• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN PADA SMK SEKABUPATEN PURWAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN PADA SMK SEKABUPATEN PURWAKARTA."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………iv

DAFTAR ISI………vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah………1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……… 11

C. Tujuan Penelitian……… 13

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian……… 14

E. Struktur organisasi Tesis………15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN 17

HIPOTESIS A.Mutu Pembelajaran Dalam Konteks Administrasi Pendidikan………...17

B.Kinerja Kepala Sekolah………...43

C. Kinerja Guru……… 54

D.Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan………69

E. Kerangka pemikiran ……….……… ...73

F. Hipotesis Penelitian……… …. .. 74

BAB III METODE PENELITIAN 75

A. Metode Penelitian………... 75

B. Populasi dan Sampel………76

C. Teknik Pengumpulan Data………...79

D. Definisi Operasional ………85

E. Proses Penelitian dan Pengumpulan Data………...88

F. Instrumen Penelitian……….90

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 104

(2)

1. Deskripsi Variabel Y……… 104

2. Deskripsi Variabel X1………... 111

3. Deskripsi Variabel X2……….. 120

4.Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis………… 128

a. Uji Normalitas……… 128

b. Uji Homogenitas………...134

c. Uji Linieritas………135

B. Pembahasan………....150

1. Mutu Pembelajaran Pada SMK Sekabupaten Purwakarta…... ...150

2. Kinerja Kepala Sekolah Pada SMK Sekabupaten Purwakarta………...151

3. Kinerja Guru Pada SMK Sekabupaten Purwakarta………...153

4. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Terhadap Mutu Pembelajaran………154

5.Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Mutu Pembelajaran……… 156

6. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Pembelajaran…………158

BAB V KESIMPULAN, DAN SARAN 162

A. Kesimpulan………162

B. Saran……… 164

DAFTAR PUSTAKA………166

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 170

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………... 216

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia

dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Hal ini sejalan

dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20

tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3) berikut ini: Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi

alasan utama pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu

(5)

pendidikan, sarana prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai

subjeknya. Proses belajar mengajar sebagai sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu diantaranya adalah guru yang merupakan pelaksana utama

pendidikan di lapangan. Kualitas guru baik kualitas akademik maupun non akademik juga ikut mempengaruhi kualitas pembelajaran.

Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyrakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1). Faktor lainnya

yang tak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka mengupayakan peningkatan

kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya pendayagunaan sumber belajar.

Kelemahan terbesar dari lembaga-lembaga pendidikan dan pembelajaran kita menurut Purwasasmita (2002:132) karena pendidikan tidak memiliki basis

pengembangan budaya yang jelas. Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomi untuk menghasilkan/membudaya manusia pekerja yang sudah disetel menurut tata nilai ekonomi yang berlatar (kapitalistik),

(6)

pencari kerja dan tidak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam siklus rangkaian manfaat yang seharusnya menjadi hal yang

paling esensial dalam pendidikan dan pembelajaran.

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan

harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa datang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap derap langkah dan perkembangan dunia pendidikan.

Masyarakat suatu negara sangat mengharapkan pendidikan yang bermutu. Dari pengalaman menunjukkan bahwa modal kehidupan dalam setiap perubahan

zaman adalah pendidikan. Terdapat empat isu sentral yang menjadi masalah pendidikan, yaitu: relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan, efektifitas pendidikan, dan mutu pendidikan. Salah satu masalah pendidikan tersebut, yaitu

mutu pembelajaran, melibatkan banyak pihak dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, khususnya mutu pendidikan menengah. Salah satu aspek

yang memiliki peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan menengah, adalah kemampuan guru dengan segala latar belakang dan pengalaman. Tugas guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan

manajerial (Depdikbud, 1983:9).

Usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pembelajaran semakin kuat

(7)

pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan atau para pelaku pendidikan.

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan

pengelolaan penuh terhadap pengaturan jalannya roda kependidikan di sekolah.

Peran utama Kepala Sekolah adalah sebagai pemimpin yang mengendalikan

jalanya penyelenggaraan pendidikan di mana pendidikan itu sendiri berfungsi

pada hakekatnya sebagai sebuah transformasi yang mengubah input menjadi

output. Hal ini menentukan suatu proses yang berlangsung secara benar, terjaga

sesuai dengan ketentuan dari tujuan kependidikan itu sendiri. Kepala sekolah

merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pandangan Supriadi (1998:346), erat

hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan

sekolah seperti disiplin sekolah, budaya sekolah, dan menurunnya prilaku nakal

peserta didik. Memperkuat pendapat tersebut, Nurkolis (2003:119) mengatakan:

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah sebagai figur kunci dalam mendorong, perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum dan keputusan personil, tetapi Juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas Keberhasilan siswa dan programnya. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas dan wewenang.

Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan

semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki

dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Di samping itu, perkembangan

(8)

penguasaan secara professional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah

dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan

secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan (E.Mulyasa,2004:25). Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya

peningkatan kinerja kepala sekolah secara profesional untuk mensukseskan salah

satu program pemerintah, yakni program peningkatan mutu pembelajaran.

Dalam organisasi sekolah kepala sekolah merupakan pimpinan yang

bertanggung jawab atas kelangsungan organisasi tersebut. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadi (1998:346) bahwa “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunya

perilaku nakal perserta didik”. Oleh sebab itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan

proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.” Berbagai upaya penting dan strategis yang diagendakan untuk

mengoptimalkan kinerja kepala sekolah ini sangat tergantung pada kemauan dan tekad kepala sekolah untuk menjadikan dirinya sebagai pimpinan yang sukses dengan kinerja optimal. Seorang pimpinan yang bukan sekedar berhasil mencapai

(9)

terutama peserta didik berhasil meraih prestasi melebihi dirinya.Guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Di kelas gurulah yang

menjadi subjek utama dalam kegiatan pembelajaran.

Berkaitan dengan hal tersebut Dadang Iskandar et al. (2010:3) mengemukakan bahawa:

Guru di Indonesia hingga saat ini masih menghadapi berbagai masalah, diantaranya:(1) adanya keberagaman kompetensi dari yang rendah sampai tinggi; (2) pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan, dan (3) kesejahteraan guru pada umumnya belum memadai. Hal-hal tersebut ternyata berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan dimaksud antara lain: (1) rendahnya mutu tamatan sebagai akibat rendahnya kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan guru; (2) kurang sempurnanya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki setiap siswa, (3) rendahnya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa terutama di tingkat dasar; (4) kurang puasnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan terhadap kinerja dan pelayanan yang diberikan oleh pendidik dan tenaga kependidikan.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk

terselenggaranya proses pendidikan, keberadaan guru merupakan pelaku utama

sebagai fasilitator penyelenggara proses belajar siswa. Oleh karena itu kinerja

guru berhubungan dengan program pendidikan nasional. Guru sebagai faktor menentukan mutu pembelajaran. Karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru mutu

kepribadian mereka dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru kompeten, tanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi.

(10)

Guru kompeten dan efektif, tanggungjawab utamanya mengawal perkembangan peserta didik sampai suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses

pendampingan guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh.

Rahman, dkk. (2005: 1) mengatakan bahwa Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional diantaranya melalui pengadaan buku dan alat pelajaran, berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, perbaikan pengadaan sarana/prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian dilihat dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.

Berkaitan dengan kinerja guru Hilman Taufik (2002:244) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa “Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru dan merupakan permasalahan adalah aspek kualifikasi standar guru dan relevansi antara bidang keahlian guru dengan tugas mengajar.” Johnson (1974:6)

mengemukakan bahwa kompetensi seorang guru didukung oleh lima komponen, yaitu: komponen bahan pengajaran (the teaching subject component), komponen profesional (the professional component), komponen proses (the process

component), komponen penyesuaian (the adjusment componen), dan komponen sikap (the attitude component). Puncak (perwujudan) dari kompetensi guru

tersebut adalah komponen kinerja (the performance component) yang merupakan seperangkat perilaku yang ditunjukan oleh seorang guru pada saat memberikan pelajaran kepada peserta didik. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Johnson,

maka aktualisasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya merupakan cerminan dari kinerja guru yang sangat berpengaruh

(11)

mengoptimalkan perwujudan kemampuan dan tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja guru melalui pelaksanaan tugasnya sebagai

pendidik, pengajar dan pelatih anak didiknya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Namun demikian kinerja seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berkenaan dengan hal tersebut Gibson et al. (1985:51-53) secara lebih komprehensif mengemukakan adanya tiga kelompok variabel sebagai faktor yang

dapat mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi, yaitu: Pertama, Variabel Individu, yang meliputi: (a) kemampuan/ keterampilan, (b)

latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman). Kedua Variabel Organisasi, yang meliputi: (a) sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, (e) desain pekerjaan. Ketiga Variabel Individu (Psikologis), meliputi: (a)

mental/intelektual, (b) persepsi, (c) sikap, (d) kepribadian, (e) belajar, (f) motivasi. Dalam mendukung kinerja guru perlu dukungan kompetensi guru yang

profesional. Kompetensi guru diukur dengan 10 kompetensi guru dilihat dari aspek-aspek yaitu (a) menguasai bahan ajar; (b) mengelola program belajar mengajar; (c) mengelola kelas; (d) menggunakan media/sumber; (e) menguasai

landasasan-landasan kependidikan; (f) mengelola interaksi belajar-mengajar; (g) menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran; (h) mengenal fungsi dan

program layanan binbingan serta penyuluhan; (i) mengenal dan menyeleng-garakan administrasi sekolah; (j) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Moch Idochi Anwar

(12)

Kinerja guru selama ini terkesan tidak optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, kurang kreativitas. Inovasi bagi guru relatif

tertutup dan kreativitas bukan merupakan bagian dari prestasi. Jika ada guru mengembangkan kreativitasnya, guru tersebut cenderung dinilai

membuang-buang waktu dan boros. Hasil penataran guru pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibanding dengan kinerja para guru

Upaya peningkatan mutu pembelajaran antara lain melalui revitalisasi

kinerja kepala sekolah yaitu kegiatan yang harus dilakukan kepala sekolah dan

kepemimpinan kepala sekolah yang profesional. Dengan upaya ini diharapkan

adanya peningkatan mutu pendidikan nasional. Peningkatan mutu pembelajaran

atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan suatu yang mustahil,

pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui

proses pembelajaran yang bermutu pula. Dan hal yang mustahil pula, terjadi

proses pembelajaran yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor

penunjang proses pembelajaran yang bermutu pula. Proses pembelajaran yang

bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor,

dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh

sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang

memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen

yang tepat serta lingkungan yang mendukung (Nana Syaodih, 2006:6).

Secara umum rendahnya mutu pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik internal sekolah maupun eksternal. Adapun faktor internal

(13)

mutu metode mengajar dan kurikulum yang berlaku sehinggga mengakibatkan rendahnya efektivitas proses belajar mengajar, sarana dan prasarana yang kurang

memadai, penyebaran guru yang tidak merata, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi mutu pembelajaran antara lain peran serta orang

tua siswa, masyarakat secara umum dan pemerintah belum optimal dalam bekerjasama mendukung pembangunan pendidikan yang bermutu (Wuviani.V, 2005:6). The Center for Reseach on Educational Policy dari University of

Memphis membuat indikator kualitas pembelajaran: 1) lingkungan fisik yang kaya dan merangsang, 2) iklim kelas yang kondusif untuk belajar, 3) harapan jelas

dan tinggi para peserta didik, 4) pembelajaran yang koheren dan berfokus, 5) wacana ilmiah yang merangsang pikiran, 6) belajar otentik,7) asesmen diagnostik belajar yang teratur, 8) membaca dan menulis sebagai kegiatan regular,

9) pemikir matematis,dan penggunaan teknologi secara efektif.

Akadum (1999:1-2) menilai bahwa rendahnya kompetensi guru dapat

disebabkan karena beberapa hal antara lain: (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu

pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat, (4) masih belum smooth-nya perbedaan tentang proporsi,

materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Sedangkan

(14)

disebabkan: (1) masih banyaknya guru yang tidak menekuni profesinya secara profesional. Dalam hal ini dapat dilihat dengan masih banyak guru yang bekerja

di luar jam kerjanya hal ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga tidak ada waktu untuk membaca dan menulis atau melakukan

hal-hal yang dapat meningkatkan kemampuan diri; (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang

lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan sistem output, kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi

keguruan; (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada guru di perguruan tinggi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini didasari pada permasalahan yang muncul dalam mutu pembelajaran yang terjadi saat ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran secara

teoritik dengan kondisi nyata khusunya di SMK Purwakarta. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan beberapa masalah yang terjadi sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada

(15)

akhirnya berdampak pada kelemahan dalam mutu pembelajaran dan output

yang dihasilkan

2. Penyelenggaraan pendidikan nasional yang sentralistik, telah mengakibatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan

birokrasi, yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif

untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

3.Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan

pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan pada proses

pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).

4.Komitmen kepala sekolah sebagai pimpinan perlu ditingkatkan.

5.Kerjasama (teamwork) antara kepala sekolah, personil dan stakeholders masih perlu ditingkatkan.

6. Belum seutuhnya memiliki prinsip bahwa siswa adalah pelanggan yang harus

dilayani dengan baik.

7. Kurangnya komunikasi antara kepala sekolah dan staf

(16)

9. Masih terbatasnya kesadaran masyarakat untuk mendukung program kebijakan

sekolah kejuruan.

Mengingat rumusan masalah tersebut masih bersifat umum maka perlu dirinci menjadi pokok-pokok permasalahan berdasarkan tingkatan

pemecahannya. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu

Pembelajaran Pada SMK Sekabupaten Purwakarta yaitu

1.Bagaimana deskripsi kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan mutu pembelajaran pada SMK Sekabupaten Purwakarta?

2. Seberapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran pada SMK Sekabupaten Purwakarta?

3. Seberapa besar pengaruh kinerja guru terhadap mutu pembelajaran pada SMK

Sekabupaten Purwakarta?

4. Seberapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah dan kinerja guru terhadap

mutu pembelajaran pada SMK SekabupatenPurwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Memperhatikan batasan dan rumusan masalah tersebut, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang pengaruh

(17)

1. Deskripsi tentang kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan mutu pembelajaran pada SMK Sekabupaten Purwakarta.

2. Pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran pada SMK Sekabupaten Purwakarta.

3. Pengaruh kinerja guru terhadap mutu pembelajaran pada SMK Sekabupaten Purwakarta.

4. Pengaruh kinerja kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu pembelajaran

pada SMK Sekabupaten Purwakarta.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan

(secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat antara lain:

a. Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan terutama pada kinerja kepala sekolah,

(18)

b. Dapat dijadikan sebagai alternatif model inovasi dalam pengembangan kinerja kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu pembelajaran pada SMK

Sekabupaten Purwakarta.

c.Dapat dijadikan suatu pola dan strategis dalam meningkatkan mutu

pembelajaran. 2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. Memberikan informasi bagi para kepala sekolah dan para guru agar meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan

profesionalisme.

b. Memberikan informasi bagi para pengelola satuan pendidikan dalam upaya memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan kinerja kepala sekolah dan

kinerja guru.

c. Memberikan informasi bagi para kepala sekolah khususnya yang bertugas di

SMK Purwakarta bahwa kinerja kepala sekolah dapat berpengaruh terhadap mutu pembelajaran.

d. Memberikan bahan masukan kepada praktisi pendidikan bahwa tujuan

pendidikan nasional akan tercapai bila didukung oleh kualitas kinerja yang baik dari kelapa sekolah dan guru.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis pada penelitian ini memaparkan 5 Bab, sebagai

(19)

Dimulai dari latar belakang masalah yang menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti. Identifikasi dan perumusan masalah. Bagian ini berisi rumusan

dan analisis masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya. Tujuan penelitian yang menyajikan hasil yang ingin

dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab 2 menjelaskan mengenai: kajian pustaka yang berisi: penjelasan

konsep/teori, penelitian terdahulu yang relevan, dan posisi teorirtik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan dalam kerangka

pemikiran, dan hipotesis. Bab 3 memaparkan mengenai: metode penelitian yang berisi penjabaran yang dirinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen: populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional,

proses penelitian dan pengumpulan data, instrument penelitian.

Bab 4 hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan

terdiri dari dua hal utama, yakni: pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, hipotesis, dan pembahasan atau analisis temuan. Bab 5 kesimpulan dan saran yaitu menyajikan

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey penjelasan (explanatory survey method) dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis jalur. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya

pengaruh yang ditunjukkan koefisien korelasi antara variabel kinerja kepala

sekolah (X₁) dan kinerja guru (X₂) terhadap mutu pembelajaran (Y). Sementara yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga diperoleh gambaran hubungan diantara variabel-variabel

tersebut.

Melalui penerapan metode survey penjelasan dalam penelitian ini yakni meneliti keadaan masalah penelitian yang sedang berlangsung atas objek

penelitian, diharapkan diperoleh informasi yang tepat dan gambaran yang lengkap mengenai permasalahan yang diteliti.

Masalah mutu pembelajaran, kinerja kepala sekolah dan kinerja guru

(21)

Karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey penjelasan, dengan alasan bahwa metode survey penjelasan ini

dianggap paling relevan dengan menganalisis kejadian yang berlangsung pada saat penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian

dengan parameter dan teknik pengukuran statistik, sehingga didapat gambaran data tentang pola hubungan diantara variabel-variabel yang diukur.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. (Arikunto, 1997: 115). Disisi lain Sudjana (1992 : 6) berpendapat bahwa “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik

hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK Sekabupaten Purwakarta. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Kantor Dinas

(22)

Tabel 3.1

(23)

2. Sampel

Di dalam penelitian diperkenankan untuk meneliti sebagian dari jumlah

populasi. Meneliti dengan hanya menggunakan sebagian populasi ini disebut penelitian Sampel. Menurut Arikunto (1993:103) sampel adalah sebagian atau

wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi.

Adapun teknik sampel yang digunakan adalah teknik sample random

sampling , yaitu cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam anggota

populasi itu.

Adapun alasan penulis memilih teknik sample random sampling ini disebabkan jumlah populasi yang cukup besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua karakteristik yang ada pada populasi, disisi lain adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana.

Dari jumlah populasi sebesar 226 orang, peneliti menggunakan rumus dari Issac dan Michael dalam Arikunto (2010: 179) yaitu :

S = X²NP (1-P)

d² (N-1) ÷ X²P (1-P)

Dimana S = Jumlah sampel yang diperlukan N = Ukuran populasi

P = Proporsi dalam populasi= 0,50 d = Ketelitian (error) = 5%

X² = harga tabel chi kuadrat sesuai tingkat kepercayaan 95%

(24)

Tabel 3.2

Jumlah Responden (Sampel) penelitian

No Nama Sekolah Jumlah (orang)

1 SMKN 1 PURWAKARTA 48

2 SMKN 2 PURWAKARTA 26

3 SMK PURNAWARMAN 4

4 SMK BINA BUDI 4

5 SMK BHAKTI KERJA 1

6 SMK TEKIN 4

7 SMKN 1 CIBATU 11

8 SMKN I PLERED 11

9 SMKN 1 BOJONG 7

10 SMK PASUNDAN 3

11 SMK KHARISMA NUSANTARA 1

12 SMK TEKSTIL MUHAMADIYAH 1

13 SMK SAINTEK 1

14 SMK FARAMASI YASRI 1

JUMLAH 123

C. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap sampel penelitian dengan mengambil total sampel yakni: 123 responden. Berikut ini akan dijelaskan hasil uji coba untuk masing-masing variabel.

Pengembangan alat pengumpul data penelitian dilakukan dengan mengacu

kepada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti mencakup kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan mutu pembelajaran.

Mengacu kepada permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian ini, maka data yang perlu dikembangkan adalah data tentang kinerja kepala sekolah, kinerja guru yang dihubungkan dengan mutu pembelajaran. Oleh karena itu

ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus permasalahan dalam penelitian.

(25)

pembelajaran dikembangkan dengan teknik pengumpulan data yaitu :

Teknik Kuesioner (angket)

Sebagai alat pengumpulan data , angket ini memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan alat pengumpul data lainnya. Menurut Sanafiah Faisal ( 1981 : 2 )

“Ciri khas angket terletak pada pengumpulan data melalui data pertanyaan atau pernyataan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi

dan sumber data berupa orang".

Pemilihan teknik pengumpulan data dengan kuesiner/angket, didasarkan pada asumsi bahwa pertama, responden memiliki waktu yang cukup untuk mengisi

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan, kedua responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pernyataan yang diajukan, ketiga responden memiliki kebebasan dalam menjawab dan Keempat dapat digunakan untuk mengumpulkan

data atau keterangan dari banyaknya responden alam waktu yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan angket tetutup melalui pengembangan instrument penelitian yang

lebih menekankan pada pengukuran sikap, yang menggunakan skala sikap yaitu skala Likert, dimana jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif.

Angket ini terdiri dari tiga buah angket tertutup untuk menggali informasi

tentang variabel (X₁) yaitu kinerja kepala sekolah , variabel (X₂) yaitu kinerja

(26)

1 = Selalu diberi bobot 5 2 = sering diberi bobot 4 3 = Kadang-kadang diberi bobot 3 4 = Jarang diberi bobot 2 5 = Tidak pernah diberi bobot 1

Responden dipersilakan untuk menjawab pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan yang dirasakan mengenai kinerja kepala

sekolah, kinerja guru dan mutu pembelajaran pada SMK Sekabupaten Purwakarta .

Angket ini dikembangkan oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada

konsep teori yang mendasarinya. Dari teori itu, kemudian disusun kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam item pernyataan.

Kisi-kisi alat pengumpul data didasarkan pada aspek masing-masing variabel kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan mutu pembelajaran. Adapun bentuk dari kisi-kisi yang disusun dapat divisualisasikan dalam bentuk tabel

(27)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pengungkap Data Penelitian

No Variabel Definisi Oprerasional Dimensi Indikator Item Soal

1 Mutu

pembelajaran (Y)

(28)

No Variabel Definisi Oprerasional Dimensi Indikator Item

(29)

Lanjutan kisi-kisi

No Variabel Definisi Oprerasional Dimensi Indikator Item Soal 2 Kinerja

Guru (X₂)

Perbuatan atau tindakan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya melalui wujud dalam 1) Kemampuan membuat

perencanaan dan

(30)

Lanjutan kisi-kisi

No Variabel Definisi Oprerasional Dimensi Indikator Item Soal e.kemampuan

Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang akan diteliti yaitu variabel

(Y) yaitu mutu pembelajaran. (X₁) yaitu Kinerja kepala sekolah, Variabel (X₂)

yaitu kinerja guru.

Untuk lebih memperjelas maksud istilah-istilah yang terdapat dalam judul

penelitan, maka berikut ini akan dijelaskan definisi-definisinya secara operasional sebagai berikut:

Mutu pembelajaran didefinisikan sebagai Kualitas pelayanan yang

dihasilkan dari terjadinya hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran yang menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang

(31)

pengalaman belajar yang bervariasi; (2) kualitas hasil belajar siswa dengan indikator prestasi akademik yang dicapai siswa, sikap (perilaku) keseharian siswa

dalam belajar serta kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas. Beeby (1996) dalam Biyantu (2007:129).

Variabel mutu pembelajaran ini diukur melalui indikator-indikator yaitu:

a. Proses belajar:

1) Interaksi

2) Kreativitas

3) Pengalaman belajar bervariasi

b. Hasil Belajat:

1) Prestasi akademik

2) Sikap (prilaku)

3) Kemandirian

2. Identifikasi Variabel Independen

1. Kinerja kepala sekolah (X₁) dapat dilihat sebagai perbuatan atau tindakan yang

dilakukan atas dasar tujuan, kebutuhan, daya, kemampuan dan kedudukan atau fungsinya dengan menggunakan cara tertentu, fasilitas tertentu dan lahan

(32)

kurun waktu tertentu sehingga siswa mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kinerja kepala sekolah dalam penelitian ini ditunjukkan oleh pekerjaan kepala

sekolah dalam 1) Kemampuan, 2) komitmen, dan 3) motivasi. Spencer & Spencer (1993).

Variabel kinerja kepala sekolah ini diukur melalui indikator-indikator yaltu:

a. Kemampuan:

1) Memimpin sekolah

2) Menguasai metode

3) Menguasai landasan kependidikan

4) Merencanakan program sekolah dengan tepat

5) Melakukan penilaian hasil kegiatan program sekolah

6) Menerapkan hasil penelitian dalam kegiatan penyelenggaraan sekolah . b. Komitmen:

1) Loyalitas terhadap organisasi 2) Keterikatan secara psikologis 3) Keterlibatan tugas

c. Motivasi: 1) Semangat

2) Antusiasme/ambisius

2. Kinerja guru (X₂) adalah perbuatan atau tindakan yang ditunjukkan oleh guru

(33)

materi , 3) Penguasaan metode dan strategi mengajar, 4) Pemberian tugas-tugas kepada siswa 5) Kemampuan mengelola kelas 6) Kemampuan melakukan

penilaian dan evaluasi. Abd. Wahab dan Umiarso, (2010:122).

Variabel kinerja guru ini diukur melalui indikator-indikator yaitu :

a. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar

b. Penguasaan materi

c. Penguasaan metode dan strategi mengajar

d. Pemberian tugas-tugas kepada siswa

e. Kemampuan mengelola kelas

f. Kemampuan melakukan penilaian, dan evaluasi

E. Proses penelitian dan Pengumpulan Data

Sebagai suatu rangkaian kegiatan yang sistematis dalam penelitian ini dilakukan

tahap- tahap sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu (a) konsultasi dengan dosen pembimbing, pembuatan kisi-kisi instrumuen penelitian dan desain penelitian,(b) mempersiapkan administrasi berupa catatan-catatan untuk survey awal penelitian.

2. Studi Awal Lokasi Penelitian

Pada tahap ini dilakukan observasi pendahuluan dan melakukan konsultasi dengan

(34)

Termasuk ke dalam tahap ini adalah kegiatan memproses izin penelitian.

3. Penyusunan Instrumen Penelitian

Pada tahap penyusunan instrumen penelitian dilakukan kegiatan-kegiatan yaitu (a) menyusun kisi-kisi secara sistematis sesuai dengan variabel penelitian,(b) merumuskan

masalah penelitian dengan variabel disertai dengan indikator yang akan dijadikan pernyataan-pernyataan,(c) menyusun pernyataan-pernyataan beserta alternatif jawabannya sesuai dengan masalah penelitian dan disertai petunjuk pengisian,(d)

melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk diujicobakan.

4. Uji Instrumen

Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, terlebih dahulu diujicobakan terhadap responden yang memiliki karakteristik sama dengan responden yang telah ditetapkan. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

validitas dan tingkat reliabilitas instrument. Pentingnya ujicoba ini diungkapkan Sanafiah Faisal (1982:38) yaitu :

Setelah angket ini disusun lazimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (Tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.

Setelah data uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk mengukur tingkat validitas dan tingkat reliabilitas alat

pengumpul data., maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pelaksanan Pengumpulan Data

(35)

persiapan dan tahap pelaksanaan.Tahap persiapan meliputi kegiatan mempersiapkan lembaran-lembaran angket yang akan diberikan kepada

responden, mempersiapkan surat izin untuk penelitian,dan menentukan hari untuk pengambilan data.

Sedangkan tahap pelaksanaan dilakukan setelah semua persyaratan dilengkapi dan semua angket telah dipersiapkan serta telah adanya persetujuan dari pihak lembaga yang diteliti maka angket disebarkan kepada responden yang akan

diteliti, dan dikumpulkan kembali pada batas waktu yang telah ditentukan.

F. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran

Dalam penyusunan instrumen penelitian harus diketahui dan dipahami tentang jenis skala pengukuran yang akan digunakan dan tipe-tipe skala pengukuran agar

instrument bisa diukur sesuai dengan apa yang ingin diukur dan dapat dipercaya serta reliabel (konsisten) terhadap permasalahan instrumen penelitian.

Untuk penyusunan instrumen penelitian ini, penulis memilih model atau tipe skala pengukuran yaitu skala sikap. Adapun bentuk skala sikap yang digunakan adalah skala Likert. Skala likert menurut Akdon (2005:118) dijelaskan bahwa :

Skala likert digunakan untruk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator yang dapat diukur. Akhirnya

(36)

berupa penyataan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

2. Uji Validitas Instrumen

a. Hasil Uji InstrumenVariabel Mutu Pembelajaran (Y)

Kegiatan uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap sampel penelitian dengan mengambil 30% atau 36 dari total sampel yakni: 123 responden. Berikut ini akan dijelaskan hasil uji coba untuk masing-masing variabel. Instumen variabel mutu pembelajaran (Y) berupa angket yang

mempunyai 20 butir pernyataan. Berdasarkan pada angket yang telah disebarkan kepada 36 responden uji coba instrumen penelitian, untuk variabel Mutu

(37)

Lanjutan Tabel 3.4

Perhitungan uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mengoperasionalkan program SPSS Versi 12.00. hasilnya menunjukkan bahwa, data yang diolah lengkap berasal dari 36 responden (lihat Tabel 3.5)

TABEL 3.5

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

b. HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL MUTU PEMBELAJARAN (Y)

Pengujian validitas setiap item instrumen penelitian dilakukan dengan uji korelasi pada setiap item. Hasilnya dapat dilihat pada: Tabel 3.6

(38)

TABEL 3.6

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL MUTU PEMBELAJARAN (Y)

Dengan merujuk pada tabel di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan

(39)

TABEL 3.7

KEPUTUSAN VAIDITAS SETIAP ITEM PADA VARIABEL MUTU PEMBELAJARAN (Y)

1 0.236 34 5.831 1.377 0.972 1.417 1.697 Tidak Valid 2 0.146 34 5.831 0.852 0.989 0.861 1.697 Tidak Valid 3 0.220 34 5.831 1.283 0.975 1.315 1.697 Valid 4 0.338 34 5.831 1.972 0.941 2.095 1.697 Valid 5 0.482 34 5.831 2.812 0.876 3.209 1.697 Valid 6 0.536 34 5.831 3.125 0.844 3.702 1.697 Valid 7 0.527 34 5.831 3.071 0.850 3.612 1.697 Valid 8 0.459 34 5.831 2.679 0.888 3.016 1.697 Valid 9 0.507 34 5.831 2.957 0.862 3.431 1.697 Valid 10 0.561 34 5.831 3.269 0.828 3.947 1.697 Valid 11 0.496 34 5.831 2.892 0.868 3.330 1.697 Valid 12 0.444 34 5.831 2.587 0.896 2.887 1.697 Valid 13 0.270 34 5.831 1.577 0.963 1.638 1.697 Tidak Valid 14 0.325 34 5.831 1.893 0.946 2.002 1.697 Valid 15 0.293 34 5.831 1.709 0.956 1.787 1.697 Valid 16 0.021 34 5.831 0.125 1.000 0.125 1.697 Tidak Valid 17 0.420 34 5.831 2.448 0.908 2.697 1.697 Valid 18 0.474 34 5.831 2.765 0.880 3.140 1.697 Valid 19 0.408 34 5.831 2.379 0.913 2.606 1.697 Valid 20 0.488 34 5.831 2.847 0.873 3.262 1.697 Valid

Keputusan

c. HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL MUTU PEMBELAJARAN (Y) TABEL 3.8

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL MUTU PEMBELAJARAN (Y)

Correlation Between Forms .307

Spearman-a The items Spearman-are: item01, item02, item03, item04, item05, item06, item07, item08, item09, item10.

(40)

Kesimpulannya: “Karena koefisien korelasi diantara item pada variabel Y

adalah: 0.300 < 0.470 (Guttman Split-Half Coefficient ), maka instrumen ini

memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian ini.

3. Hasil Uji Validitas Instrumen

a. Hasil Uji Instrumen Kinerja Kepala Sekolah (X₁₁₁₁)

Instumen variabel kinerja kepala sekolah (X₁) berupa angket yang mempunyai 20 butir pernyataan. Berdasarkan pada angket yang telah disebarkan

kepada 36 responden uji coba instrumen penelitian, untuk variabel Kinerja Kepala Sekolah (X1). Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: (Tabel 3.9)

(41)

Lanjutan Tabel 3.8:

Dari data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengujian untuk

mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mengoperasionalkan program SPSS

Versi 12.00. hasilnya menunjukkan bahwa, data yang diolah lengkap berasal dari 36 responden (lihat Tabel 3.10.)

TABEL 3.10

KONDISI DATA UJI COBA KINERJA KEPALA SEKOLAH (X1)

YANG DIOLAH

N %

Cases Valid 36 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 36 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(42)

b. HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA KEPALA SEKOLAH (X1)

Pengujian validitas setiap item instrumen penelitian dilakukan dengan uji

korelasi pada setiap item. Hasilnya dapat dilihat pada: Tabel 3.11

TABEL 3.11

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA KEPALA SEKOLAH (X1)

Dengan merujuk pada tabel di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui keputusan valid tidak-nya setiap item pada instrumen

(43)

TABEL 3.12

KEPUTUSAN VAIDITAS SETIAP ITEM PADA VARIABEL KINERJA KEPALA SEKOLAH (X1)

1 0.814 34 5.831 4.747 0.581 8.177 1.697 Valid

2 0.883 34 5.831 5.147 0.470 10.955 1.697 Valid

3 0.837 34 5.831 4.878 0.548 8.904 1.697 Valid

4 0.872 34 5.831 5.084 0.490 10.381 1.697 Valid

5 0.812 34 5.831 4.733 0.584 8.104 1.697 Valid

6 0.886 34 5.831 5.164 0.464 11.120 1.697 Valid

7 0.845 34 5.831 4.927 0.535 9.215 1.697 Valid

8 0.861 34 5.831 5.022 0.508 9.882 1.697 Valid

9 0.814 34 5.831 4.749 0.580 8.184 1.697 Valid

10 0.898 34 5.831 5.235 0.441 11.882 1.697 Valid

11 0.851 34 5.831 4.962 0.525 9.444 1.697 Valid

12 0.773 34 5.831 4.507 0.634 7.104 1.697 Valid

13 0.857 34 5.831 4.998 0.515 9.706 1.697 Valid

14 0.753 34 5.831 4.389 0.658 6.667 1.697 Valid

15 0.590 34 5.831 3.439 0.808 4.258 1.697 Valid

16 0.929 34 5.831 5.415 0.371 14.591 1.697 Valid

17 0.873 34 5.831 5.091 0.487 10.445 1.697 Valid

18 0.865 34 5.831 5.045 0.501 10.063 1.697 Valid

19 0.863 34 5.831 5.032 0.505 9.958 1.697 Valid

20 0.803 34 5.831 4.683 0.596 7.862 1.697 Valid

Keputusan

c. HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KINERJA KEPALA SEKOLAH (X1)

TABEL 3.13

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA KEPALA SEKOLAH (X1)

Correlation Between Forms .928

Spearman-Guttman Split-Half Coefficient .962

a The items are: item01, item02, item03, item04, item05, item06, item07, item08, item09, item10.

(44)

Kesimpulannya: “Karena koefisien korelasi diantara item pada variabel X1

adalah: 0.300 < 0.962 (Guttman Split-Half Coefficient ), maka instrumen ini

memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian ini.

4. Hasil Uji Validitas Instrumen

a. Hasil Uji instrumen Kinerja Guru (X₂₂₂₂)

Instumen variabel kinerja guru (X₂) berupa angket yang mempunyai 20

butir pernyataan. Berdasarkan pada angket yang telah disebarkan kepada 36

responden uji coba instrumen penelitian, untuk variabel Kinerja Guru (X2). Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: (Tabel 3.14)

(45)

Lanjutan Tabel 3.14

Perhitungan uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mengoperasionalkan program SPSS Versi 12.00. hasilnya menunjukkan bahwa, data yang diolah lengkap berasal dari 36 responden (lihat Tabel 3.15)

TABEL 3.15

KONDISI DATA UJI COBA KINERJA GURU (X2) YANG DIOLAH

N %

Cases Valid 36 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 36 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

b. HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA GURU (X2)

Pengujian validitas setiap item instrumen penelitian dilakukan dengan uji

korelasi pada setiap item. Hasilnya dapat dilihat pada: Tabel 3.16

(46)

TABEL 3.16

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA GURU (X2)

Dengan merujuk pada tabel di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui keputusan valid tidak-nya setiap item pada instrumen

(47)

TABEL 3.17

KEPUTUSAN VAIDITAS SETIAP ITEM PADA VARIABEL KINERJA GURU (X2)

1 0.749 34 5.831 4.370 0.662 6.600 1.697 Valid 2 0.597 34 5.831 3.481 0.802 4.339 1.697 Valid 3 0.474 34 5.831 2.766 0.880 3.143 1.697 Valid 4 0.298 34 5.831 1.736 0.955 1.819 1.697 Valid 5 0.652 34 5.831 3.803 0.758 5.016 1.697 Valid 6 0.647 34 5.831 3.775 0.762 4.953 1.697 Valid 7 0.440 34 5.831 2.565 0.898 2.856 1.697 Valid 8 0.077 34 5.831 0.447 0.997 0.448 1.697 Tidak Valid 9 0.397 34 5.831 2.318 0.918 2.526 1.697 Valid 10 0.580 34 5.831 3.381 0.815 4.149 1.697 Valid 11 0.183 34 5.831 1.069 0.983 1.087 1.697 Tidak Valid 12 0.499 34 5.831 2.907 0.867 3.353 1.697 Valid 13 0.529 34 5.831 3.082 0.849 3.631 1.697 Valid 14 0.238 34 5.831 1.388 0.971 1.429 1.697 Tidak Valid 15 0.392 34 5.831 2.283 0.920 2.481 1.697 Valid 16 0.328 34 5.831 1.914 0.945 2.027 1.697 Valid 17 0.599 34 5.831 3.495 0.800 4.366 1.697 Valid 18 0.600 34 5.831 3.496 0.800 4.368 1.697 Valid 19 0.555 34 5.831 3.238 0.832 3.894 1.697 Valid 20 0.352 34 5.831 2.055 0.936 2.196 1.697 Valid

Keputusan

c. HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KINERJA GURU (X2) TABEL 3.18

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA GURU (X2)

a The items are: item01, item02, item03, item04, item05, item06, item07, item08, item09, item10.

(48)

Kesimpulannya: “Karena koefisien korelasi diantara item pada variabel X2

adalah: 0.300 < 0.678 (Guttman Split-Half Coefficient ), maka instrumen ini

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan, analisis, dan pembahasan terhadap masalah penelitian sebagaimana disajikan pada Bab IV, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja kepala sekolah pada SMK Sekabupaten Purwakarta berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa

kepala sekolah sudah memperlihatkan kinerja yang optimal baik aspek kemampuan, komitmen, dan motivasi sehingga dapat mengantar warga sekolah terutama peserta didik berhasil meraih prestasi melebihi dirinya.

2. Kinerja guru pada SMK Sekabupaten Purwakarta termasuk kategori sangat baik. Ini berarti bahwa guru sudah memiliki kinerja yang tinggi pada aspek

kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas dan kemampuan melakukan

penilaian dan evaluasi. Kinerja guru yang tinggi ini berimplikasi pada mutu pembelajaran yang akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar

peserta didik.

(50)

berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa salah satu faktor yang dominan dalam keberhasilan proses dan hasil belajar adalah

kinerja pendidik. Pendidik sebagai motor penggerak utama proses pembelajaran di kelas sudah menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan

manajemen proses pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas.

4. Kinerja kepala sekolah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran. Besarnya pengaruh kinerja kepala sekolah secara

langsung terhadap mutu pembelajaran dalam penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan pada kategori sangat baik potensinya. Dimensi kinerja kepala

sekolah yang memberikan pengaruh cukup signifikan adalah aspek kemampuan dan motivasi. Kinerja kepala sekolah yang diukur oleh mutu pembelajaran sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi

rendahnya mutu pembelajaran sekolah. Artinya tinggi rendahnya tingkat mutu pembelajaran sekolah dijelaskan oleh kinerja kepala sekolah. Besarnya

kontribusi kepala sekolah yang secara langsung berkontribusi terhadap mutu pembelajaran sekolah sebesar 11,7%. Dengan demikian jelaslah bahwa kinerja kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap mutu pembelajaran.

5. Kinerja guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhdap mutu pembelajaran. Besarnya pengaruh kinerja guru secara langsung terhadap mutu

pembelajaran dalam penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan pada kategori sangat baik. Dimensi kinerja guru yang memberikan pengaruh cukup signifikan adalah kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar,

(51)

tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, dan kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi. Kinerja guru yang diukur oleh mutu

pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi rendahnya mutu pembelajaran. Artinya tinggi rendahnya tingkat mutu pembelajaran

dijelaskan oleh kinerja guru. Besarnya kinerja guru yang secara langsung berkontribusi terhadap mutu pembelajaran adalah sebesar 47,6%. Dengan demikian jelaslah bahwa kinerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap

mutu pembelajaran.

6. Secara simultan kinerja kepala sekolah dan kinerja guru berpengaruh secara

signifikan terhadap mutu pembelajaran. Sisanya merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa kinerja kepala sekolah dan kinerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap mutu

pembelajaran.

B. Saran

(52)
(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman, Sambas Ali Muhidin dan Ating Somantri. (2011). Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi II. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Bahri, Saiful. (2010). Optimalisasi Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Gibon

Media Group.

Depdiknas RI (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fattah, Nanang. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: CV. Andira.

Hoy and Miskel. (2001). Educational Administration. Theory, Research, and Practice. Mc Graw-Hill: North America.

Komariah, Aan & Triatna, Cepi (2006). Visionary Leadership. Bandung: Bumi Aksara.

Khairil dan Sudarwan Danim. (2011). Profesi kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Makawimbang, Jerry H. (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. (2003). Menjadi kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

____________.(2011) Manajeme Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

(54)

____________. (2011). Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. (1998). Administrasi Pendidikan. Jakarta: H. Masagung. Permen Diknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar kepala Sekolah.

Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Rahman, dkk. (2005). Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Alqaprint Jatinangor. Rimang, Siti Suwadah. (2011). Meraih Predikat Guru dan Dosen

Paripurna. Bandung. Alfabeta.

Rudwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2010). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung: Alfabeta.

________________ . (2007). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen. (2003). Prilaku Organisasi. Alih Bahasa Tim Indeks, Jakarta: PT Indeks Gramedia.

Salllis $ Edward. (1994). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited.

Sagala, Syaiful. (2006). Manajemen Strategik Dalam peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Satori, D. (1995). Masalah Mutu Pendidikan. Makalah Bahan Diskusi Pendidikan Bersama Kepala Sekolah dan Guru-guru di YP-PGII. Bandung.

Sujana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

(55)

Saud. Udin Syaefudin dkk. (2005). Total Quality Manajement dalam Konteks Pendidikan. Bandung: Prodi Adpen UPI.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Spencer & Spencer. (1993). Competence at Work Models Supperior Performance. John Willey $ SMS, Inc, New York: A Division pf Mac Miller Publishing, Co., Inc.

Syaodih, Nana. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen Adpen UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

UU. RI No. 20 Tahun (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Asokadikta durat Bahagia.

UU.RI. No. 14 Tahun (2004). Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara..

Usman, Uzer M. 2006. Menjedi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wahab, Abd. Dan Umiarso. (2010). Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta.

Yamin, Martinis. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah SMK di Kabupaten Purwakarta
Tabel 3.2 Jumlah Responden (Sampel) penelitian
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengungkap Data Penelitian
TABEL 3.4 DATA UJI COBA
+7

Referensi

Dokumen terkait

 jika kamu sakit atau sakit atau dalam perjalanan atau dalam perjalanan atau kembali dari kembali dari tempat buang air tempat buang air *kakus) atau *kakus) atau menyentuh

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

d.   bahwa  berdasarkan  pertimbangan  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  a,  huruf  b,  dan  huruf  c.  periu  ditetapkan  Peraturan  Kepala  Kepolisian 

The Correlation between Students’ Reading Related Language Learning Strategies and Their Reading Achievement (A case study at States Islamic SHS MAN 1 Bukitinggi).. Thesis in

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang

KETIGA : Rombongan yang ikut dalam perjalanan dinas ke luar negeri diupayakan dalam jumlah yang sangat terbatas dan hanya yang bidang tugasnya sangat terkait

INTERNAL QUALITY ASSURANCE SYSTEM (IQAS) OF HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION (A Case Study of Politeknik Kesehatan Tasikmalaya, Sekolah Tinggi Kesehatan Bakti Tunas