0
1 ANALSIS SOSIO-YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG
DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di BAPAS Anak Kelas II Gorontalo)
SRI SEPTIANI ARBIE Pembimbing :1) Dr. Fence M. Wantu , SH., MH
2) Zamroni Abdussamad, SH,MH ABSTARK
Penelitian ini guna menganalisis sosio-yuridis terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan anak di bawah di Kota Gorontalo dengan studi penelitian di BAPAS Kelas II Gorontalo.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sosio-yuridis terhadap tindak pidana pencurian yang di dilakukan anak di bawah umur di Kota Gorontalo Serta mengetahui sejauh mana reaksi masyarakat terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan anak di bawah umur di Kota Gorontalo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologiyuridis.Sosiologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris guna menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara hukumdengan gejala-gejala sosial lainya.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa tindak pidana pencurian yang disangkakan / didakwakan kepada terdakwa telah diakui dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan dari pihak manapun.Faktor yang melatar belakangi terjadinya tindak pidana adalah sebagai seorang anak, terdakwa yangseharusnya duduk dibangku sekolah karena keterbatasan ekonomi akhirnya terdakwa tidak lagi sekolah, sehingga terdakwa banyak memiliki waktu senggang yang tidak digunakan terdakwa untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif.terdakwamerupakan salah satu tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah karena Ayah Tiri terdakwa dan ibu kandung terdakwa tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga untuk menafkahi keenam orang anaknya setiap hari dibebankan kepada terdakwa sebagai anak sulung.
Kata Kunci : Tindak Pidana, Pencurian oleh Anak dibawah Umur
2 Latar Belakang
Anak merupakan bentuk investasi yang menjadi indikator keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan anak akan menentukan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang, serta merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumber daya yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan di masa datang. 1 Anak juga merupakan salah satu bagian dari kelompok masyarakat yang sangat rentan dan mudah terpengaruh oleh hal-hal baru yang menarik baginya. Anak belum bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk, apalagi anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan masih mencari jati dirinya. Apabila hal demikian disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab maka, rusak pulalah moral anak tersebut. Undang-undang perlindungan anak tidak menjamin seorang anak terhindar dari suatu kejahatan. Fakta menunjukkkan bahwa semua tipe kejahatan anak semakin bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan zaman. Kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Di Indonesia telah terdapat beberapa perangkat hukum yang mengatur tentang hukum bagi anak, bukan hanya sebagai korban dari suatu kejahatan tapi juga sebagai pelaku kejahatan. 2
Akhir-akhir ini marak terjadi tindak pidana pencurian di sebabkan oleh faktor pendidikan, keterbatasan ekonomi, lingkungan keluarga serta lingkungan pergaulan. Tindak pidana pencurian berdasarkan faktor di atas banyak terjadi di kota besar tidak terkecuali di kota gorontalo, seperti hasil observasi yang dilakukan peneliti di Balai Pemasyarakatan , termasuk kasus tentang tindak pidana pencurian yang dilakukan anak dibawah umur yang menyebabkan anak tersebut melakukan perbuatan yang merugikan pribadi dan masa
1
Solehudin, Jurnal, 2013, Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Yang Bekerja di Bidang Konstruksi (Studi di Proyek Pembangunan CV. Karya Sejati Kabupaten Sampang), hal. 5.
2
Ibid, hal. 88.
3 depannya.Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua. Ini semua telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. 3
Selain itu orang tua seharusnya membimbing anak untuk melakukan perbuatan yang baik agar berguna bagi bangsa, dan seorang anak perlu untuk mendapatkan jaminan hidup berupa Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial.
Pendidikan adalah hal yang utama dari pembangunan karakter sikap dan pikiran anak-anak melalui pendidikan mereka dapat mengetahui dan mempelajari hal-hal yang baru sehingga nantinya dapat berimplikasi terhadap kehidupan mereka kedepanya. 4
Menurut Sudarsono, bahwa: Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja seyogianya diupayakan penanggulangannya secara sungguh-sungguh dalam arti penanggulangan yang setuntas-tuntasnya. Upaya ini merupakan aktivitas yang pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah-pisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesional yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari suatu kondisi menuju kondisi yang lain. 5
Inilah yang kemudian menjadi dasar mengapa perlu ada perlakuan yang khusus kepada anak baik anak sebagai korban ataupun anak sebagai pelaku tindak pidana, makanya perlu ada perhatian khusus terhadap anak mengingat anak adalah calon generasi penerus bangsa yang sudah seharusnya diberikan perhatian dan perlakuan yang lebih khusus bukan hanya oleh orang tua tetapi juga oleh pemerintah.
3
Soerjono Soekanto, 2010, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Penerbit. PT RajaGrafindo Persada Jakarta.
4
Aditya-trihutama.blogspot.com/2010/12/anak-anak-indonesia-harapan-masa- depan.html?m=1 (diakses tgl 19 februari 2015).
5
Sudarsono, 2008, Kenakalan Remaja, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 5.
4 Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik menuangkanya dalam penelitian dengan judul “ANALISISSOSIO-YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DI LAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di BAPAS Kelas II Gorontalo)”.
Rumusan masalah
1) Bagaimana analisis sosio-yuridis tindak pidana pencurian yang dilakukan anak di bawah umur di kota gorontalo?
2) Bagaimana reaksi masyarakat terhadap anak melakukan tindak pidana pencurian di kota gorontalo ?
Metode Penulisan
Pada metode penulisan ini peneliti menggunakan metode pendekatan sosiologi yuridis,Sumber data menggunakanData Primer dan data sekunder. Data primerYaituData yang diperoleh di lapangan dengan melakukan wawancara terhadap responden yang dipilih sesuai dengan mengajukan pertanyaan yang terstruktur, Sedangkan Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada .6 Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara dan Tekhnik analisis data menggunakan metode derskriptif.
Pembahasan Gambaran Umum
Sejarah Balai Pemasyarakatan Klas II Gorontalo
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Klas II Gorontalo dibentuk sesuai Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.07.PR.07.03 Tahun 2003, Tanggal 16 April 2003 dan beroperasi sejak tanggal 4 November 2003 Ketika Pejabat Kepala Balai Pemasyarakatan Klas II Gorontalo
6
Amirud dan Zainal Asikin, 2013, Pengantar Metode Penelitian Hukum.PT. RajaGrafindo
Persada. hlm. 119.
5 dilantik oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Gorontalo.
Jumlah Petugas yang ada di Balai Pemasyarakatan Klas II Gorontalo adalah sebanyak 30 Orang.
Visi dan Misi Visi
Maju dan Sukses Misi
1. Mewujudkan Pegawai Yang Bertakwa, Berdisiplin, Profesional dan Berdedikasi
Mewujudkan Tugas Pokok dan Fungsi Bapas Yang Objektif, Akurat, Efektif dan Efisien
Analisis Sosio-Yuridis Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan Anak di Bawah Umur di Kota Gorontalo
Kasus dan Analisis Kasus
a. Identitas Tersangka dan Saksi-saksi:
1. Tersangka :
Nama : A.D
Alias R
Tempat / tanggal lahir : Desa Bulota, 06 Januari 1999
JenisKelamin : Laki-Laki
A g a m a : Islam
Pendidikan : SD (Tidak Tamat)
Suku bangsa / warga negara : Gorontalo / Indonesia
6
Pekerjaan : Pemulung
A l a m a t : Desa Bulota Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo
2. Orang Tua
Ayah Kandung :
Nama : R.R
Keterangan : Berpisahdenganibukandung
Pada tahun 2000 Ibu Kandung :
Nama : M. M
Tempat / Tanggal lahir / Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa / Warga Negara : Gorontalo / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IbuRumahTangga
Alamat : DesaBulotaKecamatanTalaga
JayaKabupatenGorontalo
Keterangan : Telah berpisah dengan ayah kandung KlienTahun 2000 Ayah Tiri :
Nama : Y.D
Tempat/Tanggal lahir/Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD (Tidak Tamat)
Suku Bangsa / Warga Negara : Gorontalo / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Pemulung
Alamat : DesaBulotaKecamatanTalaga
Jaya KabupatenGorontalo
7 Keterangan : Suami kedua dari ibu kandung
tersangka 3. Identitas Korban
Nama : F.T
Tempat / Tanggal lahir / Umur : Tahuna, 25 November 1979
Agama : Islam
Suku Bangsa / Warga Negara : Gorontalo / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Alamat : KelurahanBiawao
Analisis Kasus dari Aspek Sosiologis
Kasus tindak pidana “Pencurian dengan Keadaan Memberatkan” yang dilakukan oleh terdakwa AD alias R jika dianalisis dari aspek sosiologi hukum bahwa perbuatan terdakwa dapat dikatakan dipengaruhi faktor dari luar diri terdakwa.
Hal ini dapat diketahui dari latar belakang kehidupan dan keadaan lingkungan terdakwa.
Adapun yang menjadi faktorpenyebab terjadinya tindak pidana berdasarkan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (LITMAS) yang dibuat oleh Nani Siba, SH, petugas Pembimbing Kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Gorontalo tertanggal 07 Mei 2014 untuk sidang pengadilan anak dengan terdakwa AD alias R adalah sebagai berikut :
a. Faktor yang berasal dari diri terdakwa :
Sebagai seorang anak, terdakwa seharusnya duduk dibangku sekolah, namun karena keterbatasan ekonomi, maka terdakwa tidak lagi sekolah, sehingga terdakwa banyak memiliki waktu senggang yang tidak digunakan terdakwa untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif
terdakwa ingin membantu ibu kandungnya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari terutama untuk memberi makan ke 5 orang adik tirinya yang masih kecil.
b. Faktor yang berasal dari Lingkungan Keluarga terdakwa:
8
Ayah Tiri terdakwa dan ibu terdakwa tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga tidak mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.
Ayah Tiri terdakwa dan ibu terdakwa tidak memiliki pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhanhidup keenam orang anaknya setiap hari sehingga terdakwa sebagai anak sulung terpanggil untuk membantu.
Ayah terdakwa sering memaksa terdakwa untuk mencuri agar bisa membiayai keluarganya, apabila terdakwa tidak menuruti kemauan ayah dan ibunya, terdakwa akan dipukul oleh ayahnya.
c. Faktor yang berasal dari Lingkungan Pergaulan terdakwa:
Setelah diajak mencuri pertama kalinya oleh teman sepermainannya Lk.
A.H, terdakwa pun mulai berani melakukan perbuatan tersebut di lokasi dan waktu yang berbeda.
d. Faktor yang berasal dari Tempat Kejadian Perkara :
Rumah / Lokasi tempat Klien mencuri dalam keadaan sepi karena penghuni rumah sedang keluar rumah sehingga Terdakwa dengan leluasa melakukan pencurian di rumah tersebut. 7
Analisis Kasus dari Aspek Yuridis
Kasus tindak pidana “Pencurian dengan Keadaan Memberatkan” yang dilakukan oleh terdakwa AD alias R yang berumur 14 tahun termasuk kasus kenakalan anak sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 2 UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Sehingga dalam proses hukumnya memakai ketentuan dalam undang-undang pengadilan anak.
Dalam kasus tersebut yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Gorontalo dengan hakim anak tunggal yaitu Noldy Surya Takasanakeng, SH dan Panitera Pengganti yaitu Suwarno Naue, SE. Dalam hal proses pemeriksaan persidangan bahwa yang hadir dalam sidang terbuka untuk umum adalah terdakwa, para saksi, orang tua tedakwa dan pembimbing pemasyarakatan adalah sesuai dengan
7
Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Limas) Untuk Sidang Pengadilan Anak, Perkrara
Pencurian No: a2.25/2013. hlm. 3.
9 ketentuan UU Pengadilan Anak dan UU Perlindungan Anak guna menghindari labelisasi dan harga diri terdakwa yang dibawah umur.
Hakim anak dalam kasus ini sebelum memutus perkara telah mempertimbangkan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (LITMAS) yang dibuat oleh Nani Siba, SH, petugas Pembimbing Kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Gorontalo tertanggal 07 Mei 2014, adalah telah sesuai juga dengan ketentuan UU Pengadilan Anak. Pertimbangan tersebut berkaitan dengan hal-hal yang membertakan dan yang meringankan terdakwa.
Hal-hal yang memberatkan terdakwa adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum;
2. Perbuatan terdakwa merugikan saksi F.T 3. Terdakwa pernah dihukum.
Sementara hal-hal yang meringankan terdakwa adalah:
1. Terdakwa mengakui terus terang perbuatan dan tidak berbelit-belit dalam memberikan keterangan;
2. Tedakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut;
3. Terdakwa masih muda dan diharapkan dapat memperbaiki perbuatannya dikemudian hari.
Berdasarkan konstruksi hukum atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang disusun secara tunggal dimana terdakwa AD alias R terbukti melakukan tindak pidana dengan melanggar pasal 363 ayat (1) ke 5 KUHPidana yang mempunyai unsur- unsur sebagai berikut:
1. Unsur barang siapa;
2. Unsur mengambil suatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum;
3. Unsur yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai
pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong, atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah atau jabatan palsu;
10 Kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh terdakwa AD alias R tersebut di atas sesungguhnya membutuhkan perhatian yang serius berupa perlindungan hukum sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 59 Undang-undang tentang Perlindungan Anak. Pertimbangan ini tidak lain karena terdakwa masih tergolong di bawah umur sehingga secara sosiologis dan psikologis belumlah berkamampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Apalagi terdakwa dalam melakukan tindak pidana tersebut berdasarkan perintah orang tua untuk melakukan pencurian.
Reaksi Masyarakat Terhadap Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan Anak di Bawah Umur di Kota Gorontalo
Kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh terdakwa AD alias R tersebut di atas telah menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, sebagaiman hasil penelitian yang dilakukan peneliti, bahwa reaksi tersebut diantaranya adalah:
a. Pihak Terdakawa dan Keluarga Terdakwa
Pihak keluarga Terdakwa dalam hal ini ibu kandung Terdakwa berharap agar perkara Terdakwa ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Namun apabila perkara Terdakwa tetap dilanjutkan proses hukumnya, beliau berharap Terdakwa bisa diberikan hukuman seringan-ringannya karena Terdakwa merupakan salah satu tulang punggung keluarga yang diharapkan ibunya untuk meringankan beban ekonomi keluarganya. Ibu kandung berjanji agar peristiwa seperti ini tidak akan terulang lagi dan akan lebih memberikan perhatian kepada Terdakwa. 8
b. Pihak Korban
Pihak Korban dalam hal ini Pr. F.T menyatakan bahwa pada dasarnya mereka tidak keberatan lagi terhadap perkara yang dilakukan Terdakwa bahkan mereka juga turut prihatin dengan latar belakang keadaan ekonomi dan kehidupan keluarga Terdakwa. Meski demikian pihak korban belum bersedia membuat surat pernyataan damai karena perkara Terdakwa masih terkait dengan perkara yang dilakukan oleh ayah tiri Terdakwa sehingga pihak korban ingin memberi
8
Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Limas) Untuk Sidang Pengadilan Anak, Perkrara
Pencurian No: a2.25/2013. hlm. 6-7.
11 efek jera kepada Terdakwa agar Terdakwa tidak mengulangi perbuatannya di masa yang akan datang. 9
c. Pihak Warga Masyarakat.
Warga masyarakat setempat dalam hal ini tetangga Terdakwa Pr. S. berharap perkara ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan mengingat usia Terdakwa yang masih dibawah umur. Disamping itu agar Terdakwa tetap diberikan efek jera atas perbuatan yang dilakukannya, namun tanpa harus melalui pemidanaan berupa pemenjaraan. Alasannya, menurut beliau prilaku Klien pada umumnya baik dan Terdakwa cukup rajin bekerja. Sayangnya, beban ekonomi keluarga Klien yang dibebankan kepada Terdakwa karena kedua orangtua Terdakwa tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga memicu Terdakwa akhirnya terlibat tindak pidana pencurian. 10
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Kota Gorontalo Syarifudin Mateka yang diwawancarai Penulis, menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan tersangka menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah kota Gorontalo, penegak hukum, masyarakat intelektual, pemuda dan semua kita harus ikut bertanggung jawab. “Peristiwa ini kalau saya pelajari tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab kita semua, dank karena itu kedepan, kami berharap agar pemerintah kota dapat memperharikan tingkat kesejahteraan masyarakat miskin,”. 11
d. Pihak Pemerintah
Pihak Pemerintah dalam hal ini di wakili oleh Bapak A.H selaku Kepala Desa Desa Bulota Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo mengharapkan agar masalah ini dapat diselesaikan secara musyawarah karena mengingat Terdakwa yang masih muda dan perkara yang dilakukan Klien dilatar belakangi karena tekanan ekonomi keluarga yang cukup memprihatinkan. 12
9
Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Limas) Untuk Sidang Pengadilan Anak, Perkrara Pencurian No: a2.25/2013. hlm. 6-7.
10
Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Limas) Untuk Sidang Pengadilan Anak, Perkrara Pencurian No: a2.25/2013. hlm. 6-7.
11
Wawancara, Syarifudin Mateko, Kota Gorontalo, 1 Agustus 2015.
12
Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Limas) Untuk Sidang Pengadilan Anak, Perkrara
Pencurian No: a2.25/2013. hlm. 6-7.
12 e. DPRD Bone Bolango
1. Ronal Kalibasa (Komisi 2 bagian Ekonomi)
“Pemerintah harus memberikan modal usaha ke masyarakat miskin.
Pemerintah masih loyo dalam hal memperhatikan ekonomi masyarakat dalam hal memberikan dan buktinya kasus tersebut muncul”. 13
2. Faisal Mohi SE (Komisi 1 bagian Pemerintah)
“Lebih kritik ke Pemerintah mengenai pendidikan anak agar tidak ada lagi masyarakat kota yang minim pengetahuan utamanya menyangkut tentang sadar hukum. Pemerintah desa harus lebih pro aktif dalam hal mendata warga miskin untuk dimasukan dalam warga penerima bantuan dri pemerintah. Pengurus di desa mengawasi kinerja pemerintah desa”. 14 f. KNPI Kota Gorontalo
Terhadap peristiwa yang dialami terdakwa AD alias R tersebut di atas, juga mengundang keprihatinan kalangan pemuda yang ada di Kota Gorontalo. Sebut saja pengakuan salah seorang Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Gorontalo, Opan Kidamu yang diwawancarai peneliti mengaku sangat menyayangkan peristiwa tersebut.
Sejatinya kata Opan, orang tua bertanggung jawab penuh terhadap masa depan anak-anaknya bukan kemudian melibatkan mereka pada persoalan hukum.
“Ini saya kira perlu mendapat perhatian serius dari semua kalangan, bahwa masih ada saudara kita yang butuh bimbingan termasuk dalam pemuhuhan ekonomi. Karena saya meyakini peristiwa tindak pidana ini akar persoalannya terletak pada ekonomi yang menghimpit keluarga tersebut”. 15
13
Hasil wawancara Ronal Alibasa/Anggota DPRD Komisi II Bagian Ekonomi.
14
Hasil wawancara Faisal Mohi SE /Anggota DPRD Komisi I Bagian Pemerintah.
15