PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI AKADEMIK PESERTA DIDIK
(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Peserta Didik Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
MEINA FITRI RIANI 0806880
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK
UNTUK MENGEMBANGKAN
KONSEP DIRI AKADEMIK PESERTA DIDIK
Oleh Meina Fitri Riani
0806880
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Meina Fitri Riani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Meina Fitri Riani. (2013). Program Bimbingan Kelompok untuk Mengembangkan Konsep Diri Akademik. (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Peserta Didik Kelas VIII di salah Satu SMP Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Penelitian bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan kelompok yang efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota BandungTahun Ajaran 2012/2013. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu dan desain penelitian Nonequivalent Control Group. Teknik sampling menggunakan sampling jenuh/sensus. Alat pengungkap data menggunakan angket berbentuk skala sikap dan statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian yaitu: (1) gambaran konsep diri akademik peserta didik; (2) rumusan program bimbingan kelompok yang tepat menurut pakar dan praktisi; dan (3) program bimbingan kelompok yang efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik.
Kata Kunci: Program Bimbingan kelompok, Konsep Diri Akademik, Peserta Didik SMP.
ABSTRACT
The purpose of this research is to produce an effective group guidance program to developed the self-concept of class VIII students of junior High School Bandung Academic Year 2012/2013. The approach used is quantitative, quasi-experimental methods and research design Nonequivalent Control Group. The sampling used census sampling. Instrument used in this research is questionnaires attitude scale and nonparametric statistic used to analysis of the data. The results of the research are: (1) student’s self-concept image, (2) the formulation of group guidance program according to experts and practitioners, and (3) description of effectiveness group guidance program to developed students self-concept academic.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Lata Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Penelitian ... 9
BAB II KONSEP DIRI AKADEMIK PESERTA DIDIK DAN BIMBINGAN KELOMPOK A. Kajian Pustaka ... 10
1. Konsep Diri Akademik ... 10
2. Layanan Bimbingan Kelompok sebagai Strategi Mengembangkan Konsep Diri Akademik ... 26
3. Program Bimbingan Kelompok Sebagai Metode untuk Mengembangkan Konsep Diri Akademik ... 38
B. Kerangka Pemikiran ... 38
C. Penelitian Terdahulu ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 43
C. Definisi Operasional Variabel ... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ... 53
F. Teknik Analisis data ... 53
G. Prosedur Penelitian... 59
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62
1. Gambaran Konsep Diri Akademik ... 62
2. Rumusan Program Bimbingan Kelompok yang Layak Menurut Pakar dan Praktisi ... 70
3. Efektifitas Program Bimbingan Kelompok untuk Mengembangkan Konsep Diri Akademik ... 82
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
1. Gambaran Konsep Diri Akademik ... 94
2. Rumusan Program Bimbingan Kelompok ... 100
3. Gambaran Efektitfitas Program Bimbingan Kelompok untuk Mengembangkan Konsep Diri Akademik ... 102
C. Keterbatasan Penelitian ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 106
B. Rekomendasi ... 107
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, baik atau tidaknya masa depan bangsa ditentukan oleh pendidikan kita saat ini. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008: 3) “apa yang diharapkan dari pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda.” Pendidikan faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa, negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang memiliki sistem pendidikan yang bermutu sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna untuk negaranya bahkan untuk kemajuan dunia. Konstribusi pendidikan di Indonesia yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik termaktub dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sisdiknas yang berbunyi sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Konteks tugas konselor berperan untuk membantu peseta didik dalam menumbuh kembangkan potensinya. Sebagaimana di ungkapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 mengenai keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur .
menciptakan peserta didik yang berprestasi baik dalam kurikuler ataupun ekstrakurikuler.
Pada umumnya remaja muda suka mengeluh tentang sekolah, mengenai pelajaran-pelajaran yang sulit, pekerjaan rumah sampai hubungan yang kurang baik dengan teman-teman kelasnya. Menurut Hurlock (1980: 220) ada tiga macam remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya membenci sekolah, diantaranya ialah :
Pertama, remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik terhadap prestasi akademik, atletik atau prestasi sosial yang terus menerus mendesak untuk mencapai sasaran yang di kehendaki. Kedua adalah remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelasnya, dan ketiga remaja yang cepat matang sehingga penampilannya lebih tua dari usia sesungguhnya.
Penelitian ini difokuskan pada jenjang SMP karena pada peserta didik
sekolah menengah sedang berada pada fase remaja (Adolesens). “... masa ini merupakan masa antara, antara masa anak-anak dengan masa dewasa.” (Surya, 1988: 20). Pendapat ini berkait dengan ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock (1980: 207-208) sebagai berikut :
(a) Masa remaja sebagai periode yang penting, (b) Masa remaja sebagai periode peralihan, (c) Masa remaja sebagai periode perubahan, (d) Masa remaja sebagai usia bermasalah, (e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas, (f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, (g) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan (h) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Beberapa periode masa remaja tersebut berhubungan dengan konsep diri pada remaja, seperti masa remaja sebagai masa mencari identitas dimana penting bagi seorang remaja untuk memahami maupun mengenal siapa dirinya yang sebernarnya, seperti apakah dia, dan bagaimana cara dia menjaga diri serta memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Dikemukakan oleh Burns (1993: vi)
“konsep diri adalah satu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang diinginkan”.
penyebab hambatan prestasi akdemik dikemukakan dalam hasil penelitian tesis mengenai konsep diri akdemik yang diteliti oleh Sutja Akmal pada peserta didik kelas 3 SMA di kodya Jambi tahun ajaran 1988-1989 ialah peserta didik merasa penampilan diri kurang baik, kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat, merasa tidak memiliki kemampuan, merasa tidak percaya diri dalam melakukan sesuatu, tingkat kemandirian yang rendah sampai peserta didik merasa bahwa dirinya tidak bermakna.
Faktor-faktor yang dikemukakan di atas terkait dengan konsep diri akademik negatif pada peserta didik. Jadi, prestasi akademik tidak lepas dari pengaruh konsep diri yang dimiliki peserta didik. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Pudjijogyanti (1988: 1) bahwa :
Para ahli psikologi menyadari konsep diri merupakan salah satu faktor non-intelektual yang sangat menentukan dalam prestasi belajar. Dari berbagai pengamatan yang dilakukan ternyata banyak peserta didik yang mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelegansi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, melainkan oleh adanya perasaan tidak mampu untuk melakukan tugas.
“Many psychologists, particularly educational psychologists, are interested in the structure of concept has been generally, and academic
self-concept speciafically”. (Cokley, et al., 2003: 708) menurut Marsh, banyak psikolog terutama psikolog pendidikan, tertarik dalam struktur konsep diri secara umum dan khususnya konsep diri akademik. Hal ini terkait dengan beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa konsep diri akademik berhubungan dengan pencapaian rata-rata nilai keseluruhan akademis peserta didik.
Berikutnya hasil studi dalam penelitian Damrongpanit (2007: 2) dari Mahasarakham University Thailand mengungkapkan beberapa faktor penting sangat terkait dengan prestasi akademik adalah konsep diri, persepsi dari diri sendiri tentang kekuatan, kelemahan, nilai, keyakinan, dan sikap dari lingkungan atau interaksi sosial. Penelitian ini didukung dari usulan peneliti sebelumnya tentang hubungan yang sangat tinggi antara konsep diri dan prestasi akademik (Damrongpanit, 2007: 3). Penelitian ditahun yang sama oleh Germanie Awad dari University of Texas-Austin (Awad, 2007: 188), penelitian ini menemukan bahwa prediktor terbaik dari IPK (indek prestasi kumulatif) adalah konsep diri akademik. Hasil ini mendukung temuan dari studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa konsep diri akademik adalah salah satu prediktor terbaik dari IPK (Awad, 2007: 189).
Selain hubungan konsep diri akademik mempengaruhi prestasi akademik peserta didik, hubungan lainnya yang diteliti oleh Prima dari Universitas Indonesia terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Ditemukan bahwa konsep diri akademik memiliki hubungan yang signifikan dan bernilai negatif dengan prokrastinasi akademik (Prima, 2009: 1).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMP Negeri Kota Bandung pada saat pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dengan observasi, ditemukan beberapa masalah yang mengindikasikan negatifnya konsep diri akademik peserta didik, yaitu (1) peserta didik cenderung kurang memiliki keberanian tampil atau berbicara di depan kelas, (2) peserta didik cenderung cepat menyerah ketika mendapat tugas yang sulit sehingga memilih mencontek baik pada saat ulangan maupun pengerjaan tugas lainnya, (3) merasa takut dan ragu-ragu ketika diminta untuk menjawab soal di papan tulis, (4) ragu-ragu-ragu-ragu ketika mengemukakan pendapat, (5) merasa kurang memperoleh respon dari guru dan teman-teman terkait kegiatan belajarnya, (6) merasa kurang yakin mampu memperoleh prestasi akademik (masuk 3 besar di kelasnya).
mengembangkan konsep diri akademik peserta didik ialah sebagai berikut: penelitian tesis oleh Suprapto (2007: 1) dengan judul efektivitas pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam mengembangkan konsep diri pada peserta didik kelas XI SMA Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2006/2007 menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif sebagai upaya dalam mengembangkan konsep diri positif peserta didik. Berikutnya penelitian tesis yang dilakukan oleh Rachmayanti (2010) dengan judul efektivitas bimbingan dan konseling kelompok dan tugas diskusi dalam mengembangkan konsep diri peserta didik menunjukan hasil bimbingan dan konseling kelompok diskusi berpengaruh signifikan dalam mengembangkan konsep diri peserta didik secara umum maupun dari aspek fisik, sosial, moral, dan psikis. Bimbingan kelompok telah diperkenalkan pada beberapa sekolah di Amerika Serikat dimana Burns (1993: 385) mengungkapkan:
Guru-guru membantu peserta didik- peserta didik mereka untuk menumbuhkan harga diri melalui metode-metode yang praktis. Sebagai contohnya pada sekolah tingkat distrik di California dikenalkan sebuah skema pendidikan untuk meningkatkan diri. Diskusi-diskusi mengenai penampilan diri dan individual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok berukuran kelas. Skema tersebut memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada apa-apa yang bisa diperbuat seseorang anak tetapi juga pada potensi-potensi anak tersebut saat dibebaskan dari kesangsian diri.
Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik adalah sekolah. Sekolah mempunyai peranan penting dan bertanggung jawab dalam membantu para peserta didik mencapai perkembangan secara optimal. Sekolah berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk mencapai perkembangan peserta didik baik menyangkut aspek pribadi, sosial, akademik maupun karir.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan tiga bidang utama secara sinergi yaitu manajemen dan supervisi, pembelajaran bidang studi, serta bimbingan dan konseling (Depdiknas, 2008: 185). Ketiga bidang tersebut bekerjasama secara sinergi untuk menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil serta memiliki kemampuan dan kematangan dalam aspek kepribadian.
yang nyata. Peran bimbingan dan konseling masih bersifat kuratif terkait mengatasi masalah-maslah umum seperti bolos sekolah, melanggar tata tertib sekolah, dan memanggil peserta didik yang memiliki nilai-nilai yang kurang memenuhi standar.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Sutja Akmal dalam hasil penelitiannya mengenai konsep diri akdemik mengemukakan bahwa faktor penyebab hambatan prestasi akdemik ialah peserta didik merasa penampilan diri kurang baik, kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat, merasa tidak memiliki kemampuan, merasa tidak percaya diri dalam melakukan sesuatu, tingkat kemandirian yang rendah sampai peserta didik merasa bahwa dirinya tidak bermakna.
Permaslahan peserta didik yang memiliki konsep diri akademik negatif juga di ungkapkan oleh Brooks dan Emmert (Rakhmat, 2008: 105) yang memaparkan tanda-tanda peserta didik yang memiliki konsep diri akademik negatif:
(1) peka atau tidak tahan terhadap kritik dan mudah marah jika dikritik karena dianggap menjatuhkan harga dirinya, (2) sangat responsif terhadap pujian, senang dipuji meskipun dia sering berpura-pura menghindari pujian, (3) bersikap hiperkritis terhadap orang lain, selalu mengeluh, mencela atau meremehkan terhadap apa dan siapapun, juga tidak pandai mengungkapkan penghargaan dan pengakuan terhadap orang lain; (4) cenderung merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan orang lain, menganggap orang lain sebagai musuh, (5) pesimis dan enggan berkompetisi dengan orang lain dalam berprestasi.
Mengkaji fenomena dan permasalahan di atas akan pentingnya konsep diri akademik peserta didik. Maka penelitian ini akan difokuskan untuk mengembangkan konsep diri akademik. Reyes (Tan, 2007: 470) “Konsep diri penting dalam konstruk psikologi pendidikan khususnya konsep diri akademik yang umumnya didefinisikan sebagai persepsi diri sehubungan dengan prestasi di sekolah.”
dan konseling untuk membantu peserta didik mengembangkan konsep diri akademik ialah melalui bimbingan kelompok, karena di dalam layanan bimbingan kelompok diungkapkan oleh Rusmana (2009: 14) “bimbingan kelompok memiliki sifat yang beragam, mulai dari sifat informatif sampai sifat terapeutik”. Sedangkan dalam prakteknya, bimbingan kelompok memiliki berbagai teknik, seperti teknik diskusi, simulasi latihan, karyawisata, sosiodrama, dan homeroom program. Keuntungan bimbingan kelompok lainnya ialah bimbingan kelompok bersifat efektif dan efisien, dan melalui bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa orang terhadap anggota lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan alternatif bantuan untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik secara efektif dan efisien, memiliki keragaman teknik bimbingnan yang fleksibel sesuai kebutuhan, dan melaui bimbingan kelompok peserta didik akan terbantu mengembangkan konsep diri akademiknya dengan memanfaatkan penilain anggota kelompok mengenai perubahan-perubahan dirinya serta antar anggota kelompok dapat saling memberikan pengaruh-pengaruh positif dalam pencitraan diri (self-image) sampai dengan membentuk harga diri (self-esteem), sehingga akan terbangun konsep diri akademik peserta didik yang positif.
Bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Menurut Walgito (2007:
14) “kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan harga diri seseorang”. Bimbingan kelompok dikemas dalam sebuah program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik dengan menggunakan bidang bimbingan yang terdiri dari bimbingan pribadi, bimbingan sosial, dan bimbingan akademik.
Masalah utama penelitian ini adalah “bagaimana rumusan program bimbingan kelompok yang efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?”.
1. Bagaimana gambaran konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?
2. Bagaimana rumusan program bimbingan kelompok yang layak menurut pakar dan praktisi ?
3. Bagaimana efektivitas program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan program bimbingan kelompok yang efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan data empirik tentang:
1. Gambaran konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013;
2. Rumusan program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik yang layak menurut pakar dan praktisi; dan
3. Efektivitas program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Konselor
Bagi guru bimbingan dan konseling (konselor) pada umumnya hasil penelitian ini menghasilkan program bimbingan kelompok untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan konsep diri akademik peserta didik.
mengembangkan konsep diri akademik peserta didik sekolah menengah pertama.
3. Bagi pihak sekolah
Pihak sekolah mendapat bahan acuan untuk mengembangkan program-program bimbingan dan konseling yang dapat mengembangkan konsep diri akademik sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti pada setiap kelas dan jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga gambaran yang didapatkan cenderung lebih optimal.
E. Struktur Organisasi Penelitian
Penelitian disusun dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I pendahuluan memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan stuktur organisasi penelitian.
Bab II memaparkan kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan penelitian terdahulu. Bab III metode penelitian memaparkan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMP Negeri Kota Bandung. Alasan pemilihan sekolah menengah pertama dijadikan subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan berdasarkan studi pendahulauan pada saat melakasanakan program pengalaman lapangan (PPL) selama kurang lebih empat bulan, menunjukan beberapa masalah peserta didik kelas VIII yang mengidentifikasi konsep diri akademik peserta didik negatif yaitu; (1) peserta didik cenderung kurang memiliki keberanian tampil atau berbicara di depan kelas, (2) peserta didik cenderung cepat menyerah ketika mendapat tugas yang sulit sehingga memilih mencontek baik pada saat ulangan maupun pengerjaan tugas lainnya, (3) merasa takut dan ragu-ragu ketika diminta untuk menjawab soal di papan tulis, (4) ragu-ragu ketika mengemukakan pendapat, (5) merasa kurang memperoleh respon dari guru dan teman-teman terkait kegiatan belajarnya, (6) merasa kurang yakin mampu memperoleh prestasi akademik (masuk 3 besar di kelasnya).
Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh “teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2008: 68).
kepribadiannya. Proses pencarian jati diri ini bisa kearah positif atau sebaliknya kearah negatif. Hal ini bergantung pada konsep diri yang dimiliki peserta didik itu sendiri, semakin memiliki konsep diri yang positif maka semakin baik juga dalam penyesuaian diri dan penyesuaian lingkungannya.
Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 296 berasal dari semua peserta didik kelas VIII yang terdiri dari 8 (delapan) kelas yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. VIII- 1 17 20 37
2. VIII- 2 9 23 32
3. VIII- 3 15 20 35
4. VIII- 4 14 21 35
5. VIII- 5 15 25 40
6. VIII- 6 18 23 41
7. VIII- 7 15 23 38
8. VIII- 8 15 23 38
Jumlah Populasi 118 178 296
Jumlah Sampel 118 178 296
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik) dalam bentuk data numerikal atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya (Arikunto, 2006: 12). Pada penelitian hasil yang diperoleh berupa angka yang digunakan untuk menganalisis variabel program bimbingan kelompok dan variabel konsep diri akademik.
konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan kelompok yang efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik. Champbel dan Stanley (Sukardi, 2008: 184) mengungkapkan mengenai model desain penelitian yang jumlahnya 12 model dan terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu pra-eksperimen, eksperimen, dan eksperimen semu (quasi experiment).
Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen) dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Teknik sampling menggunakan sampling jenuh/sensus, artinya semua populasi terlibat kegiatan eksperimen, populasi pada penelitian adalah semua peserta didik yang memiliki kategori konsep diri akademik negatif. Alat pengungkap data menggunakan angket berbentuk skala sikap dan statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisis data. Desain ini akan memperlihatkan keefektifan treatment (program bimbingan kelompok) pada hasil post-test konsep diri akademik peserta didik pada kelompok eksperimen dengan membandingkan hasil post-test konsep diri akademik kelompok kontrol.
Skema model Nonequivalent Control Group Design dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Skema Model Nonequivalent Control Group Design
(Sugiyono, 2012: 116)
Keterangan :
O1 = Pre-test pada kelompok eksperimen. O3 = Pre-test pada kelompok kontrol.
X = Treatment dengan Program Bimbingan Kelompok pada kelompok eksperimen.
O2 = Post-test pada kelompok eksperimen. O4 = Post-test pada kelompok kontrol.
O1 X O2
Keefektifan ditinjau dari hasil perbandingan post-test kelompok eksperimen dan kontrol. Bila nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4, maka treatment yang dilaksanakan efektif. Hal tersebut harus dipastikan bahwa
pengujian nilai O1 dan O3 adalah seimbang (Sugiono, 2012: 416-417).
C. Definisi Operasional Variabel
1. Konsep Diri Akademik
Konsep diri akademik dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Jerslid sebagai pikiran dan perasaan individu mengenai eksistensi dirinya. Yang mencakup tiga komponen, yaitu:
a) Perceptual component, adalah gambaran yang dimiliki individu tentang penampilan dan konsep yang ia berikan kepada orang lain yang meliputi kemampuan tampil atau berbicara di depan kelas serta memperoleh perhatian dari teman-teman atau guru sehubungan dengan penampilan dirinya.
b) Conceptual component, adalah gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya yang berbeda dengan orang lain, meliputi pandangan dirinya tentang kemampuan diri, kepercayaan diri dan kemandirian.
c) Attitudinal component, adalah sikap-sikap yang dimiliki individu mengenai dirinya terhadap keberartian diri dan bagaimana ia memandang dirinya dengan rasa bangga dan malu terhadap prestasi akademiknya.
2. Program Bimbingan Kelompok
Pada tataran operasional, program bimbingan kelompok merupakan serangkaian satuan kegiatan layanan yang terencana dan berorientasi pada konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
dalam menyelesaikan suatu permasalahan, (7) memperoleh respon dan kepercayaan dari teman-teman, (8) memperoleh kepercayaan dari teman-teman, (9) perencanaan meraih prestasi akademik yang membanggakan, serta menyikapi rasa malu untuk memotivasi diri dalam meraih prestasi.
Metode dan teknik yang digunakan ialah penggunahan latihan dalam situasi kelompok seperti menulis (written), dyad dan triad, arts and crafts (seni dan kerajinan tangan), umpan balik, kepercayaan (trust), experiental, simulasi permainan, diskusi kelompok, dan keputusan kelompok.
Program bimbingan yang baik akan disusun dengan matang, terencana sistematis, dan sesuai dengan hasil kebutuhan peserta didik. Struktur program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik mangacu pada struktur pengembangan program berdasarkan pedoman dari Depdiknas yang meliputi: 1) rasional program, 2) deskripsi kebutuhan, 3) tujuan, 4) sasaran program, 5) rencana operasional, 6) pengembangan tema/topik, 7) evaluasi, dan 8) indikator keberhasilan.
D. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen yang layak disebarkan kepada peserta didik ditempuh dengan langkah-langkah antara lain: penentuan jenis instrumen, pengembangan kisi-kisi yang meliputi; kelayakan instrumen, keterbacaan instumen, validitas dan reliabilitas. Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri akademik peserta didik SMP berupa kuesioner/angket. Angket atau kuisioner adalah “sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui” (Arikunto, 2006: 151).
“Academic self-efficacy and academic self concept: Reconsidering structural
relationships” (Ferla, 2009: 499-505). Skala instrumen menggunakan format rated on a 4 point likert scale ranging from “strongly agree” to “strongly
disagree”. Angket konsep diri akademik disusun dengan alternatif respon subjek dalam 4 skala yakni: SS (Sangat Sesuai), S (sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tdak Sesuai).
2. Pengembangan Kisi-Kisi
Perumusan kisi-kisi instrumen konsep diri akademik peserta didik disajikan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Akademik Peserta Didik (Sebelum Judgment)
Komponen Aspek Indikator No item ∑
(+) (-)
perceptual 1. Penampilan
diri
1. Memiliki keberanian bertanya pada guru
1, 2 3,4 4
2. Memiliki keberanian maju ke depan kelas
5 6, 7, 8,
9,10
6
3. Berperan Aktif dalam diskusi 12, 13,
14
11 4
4. Berperan penting dalam kelompok belajar
16, 17 15 3
Conceptual 1. Kemampuan
diri
1. Memiliki kemampuan akademik
yang lebih baik dibandingkan teman-temannya
18, 19 20 3
2. Kepercayan
diri
1. Mampu mengerjakan ujian/tes
sendiri
1. Memiliki rencana kelanjutan
sekolah
42, 43 44 3
2. Mengetahui wawasan pekerjaan 47 45,46 3
50, 51
c. Harga diri a. Mendapatkan perhatian dari guru dan teman-teman
57, 59 58 3
b. Menerima kritikan dengan lapang dada
60, 62 61 3
c. Memiliki keteguhan tidak berbuat curang
b. Memiliki prestasi akademik yang membanggakan
Angket sebagai alat pengumpulan data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:
a. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen mengtahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dibuang atau direvisi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
Penimbangan dilakukan oleh tiga pakar/dosen ahli dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Masukan dari tiga dosen ahli dijadikan landasan penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Instrumen angket/ kuisioner konsep diri akademik hasil judgment dari dosen ahli PPB termuat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Hasil Judgment Instrumen Konsep Diri Akademik
Kesimpulan No. Item Jumlah
Memadai 2, 4, 5, 10, 13, 15, 20, 26, 32, 34, 47, 48, 49, 50, 54
Revisi 1, 6, 9, 16, 23, 45, 46, 51 8
Total item yang digunakan 51
Hasil penimbangan instrumen menunjukan terdapat 15 butir item yang dapat digunakan, 8 perlu direvisi, dan 52 harus diganti karena tidak relevan dengan indikator dan aspek konsep diri akademik. Berdasarkan saran dari salah seorang dosen ahli, aspek prospek masa depan dianggap kurang mencerminkan konsep diri akademik yang meliputi indikator memiliki rencana kelanjutan sekolah, mengetahui wawasan pekerjaan, memilikiki fokus minat studi tertentu, dan memperoleh nilai tinggi pada pelajaran tertentu. Terdapat penambahan aspek pada komponen conceptual yakni aspek kemandrian dan kelayakan sebagai pelajar diganti menjadi keberartian diri. Jumlah pernyataan yang diganti sebanyak 52 soal yang disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah diperbaharui. Dengan demikian jumlah soal yang dapat digunakan untuk instrumen konsep diri akademik ialah sebanyak 51 item.
Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tebel 3.4.
Tabel 3.4
kisi-kisi instrumen Konsep Diri Akademik Peserta Didik (Setelah Uji Judgment Instrumen)
ujian
. Dapat mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas Attitudinal . Keberartian diri . Memperoleh respon dari guru dan
teman-teman
39,41 38,40 4 . Memperoleh kepercayaan dari
teman-teman atau guru
42,44 43,45 4 . Rasa Bangga dan
Malu
. Memiliki prestasi akademik yang membanggakan
Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana instrumen yang dibuat dapat dipahami oleh peserta didik sekolah menengah pertama kelas VIII. Sebelum instrumen konsep diri akademik diuji validitas, instrumen tersebut diuji keterbacaan kepada lima sampel peserta didik kelas VIII dari salah satu SMP Negeri Kota Bandung. Pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami oleh peserta didik kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas VIII.
c. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validasi butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah pengujian validitas konstruk seluruh item yang yang terdapat dalam angket konsep diri akademik peserta didik. Uji validitas butir item dilakukan untuk menguji apakah instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur yaitu mengenai tingkat konsep diri akademik peserta didik. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006: 168). Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan Layanan SPSS 16.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap item pernyataan adalah rank difference correlation yang dikenal dengan Spearman’s rho
=
= koefisien korelasi tata jenjang
D = Difference, sering dgunakan juga B singkatan dari Beda, Beda Skor antara subjek
N = Banyaknya subjek
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Konsep Diri Akademik
Kesimpulan Item Jumlah
Pengujian reliabilitas instrumen berkenaan dengan tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/tidak berubah-ubah (Karnoto, 2003: 7). Dikarenakan insturemen valid, maka data pun reliabel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2012: 174) “...instrumen yang valid umumnya pasti
reliabel”. (Pengujian reliabilitas terlampir pada C.1).
Kisi-kisi instrumen setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut.
Tabel 3.6
Kisi-kisi Konsep Diri Akademik Peserta Didik (Setelah Uji Coba)
. Memperoleh perhatian dari teman-teman atau guru
sehubungan dengan
penampilannya
7 5,6 3
Conceptual . Kemampuan diri . Mampu menerima pelajaran 8,9 10 3 . Mampu menyelesaikan tugas dan
ujian
. Dapat mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas
21, 22 - 2
. Mampu mengajukan pendapat 25,26 27,28 4 . Memiliki rasa tanggung jawab 29,30,31 - 3
. Memiliki inisiatif 32,35 33,34 4
Attitudinal 11.Keberartian diri . Memperoleh respon dari guru dan teman-teman
36,37 38,39 4 . Memperoleh kepercayaan dari
teman-teman atau guru
40 41,42 3
12.Rasa Bangga dan Malu
. Memiliki prestasi akademik yang membanggakan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu alat ukur berupa angket mengenai yang disusun berdasarkan komponen Perceptual, Conceptual, dan Attitudinal. Angket konsep diri akademik disebar terhadap seluruh populasi kelas VIII yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di SMP Tahun Ajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.
2. Mengecek kesiapan peserta didik yang menjadi sampel penelitian.
3. Membacakan petunjuk dan mempersilakan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.
F. Teknik Analisis Data
1. Verifikasi Data
a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang telah terkumpul harus sama dengan jumlah angket yang disebarkan sesuai jumlah sampel.
b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.
c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan tabulasi data maka dilanjutkan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Skoring
Kriteria penyekoran instrumen konsep diri akademik adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Penyekoran Instrumen Konsep Diri Akademik
Alternatif Jawaban
3. Pengelompokan dan Penafsiran Data Konsep Diri Akademik
Penentuan pengelompokan dan penafsiran data konsep diri akademik digunakan sebagai standarisasi dalam menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta didik dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokan skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap komponen maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui dua kategori konsep diri akademik dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Menghitung skor total masing-masing responden. b. Menentukan nilai tertinggi dan terendah.
d. Selisih yang didapat kemudian dibagi dua.
e. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari kedua kategori. f. Menentukan kategori konsep diri.
Konsep diri diklasifikasikan ke dalam dua kriteria yaitu konsep diri akademik positif dan konsep diri akademik negatif.
Untuk menentukan panjang kelas, sebelumnya terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor terkecil, berikut rumus yang digunakan:
� = � � − � � �
(Furqon, 2004: 24-25)
Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat diketahui dengan rumus:
= �
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung skor kategori konsep diri akademik, yaitu:
1) Menentukan nilai tertinggi dan nilai terendah
2) Nilai tertinggi : Skor maksimal x Jumlah pernyataan = 4 x 47 = 188 3) Nilai terendah : Skor minimal x jumlah pernyataan = 1 x 47 = 47
4) Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah 188 − 47 = 141
5) Memnetukan besar rentang 141/2 = 70,5 71
Tabel 3.8
Interval Skor Konsep Diri Akademik Peserta Didik
Rentang Skor Kategori
118− 188 Positif
47− 117 Negatif
Adapun penafsiran gambaran konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013ditinjau dari kategori dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9
Interpretasi Kategori Gambaran Konsep Diri Akademik
Kategori Interpretasi
Konsep Diri Akademik Positif
Peserta didik sudah memiliki pikiran dan perasaan positif mengenai eksistensi dirinya terkait mampu tampil atau berbicara di depan kelas, memperoleh perhatian dari teman-teman atau guru sehubungan dengan penampilannya, mampu menerima pelajaran, mampu menyelesaikan tugas dan ujian, yakin pada diri sendiri dalam mengerjakan ujian, yakin pada diri sendiri dapat mengerjakan tugas, dapat mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas, mampu mengajukan pertanyaan, mampu mengajukan pendapat, memiliki rasa tanggungjawab, memiliki inisiatif, memperoleh respon dari guru dan teman-teman, memperoleh kepercayaan dari teman-teman atau guru, serta memiliki rasa bangga dan malu sehubungan dengan prestasi akademiknya.
Konsep Diri Akademi Negatif
Setelah pengkategorian konsep diri akademik, untuk membuat rumusan program bimbingan kelompok, dihitung rata-rata skor responden pada setiap indikator dalam menentukan indikator yang masih rendah dalam pencapaian konsep diri akademik. Perhitungan tingkat ketercapaian setiap indikator dituangkan dalam bentuk persentase dengan pertama-tama ditentukan terlebih dahulu skor ideal/kriterium.
Sugiyono (2012: 246) menjelaskan skor ideal adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pernyataan memberi jawaban
dengan skor tertinggi, kemudian dilakukan cara membagi jumlah skor hasil penelitian dengan skor ideal. Adapun perhitungan tingkat ketercapaian digunakan rumus sebagai berikut.
Hasil perhitungan sesuai rumus di atas, dijadikan dasar kebutuhan peserta didik akan layanan yang diasumsikan bahwa pencapaian indikator terendah adalah prioritas utama untuk dikembangkan.
4. Proses Uji Kelayakan Program Bimbingan Kelompok
Proses yang dilaksanakan dalam pengujian kelayakan program bimbingan kelompok yaitu: (a) konsultasi pada dosen pembimbing tentang program yang akan diuji; dan (b) meminta pertimbangan kepada dua orang pakar (dosen PPB) yang merupakan pakar program serta satu orang praktisi guru bimbingan dan konseling.
Landasan dalam merancang program bimbingan kelompok dihasilkan dari gambaran konsep diri akademik peserta didik sebagai treatmen/perlakuan. Struktur program yang diuji kelayakannya sesuai dengan pedoman BK dari Depdiknas yaitu sebagai berikut.
a. Rasional; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program khususnya bimbingan Persentase ketercapaian indikator = skor yang diperoleh pada setiap indikator
kelompok, konsep dasar dari program bimbingan kelompok, gambaran konsep diri akademik peserta didik SMP, fenomena konsep diri akademik remaja, fenomena konsep diri akademik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, pentingnya bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik.
b. Deskripsi Kebutuhan; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh peserta didik dari hasil analisis nstrumen pengungkap konsep diri akademik yang telah disebarkan.
c. Tujuan Program; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan tujuan umum dan khusus untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik. Tujuan hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. d. Sasaran Program; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan
sasaran program yang membutuhkan layanan dalam mengembangkan konsep diri akademik peserta didik.
e. Rencana Operasional; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan agenda kegiatan atau tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan program bimbingan kelompok.
f. Pengembangan Tema/Topik; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat mengembangkan berbagai materi yang akan digunakan untuk pelaksanaan layanan dalam program bimbingan kelompok. Pengembangan tema dioperasionalkan pada Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK).
g. Evaluasi dan Tindak Lanjut Program; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menilai proses dan hasil. Tindak lanjut program disesuaikan dengan laporan hasil evaluasi dan adanya rekomendasi untuk menindaklanjuti program tersebut.
5. Teknik Perhitungan Keefektifan Program Bimbingan Kelompok Konsep Diri Akademik
Perhitungan keefektifan program bimbingan kelompok dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.
a. Menghitung skor pre-test kelompok eksperimen dan kontrol baik skor konsep diri akademik secara umum, aspek, dan indikator untuk mengetahui perbedaan diantara dua kelompok.
b. Setelah dilaksanakan post-test pada kelompok eksperimen dan kontrol, dihitung skor konsep diri akademik secara umum aspek, dan indikator.
c. Untuk mengetahui efektivitas program menggunakan statistika nonparametrik dengan Uji Mann-Whitney atau U-tes untuk menguji sampel eksperimen dan kontrol, sebagai berikut.
Ekivale dengan
Keterangan:
R1= jumlah rangking dengan ukuran sampel n1
R2= jumlah rangking dengan ukuran sampel n2
s = simpangan baku
(Susetyo, 2010: 236) Harga U dipilih yang terkecil dari hasil perhitungan pada masing-masing kelompok 1 dan 2. Taraf siginifikansi yang digunakan adalah α = 0.05. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ho : �1 = �2 ; Ha : �1 ≠�2 . Kriteria Ho ditolak jika Uhitung ≤ Utabel yang dirumuskan dengan harga
peluang (p) dibandingkan dengan taraf nyata yang ditentukan.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :
1. Studi pendahuluan di salah satu SMP Negeri kota Bandung yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012.
2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen Pembimbing.
U = n1n2n1(n1+ 1)
2 −R1 U = n1n2
n2(n2+ 1)
3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.
4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah di salah satu SMP Negeri kota Bandung.
5. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB.
6. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 28 Januari 2013.
7. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket konsep diri akademik yang telah disebarkan.
8. Penetapan sampel penelitian yang terdiri dari 16 orang peserta didik untuk kelompok eksperimen dan 16 orang peserta didik untuk kelompok kontrol. Pengambilan anggota sampel ini dengan cara mengambil 32 orang peserta didik yang memiliki konsep diri akademik negatif (pendistribusian anggota kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara proposional).
9. Penyusunan program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang selanjutnya dilakukan pertimbangan oleh para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling untuk menghasilkan program bimbingan kelompok yang layak.
10. Pelaksanaan treatment pada kelompok eksperimen dengan program bimbingan kelompok.
11. Pengolahan data dengan membandingkan hasil pengukuran awal dan akhir pada sampel penelitian (kelompok eksperimen dan kontrol) dengan menguji signifikansi untuk mengungkap keefektifan program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik.
13. Konsultasi draft skripsi pada pembimbing I dan II. 14. Revisi draft skripsi setelah melaksanakan konsultasi. 15. Finalisasi draft skripsi untuk ujian sidang.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian, program bimbingan kelompok terbukti efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan hal-hal sebagai berikut.
1. Gambaran konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 sebagian besar berapa pada kategori konsep diri akademik positif, Artinya sebagian besar peserta didik sudah memiliki pandangan terhadap diri yang positif dan sudah memiliki cara yang positif dalam menyikapi pandangan orang lain terhadap dirinya mengenai kemampuan tampil atau berbicara di depan kelas, mendapatkan perhatian dari teman-teman saat berbicara di depan kelas, mampu menerima pelajaran, yakin pada diri sendiri dalam mengerjakan ujian dan tugas, dapat mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas, mampu mengajukan pertanyaan, mampu mengajukan pendapat, memiliki rasa tanggungjawab, memiliki inisiatif, memperoleh respon dari guru dan teman-teman, memperoleh kepercayaan dari teman-teman atau guru, memiliki prestasi akademik yang membanggakan.
3. Program bimbingan kelompok terbukti efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan yang signifikan pada konsep diri akademik peserta didik secara umum dan setiap aspeknya yang terdiri dari penampilan diri, kemampuan diri, kepercayaan diri, dan keberartian diri.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa temuan di lapangan bahwa konsep diri akademik peserta didik kelas VIII di salah satu SMP Negeri kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 secara umum berkategori positif dan program bimbingan kelompok terbukti efektif untuk mengembangkan konsep diri akademik peserta didik. Sebagai upaya tindak lanjut program sebagai berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
a. Mengaplikasikan program bimbingan kelompok ini sebagai upaya untuk mengembangkan konsep diri akademik, disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan konsep diri akademik peserta didik.
b. Menggunakan instrumen konsep diri akademik peserta didik SMP yang telah terbukti reliabel (tingkatan hubungan sangat kuat) dalam mengungkap konsep diri akademik.
c. Mengembangkan metode lainnya dalam bimbingan kelompok misalnya dengan metode role playing (bermain peran), t-group (kelompok pelatihan), peer group dan sebagainya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
b. Subjek penelitian diambil berdasarkan kebutuhan kelas, agar peneliti tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan peserta didik untuk treatment. c. Pembuatan satuan layanan pada aspek rasa bangga dan malu lebih
dikembangkan, agar memperoleh hasil yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Awad, G. (2007). “The Role of Racial Identity, Academic Concept, and Self-Esteem in the Prediction of Academic Outcomes for African Students”. Journal of Black Psychology. 33, (2), 188-207.
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Belajar Burns, R.B. (1979). The Self Concept in Theory, Measurment, Develpoment and
Behavior. London: Longman Company.
Burns, R.B. (1993). Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. (Dit. Eddy). Jakarta: Arcan.
Cokley, K. et al. (2003). “Ethnic Differnces in the Measurement of Academic Self-Concept in a Sample of African American and European American College Students”. Educational and Psychological Measurement. 63, (4), 707-722.
Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. (Dit. E. Koswara). Bandung: PT. Refika Aditama.
Damrongpanit, S. (2010). “The Study of Growth between Academic Self-Concept, Non-Academic Self-Self-Concept, and Academic Achievement of Ninth-Grade Students: A Multiple Group Analysis”. Research in Education Journal.
Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN.
Ewintri. (2012). Bimbingan Kelompok. [Online]. Tersedia di http://ewintri.wordpress.com/2012/01/02/bimbingan-kelompok/#more-125.
Ferla, J. et al. (2009). “Academic Self-Efficacy and Academic Self-Concept: Reconsidering Structural Relationships”. Learning and Indvidual Differences. 19, (2009), 499-505.
Frisca, C. (2010). Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi pada Jurusan Psikologi UPI Bandung. [Online].
Furqon. (2004). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alpabeta. Hurlock, E.B. (1974). Personality Development. New Delhi:
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. (Dit. Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.
James, W. (1890). The Principles of Psychology. [Online]. Tersedia: http://psychclassics.yorku.ca/James/prin10.htm [2Agustus 2012]. Karnoto. (2003). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer
ANATES). Bandung: Jurusan PPB UPI
McGrew, K. (2008). Academic Self-Concept: Definition and Conceptual Background. [Online]. Tersedia: http://www.iapsych.co/Academicself-concept.html[7 Agustus 2012]
Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan kelompok. Bandung: CV. Dipenonogoro.
Nurihsan, A.J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prima, P. (2009). Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa. Skripsi pada jurusan Psikologi FPSI UI. [Online]. Tersedia: http://lontar.ui.ac.id [1 Desember 2011]
Pudjijogyanti, C.R. (1988). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan. Rachmayanti. (2010). Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Kelompok Tugas
Dan Diskusi Dalam Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Tesis pada Jurusan BK UPI Bandung. [Online]. Tersedia di http://repository.upi.edu. Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung:
Sisdiknas. UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia: www.inherenet.dikti.net/files/sisdiknas.pdf [22 maret 2012].
Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukartini, S.P. (1986). Konstribusi Minat Akademik Orant Tua Dan Guru Terhadap Konsep Ddiri Siswa. Tesis fakultas pasca sarjana IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikian. Bandung: ALFABETA
Suprapto. (2007). Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Siswa Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Tesis. Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia: http://lib.unnes.ac.id/ [7 Desember 2011] Surya, M. (1988). Dasar-Dasar Penyuluhan. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Suryabarata, S. (2010). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sutja, A. (1989). Adekuasi Penyesuaian Kurikuler Siswa Ditelaah Dari Konsep Diri Akademiknya Dan Aspirasi Akademik Orang Tuanya. Tesis pada fakultas pasca sarjana IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Yusuf, S. (2008). Psikoogi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, S dan Nurihsan, A.J (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Walgito, B. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: CV Andi Offset
Tan, B. (2007). “A Rasch Analysis of the Academic Self-Concept Questionnaire”. International Education Journal. 8, (2), 470-484.