PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA
(PTK di Kelas V SD Negeri Cikentrung 1 Kec. Cadasari Kab Pandeglang)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
NINA YUNIAWATI 0909117
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ABSTRAKSI
Nina Yuniawati 0909117 (2013) Penggunaan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita (PTK di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cikentrung 1 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2012 - 2013)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh situasi kegiatan pembelajaran cerita rakyat yang dilaksanakan dengan kegiatan dan prosedur yang kurang tertata dengan baik, terlihat dari hasil yang diperoleh siswa yang rendah dalam kegiatan menulis cerita. Situasi pembelajaran yang kurang efektif dan kurang kreatif akan menghasilkan menurunnya kemampuan siswa dalam menulis. oleh karenanya dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba mengembangkan metode pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat yaitu menggunakan metode sosiodrama untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita.
Rumusan masalah pada penelitin ini adalah menentukan bagaimana aktifitas siswa pada pembelajaran menulis cerita dengan metode sosiodrama dan apakah penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis cerita.
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan aktifitas siswa pada pembelajaran menulis cerita dengan menggunakan metode sosiodrama dan meningkatkan kemampuan siswa menulis cerita dengan menggunakan metode sosiodrama.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan instrumen penelitian observasi, dan tes hasil belajar. Subyek penelitian adalah kegiatan guru dan siswa kelas V pada pembelajaran cerita di SDN Cikentrung 1 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa setelah menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran cerita (cerita rakyat) ternyata mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari hasil tes yang telah dilakukan kepada siswa pada setiap aspek diamati sebagai tolak ukur efektivitas penggunaan metode sosiodrama, pada setiap siklusnya mengalami peningkatan pada saat observasi tentang aktifitas dengan rata-rata siklus I 0,65 dan siklus II 0,85 sedangkan untuk hasil tes pada siklus I 48.5; dan siklus II nilai rata-rata tes mencapai 73,25
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Abstraksi ………i
Kata Pengantar ………..ii
Daftar Isi ………..iii
Daftar Gambar ………vii
Daftar Tabel ………...viii
Daftar Grafik ………ix
Daftar Lampiran ………x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis………...10
B. Langkah-langkah Penerapan Metode Sosiodrama ………..34
C. Kajian Hasil Penelitian ……….35
D. Kerangka Berpikir ………36
E. Hipotesis Tindakan ………...37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian ………...38
B. Metode Penelitian ……….….………...38
C. Model Penelitian ……….….………...41
D. Prosedur Penelitian ……….….……….43
E. Instrumen Penelitian ……….….………...47
F. Analisis Data ……….….………...52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ………53
B. Hasil Penelitian ………..54
E. Jawaban Hipotesis Tindakan ……….71
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan …..………72
B. Rekomendasi ………73
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart ………41
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1 : Instrumen Observasi Aktivitas Siswa ………...48
Gambar 3.1 : Instrumen Tes (menulis cerita) ………...51
Gambar 4.1 : Hasil Instrumen Observasi Aktivitas Siswa (Siklus I) ……….58
Gambar 4.2 : Hasil Instrumen Tes Menulis Cerita (Siklus I) ……….60
Gambar 4.3 : Hasil Instrumen Observasi Aktivitas Siswa (Siklus II) ………64
Gambar 4.4 : Hasil Instrumen Tes Menulis Cerita (Siklus II) ………66
Gambar 4.5 : Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa ………...68
DAFTAR GRAFIK
Gambar 4.7 : Grafik Aktivitas Observasi Siswa ………….………69
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Foto Kegiatan
2. Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)
3. Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II)
4. Lampiran Teks Drama Siklus I (Malin Kundang)
5. Lampiran Teks Drama Siklus II (Batu Balai)
6. Lampiran Hasil Tes Menulis Siswa
7. Lampiran SK Pengangkatan Dosen Pembimbing
8. Lampiran Surat Izin Observasi dari Kampus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman sekarang ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting
dalam kehidupan. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan umumnya disekolah sebagai lembaga pendidikan formal
(Sagala, 2012 : 1).
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem
mutu pendidikan. Subsistem yang utama dalam peningkatan mutu pendidika
adalah faktor guru. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan
salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni
pembelajaran yang baik sekaligus bernilai sebagai pemberdayaan kemampuan
dan kesanggupan peserta didik. Tanpa guru yang dijadikan andalannya,
mustahil suatu sistem pendidikan dapat mencapai hasil sebagaimana
diharapkan. maka prasarat utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya
2
tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu
memenuhi tuntutan tugasnya. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah
bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan guru berlangsung dengan
baik dan bermutu. Jadi mutu pendidikan ditentukan didalam kelas melalui
kegiatan belajar mengajar.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru
yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus-menerus
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas..
karena dengan peningkatan mutu proses belajar mengajar di kelas, maka mutu
pendidikan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan
kelas. Dengan penelitian tindakan kelas kekurangan atau kelemahan dalam
proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi, untuk selanjutnya
dicari solusi yang tepat (Kunandar, 2011 : 48-49).
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia dalam hal kesusasteraan adalah
agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan
3
dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia sebagai tolak
ukur pelaksanaan pembelajaran di SD, memberikan gambaran kemampuan
kepada peserta didik dalam hal penguasaan pengetahuaan, keterampilan, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan standar
kompetensi tersebut, bahan kajian bahasa Indonesia yang termasuk dalam
kemampuan bersastra salah satu diantaranya adalah kegiatan pembelajaran
cerita. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat mencapai
kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia SD yang meliputi aspek
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan yang paling penting adalah
memahami sastra itu sendiri.
Dalam realisasinya di SD Negeri Cikentrung 1, pembelajaran sastra
seperti pembelajaran cerita rakyat kurang mendapat kepedulian dan belum
menempati porsi yang ideal sehingga tujuan pembelajaran yang dicapai belum
maksimal. Terkadang siswa sulit menentukan unsur-unsur yang terdapat pada
suatu cerita, sehingga siswa kesulitan pula untuk menuliskan kembali cerita
tersebut. Untuk merealisasikan program pengajaran sastra. Khususnya dalam
mencapai tujuan pembelajaran cerita rakyat, di SD Negeri Cikentrung 1,
4
mampu menghayati sendiri cerita rakyat dibawakan guru sehingga mereka
memperoleh pengalaman yang berkesan.
Dalam prosesnya guru membuat tema-tema cerita tertentu yang
kemudian akan siswa pilih dan mementaskan cerita tersebut, sehingga siswa
yang lain mampu melihat dengan jelas cerita yang dilakonkan oleh
teman-temannya, metode yang digunakan guru yaitu sosiodrama, metode ini dapat
memudahkan siswa dalam pembelajaran cerita sehingga siswa mampu
mengalami peningkatan dalam menulis cerita. Pada dasarnya semua metode
pembelajaran adalah baik. akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua
metode pembelajaran tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana peneitian yang telah dilakukan oleh Siti Hinda Syah
2008. Penggunaan Metode Sosiodrama untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Siswa Kelas II Sekolah Dasar Islam Khairunnas kec. Ciruas kab.
Serang. Tahun Pelajaran 2008, dalam penelitiaannya terlihat adanya
peningkatan keterampilan berbahasa (berbicara), Maka atas dasar itu, untuk
memahami secara lanjut berkenaan dengan masalah diatas peneliti mencoba
mengembangkan metode sosiodrama dalam study penelitian yang akan
dilakukan di kelas V SDN Cikentrung 1 Kec. Cadasari Kab. Pandeglang.
5
meningkatkan kemampuan menulis cerita. (PTK di Kelas V SDN
Cikentrung 1 Kec. Cadasari Kab. Pandeglang).
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Pembatasan masalah
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan kajian tindakan kelas
yang akan mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode sosiodrama. Untuk itu, agar dalam pembahasannya menjadi lebih
efektif, maka penulis sengaja membatasi permasalahan hanya pada
penggunaan metode sosiodrama dalam upaya meningkatkan kemampuan
menulis cerita (cerita rakyat).
2. Perumusan masalah
Atas dasar pemikiran yang telah dikemukakan dalam latar belakang
diatas, maka kajian utama yang menjadi fokus penelitian ini yaitu :
“Apakah penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan
kemampuan menulis cerita atau dongeng ?”.
Secara spesifik dan oprasional permasalahan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Bagaimana aktifitas siswa pada pembelajaran menulis cerita dengan
6
b. Apakah penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan
kemampuan siswa menulis cerita ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang penggunaan metode sosiodrama dalam upaya
meningkatkan kemampuan siswa menulis cerita, secara umum bertujuan
untuk menemukan sebuah metode pembelajaran sastra yang tepat yaitu
metode sosiodrama dalam pembelajaran menulis cerita. Sesuai dengan
rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu :
a. Ingin meningkatkan aktifitas siswa pada pembelajaran menulis cerita
dengan menggunakan metode sosiodrama.
b. Ingin meningkatkan kemampuan siswa menulis cerita dengan
menggunakan metode sosiodrama.
2. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapakan akan
memberikan beberapa manfaat, yaitu :
7
2) Mengembangkan metode pembelajaran sebagai suatu strategi
dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita.
b. Bagi guru
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam
upaya membantu siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia
terutama pada kemampaun menulis cerita
2) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efektivitas
mengembangkan kemampuan professional untuk mengadakan
perubahan, perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
melalui metode sosiodrama.
c. Bagi siswa
1) Meningkatkan pengetahuan dan penguasaan materi pada
pembelajaran menulis cerita.
2) Memberikan pengalaman baru,
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional berisi penjelasan mengenai arti judul atau kata-kata
kunci dalam penelitian ini :
8
Sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti sosial,
dan drama berarti mempertunjukan, mempertontonkan atau
memperlihatkan. Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu
sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama
dalam pengertian luas adalah mempertunjukan atau mempertontonkan satu
keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang dan tingkah laku
orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan
cara tingkah laku dalam hubungan sosial
2. Menulis
Menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sebuah tulisan. Dalam prosesnya menulis dimulai dengan menuangkan
tulisan pada sebuah kertas, kata-kata yang dituangkan dalam sebuah
tulisan tentunya harus memiliki makna atau arti sehingga seorang
pembaca akan mengerti dan mampu memahami maksud dari tulisan
9
3. Cerita
Cerita adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu
yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman, dan
pengalaman tertentu, banyak cerita yang digemari dimulai dari cerita
anak-anak sampai cerita dewasa. Cerita yang sangat menarik dan banyak
mengandung pesan moral yang memiliki nilai baik akan menimbulkan
kesan ataupun pesan yang baik kepada pembacanya.
4. Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan bentuk cerita yang berada dilingkungan
masyarakat yang tidak benar-benar terjadi, tentang kajadian zaman dulu
yang aneh-aneh dan disukai oleh anak-anak. Cerita rakyat juga merupakan
paparan cerita rekaan tentang kejadian atau aktivitas yang berhubungan
dengan suatu tokoh dalam konteks tertentu, ada berbagai bentuk konflik
yang terjadi dalam sebuah cerita rakyat. Secara keseluruhan, rangkaian
kejadian ini membentuk satu alur yang utuh dan pengubahannya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek dan Lokasi Penelitian
1. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang
berjumlah 20 siswa pada kegiatan pembelajaran cerita rakyat dengan
menggunakan metode sosiodrama.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri
Cikentrung 1, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.
Dipilihnya sekolah ini karena peneliti merasakan adanya
masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
pembelajaran cerita rakyat selain itu kemampuan siswa terhadap hasil
karya sastra cerita rakyat masih kurang, dan perlu kiranya lebih
ditingkatkan.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu
39
PTK itu adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru
dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamti, dan
merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan
partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses pembelajaran dikelasnya (Kunandar, 2011 : 46)
Kelebihan dan kekurangan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas sebagai mana jenis penelitian lainnya,
memiliki kelebihan dan kelemahan. Dengan mengetahui dan memahami
kelebihan dan kelemahan tersebut, diharapkan peneliti dapat mengurangi
atau mengantisipasi kekurangan tersebut dan mampu mengoptimalkan
kelebihan tersebut.
1. Kelebihan PTK adalah sebagai berikut :
a. Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.
b. Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis
dalam hal ini sekaligus guru yang sekaligus sebagai peneliti
c. Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat.
d. Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam
40
2. Kelemahan PTK adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK
pada pihak peneliti (guru).
b. Berkenaan dengan waktu, karena PTK memerlukan komitmen
peneliti untuk terlibat dalam prosesnya.faktor waktu ini dapat
menjadi kendala yang cukup besar (Kunandar, 2011 : 68-70)
3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah:
a. Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktik
faktual, yaitu permasalahan yang timbul dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
b. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus
penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru
dan siswa dalam melakukan interaksi
c. Adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan akhir dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah:
a. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah
b. Meningkatkan relevansi pendidikan
c. Meningkatkan mutu hasil pendidikan
41
C. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model penelitian
tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart.
Rangkaian kegiatan penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian
pendahuluan, sebagai tahap orientasi. Temuan dari hasil studi penelitian
ini kemudian dilakukan refleksi bersama guru dan peneliti untuk
merancang langkah-langkah kegiatan selanjutnya hingga tujuan penelitian
tercapai.
Adapun tahapan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart
42
1. Rencana
Merencanakan tindakan apa yang dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk meningkatkan atau
perubahan prilaku dan sikap siswa sebagai solusinya.
2. Tindakan
Melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh guru dan
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang di
inginkan.
3. Observasi
Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan atau dikenakan terhadap pembelajaran di kelas.
4. Refleksi
Peneliti dan guru mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
atas hasil atau dampak yang di lakukan dari berbagai kriteria.
Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian ini dapat dilihat pada
43
D. Prosedur Penelitian
1. Pra Siklus
a. Observasi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati proses kegiatan
belajar mengajar (KBM) Bahasa Indonesia pada konsep cerita
rakyat berdasarkan fakta lapangan yang meliputi : pengamatan dan
pencermatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran.
b. Refleksi
Dalam kegiatan ini dimaksud untuk mengidentifikasi,
mengklarifikasikan dan mengevaluasi temuan-temuan, kekurangan
dan permasalahan dalam proses pembelajaran cerita rakyat
berdasarkan hasil observasi yang kemudian dianalisa untuk
mengadakan refleksi pada kegiatan siklus pelaksanaan I. Refleksi
dari hasil observasi, yakni pada pembelajaran teridentifikasi guru
hanya menggunakan metode ceramah dengan sesekali melakukan
tanya jawab dan tidak menggunakan model pembelajaran yang
membangun pemikiran dasar siswa, maka refleksi yang dilakukan
adalah mencari solusi perbaikan dalam pembelajaran Bahasa
44
2. Siklus 1
a. Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan
PTK, antara lain sebagai berikut :
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
3) Menentukan metode pembelajaran dalam rangka implementasi
PTK.
4) Uraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam
rangka penecahan masalah.
5) Membuat lembar kerja siswa
6) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
7) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan, yaitu dengan menggunakan contoh cerita
rakyat yang akan didramakan dengan beberapa topik atau tema
yang telah ditentukan contohnya siklus 1, topik atau tema tentang
anak yang durhaka (malin kundang).
c. Pengamatan atau observasi, yaitu prosedur perekaman/pemotretan
data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan yang
dirancang. Penggunaan instrumen yang telah disiapkan
45
d. Analisis dan refleksi, berupa uraian tentang prosedur analisis
terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses
dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria
dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya (Kunandar, 2011 :
46
Alur penelitian tindakan kelas
“Penggunaan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita
(cerita rakyat)”
(Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart)
Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa
Pra Siklus
TINDAKAN
Apa yang dilakukan oleh guru atau penelitian sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan
REFLEKSI
Penelitian mengkaji. Melihast dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
REFLEKSI
menganalisis kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pembelajaran dan membuat rencana tindakan
Siklus 1
PERENCANAAN
Rencana tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki,
47
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif, terdapat
beberapa instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat
dan teruji validitasnya. Dalam hal instrument penelitian akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Pedoman Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
Metode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah model
sistematis, dimana peneliti sebelum melakukan observasi ke lapangan
tertebih dahulu membuat instrument observasi. Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini, observasi pada proses pembelajaran
yang asli dan murni sebelum dilakukan tindakan.
Secara umum observasi yang dilaksanakan bertujuan untuk
melihat sejauh mana efektifitas penggunaan metode sosiodrama dalam
situasi pembelajrana menulis cerita rakyat, oleh karena itu aspek
proses observasi tidak terlepas dari tujuan tersebut.
Pedoman observasi dirancang dengan memperhatikan
aspek-aspek pemahaman siswa yang diteliti datanya dimulai dari siklus 1
48
Tabel 3.1
Instrumen Observasi Aktifitas Siswa
Pada Saat Kegiatan Penyampaian Materi Cerita Rakyat
49
2. Tes
Pengambilan data yang berupa informasi mengenai
pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes.
Tes sebagai instrument sangat lazim digunakan dalam penelitian
tindakan kelas. Hal ini disebabkan dalam PTK pada umumnya salah
satu yang diukur adalah hasil belajar siswa dah hasil belajar siswa
salah satunya diukur dengan menggunakan instrumen tes.
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada
seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau
tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di
dalam dirinya. Aspek psikologis itu dapat berupa prestasi, minat,
bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik, dan berbagai aspek
kepribadiaan lainnya. Berkaitan dengan tes sebagai instrumen PTK
dapat dibedakan dua jenis tes.
a. Tes lisan
Tes ini berbentuk sejumlah pertanyaan yang disampaikan
secara lisan tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau
informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian tindakan kelas
yang harus dijawab secara lisan pula.
50
dari sejumlah pertanyaan tertulis untuk mengungkapkan keadaan atau
tingkat perkembangan aspek psikologis tertentu seperti telah
disebutkan di atas, yang harus dijawab secara tertulis pula (Kunandar,
2011 : 143)
Dalam penelitian ini peneliti hanya akan mengambil tes secara tertulis
(essay) karena berhubungan dengan menulis.
Instrumen tes yang dilakukan yaitu pada saat siswa menuliskan
kembali materi cerita rakyat melalaui Aspek yang diamati yaitu Tata
bahasa, Tanda baca, Ejaan, Kerapihan. Dinilai dengan skor 25 pada
51
Tabel 3.2 Instrumen Tes
Pada Saat Siswa Menuliskan Kembali Cerita Rakyat
52
F. Analisis Data
Setelah data diperoleh dan hasil pengumpulan data maka data perlu
segera diolah. Secara garis besar pengolahan data mencakup tiga langkah
yaitu :
1. Langkah persiapan
a. mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrumen.
b. mengecek macam isi data.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penilaian skor pada hasil observasi
b. Penjumlahan daftar nilai untuk dibuat prosentase.
c. Pemberian skor terhadap soal-soal tes dan penjumlahan skor yang
diperoleh setiap siswa. Skor setiap siswa dikumpulkan untuk
dibuat rata-rata pada setiap siklus.
3. Tahap penerapan data
a. Menafsirkan data sesuai dengan pertanyaan penelitian.
b. Mendeskripsikan hasil temuan untuk pembahasan selanjutnya.
c. Menafsirkan data yang terkumpul berdasarkan instrumen yang
telah di laksanakan kemudian dibuat kesimpulan secara
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data lapangan tentang
penggunaan metode sosiodrama dalam meningkatkan kemampuan menulis
cerita yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Cikentrung 1
Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang, dapat dikemukakan kesimpulan
bahwa dari perolehan tes hasil belajar siswa diperoleh hasil positif pada setiap
siklusnya selalu menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan, pada saat
observasi tentang aktifitas dengan rata-rata siklus I 0,65 dan siklus II 0,85
sedangkan untuk hasil tes pada siklus I 48.5; dan siklus II nilai rata-rata tes
mencapai 73,25.
Angka-angka tersebut dapat menjadi indikasi bahwa penggunaan metode
sosiodrama yang dirancang dengan kegiatan dan prosedur yang tertata dengan
baik mampu meningkatkan hasil prestasi belajar siswa pada proses kegiatan
belajar tergolong baik, siswa terlihat antusias dengan pelajaran yang
disampaikkan guru dan kegiatan belajar dilaksanakan dengan suasana yang
73
B. Rekomendasi
Pada bagian akhir skripsi ini, penulis akan memberikan rekomendasi
sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan yang lebih baik yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan terutama pengajaran
cerita rakyat di Sekolah Dasar..
1. Dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar Bahasa
Indonesia, khususnya pada materi cerita rakyat hendaknya guru sebisa
mungkin membawa nuansa psikologis anak sesuai tema dan alur cerita
yang disampaikan, karena dengan begitu peserta didik akan lebih mudah
diarahkan untuik bisa memahami suatu pembelajaran khususnya
menuliskan kembali cerita yang lebih baik dan terdapat unsur-unsur cerita
yang sesuai dengan cerita yang sebenarnya.
2. PGSD sebagai lembaga pencetak lulusan calon guru SD, hendaknya
senantiasa melakukan kerja sama yang berkesinambungan dengan
lembaga Sekolah Dasar dalam rangka melakukan kajian dan penelitian
ilmiah selanjutnya guna mendukung kemajuan pengajaran di tingkat
Sekolah Dasar.
3. Berdasarkan hasil analisis penelitian secara menyeluruh, maka penelitian
ini kiranya masih perlu ditindak lanjuti dengan penelitian lain terutama
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. (1991). Modul Bahasa Indonesia III. Jakarta : Departemen dan Kebudayaan Dirjen.
Cahyani, I. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia. Bandung : UPI Press.
Djamarah, B.S. Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Djuanda, D. (2010). “Stategi Pembelajaran Menulis Dengan Model Proses Menulis dan Penilaian Portofolio di Kelas SDN Sindangraja”. Jurnal Pendidikan Dasar. 14, 46-52.
Effendi, A. dkk. (2006). Bina Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Kunandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. (2007). Jakarta : Depdiknas dan BSNP.
Nk, R. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sulistiono. (2002). Seri Bahasa Indonesia. Jakarta : Aneka Ilmu.
Yusnandar, E. (2012). Metode Penelitian Pendidikan di SD. Serang : Ikhwan Mandiri Press.