i
REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI
MATEMATIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Clara Shinta Ryda Nanda NIM : 131134240
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya yang jauh dari sempurna ini saya persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi pedoman dan teladan dalam hidup
saya.
2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan
motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Dosen-dosen yang selalu membimbing dan mengajari saya untuk menjadi
pendidik yang baik.
4. E (Inisial) beserta keluarga yang telah bersedia menjadi partisipan dalam
penelitian ini.
5. Para guru dan seluruh staff SD Suka yang telah bersedia memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam terselesaikannya skripsi ini.
6. Teman-teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi yang
setia kawan serta selalu memberikan dukungan moral.
7. Yunas Utoro yang selalu sabar menemani serta memberi semangat ketika
saya merasa putus asa.
8. Almamater saya, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma.
9. Sahabat-sahabat saya, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
( Filipi 4 : 13 )
Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 30 Mei 2017
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Clara Shinta Ryda Nanda
Nomor Mahasiswa : 131134240
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Mei 2017 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA Oleh
Clara Shinta Ryda Nanda
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan tentang siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Terdapat pandangan bahwa siswa yang nilainya rendah pada mata pelajaran matematika juga akan mengalami kecemasan menghadapi matematika. Namun pada penelitian ini, siswa yang pandai dan mendapatkan nilai di atas KKM lah yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab dan dampak yang diakibatkan oleh kecemasan menghadapi matematika.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas IV SD Suka yang mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika, ia bernama E (Inisial). Peneliti juga menggali informasi terkait kecemasan yang dialami oleh E melalui 4 informan. Para informan tersebut yakni wali kelas IV SD Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta kedua orang tua E. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik pencodingan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab kecemasan yang dialami oleh E adalah orang tuanya. Orang tua E (dalam hal ini ibunya) memarahi E apabila ia mendapatkan nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Selain itu, ada beberapa konsekuensi yang akan E dapatkan apabila ia mendapatkan nilai yang jelek, antara lain pengurangan uang jajan dan diikutkan les tambahan. Hal-hal tersebut yang kemudian menyebabkan E cemas ketika menghadapi matematika.
ix ABSTRACT
A REALITY BEHIND THE ANXIETY OF FACING MATHEMATICS
By
Clara Shinta Ryda Nanda Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
This study was conducted based on the facts that happened in the circumstances about student who got anxiety when facing mathematics subject. There was a view that students who get a bad score in mathematics will automatically experiencing anxiety when facing mathematics. But in this study, the anxiety of facing mathematic attack a smart student who gets a good score in mathematics. The aims of this study is to identify the cause and the impact that involved by the anxiety of facing mathematics.
This is a qualitative research that use grounded theory as the research method. Participants in this study is a fourth grader of SD Suka named E (Initial) who got anxiety of facing mathematics. Researcher also dig information related to the anxiety that experienced by E through 4 informants. The informants were the classroom teacher of grade IV SD Suka, mathematics teacher of grade IV SD Suka, and E’s parents. In this study, data collection techniques that used were observation and interviews. The analytical technique that used was encoding system according to grounded theory method.
The results of the study found that the cause of anxiety that experienced by E is his parents. E's parents (in this case his mother) scold him if he gets a bad score in mathematics. In addition, there are some consequences that will E get if he gets a bad score in mathematics, such as reducing his pocket money and entering him to the additional tutoring. These things that caused the anxiety of facing mathematics experiencing by E.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Realita di Balik Kecemasan Menghadapi Matematika”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penulisan skripsi ini, tak jarang peneliti mengalami berbagai tantangan dan hambatan selama penelitian, namun hal tersebut peneliti jadikan sebagai pelajaran yang berharga di kemudian hari. Berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulisan skripsi ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma, atas program dan dinamika yang telah peneliti lalui selama ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, serta Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, serta Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
xi
Dharma Yogyakarta atas segala keramahannya dalam membantu peneliti selama perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir.
Peneliti juga berterima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah SD Suka yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Suka. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada wali kelas IV dan guru matematika kelas IV SD Suka yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada salah satu siswa kelas IV SD Suka beserta kedua orang tuanya yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Bernadino Realino Hery Prabowo dan Ibu Natalia Ida Herlida yang tak pernah lelah melimpahkan kasih sayang, dukungan, serta semangat untuk peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta Adik peneliti Sylvester Bramaditya Ryda Nanda yang selalu menghibur peneliti dikala merasa jenuh dan tidak bersemangat. Peneliti juga berterima kasih kepada Yunas Utoro yang selalu menyempatkan waktunya untuk memberi dukungan moral maupun materi kepada peneliti, serta motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Terima kasih pula untuk saudara-saudara peneliti yang telah memberikan doa dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya peneliti ucapkan terima kasih kepada Suster Helen yang selalu memberikan masukan dan tips-tips yang sangat bermanfaat hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti juga berterima kasih kepada teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi Samosir yang selalu setia berjuang bersama selama perkuliahan hingga tugas akhir ini. Sahabat-sahabat peneliti, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak henti-hentinya menghibur dan mendoakan peneliti.
xii
depan. Terima kasih atas dukungan dan doanya kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Dengan penuh kerendahan hati, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran sangat penelti harapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan peneliti semoga skripsi ini menjadi karya yang bermanfaat untuk seluruh pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 30 Mei 2017 Peneliti
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Definisi Operasional ... 6
xiv
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti ... 7
2.1.2 Teori yang Mendukung ... 9
2.1.2.1 Pengertian Kecemasan ... 9
1. Aspek kecemasan ... 10
2. Macam-macam Kecemasan ... 14
2.1.2.2 Kecemasan Matematika ... 16
2.1.2.3 Pengertian Matematika... 16
2.2 Penelitian yang Relevan ... 18
2.3 Kerangka Berpikir ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 25
3.1 Jenis Penelitian ... 25
3.2 Setting penelitian ... 27
3.2.1 Tempat Penelitian ... 27
3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka ... 28
3.3 Desain Penelitian ... 30
3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian ... 32
3.4.1 Latar Belakang Informan 1 ... 32
3.4.2 Latar Belakang Informan II ... 33
3.4.3 Latar Belakang Informan III ... 35
3.4.4 Latar Belakang Informan IV ... 38
3.4.5 Latar Belakang Partisipan ... 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data. ... 40
3.5.1 Observasi ... 41
xv
3.6 Instrumen Penelitian ... 42
3.7 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 49
3.7.1 Perpanjangan Pengamatan ... 49
3.7.2 Triangulasi ... 50
3.7.3 Transferabilitas ... 51
3.8 Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Hasil Penelitian ... 54
4.1.1 Wawancara dengan Partisipan ... 66
4.1.2 Wawancara dengan Informan I ... 69
4.1.3 Wawancara dengan Informan II ... 74
4.2.4 Wawancara dengan Informan III ... 75
4.1.5 Wawancara dengan Informan IV ... 81
4.2 Pembahasan ... 86
4.2.1 Faktor Penyebab Kecemasan ... 86
4.2.2 Dampak Kecemasan yang Ditimbulkan ... 89
4.3 Temuan Tambahan ... 92
BAB V PENUTUP ... 93
5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Implikasi ... 94
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 95
5.4 Saran ... 95
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan…..……….…….… 22
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir……….… 24
Gambar 3.1 Bagan Triangulasi………. 51
Gambar 3.3 Lembar Kuesioner………... 100
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian……….….……….…. 30
Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara……….…………..…………... 99
Tabel 4.1 Open Coding………..……….….………... 124
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Pedoman Observasi Kelas………... 99
Lampiran B Lembar Kuesioner……..……….….... 100
Lampiran C Alur dan Daftar Topik Wawancara.……… 102
Lampiran D Hasil Triangulasi...………....………..….... 104
Lampiran E Open Coding……….………...……….…... 124
Lampiran F Axial Coding….……….……... 126
Lampiran G Selective Coding…...……….. 127
Lampiran H Theoretical Coding………. 129
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I terdiri dari 6 hal yang akan dibahas. Hal-hal tersebut antara lain latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi tentang alasan peneliti
melakukan penelitian ini. Rumusan masalah berisi tentang permasalahan yang
akan peneliti pecahkan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi hal-hal yang
ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini. Manfaat penelitian berisi tentang
kegunaan dari penelitian ini. Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan terperinci mengenai
ke-enam hal tersebut.
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, pendidikan dasar merupakan
pendidikan yang lamanya 9 (Sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6
(enam) tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Sekolah Dasar merupakan tempat bagi siswa untuk memperoleh
pengetahuan akademik seperti menulis, membaca, dan berhitung. Terdapat 5 mata
pelajaran inti dalam Sekolah Dasar, yakni Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKn, dan
Matematika yang akan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya.
2
berhitung. Mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan berhitung adalah
matematika. Johnson dan Rising (dalam Runtukahu 2014 : 28) mengemukakan
bahwa matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Hitungan dasar dalam matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian harus dikuasai dengan sempurna. Materi
penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian dianggap penting karena
materi-materi tersebut seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya dalam kegiatan jual-beli. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah
satu ilmu pasti yang diajarkan di sekolah dan berguna untuk kehidupan
sehari-hari.
Dewasa ini yang terjadi di sekolah, sebagian besar siswa mengeluhkan
pembelajaran matematika yang mereka dapatkan di sekolah. Sebanyak 50.211
siswa SD yang tersebar di 1.989 sekolah di DIY merasa kesulitan menguasai
materi matematika, hal tersebut dapat dilihat melalui hasil Ujian Nasional siswa
SD di DIY tahun 2013 yang dilakukan oleh Tim Pengumuman UN 2013 bahwa
nilai matematika selalu berada di urutan paling rendah diantara ilmu-ilmu pasti
lainnya
(http://www.pengumumanun.com/2013/06/rekap-hasil-kelulusan-un-sd-yogya.html). Hal tersebut cukup menunjukkan bahwa matematika masih menjadi
momok bagi sebagian siswa, terutama dalam kasus ini yaitu siswa SD di DIY.
Melalui kegiatan PPL yang peneliti laksanakan selama 3 bulan di SD
3
khususnya pada mata pelajaran matematika. Nevid (2005 : 163) menjelaskan
bahwa kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir pada
seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Pendapat Nevid tersebut sesuai dengan yang dialami E (Inisial). E merupakan
siswa kelas IV B di SD Suka. E merupakan salah satu siswa yang cerdas di
kelasnya. Hampir pada seluruh mata pelajaran nilainya berada di atas KKM.
Namun E bukanlah anak yang aktif di kelas dan cenderung pendiam. Ketika
peneliti bertanya kepada wali kelas dan guru matematika kelas IV SD Suka
tentang perilau E di kelas, mereka juga mengatakan bahwa E adalah anak yang
pendiam di kelas.
Peneliti juga mewawancarai E untuk menggali informasi tentang
kecemasan yang E alami. Menurut E, ketika cemas, yang ia rasakan adalah sakit
perut, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar-debar, dan sering ingin buang
air kecil. Aspek-aspek kecemasan yang dialami oleh E sesuai dengan aspek
kecemasan fisik yang dicetuskan oleh Nevid. Menurut pendapat Nevid (2005 :
164 ) kecemasan fisik meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota
tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau
pingsan, mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara,
bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung terasa
kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan terdapat
4
E mengalami kecemasan saat menghadapi matematika, namun hal yang
membuat peneliti tertarik adalah nilai-nilai yang E peroleh selalu diatas KKM.
Dahulu selama bersekolah, peneliti juga mengalami kecemasan belajar
matematika, namun nilai peneliti selalu berada di bawah KKM. Hal tersebut
memunculkan beberapa pertanyaan dalam diri peneliti, mengapa seseorang yang
menguasai pelajaran Matematika mencemaskan pelajaran tersebut? Nilai yang ia
dapatkan pun selalu di atas KKM, lalu mengapa ia cemas? Berdasarkan
pengalaman pribadi peneliti dan fenomena yang terjadi pada E, peneliti terdorong
untuk melakukan penelitian terhadap E dengan menggunakan teknik grounded theory. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan siswa dalam menghadapi matematika, serta dampak kecemasan yang ditimbulkan.
1.2 Identifikasi Masalah
Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab siswa
mengalami kecemasan menghadapi matematika, serta mencari tahu dampak yang
dirimbulkan oleh kecemasan tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.3.1 Faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan belajar
matematika?
5 1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui penyebab dan dampak dari kecemasan belajar Matematika yang
dialami oleh seorang siswa.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi dunia pendidikan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa
berprestasi mengalami kecemasan belajar, khususnya pada mata pelajaran
matematika di Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi
dan perbaikan bagi orang tua maupun guru.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi sekolah
Melalui hasil penelitian ini, para guru di sekolah dapat lebih
mempertimbangkan cara mengajar siswa yang mengalami kecemasan
belajar, sehingga tingkat kecemasan siswa (khususnya pada mata pelajaran
matematika) dapat menurun.
1.5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
dalam mengembangkan penelitian yang selanjutnya, terutama tentang
6 1.5.2.3 Bagi Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengidentifikasi faktor
penyebab kecemasan belajar siswa dan dampaknya terhadap
perkembangan belajar siswa, sehingga peneliti memiliki sudut pandang
baru terhadap kecemasan belajar matematika.
1.6 Definisi Operasional
Berikut adalah pengertian dari istilah-istilah yang dipakai peneliti dalam
penelitian ini, untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian in.
1.6.1 Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
1.6.2 Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah
dibuktikan kebenarannya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian
yang relevan, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka membahas tentang deskripsi
siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika, tujuan penulisan
deskripsi partisipan dalam bab II ini adalah untuk membangun konteks yang
berhubungan dengan penelitian. Kajian pustaka juga membahas tentang teori-teori
yang mendukung terkait dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan berisi
tentang penelitian orang lain yang mendukung penelitian ini. Kerangka berpikir
membahas tentang alur berpikir peneliti secara detail, supaya pembaca dapat
memahami penelitian ini.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan peneliti di SD Suka, peneliti
menemukan siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika di kelas
IV. Sebelumnya, peneliti telah menyebar kuesioner di kelas IV SD Suka.
Kuesioner tersebut berisi indikator-indikator kecemasan. Barulah setelah dilihat
dari hasil kuesioner, peneliti dapat menentukan siswa yang mengalami
kecemasan. Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah E (Inisial), siswa yang
mengalami kecemasan menghadapi matematika.
E dilahirkan pada tanggal 16 Februari 2007 di sebuah rumah sakit di
8
(Inisial). E merupakan anak kedua dari dua bersaudara. E memiliki seorang kakak
perempuan yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP. E adalah siswa kelas IV di
SD Suka. E merupakan seorang siswa laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun. E
tinggal bersama kedua orang tuanya. Setiap harinya, E diantar sekolah oleh
ayahnya, dan ketika pulang sekolah dijemput oleh ibunya. Bapak H berprofesi
sebagai PNS, dan Bu L adalah ibu rumah tangga. Informasi tersebut peneliti
dapatkan setelah mewawancarai E.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan empat informan, yakni Bu W
(Inisial) wali kelas IV, Pak D (Inisial) guru Matematika kelas IV, Bapak H ayah
kandung E, dan Bu L ibu kandung E. Pak D dan Bu W mengatakan bahwa E
merupakan siswa yang pendiam dan juga pintar. Informasi tersebut peneliti
dapatkan ketika peneliti meminta rekapan nilai matematika hasil belajar E. Nilai
yang E peroleh pada mata pelajaran matematika berada di atas KKM. Kemudian
ketika peneliti meminta rekapan nilai pada mata pelajaran yang lainnya, nilai E
stabil dan semuanya di atas KKM. Namun pada kenyataannya, E mengalami
kecemasan menghadapi matematika.
Berdasarkan keterangan dari E yang mengalami kecemasan menghadapi
matematika, peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab kecemasan
9 2.1.2 Teori yang Mendukung
2.1.2.1 Pengertian Kecemasan
Cemas dan takut adalah kedua hal yang sering dianggap sama. Lalu,
apakah cemas dan takut memiliki arti yang sama? Takut adalah respons terhadap
bahaya yang dekat, sementara itu kecemasan berkaitan dengan kejadian yang
mungkin terjadi di masa mendatang (Emery & Oltmanns, 2013 : 194). Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”
yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Freud (2002 : 429) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu
keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi
fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Sementara
ketakutan, menurut Freud (2002 : 432) berkaitan secara khusus dengan keadaan
yang menyebabkan bahaya ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap
rasa takut, jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan perlindungan
terhadap ketakutan.
Nevid (2005 : 163) mengatakan bahwa yang disebut kecemasan adalah
suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu
yang buruk akan segera terjadi. Darajat (1996 : 27) berpendapat bahwa kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi
ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin
(konflik). Sedangkan menurut Gunarsa (1986 : 27), kecemasan adalah rasa
10
ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya yang ada dalam diri
seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar.
Berdasarkan pendapat lima ahli tersebut, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman sebagai
akibat dari keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi di masa mendatang.
Berbeda dengan takut, cemas adalah perasaan khawatir tentang sesuatu yang
buruk yang mungkin terjadi (dan itu artinya belum sungguh-sungguh terjadi),
sedangkan takut adalah perasaan yang timbul ketika sesuatu yang dianggap
bahaya ada di dekatnya. Misalnya ketika ada seekor ular masuk ke kamar kita,
kita merasa khawatir dan panik, itulah yang disebut ketakutan.
Untuk dapat menentukan partisipan yang mengalami kecemasan, peneliti
menyusun sebuah kuesioner yang berisi aspek-aspek kecemasan. Aspek-aspek
kecemasan yang digunakan untuk menyusun kuesioner pada peneltian ini
menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Nevid, yang akan dibahas
selanjutnya.
1. Aspek kecemasan
Supratiknya (1995 : 39) menjelaskan bahwa penderita gangguan kecemasan
umum menunjukkan simptom-simptom sebagai berikut :
a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat tak
menentu.
b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak
mampu, minder, depresi serta sedih.
11
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-lamban,
bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba
atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik
tertentu, seperti mematah-matahkan buku jari, mendeham, dan sebagainya.
e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar
bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil,
dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.
g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.
h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang
jelas.
i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit
bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, atau
sakit perut.
Nevid (2005 : 164 ) menguraikan aspek kecemasan yang terdiri dari aspek fisik,
behaviorial, dan kognitif.
a. Kecemasan fisik, meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh
gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau pingsan,
mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara, bernafas
pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung
12
yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan
terdapat gangguan sakit perut atau mual.
b. Kecemasan behaviorial, meliputi : perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang.
c. Kecemasan kognitif, meliputi : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu
akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada
penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada
terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang
normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan
kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak
bisa lagi dikendalikan, berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa
bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa
kabur dari keramaian; kalau tidak nanti akan pingsan, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran
terganggu, berpikir akan segera mati; meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit
berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Kecemasan dapat dilihat dari segi fisik, aspek-aspek kecemasan fisik telah
13
kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan pikiran seseorang. Seseorang
bisa saja mengalami ketiga aspek kecemasan tersebut sekaligus, namun ada juga
yang hanya mengalami satu atau dua di antara ketiganya.
Sedangkan Darajat (1996 : 28) menggolongkan aspek kecemasan menjadi dua,
yaitu kecemasan fisik dan kecemasan mental.
a. Kecemasan fisik, meliputi : ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur,
pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan
hilang, pusing, dan sebagainya.
b. Kecemasan mental, meliputi : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau
kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri,
hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup, dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa kecemasan terdiri dari dua aspek, yakni aspek fisik dan nonfisik atau
mental.
a. Indikator aspek fisik meliputi : jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut
mulas, pusing, mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan
lain-lain.
b. Indikator aspek mental meliputi : sering merasa khawatir, tegang, curiga, takut
akan bahaya yang mungkin terjadi, takut tertimpa kecelakaan, selalu merasa
14 2. Macam-macam Kecemasan
Freud (dalam Suryabrata, 2006 : 139) mengemukakan adanya tiga macam
kecemasan, yaitu kecemasan realistis, kecemasan neurotik dan kecemasan moral.
a. Kecemasan Realistis
Adalah kecemasan atau ketakutan yang yang realistis, atau takut akan
bahaya-bahaya di dunia luar; kedua kecemasan yang lain diasalkan dari kecemasan
realistis ini. Kecemasan siswa SD terhadap mata pelajaran Matematika termasuk
dalam kecemasan jenis ini, karena siswa SD mengalami perasaan takut dan tegang
serta gelisah dalam menghadapi pelajaran Matematika.
b. Kecemasan Neurotik
Adalah kecemasan kalau-kalau insting-insting tidak dapat dikendalikan dan
menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini
sebenarnya mempunyai dasar dalam realitas, karena dunia sebagaimana diwakili
oleh orang tua dan lain-lain orang yang memegang kekuasaan itu menghukum
anak yang melakukan tindakan impulsif.
c. Kecemasan Moral
Adalah kecemasan kata hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam
realitas; karena di masa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai
akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral, dan mungkin akan mendapat
hukuman lagi.
Darajat (1996 : 28) menjelaskan bahwa kecemasan digolongkan menjadi tiga
15
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang
mengancam pada dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena
sumbernya jelas terlihat dalam fikiran, misalnya ketika ingin menyebrang jalan
terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya. Atau seorang
mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila
ujian datang.
b. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang
paling sederhana ialah cemas yang umum, dimana orang merasa cemas (takut)
yang kurang jelas, tidak tertentu dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa,
serta takut itu mempengaruhi keeluruhan diri pribadi. Ada pula cemas dalam
bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, misalnya takut melihat
darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, atau orang ramai.
Ini berarti bahwa objek yang ditakuti itu, tidak seimbang dengan bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh benda-benda tersebut atau tidak berbahaya sama
sekali. Selanjutnya ada pula cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan
yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyait jiwa. Orang merasa cemas
karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia
merasa terancam oleh sesuatu itu.
c. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula
menyertai gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang
16
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kecemasan digolongkan menjadi dua macam, yakni kecemasan internal atau
kecemasan yang berasal dari dalam diri sendiri, serta kecemasan eksternal yang
berasal dari luar diri.
2.1.2.2 Kecemasan Matematika
Fiore (dalam Risnawati, 2014 : 92) mendefinisikan kecemasan matematika
yaitu kepanikan, ketidakberdayaan, kelumpuhan, dan pendisorganisasian mental
yang muncul pada beberapa orang ketika mereka diminta untuk memecahkan
masalah matematika.
Mathison (dalam Risnawati, 2014 : 91) mendefinisikan kecemasan matematika
sebagai ketakutan irasional matematika yang berkisar dari yang sederhana yaitu
ketidaknyamanan yang terkait dengan operasi numerik.
Sedangkan menurut Trujillo dan Hadfield (dalam Risnawati, 2014 : 92)
kecemasan matematika adalah keadaan ketidaknyamanan yang terjadi sebagai
respons terhadap situasi yang melibatkan tugas-tugas matematika yang dianggap
mengancam harga diri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan
tentang kecemasan matematika, yakni merupakan suatu perasaan
ketidaknyamanan ketika menghadapi pelajaran matematika.
2.1.2.3 Pengertian Matematika
Hudojo (1988 : 3) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide
atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya
17
(Runtukahu, 2014 : 28). Menurut Crockholf (dalam Runtukahu, 2014), dewasa ini
matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan,
perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan manusia sehari-hari.
Seperti yang kita ketahui di Indonesia, bahkan matematika merupakan salah satu
patokan kelulusan sejak tingkat SD sampai dengan SMA. Oleh sebab itu
matematika dianggap sangat penting untuk dapat dikuasai terutama pada jenjang
sekolah.
Berikut adalah definisi matematika menurut Johnson dan Rising (dalam
Runtukahu, 2014).
a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya.
b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan berbagai istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas,
dan akurat.
c. Matematika adalah seni, dimana keindahannya dalam keteraturan dan
keharmonisan.
Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu 2014), matematika adalah
pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk
memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Bruner (dalam Runtukahu 2014), anak-anak membentuk konsep
18
a. Tahap enaktif : dalam tahap enaktif, anak langsung terlibat dalam
memanipulasi objek-objek.
b. Tahap ikonik : dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan
dengan kegiatan mentalnya terhadap objek-objek yang dimanipulasinya.
c. Tahap simbolik : anak memanipulasi simbol atau lambang objek-objek
tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek-objek
nyata.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti berpendapat bahwa Matematika
adalah ilmu yang dipelajari secara konkret, yang berguna bagi kehidupan
sehari-hari. Matematika tidak seharusnya terpaku pada rumus, namun yang terjadi
dilapangan (khususnya SD), matematika agaknya telah keluar dari tujuan
utamanya dan berganti menjadi mata pelajaran hafalan.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Anissa Safitri (2016) yang berjudul “Pengaruh Metode Permainan Terhadap Kecemasan Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Pondok Ranji 01”. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pre eksperimental dan desain penelitian One Group Prettest and Posttest Design. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Ranji 01 tahun ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah 39 siswa kelas IV yang
didapatkan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan lembar observasi kecemasan belajar
matematika. teknik Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. hasil
19
diajarkan dengan metode permainan lebih rendah dibandingkan dengan sebelum
diajarkan dengan metode permainan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode permainan berpengaruh positif terhadap
berkurangnya kecemasan belajar siswa.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Inana Siti Maryam (2013) yang berjudul “Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mata Pelajaran Matematika pada Siswa SDN Bratan III Surakarta”. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang menggunakan product moment dari Pearson. Penelitian ini dilakukan di SDN Bratan III Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas III, IV, dan V SDN Bratan III yang berjumlah 110 orang yang terdiri
dari 38 siswa kelas III, 39 siswa kelas IV, dan 33 siswa kelas V. Teknik
pemilihan subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi populasi. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri berdasarkan
teori dari Bandura (1997) yang meliputi tingkat kesulitan (magnitude), umum (generality), kekuatan (strength), dan skala kecemasan berdasarkan teori dari Blackburn dan Davidson (1990) yang terdiri dari suasana hati, pikiran, motivasi,
perilaku, dan reaksi biologis. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien
korelasi sebesar -0,382;p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat hubungan
negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi
matematika.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Muhlisin, N. Dantes, Sariyasa (2013) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
20
Siswa”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
analisis varian dua jalur. Penelitian ini dilakukan di SD Gugus III Pancor
Singaraja. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa kelas IV SD
Gugus III Pancor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan
hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan PMR dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional,
(2) terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan ringkat
kecemasan siswa terhadap hasil belajar matematika, (3) terdapat perbedaan hasil
belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran
PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, (4)
terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat
kecemasan rendah.
Ketiga penelitian di atas mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian yang pertama membahas tentang pengaruh metode permainan terhadap
kecemasan belajar matematika. Penelitian yang kedua meneliti tentang hubungan
antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika.
Penelitian yang ketiga menjelaskan tentang pengaruh pendekatan pembelajaran
matematika realistik terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari tingkat
kecemasan belajar siswa. Ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas
mengenai kecemasan menghadapi matematika pada siswa SD. Ketiga penelitian
tersebut merupakan penelitian kuantitatif. Cara pengumpulan data yang digunakan
21
lakukan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian
grounded theory. Hal tersebut yang membedakan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, ketiga penelitian tersebut
memberikan relevansi kepada peneliti yang melakukan penelitian tentang faktor
yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika
serta dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan studi literatur kecemasan belajar siswa, peneliti memberikan
sudut pandang yang baru pada dunia penelitian khususnya kecemasan
menghadapi matematika, memiliki keistimewaan yaitu menyediakan informasi
serta pengetahuan bagi para orang tua dan guru tentang anak yang mengalami
kecemasan belajar. Peneliti menyusun literature map yang berisi penelitian-penelitian sebelumnya sampai dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Literature map yang disusun oleh peneliti menyajikan hubungan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan realita yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya,
peneliti berupaya untuk mengetahui faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kecemasan menghadapi matematika. Berikut adalah bagan penelitian yang
22 2.3 Kerangka Berpikir
Benarkah bahwa matematika merupakan momok bagi sebagian besar
siswa di Indonesia sehingga menyebabkan mereka mengalami kecemasan? Tak
jarang matematika dijadikan patokan bagi kesuksesan hasil belajar siswa selama
bersekolah. Orang tua akan merasa lebih bangga ketika anak mereka menjuarai
olimpiade matematika daripada perlombaan yang lainnya. Hal tersebut
kemungkinan menimbulkan kecemasan bagi siswa. Namun, dalam penelitian ini
justru seorang siswa yang menguasai pelajaran matematikalah yang mengalami
kecemasan belajar, apa yang menjadi penyebabnya? Anissa Safitri (2016)
23
Berdasarkan pengalaman peneliti, kecemasan belajar umumnya dialami
oleh anak-anak yang mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran matematika.
Namun yang terjadi di SD Suka, siswa dengan nilai KKM di atas rata-rata justru
yang mengalami kecemasan belajar. Dalam penelitian ini peneliti akan mencari
tahu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi
matematika dan dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut menggunakan
teknik grounded theory. Peneliti memilih teknik grounded theory sebab peneliti merasa grounded theory tepat digunakan untuk menyusun teori baru atau mengembangkan teori yang sudah ada terkait dengan kecemasan menghadapi
matematika. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.
Melalui observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner yang telah
peneliti lakukan di kelas IV SD Suka, peneliti menemukan satu siswa yang
mengalami kecemasan menghadapi matematika. Peneliti melihat bahwa siswa
yang mengalami kecemasan belajar tersebut memiliki konsentrasi yang baik, serta
hasil belajar yang memuaskan di hampir setiap mata pelajaran. Berdasarkan
kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa
yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika dan
dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut. Berikut adalah bagan
24 Siswa memperoleh
nilai diatas KKM pada mata pelajaran
Matematika Kecemasan menghadapi
matematika
Realita Dibalik Kecemasan Menghadapi
Matematika
25 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III terdiri dari 8 bagian, yakni jenis penelitian, setting penelitian, design
penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
kredibilitas dan transferabilitas, serta teknik analisis data. Jenis penelitian
merupakan jenis penelitian dan alasan yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini. Setting penelitian merupakan tempat dan waktu selama melakukan
penelitian. Partisipan penelitian merupakan subjek dan objek yang diteliti dalam
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, sementara keabsahan data berisi tentang uji kredibilitas dan
transferability. Teknik analisis data membahas tentang proses penelitian dari awal
sampai akhir.
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989 : 3) menjelaskan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab serta dampak kecemasan
belajar yang dialami siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Jenis penelitian
26
Putra, 2013 : 159) grounded theory adalah metodologi umum untuk mengembangkan teori. Teori hanya merupakan satu kesatuan yang terus
berkembang, bukan satu produk yang sempurna (Glasser dan Strauss, 1984 : 58).
Menurut Glasser dan Strauss (1984 : 59), terdapat dua macam perumusan teori
dasar, yakni substantive dan formal. Dengan teori substantif, dimaksudkan bahwa
teori itu dibentuk untuk daerah substantif atau empiris, dari pengamatan
sosiologis, seperti perawatan pasien, hubungan ras (bangsa), pendidikan
professional, kenakalan atau penyimpangan adat, danorganisasi atau badan
penelitian. Teori formal dimaksudkan teori yang dibentuk untuk bidang
pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat, tingkah laku
yang menyimpang dari adat, organisasi formal, sosialisasi, status yang serupa,
kekuasaan, dan kekuatan sosial, sistem pemberian hadiah atau mobilitas sosial.
(Glasser dan Strauss, 1984 : 59-60).
Glasser dan Strauss (1984 : 358) mengemukakan tentang ciri-ciri kategori
pengembangan teori. Ciri kategori pertama yang harus ada ialah bahwa teori
tersebut harus sesuai dan cocok dengan area substantive di mana teori itu akan
diterapkan. Kedua, teori itu harus dapat dipahami oleh orang-orang yang terlibat
dalam area itu. Ketiga, teori itu harus bersifat cukup umum untuk dapat diterapkan
pada berbagai situasi sehari-hari yang berbeda-beda di dalam area substantive itu.
Keempat, teori itu harus menyediakan kontrol partial bagi pemakainya untuk
mengawasi struktur serta proses yang terjadi pada situasi sehari-hari bila ada
27
Metodologi pengembangan teori tersebut berbasis pada pengumpulan dan
analisis data. Dalam grounded theory, lazimnya data dikumpulkan berdasarkan peristiwa yang diamati (Tohirin, 2011 : 33). Oleh sebab itu, pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung dan wawancara yang
mendalam. Observasi langsung yang dimaksud disini adalah peneliti terjun
langsung ke lapangan untuk mengamati obyek yang diteliti. Setelah melakukan
pengamatan, peneliti melakukan wawancara yang mendalam terhadap obyek yang
diteliti beserta informan yang dianggap representatif dalam penelitian ini.
3.2 Setting penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
SD Suka merupakan sekolah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.
Bangunan SD Suka telah berusia 94 tahun dan merupakan salah satu cagar budaya
di kota Yogyakarta. SD Suka merupakan sebuah sekolah swasta yang terletak di
salah satu jalan provinsi di area Yogyakarta. SD Suka termasuk sekolah yang
strategis karena letaknya yang di pinggir jalan provinsi, sehingga mudah untuk
ditemukan. Selain itu, SD Suka juga berdekatan dengan salah satu landasan udara
dan rumah sakit swasta di Yogyakarta. SD Suka adalah sekolah yang menyandang
gelar sekolah adiwiyata sejak tahun 2008. Program adiwiyata adalah salah satu
program kementrian lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup. Tak heran atmosfer di SD Suka sangat sejuk dan damai. Beberapa pohon
besar tumbuh menghiasi halamannya, menambah sejuk pemandangan. SD Suka
28
siswanya, misalnya upacara bendera, pramuka, ataupun berbagai macam
perlombaan. Di belakang bangunan SD Suka terdapat TK Suka. Kebanyakan
alumni TK Suka melanjutkan studinya ke SD Suka. Setiap tahun ajaran baru SD
Suka selalu kebanjiran calon siswa baru dan tidak pernah kekurangan siswa.
Sarana dan fasilitas yang ada di SD Suka pun cukup mendukung kegiatan belajar
mengajar.
SD Suka memiliki 12 kelas pararel, 1 ruangan perpustakaan, 1 Unit
Kegiatan Sekolah, 1 ruang computer, 1 kantin, 1 ruang guru, 1 ruang kepala
sekolah beserta tata usaha, dan 12 kamar mandi yang bersih. Fasilitas di SD Suka
cukup memadai karena sudah memiliki ruang computer dengan 20 unit komputer
di dalamnya. Saat ini di SD Suka terdapat 12 guru yang mengajar kelas 1 sampai
dengan kelas 6, kepala sekolah dibantu oleh 1 petugas tata usaha, 1 penjaga
kantin, 1 penjaga sekolah, dan 1 satpam. SD Suka merupakan sekolah dengan
mayoritas kondisi ekonomi siswa yang menengah keatas. Hal tersebut dapat
dilihat dari banyaknya orang tua yang mengantarkan anaknya menggunakan
mobil pribadi saat berangkat maupun pulang sekolah. Tak hanya itu, ketika PPL
peneliti pernah diberi tugas merekap biodata siswa beserta orang tua, sehingga
peneliti mengetahui profesi dari mayoritas orang tua siswa.
3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka
Melalui wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika kelas
IV SD Suka, didapatkan informasi bahwa pembelajaran matematika yang ada di
SD Suka dilakukan secara klasikal. Ketika ada siswa yang kesulitan baru
29
sepulang sekolah, yang dilakukan oleh guru matematika kelas IV SD Suka.
Namun ketika siswa dirasa masih kurang paham, maka Pak D mengutus siswa
yang pandai untuk mengajari teman-temannya yang masih belum paham. Menurut
beliau, cara tersebut lebih efektif dan lebih cepat. Beliau juga menerapkan system
reward dan punishment ketika mengajar. Rewa rd digunakan untuk memotivasi siswa, sedangkan punishment beliau gunakan untuk membuat siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama. Reward yang beliau berikan terkadang berupa applause, siswa yang mendapat nilai sempurna akan diumumkan di depan kelas. Sementara punishment bagi siswa yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman untuk mengerjakannya di perpustakaan atau ruang guru. Beliau juga mengurangi
nilai akhir siswa yang kedapatan sering tidak mengerjakan PR. Menurut Pak D,
pembelajaran matematika di SD Suka masih terlalu teacher centered.
Sepanjang pengalaman Pak D selaku guru Matematika kelas IV di SD
Suka, pelajaran matematika masih sangat terpusat pada guru. Siswa tidak pernah
diberi tugas atau proyek tersendiri, sehingga kegiatannya selalu guru menjelaskan
dan siswa memperhatikan. Beberapa tahun yang lalu SD Suka sempat memiliki
guru yang merupakan lulusan Pendidikan Matematika dan Matematika murni. Pak
R (Inisial) mengampu mata pelajaran matematika di kelas VI dan Bu S (Inisial)
mengampu pelajaran matematika di kelas V. Namun tepat setahun yang lalu
mereka resign sehingga peran guru matematika digantikan oleh wali kelas masing-masing. Berbagai informasi mengenai pembelajaran matematika di SD
Suka peneliti dapatkan melalui kegiatan PPL yang telah peneliti laksanakan di SD
30
Selama melaksanakan PPL, kegiatan yang dapat peneliti lakukan untuk
menggali informasi adalah melalui observasi. Sedangkan wawancara serta
pencarian partisipan dimulai dari awal bulan Januari sampai dengan awal bulan
Maret 2017. Berikut adalah waktu penelitian yang telah peneliti susun.
No Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan (dalam bulan)
11 12 01 02 03 04 05 06
Thn. 2016 Thn. 2017
1. Menyusun proposal
2. Observasi keadaan
lapangan
3. Pengumpulan data
(observasi, wawancara, dan dokumentasi)
4. Pengecekan data dan
proposal
5. Pengolahan data 6. Penyusunan laporan 7. Ujian skipsi
3.3 Desain Penelitian
Dalam pemilihan partisipan, grounded theory menggunakan sampel teoritis. Tidak seperti sampling yang direncanakan lebih dahulu dimana kerangka
sampling telah ada sejak permulaan penelitian, sampling teoritis berlanjut
sepanjang seluruh proses penelitian (Tohirin, 2011 : 33). Partisipan dalam
31
informasi tentang faktor penyebab kecemasan belajar siswa kelas IV SD Suka
terhadap mata pelajaran matematika. Partisipan dalam penelitian ini adalah
seorang siswa kelas 4 SD Suka, wali kelas 4 SD Suka, guru matematika kelas IV
SD Suka, dan orang tua siswa yang mengalami kecemasan belajar. Langkah awal
yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan partisipan adalah menyebar kuesioner
tentang kecemasan belajar matematika kepada seluruh siswa kelas IV B SD Suka.
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas 4 SD Suka mengenai
anak yang mengalami kecemasan belajar matematika.
Dalam penelitian ini, partisipan yang dirujuk oleh peneliti adalah seorang
siswa kelas IV yang mengalami kecemasan belajar matematika, wali kelas IV SD
Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta orang tua siswa yang mengalami
kecemasan belajar matematika. Para partisipan ini dianggap representatif untuk
menjawab faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi
matematika beserta dampak yang ditimbulkannya. Dalam Grounded Theory, proses pemilihan partisipan berhubungan erat dengan pengumpulan data dan
analisis data. Analisis data dalam penelitian grounded theory berlangsung selama penelitian berproses, mulai wawancara awal hingga berakhir pada pengamatan
(Tohirin, 2011 : 33). Maka dari itu partisipan bisa saja berubah atau bahkan
bertambah. Pada penelitian ini yang pertama diwawancarai adalah wali kelas IV B
SD Suka selaku informan I. Pemilihan partisipan yang selanjutnya berdasarkan
keterangan dari informan I tersebut.
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini dirujuk berdasarkan keterangan
32
wali kelas IV B selama melaksanakan PPL, sehingga peneliti tidak kesulitan
dalam menggali informasi dari Informan I. Pengamatan telah peneliti lakukan
sejak bulan Juli 2016, namun penelitian baru peneliti laksanakan pada bulan
Januari 2017. Oleh sebab itu peneliti harus mengurus surat ijin permohonan
penelitian untuk diserahkan ke SD Suka meskipun sebelumnya peneliti telah
melaksanakan PPL selama 3 bulan di SD Suka. Setelah menyerahkan surat ijin
dan penelitian disetujui oleh SD Suka, peneliti memulai penelitian keesokan
harinya. Sebagaimana telah disarankan oleh Bu W, peneliti menemui Pak D
selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Kemudian peneliti memutuskan
untuk menyebar kuesioner ke seluruh siswa kelas IV B untuk menemukan
responden yang sesuai indikator kecemasan yang peneliti tentukan. Hasil dari
pengolahan kuesioner akan dibahas pada bab IV.
3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian 3.4.1 Latar Belakang Informan 1
Informan I dalam penelitian ini adalah wali kelas IV B. Peneliti telah
melakukan wawancara sebanyak tiga kali dengan Informan I. Wawancara pertama
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pada pukul 08:34 sampai dengan pukul
08:37 di ruang guru. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 26 januari 2017
pada pukul 09:14 sampai dengan 09:16 di ruang guru. Wali Kelas IV B SD Suka
adalah Bu W. Bu W merupakan alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Beliau telah mengajar di SD
Suka selama satu setengah tahun. Pada awalnya, beliau mengajar kelas 5, karena
33
wali kelas IV B. Bu W adalah seseorang yang terbuka dan supel, beliau sangat
mudah diajak bekerja sama dan memberikan informasi yang lengkap ketika
diwawancarai. Wawancara dengan Bu W bertujuan untuk mengetahui sedikit
banyak latar belakang E dan perilaku E ketika belajar di kelas. Wawancara ini
bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami kecemasan menghadapi
matematika. Wawancara dengan Informan I pertama kali peneliti lakukan di
depan kelas IV pada saat jam istirahat. Namun karena terlalu banyak siswa berlalu
lalang, kemudian kami berpindah tempat di ruang guru yang lebih kondusif. Pada
waktu itu terdapat beberapa guru yang sedang makan siang, kemudian peneliti
mempersilakan Bu W untuk makan siang terlebih dahulu, namun beliau
mengatakan bahwa beliau biasanya makan siang pada pukul 11.20, yakni saat
istirahat kedua. Dengan bertempat di meja Bu W, peneliti mulai melontarkan
beberapa pertanyaan. Namun rupanya Informan I tidak mengampu mata pelajaran
matematika, kemudian beliau merujuk guru matematika kelas IV untuk peneliti
wawancarai.
3.4.2 Latar Belakang Informan II
Peneliti melakukan wawancara dengan Informan II sebanyak dua kali.
Wawancara dengan informan II pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Januari
2017 pada pukul 10.26 sampai pukul 10.30 di ruang kelas IV B. Wawancara yang
kedua peneliti lakukan pada tanggal 13 Februari 2017 pada pukul 11.27 sampai
dengan pukul 11.31 di ruang perpustakaan sekolah. Informan II dalam penelitian
ini adalah Pak D selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Beliau adalah
34
memulai bekerja di SD Suka sekitar tahun 2012. Pertama kalinya, beliau mengajar
kelas II, lalu setahun kemudian mengajar kelas V dan saat ini mengajar kelas IV.
Wawancara dengan Pak D bertujuan untuk mengetahui perilaku E ketika belajar
di kelas, karena beliau yang mengampu pelajaran matematika di kelas IV. Setelah
membuat janji dengan guru matematika kelas IV dan beliau bersedia
diwawancarai, peneliti pun memulai wawancara dengan guru matematika kelas IV
selaku Informan II pada hari berikutnya. Tak lupa peneliti merekam proses
wawancara menggunakan handphone dan juga mencatat keterangan-keterangan yang diucapkan Informan II.
Peneliti mewawancarai Informan II di tempat yang sama dimana peneliti
mewawancarai Bu W, yakni di depan kelas IV B. Pada waktu peneliti melakukan
wawancara dengan pak D, siswa diberi tugas dan mengerjakan, sehingga Pak D
dapat menyempatkan sedikit waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan peneliti.
Selama proses wawancara, tak jarang para siswa mendatangi kami untuk
menanyakan cara mengerjakan atau sekedar menanyakan di buku apa mereka
harus mengerjakan. Meskipun sedikit terganggu karena suara siswa ikut terekam,
kami tetap memutuskan untuk tidak berpindah lokasi mengingat saat itu kegiatan
belajar mengajar sedang berlangsung, supaya para siswa tetap ada yang
mengawasi dan tidak membuat kegaduhan. Tujuan peneliti mewawancarai Pak D
adalah untuk mengetahui perilaku siswa yang mengalami kecemasan menghadapi
matematika di kelas. Berdasarkan keterangan Pak D, siswa yang mengalami
kecemasan belajar adalah siswa yang memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran
35
peneliti. Rasa cemas yang berlebihan menyebabkan peneliti selalu mendapatkan
nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut lalu
mempengaruhi peneliti dalam menyimpulkan bahwa siswa yang mengalami
kecemasan belajar adalah siswa yang nilainya rendah. Namun yang terjadi pada E
sungguh menimbulkan kontradiksi atas pernyataan tersebut. Pak D mengatakan
bahwa E tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengalami kecemasan
menghadapi matematika. Menurut Pak D, E adalah siswa yang pandai dan
pendiam di kelas. Peneliti juga bertanya tentang pendekatan yang dilakukan
Informan II dalam mengajar Matematika. Hasil wawancara dengan Informan II
akan dijelaskan pada bab IV.
3.4.3 Latar Belakang Informan III
Informan III dalam penelitian ini adalah Bu L, selaku orang tua siswa E
yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Kamis, 9 Maret 2017
adalah kali pertama peneliti berkenalan dengan Bu L. Sebelum berkenalan dengan
Bu L, peneliti telah lebih dahulu membuat janji dengan E untuk bertemu dengan
Bu L. Peneliti sudah berada di SD Suka sejak pukul 09.00 WIB. Peneliti bersama
dua orang teman yang lain menunggu jam pulang yakni pukul 13.00 untuk dapat
bertemu dengan orang tua partisipan masing-masing. Ternyata ketika peneliti
beserta teman-teman datang ke sekolah, disana sedang ada adik tingkat semester 6
yang sedang melaksanakan magang kepala sekolah atau probaling II. Peneliti
kemudian teringat akan masa-masa PPL bersama teman-teman satu kelompok
PPL di SD Suka, terbersit rindu yang mengharukan karena sebagian dari kami
36
berjuang mengumpulkan data untuk tugas akhirnya. Terdapat 5 orang mahasiswa
dan 1 orang mahasiswa yang ternyata adalah teman satu angkatan peneliti. Ia baru
mengikuti probaling pada tahun ini karena tahun kemarin ia sedang ada halangan.
Kemudian kami saling bercerita tentang pengalaman di semester 8. Asik bercerita,
ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 13.00.
Tiba saatnya jam pulang sekolah, peneliti menunggu E di bawah tangga
karena kelasnya terletak di lantai dua. Tak disangka peneliti kehilangan jejak E,
seluruh siswa kelas IV sudah habis namun peneliti belum juga melihat E.
Beruntung teman peneliti melihat E sedang berjalan keluar gerbang sekolah.
Peneliti langsung berlari menyusul E. Peneliti menemukan E sedang jajan bakso
bakar dengan teman-temannya. Kemudian peneliti mendatangi E dan
mengingatkan bahwa peneliti berniat berkenalan dengan Bu L, E berkata bahwa ia
lupa sehingga ia pergi begitu saja. Banyak anak-anak mendatangi peneliti dan
menanyakan mengapa peneliti berada di tempat jajan, mereka mengira peneliti
ingin jajan. Keluguan anak-anak terkadang sangat lucu. Ketika jajan, peneliti
mengamati perilaku E yang hanya diam saja. Ia malah tenggelam dalam
kerumunan anak-anak yang mengantri dan tidak sempat menjangkau penjual
bakso bakar tersebut. Peneliti sempat ragu jangan-jangan E tidak tahu caranya
jajan, atau mungkin saking ramainya ia bingung untuk memesan makanan. Sambil
menunggu E jajan, peneliti menyusun kata-kata untuk berkenalan dengan Bu L di
dalam pikiran peneliti. Rasanya cukup grogi dan takut. Peneliti takut Bu L tidak
berkenan diwawancarai dan menolak maksud peneliti. Ketika sedang