• Tidak ada hasil yang ditemukan

Realita di balik kecemasan menghadapi matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Realita di balik kecemasan menghadapi matematika"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI

MATEMATIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Clara Shinta Ryda Nanda NIM : 131134240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang jauh dari sempurna ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi pedoman dan teladan dalam hidup

saya.

2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan

motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Dosen-dosen yang selalu membimbing dan mengajari saya untuk menjadi

pendidik yang baik.

4. E (Inisial) beserta keluarga yang telah bersedia menjadi partisipan dalam

penelitian ini.

5. Para guru dan seluruh staff SD Suka yang telah bersedia memberikan

informasi yang dibutuhkan dalam terselesaikannya skripsi ini.

6. Teman-teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi yang

setia kawan serta selalu memberikan dukungan moral.

7. Yunas Utoro yang selalu sabar menemani serta memberi semangat ketika

saya merasa putus asa.

8. Almamater saya, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata

Dharma.

9. Sahabat-sahabat saya, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak

(5)

v

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

( Filipi 4 : 13 )

Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

Yogyakarta, 30 Mei 2017

Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Clara Shinta Ryda Nanda

Nomor Mahasiswa : 131134240

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Mei 2017 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA Oleh

Clara Shinta Ryda Nanda

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan tentang siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Terdapat pandangan bahwa siswa yang nilainya rendah pada mata pelajaran matematika juga akan mengalami kecemasan menghadapi matematika. Namun pada penelitian ini, siswa yang pandai dan mendapatkan nilai di atas KKM lah yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab dan dampak yang diakibatkan oleh kecemasan menghadapi matematika.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas IV SD Suka yang mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika, ia bernama E (Inisial). Peneliti juga menggali informasi terkait kecemasan yang dialami oleh E melalui 4 informan. Para informan tersebut yakni wali kelas IV SD Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta kedua orang tua E. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik pencodingan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab kecemasan yang dialami oleh E adalah orang tuanya. Orang tua E (dalam hal ini ibunya) memarahi E apabila ia mendapatkan nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Selain itu, ada beberapa konsekuensi yang akan E dapatkan apabila ia mendapatkan nilai yang jelek, antara lain pengurangan uang jajan dan diikutkan les tambahan. Hal-hal tersebut yang kemudian menyebabkan E cemas ketika menghadapi matematika.

(9)

ix ABSTRACT

A REALITY BEHIND THE ANXIETY OF FACING MATHEMATICS

By

Clara Shinta Ryda Nanda Sanata Dharma University Yogyakarta

2017

This study was conducted based on the facts that happened in the circumstances about student who got anxiety when facing mathematics subject. There was a view that students who get a bad score in mathematics will automatically experiencing anxiety when facing mathematics. But in this study, the anxiety of facing mathematic attack a smart student who gets a good score in mathematics. The aims of this study is to identify the cause and the impact that involved by the anxiety of facing mathematics.

This is a qualitative research that use grounded theory as the research method. Participants in this study is a fourth grader of SD Suka named E (Initial) who got anxiety of facing mathematics. Researcher also dig information related to the anxiety that experienced by E through 4 informants. The informants were the classroom teacher of grade IV SD Suka, mathematics teacher of grade IV SD Suka, and E’s parents. In this study, data collection techniques that used were observation and interviews. The analytical technique that used was encoding system according to grounded theory method.

The results of the study found that the cause of anxiety that experienced by E is his parents. E's parents (in this case his mother) scold him if he gets a bad score in mathematics. In addition, there are some consequences that will E get if he gets a bad score in mathematics, such as reducing his pocket money and entering him to the additional tutoring. These things that caused the anxiety of facing mathematics experiencing by E.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Realita di Balik Kecemasan Menghadapi Matematika”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini, tak jarang peneliti mengalami berbagai tantangan dan hambatan selama penelitian, namun hal tersebut peneliti jadikan sebagai pelajaran yang berharga di kemudian hari. Berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulisan skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma, atas program dan dinamika yang telah peneliti lalui selama ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, serta Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, serta Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

Dharma Yogyakarta atas segala keramahannya dalam membantu peneliti selama perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir.

Peneliti juga berterima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah SD Suka yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Suka. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada wali kelas IV dan guru matematika kelas IV SD Suka yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada salah satu siswa kelas IV SD Suka beserta kedua orang tuanya yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Bernadino Realino Hery Prabowo dan Ibu Natalia Ida Herlida yang tak pernah lelah melimpahkan kasih sayang, dukungan, serta semangat untuk peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta Adik peneliti Sylvester Bramaditya Ryda Nanda yang selalu menghibur peneliti dikala merasa jenuh dan tidak bersemangat. Peneliti juga berterima kasih kepada Yunas Utoro yang selalu menyempatkan waktunya untuk memberi dukungan moral maupun materi kepada peneliti, serta motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Terima kasih pula untuk saudara-saudara peneliti yang telah memberikan doa dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya peneliti ucapkan terima kasih kepada Suster Helen yang selalu memberikan masukan dan tips-tips yang sangat bermanfaat hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti juga berterima kasih kepada teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi Samosir yang selalu setia berjuang bersama selama perkuliahan hingga tugas akhir ini. Sahabat-sahabat peneliti, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak henti-hentinya menghibur dan mendoakan peneliti.

(12)

xii

depan. Terima kasih atas dukungan dan doanya kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Dengan penuh kerendahan hati, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran sangat penelti harapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan peneliti semoga skripsi ini menjadi karya yang bermanfaat untuk seluruh pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 30 Mei 2017 Peneliti

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Definisi Operasional ... 6

(14)

xiv

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti ... 7

2.1.2 Teori yang Mendukung ... 9

2.1.2.1 Pengertian Kecemasan ... 9

1. Aspek kecemasan ... 10

2. Macam-macam Kecemasan ... 14

2.1.2.2 Kecemasan Matematika ... 16

2.1.2.3 Pengertian Matematika... 16

2.2 Penelitian yang Relevan ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Setting penelitian ... 27

3.2.1 Tempat Penelitian ... 27

3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka ... 28

3.3 Desain Penelitian ... 30

3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian ... 32

3.4.1 Latar Belakang Informan 1 ... 32

3.4.2 Latar Belakang Informan II ... 33

3.4.3 Latar Belakang Informan III ... 35

3.4.4 Latar Belakang Informan IV ... 38

3.4.5 Latar Belakang Partisipan ... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data. ... 40

3.5.1 Observasi ... 41

(15)

xv

3.6 Instrumen Penelitian ... 42

3.7 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 49

3.7.1 Perpanjangan Pengamatan ... 49

3.7.2 Triangulasi ... 50

3.7.3 Transferabilitas ... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Wawancara dengan Partisipan ... 66

4.1.2 Wawancara dengan Informan I ... 69

4.1.3 Wawancara dengan Informan II ... 74

4.2.4 Wawancara dengan Informan III ... 75

4.1.5 Wawancara dengan Informan IV ... 81

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Faktor Penyebab Kecemasan ... 86

4.2.2 Dampak Kecemasan yang Ditimbulkan ... 89

4.3 Temuan Tambahan ... 92

BAB V PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Implikasi ... 94

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 95

5.4 Saran ... 95

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan…..……….…….… 22

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir……….… 24

Gambar 3.1 Bagan Triangulasi………. 51

Gambar 3.3 Lembar Kuesioner………... 100

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian……….….……….…. 30

Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara……….…………..…………... 99

Tabel 4.1 Open Coding………..……….….………... 124

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Pedoman Observasi Kelas………... 99

Lampiran B Lembar Kuesioner……..……….….... 100

Lampiran C Alur dan Daftar Topik Wawancara.……… 102

Lampiran D Hasil Triangulasi...………....………..….... 104

Lampiran E Open Coding……….………...……….…... 124

Lampiran F Axial Coding….……….……... 126

Lampiran G Selective Coding…...……….. 127

Lampiran H Theoretical Coding………. 129

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I terdiri dari 6 hal yang akan dibahas. Hal-hal tersebut antara lain latar

belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi tentang alasan peneliti

melakukan penelitian ini. Rumusan masalah berisi tentang permasalahan yang

akan peneliti pecahkan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi hal-hal yang

ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini. Manfaat penelitian berisi tentang

kegunaan dari penelitian ini. Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan terperinci mengenai

ke-enam hal tersebut.

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, pendidikan dasar merupakan

pendidikan yang lamanya 9 (Sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6

(enam) tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat.

Sekolah Dasar merupakan tempat bagi siswa untuk memperoleh

pengetahuan akademik seperti menulis, membaca, dan berhitung. Terdapat 5 mata

pelajaran inti dalam Sekolah Dasar, yakni Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKn, dan

Matematika yang akan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya.

(20)

2

berhitung. Mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan berhitung adalah

matematika. Johnson dan Rising (dalam Runtukahu 2014 : 28) mengemukakan

bahwa matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat

secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak

didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya. Hitungan dasar dalam matematika seperti penjumlahan,

pengurangan, pembagian, dan perkalian harus dikuasai dengan sempurna. Materi

penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian dianggap penting karena

materi-materi tersebut seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

contohnya dalam kegiatan jual-beli. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah

satu ilmu pasti yang diajarkan di sekolah dan berguna untuk kehidupan

sehari-hari.

Dewasa ini yang terjadi di sekolah, sebagian besar siswa mengeluhkan

pembelajaran matematika yang mereka dapatkan di sekolah. Sebanyak 50.211

siswa SD yang tersebar di 1.989 sekolah di DIY merasa kesulitan menguasai

materi matematika, hal tersebut dapat dilihat melalui hasil Ujian Nasional siswa

SD di DIY tahun 2013 yang dilakukan oleh Tim Pengumuman UN 2013 bahwa

nilai matematika selalu berada di urutan paling rendah diantara ilmu-ilmu pasti

lainnya

(http://www.pengumumanun.com/2013/06/rekap-hasil-kelulusan-un-sd-yogya.html). Hal tersebut cukup menunjukkan bahwa matematika masih menjadi

momok bagi sebagian siswa, terutama dalam kasus ini yaitu siswa SD di DIY.

Melalui kegiatan PPL yang peneliti laksanakan selama 3 bulan di SD

(21)

3

khususnya pada mata pelajaran matematika. Nevid (2005 : 163) menjelaskan

bahwa kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir pada

seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Pendapat Nevid tersebut sesuai dengan yang dialami E (Inisial). E merupakan

siswa kelas IV B di SD Suka. E merupakan salah satu siswa yang cerdas di

kelasnya. Hampir pada seluruh mata pelajaran nilainya berada di atas KKM.

Namun E bukanlah anak yang aktif di kelas dan cenderung pendiam. Ketika

peneliti bertanya kepada wali kelas dan guru matematika kelas IV SD Suka

tentang perilau E di kelas, mereka juga mengatakan bahwa E adalah anak yang

pendiam di kelas.

Peneliti juga mewawancarai E untuk menggali informasi tentang

kecemasan yang E alami. Menurut E, ketika cemas, yang ia rasakan adalah sakit

perut, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar-debar, dan sering ingin buang

air kecil. Aspek-aspek kecemasan yang dialami oleh E sesuai dengan aspek

kecemasan fisik yang dicetuskan oleh Nevid. Menurut pendapat Nevid (2005 :

164 ) kecemasan fisik meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota

tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau

pingsan, mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara,

bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang

bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung terasa

kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan terdapat

(22)

4

E mengalami kecemasan saat menghadapi matematika, namun hal yang

membuat peneliti tertarik adalah nilai-nilai yang E peroleh selalu diatas KKM.

Dahulu selama bersekolah, peneliti juga mengalami kecemasan belajar

matematika, namun nilai peneliti selalu berada di bawah KKM. Hal tersebut

memunculkan beberapa pertanyaan dalam diri peneliti, mengapa seseorang yang

menguasai pelajaran Matematika mencemaskan pelajaran tersebut? Nilai yang ia

dapatkan pun selalu di atas KKM, lalu mengapa ia cemas? Berdasarkan

pengalaman pribadi peneliti dan fenomena yang terjadi pada E, peneliti terdorong

untuk melakukan penelitian terhadap E dengan menggunakan teknik grounded theory. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan siswa dalam menghadapi matematika, serta dampak kecemasan yang ditimbulkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab siswa

mengalami kecemasan menghadapi matematika, serta mencari tahu dampak yang

dirimbulkan oleh kecemasan tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1.3.1 Faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan belajar

matematika?

(23)

5 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui penyebab dan dampak dari kecemasan belajar Matematika yang

dialami oleh seorang siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi dunia pendidikan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa

berprestasi mengalami kecemasan belajar, khususnya pada mata pelajaran

matematika di Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi

dan perbaikan bagi orang tua maupun guru.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi sekolah

Melalui hasil penelitian ini, para guru di sekolah dapat lebih

mempertimbangkan cara mengajar siswa yang mengalami kecemasan

belajar, sehingga tingkat kecemasan siswa (khususnya pada mata pelajaran

matematika) dapat menurun.

1.5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi

dalam mengembangkan penelitian yang selanjutnya, terutama tentang

(24)

6 1.5.2.3 Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengidentifikasi faktor

penyebab kecemasan belajar siswa dan dampaknya terhadap

perkembangan belajar siswa, sehingga peneliti memiliki sudut pandang

baru terhadap kecemasan belajar matematika.

1.6 Definisi Operasional

Berikut adalah pengertian dari istilah-istilah yang dipakai peneliti dalam

penelitian ini, untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian in.

1.6.1 Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

1.6.2 Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat

secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak

didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah

dibuktikan kebenarannya.

(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian

yang relevan, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka membahas tentang deskripsi

siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika, tujuan penulisan

deskripsi partisipan dalam bab II ini adalah untuk membangun konteks yang

berhubungan dengan penelitian. Kajian pustaka juga membahas tentang teori-teori

yang mendukung terkait dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan berisi

tentang penelitian orang lain yang mendukung penelitian ini. Kerangka berpikir

membahas tentang alur berpikir peneliti secara detail, supaya pembaca dapat

memahami penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan peneliti di SD Suka, peneliti

menemukan siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika di kelas

IV. Sebelumnya, peneliti telah menyebar kuesioner di kelas IV SD Suka.

Kuesioner tersebut berisi indikator-indikator kecemasan. Barulah setelah dilihat

dari hasil kuesioner, peneliti dapat menentukan siswa yang mengalami

kecemasan. Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah E (Inisial), siswa yang

mengalami kecemasan menghadapi matematika.

E dilahirkan pada tanggal 16 Februari 2007 di sebuah rumah sakit di

(26)

8

(Inisial). E merupakan anak kedua dari dua bersaudara. E memiliki seorang kakak

perempuan yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP. E adalah siswa kelas IV di

SD Suka. E merupakan seorang siswa laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun. E

tinggal bersama kedua orang tuanya. Setiap harinya, E diantar sekolah oleh

ayahnya, dan ketika pulang sekolah dijemput oleh ibunya. Bapak H berprofesi

sebagai PNS, dan Bu L adalah ibu rumah tangga. Informasi tersebut peneliti

dapatkan setelah mewawancarai E.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan empat informan, yakni Bu W

(Inisial) wali kelas IV, Pak D (Inisial) guru Matematika kelas IV, Bapak H ayah

kandung E, dan Bu L ibu kandung E. Pak D dan Bu W mengatakan bahwa E

merupakan siswa yang pendiam dan juga pintar. Informasi tersebut peneliti

dapatkan ketika peneliti meminta rekapan nilai matematika hasil belajar E. Nilai

yang E peroleh pada mata pelajaran matematika berada di atas KKM. Kemudian

ketika peneliti meminta rekapan nilai pada mata pelajaran yang lainnya, nilai E

stabil dan semuanya di atas KKM. Namun pada kenyataannya, E mengalami

kecemasan menghadapi matematika.

Berdasarkan keterangan dari E yang mengalami kecemasan menghadapi

matematika, peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab kecemasan

(27)

9 2.1.2 Teori yang Mendukung

2.1.2.1 Pengertian Kecemasan

Cemas dan takut adalah kedua hal yang sering dianggap sama. Lalu,

apakah cemas dan takut memiliki arti yang sama? Takut adalah respons terhadap

bahaya yang dekat, sementara itu kecemasan berkaitan dengan kejadian yang

mungkin terjadi di masa mendatang (Emery & Oltmanns, 2013 : 194). Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”

yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

Freud (2002 : 429) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu

keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi

fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Sementara

ketakutan, menurut Freud (2002 : 432) berkaitan secara khusus dengan keadaan

yang menyebabkan bahaya ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap

rasa takut, jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan perlindungan

terhadap ketakutan.

Nevid (2005 : 163) mengatakan bahwa yang disebut kecemasan adalah

suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu

yang buruk akan segera terjadi. Darajat (1996 : 27) berpendapat bahwa kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi

ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin

(konflik). Sedangkan menurut Gunarsa (1986 : 27), kecemasan adalah rasa

(28)

10

ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya yang ada dalam diri

seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar.

Berdasarkan pendapat lima ahli tersebut, peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman sebagai

akibat dari keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi di masa mendatang.

Berbeda dengan takut, cemas adalah perasaan khawatir tentang sesuatu yang

buruk yang mungkin terjadi (dan itu artinya belum sungguh-sungguh terjadi),

sedangkan takut adalah perasaan yang timbul ketika sesuatu yang dianggap

bahaya ada di dekatnya. Misalnya ketika ada seekor ular masuk ke kamar kita,

kita merasa khawatir dan panik, itulah yang disebut ketakutan.

Untuk dapat menentukan partisipan yang mengalami kecemasan, peneliti

menyusun sebuah kuesioner yang berisi aspek-aspek kecemasan. Aspek-aspek

kecemasan yang digunakan untuk menyusun kuesioner pada peneltian ini

menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Nevid, yang akan dibahas

selanjutnya.

1. Aspek kecemasan

Supratiknya (1995 : 39) menjelaskan bahwa penderita gangguan kecemasan

umum menunjukkan simptom-simptom sebagai berikut :

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat tak

menentu.

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak

mampu, minder, depresi serta sedih.

(29)

11

d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-lamban,

bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba

atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik

tertentu, seperti mematah-matahkan buku jari, mendeham, dan sebagainya.

e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar

bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil,

dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.

f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.

g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang

jelas.

i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit

bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, atau

sakit perut.

Nevid (2005 : 164 ) menguraikan aspek kecemasan yang terdiri dari aspek fisik,

behaviorial, dan kognitif.

a. Kecemasan fisik, meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh

gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau pingsan,

mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara, bernafas

pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang

bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung

(30)

12

yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan

terdapat gangguan sakit perut atau mual.

b. Kecemasan behaviorial, meliputi : perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang.

c. Kecemasan kognitif, meliputi : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu

akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada

penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada

terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang

normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan

kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,

berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak

bisa lagi dikendalikan, berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa

bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal

mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa

kabur dari keramaian; kalau tidak nanti akan pingsan, pikiran terasa bercampur

aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran

terganggu, berpikir akan segera mati; meskipun dokter tidak menemukan

sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit

berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Kecemasan dapat dilihat dari segi fisik, aspek-aspek kecemasan fisik telah

(31)

13

kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan pikiran seseorang. Seseorang

bisa saja mengalami ketiga aspek kecemasan tersebut sekaligus, namun ada juga

yang hanya mengalami satu atau dua di antara ketiganya.

Sedangkan Darajat (1996 : 28) menggolongkan aspek kecemasan menjadi dua,

yaitu kecemasan fisik dan kecemasan mental.

a. Kecemasan fisik, meliputi : ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur,

pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan

hilang, pusing, dan sebagainya.

b. Kecemasan mental, meliputi : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau

kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri,

hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup, dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa kecemasan terdiri dari dua aspek, yakni aspek fisik dan nonfisik atau

mental.

a. Indikator aspek fisik meliputi : jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut

mulas, pusing, mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan

lain-lain.

b. Indikator aspek mental meliputi : sering merasa khawatir, tegang, curiga, takut

akan bahaya yang mungkin terjadi, takut tertimpa kecelakaan, selalu merasa

(32)

14 2. Macam-macam Kecemasan

Freud (dalam Suryabrata, 2006 : 139) mengemukakan adanya tiga macam

kecemasan, yaitu kecemasan realistis, kecemasan neurotik dan kecemasan moral.

a. Kecemasan Realistis

Adalah kecemasan atau ketakutan yang yang realistis, atau takut akan

bahaya-bahaya di dunia luar; kedua kecemasan yang lain diasalkan dari kecemasan

realistis ini. Kecemasan siswa SD terhadap mata pelajaran Matematika termasuk

dalam kecemasan jenis ini, karena siswa SD mengalami perasaan takut dan tegang

serta gelisah dalam menghadapi pelajaran Matematika.

b. Kecemasan Neurotik

Adalah kecemasan kalau-kalau insting-insting tidak dapat dikendalikan dan

menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini

sebenarnya mempunyai dasar dalam realitas, karena dunia sebagaimana diwakili

oleh orang tua dan lain-lain orang yang memegang kekuasaan itu menghukum

anak yang melakukan tindakan impulsif.

c. Kecemasan Moral

Adalah kecemasan kata hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam

realitas; karena di masa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai

akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral, dan mungkin akan mendapat

hukuman lagi.

Darajat (1996 : 28) menjelaskan bahwa kecemasan digolongkan menjadi tiga

(33)

15

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang

mengancam pada dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena

sumbernya jelas terlihat dalam fikiran, misalnya ketika ingin menyebrang jalan

terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya. Atau seorang

mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila

ujian datang.

b. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang

paling sederhana ialah cemas yang umum, dimana orang merasa cemas (takut)

yang kurang jelas, tidak tertentu dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa,

serta takut itu mempengaruhi keeluruhan diri pribadi. Ada pula cemas dalam

bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, misalnya takut melihat

darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, atau orang ramai.

Ini berarti bahwa objek yang ditakuti itu, tidak seimbang dengan bahaya yang

mungkin ditimbulkan oleh benda-benda tersebut atau tidak berbahaya sama

sekali. Selanjutnya ada pula cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan

yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyait jiwa. Orang merasa cemas

karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia

merasa terancam oleh sesuatu itu.

c. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula

menyertai gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang

(34)

16

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

kecemasan digolongkan menjadi dua macam, yakni kecemasan internal atau

kecemasan yang berasal dari dalam diri sendiri, serta kecemasan eksternal yang

berasal dari luar diri.

2.1.2.2 Kecemasan Matematika

Fiore (dalam Risnawati, 2014 : 92) mendefinisikan kecemasan matematika

yaitu kepanikan, ketidakberdayaan, kelumpuhan, dan pendisorganisasian mental

yang muncul pada beberapa orang ketika mereka diminta untuk memecahkan

masalah matematika.

Mathison (dalam Risnawati, 2014 : 91) mendefinisikan kecemasan matematika

sebagai ketakutan irasional matematika yang berkisar dari yang sederhana yaitu

ketidaknyamanan yang terkait dengan operasi numerik.

Sedangkan menurut Trujillo dan Hadfield (dalam Risnawati, 2014 : 92)

kecemasan matematika adalah keadaan ketidaknyamanan yang terjadi sebagai

respons terhadap situasi yang melibatkan tugas-tugas matematika yang dianggap

mengancam harga diri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan

tentang kecemasan matematika, yakni merupakan suatu perasaan

ketidaknyamanan ketika menghadapi pelajaran matematika.

2.1.2.3 Pengertian Matematika

Hudojo (1988 : 3) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide

atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya

(35)

17

(Runtukahu, 2014 : 28). Menurut Crockholf (dalam Runtukahu, 2014), dewasa ini

matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan,

perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan manusia sehari-hari.

Seperti yang kita ketahui di Indonesia, bahkan matematika merupakan salah satu

patokan kelulusan sejak tingkat SD sampai dengan SMA. Oleh sebab itu

matematika dianggap sangat penting untuk dapat dikuasai terutama pada jenjang

sekolah.

Berikut adalah definisi matematika menurut Johnson dan Rising (dalam

Runtukahu, 2014).

a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat

secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak

didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya.

b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan

menggunakan berbagai istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas,

dan akurat.

c. Matematika adalah seni, dimana keindahannya dalam keteraturan dan

keharmonisan.

Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu 2014), matematika adalah

pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk

memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Menurut Bruner (dalam Runtukahu 2014), anak-anak membentuk konsep

(36)

18

a. Tahap enaktif : dalam tahap enaktif, anak langsung terlibat dalam

memanipulasi objek-objek.

b. Tahap ikonik : dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan

dengan kegiatan mentalnya terhadap objek-objek yang dimanipulasinya.

c. Tahap simbolik : anak memanipulasi simbol atau lambang objek-objek

tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek-objek

nyata.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti berpendapat bahwa Matematika

adalah ilmu yang dipelajari secara konkret, yang berguna bagi kehidupan

sehari-hari. Matematika tidak seharusnya terpaku pada rumus, namun yang terjadi

dilapangan (khususnya SD), matematika agaknya telah keluar dari tujuan

utamanya dan berganti menjadi mata pelajaran hafalan.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Anissa Safitri (2016) yang berjudul “Pengaruh Metode Permainan Terhadap Kecemasan Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Pondok Ranji 01”. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pre eksperimental dan desain penelitian One Group Prettest and Posttest Design. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Ranji 01 tahun ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah 39 siswa kelas IV yang

didapatkan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan lembar observasi kecemasan belajar

matematika. teknik Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. hasil

(37)

19

diajarkan dengan metode permainan lebih rendah dibandingkan dengan sebelum

diajarkan dengan metode permainan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan metode permainan berpengaruh positif terhadap

berkurangnya kecemasan belajar siswa.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Inana Siti Maryam (2013) yang berjudul “Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mata Pelajaran Matematika pada Siswa SDN Bratan III Surakarta”. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif yang menggunakan product moment dari Pearson. Penelitian ini dilakukan di SDN Bratan III Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas III, IV, dan V SDN Bratan III yang berjumlah 110 orang yang terdiri

dari 38 siswa kelas III, 39 siswa kelas IV, dan 33 siswa kelas V. Teknik

pemilihan subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi populasi. Alat

ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri berdasarkan

teori dari Bandura (1997) yang meliputi tingkat kesulitan (magnitude), umum (generality), kekuatan (strength), dan skala kecemasan berdasarkan teori dari Blackburn dan Davidson (1990) yang terdiri dari suasana hati, pikiran, motivasi,

perilaku, dan reaksi biologis. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien

korelasi sebesar -0,382;p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat hubungan

negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi

matematika.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Muhlisin, N. Dantes, Sariyasa (2013) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

(38)

20

Siswa”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan

analisis varian dua jalur. Penelitian ini dilakukan di SD Gugus III Pancor

Singaraja. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa kelas IV SD

Gugus III Pancor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan

hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan PMR dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional,

(2) terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan ringkat

kecemasan siswa terhadap hasil belajar matematika, (3) terdapat perbedaan hasil

belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran

PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, (4)

terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang

mengikuti pembelajaran PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat

kecemasan rendah.

Ketiga penelitian di atas mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Penelitian yang pertama membahas tentang pengaruh metode permainan terhadap

kecemasan belajar matematika. Penelitian yang kedua meneliti tentang hubungan

antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika.

Penelitian yang ketiga menjelaskan tentang pengaruh pendekatan pembelajaran

matematika realistik terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari tingkat

kecemasan belajar siswa. Ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas

mengenai kecemasan menghadapi matematika pada siswa SD. Ketiga penelitian

tersebut merupakan penelitian kuantitatif. Cara pengumpulan data yang digunakan

(39)

21

lakukan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian

grounded theory. Hal tersebut yang membedakan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, ketiga penelitian tersebut

memberikan relevansi kepada peneliti yang melakukan penelitian tentang faktor

yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika

serta dampak yang ditimbulkannya.

Berdasarkan studi literatur kecemasan belajar siswa, peneliti memberikan

sudut pandang yang baru pada dunia penelitian khususnya kecemasan

menghadapi matematika, memiliki keistimewaan yaitu menyediakan informasi

serta pengetahuan bagi para orang tua dan guru tentang anak yang mengalami

kecemasan belajar. Peneliti menyusun literature map yang berisi penelitian-penelitian sebelumnya sampai dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Literature map yang disusun oleh peneliti menyajikan hubungan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan realita yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya,

peneliti berupaya untuk mengetahui faktor yang menyebabkan siswa mengalami

kecemasan menghadapi matematika. Berikut adalah bagan penelitian yang

(40)

22 2.3 Kerangka Berpikir

Benarkah bahwa matematika merupakan momok bagi sebagian besar

siswa di Indonesia sehingga menyebabkan mereka mengalami kecemasan? Tak

jarang matematika dijadikan patokan bagi kesuksesan hasil belajar siswa selama

bersekolah. Orang tua akan merasa lebih bangga ketika anak mereka menjuarai

olimpiade matematika daripada perlombaan yang lainnya. Hal tersebut

kemungkinan menimbulkan kecemasan bagi siswa. Namun, dalam penelitian ini

justru seorang siswa yang menguasai pelajaran matematikalah yang mengalami

kecemasan belajar, apa yang menjadi penyebabnya? Anissa Safitri (2016)

(41)

23

Berdasarkan pengalaman peneliti, kecemasan belajar umumnya dialami

oleh anak-anak yang mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran matematika.

Namun yang terjadi di SD Suka, siswa dengan nilai KKM di atas rata-rata justru

yang mengalami kecemasan belajar. Dalam penelitian ini peneliti akan mencari

tahu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi

matematika dan dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut menggunakan

teknik grounded theory. Peneliti memilih teknik grounded theory sebab peneliti merasa grounded theory tepat digunakan untuk menyusun teori baru atau mengembangkan teori yang sudah ada terkait dengan kecemasan menghadapi

matematika. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.

Melalui observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner yang telah

peneliti lakukan di kelas IV SD Suka, peneliti menemukan satu siswa yang

mengalami kecemasan menghadapi matematika. Peneliti melihat bahwa siswa

yang mengalami kecemasan belajar tersebut memiliki konsentrasi yang baik, serta

hasil belajar yang memuaskan di hampir setiap mata pelajaran. Berdasarkan

kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa

yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika dan

dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut. Berikut adalah bagan

(42)

24 Siswa memperoleh

nilai diatas KKM pada mata pelajaran

Matematika Kecemasan menghadapi

matematika

Realita Dibalik Kecemasan Menghadapi

Matematika

(43)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III terdiri dari 8 bagian, yakni jenis penelitian, setting penelitian, design

penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

kredibilitas dan transferabilitas, serta teknik analisis data. Jenis penelitian

merupakan jenis penelitian dan alasan yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini. Setting penelitian merupakan tempat dan waktu selama melakukan

penelitian. Partisipan penelitian merupakan subjek dan objek yang diteliti dalam

penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri, sementara keabsahan data berisi tentang uji kredibilitas dan

transferability. Teknik analisis data membahas tentang proses penelitian dari awal

sampai akhir.

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989 : 3) menjelaskan penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab serta dampak kecemasan

belajar yang dialami siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Jenis penelitian

(44)

26

Putra, 2013 : 159) grounded theory adalah metodologi umum untuk mengembangkan teori. Teori hanya merupakan satu kesatuan yang terus

berkembang, bukan satu produk yang sempurna (Glasser dan Strauss, 1984 : 58).

Menurut Glasser dan Strauss (1984 : 59), terdapat dua macam perumusan teori

dasar, yakni substantive dan formal. Dengan teori substantif, dimaksudkan bahwa

teori itu dibentuk untuk daerah substantif atau empiris, dari pengamatan

sosiologis, seperti perawatan pasien, hubungan ras (bangsa), pendidikan

professional, kenakalan atau penyimpangan adat, danorganisasi atau badan

penelitian. Teori formal dimaksudkan teori yang dibentuk untuk bidang

pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat, tingkah laku

yang menyimpang dari adat, organisasi formal, sosialisasi, status yang serupa,

kekuasaan, dan kekuatan sosial, sistem pemberian hadiah atau mobilitas sosial.

(Glasser dan Strauss, 1984 : 59-60).

Glasser dan Strauss (1984 : 358) mengemukakan tentang ciri-ciri kategori

pengembangan teori. Ciri kategori pertama yang harus ada ialah bahwa teori

tersebut harus sesuai dan cocok dengan area substantive di mana teori itu akan

diterapkan. Kedua, teori itu harus dapat dipahami oleh orang-orang yang terlibat

dalam area itu. Ketiga, teori itu harus bersifat cukup umum untuk dapat diterapkan

pada berbagai situasi sehari-hari yang berbeda-beda di dalam area substantive itu.

Keempat, teori itu harus menyediakan kontrol partial bagi pemakainya untuk

mengawasi struktur serta proses yang terjadi pada situasi sehari-hari bila ada

(45)

27

Metodologi pengembangan teori tersebut berbasis pada pengumpulan dan

analisis data. Dalam grounded theory, lazimnya data dikumpulkan berdasarkan peristiwa yang diamati (Tohirin, 2011 : 33). Oleh sebab itu, pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung dan wawancara yang

mendalam. Observasi langsung yang dimaksud disini adalah peneliti terjun

langsung ke lapangan untuk mengamati obyek yang diteliti. Setelah melakukan

pengamatan, peneliti melakukan wawancara yang mendalam terhadap obyek yang

diteliti beserta informan yang dianggap representatif dalam penelitian ini.

3.2 Setting penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

SD Suka merupakan sekolah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

Bangunan SD Suka telah berusia 94 tahun dan merupakan salah satu cagar budaya

di kota Yogyakarta. SD Suka merupakan sebuah sekolah swasta yang terletak di

salah satu jalan provinsi di area Yogyakarta. SD Suka termasuk sekolah yang

strategis karena letaknya yang di pinggir jalan provinsi, sehingga mudah untuk

ditemukan. Selain itu, SD Suka juga berdekatan dengan salah satu landasan udara

dan rumah sakit swasta di Yogyakarta. SD Suka adalah sekolah yang menyandang

gelar sekolah adiwiyata sejak tahun 2008. Program adiwiyata adalah salah satu

program kementrian lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptanya

pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan

hidup. Tak heran atmosfer di SD Suka sangat sejuk dan damai. Beberapa pohon

besar tumbuh menghiasi halamannya, menambah sejuk pemandangan. SD Suka

(46)

28

siswanya, misalnya upacara bendera, pramuka, ataupun berbagai macam

perlombaan. Di belakang bangunan SD Suka terdapat TK Suka. Kebanyakan

alumni TK Suka melanjutkan studinya ke SD Suka. Setiap tahun ajaran baru SD

Suka selalu kebanjiran calon siswa baru dan tidak pernah kekurangan siswa.

Sarana dan fasilitas yang ada di SD Suka pun cukup mendukung kegiatan belajar

mengajar.

SD Suka memiliki 12 kelas pararel, 1 ruangan perpustakaan, 1 Unit

Kegiatan Sekolah, 1 ruang computer, 1 kantin, 1 ruang guru, 1 ruang kepala

sekolah beserta tata usaha, dan 12 kamar mandi yang bersih. Fasilitas di SD Suka

cukup memadai karena sudah memiliki ruang computer dengan 20 unit komputer

di dalamnya. Saat ini di SD Suka terdapat 12 guru yang mengajar kelas 1 sampai

dengan kelas 6, kepala sekolah dibantu oleh 1 petugas tata usaha, 1 penjaga

kantin, 1 penjaga sekolah, dan 1 satpam. SD Suka merupakan sekolah dengan

mayoritas kondisi ekonomi siswa yang menengah keatas. Hal tersebut dapat

dilihat dari banyaknya orang tua yang mengantarkan anaknya menggunakan

mobil pribadi saat berangkat maupun pulang sekolah. Tak hanya itu, ketika PPL

peneliti pernah diberi tugas merekap biodata siswa beserta orang tua, sehingga

peneliti mengetahui profesi dari mayoritas orang tua siswa.

3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka

Melalui wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika kelas

IV SD Suka, didapatkan informasi bahwa pembelajaran matematika yang ada di

SD Suka dilakukan secara klasikal. Ketika ada siswa yang kesulitan baru

(47)

29

sepulang sekolah, yang dilakukan oleh guru matematika kelas IV SD Suka.

Namun ketika siswa dirasa masih kurang paham, maka Pak D mengutus siswa

yang pandai untuk mengajari teman-temannya yang masih belum paham. Menurut

beliau, cara tersebut lebih efektif dan lebih cepat. Beliau juga menerapkan system

reward dan punishment ketika mengajar. Rewa rd digunakan untuk memotivasi siswa, sedangkan punishment beliau gunakan untuk membuat siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama. Reward yang beliau berikan terkadang berupa applause, siswa yang mendapat nilai sempurna akan diumumkan di depan kelas. Sementara punishment bagi siswa yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman untuk mengerjakannya di perpustakaan atau ruang guru. Beliau juga mengurangi

nilai akhir siswa yang kedapatan sering tidak mengerjakan PR. Menurut Pak D,

pembelajaran matematika di SD Suka masih terlalu teacher centered.

Sepanjang pengalaman Pak D selaku guru Matematika kelas IV di SD

Suka, pelajaran matematika masih sangat terpusat pada guru. Siswa tidak pernah

diberi tugas atau proyek tersendiri, sehingga kegiatannya selalu guru menjelaskan

dan siswa memperhatikan. Beberapa tahun yang lalu SD Suka sempat memiliki

guru yang merupakan lulusan Pendidikan Matematika dan Matematika murni. Pak

R (Inisial) mengampu mata pelajaran matematika di kelas VI dan Bu S (Inisial)

mengampu pelajaran matematika di kelas V. Namun tepat setahun yang lalu

mereka resign sehingga peran guru matematika digantikan oleh wali kelas masing-masing. Berbagai informasi mengenai pembelajaran matematika di SD

Suka peneliti dapatkan melalui kegiatan PPL yang telah peneliti laksanakan di SD

(48)

30

Selama melaksanakan PPL, kegiatan yang dapat peneliti lakukan untuk

menggali informasi adalah melalui observasi. Sedangkan wawancara serta

pencarian partisipan dimulai dari awal bulan Januari sampai dengan awal bulan

Maret 2017. Berikut adalah waktu penelitian yang telah peneliti susun.

No Jenis Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (dalam bulan)

11 12 01 02 03 04 05 06

Thn. 2016 Thn. 2017

1. Menyusun proposal

2. Observasi keadaan

lapangan

3. Pengumpulan data

(observasi, wawancara, dan dokumentasi)

4. Pengecekan data dan

proposal

5. Pengolahan data 6. Penyusunan laporan 7. Ujian skipsi

3.3 Desain Penelitian

Dalam pemilihan partisipan, grounded theory menggunakan sampel teoritis. Tidak seperti sampling yang direncanakan lebih dahulu dimana kerangka

sampling telah ada sejak permulaan penelitian, sampling teoritis berlanjut

sepanjang seluruh proses penelitian (Tohirin, 2011 : 33). Partisipan dalam

(49)

31

informasi tentang faktor penyebab kecemasan belajar siswa kelas IV SD Suka

terhadap mata pelajaran matematika. Partisipan dalam penelitian ini adalah

seorang siswa kelas 4 SD Suka, wali kelas 4 SD Suka, guru matematika kelas IV

SD Suka, dan orang tua siswa yang mengalami kecemasan belajar. Langkah awal

yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan partisipan adalah menyebar kuesioner

tentang kecemasan belajar matematika kepada seluruh siswa kelas IV B SD Suka.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas 4 SD Suka mengenai

anak yang mengalami kecemasan belajar matematika.

Dalam penelitian ini, partisipan yang dirujuk oleh peneliti adalah seorang

siswa kelas IV yang mengalami kecemasan belajar matematika, wali kelas IV SD

Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta orang tua siswa yang mengalami

kecemasan belajar matematika. Para partisipan ini dianggap representatif untuk

menjawab faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi

matematika beserta dampak yang ditimbulkannya. Dalam Grounded Theory, proses pemilihan partisipan berhubungan erat dengan pengumpulan data dan

analisis data. Analisis data dalam penelitian grounded theory berlangsung selama penelitian berproses, mulai wawancara awal hingga berakhir pada pengamatan

(Tohirin, 2011 : 33). Maka dari itu partisipan bisa saja berubah atau bahkan

bertambah. Pada penelitian ini yang pertama diwawancarai adalah wali kelas IV B

SD Suka selaku informan I. Pemilihan partisipan yang selanjutnya berdasarkan

keterangan dari informan I tersebut.

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini dirujuk berdasarkan keterangan

(50)

32

wali kelas IV B selama melaksanakan PPL, sehingga peneliti tidak kesulitan

dalam menggali informasi dari Informan I. Pengamatan telah peneliti lakukan

sejak bulan Juli 2016, namun penelitian baru peneliti laksanakan pada bulan

Januari 2017. Oleh sebab itu peneliti harus mengurus surat ijin permohonan

penelitian untuk diserahkan ke SD Suka meskipun sebelumnya peneliti telah

melaksanakan PPL selama 3 bulan di SD Suka. Setelah menyerahkan surat ijin

dan penelitian disetujui oleh SD Suka, peneliti memulai penelitian keesokan

harinya. Sebagaimana telah disarankan oleh Bu W, peneliti menemui Pak D

selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Kemudian peneliti memutuskan

untuk menyebar kuesioner ke seluruh siswa kelas IV B untuk menemukan

responden yang sesuai indikator kecemasan yang peneliti tentukan. Hasil dari

pengolahan kuesioner akan dibahas pada bab IV.

3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian 3.4.1 Latar Belakang Informan 1

Informan I dalam penelitian ini adalah wali kelas IV B. Peneliti telah

melakukan wawancara sebanyak tiga kali dengan Informan I. Wawancara pertama

dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pada pukul 08:34 sampai dengan pukul

08:37 di ruang guru. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 26 januari 2017

pada pukul 09:14 sampai dengan 09:16 di ruang guru. Wali Kelas IV B SD Suka

adalah Bu W. Bu W merupakan alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Beliau telah mengajar di SD

Suka selama satu setengah tahun. Pada awalnya, beliau mengajar kelas 5, karena

(51)

33

wali kelas IV B. Bu W adalah seseorang yang terbuka dan supel, beliau sangat

mudah diajak bekerja sama dan memberikan informasi yang lengkap ketika

diwawancarai. Wawancara dengan Bu W bertujuan untuk mengetahui sedikit

banyak latar belakang E dan perilaku E ketika belajar di kelas. Wawancara ini

bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami kecemasan menghadapi

matematika. Wawancara dengan Informan I pertama kali peneliti lakukan di

depan kelas IV pada saat jam istirahat. Namun karena terlalu banyak siswa berlalu

lalang, kemudian kami berpindah tempat di ruang guru yang lebih kondusif. Pada

waktu itu terdapat beberapa guru yang sedang makan siang, kemudian peneliti

mempersilakan Bu W untuk makan siang terlebih dahulu, namun beliau

mengatakan bahwa beliau biasanya makan siang pada pukul 11.20, yakni saat

istirahat kedua. Dengan bertempat di meja Bu W, peneliti mulai melontarkan

beberapa pertanyaan. Namun rupanya Informan I tidak mengampu mata pelajaran

matematika, kemudian beliau merujuk guru matematika kelas IV untuk peneliti

wawancarai.

3.4.2 Latar Belakang Informan II

Peneliti melakukan wawancara dengan Informan II sebanyak dua kali.

Wawancara dengan informan II pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Januari

2017 pada pukul 10.26 sampai pukul 10.30 di ruang kelas IV B. Wawancara yang

kedua peneliti lakukan pada tanggal 13 Februari 2017 pada pukul 11.27 sampai

dengan pukul 11.31 di ruang perpustakaan sekolah. Informan II dalam penelitian

ini adalah Pak D selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Beliau adalah

(52)

34

memulai bekerja di SD Suka sekitar tahun 2012. Pertama kalinya, beliau mengajar

kelas II, lalu setahun kemudian mengajar kelas V dan saat ini mengajar kelas IV.

Wawancara dengan Pak D bertujuan untuk mengetahui perilaku E ketika belajar

di kelas, karena beliau yang mengampu pelajaran matematika di kelas IV. Setelah

membuat janji dengan guru matematika kelas IV dan beliau bersedia

diwawancarai, peneliti pun memulai wawancara dengan guru matematika kelas IV

selaku Informan II pada hari berikutnya. Tak lupa peneliti merekam proses

wawancara menggunakan handphone dan juga mencatat keterangan-keterangan yang diucapkan Informan II.

Peneliti mewawancarai Informan II di tempat yang sama dimana peneliti

mewawancarai Bu W, yakni di depan kelas IV B. Pada waktu peneliti melakukan

wawancara dengan pak D, siswa diberi tugas dan mengerjakan, sehingga Pak D

dapat menyempatkan sedikit waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan peneliti.

Selama proses wawancara, tak jarang para siswa mendatangi kami untuk

menanyakan cara mengerjakan atau sekedar menanyakan di buku apa mereka

harus mengerjakan. Meskipun sedikit terganggu karena suara siswa ikut terekam,

kami tetap memutuskan untuk tidak berpindah lokasi mengingat saat itu kegiatan

belajar mengajar sedang berlangsung, supaya para siswa tetap ada yang

mengawasi dan tidak membuat kegaduhan. Tujuan peneliti mewawancarai Pak D

adalah untuk mengetahui perilaku siswa yang mengalami kecemasan menghadapi

matematika di kelas. Berdasarkan keterangan Pak D, siswa yang mengalami

kecemasan belajar adalah siswa yang memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran

(53)

35

peneliti. Rasa cemas yang berlebihan menyebabkan peneliti selalu mendapatkan

nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut lalu

mempengaruhi peneliti dalam menyimpulkan bahwa siswa yang mengalami

kecemasan belajar adalah siswa yang nilainya rendah. Namun yang terjadi pada E

sungguh menimbulkan kontradiksi atas pernyataan tersebut. Pak D mengatakan

bahwa E tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengalami kecemasan

menghadapi matematika. Menurut Pak D, E adalah siswa yang pandai dan

pendiam di kelas. Peneliti juga bertanya tentang pendekatan yang dilakukan

Informan II dalam mengajar Matematika. Hasil wawancara dengan Informan II

akan dijelaskan pada bab IV.

3.4.3 Latar Belakang Informan III

Informan III dalam penelitian ini adalah Bu L, selaku orang tua siswa E

yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Kamis, 9 Maret 2017

adalah kali pertama peneliti berkenalan dengan Bu L. Sebelum berkenalan dengan

Bu L, peneliti telah lebih dahulu membuat janji dengan E untuk bertemu dengan

Bu L. Peneliti sudah berada di SD Suka sejak pukul 09.00 WIB. Peneliti bersama

dua orang teman yang lain menunggu jam pulang yakni pukul 13.00 untuk dapat

bertemu dengan orang tua partisipan masing-masing. Ternyata ketika peneliti

beserta teman-teman datang ke sekolah, disana sedang ada adik tingkat semester 6

yang sedang melaksanakan magang kepala sekolah atau probaling II. Peneliti

kemudian teringat akan masa-masa PPL bersama teman-teman satu kelompok

PPL di SD Suka, terbersit rindu yang mengharukan karena sebagian dari kami

(54)

36

berjuang mengumpulkan data untuk tugas akhirnya. Terdapat 5 orang mahasiswa

dan 1 orang mahasiswa yang ternyata adalah teman satu angkatan peneliti. Ia baru

mengikuti probaling pada tahun ini karena tahun kemarin ia sedang ada halangan.

Kemudian kami saling bercerita tentang pengalaman di semester 8. Asik bercerita,

ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 13.00.

Tiba saatnya jam pulang sekolah, peneliti menunggu E di bawah tangga

karena kelasnya terletak di lantai dua. Tak disangka peneliti kehilangan jejak E,

seluruh siswa kelas IV sudah habis namun peneliti belum juga melihat E.

Beruntung teman peneliti melihat E sedang berjalan keluar gerbang sekolah.

Peneliti langsung berlari menyusul E. Peneliti menemukan E sedang jajan bakso

bakar dengan teman-temannya. Kemudian peneliti mendatangi E dan

mengingatkan bahwa peneliti berniat berkenalan dengan Bu L, E berkata bahwa ia

lupa sehingga ia pergi begitu saja. Banyak anak-anak mendatangi peneliti dan

menanyakan mengapa peneliti berada di tempat jajan, mereka mengira peneliti

ingin jajan. Keluguan anak-anak terkadang sangat lucu. Ketika jajan, peneliti

mengamati perilaku E yang hanya diam saja. Ia malah tenggelam dalam

kerumunan anak-anak yang mengantri dan tidak sempat menjangkau penjual

bakso bakar tersebut. Peneliti sempat ragu jangan-jangan E tidak tahu caranya

jajan, atau mungkin saking ramainya ia bingung untuk memesan makanan. Sambil

menunggu E jajan, peneliti menyusun kata-kata untuk berkenalan dengan Bu L di

dalam pikiran peneliti. Rasanya cukup grogi dan takut. Peneliti takut Bu L tidak

berkenan diwawancarai dan menolak maksud peneliti. Ketika sedang

Gambar

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir……………………………………….… 24 Gambar 3.1 Bagan Triangulasi…………………………………………………
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian……………………….…Tabel 4.1 Tabel 4.2 .……….…. 30 Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara…………….…………..…………..
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara
+4

Referensi

Dokumen terkait

(2) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka, lokasi proyek yang dibuktikan dengan surat konfirmasi pencadangan tanah dari Gubernur

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dan Inquiry, dan untuk

Antara matlamat penubuhan ASEAN termasuklah mengekalkan kestabilan politik di rantau Asia Tenggara, membantu antara satu sama lain dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d adalah unsur pelaksana akademik di bawah Rektor yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi di bidang penelitian,

Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah bahwa Perma Nomor 1 tahun 2008 telah salah mengintepretasikan HIR Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 RBg yaitu

Bagi Wanita yang di tinggal mati suami, di harapkan agar lebih mampu meningkatkan pengenlolaaan emosi dengan cara diam atau tidak berbicara saat kemarahan terjadi

Sehingga, kadar abu pada suhu pengeringan 80 o C memiliki hasil yang lebih

Sebuah industri yang baik adalah apabila dalam manajemen industri tersebut diadakan pengendalian kualitas untuk setiap produk yang akan, sedang dan telah diproduksi sebelum