• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Lanskap Jalan

Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkunganjalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Departemen Pekerjaan Umum 1996).

Penataan lanskap jalan bertujuan memberikan keselamatan, kenyamanan bagi pemakai jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan visual di sekitar jalan. Penataan fasilitas jalan harus dapat memberikan pelayanan kepada pengguna baik pengendara kendaraan maupun pejalan kaki.

Menurut Simonds (1978), bahwa dalam lanskap kehidupan manusia tersusun atas jalan dan tempat, di mana jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan serta tempat sebagai pusat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah dan bersantai. Jalan sebagai jalur pergerakan merupakan suatu kesatuan secara keseluruhan, seharusnya bersifat lengkap, aman, efisien, serta dapat berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi dan penghubung. Di samping fungsi sebagai sarana transportasi jalan juga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dari satu titik ke titik lain melalui lanskap jalan yang ada.

Jalan menurut Dirjen Bina Marga (1980) adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas.

Jalan itu sendiri merupakan suatu kesatuan sis tem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki.

Berdasarkan UU RI No.13 tahun 1980, jalan dikelompokkan menurut peranannya menjadi tiga golongan yaitu:

(2)

a. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

b. Jalan kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul/

pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal, jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalam masuk tidak dibatasi.

Peraturan jalan No 13/1980 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tentang bagian-bagia jalan adalah:

a. Damaja (Daerah Manfaat Jalan) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk kontruksi jalan. Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

b. Damija ( Daerah Milik Jalan) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Dimanfaatkan untuk dama ja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu intas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.

c. Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan) merupakan ruas di sepanjang jalan di luar damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan. Dengan tujuan agar tidak mangganggu pandangan pengemudi dan kontruksi bangunan jalan.

2.2. Tata Hijau Lanskap Jalan

Penggunaan tanaman dalam lanskap dapat berupa tanaman semusim (annual plant), tanaman dua musim (biennial plant), dan tanaman tahunan (perennia l plant). Tanaman semusim adalah tanaman yang hidup hanya satu musim. Tanaman dua musim adalah tanaman yang siklus hidupnya dua kali, pertama pertumbuhan vegetatif dan musim kedua pertumbuhan generatif.

Sedangkan tanaman tahunan adalah tanaman yang hidupnya sepanjang tahun (Carpenter 1975).

(3)

Pemilihan tanaman dapat diklasifikasikan secara hortikulturis-ekologis, serta berdasarkan sifat fisiknya. Secara hortikulturis dan ekologis, meliputi: (1) syarat tumbuh dan toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit, pemangkasan dan sebagainya; (2) sifat penyebaranya; (3) sifat adaptasi.

Sedangkan klasifikasi secara fisik meliputi tujuan disain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma, dan sifat budidaya (Arifin 2001).

Menurut Nasrullah (1999), dasar pemilihan tanaman untuk daerah jalan adalah: (1) sesuai persyaratan tumbuh tanaman, (2) toleran terhadap polusi udara, (3) tipe jalan dan posisi pada bagian jalan, (4) pemeliharaan minimum; (5) sesuai dengan fungsi yang ingin dimunculkan, apakah keselamatan, kenyamanan, konservasi lingkungan atau estetika.

Dalam pemilihan tanaman pertama yang harus diperhatikan adalah persyaratan tumbuh tanaman, yang mencakup adaptasi tanaman terhadap lingkungan hidupnya. Tanaman pada lingkungan jalan dipilih tanaman yang dapat mengurangi polusi udara, sehingga dapat memperbaiki kondisi lingkungan.

Sedangkan tipe jalan berkaitan dengan kecepatan kendaraan dan luas damija yang tersedia untuk penanaman. Pada jalan lokal tanaman yang dipilih adalah tanaman yang dapat tumbuh pada lahan yang sempit dan dapat memberi naungan dan menyajikan keindahan, sehingga tanaman dapat memberi kenyamanan bagi pengemudi atau pejalan kaki. Pada jalan arteri dan kolektor dengan damija yang lebih luas, maka pemilihan tanaman lebih luas, sehingga segenap fungsi- fungsi penanaman dapat diefektifkan. Dalam pemilihan tanaman untuk jalan dipilih tanaman yang pemeliharaannya tidak intensif (Nasrullah 1999).

Kriteria tanaman jalan dalam kota (Nasrullah 1999) adalah: (1) pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi < 15 m; (2) bentuk tajuk bulat atau kolumnar; (3) tinggi cabang paling bawah 5 m; (4) tidak membahayakan bagi pengguna jalan; (5) perakaran tidak ekstensif; (6) berdaun kecil sampai sedang dan tidak menggugurkan daun secara serempak; (7) baik pohon dan semak memiliki karakter fisik yang menarik seperti warna daun maupun bunga; (8) menghindari penggunaaan tanaman yang membutuhkan pemeliharaan secara intensif.

(4)

Tanaman yang dikomposisikan dalam daerah jalan dapat difungsikan (Nasrullah1999) sebagai berikut:

a. Fungsi kenyamanan: tanaman jalan meningkatkan kenyamanan dengan memperbaiki iklim mikro, menurunkan temperatur jalan dan memberikan naungan kepada pejalan kaki.

b. Fungsi keselamatan pengemudi: tanaman dapat memberikan petunjuk arah lurus atau belokan jalan atau mengarahkan pengemudi kesuatu pemberhentian.

c. Fungsi mencegah kecelakaan: tanaman jalan dapat mengurangi silau sinar matahari atau lampu kendaraan.

d. Fungsi estetika: tanaman yang dikomposisikan dengan baik akan memberikan keragaman pemandangan, sehingga dapat mencegah suasana monoton pada jalan. Disamping itu tanaman dapat memberi identitas lokasi yang penting dalam pembentukan mental map pengemudi. Tanaman juga dapat memberi harmoniai pemandangan dengan lingkungan sekitar, dalam hal ini tanaman dipergunakan untuk menutup pemandangan yang tidak menarik, sebaliknya tanaman juga dipergunakan untuk membingkai pemandangan yang menarik.

e. Fungsi konservasi lingkungan: tanaman dapat mencegah erosi.

f. Fungsi Harmonisasi dengan lingkungan: pemilihan tanaman harus dapat mengurangi dampak negatif jalan seperti polusi udara dan kebisingan, serta memberi keindahan kepada pemakai jalan dan masyarakat di sekitar jalan.

Menurut Departeman Pekerjaan Umum (1996), hal- hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan adalah:

1. Pada jalur tepi jalan

Jalur tanaman pada daerah ini diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur penanaman.

2. Pada Jalur tengah (median)

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,80 m, sedangkan lebar ideal adalah 4-6 m.

3. Pada daerah tikungan

Persyaratan yang harus diperhatikan dalam penempatan dan pemilihan jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan dan ruang bebas

(5)

samping ditikungan. Tanaman rendah (perdu/semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimum 0,8 m yang ditempatkan pada ujung tikungan.

4. Pada daerah persimpangan

Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lanskap jalan adalah adanya daerah bebas pandang yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi.

Berikut adalah contoh penanaman tanaman pada lingkungan jalan.

Penanaman berdasarkan letak penanaman, fungsi tanaman pada daerah jalan, dan bentuk penanaman.

Tabel 1 Kriteria Fungsi Tanaman, bentuk Poho n dan Pola Penanaman

Fungsi Bentuk

a. Peneduh

- Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m)

- Percabangan 5 m di atas tanah

- Bentuk percabangan batang tidak merunduk - Bermassa daun padat

- Ditanam sedara berbaris

- Contoh: kiara payung (Filicium deficiens), tanjung (Mimusops elengi), angsana (Pterocarpus indicus)

b. Penyerap polusi udara

- Terdiri dari pohon, semak/perdu - Memiliki ketahanan tinggi terhadap

pengaruh udara - Jarak tanam rapat - Bermassa daun rapat

- Contoh: angsana (Pterocarpus indicus), akasia daun besar (Accasia mangium), oleander (Nerium oleander), Bogenvil ungu (Bougenvilea glabra), teh-tehan (Acalypha microphylla)

(6)

Tabel 1 Lanjutan c. Pereduksi kebisingan

- Terdiri dari pohon, perdu/semak - Membentuk massa

- Bermassa daun rapat - Berbagai bentuk tajuk - Contoh:

tanjung (Mimusa elengi),

kiara payung (Filicium decipiens),

teh-tehan (Acalypha microphylla), kembang sepatu (hibiscus rosasinensis), bogenvil ungu (Bogenvilea glabra), oleander (Nerium oleander)

d. Pembatas pandang/visual - Tanaman tinggi, perdu/semak - Bermassa daun padat

- Ditanam berbaris/massal - Jarak tanam rapat

- Contoh: bambu pagar (Bambusa multiplek), cemara angin(Cassuaria equisetifolia), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), oleander (Nerium oleander)

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)

Tabel 2 Jalur penanaman pada median jalan

Fungsi Bentuk

a.Penahan silau lampu kendaraan - Tanaman perdu/semak

- Ditanam rapat - Ketinggian 1,5 m - Bermassa daun padat

- Contoh: bogenvil orange (Bogenvilea spectabilis), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensid), oleander (Netrium oleander), nusa indah (Mussaenda erytthrophylla)

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)

(7)

Tabel 3 Penanaman pada daerah tikungan/ persimpangan

Fungsi Bentuk

a. Pengarah

- Tanaman Pohon atau perdu dengan tinggi >2 m

- Ditanam secara massal atau berbaris

- Jarak tanam rapat

- Untuk tanaman perdu/semak dipilih tanaman yang berwarna hijau muda

- Contoh:

Pohon:

cemara angin (Cassuaria equisetifolia),

mahoni (Switenia mahagoni), hujan mas (Cassia multijuga), kembang merak (Caesalphinia pulcherrima), kol banda (Pisonia alba)

Semak:

akalipa (Acalypha microphilla), pangkas kuning (Duranta repens) g. Pembentuk pandangan

- Tanaman tinggi >3 m - Pada bagian tertentu dibuat

terbuka

- Diutamakan tajuk konikal atau kolumnar

- Contoh:

Pohon:

cemara (Cassuaria equisetifolia), glodokan tiang (Polyaltea

fragrans),

bambu pagar (Bambusa multiplek), Semak:

akalipha (Acalypha microphylla) pangkas kuning (Duranta repens)

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)

(8)

2.3. Evaluasi Tata Hijau

Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga hal- hal yang sudah diputuskan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langkah- langkah alternatif perbaikan bagi kelemahan tersebut (Eliza 1997). Evaluasi tata hijau lanskap jalan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga penataan tanaman yang telah direncanakan pada daerah jalan, untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penataan tanaman tersebut dan kemudian menentukan langkah- langkah alternatif untuk memperbaiki kelemahan penataan tanaman lanskap jalan tersebut.

2.4. Konsep Pengembangan Lanskap Jalan

Simonds (1983), menyatakan bahwa lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu dimana elemen-elemen lanskapnya dibagi menjadi dua yaitu elemen lanskap utama dan elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen lanskap yang dominan dan tidak dapat diubah, seperti bentukan gunung, sungai, pantai dan sebagainya. Sedangkan elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah seperti bukit-bukit, semak, sungai kecil dan sebagainya.

Perencanaan lanskap merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan dan seni untuk penyusunan kebijakan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan dimasa yang akan datang. Ketidak berhasilan suatu perencanaan disebabkan kurang mendalamnya penghayatan terhadap tapak dan kurang diperhatikannya aspek sosial khususnya pengguna. Penghayatan terhadap tapak merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi tapak. Pemahaman ini meliputi keadaan tanah, topografi, iklim, vegetasi, satwa, dan sebagainya (Simonds 1983).

Menurut Simonds (1983), bahwa dalam perencanaan lanskap meliputi empat tahap proses perencanaan yaitu Commission, Research (pengumpulan data), analysis, syntesis, contruction (pelaksanaan) dan operation (pemeliharaan).

Prinsip yang biasa digunakan dalam perencanaan lanskap adalah mengeliminasi elemen-elemen yang jelek dan menonjolkan elemen-elemen yang baik, dimana

(9)

karakter tapak yang menarik harus diciptakan dan dipertahankan menjadi satu kesatuan yang harmonis.

Menurut Reid (1993), prinsip desain terdiri dari Unity sebagai unsur penyatu; Harmony sebagai unsur penyelaras; Simplicity sebagai unsur kesederhanaan yang dicapai dengan mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang tidak perlu; Emphasis atau dominasi adalah menitikberatkan pandangan pada elemen atau pola tertentu; Balance sebagai unsur penyeimbang; Scale and Proportion yang mengacu pada perbandingan relatif antara ketinggian, panjang, luas, massa, dan volume; dan Sequence atau keberlanjutan adalah unsur yang berhubungan dengan pergerakan.

Menurut Booth (1987), faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas estetik suatu perencanaan tanaman adalah ukuran, bentuk, dan tekstur. Ukuran tanaman merupakan karakteristik visual penting unsur tanaman, karena ukuran tanaman secara langsung mempengaruhi ukuran ruang, daya tarik komposisi dan keseluruhan kerangka kerja perancangan. Bentuk tanaman, yang merupakan faktor membentuk struktur komposisi tanaman yang dapat mempengaruhi kesatuan dan keanekaragaman, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan menyelaraskan tanaman dengan unsur-unsur padat lain dalam perancangan.

Warna tanaman dapat memberikan karakter pada ruang. Warna-warna terang menimbulkan suasana cerah dan menyenangkan, sedangkan warna gelap mengesankan suasana suram/gelap.

Gambar

Tabel 1 Kriteria Fungsi Tanaman, bentuk Poho n dan Pola Penanaman
Tabel 2 Jalur penanaman pada median jalan
Tabel 3 Penanaman pada daerah tikungan/ persimpangan

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah dapat dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air limbah. Proses memasukkan udara atau oksigen murni

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan

Sebagai syarat tempat tumbuh tanaman murbei, diperlukan tanah dengan tekstur tanah lempung, lempung berliat, dan lempung berpasir (Atmosoedarjo et al. cathayana L.) dapat tumbuh

Studi kemampuan tanaman tepi jalan raya dalam menyerap polusi udara (NOzJ [laporan riset). Jakarta: Dewan Riset Nasional, Kantor Menteri Riset dan Teknologi.

Dari hasil penelitian terhadap beberapa tanaman pertanian menunjukkan tanaman yang diberi mikoriza tumbuh lebih baik dan meningkatkan hasil tanaman dibandingkan

Jumlah daun yang terbentuk setiap tahun pada tipe ini lebih banyak dari pada tipe dura, tetapi ukurannya lenih kecil (Semangun dan Lahija, 1985). Persyaratan Tumbuh Tanaman

(1997) diacu dalam Wasis (2006) tanaman Acacia mangium yang tumbuh pada tanah yang kekeringan akan mempunyai fotosintesa lebih rendah dibandingkan dengan yang tumbuh pada lahan

Gulma adalah tumbuhan penganggu (bukan tumbuhan yang sengaja dibudidayakan) yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya atau tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok