• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KOTA MEDAN. Nesyandri Sidauruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KOTA MEDAN. Nesyandri Sidauruk"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN KOTA MEDAN

Nesyandri Sidauruk 110906037

Dosen Pembimbing: Drs. Toni P. Situmorang, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NESYANDRI SIDAURUK (110906037)

Implementasi Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan rekrutmen politik yang dilakukan oleh DPC PDI Perjuangan Kota Medan. Untuk membahasnya maka digunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan konseptual dengan menggunakan data sekunder dan data primer sebagai pelengkap yang kemudian dianalisis dan disusun secara sistematis.

Berdasarkan hasil penelitian, DPC PDI Perjuangan Kota Medan melaksanakan rekrutmen politik akan tetapi pelaksanaan rekrutmen politik yang dilakukan belum bersifat kontinyu . Salah satu cara agar demokrasi dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan pelaksanaan rekrutmen politik. Rekrutmen Politik yang dilaksanakan DPC PDI Perjuangan Kota Medan tidak mengacu sepenuhnya kepada Undang-Undang No.2 tahun 2011 tentang Partai Politik akan tetapi rekrutmen politik yang dilaksanakan karena ada kepentingan lain seperti untuk menggalang massa. Rekrutmen politik dilaksanakan masih bersifat insidental atau tidak secara kontinyu karena berbagai hambatan, yang dijadikan alasan sebagai hambatan utama adalah pelaksanaan Pendidikan Politik tidak diutamakan karena tidak menjadi sebuah kewajiban untuk dilaksanakan.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Rekrutmen Politik, PDI Perjuangan,Demokrasi.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NESYANDRI SIDAURUK (110906037)

Implementation of Political Party Function as a Facility for Political Recruitment in PDI Perjuangan Kota Medan

ABSTRACT

The research was conducted in order to determine the implementation of the Political Recruitment by DPC PDI Perjuangan Kota Medan. To discuss the research methods used qualitative type and conceptual approach using secondary data and primary data as a complement that is then analyzed and systematically arranged.

Based on the results DPC PDI Perjuangan Kota Medan carry Political Recruitment but the execution is not carried out continuously with a variety of barriers. one of the ways that democracy needed to implement the execution of Political Recruitment. Political recruitment conducted DPC PDI Perjuangan Kota Medan is not fully implemented by the mandate of Law No.2 of 2011 on Political Parties however, conducted by the Political Recruitment Political Parties was held because there are other interests such as to mobilize the supporters of the party . Political recruitment is still held to be incidental or continuously due to various barriers, which serve as the main obstacle is the reason for the financial problems of inadequate party or

not allocated to carry out the activities of Political Education.

Keywords : Implementation, Political Recruitment, PDI Perjuangan, Democratic.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kebaikan, kekuatan dan cinta kasihNya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Implementasi Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Partai politik dianggap sebagai pilar utama bagi demokrasi, oleh karena itu perkembangan partai politik di Indonesia perlu untuk terus dikaji dan diperhatikan agar peran dan fungsi partai politik bisa berjalan sebagaimana semestinya guna perkembangan demokrasi di Indonesia yang lebih baik. Ditengah pertumbuhan partai politik Indonesia, dalam pelaksanaan rekrutmen politik sendiri sering ditemukan fenomena yang dianggap sebagai kecurangan seperti adanya hubungan kekeluargaan, hubungan kekerabatan, atau kepentingan pribadi sehingga seseorang dengan mudah menjadi kader partai, pengurus partai atau bahkan utusan partai di legislatif dan eksekutif.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

(5)

ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa bersyukur, peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Warjio, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan pengertian telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan yang sangat berguna bagi peneliti.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Staf bagian administrasi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6. Terima kasih kepada informan dalam penelitian ini,

7. Orangtua saya dan seluruh keluarga yang terus memberikan motivasi semangat

8. Seluruh keluarga besar Marhaenis di Komisariat GmnI FISIP USU, Jaya selalu dalam pergerakan.

9. Kawan-kawan Politik stambuk 2011,

10. Kawan-kawan Martipul dan kawan JG 411 atas semangat dan dukungannya..

Medan, 19 April 2017

Nesyandri sidauruk

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB IPENDAHULUAN ... 1.1Latar Belakang Masalalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3.Batasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitan... 9

1.6 Kerangka Teori ... 10

1.6.1. Teori Partai Politik ... 10

1.6.2. model partai politik ... 15

1.6.3 Teori Rekrutmen Politik ... 19

1.6.4. Pola rekrutmen ... 21

1.6.5 Kaderisasi dalam partai politik ... 23

1.6.6 Kerangka Berpikir ... 28

1.7 Metodologi Penelitian ... 30

1.7.1. Jenis Penelitian ... 30

1.7.2 Lokasi Penelitian ... 31

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

1.7.4 Teknik Analisis Data ... 34

1.8 Sistematika Penulisan ... 34

BAB II PROFIL DPC PDI PERJUANGAN KOTA MEDAN 2.1Sejarah Singkat PDI Perjuangan ... 37

2.2 Deskripsi Tentang DPC PDI

Perjuangan Kota Medan ... 39

2.3 Struktur Pengurus DPC PDI Perjuangan

(7)

Kota Medan ... 42 BAB III IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI

SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA DPC PDI PERJUANGAN KOTA MEDAN

3.1 Implementasi Rekrutmen Politik oleh

DPC PDI Perjuangan Kota Medan ... 44 3.1.1. Pelaksanaan Rekrutmen Anggota dan Kader

DPC PDI Perjuangan Kota Medan ... 45 3.1.2. Pendidikan dan Pelatihan DPC PDI

Perjuangan Kota Medan ... 57 3.1.3. Rekrutmen Calon Legislatif oleh

DPC PDI Perjuangan ... 60 3.1.4. Rekrutmen Calon Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Oleh DPC PDI

Perjuangan Kota Medan ... 72 3.2 Faktor yang Mendukung dan Faktor yang

Menghambat Pelaksanaan Rekrutmen Politik82 3.2.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan

Rekrutmen Politik ... 82 3.2.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan

Rekrutmen Politik ... 86 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... ii

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2014 ... 6 Tabel 1.2 .... Jumlah Suara dan Perolehan Kursi PDI Perjuangan

Berdasarkan Daerah Pemilihan Kota Medan ... 6 Tabel 1.3Perolehan Suara Pemilihan Wali kota dan Wakil Wali

Kota Medan Tahun 2015 ... 7 DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1Model Rekrutmen Politik ... 22 Gambar 1.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 28 Gambar 3.1 Contoh KTA PDI Perjuangan

Tampak Dari Depan ... 54 Gambar 3.2 Contoh KTA PDI Perjuangan

Tampak Dari Belakang ... 54 Gambar 3.3 Gambar Bagan Mekanisme

Penerimaan Anggota Baru ... 55

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan yang besar setelah reformasi pada tahun 1998. Pergolakan massa yang dimotori mahasiswa pada waktu itu membuat semuanya berubah.

1

Demokrasi menuntut adanya organisasi, membicarakan demokrasi dengan sendiri berarti membicarakan organisasi, democracy is inconceivable without organization. Alasannya adalah massa rakyat besar tidak bisa menyalurkan apa yang disebut sebagai collective will.

Salah satu kemajuan yang terlihat pada perkembangan partai politik, kebebasan warganegara berekspresi serta gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dan diikutsertakan dalam proses politik. Jatuhnya rezim Orde Baru bukan saja telah membuka peluang kebebasan bagi kehidupan politik bangsa Indonesia, tetapi juga menumbuhkan hasrat para tokoh politik, agamawan, pengusaha, dan kalangan intelektual untuk bangkit menggapai kekuasaan lewat partai politik.

2

1

Koirudin. 2004. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal.7

2

Tim litbang kompas.2004. Partai-partai politik Indonesia ideologi dan program 2004-2009. Jakarta:

Penerbit buku kompas. hal.13

Mundurnya Soeharto dari kursi

kepresidenan tentu telah menandai mulainya babak baru kehidupan politik di

negeri ini. Harapan akan terciptanya kehidupan politik nasional yang demokratis

begitu kuat menancap dibenak publik.

(10)

Partai politik merupakan instrumen penting bagi demokrasi, Yves Meny dan Andrew Knaap menyatakan bahwa suatu sistem politik dengan hanya satu partai politik, sulit sekali dibayangkan untuk disebut demokratis, apalagi jika tanpa partai politik sama sekali. (a democratic system without political parties or with a single party is impossible or at any rate hard to imagine).

3

Partai politik memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Banyak kalangan berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi. Artinya, semakin tinggi peran dan fungsi partai politik, akan semakin berkualitaslah demokrasi. Menurut Giovanni Sartori yang mengklaim bahwa partai adalah struktur perantara utama antara masyarakat dan pemerintah, bahkan menurut Clinton Rossiter menyatakan bahwa tidak ada demokrasi tanpa politik dan tidak ada politik tanpa partai.

4

Empat pemilihan umum sejak reformasi yang diselenggarakan secara demokratis (tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014) telah menjadi seleksi alam bagi partai politik. Partai yang besar dan kuat akan tetap hidup sementara yang kecil Begitupula yang terjadi di Indonesia bahwa partai politik dianggap sebagai pilar utama bagi demokrasi, oleh karena itu perkembangan partai politik di Indonesia perlu untuk terus dikaji dan diperhatikan agar peran dan fungsi partai politik bisa berjalan sebagaimana semestinya guna perkembangan demokrasi di Indonesia yang lebih baik.

3

Lihat Tesis Budi Prayitno 2009. Pelembagaan Politik Jateng. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. hal:27

4

S. Katz dan William Crotty. 2014. Handbook Partai Politik. Bandung: Nusamedia. hal.7

(11)

dan lemah akan tersingkir dengan sendirinya.Terbukti pada pemilu-pemilu sebelumnya dari puluhan partai politik yang ada, hanya ada beberapa partai politik yang berhasil memenuhi ambisinya untuk memenangi pertarungan perekrutan kekuasaan. Pemilu tahun 2004 dan 2009 ada Partai Golkar, PDIP, PKB, PPP, PAN ,PKS dan Partai Demokrat adalah tujuh partai politik yang mendominasi peta politik nasional baik di badan legislatif dan eksekutif. Sedangkan hasil pemilu terbaru tahun 2014, perolehan suara dan persentase nasional PDI Perjuangan memenangkan pemilu legislatif 2014 yaitu dengan 23.681.471 suara atau 18,95 persen dari persentase suara nasional.

5

Kemenangan dalam pemilu bukan otomatis berarti selesainya tugas partai politik, kemenangan dalam pemilihan umum hanyalah langkah awal dari proses yang panjang untuk keberlangsungan partai politik itu sendiri kedepannya. Partai politik sebagai agen demokrasi mempunyai tugas yang tidak ringan. Sebagai motor penggerak partai politik harus memiliki kader-kader yang loyal dan berkualitas. Oleh karena itu partai politik melakukan kaderisasi dan proses rekrutmen politik. Proses-proses dalam partai politik ini harus berjalan dengan terstruktur, sistematis dan massif mulai dari tingkatan terendah. Dalam hal ini tujuannya bukan hanya untuk mencapai tujuan pragmatis partai politik dalam memenangkan pemilu tetapi juga agar proses demokratisasi di Indonesia benar- benar bertujuan untuk menjawab janji kemerdekaan yaitu menciptakan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5

http://kpu.go.id/ yang diakses pada tanggal 20 september 2016

(12)

Salah satu fungsi partai politik adalah rekrutmen politik, partai politik tanpa kaderisasi tidak berarti apa-apa, partai politik membutuhkan regenerasi untuk memperbarui sumber daya kemampuannya dalam menjalankan partai politik.

Rekrutmen politik fungsi penting bagi kelestarian partai politik itu sendiri dalam artian perekrutan terhadap anggota dan kader partai, serta dengan seleksi dan kaderisasi berguna untuk mencetak pemimpin bangsa dan wakil rakyat yang berkualitas.

Berkaitan dengan rekrutmen politik diatur sebagaimana bunyi UU No 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas UU No 2 Tahun 2008 tentang partai politik pada pasal 11 yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

6

Namun disisi lain, ditengah pertumbuhan partai politik Indonesia, dalam pelaksanaan rekrutmen politik sendiri sering ditemukan fenomena yang dianggap sebagai kecurangan seperti adanya hubungan kekeluargaan, hubungan kekerabatan, atau kepentingan pribadi sehingga seseorang dengan mudah menjadi pengurus partai. Fenomena seperti itu dikenal dengan sebutan kader karbitan atau kader titipan. Fenomena lainnya yang masih sering dijumpai adalah pada Semakin besar andil partai politik untuk memenangkan perjuangan dalam pengisian jabatan politik, merupakan indikator bahwa peran partai poltik sebagai sarana rekrutmen politik berjalan secara efektif.

6

UU No 2 Tahun 2011 Juncto UU No2 Tahun 2008 tentang partai politik pasal 11

(13)

umumnya partai politik masih mementingkan faktor-faktor seperti modalitas dan popularitas dalam melakukan perekrutan politik, seperti contoh fenomena kalangan artis dan pengusaha yang menjadi caleg. Dengan demikian peran dan fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen politik dirasa masih setengah hati.

Melihat hal ini, penulis berasumsi bahwa persoalan perekrutan politik maupun kaderisasi masih menjadi masalah fundamental dalam tubuh partai politik dan butuh keseriusan mengurus penyediaan dan pembangunan sumber daya manusia dalam partai politik.

Sumber daya yang paling utama dalam berpolitik adalah sumber daya manusia, karena partai politik tidaklah digerakkan oleh mesin dan teknologi, tetapi oleh manusia. Dengan demikian, cara organisasi partai politik dalam mendapatkan manusia yang memiliki kemampuan dan integritas tinggi merupakan tantangan utama dalam hal manajemen organisasi partai politik. Mendapatkan sumber daya yang baik perlu dimulai dari sistem rekrutmen, tentunya orang yang memiliki potensi untuk dikembangkanlah yang direkrut. Persaingan dengan partai politik lain juga akan terjadi untuk memperebutkan orang-orang berpotensi yang nantinya dapat memperkuat dan mengembangkan organisasi partai politiknya.

PDI Perjuangan merupakan salah satu partai besar yang memiliki massa

yang cukup banyak, salah satu contohnya di tingkat Kota Medan. PDI Perjuangan

Kota Medan memperoleh suara terbanyak serta mendapat kursi terbanyak di

anggota DPRD Kota Medan. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 1.1 dan

tabel 1.2 yang telah disajikan berikut ini.

(14)

Tabel 1.1: Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2014

No Nama Partai Jumlah

Kursi 1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 9

2 Partai Golongan Karya 7

3 Partai Gerakan Indonesia Raya 6

4 Partai Persatuan Pembangunan 5

5 Partai Demokrat 5

6 Partai Keadilan Sejahtera 5

7 Partai Amanat Nasional 4

8 Partai Hati Nurani Rakyat 4

9 Partai Nasional Demokrat 2

10 Partai Kebangkitan Persatuan Indonesia 2

11 Partai Bulan Bintang 1

Total Kursi 50

Sumber : Data Komisi Pemilihan Umum Kota Medan

Tabel I.2 : Jumlah Suara dan Perolehan Kursi PDI Perjuangan Berdasarkan Daerah Pemilihan Kota Medan

Daerah Pemilihan Jumlah Suara/

Perolehan Kursi DAPIL 1 (Medan Kota, Medan

Denai, Medan Amplas, Medan Area)

35.246/ 2 Kursi

DAPIL 2 (Medan Sunggal, Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Selayang)

35.554 / 2 Kursi

DAPIL 3 : Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Baru, Medan Petisah

26.280 / 2 Kursi

DAPIL 4 : Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Timur

31.349 / 2 Kursi

DAPIL 5 : Medan Deli, Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan

21.468 / 1 Kursi

Sumber : Data Komisi Pemilihan Umum Kota Medan

(15)

Selain sebagai partai politik dengan perolehan suara terbanyak di pemilihan legislatif, PDI Perjuangan juga berhasil memenangkan pasangan Drs.H.T.Dzulmi Eldin, M.Si dan Ir. Akhyar Nasution, M.Si dalam Pilkada serentak tahun 2015, yaitu Pemilihan Wali Kota Medan. Berikut ini gambaran hasil perolehan suara Pemilihan Wali Kota Medan 2015 disajikan dalam tabel 1.3.

Tabel 1.3 : Perolehan Suara Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan Tahun 2015

No Pasangan Calon Perolehan Suara (Persentase) 1 Drs.H.T.Dzulmi Eldin, M.Si dan

Ir. Akhyar Nasution, M.Si

346.217 (71,68 %) 2 Drs. Ramadhan Pohan, MIS dan

Dr. Eddie Kusuma, SH, MH

136.796 (28,32%) Sumber : Data Komisi Pemilihan Umum Kota Medan

Sebagai partai besar, PDI Perjuangan memiliki kader dan simpatisan yang tersebar di seluruh Provinsi Indonesia ditambah lagi PDI Perjuangan yang juga telah memenangkan Pemilihan Presiden 2014, maka dari itu PDI Perjuangan sangat disoroti dan diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk melaksanakan fungsinya sebagai partai politik, terlebih pada fungsi dalam melakukan rekrutmen politik.

Rekrutmen politik yang dimaksud adalah rekrutmen politik yang

dilakukan dan dilaksanakan oleh PDI Perjuangan tingkat Kota Medan. Adapun

rekrutmen politik pada tingkat Kota Medan yaitu, rekrutmen terhadap warga

negara Indonesia untuk menjadi anggota dan kader dalam menggantikan anggota

dan kader lama, selanjutnya proses mekanisme politik untuk menjadi pengurus

(16)

Dewan Pimpinan Cabang (DPC), runtuk menjadi calon wakil rakyat sebagai anggota legislatif, serta untuk menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Atas dasar latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang muncul dan menjadi obyek penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan rekrutmen politik yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan dalam melaksanakan rekrutmen politik?

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan

untuk mendapatkan hasil uraian yang sistematis, diperlukan adanya pembatasan

masalah atau disebut ruang lingkup penelitian.Pembatasan masalah ini berguna

(17)

untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian tersebut. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

penelitian hanya dilakukan pada Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kota Medan dan penelitian hanya dilakukan untuk mengetahui pengimplementasian fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen politik serta mengetahui faktor apa saja yang mendukung, faktor yang menghambat dan upaya-upaya yang dilakukan.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan rekrutmen politikyang dilakukan oleh PDI Perjuangan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat PDI Perjuangan Kota Medan dalam melaksanakan rekrutmen politik.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak secara umum, yaitu:

1. Penelitian ini secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu politik yang membahas tentang partai politik dan fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen di internal partai politik, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam khazanah pengetahuan ilmu politik tentang kajian partai politik.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada

masyarakat mengenai partai politik, dalam melakukan fungsinya sebagai

(18)

sarana rekrutmen politik serta menjadi bahan kajian akademisi sebagai pembelajaran dapat memberi pengembangan dalam penulisan karya ilmiah bagi para peneliti selanjutnya .

3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir, memperluas wawasan kajian ilmu tentang partai politik, serta melihat penerapan-penerapan konsep dan teoritis yang berkenaan dengan partai politik. Tulisan ini juga diharapkan mampu menjadi masukan bagi internal partai politik dalam melakukan rekrutmen politik.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Partai Politik

Kata Partai berasal dari kata “partire” bahasa Latin, yang berarti

”membagi”

7

Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah party yang memiliki arti pihak (misalnya dalam suatu perjanjian), even sosial (seperti pesta), dan grup atau kelompok bersama.

8

Definisi tertua partai politik, mungkin bisa dirujuk dari Edmund Burke, seorang tokoh politik Inggris (periode tahun 1729-1797). Pada tahun 1771 menulis bahwa partai adalah kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk mempromosikan. Dengan usaha bersama, kepentingan nasional berdasarkan

7

Efriza. 2012. Political Explorer:Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta. Hal.213

8

Ahmad Hamid. 2008. Partai Politik Lokal di Aceh-Desentralisasi dalam Negara Kebangsaan. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. hal 4

(19)

beberapa prinsip khusus yang telah mereka setujui bersama.

9

Sedangkan pendapat Max Webber yang dapat dikategorikan sebagai pendiri pemikiran politik modern mendefinisakan partai politik yang dituliskan dalam bukunya yang berjudul Ekonomic Et Societie Marx Weber memberikan defenisi tentang partai politik, menurutnya partai politik adalah organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut.

10

Menurut Sigmund Neumann, tidak ada salahnya definisi partai dimulai dengan melihat asal mula kata itu. Menjadi partai dari sesuatu selalu berarti mengidentifikasikan diri dengan suatu kelompok dan membedakan diri dari kelompok lainnya. Setiap partai pada intinya menunjukkan adanya persekutuan (patnership) dengan suatu organisasi dan memisahkan diri dari organisasi- organisasi lainnya dengan suatu program khusus.

. Selanjutnya banyak ilmuan lain yang memberikan definisi tentang partai politik.

11

Lebih jelas lagi Sigmund Neumann mendefinisikan partai politik sebagai organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Dengan begitu partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan

9

Firmansyah. 2008. Memahami Partai Politik, Komunikasi Dan Positioning Politik Di Era Demokrasi.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal. 6

10

Ibid. hal. 66

11

Efriza, Op.Cit. Hal.218

(20)

kekuatan-kekuatan dan ideologi-ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintah yang resmi yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.

Carl Friedrich memberikan batasan partai politik sebagai kelompok manusia yag terorganisikan secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahanbagi pemimpin partainya, dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idiil kepada para anggotanya.

12

Roger H. Soltau, mengatakan bahwa partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasi, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

13

Menurut Giovanni Sartori, partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik.

14

12

Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 116

13

Oksidelfa Yanto. 2005. Peran dan Fungsi Partai Politik dalam Tatanan Demokrasi: Antara Harapan dan

Kenyataan. Jurnal: Dinamika Masyarakat (Partai Politik). Hal.64

14

Miriam Budiardjo.2013. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal:404-405

Pengertian

yang lebih lengkap di kemukakan oleh Marx N Hagoapian, menurutnya partai

politik adalah suatu organisasi yang di bentuk untuk mempengaruhi bentuk dan

karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan

(21)

ideologi tertentu melalui praktik kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.

Menurut Gabriel A. Almond partai politik adalah organisasi manusia dimana didalamnya terdapat pembagian tugas dan petugas untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi (ideal objective), mempunyai program politik platform, sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapaian tujuan secara lebih pragmatis menurut penahapan jangka dekat sampai jangka panjang serta mempunyai ciri berupa keinginan untuk berkuasa. Dengan demikian, setiap organisasi manusia yang memenuhi kriteria di atas secara material dan substansial dapat dianggap sebagai partai politik.

15

Bagi Joseph Schunpter partai politik adalah kelompok yang anggotanya bertindak terutama dalam perjuangan mencapai kekuasaan. Menurut Joseph Lapalombara dan Weiner patai politik adalah organisasi yang mempunyai kegiatan berkesinambungan. Artinya, masa hidupnya tak bergantung pada masa jabatan atau masa hidup para pemimpinnya. Organisasi yang terbuka dan permanen tidak hanya ditingkat pusat, tetapi juga ditingkat lokal, para pemimpin ditingkat pusat dan lokal bererkehendak kuat untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan untuk membuat keputusan politik secara sendiri maupun berkoalisi

15

Lihat Skripsi Fanina Farindita. 2010. Rekrutmen partai politik terhadap perempuan dalam partai politik

dan parlemen suatu studi terhadap DPRD tingkat I di Sumatera Utara. Skripsi tidak untuk diterbitkan.

Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Hal: 16

(22)

dengan partai lain dan melakukan kegiatan mencari dukungan dari para pemilih melalui pemilu atau cara-cara lain untuk mendapatkan dukungan umum.

16

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang- undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik dalam pasal 1 ayat 1 menjelaskan dan menyebutkan bahwa, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota , masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Berikut ini terdapat beberapa pengertian partai politik yang kita kenal di Indonesia, baik menurut Undang-Undang maupun oleh pakar dan ahli politik di Indonesia, antara lain:

17

Miriam Budiardjo mengatakan partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai , dan cita- cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya. Sementara Ramlan Surbakti mengatakan partai politik adalah kelompok anggota terorganisasi secara rapid dan stabil yang dipersatukan dan

.

16

Efriza. Op.Cit. hal.215

17

UU No 2 Tahun 2011 Juncto UU No2 Tahun 2008 tentang partai politik Pasal 1

(23)

dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilu guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil pemaduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilu dan cara-cara lain yang sah.

18

1. Merupakan kumpulan individu

Eap Saefulloh Fatah menguraikan pengertian partai politik adalah sebagai berikut:

2. Merupakan perkumpulan yang terorganisir dengan definisi mengenai posisi, fungsi, dan hirarki anggota yang jelas dan baku.

3. Ada ikatan identitas yang sama di antara anggotanya, baik berupa ideologi maupun kepentingan

4. Memiliki tujuan memperoleh kekuasaan politik dalam pemerintahan dan ikut serta dalam pemilihan umum untuk mencapai tujuannya

19

1.6.2. Model Partai Politik

Dalam fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen politik terdapat konsep sistem dalam proses pengkaderan, merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, karena sebuah partai politik memiliki sistem kaderisasi yang berbeda tergantung dari model partai yang dianutnya. Menurut Haryanto pada

18

Efriza. Op.Cit. hal.217

19

Ahmad Hamid. Op.Cit. hal.9

(24)

umumnya terdapat dua model partai yang berbeda berdasarkan komposisi dan keanggotaannya, yaitu:

20

1. Partai Anggota (atau massa)

Partai anggota atau partai massa denga ciri utamanya jumlah anggota atau pendukung yang banyak. Meskipun demikian, partai jenis ini memiliki program agak kabur. Partai ini membutuhkan struktur dan organisasi yang lebih lengkap (dari tingkat lokal hingga nasional) dan kuat dibanding partai kader.Jumlah anggota tinggi dan keterikatan pada partai kuat dan mendalam. Keterlibatan anggota dalam partai (seleksi kandidat, formulasi kebijakan) lebih tinggi dibandingkan partai kader.

Tingginya jumlah anggota atau aktifis merupakan suatu kelebihan partai anggota. Anggota adalah suatu sumber daya yang penting. Oleh karenanya, politisi berasal dari partai anggota lebih dekat dengan pemilihnya. Partai-partai besar di Eropa pada umumnya merupakan partai anggota.

2. Partai Kader (atau partai pemilih)

Partai kader mengandalkan kader-kadernya untuk loyal. Partai kader ini tidak memiliki terlalu banyak anggota seperti partai massa karena memang partai ini tidak mementingkan jumlah, tetapi leboih mendahulukan disiplin anggotanya dan ketaatan dalam organisasi.

Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Biasanya

20

Elfriza.Op.cit.hal.273

(25)

hanya pengurus atau kandidat direkrut oleh partai, bukan anggota biasa.

Tingkat organisasi partai kader kurang tinggi. Partai ini lebih mementingkan sukses di pemilu, maka disebut partai pemilih. Jumlah pemilih dibanding jumlah anggota sangat tinggi, akan tetapi pada umumnya keterikatan pemilih pada partai tidak terlalu kuat. Karena jumlah anggota yang kecil pada partai kader membutuhkan penggunaan media untuk komunikasi dengan pemilih.

Menurut Ichlasul Amal, model atau tipologi partai politik berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan terdapat lima jenis partai politik,yaitu:

21

1. Partai Proto adalah tipe partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti dewasa ini. Ciri yang paling menonjol dari partai ini adalah pembedaan antara kelompok anggota atau “ins” dengan tidak anggota atau “outs”. Selebihnya partai ini belum menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam pengertian modern. Karena itu sesungguhnya partai ini dibentuk berdasarkan pengelompokkan ideologis masyarakat.

2. Partai Kader merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai proto.

Keangooataan partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah konservatisme ekstrim atau maksimal reformis moderat.

21

Ibid.hal.276

(26)

3. Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak- hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa berorientasi pada basis pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani dan kelompok agama dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.

4. Partai Diktatorial sebenarnya merupakan sub tipe dari partai massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun anggota partai. Rekrutmen anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada partai massa.

5. Partai Catch-all merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa.

Istilah Catch-all pertama kali dikemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk

memberikan tipologi pada kecendrungan perubahan karakteristik. Catch-

all dapat diartikan sebagai “menampung kelompok-kelompok sosial

sebanyak mungkinuntuk dijadikan anggotanya.” Tujuan utama partai ini

adalah memenangkan pemilihan umum dengan cara menawarkan

program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai pengganti

ideologi yang kaku.

(27)

1.6.3. Rekrutmen Politik

Dalam partai politik terdapat beberapa fungsi penting yang dijalankan partai sebagai sarana dalam mengaplikasikan tujuan mereka. Salah satu fungsi partai politik yang terkait dengan ini adalah rekrutmen partai politik.

Rekrutmen merupakan suatu proses untuk mencari dan menyeleksi anggota untuk kegiatan regenerasi dari sebuah organisasi, baik partai politik, lembaga pemerintahan maupun organisasi lainnya. Namun, rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa politik seperti yang terdapat dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik yang menyebutkan “…proses mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai…”

22

“Seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya, dengan mengkhususkan kepada orang-orang yang mempunyai bakat yang cukup Istilah rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa perpolitikan, dan kemudian diadopsi oleh partai politik seiring dengan kebutuhan partai akan dukungan kekuasaan dari rakyat, dengan cara mengajak dan turut serta dalam keanggotaan partai tersebut. Rekrutmen sendiri memiliki acuan waktu dalam prosesnya, maka pada saat itu pula rekrutmen dilakukan pada saat partai memerlukan. Pendapat lainnya yang mengemukakan pengertian rekrutmen politik oleh Ramlan Surbakti dalam buku Memahami Ilmu Politik yang dimaksud rekrutmen politik adalah:

22

Budiardjo. Op.Cit. hal.164

(28)

menonjol, partai politik menyeleksi dan menempatkannya sebagai seorang calon pemimpin”

23

Rekrutmen politik partai dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai ajang untuk mencari dan menyeleksi keanggotaan baru untuk diikutsertakan dalam partai politik sebagai pembelajaran politik, disamping untuk melakukan regenerasi dalam partai politik tersebut maka dilakukan melalui mekanisme yang diterapkan oleh partai. Pengaruh rekrutmen politik sangat menentukan dalam regenerasi kehidupan partai. Hal itu dikarenakan partai memerlukan penyegaran keanggotaan untuk dapat bertahan dalam mempertahankan kekuasaan politiknya dimata masyarakat.

Dalam fungsi partai politik sebagai sarana rekrutmen politik juga sangat berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

23

Surbakti. Op.Cit. hal.118

(29)

1.6.4 Pola Rekrutmen

Pola merupakan corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap dan rencana). Pola rekrutmen adalah konstansi berbagai praktek rekrutmen oleh partai politik.Sungguhpun pada dasarnya setiap partai harus berprinsip untuk terbuka bagi kelompok sosial manapun, namun pada level parktis.Kerapkali sulit dihindari bahwa tiap kecenderungan tipe partai menstrukturkan perbedaan dalam menatap konsep rekrutmen yang dianggap ideal bagi partainya.

Adapun mekanisme rekrutmen politik partai yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff adalah: “…proses pengrekrutan politik memiliki dua sifat yaitu: (1) sifat tertutup; adalah suatu sistem pengrekrutan administratif yang didasarkan atas patronase. (2) sifat terbuka; adalah sistem yang berdasarkan pada ujian-ujian terbuka”.

24

Proses pengrekrutan partai memiliki sifat khusus dalam tafsirannya, misalnya untuk pengrekrutan administratif diperlukan suatu dasar patronase (lindungan) dalam proses pengrekrutannya, dalam arti faktor kedekatan seseorang dapat dijadikan acuan untuk memperoleh pengaruh terutama ketika proses pemilihan pemimpin partai. Rekrutmen politik meliputi aspek: subyek politik dalam arti manusia, dan obyek politik dalam arti partai politik. Rekrutmen politik partai dapat dilakukan dengan cara-cara yang diinginkan partai baik secara terbuka maupun tertutup.

24

Michael Rush dan Phillip Althoff. 2007. Pengantar Sosiologi Politik: Alih Bahasa oleh Kartini Kartono.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal.247.

(30)

Gambar 1.1. Model Rekrutmen Politik

Pengadaan meliputi proses daya penyediaan dan permintaan sumber daya manusia, apakah pengadaan melampaui atau justru berada dibawah permintaan.

Daya penyediaan dan permintaan dipengaruhi oleh badan seperti agensi perekrutan politik. Agensi membuat kriteria, untuk melihat sejauh mana proses pengadaan itu dapat dikontrol pelaksanaannya. Badan-badan agensi perekrutan akan mempersiapkan dan menetapkan berbagai ragam kriteria, meliputi karakter dan ketrampilan yang mereka anggap layak dan harus dikuasai. Kriteria ini tentu saja akan mencerminkan permintaan dan juga untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dengan memiliki karakteristik dan ketrampilan khusus tadi.

Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur rekrutmen yang berbeda. Anggota kelompok yang direkrut adalah yang memiliki suatu

Pengadaan agensi kriteria kontrol tuntutan

Sumber: Michael Rush dan Phillip Althoff. 2007. Pengantar Sosiologi Politik: Alih

Bahasa oleh Kartini Kartono. PT Raja Grafindo Persada..Jakarta.hal.248

(31)

kemampuan atau bakat yang sangat di butuhkan untuk suatu jabatan politik.

Setiap partai juga memiliki pola rekrutmen yang berbeda.

Sistem rekrutmen politik menurut Rush dan Althoff dibagi menjadi dua cara. Pertama rekrutmen terbuka, yakni dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga Negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat- syarat yang telah ditentukan melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional. Dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi. Kedua, rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk menduduki jabatan politik tidaklah sama setiap warga negara artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat menduduki jabatan politik

25

Secara umum pengertian partai politik didefinisikan sebagai kumpulan orang yang membentuk sebuah partai yang bertujuan untuk merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan dengan cara yang legitimasi melalui pemilihan umum.

. 1.6.5. Kaderisasi dalam Partai Politik di Indonesia

26

25

Hesel Nogi Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta :Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia. Hal.188

26

K.Ramanathan. 2000. Konsep Azas Politik. Jakarta: ALMS Digital Enterprise. hal. 167

Menurut Pof. Miriam Budiardjo partai politik adalah sesuatu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan

(32)

politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional, untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.

27

Pengertian kader menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang diharapkan atau dipersiapkan untuk dapat memegang jabatan atau pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai atau sebagainya.

Salah satu fungsi partai politik salah satunya adalah melakukan rekrutmen politik seperti yang telah dijelaskan diatas, dimana fungsi ini berkaitan erat dengan masalah kaderisasi dan seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai politik memerlukan dilakukannya kaderisasi karena setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kualitas kader partai suatu partai dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri.

28

Pengertian kader menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer adalah:

29

1. Kader adalah orang yang dicalonkan untuk memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai, perusahaan, dan sebagainya.

2. Kader adalah orang yang diharapkan bakal mampu memangku jabatan yang penting dikemudian hari.

27

Miriam Budiardjo. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Buku Obor. hal. 16

28

Umichulsum. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kashiko Press

29

Peter Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English

(33)

Pengertian kader menurut Kamus Umum adalah sama dengan pengkaderan yakni proses, cara, mendidik atau membentuk seorang kader . Pengertian kader menurut Kamus Umum, khsusnya bidang hukum dan politik adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi, partai dan sebagainya.

30

Kaderisasi adalah suatu bagian dari kegiatan rekrutmen politik dimana adanya proses penyiapan sumber daya manusia (SDM) agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik, kaderisasi sebagai suatu proses yang berhubungan dengan individu-individu atau kelompok individu yang dilantik dalam peran-peran politik aktif.

31

Kaderisasi di partai politik merupakan urat nadi bagi suatu partai. Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus. Ini merupakan bentuk pendidikan politik, dimana selama ini peran tersebut

Kaderisasi ini berlangsung dalam suatu tatanan politik yang jelas. Tatanan ini membutuhkan kontinuitas institusional. Namun kontinuitas ini juga mengandung pengertian terjadinya pergeseran/penggantian pada tingkat personal, karenanya kaderisasi memiliki fungsi memelihara sistem sekaligus sebagai saluran bagi terjadinya perubahan.

30

Zainul Bahri. 1996. Kamus Umum: Khususnya Bidang Hukum dan Politik. Bandung: Angkasa Bandung

31

Koirudin. Op.Cit. hal.113

(34)

terabaikan. Para pemimpin partai politik yang besar di Indonesia kerap berasal bukan dari kualifikasinya, melainkan dari unsur “kebangsawanan” tertentu.

Kemampuan sebuah partai untuk melakukan “pengemblengan” atau pematangan terhadap sumber daya manusianya sangatlah dipengaruhi oleh kemampuan para pengurusnya untuk memfasilitasi pengadaan pendidikan dan pelatihan secara lebih intensif di bidang-bidang tertentu terhadap kader-kadernya.

Hal ini dilakukan sejauh menyangkut peningkatan kemampuan simultan dan terencana pada semua tingkatan kepengurusan partai. Bagaimanapun partai membutuhkan kaum muda terdidik yang berkualitas untuk menjadi sasaran pengkaderan ini. Kaum muda sangat menentukan masa depan dan kualitas sebuah partai politik di masa mendatang.

Setiap anggota partai belum tentu otomatis menjadi kader partai. Bagi anggota yang tertarik untuk menjadi kader partai, terlebih dahulu haruslah mengikuti proses seleksi menjadi kader. Kemudian setelah lulus seleksi, anggota tersebut harus mengikuti proses pengkaderan, calon kader, itu akan mendapatkan pendidikan politik kader.

Peran kader partai politik sangat vital untuk membangun suatu

kepemimpinan partai yang berkualitas. Bagaimanapun wajah partai politik

kedepan sangat ditentukan oleh kualitas kader-kader yang dimilikanya,yang ada

gilirannya akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Meskipun peran dan fungsi

partai politik sudah demikian bebas disbanding zaman sebelumnnya, namun

(35)

masalah kaderisasi ini menjadi persoalan serius. Masih banyak partai politik yang belum mampu melakukan pengkaderan yang baik sehingga mereka melakukannya dengan asal comot.

Dalam sejarah bangsa ini, kaderisasi adalah fungi yang terabaikan semanjak awal kehidupan partai politik sampai masa pasca Orde Baru sekarang ini. Pada masa lalu, kaderisasi dilakukan bukan oleh partai politik tapi oleh ormas-ormas yang menjadi underbow partai. Pimpinan partai tinggal menerima kader-kader yang telah di hasilkan oleh ormas-ormas tersebut.

Pada masa orde baru, dengan pemberlakuan undang-undang yang mengharuskan proses fusi partai-partai politik yaitu PDI, PPP, dan Golkar, maka tangan kekuasaan untuk mengontrol dan mengendalikan proses kepemimpinan dalam partai politik yang ada semakin lebih mudah dilakukan. Argumennya ketika dilkukan fusi,maka pemerintah Orde Baru semata-mata bergerak hanya demi stabilitas politik untuk pembangunan ekonomi. Pemerintah memandang bahwa kehidupan partai politik perlu dikendalikan dan diatur agar tidak mengundang hadirnya kebebasan liberal seperti di era multi partai sebelumnya, yang terbukti gagal menghadirkan demokrasi dan pembangunan ekonomi yang baik.

Pada masa demokratisasi sekarang ini, pimpinan partai politik seharusnya

melakukan pendidikan kader secara berjenjang dan berkesinambungan untuk

menghasilkan kader-kader partai politik yang akan menjadi pimpinan nasional di

(36)

masa mendatang. Kaderisasi para pemimpin partai politik sangat tergantung pada sistem kepolitikan yang dibangun.

I.6.6 Kerangka berpikir

Kerangka berpikir digunakan untuk memberikan gambaran terhadap pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerangka berpikir dalam penelitian implementasi fungsi partai poltik sebagai sarana rekrutmen politik pada PDI Perjuangan Kota Medan dapat digambarkan dengan skema dibawah ini.

Gambar1. 2. Kerangka berpikir penelitian implementasi rekrutmen politik DPC PDI Perjuangan Kota Medan

`

UU,AD/ART,PP,SK DPP

KADERISASI &

SELEKSI KEPEMIMPINAN

4. CALON KEPALA DAERAH DAN CALON WAKIL KEPALA DAERAH

5. CALON LEGISLATIF 1.ANGGOTA

2.KADER 3.PENGURUS

FAKTOR PENDUKUNG FAKTOR PENGHAMBAT

1. Kemunduran Partai 2. Anggota Berkurang

3. Sulit Menempati Jabatan Strategis 4. Sulit Memenangkan Pemilu

UPAYA GAGAL UPAYA BERHASIL

INDIKATOR KEBERHASILAN:

1 Agenda Partai Berjalan Lancar

2 Perolehan Suara Pada Pemilu Banyak

3 Menempati Jabatan Politik Dan Strategis

4 Anggota Bertambah 5 Dukungan Rakyat

Upaya Mengatasi Hambatan REKRUTMEN POLITIK DPC

PDIP KOTA MEDAN

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

(37)

Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI Perjuangan berperan sebagai pelaksana rekrutmen di tingkat Kota Medan. Pelaksanaan rekrutmen poilitik didasarkan pada peraturan perundang-undangan, AD/ART partai, serta Surat Keputusan DPP PDI Perjuangan serta peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan rekrutmen politik. PDI Perjuangan merekrut anggota, kader, dan pengurus partai politik untuk kelestarian internal partai, untuk kemudian dilakukan kaderisasi dan seleksi kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas SDM partai yng nantnya akan dicalonkan dan diperjuangkan dalam pemilihan uum, baik anggota legislative maupun sebagai pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Semakin banyak anggota partai yang menduduki jabatan politik menjadi indikator implementasi rekrutmen politik oleh partai berhasil.

Pelaksanaan rekrutmen politik tidak terlepas dari faktor pendukung dan

penghambat baik dari internal maupun eksternal partai.Partai politik perlu

melakukan upaya mengantisipasi dan mengatasi hambatan yang ada. Apabila

upaya ang dilakukan partai berhasil dan diperkuat dengan faktor pelaksanaan

rekrutmen politik , maka partai akan mendapat dukungan dari masyarakat untuk

memperoleh suara dalam pemilu, kader partai dapat menduduki jabatan politik

dan strategis, anggota partai akan semakin bertambah, serta agenda partai dapat

berjalan lancer. Apabila upaya gagal dilakukan maka partai akan mengalami

kemunduran, dukungan rakyat tidak ada, anngota berkurang, dan sulit

menempatkan kadernya dalam jabatan strategis dalam pemerintahan.

(38)

1.7. Metode Penelitian

Dalam membuat dan mengkaji suatu penelitian dalam sebuah kehidupan masyarakat akan sangat bersentuhan dengan kebenaran dari kehidupan masyarakat. Sehingga untuk mengarahkan suatu penelitian yang kepada hasil, dibutuhkan metode penelitian yang tepat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, di mana penelitian ini akan mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya- upaya penting seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. Karena pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah ”Bagaimana” dan peneliti tidak memiliki peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki serta fokus penelitian ini adalah fenomena kontemporer, maka peneliti memutuskan untuk memakai metode ini.

1.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif. Jenis penelitian merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif

dilakukan untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan

(39)

objek atau subjek amatan secara rinci.

32

32

Bagong Suyanto dan sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Kencana Perdana Media Group. Hal.17

Jenis penelitian deskriptif ini dipilih karena bentuknya yang sederhana tetapi mampu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat serta mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statistika yang lebih kompleks.

Dengan jenis penelitian ini akan mampu mengungkapkan dan menggambarkan mengenai pelaksanaan rekrutmen politik PDI Perjuangan Kota Medan dan apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambatnya.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Dalam hal pengumpulan data maupun informasi, maka perumusan lokasi penelitian ini yaitu pada Kantor Kesekretariatan DPC PDI Perjuangan Kota Medan, di Jalan Sekip Baru No.26, Petisah Tengah, Medan Petisah, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan bahwa di tingkat Kota Medan PDI Perjuangan merupakan partai yang memperoleh suara terbanyak dalam Pemilu legislatif 2014, memperoleh kursi terbanyak pada anggota DPRD Kota Medan, serta berhasil memenangkan pemilihan kepala daerah serentak 2015 pada pemilihan wali kota dan wakil wali kota Kota Medan tahun 2015.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

(40)

Data akan dikumpulkan dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dengan metode wawancara akan mampu mengumpulkan data dan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden. Wawancara secara sistematis, pertanyaan yang telah terencana dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Kemudian hasil tanya jawab, observasi dan dokumentasi, akan di review semua data tersebut, diberikan makna, dan diolah ke dalam kategori-kategori yang melintasi semua sumber data.

Beberapa macam cara untuk memperoleh data, ataupun informasi-informasi, keterangan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan penelitian yang akan dibahas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Studi Literatur, dimaksudkan untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Dari teori-teori yang berhubungan dengan partai politik, rekrutmen politik nantinya dikembangkan kerangka-kerangka teoritis dan konsepsional yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Studi Lapangan, dimaksudkan untuk mendapatkan data lapangan yang

berhubungan dengan pelaksanaan rekrutmen politik PDI Perjuangan

Kota Medan. Dari data-data lapangan ini nantinya didapatkan hasil-

hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan seperti yang tercantum

dalam penelitian ini. Pengambilan data ke lapangan digunakan dua data

sumber, yaitu:

(41)

a. Data Primer, merupakan data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang dilakukan dengan observasi maupun wawancara ke instansi-instansi yang terkait. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik wawancara. Wawancara adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan.

33

1. Bapak Hasyim, S.E selaku Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan

Adapun yang menjadi informan dalam wawancara ini adalah pengurus DPC PDI Perjuangan Kota Medan dan anggota/ Kader PDI Perjuangan Kota Medan:

2. Bapak Sastra, S.H, MKn. selaku Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Medan.

3. Bapak Drs. Roma P. Simaremare Wakil Ketua Bidang Kaderisasi DPC PDI Perjuangan Kota Medan

4. Anggota/Kader PDI Perjuangan Kota Medan yang dipilih acak

b. Data Sekunder, berupa pengumpulan informasi tambahan dari dokumen, buku, koran, maupun artikel-artikel yang berhubungan

33

Hadari Nawawi dan Martini Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Hal: 98

(42)

dalam judul dan perumusan masalah dalam penelitian, maupun lampiran-lampiran dan undang-undang yang mengatur program tersebut sehingga diperoleh deskripsi implementasi program.

1.7.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung, bersifat non-grafis atau dapat berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikatoris).Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar.Artinya penelitian ini membutuhkan pengutamaan penghayatan dan berusaha memahami faktor peristiwa dalam situasi tertentu. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur dan sistematis, akan melakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh penelitian.

I.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok dari penelitian ini,

maka penulis akan mempermudah dengan membagi sistematika penulisan

kedalam empat bagian sebagai berikut :

(43)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian, kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah, definisi konsep, definisi operasional, metode penelitian dan sitematika penulisan.

BAB II: Profil DPC PDI Perjuangan Kota Medan

Dalam bab ini akan di uraikan tentang gambaran umum PDI Perjuangan, deskripsi singkat tentang DPC PDI Perjuangan Kota Medan, sasaran dan pokok-pokok program DPC PDI Perjuangan Kota Medan.

BAB III : Implementasi Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik Pada PDI Perjuangan Kota Medan

Dalam Bab III ini, akan dijelaskan tentang bagaimana pelaksanaan funsgsi partai dalam proses rekrutmen politik dan apa saja faktor yang menghambat dan faktor yang mendukung rekrutmen politik pada PDI Perjuangan Kota Medan.

BAB IV : Kesimpulan dan Saran

Bab IV ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang

berisikan kesimpulan yang merupakan hasil-hasil pembahasan

(44)

pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang yang bisa

berguna bagi siapa saja yang tertarik membacanya.

(45)

BAB II

PROFIL DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KOTA MEDAN

2.1. Sejarah Singkat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

34

PDI Perjuangan lahir dari pertarungan untuk perlawanan terhadap pemaksaan kehendak negara terhadap kehidupan partai pada masa menjelang keruntuhan orde baru. Orde baru dengan berbagai cara berusaha menghalang- halangi tampilnya keturunan Sukarno, dalam hal ini Megawati Soekarnoputri, untuk tampil memimpin PDI karena dianggap membahayakan penguasa. Konflik berkepanjangan sejak tahun 1993-1999. Mengakibatkan PDI akhirnya pecah, satu pihak dibawah kepemimpinan Megawati yang didukung basis diakar rumput dan pihak lain dibawah kepemimpinan Suryadi yang didukung pemerintahan orde PDI Perjuangan merupakan keberlanjutan atau transformasi dari Partai Deokrasi Indonesia (PDI) di era orde baru. PDI sendiri adalah partai yang lahir dari fusi yang dipaksakan oleh negara pada tahun 1973. Terdapat lima partai sebagai pembentuk PDI, yakni Partai Nasional Indonesia, Partai Murba, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Kristen Indonesia, dan Partai Katolik. Tiga partai yang disebutkan pertama adalah partai dengan kecenderungan nasionalis-sekuler-progresif, sementara itu dua partai terakhir adalah partai dengan orientasi keagamaan atau spiritual, yaitu Kristen dan katolik.

34

Arsip DPC PDI Perjuangan Kota Medan

(46)

baru.

Legitimasi kedua kubu PDI ini diuji dalam pemilu 1997. Pada pemilu tersebut, PDI kubu Suryadi menjadi peserta pemilu bersama PPP dan Golkar.

Sementara itu, PDI dibawah Megawati mengambil sikap boikot pemilu. PDI kubu Megawati memilih golput atau melakukan aliansi strategis dengan PPP yang dikenal dengan aliansi 'Mega-Bintang'. Perolehan suara PDI turun drastis dari 14,89 persen (1992) menjadi 3,06 persen (1997). Tajamnya perolehan suara PDI menjadi bukti legitimasi kepemimpinan PDI dibawah Megawati.

Setelah orde baru tumbang, dualisme kepemimpinan PDI terus berlangsung sampai pada Megawati mendeklarasikan perubahan nama PDI yang dipimpinnya menjadi PDI Perjuangan, 14 Februari 1999. Hasil Pemilu 1999 kemudian menjadi bukti untuk kedua kalinya kepemimpinan PDI yang sesungguhnya. Legitimasi rakyat terhadap kepemimpinan PDI ternyata diberikan kepada PDI dibawah Megawati yang telah berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Ditengah pluralitas partai politik yang ikut pemilu tahun 1999, PDI Perjuangan tidak hanya mengalahkan PDI orde baru tetapi juga mampu keluar sebagai pemenang pemilu. Hasil pemilunya sangat prestisius, yaitu 33,7 persen.

Pencapaian yang diraih oleh PDI Perjuangan dalam pemilu itu belum mampu diulang dalam sejarah pemilu-pemilu berikutnya, bahkan oleh partai-partai yang lain. Sedangan PDI bentukan orde baru, yang saat itu dibawah Budi Hardjono, menjadi partai decimal, yaitu perolehan suaranya tidak mencapai 1 persen.

Dengan demikian resistensi pendukung PDI dibawah kepemimpinan Megawati

(47)

telah melahirkan PDI Perjuangan.

Bahkan, pemilu tahun 1999 mengantarkan Megawati menjadi wakil presiden mendampingi Abdul Rahman Wahid, dan setelah Abdul Rahman Wahid dilengserkan oleh politik parlemen, Megawati kemudian menjadi presiden. Pada pemilu tahun 2004 perolehan suara PDI Perjuangan 18 persen, dan turun lagi dalam pemilu tahun 2009 menjadi 14 persen.

Pada rentang waktu dua periode pemerintahan, yaitu hasil pemilu 2004 dan 2009, PDI Perjuangan mendeklarasikan diri menjadi partai oposisi. Rentang waktu tahun 2004 hingga tahun 2009 PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai yang mengambil sikap oposisional terhadap pemerintah, sedangkan pada masa pasca pemilu tahun 2009 PDI Perjuangan dan Hanura menjadi partai oposisi.

Berdasarkan hasil ksongres III PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach pada bulan April tahun 2010 Megawati Soekarnoputri kembali terpilih untuk menjabat sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan Periode 2010-2015. Kemudian hasil Kongres ke-IV pada April tahun 2015 di Bali. menjadikan Megawati kembali sebagai ketua umum partai yang berlambang banteng moncong putih ini.

2.2. Deskripsi tentang DPC PDI Perjuangan Kota Medan

35

Nama Kongres Medan atau sebuah Kongres Luar Biasa PDI pada akhir Juni tahun 1996 yang didukung pemerintah untuk menjegal langkah PDI yang dipimpin Megawati menjadi sejarah tersendiri bagi PDI Perjuangan di Kota

35

Arsip DPC PDI Perjuangan Kota Medan

(48)

Medan. Hasil kongres Medan memilih Soerjadi menjadi ketua umum PDI dan mengumumkan DPP hasil kongres. Sedangkan Sekretaris Jenderal PDI hasil kongres Medan dijabat oleh Buttu R. Hutapea yang merupakan Sekretaris DPD PDI Sumatera Utara dibawah PDI Megawati.

Selain didukung oleh pemerintah, kesuksesan Kongres Medan ini juga karena mendapat dukungan PDI di Sumatera Utara, beberapa posisi strategis di DPP PDI Soerajadi dijabat oleh elit-elit partai dari Sumatera Utara yang berkantor di kota Medan sebelumnya. Dualisme tidak dapat di hindari mulai dari pusat hingga kedaerah-daerah. Begitupun di Kota Medan terjadi dua kubu bersiteru yang mendukung PDI Soerjadi dan mendukung PDI Megawati. Hingga pada 14 Februari Tahun 1999 resmi dideklarasikan PDI Perjuangan, untuk DPC PDI Perjuangan Kota Medan baru resmi terbentuk pada tahun 2000 melalui mekanisme Konfercab.

Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kota Medan terletak di Jalan

Sekip Baru Nomor 26, Petisah Tengah, Medan Petisah, Kota Medan. Struktur

organisasi partai di Kota Medan terdiri dari 21 PAC yang berada di seluruh

Kecamatan Kota Medan, yakni: PAC Medan Kota, PAC Medan Denai, PAC

Medan Amplas, PAC Medan Area, PAC Medan Sunggal, PAC Medan

Tuntungan, PAC Medan Johor, PAC Medan Maimun, PAC Medan Polonia, PAC

Medan Selayang, PAC Medan Helvetia, PAC Medan Barat, PAC Medan Baru,

PAC Medan Petisah, PAC Medan Tembung, PAC Medan Perjuangan, PAC

Medan Timur, PAC Medan Deli, PAC Medan Belawan, PAC Medan Marelan,

(49)

dan PAC Medan Labuhan.

Hasil Konfercab DPC PDI Perjuangan Kota medan tahun 2005, menetapkan Augus Napitupulu, SH sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan periode 2005-2010. Sementara pada hasil Konfercab tahun 2010 menetapkan Henry Jhon SE, SH, MH sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan periode 2010-2015. Kemudian pada Konfercab tahun 2015 menetapkan Hasyim SE, sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan periode 2015-2020.

DPC sebagai pelaksana eksekutif partai tingkat Kabupaten dan Kota mempunyai wewenang dan kewajiban sebagai berikut :

1. Menumbuhkembangkan, memantapkan, dan membina kepengurusan partai di wilayahnya.

2. Memantapkan persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat dan jajaran partai di wilayahnya.

3. Memimpin dan mengkoordinasikan anak cabang partai dan kegiatan ppartai di wilayahnya.

4. Mengesahkan struktur, komposisi, dan personalia pengurus partai di wilayahnya.

5. Melaksanakan program kerja partai di wilayahnya.

6. Membentuk fraksi dan menetapkan pengurus fraksi partai di DPRD kabupaten/kota.

7. Menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran anggota partai sesuai dengan

ketentuan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga.

Gambar

Tabel 1.1: Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota  DPRD  Kota Medan Tahun 2014
Tabel  1.3  : Perolehan Suara Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota  Medan Tahun 2015
Gambar 1.1. Model Rekrutmen Politik
Gambar 3.1. Contoh KTA PDI Perjuangan tampak dari depan  Sumber : Dokumen pribadi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori dan hasil penelitian Nuriza Astari menunjukkan ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian

Pada relasi bonding , arus informasi dan jaringan kewirausahaan digital relatif setara dan seimbang karena semua anggota komunitas memiliki intensitas tinggi untuk bertemu

Kandungan LK yang diperoleh dari penelitian ini pada kisaran normal yaitu antara 2,699% - 3,391%, sesuai dengan pendapat Haryanto (2012) yang menyatakan bahwa

1) Kegiatan penilaian surat masuk sebenarnya sudah mulai dilaksanakan pada tahap pencatatan, yaitu pada waktu menilai sementara apakah surat masuk termasuk yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel pangsa pasar terhadap return saham sektor industri barang konsumsi.. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan

Identifikasi Dan Aplikasi Strain Azolla Asal Bondowoso Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah ( Oryza sativa L ) Fakultas Pertanian: Universitas Muhammadiyah

Pandangan MUI NTB yang tidak menyalahkan intervensi Pemerintah provinsi NTB melalui SE Gubernur yang mengatur tentang batas usia minimal menjadi 21 tahun syarat usia menikah

Alasan orang Indonesia menyukai tempe adalah harganya murah, selain itu tempe juga mudah dijumpai dimana-mana dan nutrisi yang dikandung oleh tempe juga baik untuk