemampuan analogi matematis dapat dipakai. Hal ini dikarenakan butir soal 8 tidak signifikan sehingga soal tersebut tidak dipakai. Dengan demikian, soal kemampuan analogi matematis yang dipakai untuk pretest dan posttest adalah butir soal 9 dan 10.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati dan menelaah aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika di kelas eksperimen. Hasil observasi ini tidak diolah secara statistik sehingga hasilnya hanya dideskripsikan saja pada pembahasan sebagai bahan tambahan. Pengamatan aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa pada penelitian dilakukan oleh pengamat yaitu dengan bantuan seorang guru matematika dan dua orang mahasiswa pendidikan matematika. Lembar observasi guru digunakan untuk melihat kesesuaian aktivitas guru saat mengajar di kelas dengan sintaks model advance organizer. Hal ini untuk memastikan bahwa guru telah melaksanakn proses kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintaks. Lembar observasi siswa digunakan agar dapat memunculkan aktivitas positif siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas eksperimen. Adapun indikator aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaran matematika di kelas meliputi:

(43)

Diskusi merupakan salah satu cara siswa menyampaikan pemahamannya mengenai suatu konsep. Melalui diskusi, akan muncul pertanyaan dan tanggapan dari siswa yang terlibat diskusi didalamnya sehingga akan muncul tukar pikiran diantara siswa dan menumbuhkan sikap menghormati perbedaan ide atau pendapat (Baig & Halai, 2006).

b. Memberikan ide, gagasan atau tanggapan (Oral Activities)

Siswa memberikan ide, gagasan atau tanggapan terhadap pendapat siswa lain mengenai suatu konsep merupakan salah satu aktivitas yang dapat memupuk keaktifan siswa di kelas. Siswa akan menyampaikan ide ketika pertanyaan yang muncul berhubungan dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki siswa. Ide akan muncul ketika adanya pertanyaan pada saat pembelajaran baik pertanyaan yang disampaikan oleh siswa maupun guru (Baig & Halai, 2006).

c. Bertanya kepada teman atau guru (Oral Activities)

Bertanya kepada guru dapat dilakukan

siswa ketika siswa mengalami kesulitan dalam memahami atau mengerjakan suatu tugas yang tidak dimengerti. Bertanya merupakan suatu aktivitas yang dapat membantu guru dalam memahami seberapa jauh pemahaman siswa tentang suatu konsep.

d. Menjawab pertanyaan dari teman atau guru (Oral Activities)

Salah satu cara guru untuk melihat pemahaman siswa terhadap suatu konsep yaitu ketika siswa bertanya maupun menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran di kelas. Kemudian Baig & Halai (2006) menyatakan bahwa pada saat siswa memberikan penjelasan kepada temannya, maka siswa mengklarifikasi pemikiran mereka dan belajar untuk berkomunikasi dengan jelas.

e. Mengerjakan LKS (Mental Activities)

(44)

siswa juga diminta untuk mendiskusikan soal-soal latihan di LKS tersebut dengan teman sebangkunya.

f. Berani menuliskan hasil jawaban di depan kelas (Emotional Activities)

Menuliskan hasil jawaban di depan kelas merupakan salah satu aktivitas yang akan dikembangkan untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa. Siswa belajar untuk menjelaskan hasil kerjanya dan menjawab pertanyaan dari siswa lain.

Data hasil observasi ini disajikan dalam bentuk persentase. Proses pembobotan aktivitas dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu 1 bermakna jarang, 2 bermakna kadang-kadang dan 3 bermakna sering. Ketiga bobot ini akan diguunakan dalam menentukan persentase aktivitas siswa setiap indikator selama 6 kali pertemuan di kelas eksperimen. Persentase aktivitas siswa yang belajar dengan model advance organizer ini diklasifikasikan dengan menggunakan aturan klasifikasi aktivitas siswa.

3. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan pada penelitian adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model advance organizer di kelas eksperimen. Bahan ajar disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di tempat pelaksanaan penelitian yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan disesuaikan dengan model pembelajaran advance organizer yaitu pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman siswa sebelumnya. Bahan ajar ini berisi tentang materi “bangun datar segiempat” dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menunjang siswa dalam memahami konsep. Tujuan penggunaan bahan ajar ini adalah untuk menunjang dan meningkatkan kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa.

(45)

siswa. Pada materi “bangun datar segiempat, siswa sudah mengetahui jenis-jenis bangun segiempat, sifat-sifat bangun secara umum dan menghitung keliling serta luas bangun. Melalui pengetahuan siswa sebelumnya, guru menggiring siswa untuk dapat memahami materi bangun segiempat dengan serentetan pertanyaan dan menyuguhkan gambar. Bahan ajar tersebut berisikan persoalan yang membantu siswa untuk menemukan konsep yang diharapkan oleh guru dapat dicapai seperti sifat-sifat bangun datar segiempat berdasarkan sisi, diagonal dan sudut. Bahan ajar juga mempunyai LKS yang terdiri dari 3-6 soal yang berguna untuk melatih siswa dalam memahami konsep materi yang telah disajikan pada bahan ajar.

E. Prosedur Penelitian

Tahap–tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Identifikasi Masalah

Penyusunan Bahan Ajar

Penyusunan Instrumen

Validasi

Uji Coba Instrumen

Analisis validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran

Menentukan Subjek Penelitian Revisi

(46)
[image:46.595.94.541.111.355.2]

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif pada penelitian ini meliputi hasil tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa sedangkan data kualitatif meliputi hasil observasi aktivitas siswa selama belajar matematika.

1. Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis (Data Kuantitatif) Bentuk data kuantitatif pada penelitian ini meliputi hasil uji instrumen, data pretes, postes dan N-Gain . Data yang diperoleh dari hasil uji instrumen diolah dengan bantuan software Anates Versi 4 Windows untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes diolah dengan bantuan Microsoft Excell dan software SPSS Versi 16 for Windows.

Data hasil tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa digunakan untuk menelaah sejauhmana peningkatan kemampuan pemahaman dan

Perlakuan Pembelajaran

Pembelajaran matematika biasa Pembelajaran matematika dengan Model Advance

Organizer

Tes Akhir (Posttest) Observasi

Pengolahan data kemampuan pemahaman dan analogi matematis serta observasi

Analisis data

(47)

analogi matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran matematika biasa. a. Menghitung Statistik Deskriptif

Pada tahap statistik deskriptif akan dihitung pretest, postest dan N-Gain dari kemampuan pemahaman dan analogi matematis. N-Gain bertujuan untuk melihat skor peningkatan dari hasil tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa. Langkah pertama adalah menentukan skor pretest dan posttest kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa. Selanjutnya menentukan skor peningkatan dari hasil tes kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut.

Normalized gain =% < Sf > − % < Si > 100−% < Si >

Hake (1998) Keterangan:

Sf : skor posttest Si : skor pretest

[image:47.595.169.446.500.626.2]

Selanjutnya interpretasi untuk hasil perhitungan gain dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 3.12 Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya Gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Sumber : Hake (1998)

b. Menghitung Statistik Inferensial 1) Uji Normalitas

(48)

Ha: Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Menguji normalitas untuk mengetahui kenormalan dari data pretes, posttes dan gain kemampuan pemahaman dan analogi matematis dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 melalui uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS 16 for Windows.

Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) < α(α =0,05), maka Ho ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima.

Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametrik Mann-Whitney.

2) Uji Homogenitas

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah Ho: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Menguji homogenitas varians dari skor pretes, posttes dan gain kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa dengan taraf signifikansi α = 0,05 melalui uji Levene’s dengan menggunakan bantuan software SPSS 16 for Windows.

Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka Ho diterima.

Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilakukan uji kesamaan dua rerata skor pretest dan uji perbedaan dua rerata skor gain menggunakan uji-t (Independent Sample T-Test) dan jika data yang diperoleh tidak homogen, maka dilakukan uji-t’. Uji kesamaan dua rerata ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16 for Windows. Hipotesis yang akan diuji adalah

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal (kemampuan pemahaman dan

(49)

Ha: Terdapat perbedaan kemampuan awal (kemampuan pemahaman dan analogi

matematis ) siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α(α = 0,05), maka Ho diterima.

3) Uji hipotesis (uji perbedaan dua rerata) Hipotesis yang diuji statistik ada 2 yaitu:

Hipotesis 1 : “Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa”.

Hipotesis 2 : “Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang belajar dengan model advance organizer lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa”.

Uji perbedaan dua rerata posttest atau N-Gain dilakukan untuk membuktikan rumusan hipotesis penelitian. Perhitungan statistik dalam menguji perbedaan dua rerata dengan taraf signifikansi α = 0,05 dilakukan melalui bantuan software SPSS 16 for Windows.

Apabila data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji-t. Apabila data tidak normal maka dilakukan perhitungan non-parametrik dengan uji Mann-Whithney. Namun apabila data tidak homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji-�,. Uji perbedaan dua rerata ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16 for Windows.

2. Lembar Observasi (Data Kualitatif)

(50)

64 Rezkiyana Hikmah, 2014

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN essay yang menyimpulkan karakteristik, kriteria, serta proses pembelajaran. Perhitungan persentase aktivitas siswa dihitung dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2008) sebagai berikut.

P = �

� x 100 % Keterangan:

P : Persentase aktivitas siswa f : Frekuensi aktivitas N : Jumlah pertemuan

Pada penelitian ini, aktivitas belajar siswa dikatakan baik jika persentase aktivitas siswa (P) lebih besar dari 50% dengan kriteria banyak dan sebaliknya. Hal ini dirumuskan berdasarkan Tabel 2.2 tentang kategori penilaian aktivitas siswa.

G. Alur Uji Statistik

NGain

Uji Normalitas

NGain Postes Pretes

Postes Pretes

Data

Data

(51)
(52)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, penelitian ini menyimpulkan tiga hal berikut.

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran advance organizer lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa.

2. Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran advance organizer lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa

3. Aktivitas siswa yang belajar dengan model pembelajaran advance organizer tergolong baik karena indikator untuk masing-masing aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dengan persentase lebih besar dari 50%.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian yang telah dilaksanakna ini adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran advance organizer secara umum dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan analogi matematis serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas

2. Penerapan model pembelajaran advance organizer dapat digunakan oleh guru untuk membiasakan siswa belajar bermakna bukan secara hafalan

C. Rekomendasi

(53)

1. Model advance organizer dapat dijadikan pilihan bagi guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa

2. Model advance organizer yang dilaksanakan pada penelitian ini menggunakan kurikulum KTSP. Oleh karena itu, model advance organizer juga dapat diintegrasikan dengan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menggunakan model discovery, problem based learning dan project based learning dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian selanjutnya yang menggunakan model advance organizer dalam kurikulum 2013 sehingga akan memberikan pengetahuan baru bagi dunia pendidikan.

3. Model pembelajaran advance organizer yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan analogi matematis siswa. Model advance organizer juga dapat memfasilitasi bagaimana siswa mengkomunikasikan pemahamannya kepada teman atau guru serta memfasilitasi koneksi antar materi. Oleh karena itu, diharapkan ada penelitian selanjutnya yang mengukur kemampuan komunikasi dan koneksi atau kemampuan matematis lainnya yang berkaitan dengan model advance organizer sehingga dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan.

(54)

Daftar Pustaka

Abdullah, I. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Representasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Soft Skills. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan.

Ahmad. (2005). Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SLTP dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan.

Alamsyah. (2000). Suatu Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Analogi Matematika. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.

Alfeld, P. (2004). Understanding Mathematics, a Study Guide. (Online: 12 mei 2014)

Anderson, Orin. W & Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. New York. Addison Wesley Longman, Inc.

Anggraeni, Y & Turmudi. (2012). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Model Reciprocal Teaching. Jurnal Pendidikan Sigma Didaktika, Volume 1, Nomor 1.

Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmida. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.

Baig, S & Halai, A. (2006). Learning Mathematical Rules with Reasoning. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. Volume 2 Number 2.

Baroody, A. J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8 Helping Children Think Mathematically. New York: Macmillan Publishing Company.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

(55)

Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan.

Dharma, S. (2014). Teori belajar Kognitif. (Online: 10 Juni 2014)

http://satyaningdharma.blogspot.com/2014/03/teori-belajar-kognitif.html

Depdiknas. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Diknas. (2011). Pengertian Sekolah. (Online: 31 Mei 2013).

Putra, H. D. (2011). Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantu WINGEOM untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa SMP. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.

Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement vs Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics, 66, 64-74.

Herdian. (2010). Pengaruh Metode Discovery terhadap Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa SMP. Tesis: Tidak diterbitkan.

Hilbert, J., & Carpenter, T.P. (1992). Learning and Teaching with Understanding. In D.A. Grouws (Ed). A Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 65-100). New York: Macmillan Library Reference Simon & Schuster Macmillan.

Ignacio, N & Barona. (2006). The A

Gambar

Tabel
Gambar Hal
Tabel 3.2 Deskripsi Indikator dan Skor Kemampuan Analogi Matematis
Tabel 3.4 Hasil Uji validitas Tes Kemampuan Analogi Matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Variable bebasnya adalah latihan passing dengan menggunakan alat bantu tali. Variable terikatnya adalah hasil short passing pada cabang olahraga sepakbola. Batasan

Dynamics Of Nitrate And Nitrite Content During Storage Of Homa Made And Small Scale Industrially Produced Raw Vegetables Juices And Their Dietary Intake. Journal of Food

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 2,5 ml asam sulfanilat, setelah lima menit ditambahkan 2,5 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dilarutkan dan

[r]

Di Desa Melati II dalam usahatani padi sawah besar curahan tenaga kerja wanita lebih besar dari pada curahan tenaga kerja pria.Pendapatan keluarga tani padi sawah di Desa

kan adalah: (1) setiap program peningkatan mutu pendidikan di madrasah harus dilakukan secara sistemik dan sistematik, (2) penerapan program peningkatan mutu yang dilakukan

Pada hari ini Rabu tanggal dua puluh tiga bulan Mei tahun dua ribu tiga belas, diadakan Aanwijzing pada paket pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas

Kedua, apakah pendekatan yang digunakan masing-masing aliran ekonomi dalam merumuskan definisi miskin dan indikator kemiskinan dan Ketiga, apakah sumber dan