ANALISIS FLAVONOID EKSTRAK ETIL ASETAT SIMPLISIA BAWANG MERAH (Allium cepa L.) DENGAN PERBEDAAN SUHU
PENGERINGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Kavita Nurul Safitri1, Heru Nurcahyo1, Joko Santoso1
1, Politeknik Harapan Bersama Email: kavitanurulsafitri@gmail.com
Abstrak
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi dan mempunyai kandungan flavonoid yang berkhasiat obat. Pengolahan pasca panen tanaman dapat menentukan kualitas, pengolahan pasca panen bawang merah akan mempengaruhi kadar flavonoid salah satunya pengeringan. Pengeringan merupakan tahapan penting dalam menjaga kestabilan senyawa dari simplisia. Tujuan dari penelitian ini yaitu pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar kandungan flavonoid pada simplisia bawang merah, pengeringan dilakukan dengan metode pengeringan oven dengan suhu 30, 40 dan 60° C. Metode penelitian ini dengan ekstraksi maserasi, dengan pelarut etil asetat dan perhitungan total flavonoid menggunakan spektrofotometri uv-vis. Parameter validasi metode adalah linearitas, metode analisis kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, hasil kandungan total flavonoid pada suhu pengeringan 30°C sebesar 18,3 mg QE/g ekstrak, suhu pengeringan 40°C sebesar 29,9 mg QE/g ekstrak dan suhu pengeringan 60°C sebesar 28,6 mg QE/g ekstrak.
Kata kunci: Bawang merah, Flavonoid, Suhu pengeringan, Spektrofotometri UV-Vis
Abstract
Shallots (Allium cepa L.) are one of the most widely consumed horticultural plant commodities and contain medicinal flavonoids. Post-harvest processing of plants can determine the quality, post-harvest processing of shallots will affect levels of flavonoids, one of which is drying. The main factor that plays a role in post- harvest processing of medicinal plants is the drying process. Drying is an important stage in maintaining the stability of compounds from simplisia. The purpose of this study is the effect of drying temperature on flavonoid content in shallot simplisia, drying is done by drying oven method with a temperature of 30 ° C, 40° C and 60° C. This research method is maceration extraction, with ethyl acetate solvent and the calculation of total flavonoids using UV-vis spectrophotometry. Method validation parameters are linearity, quantitative analysis method using UV-Vis spectrophotometry, total flavonoid content at drying temperature of 30°C of 18.3 QE/g extract, drying temperature of 40°C of 29.9 QE/mg extract and drying temperature of 60°C of 28.6 QE/mg extract.
Keywords: Shallots, Flavonoids, Drying temperature, cromatography, UV-Vis Spectrophotometr
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak setelah cabai (Suriani, 2011)
Bawang merah sering digunakan sebagai penyedap rasa, pada makanan atau bumbu masak, dan mempunyai berbagai macam khasiat obat (Octaviani et al., 2019) Bawang merah memiliki kandungan metabolit sekunder yang daapat dijadikan obat tradisional seperti tannin, saponin, minyak atsiri, kaemferol, flavonglikosida, fluroglusin, dihidroaliin, sikloaliin, metialin, kuersetin, polifenol, sulfur, dan flavonoid, pada umbi bawang merah (Utami et al., 2013)
Flavonoid merupakan salah satu senyawa dengan kandungan tertinggi yang terdapat pada bawang merah (Arora et al., 2017) Flavonoid ditemukan pada tanaman yang berkontribusi memproduksi pigmen berwarna merah, oranye, biru dan warna ungu dari buah, bunga, dan daun. Flavonoid termasuk dalam famili polifenol yang larut dalam air. Bioaktif flavonoid dianggap sebagai fitokimia paling penting dalam makanan, yang memiliki manfaat biologis bagi manusia secara luas (Cao et al., 2015) Kadar flavonoid hasil ekstraksi tergantung dari penyari, metode ekstraksi dan metode pengeringan simplisia yang digunakan. Salah satu penyari yang dapat menyari senyawa flavonoid dalam konsentrasi yang besar adalah etil asetat (Stanković, 2011) Etil asetat merupakan pelarut yang memiliki toksisitas rendah yang bersifat semi polar sehingga diharapkan dapat menarik senyawa polar maupun non polar. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Sukmawati et al., 2018) menunjukan bahwa ekstraksi senyawa flavonoid menghasilkan kadar flavonoid total tertinggi pada pelarut etil asetat.
Metode pengeringan adalah salah satu faktor pengaruh kandungan flavonoid pada simplisia. Pada penelitian ini pengeringan menggunakan oven listrik, adapun kelebihan penggunaaan oven yaitu proses pengeringan lebih cepat, waktu dan suhu pengeringan dapat diatur dan mudah dikontrol, pengeringan menggunakan oven menghasilkan karakteristik simplisia yang lebih baik. Proses pengeringan berpengaruh terhadap kandungan senyawa kimia maupun farmakologis, yang terkandung dalam tanaman obat (Hernani & Nurdjanah, 2009) Penelitian yang sudah dilakukan terbatas pada perbedaan pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa flavonod, sedangkan untuk penelitian yaing menggunakan suhu pengeringan masih sangat minim, oleh karena itu pada penelitian ini dilakuka penelitian tentang pengaruh suhu pengaringan simplisia terhadap kadar flavonoid yang diukur dengan Spektrofotometri UV-Vis
METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020 di Laboratorium Farmasi, Program Studi DIII Famasi Politeknik Harapan Bersama.
Alat dan Bahan a. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah beacker glass 250 ml, batang pengaduk, gelas ukur 250 ml, corong pisah, wadah maserasi, pipet volum 10 ml, timbangan analitik, cawan uap, kaca arloji, tabung reaksi, klem dan statif, kompor spirtus, kassa asbes, kaki tiga, watherbath, pipa kapiler, spatel logam, oven, chamber,
rak tabung reaksi, kompor spirtus, penangas, objek glass, tabung reaksi
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah bawang merah bima, etil asetat, asam aetat, kuersetin, aquadest, AlCl3, methanol, asam asetat, plat KLT, kertas saring, dan spirtus. HCL2N, reagen mayer, reagen bauchardat, reagen weagner, sudan III, FeCl3, etanol 95%, asam klorida pekat, magnesium.
Prosedur Kerja Pengembalian Sampel
Sampel bawang merah (Allium cepa L.) jenis bawang merah bima yang diambil dari Jatibarang Brebes Jawa Tengah, selanjutnya sampel bawang merah dibuat menjadi bentuk simplisia. Kemudian sampel akan diukur kandungan total flavonoid menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
Susut Pengeringan
Satu g simplisia ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105° C selama 120 menit dan telah ditara.
Simplisia diratakan dalam krus porselen dengan menggoyangkan krus hingga merata.
Masukkan ke dalam oven, buka tutup krus, panas kan pada temperatur 100°C sampai dengan 105°C, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang kostan.
Ekstraksi
Sampel sebanyak 200 gram di masukan kedalam wadah maserator kemudian ditambahkan etil asetat. ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi selama 3 x 24 jam dengan pengadukan selama 5 menit, kemudian diuapkan dengan waterbath
dengan suhu 70° hingga terbentuk ekstrak kental.
Skrining fitokimia
Skrining fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder apa saja yang ada di dalam bawang merah.
Identifikasi golongan senyawa
1. Identifikasi senyawa Alkaloid Memasukan 2 gram ekstrak sampel ke dalam tabung reaksi, ditetesi dengan 5 ml HCL2N dipanaskan, kemudian didinginkan lalu dibagi 3 tabung, ditmbahkan pereaksi mayer, jika positif mengandung alkaloid maka terbentuk endapan putih. Yang kedua ditambahkan pereaksi bauchardat jika positif berubah warna cokelat-hitam, yang ketiga ekstrak ditambah pereaksi wagner jika positif maka terbentuk endapan cokelat.
2. Identifikasi srnyawa saponin Memasukan 1 gram ekstrak ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok kuat selama 10 detik, jika terdapat buih dengan tinggi 1-10 cm dalam waktu tidak kurang dari 10 menit, dan jika ditambahkan 1 tetes HCL2N buih tidak hilang maka positif mengandung saponin.
3. Identifikasi senyawaa tannin Memasukan 1 gram ekstrak ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas kemudian didihkan dan filtratnya ditambahkan FeCl3
sebanyak 3-4 tetes jikaterbentuk warna biru-hitam maka positf mengandung tannin.
4. Identifikasi senyawa minyak atsiri Memasukan ekstrak kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan Sudan
III setelah itu jika positif maka filtrat berwarna jingga.
5. Identifikasi senyawa flavonoid Memasuka ekstrak ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml etanol 95%, 0,1 magnesium, dan 10 tetes asam klorida pekat jika positif maka akan terbentuk warna merah.
6. Identifikasi senyawa trpenoid dan steroid
2gram ekstrak sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 2 ml etil asetat dan dikocok. Lapisan etil asetat diambil lalu ditetesi pada plat tetes dibiarkan sampai kering, setelah kering ditambah 2 tetes asam anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk warna merah atau kuning berarti positif terpenoid apabila terbentuk warna hijau berarti steroid.
Kromatografi Lapis Tipis
identifikasi senyawa flavonoid menggunakan metode KLT, dengan bahan yang digunakan berupa silica gel (fase diam) yang sudah di oven selama 3 meni pada suhu 30° C , kemudian membuat fase gerak sebanyak 10 ml dengan mengambil butanol 4 ml, asam asetat 1 ml, air 5 ml dengan perbandingan (butanol (4) : asam asetat (1) : air (5)) , dimasukan kedalam chamber dan dijenuhkan. Untuk mengetahui chamber yang berisi fase gerak telah jenuh, maka chamber diberi kertas saring dan ditutup dengan penutup kaca, ketika sudah jenuh eluen akan keluar melalui kertas saring pada proses elusi. Proses selanjutnya memasukan plat KLT yang sebelumnya sudah di totolkan sampel kedalam chamer yang sudah jenuh, pada proses ini fase gerak akan bergerak naik melewati butiran silica gel dan pergerakan akan diikuti oleh senyawa yang diidentifikasi. Setelah proses elusi, lempeng
silica gel selesai ditandai dengan naiknya eluen sampai garis batas atas, angkat plat KLT dan keringkan dengan cara didinginkan, kemudian dilihat penampakan noda pada lampu sinar UV 254 dan 366 nm.
Pembuatan larutan baku kuersetin
Dibuat larutan induk 1000 ppm dengan cara menimbang dengan seksama 10 mg kuersetin dan dilarutkan pada etanol 10 ml. kemudian dibuat larutan standar kuersetin 100; 200; 300; 400 dan 500 dari pengenceran larutan baku kuersetin 1000 ppm
Penentuan panjang gelombang kuersetin Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan cara membuat larutan standar kuersetin 400 ppm kemudian sebanyak 1 ml larutan kuersetin 50 ppm tersebut di reaksikan dengan 1 ml AlCl3 2%di dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 8 ml asam asetat 5% ke dalam larutan dan dilakukan pembacaan pada rentang panjang gelombang 300-400 nm menggunakan spektrofotometri UV-Vis
Linearitas (kurva baku)
Lineritas ini dilakukan dengan cara membuat larutan baku kuersetin 1000 ppm kemudian dibuat larutan baku kerja dengan konsentrasi 100; 200; 300; 400; dan 500 ppm lalu di pipet 1 ml alumunium (III) klorida 5%, 1 ml larutan CH3COOH 5% setelah itudiinkubasi selama 20 menit, absorbansi dari larutan pembanding diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Kurva hubungan antara kadar vs serapan dibuat kemudian dtentukan persamaan regresi linier serta koefisien kolerasi dapat diketahui linieritasnya baik atau tidak. Koefisien kolerasi dikatakan baik apabila r ≥0,98 dan koefisien fungsi regresi (Vxo) ≤ 5%
Penentuan kandungan total flavonoid ekstrak bawang merah
Sampel ekstrak bawang merah 1000 ppm dipipet sebanyak 1 ml ditanbahkan dengan volume aluminum klorida (AlCl3) hasil optimasi dengan konsentrasi dari hasil optimasi yang paling optimal. Tambahkan volume hasil optimasi asam asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi hasil optimasi yang paling optimal. Campuran dikocok homogeny lalu dibiarkan selama waktu inkubasi yang paling optimal dari hasil optimasi waktu inkubasi. Kemudian di ukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Penentuan nilai flavonoid akhir dilakukan berdasarkan formula yang dikembangka oleh Pan dkk. (2012) yaitu:
Flavonoid total = =
Keterangan:
Y= Konsentrasi flavonoid contoh yang dihitung dengan menggunakan persamaan kurva standar (mg m-1)
N= nilai pengenceran
V= volume hasil ekstraksi (ml) W= berat serbuk bawang merah (g) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Susut Pengeringan
Hasil yang diperoleh dari susut pengeringan dengan 1 gram simplisia dioven dengan suhu 105°C selama 120 menit bobot tetap karena selisih tidak lebih dari 0,25%. Data pegamatan dapat dilihat di bawah ini
NO SAMPEL REPLIKASI
BERAT KURS KOSONG
BERAT KURS + ISI (SEBELUM
DI OVEN)
BERAT KURS + ISI (SETELAH DI OVEN)
KETERANGAN 30
MENIT 60 MENIT
90 MENIT
120 MENIT
1 SIMPLISIA SUHU 30
1 33,78 g 35,78 g 35, 54 g 35,52 g 35,51 g 35,51 g
BOBOT TETAP KARENA SELISIH TIDAK
LEBIH DARI 0,25 %
2 41,95 g 43,95 g 43,73 g 43,71 g 43,71 g
3 33,49 g 35,49 g 35,29 g 35,24 g 35,24 g
2 SIMPLISIA SUHU 40
1 36,70 g 38,70 g 38,53 g 38,50 g 38,49 g 38,48 g
2 36,76 g 38,76 g 38,57 g 38,55 g 38,54 g 38,53 g
3 36,67 g 38,67 g 38,48 g 38,48 g
3 SIMPLISIA SUHU 60
1 34,32 g 36,32 g 36,22 g 36,20 g 36,19 g 36,19 g
2 34,81 g 36,81 g 36,72 g 36,69 g 36,69 g
3 35,65 g 37,65 g 37,56 g 37,52 g 37,52 g
Table 1. susut pengeringan
Hasil Ekstraksi
Setiap sampel sebanyak 200 gram serbuk simplisia bawang merah dimasukan ke dalam wadah maserator kemudian ditambahkan 200 ml pelarut etil asetat, ekstraksi dilakukan
selama 3 x 24 jam dengan pengadukan selama 5 menit, filtrate yang diperoleh akan diuapkan dengan waterbath yang bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut, berdasarkan hasil ekstraksi 200 gram
simplisia bawang merah diperoleh hasil rendemen dari masing-masig ekstrak adalah simplisia bawang merah suhu pengerinagan 30° C sebesar 0,180%, simplisia bawang merah suhu pengeringan 40° C sebesar 0,055%, dan simplisia bawang merah suhu 60° C sebesar 0,055%.
Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
Skrining fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder apa saja yang ada di dalam bawang merah, cuplikan bahan yang sedikit dan prosesnya sederhana, hasil uji identifikasi senyawa secacra kualitatif menunjukan bahwa simplisia bawang merah mengandung senyawa minyak atsiri, saponin, tannin, flavonoid, terpenoid. Hasil pengamatan dapat dilihat pada table dibawah.
Uji fitokimia Pereaksi Warna hasil pustaka
Minyak atsiri Etanol 95% + sudan III jingga + Jingga
Saponin Air + HCL berbuih + Berbuih
Tannin Air + FeCl 3 hitam + Biru-hitam
Flavonoid Etanol 95% + Magnesium + HCL pekat jingga + Jingga-ungu Terpenoid Etil asetat +asetat anhidrat +asam sulfat
pekat
kuning + Merah-kuning
Alkaloid HCL2N + pereaksi weagner merah - coklat
HCL2N + Pereaksi mayer Endapan merah
- Endapan putih
HCL2N + pereaksi bauchardat merah - Coklat - hitam
Table 2. identifikasi senyawa metabolit sekunder Kromatografi Lapis Tipis
Identifikasi senyawa KLT untuk membuktikan bahwa ekstrak bawang merah yang diperoleh memiliki kandungan
flavonoid. Metode ini diguakan karena prosesnya sederhana, memerlukan cuplikan bahan yang sedikit, memperoleh hasil yang tepat dan membutuhkan waktu yang singkat untuk pengerjaannya. Berdasarkan hasil
identifikasi menggunakan KLT terlihat bercak pada plat KLT sehingga diperoleh
nilai Rf dan hRf tertera dalam table dibawah ini.
no sampel
jarak yang di tempuh
sampel nilai Rf nilai hRf
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
standar
kuersetin 7,5 cm 0.9373 93.75
2
ekstrak bawang
30° 5,7cm 6,3cm 7,4cm 0.7215 0.7975 0.9367 72.15 79.75 93.67 3
ekstrak bawang
40° 5,8cm 6,1cm 7,4cm 0.7342 0.7722 0.9367 73.42 77.22 93.67 4
ekstrak bawang
50° 5,6cm 6,4cm 7,5cm 0.7089 0.8101 0.9494 70.89 81.01 94.94
Tabel 3. Hasil analisa KLT Penentuan Panjang Gelombang
Pada penelitian ini penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada daerah panjang panjang gelombang 300-400 nm dan konsentrasi yang dipakai adalah 50 ppm sehingga diperoleh panjang maksimun gelombag 375 nm. Tujuan penentuan panjang
gelombang maksimum agar mengetahui daerah serapan yang dapat dihasilkan berupa nilai absorbansi dar larutan baku kuersetin yang diukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis paa rentang panjang gelombang 300-400 nm. Data hasil panjang gelombang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kurva panjang gelombang maksimuk kuersetin Linearitas (kurva baku)
Berdasarkan hasil pembutan kurva baku dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis yang menghubungkan konsentrasi dan absorbansi,
diperoleh dengan persamaan linear y = 0,0069 x + 0,0104 dengan koefisien korelasi r = 0,9978. Hasil kolerasi penerimaan yaitu
≥0,98 (hermita 2004 ) data hasil pembuatan kurva baku dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Kurva baku kuersetin 2,657
0,5 1 1,5 2 2,5 3
300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400
Kurva Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin 50 ppm Pada Rentang 300 - 400
nm
Absorbansi
y = 0,0069x + 0,0104 R² = 0,9978
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
0 10 20 30 40 50 60 70
Absorbansi
Konsentrasi
Kurva Seri Baku Kuersetin
Hasil Kandungan Total Flavonoid
Kadar flavonoid yang dihitung menggunakan persamaan regresi menghasilkan kandungan flavonoid pada simplisia bawang merah dengan suhu 30° C sebanyak 18,3 mg QE/gr, simplisia bawang merah dengan suhu pengeringan 40° C sebanyak 29,9 mg QE/gr, dan pada simplisia bawang merah dengan suhu pengeringan 60°C sebanyak 28,6 mg QE/gr. Dan data menunjukan bahwa hasil kandungan flavonoid tertinggi diperoleh pada suhu pengeringan 40° C. berdasarkan sifatya, flavonoid akan tahan pada suhu pengeringan yang tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, dan beberapa peneliti juga menyatakan bahwa pelarut yang cocok di gunakan untuk melarutkan flavonoid adalah pelarut etil asetat,
Kesimpulan
1. Susut pengereringan simplisia bawang merah dengan 1 gram simplisia di oven dengan suhu 105° C selama 120 menit menghasilkan bobot tetap karena selisih tidak lebih dari 0,25%
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa skrining fitokimia dari bawang merah (Allium cepa L.) mengandung senyawa kimia berupa minyak atsiri, flavonoid, saponon, tannin, dan terpenoid
3. Metode pengeringan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap kandungan kadar flavonoid bawang merah (allium cepa L.) hasil yang tertinggi yaitu dihasilkan oleh sampel yang dikeringkan dengan suhu 40°C dengan hasil 29,9 QE/mg ekstrak, sedangkan suhu pengeringan 30°C sebesar 18,3QE/mg, dan pada suhu pengeringan 60°C sebesar 28,6 QE/ mg ekstrak, karna berdasarkan sifatnya flavonoid akan bertahan pada
suhu yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada kedua orangtua penulis yang telah mendukung dan mendoakan penulis, serta Bapak dan Ibu dosen selaku pembimbing dan Laboran Farmasi Politeknik Harapan bersama yang telah membantu dalam jalannya penelitian ini
Daftar Pusaka
Arora, E., Sharma, V., Khurana, A., Manchanda, A., Sahani, D., Abraham, S., Kundu, D., Gupta, H., Chiru, L., Sharma, N., Garg, N., & Jomy, S. (2017). Phytochemical analysis and evaluation of antioxidant potential of ethanol extract of Allium cepa and ultra-high homoeopathic dilutions available in the market: A comparative study.
Indian Journal of Research in Homoeopathy,
11(2), 88–93.
https://doi.org/10.4103/ijrh.ijrh_13_17 Cao, H., Chen, X., Jassbi, A. R., & Xiao, J.
(2015). Microbial biotransformation of bioactive flavonoids. Biotechnology Advances.
Hernani, & Nurdjanah, R. (2009). Aspek Pengeringan Dalam Mempertahankan Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tanaman Obat. 21(2), 33–39.
Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E.
(2019). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol dari Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Metode Difusi Cakram. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 6(1), 62–68.
Stanković, M. (2011). Total phenolic content, flavonoid concentration and antioxidant activity of Marrubium peregrinum L.
extracts. Kragujevac Journal of Science, 33, 63–72.
Sukmawati, Sudewi, S., & Pontoh, J. (2018).
OPTIMASI DAN VALIDASI
METODE ANALISIS DALAM
PENENTUAN KANDUNGAN
TOTAL FENOLIK PADA EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot L.) YANG DIUKUR
DENGAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VIS. Pharmacon, 7(3), 32–41.
https://doi.org/10.35799/pha.7.2018.20 102
Suriani, N. (2011). Bawang bawa untung.
Budidaya Bawang Merah dan Bawang Merah.
Utami, P., Mardiana, L., & PS, T. P. (2013).
Umbi Ajaib: Tumpas Penyakit.