• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Oriented Strand Board Bambu dengan Perlakuan Steam dan Non Steam terhadap Serangan Rayap dan Kumbang Bubuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketahanan Oriented Strand Board Bambu dengan Perlakuan Steam dan Non Steam terhadap Serangan Rayap dan Kumbang Bubuk"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN

ORIENTED STRAND BOARD

BAMBU

DENGAN PERLAKUAN

STEAM

DAN

NON STEAM

TERHADAP SERANGAN RAYAP DAN KUMBANG BUBUK

INTAN PURNAMASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Oriented Strand Board Bambu dengan Perlakuan Steam dan Non Steam terhadap Serangan Rayap dan Kumbang Bubuk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

INTAN PURNAMASARI. Ketahanan Oriented Strand Board dengan Perlakuan Steam dan Non Steam terhadap Serangan Rayap dan Kumbang Bubuk. Dibimbing Oleh FAUZI FEBRIANTO dan ARINANA.

Tujuan penelitian ini mengevaluasi ketahanan Oriented Strand Baord (OSB) bambu dari beberapa jenis bambu dengan atau tanpa pemberian perlakuan awal yaitu pengukusan terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus), rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus), dan kumbang bubuk. Lima jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali, hitam, andong, ampel, dan betung yang diperoleh dari daerah Sukabumi. Sebelum dicampur dengan perekat, bagian strand bambu dikukus dengan menggunakan autoclave pada suhu 126 °C dan tekanan 1.4 kg/cm2 selama 1 jam. OSB bambu yang diproduksi terdiri dari tiga lapis yang berasal dari komposisi strand untuk muka, inti, dan belakang secara berurutan adalah 25%, 50%, dan 25%. Perekat Phenol Formaldehida (PF) 10% digunakan untuk mengikat strand menjadi OSB. Hasil menunjukan bahwa ketahanan bambu kontrol bervariasi antar jenis bambu pada serangan C. curvignathus. Ketahanan OSB bambu dengan perlakuan pengukusan pada strand nya memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada strand bambu tanpa perlakuan pengukusan. Ketahanan bambu kontrol pada serangan C. cynocephalus sangat tergantung adanya kulit dalam contoh uji. Setelah dijadikan OSB bambu ketahanan dari semua OSB yang diujikan dengan atau tanpa perlakuan pengukusan jauh lebih baik. Ketahanan bambu kontrol bervariasi antar jenis pada serangan kumbang bubuk. Setelah dijadikan OSB bambu, ketahanan dari semua OSB dengan atau tanpa perlakuan pengukusan meningkat secara signifikan dibandingkan dengan bambu kontrol. Diamati bahwa spesies kumbang bubuk menyerang contoh uji dalam penelitian ini adalah Anobium sp.

Kata kunci : kumbung bubuk, oriented strand board, pengukusan, rayap kayu kering, rayap tanah

ABSTRACT

INTAN PURNAMASARI. Resistance of Bamboo Oriented Strand Board against Termites and Powder Post Beetle Attacked. Supervised by FAUZI FEBRIANTO and ARINANA.

(5)

the resistance of solid bamboo was varied among species against C. curvignathus. The resistance of BOSB prepared both from steamed and non steamed bamboo strands were much higher compared to solid bamboo. The resistance of BOSB prepared from steamed bamboo strands was higher than non steamed bamboo strands. The resistance of solid bamboo against C. cynocephalus much depended on the presence of bark in the specimen tested. After converted into BOSBs, the resistances of all BOSBs with or without steamed treatment were much improved. The resistance of solid bamboo was varied among species against powder post beetle. After converted into BOSBs, the resistance of all BOSBs with or without steamed treatment were increased significantly compared to solid bamboo. It was observed that powder post beetle species attacked the specimen in this experiment is Anobium sp.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KETAHANAN

ORIENTED STRAND BOARD

BAMBU

DENGAN PERLAKUAN

STEAM

DAN

NON STEAM

TERHADAP SERANGAN RAYAP DAN KUMBANG BUBUK

INTAN PURNAMASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Ketahanan Oriented Strand Board Bambu dengan Perlakuan Steam dan Non Steam terhadap Serangan Rayap dan Kumbang Bubuk Nama : Intan Purnamasari

NIM : E24090068

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Pembimbing I

Arinana, SHut, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah keawetan, dengan judul Ketahanan Oriented Strand Board Bambu dengan Perlakuan Steam dan Non Steam terhadap Serangan Rayap dan Kumbang Bubuk.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS dan Ibu Arinana, SHut, MSi selaku pembimbing, yang telah banyak memberi ilmu dan saran, serta Bapak Dr Ir Jajang Suryana, MSc dan Ibu Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MS yang mendampingi penulis dalam sidang. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Atin dari Laboratorium Kimia Hasil Hutan IPB, Bapak Mahdi Mubarok, SSi dari Laboratorium Biokomposit IPB, Bapak Anhari dari Laboratorium Rayap IPB serta Bapak Kadiman dari Workshop DHH IPB, serta seluruh staf DHH yang telah membantu dalam proses perkuliahan dan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada (Alm) papa, mama, Arfan, Citra, dan Mutiara serta seluruh keluarga, atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman DHH 46, Keluarga kecil Wisma Aulia yang telah memberi dukungan fisik dan nonfisik serta kebersamaan yang telah berjalan selama empat tahun di IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

Jenis Bambu yang digunakan 3

Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) 3 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne) 3 Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz) 3 Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolaceae Widjaja) 4 Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinasea (Steudel) Widjaja) 4

Perekat Phenol Formaldehida 4

Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) 7

Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus) 7

Kumbang Bubuk 7

Pengujian Rayap Kayu Kering 9

Pengujian Kumbang Bubuk 9

Perhitungan Hasil Pengujian 10

Kehilangan Berat OSB 10

Mortalitas Rayap 11

Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Kehilangan Berat OSB terhadap Serangan Rayap Tanah 12

Mortalitas Rayap Tanah 13

Kehilangan Berat OSB terhadap Serangan Rayap Kayu Kering 14

Mortalitas Rayap Kayu Kering 16

Identifikasi Kumbang Bubuk 17

Kehilangan Berat OSB terhadap Serangan Kumbang Bubuk 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

(13)

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

RIWAYAT HIDUP 29

DAFTAR TABEL

1 Sifat fisis dan mekanis Oriented Strand Board (OSB) 3

2 Analisis kimia lima jenis bambu 5

3 Analisis sifat fisis lima jenis bambu 5

4 Analisis sifat mekanis lima jenis bambu 6

5 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah 10 6 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering 10 7 Analisis statistik kehilangan berat OSB terhadap serangan rayap tanah 13

8 Analisis statistik mortalitas rayap tanah 14

9 Analisis statistik kehilangan berat OSB terhadap serangan rayap kayu

kering 15

10 Analisis statistik mortalitas rayap kayu kering 17 11 Analisis statistika kehilangan berat OSB terhadap serangan kumbang 19

DAFTAR GAMBAR

1 Penempatan OSB pada botol uji 8

2 Penempatan contoh uji pada pengujian rayap kayu kering 9

3 Penempatan contoh uji dengan pengumpanan alami 9

4 Nilai Kehilangan berat akibat serangan rayap tanah 12

5 Nilai mortalitas rayap tanah 14

6 Nilai kehilangan berat akibat serangan rayap kayu kering 15

7 Nilai mortalitas rayap kayu kering 16

8 Morfologi Anobium sp perbesaran 30 kali. tampak bagian atas (a), dan

tampak bagian bawah (b) 17

9 Nilai Kehilangan berat akibat serangan kumbang 18

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bambu merupakan salah satu sumber daya hasil hutan bukan kayu yang sudah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai dari keperluan pangan, sandang, papan, estetika, dan sebagainya. Pemanfaatan bambu tersebut perlu terus ditingkatkan sebagai bahan substitusi kayu terutama dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumber daya alam kayu. Bambu tersebar di seluruh nusantara mulai dari dataran rendah sampai pegunungan.

Tingkat kelembaban tinggi di Indonesia cenderung menyebabkan meningkatnya kerusakan pada bambu, seperti serangan jamur, lapuk oleh cuaca, dan serangan organisme perusak yaitu rayap dan kumbang bubuk. Kandungan selulosa bambu lebih besar dari pada kandungan selulosa pada pohon (kayu), sehingga menyebabkan bambu lebih mudah diserang oleh serangga perusak (Susilaning dan Suheryanto 2012). Selain itu kandungan pati yang relatif tinggi pada bambu dapat meningkatkan serangan kumbang bubuk. Kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme perusak seperti rayap dan kumbang dirasa sangat merugikan, karena wilayah jelajah serangga ini yang sangat luas bahkan mampu menembus hingga gedung berlantai tinggi sekali pun.

Salah satu teknologi yang dikembangkan untuk memanfaatkan dan meningkatkan kualitas dari bambu adalah dengan dibuatnya produk komposit yaitu Oriented Strand Board (OSB). OSB merupakan produk papan komposit struktural yang diproduksi dari partikel berbentuk strand dan perekat thermosetting tahan air (waterproof) (Nuryawan et al. 2008). Kajian secara laboratories menunjukan bahwa bambu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku OSB karena stabilitas dimensi, kekuatan, dan ketahanan terhadap rayap dan kumbang yang sangat baik (Santoso 2012 dan Purwaningsih 2012). Selain itu, pemberian perlakuan pendahuluan berupa steam pada strand bambu yaitu bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl.), bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne), bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinasea (Steudel) Widjaja, bambu hitam (Gigantochloa atroviolaceae Widjaja) dan bambu tali (Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz) sebelum dibuat OSB dapat mengurangi konsumsi perekat yang digunakan dengan kualitas OSB yang dihasilkan memenuhi standar komersial (Apriani 2012, Santoso 2012, Rahayu 2012, dan Angin 2012). Mengkonversi bambu menjadi produk OSB dapat meningkatkan diversifikasi pemanfaatan bambu karena produk OSB ini dapat digunakan lebih luas seperti untuk dinding, lantai, panel atap, dan produk lainnya. Namun belum ada informasi ilmiah mengenai ketahanan OSB yang terbuat dari bambu dengan perlakuan steam di atas.

Perumusan Masalah

(15)

2

atroviolaceae) dan bambu tali (Gigantochloa apus) dengan dan tanpa perlakuan steam yang direkat dengan perekat Phenol Formaldehida (PF) 10% sangat baik dan memenuhi persyaratan OSB komersial. Selain itu informasi sifat fisis, mekanis, serta ketahanan OSB terhadap organisme perusak kayu terutama rayap dan kumbang bubuk perlu dikaji terutama apabila produk OSB bambu nantinya digunakan di Indonesia atau di daerah tropis, karena jumlah dan jenis organisme perusak kayu lebih melimpah dibandingkan di daerah iklim sedang.

Tujuan Penelitian

Mengevaluasi ketahanan OSB dari lima jenis bambu yaitu bambu ampel bambu betung, bambu andong, bambu hitam dan bambu tali dengan dan tanpa perlakuan steam terhadap serangan rayap tanah dan rayap kayu kering skala laboratorium dan serangan kumbang bubuk secara semi lapang dengan pengumpanan alami.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai ketahanan OSB dengan dan tanpa perlakuan steam terhadapserangan rayap tanah, rayap kayu kering dan kumbang bubuk, sehingga lebih aman dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi bangunan alternatif selain kayu.

TINJAUAN PUSTAKA

Oriented Strand Board

Bahan berlignoselolosa seperti bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku OSB (Oriented Strand Board). OSB merupakan salah satu produk yang relatif baru jika dibandingkan produk panel lainnya. OSB dibuat sebagai panel struktural yang menggantikan bahan pelapis seperti kayu lapis (Nishimura et al. 2004). Penggunaan OSB merupakan pilihan yang ekonomis dan ramah lingkungan (SBA 2005) dan memiliki potensi besar meningkatkan keawetan dan kekuatan.

(16)

3

Tabel 1 Sifat fisis dan mekanis Oriented Strand Board (OSB)

Sifat papan JIS A 5908 (2003) CSA 0437.0 (Grade O-2)*

Kerapatan (g/cm3) 0.4 -0.9

Kadar air (%) 5-13

Tickness Swelling (%) ≤ 25 ≤ 15

Daya Serap Air (%) - -

MOE sejajar serat (Kg/cm2) 40800 56084.39 MOE tegak lurus serat

(Kg/cm2) 13260 1529574

MOE sejajar serat (Kg/cm2) 245 295.72

MOR tegak lurus serat

(Kg/cm2) 102 126.44

Internal Bond (Kg/cm2) 3.06 3.52 Kuat Pegang Skrup (Kg) 51

Sumber: Structural Board Asociation (2005) aOSB: Oriented Strand Board

Jenis Bambu yang digunakan

Bambu memiliki kelebihan dan kelemahan dibandingkan kayu diantaranya kuat, keras, ringan, mudah didapat, cepat tumbuh, mudah dalam pengerjaan, dan memiliki sifat mekanis yang lebih baik pada arah sejajar serat. Adapun kelemahan bambu yaitu mudah diserang serangga bubuk kering dan rayap kayu kering (Krisdanto et al. 2005) sehingga perlu upaya pengawetan, dalam keadaan basah mudah di serang jamur biru, dan bentuknya silinder sehingga menyulitkan proses penyambungan.

Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl)

Bambu ampel dapat menghasilkan bubur kayu yang baik untuk bahan pembuatan kertas (Sastrapraja et al. 1987). Sedangkan menurut Sudarnadi (1996), bambu ampel biasanya digunakan sebagai bahan baku alat rumah tangga, kerajinan tangan, dan lantai rumah.

Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne)

Bambu betung dapat tumbuh di dataran rendah sampai daerah ketinggian 2000 mdpl. Bambu ini mempunyai rumpun yang sedikit rapat dan panjang ruas 40–60 cm dengan dinding buluh yang cukup tebal, sehingga memiliki sifat yang keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Bambu betung memiliki sifat fisik dan mekanis yang lebih baik daripada jenis bambu lainnya sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi komponen struktural maupun sebagai bahan bangunan (Suryokusumo dan Nugroho 1994).

Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz)

(17)

4

anyaman karena seratnya yang panjang, kuat, dan lentur. Bambu tali juga dimanfaatkan untuk membuat perlengkapan memasak, furniture, tali, dan tidak cocok dijadikan bahan pembuatan kertas dan alat musik. Bambu tali memilki batang yang dapat dibelah menjadi belahan yang bagus dan ketika potongannya dilekukan permukaannya tidak mengelupas.

Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolaceae Widjaja)

Bambu hitam hidup sampai pada ketinggian 650 mdpl dan memiliki tinggi mencapai 20 m, batang berbulu tipis/ halus dan tebal. Warna bambu ini hijau-coklat, tua-keunguan sampai hitam. Bambu hitam dapat tumbuh ditanah tropis dataran rendah, lembab, dan dengan curah hujan pertahun mencapai 1500-3700 mm. Bambu hitam berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel.

Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinasea (Steudel) Widjaja)

Bambu andong atau bambu gombong (Sunda) hidup diketinggian 0-700 mdpl yang beriklim kering. Bambu andong biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, dan alat musik tradisional. Perusahaan bambu telah menggunakannya sebagai bahan baku sumpit (LIPI 2001).

Perekat Phenol Formaldehida

Perekat Phenol Formaldehida (PF) merupakan molekul berbobot rendah yang terbentuk dari phenol dan formaldehida, dan termasuk kedalam perekat termoset (Ahmadi 1990 dalam Sumardi 2000) dan salah satu perekat yang umum digunakan dalam produksi OSB (SBA 2005). Kualitas rekat dari PF sangat baik, perekatan yang tepat memberikan kekuatan yang tinggi dan daya tahan dibawa kondisi yang sulit saat pemakaian serta memiliki bidang rekat yang tahan terhadap jamur, serangga, dan bahan kimia.

Menurut Tsoumis (1991) formulasi perekat akan mengeluarkan bau yang tidak sedap bahkan setelah pengerasan. Perekat PF tergolong murah dan popular digunakan dalam produksi komposit skala komersial. Namun kandungan formaldehida yang mudah lepas ke udara dan menimbulkan emisi yang berbahaya bagi kesehatan. Emisi formaldehida adalah jumlah formaldehida yang dibebaskan oleh suatu produk (Badan Standarisasi Nasional 2005). Formaldehida adalah suatu gas beracun yang dapat bereaksi dengan protein didalam tubuh sehingga dapat menyebabkan iritasi, radang selaput mata, hidung, dan tenggorokan.

Sifat Kimia Bambu

(18)

5

Tabel 2 Analisis kimia lima jenis bambu

Sumber : Gusmailina dan Sumadiwangsa (1988), Fitriasari dan Hermiati (2008). *= kadar Holoselulosa

Sifat Fisis Bambu

Tabel 3 Analisis sifat fisis lima jenis bambu

Sifat yang di uji Jenis bambu

Tali Andong Betung Ampel Hitam

Sumber : Angka dalam kurung adalah kisaran angaka hasil penelitian Ginoga 1977; Syafii 1984; Nurhayati 1986 dan 1994; Krisdianto 2000; Hadjib dan Karnasudirdja 2006; Sukadaryati 2006; Irjayanti 2009; Mardiana 2010; Sembiring 2012, Iriayanto 2012, dan Lestari 2012 dalam Suryana 2012; dan Anas 2012.

Sifat Mekanis Bambu

(19)

6

Tabel 4 Analisis sifat mekanis lima jenis bambu

Sifat yang di uji Jenis bambu

Tali Andong Betung Hitam Ampel

Sumber : Angka dalam kurung adalah kisaran angaka hasil penelitian Ginoga 1977; Syafii 1984; Nurhayati 1986 dan 1994; Krisdianto 2000; Hadjib dan Karnasudirdja 2006; Sukadaryati 2006; Irjayanti 2009; Mardiana 2010; Sembiring 2012; Iriayanto 2012, dan Lestari 2012 dalam Suryana 2012; dan Anas 2012.

Sifat Anatomis Bambu

Menurut Dransfield dan Widjaja (1995) batang bambu terdiri atas sekitar 50% parenkim, 40% serat, dan 10% sel penghubung (sel pembuluh dan sel pembuluh tapis). Parenkim dan sel penghubung lebih banyak dibagian dalam batang, sedangkan serat lebih banyak dibagaian luarnya. Ukuran serat bertambah besar dari pangkal ke ujung sementara parenkimnya semakain berkurang. Ikatan vascular pada bambu semakin sedikit pada bagian ujung, dan mempunyai ukuran besar ke arah bagian dalam.

Rayap

(20)

7 subtropika. Namun kini penyebarannya meluas ke daerah beriklim sedang (temperate) dengan batas-batas 500 °LU dan 500 °LS. Di daerah tropika rayap dapat ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 meter dari permukaan laut.

Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus)

Rayap tanah dalam hidupnya memerlukan kelembaban tertentu secara tetap, oleh karena itu untuk mendapatkan persediaan air, rayap ini selalu berhubungan dengan tanah dan sarangnya juga ada di dalam tanah. Selain itu C curvignathus memiliki sifat yang tidak menyukai cahaya. Untuk menghindar dari cahaya, rayap membuat lubang kembara agar bebas dari cahaya (Nandika et al. 2003). Dari sekian banyak jenis, rayap subteran (rayap tanah) yang paling banyak menimbulkan kerusakan. Rayap tanah sangat ganas dan dapat menyerang objek berjarak sampai 200 meter dari serangannya. Kasta pekerja pada rayap tanah umumnya berjumlah paling banyak dalam koloni dan berfungsi sebagai pencari dan pemberi makan kasta lainnya. Makanan dari kasta pekerja disampaikan melalui anus atau mulut, sehingga kegiatan memakan pada rayap akan sangat mempengaruhi keutuhan koloni.

Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus)

Koloni rayap kayu kering berkembang sangat lambat dan maksimum anggota koloni berjumlah sangat sedikit. Jumlah anggota koloni yang berumur 4 tahunan kurang dari 1000 ekor. Hidupnya tidak memerlukan tempat yang lembab dan tidak pernah masuk kedalam tanah. Rayap ini biasanya menyerang kayu-kayu yang kering termasuk furniture. Cara penyerangan rayap kayu kering tidak mudah dideteksi sebab hidupnya terisolir didalam kayu yang berfungsi sebagai sarangnya. Tanda serangan rayap ini adalah terdapat butiran-butiran kecil halus kecoklatan. Rayap kayu kering dapat bekerja dalam kayu yang mempunyai kadar air 10% sampai 12% atau mungkin lebih rendah.

Kumbang Bubuk

Kumbang merupakan serangga paling aktif menyerang kayu dan menghancurkan beberapa jenis kayu dengan daya adaptasi yang tinggi. Ordo coleoptera merupakan bagian terbesar dari kelas Insecta yang terdiri dari 110 famili dan sembilan diantaranya merupakan faktor penting dalam deteriorasi kayu. Kumbang seringkali menyerang bambu, karena adanya kandungan pati yang merupakan makanan utama kumbang.

(21)

8

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Juli 2013 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah botol kaca berdiameter 5 cm dan tinggi 14 cm, timbangan elektrik, oven, desikator, gelas ukur, lembaran kawat, wadah plastik, paralon berdiameter 1.5 cm, kamera, jaringan kawat, aluminium foil, dan digital video microscope.

Bahan yang digunakan adalah Oriented Strand Board (OSB) dari bambu betung, andong, ampel, tali, dan hitam yang sebelumnya sudah diberikan perlakuan steam dan non steam dengan kadar perekat PF 10%. Contoh uji bambu dari masing-masing jenis sebagai kontrol, rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus), rayap tanah (Coptotermes curvignathus) yang aktif dan sehat, pasir steril, air mineral, alkohol, lilin, dan kapas.

Prosedur Pengujian

Pengujian Rayap Tanah

Contoh uji OSB berukuran 2.5 cm x 2.5 cm x 1 cm dan kontrol bambu yang dibuat secara acak tanpa memperhatikan perbedaan bagian pangkal, tengah, dan ujung dengan ukuran 2.5 cm x 2.5 cm x tebal menyesuaikan, dilakukan pengovenan selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC untuk mendapatkan berat awal contoh uji sebelum pengujian (W1).

Gambar 1 Penempatan OSB pada botol uji

(22)

9 Setelah 4 minggu botol uji dibongkar, dilakukan perhitungan rayap yang hidup. Sedangkan contoh uji dibersihkan dari kotoran yang melekat dan di oven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC kemudian ditimbang untuk memperoleh berat akhir (W2) untuk mendapatkan kehilangan berat contoh uji (WL).

Pengujian Rayap Kayu Kering

Contoh uji OSB berukuran 5 cm x 2.5 cm x 1 cm dan contoh uji kontrol bambu dengan ukuran 5 cm x 2.5 cm x tebal menyesuaikan yang dibuat secara acak tanpa memperhatikan perbedaan pada setiap bagian, lalu dilakukan pengovenan selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC untuk mendapatkan berat awal contoh uji sebelum pengujian (W1).

Pengumpanan dilakukan dengan meletakan paralon diatas contoh uji dengan posisi berdiri. kemudian direkatkan menggunakan lilin. Sebanyak 50 ekor rayap kayu kering dimasukan kedalam paralon. Kemudian paralon ditutup dengan kapas dan diletakan ditempat gelap selama 12 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap dalam paralon uji diamati.

Gambar 2 Penempatan contoh uji pada pengujian rayap kayu kering Setelah 12 minggu semprong uji dibongkar, dilakukan perhitungan rayap yang masih hidup. Sedangkan contoh uji kayu dibersihkan dari kotoran yang melekat dan di oven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC kemudian ditimbang untuk memperoleh berat akhir (W2).

Pengujian Kumbang Bubuk

Contoh uji OSB ukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm dan kontrol bambu dengan ukuran 5 cm x 2.5 cm x tebal menyesuaikan yang dibuat secara acak tanpa memperhatikan perbedaan pada setiap bagian, dilakukan pengovenan selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC untuk mendapatkan berat awal contoh uji sebelum pengujian (W1).

(23)

10

Contoh uji dimasukan ke dalam bak plastik, dengan susunan acak dan posisi mendatar. Bak plastik yang berisi contoh uji ditutup dengan lembaran kawat dengan ukuran lubang 0.5 cm x 0.5 cm kemudian diletakan diatas tumpukan papan partikel dan papan serat yang terserang kumbang bubuk kayu kering.

Setiap minggu bak plastik diamati apakah ada tanda-tanda serangan kumbang, dilihat dari ada atau tidaknya bubuk halus pada contoh uji. Setelah 31 minggu dilakukan pembongkaran serta identifikasi jenis kumbang yang menyerang. Sedangkan contoh uji kayu dibersihkan dari bubuk halus dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC kemudian ditimbang untuk memperoleh berat akhir (W2).

Perhitungan Hasil Pengujian

Kehilangan Berat OSB

Kehilangan berat dari hasil pengujian dinyatakan berdasarkan rata-rata penurunan berat, dengan menggunakan rumus:

WL = -Keterangan :

WL = Kehilangan berat contoh uji kayu (%)

W1 = Berat kering oven kayu sebelum diumpankan (gr) W2 = Berat kering oven kayu setelah diumpankan (gr)

Tingkat ketahanan contoh uji dengan indikator kehilangan berat dapat ditentukan dengan menggunakan klasifikasi berikut:

Tabel 5 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah

Kelas Ketahanan Kehilangan berat (%)

I Sangat tahan < 3.52

Tabel 6 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering

Kelas Ketahanan Kehilangan berat (%)

(24)

11

Mortalitas Rayap

Perhitungan moratalitas atau kematian rayap dihitung dengan rumus: MR =

Keterangan:

MR = Mortalitas rayap (%)

D = Jumlah rayap yang mati (ekor)

T = Jumlah rayap pekerja pada awal pengujian (ekor), yaitu: 200 pada pengujian rayap tanah dan 50 pada pengujian rayap kayu kering.

Analisis Data

Pengolahan data menggunakan program MS. Excel dan program SPSS 16.0 sebagai uji analisis statistik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu faktor A: jenis

μ : nilai rataan umum pengamatan

Ai : pengaruh faktor perlakuan strand yang digunakan pada taraf ke-i Bj : pengaruh faktor jenis bambu pada taraf ke-j

i : jenis perlakuan (1= steam dan 2= non steam).

j : jenis bambu (1=tali,2= hitam,3= andong,4= ampel,dan 5= betung) k : ulangan = 1,2,3,4 (uji rayap); ulangan = 1,2,3 (uji kumbang bubuk) (AB)ij : pengaruh interaksi jenis perlakuan ke-i dan jenis bambu ke-j.

εij : kesalahan percobaan dari jenis perlakuan ke-i, jenis bambu ke-j dan pada ulangan ke-k yang menyebar normal .

Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap respon maka dilakukan analisis keragaman, dengan kriteria sebagai berikut :

a). Jika Fhitung < dari Ftabel, maka Ho diterima atau perlakuan tidak memberikan pengaruh pada selang kepercayaan.

b). Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh pada selang kepercayaan

Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis ragam kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

(25)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehilangan Berat OSB terhadap Serangan Rayap Tanah

Pengujian dengan metode SNI 01.7207-2006 merupakan bentuk pengujian keawetan yang tidak memberikan pilihan makanan kepada rayap (no choice laboratory test), selain contoh uji yang diberikan kepada rayap (Arinana et al. 2012). Aktivitas makan rayap C. curvignathus dapat diamati dengan melihat kehilangan berat contoh uji OSB bambu yang diumpankan.

Berdasarkan hasil pengujian, persentase kehilangan berat (WL) OSB dari dua perlakuan memiliki nilai yang bervariasi yaitu pada perlakuan steam kehilangan berat OSB antara 2.63%-4.35% dengan nilai tertinggi pada OSB dengan jenis betung dan terendah pada jenis andong. Sedangkan pada OSB tanpa perlakuan nilai WL tertinggi yaitu pada OSB jenis ampel sebesar 8.53% dan nilai terendah pada jenis andong sebesar 3.22%. Lebih lanjut nilai kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Nilai Kehilangan berat akibat serangan rayap tanah

Hasil pengujian rata-rata nilai kehilangan berat perlakuan steam lebih kecil dibandingkan OSB tanpa perlakuan, menurut Hunt dan Garratt (1986) yang di acu dalam Iswanto (2008), akibat dari pengukusan (steam) strand adalah terbentuknya ikatan yang lemah antara noktah dengan torus, sehingga meningkatkan penetrasi perekat terhadap kayu sehingga ruang-ruang kosong terhadap kayu dapat terisi. Sehingga pada saat pengujian, rayap lebih mampu bertahan pada contoh uji yang memiliki sedikit penetrasi perekat.

Pengujian bambu kontrol dengan kulit permukaan luar menunjukan WL tertinggi yaitu pada bambu ampel sebesar 14.20% dan terendah bambu tali sebesar 3.63%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusmailina dan Sudiwangsa (1988) mengenai analisis sifat kimia bambu yang menuliskan bahwa kadar selulosa terbesar yaitu pada bambu betung 52.9%, tambu tali 52.1%, bambu andong 49.5%, dan bambu ampel 45.3%. Hal tersebut diduga adanya kandungan

3.70 4.00

Tali Hitam Andong Ampel Betung

(26)

13 kimia bambu yang berbeda tergantung kondisi lapang pertumbuahan, umur dari bambu, kadar air, ukuran contoh uji dan letak pada bagian batang.

Menurut tabel klasifikasi ketahanan kayu SNI 01.7207-2006 terhadap serangan rayap tanah, menunjukan kehilangan berat bambu yang diujikan meningkat pada jenis ampel dan andong setelah dijadikan OSB dengan atau tanpa perlakuan yaitu kelas IV (buruk) menjadi kelas III (sedang) - I (sangat tahan). Sedangkan pada jenis tali, hitam, dan betung tidak ada perbedaan kelas ketahanan setelah dijadikan OSB yaitu kelas ketahanan II (tahan).

Tabel 7 Analisis statistik kehilangan berat OSB terhadap serangan rayap tanah

Sumber keragaman JK DB KT F Sig.

Perlakuan 28.895 1 28.895 6.703 .015*

Jenis 42.358 4 10.589 2.456 .067

Perlakuan * Jenis 48.059 4 12.015 2.787 .044* Kesalahan percobaan 129.326 30 4.311

Total terkoreksi 248.638 39

Keterangan : JK: Jumlah Kuadrat, DB: Derajat Bebas, KT: Kuadrat Tengah,* = nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan analisis statistik (Tabel 7) hubungan perlakuan awal strand dan interaksi antara perlakuan dan jenis OSB memberikan pengaruh yang nyata sedangkan jenis bambu memberikan pengaruh sebaliknya. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perlakuan terhadap kehilangan berat maka dilakukan uji Duncan. Dari hasil uji Duncan, persentase kehilangan berat berada dalam wilayah atau

kelompok (Lampiran 1). Pada pengaruh interaksi, antara steam andong dan steam

ampel berbeda nyata dengan interaksi perlakuan dan jenis bambu lainnya.

Mortalitas Rayap Tanah

Perhitungan mortalitas rayap memiliki peranan penting untuk mengetahui pengaruh perekat sebagai bahan pengisi OSB bambu yang diujikan. Persentase mortalitas rayap pada pengujian dihitung dari banyaknya jumlah rayap yang mati selama pengujian. Nilai rata-rata mortalitas rayap pada OSB dengan perbedaan perlakuan yang diberikan pada strand penyusunnya, berkisar antara 96.38% sampai 100%, yaitu pada OSB steam mortalitas terendah pada jenis tali sebesar 98.38% dan 100% pada jenis ampel. Sedangkan pada OSB non steam nilai mortalitas tertinggi pada jenis betung sebesar 98.63% dan terendah pada jenis hitam yaitu 96.38%.

(27)

14

Gambar 5 Nilai mortalitas rayap tanah

Berdasarkan sidik ragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 8. ketiga jenis faktor yaitu perlakuan, jenis OSB bambu dan interaksi keduanya menunjukan pengaruh yang tidak nyata terhadap respon kematian rayap pada selang kepercayaan 95%.

Tabel 8 Analisis statistik mortalitas rayap tanah

Sumber keragaman JK DB KT F Sig.

Perlakuan 1210.000 1 1210.000 3.123 .087

Jenis 1660.000 4 415.000 1.071 .388

Perlakuan * Jenis 415.000 4 103.750 .268 .896

Kesalahan percobaan 11625.000 30 387.500

Total terkoreksi 14910.000 39

Keterangan : JK: Jumlah Kuadrat, DB: Derajat Bebas, KT: Kuadrat Tengah,* = nyata pada selang kepercayaan 95%.

Kehilangan Berat OSB terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

Aktivitas makan rayap C. cynocephalus pada contoh uji OSB dengan masa pengumpanan 12 minggu diantaranya ditunjukan oleh nilai rata-rata kehilangan berat. Secara skematis data dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai kehilangan berat tertinggi pada contoh uji OSB perlakuan steam adalah bambu hitam sebesar 0.92% sedangkan terendah pada OSB bambu tali sebesar 0.31%. Untuk OSB tanpa perlakuan strand kehilangan berat tertinggi yaitu pada OSB bambu hitam sebesar 1.33% dan terendah bambu andong 0.27%.

Pengujian keawetan juga dilakukan pada jenis bambu OSB yang diujikan sebagai kontrol sebagai pembanding kelas ketahanan dan mengetahui apakah pengujian yang dilakukan berhasil atau tidak. Pengujian bambu kontrol, dilakukan dengan dua perbandingan yaitu bambu dengan kulit dan bambu tanpa kulit luar.

98.7598.50 98.3896.38 99.50 99.13

98.25 98.50 98.63

Tali Hitam Andong Ampel Betung

(28)

15

Gambar 6 Nilai kehilangan berat akibat serangan rayap kayu kering

Hasil menunjukan kontrol bambu tanpa kulit memiliki kehilangan berat yang lebih tinggi yaitu nilai tertinggi sebesar 11.07% pada bambu andong, sedangkan pada kontrol bambu kulit persentase kehilangan berat tertinggi yaitu pada bambu hitam 9.88%. Menurut Nuriyatin (2000) menjelaskan bahwa jumlah ikatan vascular pada permukaan luar (outer part) bambu lebih banyak dibandingkan permukaan bagian dalam (inner part) bambu, sehingga kerapatan bambu lebih tinggi dibagian luar dibandingkan permukaan dalam bambu selain itu penyebaran pati akan lebih banyak dipermukaan bagian dalam bambu dibandingkan permukaan luar bambu.

Tabel 9 Analisis statistik kehilangan berat OSB terhadap serangan rayap kayu kering

Sumber keragaman JK DB KT F Sig.

Perlakuan 2.010 1 2.010 15.253 .000*

Jenis 2.205 4 .551 4.183 .008*

Perlakuan * Jenis .623 4 .156 1.182 .339 Kesalahan percobaan 3.953 30 .132

Total terkoreksi 8.790 39

Keterangan : JK: Jumlah Kuadrat, DB: Derajat Bebas, KT: Kuadrat Tengah,* = nyata pada selang kepercayaan 95%.

Menurut tabel klasifikasi ketahanan kayu SNI 01.7207-2006 berdasarkan nilai kehilangan berat terhadap serangan rayap kayu kering kontrol bambu tergolong ke dalam kelas IV (buruk) - III (sedang). Setelah dibuat produk OSB ketahanan meningkat, yaitu tergolong ke dalam kelas ketahanan I (sangat tahan).

0.31

Tali Hitam Andong Ampel Betung

R

STEAM NON STEAM Bambu Kulit Bambu Tanpa kulit

(29)

16

Hasil analisis secara statistik (Tabel 9) menunjukan perlakuan pendahuluan steam dan non steam memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon kehilangan berat seperti halnya jenis bambu. Namun interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kehilangan berat OSB akibat serangan rayap. Berdasarkan uji lanjut Duncan terhadap jenis bambu, jenis bambu tali berbeda nyata dengan bambu betung, hitam, andong dan ampel.

Mortalitas Rayap Kayu Kering

Perhitungan mortalitas rayap kayu kering ditentukan berdasarkan jumlah rayap kayu kering yang mati pada akhir pengumpanan. Semakin banyak rayap yang mati berarti semakin tinggi nilai mortalitasnya. Secara skematis pada Gambar 7.

Rata-rata nilai kematian (mortalitas) rayap pada OSB steam adalah 90.5%-100% yaitu dengan perolehan nilai terendah pada OSB ampel yaitu 90.5% dan tertinggi pada OSB bambu hitam. Sedangkan pada OSB tanpa perlakuan menunjukan mortalitas terendah yaitu pada OSB hitam sebesar 84.5% dan kematian rayap tertinggi pada OSB bambu betung sebesar 99%. Kematian rayap yang mencapai 100% diduga adanya emisi formaldehida yang terbentuk dari penggunaan perekat phenol formaldehida 10%. Menurut Ria (2009) adanya kandungan formaldehida yang bersifat racun pada perekat mengakibatkan tingkat mortalitas rayap tinggi.

Gambar 7 Nilai mortalitas rayap kayu kering

Selain itu, tingginya tingkat kematian rayap diduga karena rayap tidak menyukai makanan yang diumpankan. Rayap hanya di hadapkan pada satu pilihan memakan bahan makanan yang tersedia atau akan mati kelaparan. Sehingga dengan memilih contoh uji, rayap juga akan mati akibat racun pada formaldehida. Sedangkan kadar perekat yang lebih tinggi akan terjadi proses perekatan antara selumbar yang lebih baik karena penutupan selumbar oleh perekat dengan sempurna Pizzi (1983) dalam Hadi dan Febrianto (1991). Kondisi tersebut menyebabkan tidak ada celah bagi rayap untuk memakan contoh uji tanpa adanya

96.50 95.00

Tali Hitam Andong Ampel Betung

R

(30)

17 perekat. Dengan demikian rayap hanya dihadapkan pada satu pilihan, memakan bahan makanan yang tersedia yang mengandung racun formaldehida atau akan mati kelaparan. Pengujian pada bambu kontrol dengan kulit rata-rata diperoleh mortalitas sebesar 100% kecuali kontrol bambu betung sebesar 98.5% sedangkan pada bambu tanpa kulit tingkat kematian total lebih sedikit yaitu dengan nilai terendah sebesar 90% pada bambu hitam, sedangkan tingkat kematian tertinggi hanya pada kontrol bambu ampel dan andong.

Berdasarkan analisis ragam (Tabel 10) diperoleh bahwa faktor perlakuan, jenis OSB bambu, dan interaksi keduanya memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap respon nilai mortalitas rayap kayu kering pada selang kepercayaan 95%.

Tabel 10 Analisis statistik mortalitas rayap kayu kering

Sumber keragaman JK DB KT F Sig.

Perlakuan 78.400 1 78.400 .712 .406

Jenis 314.400 4 78.600 .714 .589

Perlakuan* Jenis 469.600 4 117.400 1.066 .391 Kesalahan percobaan 3304.000 30 110.133

Total terkoreksi 4166.400 39

Keterangan : JK: Jumlah Kuadrat, DB: Derajat Bebas, KT: Kuadrat Tengah,* = nyata pada selang kepercayaan 95%.

Identifikasi Kumbang Bubuk

Pengumpanan OSB steam dan non steam terhadap kumbang dilakukan selama 31 minggu dengan observasi mingguan. Serangan pertama terlihat jelas pada bambu kontrol pada minggu ke-18 dan 20, lalu bertambah sampai minggu akhir pengumpanan. Sedangkan pada contoh uji OSB, sebagian besar hanya ditemukan gejala kumbang pada bagian permukaan bawah berupa bubuk halus yang bertambah dari minggu ke-18, namun tidak ditemukan adanya kumbang sampai akhir pembongkaran kecuali pada OSB bambu betung non steam.

Gambar 8 Morfologi Anobium sp perbesaran 30 kali. tampak bagian atas (a), dan tampak bagian bawah (b)

(31)

18

kumbang bubuk Anobium sp. dari famili Anobidae (Gambar 8). Jenis ini merupakan jenis kumbang bubuk kayu kering yang banyak menyerang furniture atau kebanyakan sumber menyebutnya sebagai “woodworm”.

Salah satu jenis kumbang Anobium sp. yang tersebar luas di zona temperate di negara empat musim adalah Anobium puctatum dengan ciri-ciri panjang dewasa adalah 5–7 mm dan larva 10 mm, warna coklat kemerah-merahan gelap dan memiliki bulu seperti sisik kekuning-kuningan di bagian atas tubuh dan kulit sayap serta memiliki rahang coklat tua pada kepalanya. Larva dapat menyebabkan kerusakan hebat, karena mereka menggali kayu selama 5 hingga 10 tahun.

Kehilangan Berat OSB terhadap Serangan Kumbang Bubuk

Nilai rata-rata kehilangan berat OSB bambu pada perlakuan steam adalah 1.53%-2.48% dengan nilai tertinggi yaitu bambu andong dan terendah bambu hitam. Sedangkan nilai kehilangan berat terendah dari OSB non steam adalah bamboo betung sebesar 1.54% dan nilai tertinggi pada bambu andong sebesar 2.38%. Perolehan hasil selengkapnya dapat dilihat di Gambar 9.

Pada uji bambu kontrol kehilangan berat tertinggi yaitu pada bambu ampel sebesar 25.36%, dilanjut dengan bambu andong sebesar 17.89% dan terendah lumen bambu kemudian menyebabkan adanya sejumlah lubang jarum pada permukaan bambu.

Gambar 9 Nilai Kehilangan berat akibat serangan kumbang

Selain itu perlakuan pendahuluan steam pada strand bambu dapat meningkatkan penetrasi perekat dalam pembuatan papan komposit, sehingga dapat mencampur pati yang terkandung dalam bambu dan menyebabkan pasokan

(32)

19 makanan untuk kumbang atau larva bubuk dalam bambu berkurang dan kumbang bubuk/larva bubuk akan mati. Kehilangan berat pada OSB yang diumpankan diduga tidak hanya disebabkan oleh kumbang melainkan oleh rayap kayu kering hal ini dibuktikan dengan adanya butiran-butiran halus pada saat pengumpanan. Kelas ketahanan pada pengujian kumbang belum memiliki standar namun berdasarkan hasil pengujian nilai ketahanan bambu andong, ampel, dan betung meningkat secara signifikan setelah dijadikan OSB tanpa atau dengan perlakuan steam.

Tabel 11 Analisis statistika kehilangan berat OSB terhadap serangan kumbang

Sumber keragaman JK DB KT F Sig.

Perlakuan .076 1 .076 1.546 .228

Jenis 2.465 4 .616 12.541 .000*

Perlakuan * Jenis 1.216 4 .304 6.184 .002* Kesalahan percobaan .983 20 .049

Total terkoreksi 4.740 29

Keterangan : JK: Jumlah Kuadrat, DB: Derajat Bebas, KT: Kuadrat Tengah,* = nyata pada selang kepercayaan 95%.

Perlakuan pendahuluan pada strand berupa steam, salah satunya diharapkan mampu mengurangi zat ekstraktif yang terkandung dalam bambu, dengan demikian peluang bambu untuk diserang oleh kumbang bubuk akan berkurang karena sebagian zat ekstraktif berupa pati yang menjadi makanan utama kumbang akan berkurang. Namun berdasarkan hasil analisis statistik (Tabel 11) menunjukan perlakuan steam dan non steam memberikan pengaruh yang tidak nyata, hal ini diduga adanya pengaruh lain berupa pemakaian jenis perekat yang menyebabkan terganggunya aktivitas makan rayap pada OSB. Sedangkan jenis bambu dan interaksi keduanya menunjukan hubungan yang nyata terhadap respon kehilangan berat akibat serangan kumbang.

Berdasarkan uji lanjut Duncan, jenis bambu hitam berbeda nyata dengan jenis bambu lainnya. Sedangkan pada interaksi perlakuan dan jenis bambu menyatakan perlakuan steam hitam dan non steam betung berbeda nyata dengan interaksi perlakuan dan bambu lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(33)

20

tahan). Pengujian ketahanan OSB terhadap kumbang belum memiliki standar namun hasil penelitian menunjukan peningkatan ketahanan dari bambu menjadi OSB bambu. Kumbang yang menyerang adalah kumbang bubuk kayu kering jenis Anobium sp. dari famili Anobidae.

Rata-rata persentasi kehilangan berat OSB steam dari tiga jenis serangan organisme perusak memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan tanpa perlakuan. Setelah diuji analisis statistik, perbedaan perlakuan strand terhadap respon kehilangan berat berpengaruh nyata terhadap serangan rayap tanah dan rayap kayu kering, sedangkan pada serangan kumbang bubuk tidak berpengaruh nyata.

Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai ketahanan OSB bambu perlakuan steam dan non steam terhadap cuaca. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai keawetan OSB terhadap faktor perusak biologis lainnya yaitu terhadap serangan jamur perusak kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Anas A. 2012. Karakteristik bilah bamboo dan buluh utuh pada bambu tali dan bambu ampel [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Angin DEP. 2012. Sifat fisis dan mekanis bamboo oriented strand board (BOSB) pada berbagai jenis bambu dan kadar perekat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Apriani MT. 2012. Sifat fisis mekanis oriented strand board (OSB) tiga jenis bambu yang diberi perlakuan steam pada berbagai kadar perekat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arinana, Tsunoda K, Hadi YS, Herliyana EN. 2012. Termite-Susceptible Species of Wood for Inclusion as a Reference in Indonesian Standardized Laboratory Testing Insects 2012, 3, 396-401

[BSN] Badan Standarisasi Nasional.2005. Cara uji Emisi Formaldehida pada panel kayu Metode Desikator Gelas. SNI 01.7140-2005. Badan Standarisasi Nasional Jakarta.

Dransfield S, Widjaja EA. 1995. Plant Resources of South- East Asia No. 7: Bamboos. Bogor (ID)Yayasan Prosea.

Fatriasari W, Hermiati E. 2008. Analisis morfologi serat dan sifat fisis-kimia pada enam jenis bambu sebagai bahan baku pulp dan kertas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan.1(2) : 67-72.

Gusmailina, Sumadiwangsa S.1988. Analisis kimia sepuluh jenis bambu dari Jawa Timur. Jurnal Hasil Hutan. 5(5):290-293.

Hadi YS. 1991. Pengaruh perendaman dingin selumbar terhadap sifat fisis papan partikel meranti merah. Teknologi Buletin Jurusan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 13-16.

(34)

21 Iswanto AH. 2008. Sifat dasar kayu sentang (Melia excels Jack) dan pemanfaatan nya sebagai bahan baku oriented strand board [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[JSA] Japanese Standard Association. 2003. JIS A 5908: Particleboards. Jepang: Japanese Standard Association.

Krisdianto, Sumarno G, Ismanto A. 2005. Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan Bogor.

Kurniawan H. 2002. Sifat mekanis laminasi lengkung bambu betung (Dendrocalamus asper (Schultes.f) Backer ex Heyne) ,menggunakan perekat PVAc [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

LIPI. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Jawa. Pusat Penelitian Botani Herbarium Bogoriense. Bogor.

Manuhuwa M, Laiwatu M. 2006. Komponen Kimia dan Anatomi Tiga Jenis Bambu. http://unpatti-forester.net/kimia_bambu.pdf.[13 Januari 2013]. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya.

Muhammadiyah University Press. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nishimura T, Amin J, Ansell M P. 2004. Image analysis and bending properties

of model OSB as a function of strand distribution, shape and size. Journal of Wood Science and Technolgy 38: 297-309, USA : Springer Verlag.

Nuriyatin N. 2000. Studi analisa sifat-sifat dasar bambu pada beberapa tujuan penggunaan.[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nuryaman A, Massijaya MY, Hadi YS. 2008. Sifat fisis dan mekanis Oriented Strand Boards (OSB) dari akasia, ekaliptus, dan gmelina berdiameter kecil : pengaruh jenis kayu dan macam aplikasi perekat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(2): 60-66.

Purwaningsih A. 2012. Ketahanan oriented strand board bambu terhadap serangan rayap dan kumbang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahayu WM. 2012. Sifat fisis dan mekanis bamboo oriented strand board (BOSB) dengan perlakuan steam pada berbagai jenis bambu dan kadar perekat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ria DS. 2009. Ketahanan papan komposit dari limbah kayu anyaman bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult.f) Backer ex Heyne.) terhadap serangan rayap anah (Coptotermes curvignatus Holmgren) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Santoso MB. 2012. Sifat fisis mekanis oriented strand board (OSB) tiga jenis bambu pada berbagai kadar perekat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sastrapraja S, Wijaya EA, Prawiroatmojo S, Soenarko S. 1987. Beberapa Jenis Bambu. Peroyek Sumberdaya Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan.Bogor Simamora L. 2010. Perbandingan standar pengujian keawetan kayu terhadap

serangan rayap tanah skala laboratorium (SNI 01. 7207-2006 dan JIS K 1571-2004) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sudarnadi H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sumardi I. 2000. Kompregnasi phenol formaldehida sebagai usaha peningkatan kualitas kayu sawit (Eleis guineensis Jacq) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(35)

22

Suryokusumo S, N. Nugroho. 1994. Pemanfaatan Bambu Sebagai Bahan Bangunan : Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Bogor (ID) yayasan bambu lingkungan lestari.

Susilaning L, Suheryanto D. 2012. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN:1979-911X .Bogor (ID):IPB

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta: SNI 01.7207-2006.

[SBA] Structural Board Association. 2005. OSB Performance by Design: Oriented StrandBoard in Wood Frame Construction. TM422 Canada Tsoumis G. 1991. Science And Technology of Wood : Structure, Properties

Utilization. New York (ID): Van Nostrand Reinhold.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji lanjut Duncan nilai kehilangan berat OSB terhadap serangan rayap tanah

Perlakuan N Subset

1 2

Steam 20 3.480821

Non steam 20 5.18063

Interaksi N Subset

1 2 3

Steam_Andong 4 2.6317

Steam_Ampel 4 2.7243

Non steam_Andong 4 3.2155 3.2155

Steam_Tali 4 3.6973 3.6973

Non steam_Tali 4 3.8250 3.8250

Non steam_Hitam 4 3.8750 3.8750

Steam_Hitam 4 3.9973 3.9973

Steam_Betung 4 4.3533 4.3533

Non steam_Betung 4 6.4615 6.4615

Non steam_Ampel 4 8.5260

(36)

23

Non Steam_Betung 3 1.5323

Non Steam_Hitam 3 1.6143 1.6143

Steam_Andong 3 2.4810

(37)

24

(38)

25 Lampiran 5 Bentuk kerusakan OSB dan kontrol terhadap serangan rayap kayu

(39)

26

Bambu tanpa kulit

(40)

27 Lampiran 6 Bentuk kerusakan OSB dan control terhadap serangan kumbang

(41)
(42)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 1991 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan (Alm) Fauzi Ilyasmi dan Yanti. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cileungsi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2012 penulis memilih Bio-Komposit sebagai bidang keahlian.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan yakni menjadi anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB tahun 2009-2010, divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) tahun 2010-2011 dan 2011-2012, dan kepanitian FORESTER CUP 2011. Penulis pernah menghasilkan karya ilmiah dalam PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang di danai DIKTI pada tahun 2011 dan 2012. Selain itu selama masa kuliah penulis menerima beasiswa BBM dari tahun 2010-2012 dan beasiswa BUMN dari tahun 2012 sampai 2013.

Gambar

Tabel 1  Sifat fisis dan mekanis Oriented Strand Board (OSB)
Tabel 3 Analisis sifat fisis lima jenis bambu
Tabel 4  Analisis sifat mekanis lima jenis bambu
Gambar 4 Nilai Kehilangan berat akibat serangan rayap tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Pengujian Kehilangan Berat Papan Unting Dari Kayu akasia Terhadap Serangan Rayap Tanah.... Hasil Pengujian Kehilangan Berat Papan Unting Dari

Hipotesis dari penelitian ini terdiri dari (1) Shelling ratio papan yang tinggi dapat meningkatkan sifat mekanis OSB dengan perlakuan pendahuluan steam pada strand

Komposit dari Limbah Kayu dan Anyaman Bambu Betung ( Dendrocalamus asper (Schult f.) Backer ex Heyne) Terhadap Serangan Rayap Tanah ( Coptotermes curvignathus

Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi yang tepat adalah kombinasi CAC (Ampel, Andong, Ampel) dengan kadar perekat 3 %. Kata kunci: Kadar perekat,

Percobaan penanaman setek buluh secara horizontal dua buku clan vertikal satu buku dilakukan pada bambu betung, andong, temen (percobaan I), betung, hitam clan tali (percobaan