• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP LEMBAGA KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN KASUS GAYUS TAMBUNAN (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Lembaga Kepolisian Dalam Penanganan Kasus Mafia Perpajakan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP LEMBAGA KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN KASUS GAYUS TAMBUNAN (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Lembaga Kepolisian Dalam Penanganan Kasus Mafia Perpajakan)."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskr iptif Kualitatif Mengenai Persepsi Masyarakat Sur abaya Ter hadap

Lembaga Kepolisian Dalam Penanganan Kasus Mafia Perpajakan)

SKRIPSI

Ditujukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada

FISIP UPN “VETERAN” J AWA TIMUR

oleh :

DEA ESTEE KOEN

0643010309

YAYASAN KEJ UANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Alhamdulillah Hi Rabbil Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi

rahmat berupa kesehatan, kesempatan, serta ilmu sehingga tidaklah kita menjadi makhluk yang

tiada bermanfaat. Shalawat serta salam juga tertuju pada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW,yang karena jasa beliaulah kita semua dapat manjadi manusia yang sempurna dengan

kesempurnaan

Kebanggaan penulis bukanlah pada selesai nya proposal ini, melainkan kemenangan ini

dapat dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses penyelesaian proposal ini,

penulis wajib mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Dra. Hj. Suparwati, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Juwito S.Sos.Msi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3.

Ibu Dra.Sumardjiati.Msi, dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan

bimbingannya.

4.

Papa ,Mama, dan keluarga besar yang setiap hari tiada henti memarahi dan memberikan

pencerahan pada penulis untuk segera menyelesaikan proses penelitian yang di buat oleh

penulis.

5.

Dan kepada semua yang telah mendukung penyelesaian proposal penelitian ini.

Surabaya , November 2011

(3)

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Persepsi ... 8 2.1.1.1 Jenis Persepsi ... 2.1.1.2 Karakteristik Persepsi ... 2.1.1.3 Faktor yang Berperan Dalam Persepsi ... 2.1.1.4 Proses Persepsi ... 2.1.1.5 Proses Terjadinya Persepsi ... 2.1.2 Reception Analysis, Pemahaman Terhadap Khalayak Aktif 2.1.2.1 Encoding – Decoding ... 2.1.3 Masyarakat... 2.1.4 Fungsi ... 2.1.5 Kepolisian ... 2.1.5.1 Fungsi Kepolisian ...

(4)

BABIV

BAB V

3.2 Definisi Konseptual ... 3.2.1 Fungsi ... 3.2.1.1 Fungsi Kepolisian ... 3.2.2 Persepsi ... 3.3 Informan ... 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 3.5 Teknik Analisis Data ... HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Masyarakat Dan Pengamat Hukum di Surabaya ... 4.1.1 Penyajian Data ... 4.1.2 Identitas Informan ... 4.2 Analisis Data ... KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

29 29 29 30 30 31 32 34 34 40 40 59 69 69 70 Daftar Pustaka ... 71

(5)

KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN KASUS GAYUS TAMBUNAN (Studi Deskr iptif

Kualitatif Mengenai Per sepsi Masyarakat Sur abaya Terhadap Lembaga Kepolisian Dalam

Penanganan Kasus Mafia Perpajakan)

Persepsi masyarakat yang muncul sering dipengaruhi pemberitaan oleh media massa.

Melalui pemberitaan tersebut masyarakat memaknai informasi yang disampaikan oleh media

tersebut.

Indonesia beberapa waktu belakangan ini telah melalui berbagai peristiwa yang

meramaikan dunia politik di Indonesia, salah satunya yang menjadi fokus perhatian adalah kasus

mafia perpajakan yang di perankan oleh Gayus Tambunan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Surabaya terhadap

lembaga kepolisian pasca pemberitaan kasus Gayus Tambunan. Penelitian ini diharapkan dapat

digunakan untuk meneliti persepsi masyarakat Surabaya terhadap kredibilitas dan kinerja

Kepolisian dalam penanganan kasus mafia perpajakan yang melibatkan Gayus Tambunan.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini pemberitaan melalui stasiun televisi,

dan media internet sebagai media komunikasi massa, beberapa informan sebagai penikmat berita

yang memberikan reaksi, pemberitaan mengenai kasus Gayus Tambunan, serta persepsi yang

dihasilkan dari beberapa informan.Penelitian ini menggunakan teori komunikasi

Reception

Analysis, karena metode

Reception Analysis

ini merupakan metode yang paling tepat untuk

mengetahui bagaimana pemaknaan khalayak terhadap suatu teks media, sementara penelitian ini

pun berusaha untuk mengkesplorasi bagaimana pendidik yang berbeda memaknai satu teks yang

berdasarkan

field of experience

dan

frame of reference- nya. Jadi jelaslah reaksi – reaksi pada

masyarakat diakibatkan stimulasi dari media massa melalui pemberitaan. Meski pada individu

yang berbeda, terjadi reaksi yang ditimbulkan berbeda pula.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

cara mengumpulkan data melalui hasil wawancara secara mendalam (indepth interview).

Wawancara dilakukan pada informan – informan yang telah dipilih sesuai dengan karakteristik

yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Teknik penelitian ini menentukan 4 informan yang berasal

dari kalangan pengamat hukum dan kuasa hukum, sebagai informan ahli dalam penanganan

kasus hukum. Dan kalangan pegawai negeri, dan ibu rumah tangga sebagai orang awam. Telah

dipastikan bahwa keempat informan yang telah dipilih, mengikuti perkembangan kasus Gayus

Tambunan melalui pemberitaan di televisi dan media massa internet sebagai subyek yang akan

diteliti

(6)

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi massa. Baik

disadari maupun tidak disadari oleh manusia. Komunikasi massa adalah komunikasi

yang menggunakan atau pesannya disalurkan melalui media massa. Media massa

sangat penting kehadirannya karena keunggulannya dalam menyajikan berbagai

informasi kepada khalayak secara cepat dan luas.

Media massa memiliki pengaruh besar kepada masyarakat, karena persepsi

masyarakat muncul dari pemberitaan melalui media massa. Melalui pemberitaan

tersebut masyarakat memaknai informasi yang disampaikan oleh media tersebut.

Tetapi masyarakat tidak melihat keseluruhan informasi yang diberitakan oleh media

massa, masyarakat lebih menyeleksi informasi yang diterima, persepsi adalah proses

ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita

(Devito, 1997:75)

Pada abad 21 ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat media massa menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat modern.

Media elektronik,media cetak, bahkan media internet. Dari sekian banyaknya

stimulus dari media yang telah berkembang pesat tersebut, masyarakat menyeleksi

informasi yang telah diberitakan. Hingga berita yang telah direspon oleh masyarakat

tersebut menjadi sebuah pemberitaan yang lebih luas dan menjadi sorotan atau

(7)

yang meramaikan dunia politik di Indonesia, salah satunya yang menjadi fokus

perhatian adalah kasus mafia perpajakan yang di perankan oleh Gayus Tambunan.

Banyak media massa baik cetak maupun elektronik bahkan media internet

memberitakan tentang kasus mafia perpajakan ini. Seperti beberapa waktu lalu yang

menyebutkan bahwa Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mempertanyakan

sikap Polri yang menunda gelar perkara kasus Gayus Tambunan, dan meminta Polri

harus menjelaskan kepada publik alasan penundaan tersebut. Kompolnas

beranggapan sikap Polri yang menunda gelar perkara KPK bisa menimbulkan

pertanyaan. Padahal, publik sudah bereaksi positif menyambut gelar perkara tersebut.

Sebelumnya Mabes Polri menyatakan menunda acara gelar perkara kasus Gayus

bersama KPK, Kejaksaan, dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Dirjen Pajak,

dan PPATK.

Berita yang dimuat di situs Detik.com pada tanggal 30/11/2010, setelah

Penundaan yang dilakukan Polri, menyusul kabar terbaru dari kepolisian, entah dapat

dikatakan berita baik atau tidak tetapi Polri mengatakan bahwa Polri telah

mengantongi Saksi Penting dari kasus penyuapan yang dilakukan oleh Gayus

Tambunan. Saksi tersebut penting untuk mengungkap asal usul uang 28 Milyar

rupiah yang ada di rekening Gayus Tambunan. Saksi yang akan dimintai keterangan

tersebut merupakan saksi yang dapat memperkuat sangkaan kepada Gayus

Tambunan, karena saksi ini merupakan pihak yang mengetahui proses penyuapan

(8)

dapat dikatakan kemajuan dari pihak kepolisian yang mulai lebih serius dalam

penanganan kasus mafia perpajakan ini, selain menetapkan saksi penting, sebelumnya

polri juga mulai fokus menyelidiki perusahaan yang jadi 'pasien' mafia pajak Gayus

Tambunan. Dari 151 perusahaan, Polri memprioritaskan penyelidikan terhadap

belasan perusahaan.telah memeriksa 72 dari 151 data wajib pajak yang pernah

ditangani terdakwa mafia hukum Gayus Tambunan. Setelah semuanya selesai, Polri

akan menyerahkan hasilnya kepada Kementerian Keuangan. Sebelumnya diberitakan,

penanganan 151 wajib pajak, terungkap Gayus menangani 44 perusahaan wajib pajak

yang terdiri dari 138 perkara. Dari jumlah itu pengadilan pajak menjatuhkan putusan

98 perkara diterima baik sebagian maupun seluruhnya dan 45 perkara ditolak.

Berita yang di muat di situs Detik.com yang lebih baru pada tanggal Selasa,

22/02/2011 menyatakan polri mulai mengerucutkan penyelidikan jumlah perusahaan

wajib pajak yang pernah ditangani Gayus Tambunan. Namun, Polri membantah ada

intervensi terkait fokus arah penyelidikan. Penyidik telah memfokuskan pemeriksaan

terhadap jumlah perusahaan yang diduga terkait mafia pajak. Dari fokus 44

perusahaan, penyidik memprioritaskan belasan perusahaan. Menurut Kabagpenum

Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar bahwa ke sembilan belas perusahaan

tersebut diduga memiliki indikasi pelanggaran. Selain itu Polri mengaku bergerak

cepat untuk merespons 12 instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kasus mafia pajak Gayus Tambunan akan diinvestigasi ramai-ramai hal itu

ditegaskan Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di Mabes Polri. Kapolri

(9)

perintah untuk memperkuat penyidikan kasus Gayus Tambunan dan Bank Century.

Dalam berita harian Kompas yang terbit pada Rabu, 30 Juni 2010, disitu di

jelaskan bahwa Bareskrim Mabes Polri kembali membidik atasan tersangka Gayus

Halomoan Tambunan lain terkait mafia pajak. Kepala Bidang Penerangan Umum

Mabes Polri Kombes (Pol) Marwoto Soeto, mengatakan, pihaknya akan memeriksa

seorang atasan Gayus dalam waktu dekat. Polri telah menetapkan dua pegawai

Direktorat Jenderal Pajak yakni Maruli Pandapotan Manurung dan Humala

Napitupulu yang pernah menjadi atasan Gayus. Keduanya sudah ditahan di rumah

tahanan Bareskrim Mabes Polri. Maruli adalah Kepala Seksi Pengurangan dan

Keberatan I Direktorat Keberatan dan Banding di Dirjen Pajak. Dia ditetapkan

sebagai tersangka terkait penanganan keberatan pajak yang diajukan PT. SAT.

Sedangkan Maruli pernah berkerja satu tim saat tangani keberatan pajak.

Masih dalam media massa yang sama yaitu Kompas yang terbit pada Selasa,

12 April 2011, Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo berjanji akan mengusut tuntas

atasan dan rekan terpidana kasus korupsi pajak Gayus HP Tambunan yang disebut

dalam dakwaan jaksa penuntut umum dan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan. Beberapa nama itu termasuk atasan Gayus Tambunan di Direktorat Jenderal

Pajak Maruli Pandapotan Manurung dan rekan Gayus, seperti Humala Napitupulu

dan Bambang Heru Ismiarso. Beberapa pihak sempat mempertanyakan tentang

tanggung jawab berjenjang, Kapolri menjawab akan ditindak lanjuti berdasarkan

(10)

dan semakin melebarnya kasus hingga mencatut nama nama petinggi negara, hal ini

menarik perhatian penulis untuk mengangkat kasus ini untuk dijadikan penelitian.

Adapun kebutuhan – kebutuhan yang dapat mendorong masyarakat untuk

menggunakan media tertentu antar lain adalah kebutuhan akan informasi ( kognitif),

kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam

kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal), kebutuhan akan integrasi dan

interaksi social (integrasi dan interaksi social), serta kebutuhan akan hiburan (

diversi) (Mc Quail, 2002:72 ).

Secara umum beberapa kebutuhan yang dapat di penuhi oleh media massa

adalah kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan hiburan (diversi),

kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam

kehidupan atau situasi khalayak sendiri ( identitas personal) ( Rakhmat,2001 :66 ).

Jadi kebutuhan untuk mengikuti pemberitaan kasus Gayus Tambunan, sebagai

jawaban adanya kebutuhan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang

perkembangan pemberitaan mengenai kasus Gayus Tambunan bisa memberikan

informasi, wawasan, pengetahuan bagi masyarakat.

Persepsi itu sendiri merupakan inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran

(interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian bali

(decoding) dalam proses komunikasi. ( Mulyana, 2001 : 167 ).

Persepsi merupakan penilaian atas cara pandang individu terhadap suatu objek

(11)

keterampilan, dan juga kepercayaan.

Dalam sebuah proses persepsi, banyak rangsangan yang sampai pada kita

melalui panca indera kita, namun kita tidak menyampaikan itu semua secara acak.

Alih-alih kita mengenali objek tersebut secara spesifik, dan kejadian-kejadian tertentu

yang memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah

suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan

yang kita terima ( Mulyana, 2001 : 170 )

Atensi tidak dapat terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan

kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian

atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu

objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak

kasus, rangsangan yang menarik perhatian kita cenderung dianggap sebagai penyebab

(12)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka di rumuskan permasalahan

sebagai berikut: “Bagaimana Persepsi Masyarakat Tentang Kredibilitas Kepolisian

Mengenai Penyelesaian Kasus Mafia Perpajakan Gayus Tambunan“

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana persepsi masyarakat

tentang kredibilitas kepolisian mengenai penyelesaian kasus mafia perpajakan Gayus

Tambunan

1.3 Kegunaan Penelitian

1.

kegunaan teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan atau landasan

pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai persepsi tentang suatu pemberitaan.

2.

kegunaan praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khalayak

media massa dalam melihat kredibilitas penegak hukum dalam menuntaskan kasus

(13)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i 2.1.1 Per sepsi

Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengetahuan, dan pergantian informasi tentang sesuatu tersebut. Tindakan seseorang terhadap sesuatu hal banyak dipengaruhi oleh hal hal tersebut.

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001 : 167) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

(14)

Devito persepsi adalah proses dengan apa kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Rakhmat, 2003 : 58)

Stephen P. Robins dalam bukunya Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, menjelaskan bahwa persepsi adalah : “Suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan mengintrepetasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang Persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama, tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorangpun dari kita yang melihat realitas yang kita lakukan adalah mengintrepetasikan apa yang kita lihat dan menyebutkannya sebagai realitas”. ( Robbins, 2002 : 46).

Persepsi merupakan suatu proses dimana individu sangat menyadari akan aspek lingkungannya. Persepsi akan timbul karena adanya rangsangan dari luar yang akan menekan saraf sensor seseorang melalui indera penglihatan, peraba, penciuman, pengecap, dan pendengar. Rangsangan disini akan diseleksi, diorganisir oleh setiap individu dengan caranya sendiri dimana pengalaman dapat diperoleh dari masa lalu atau dapat dipelajari dari orang lain sehingga individu tersebut akan memperoleh pengalaman. Persepsi baru terbentuk bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengamatannya.

(15)

beberapa hal melalui panca inderanya agar dapat memberi makna pada lingkungannya dan proses tersebut mempengaruhi perilakunnya.

Menurut Ujang ( 2000 : 12), persepsi adalah bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita. Karena cara atau proses tersebut berbeda untuk tiap individu sesuai keinginan, nilai-nilai serta harapan masing-masing individu, maka persepsi mengenau suatu hal tersebut tentunya berbeda untuk setiap individu. Selanjutnya masing-masing individu akan cenderung bertindak dan beraksi berdasarkan persepsinya masing-masing.

Suatu dorongan yang sama tidak selalu menimbulkan tindakan-tindakan yang sama pula, hal ini disebabkan oleh tanggapan (persepsi) yang berbeda masing-masing individu. Persepsi mampu membedakan tindakan masing-masing individu dalam proses pemuas kebutuhan. Persepsi menjembatani seseorang dalam menbuktikan suatu kenyataan. Oleh karena itu, seseorang harus bisa memilih dengan teliti informasi dan media massa apa yang pantas sesuai dengan kebutuhannya, karena berbeda media berbeda pula cara penyampaiannya, dan berbeda pemahamannya. Persepsi dapat juga disimpulkan sebagai proses kognitif yang menyangkut penerimaan stimulus, mengorganisir, dan menafsirka masukan unutk menciptakan bentuk yang bermakna nyata.

Seseorang mempunyai persepsi yang berbeda beda terhadap suatu obyek rangsangan yang sama karena adanya tiga proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan sumber rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif yang mengingat sesuatu yang selektif.

(16)

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna kepada stimulus indrawi ( sensori stimuli ). Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi, dan juga memori. ( Rakhmat, 2003 : 51)

Menurut William Stanton, Persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yangkita pertahankan berdasarkan masa lalu, stimuli rangsangan yang kita terima berdasarkan lima indera. Sedangkan menurut Bilson Simamora ( 2002 : 102), persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasikan dan juga mengintrepetasikan stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa diartikan sebagai inti dari komunikasi itu sendiri, sedangkan penafsiran ( interpretasi ) inti dari persepsi yangidentik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak pada definisi dari John R. Wenburg dan juga William W. Wilmor yang mengatakan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna atau menurut Rudolf F. Verderbor, Bahwa persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi. ( Mulyana, 2001 : 107).

(17)

Penilaian masyarakat terhadap sebuah produk tertentu bersifat positif dan juga negatif. Semuanya tergantung dari individu atau masyarakat dalam mempersepsikan produk yang ditawarkan, dibandingkan dengan harapan konsumen yang seharusnya mereka terima. Jika dalam kenyataanya sama dengan yang diharapkan, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang positif terhadap produk tersebut, tetapi bila ternyata produk yang diterima tidak sesuai dengan harapan konsumen yang menggunakannya, maka masayarakat akan memberikan penilaian yang negatif terhadap produk tersebut.

Menurut Linda L. Davidoff yang diterjemahkan oleh Mari Juniarti, hakekat persepsi ada tiga, yaitu :

1. Persepsi bukanlah cermin realitas : orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan atau pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Persepsi bukanlah cermin. Pertama, indera kita tidak memberikan respons terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi rangsangan-rangsangan yang pada kenyataanya tidak ada. Ketiga, persepsi manusia tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, motivasi.

(18)

3. Atensi : peranannya pada persepsi, atensi atau perhatian adalah keterbukaan kita untuk memilih sesuatu. Beberapa orang psikolog, melihat atensi sebagai sejenis alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada detik-detik yang berbeda pada proses persepsi. ( Juariah, 2004 : 28 )

2.1.1.1. J enis Per sepsi

Persepsi manusia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Persepsi terhadap lingkungan fisik (objek) adalah persepsi manusia terhadap objek diluar lambang-lambang fisik atau sifat – sifat luar dari suatu benda. Dapat diartikan bahwa manusia dalam memiliki suatu benda mempunyai persepsi yang berbeda beda. Dan persepsi terhadap objek bersifat status karena objek tidak mempersiapkan manusia ketika manusia tersebut mempersiapkan objek-objek tersebut.

2. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui sifat-sifat luar dan dalam ( perasaan, motif, dan harapan), dapat diartikan manusia bersifat interaktif karena manusia akan mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

(19)

2.1.1.2. Kar akter istik Per sepsi

Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan (2000 : 113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Bersifat Selektif

Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek-objek dan peristiwa-peristiwa yangbanyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka.

2. Terorganisir atau teratur

Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari perangsang lain. Rangsangan – rangsangan dikelompokkan kedalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur.

3. Stimulus

Stimulus adalah apa yang dirasakan, dan arti yang terdapat didalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.

4. Subyektif

(20)

pola pikir dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran dalam persepsi.

2.1.1.3 Faktor Yang Ber per an Dalam Per sepsi

Menurut Walgito (2001 : 70) dalam persepsi stimulus merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan. Faktor – faktor yang berperan dalam persepsi diantaranya adalah :

1. Objek yang dipersepsikan dimana objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan. Dapat diartikan bahwa konsumen dalam mempersepsikan suatu produk dipengaruhi oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu. 2. Alat indera merupakan alat yang dipergunakan manusia dalam menerima

stimulus. Dengan mempunyai alat indera, maka konsumen dapat memberikan respon terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan produsen.

3. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu dan sekumpulan objek.Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.1.14. Pr oses Per sepsi

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen, diantaranya : 1. Seleksi

Adalah proses penyaringan alat indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

(21)

Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, motivasi, dll. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya. 3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku

sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhada[ informasi yang sampai. ( Sobur, 2003 : 447)

2.1.1.5. Pr oses Ter ja dinya Persepsi

Menurut Alex Sobur, (2003 : 449), proses terjadinya persepsi terdiri dari : 1. Terjadinya Stimulasi Alat Indera (sensory stimulation)

Pada tahapan pertama, alat-alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu pasti memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus (rangsangan), walau kadang tidak selalu digunakan.

2. Stimulasi Terhadap Alat Indera Diatur

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (Proximity) atau kemiripan, sedangkan prinsip lain adalah kelengkapan (Closure) atau kita mempersepsikan gambar atau pesan yang lengkap. Apa kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang bermakna bagi kita, pola ini belum tentu benar atau salah dari segi objektif tertentu.

3. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi

(22)

pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem, nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri kita. Karena walaupun kita semua sama-sama menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang menafsirkan – mengevaluasinya adalah tidak sama.

2.1.2 Reception Analysis, Pemahaman Ter hadap Khalayak Ak tif

Reception Analysis yang merupakan gabungan antara social science dan humanis, memberikan penekanan penggunaan media sebagai refleksi dari sejumlah konteks socio cultural dan pemaknaan pada produk budaya dan pengalaman. Pendekatan humanis, menyumbangkan konsep bahwa komunikasi massa adalah praktek produksi budaya, dan sirkulasi makna dalam konteks sosial. Pendekatan social – science menyumbangkan model penelitian empiris yang menghubungkan pesan media dan khalayaknya. Reception Analysis merupakan riset khalayak yang mengkonstruksi data valid akan penerimaan, penggunaan, dan dampak media terhadap khalayak (Jensen & Jankowski, 1991 : 135). Reception Analysis berasumsi bahwa takkan ada efek tanpa adanya pemaknaan, maka dibutuhkan peran aktif individu. Individu pengguna media dalam Reception Analysis dilihat fiske dan de Certaeu sebagai active producer meaning , bukan sekedar consumers media meaning. Khalayak memaknai teks media berdasarkan pada lingkungan sosial dan budaya serta bagaimana khalayak menjalaninya sebagai pengalaman

(http://www.Culstockndirect.co.uk/MUHome/cstml/index.html.2005).

(23)

Reading The Romance, sebuah studi tentang interpretative community perempuan pembaca novel pada tahun (1985). Ien Ang meneliti bagaimana penerimaan khalayak terhadap serial Dallas yang menemukan bahwa khalayak memaknai berbeda serial tersebut. David Morley pada tahun 1986, mengkaji tentang bagaimana pemaknaan terhadap penggunaan televisi sebagai alat kekuasaan patriarki (www.Culstock.Ndirect.co.uk:2005)

Berasarkan model “encoding-decoding”-nya, Hall dalam Barker mengatakan bahwa produksi makna tidak menjamin dikonsumsinya makna tersebut sesuai apa yang dimaksud oleh produsennya (encoder) karena pesan – pesan, yang dikonstruksi sebagai system tanda dengan berbagai komponen yang multi penonjolan, bersifat polisemis, atau mereka memilikilebih dari satu rangkaian makna potensial. Jika pemirsa bertempat pada posisi sosial yang berbeda (dalam kelas gender, misalnya) dari para produser, dengan segala sumber daya cultural yang ada pada mereka, mereka akan bisa membaca atau menafsirkan (decode) program – program itu secara alternative (Barker 2005:43)

Sebagaimana dikutip dari McQuail, karakteristik dari Reception Analysis adalah sebagai berikut :

(24)

2. Pemirsa envolve keluar dari partisipasi dalam komunitas “penafsiran” untuk media tertentu genre sering terdiri atas “komunitas terpisah interpretasi” yang berbagi banyak bentuk yang sama wacana dan kerangka penonton tidak pernah pasif, dan kerja untuk membuat rasa media. Tidak semua anggota mereka bersama – sama, karena beberapa fans akan menggunakan metode yang lebih berpengalaman atau lebih aktif daripada yang lain. Harus “kualitatif” dan mendalam, sering etnografi, mengingat isi, penerimaan tindakan, dan konteks bersama – sama. (Indolf dalam McQuail 197:19)

Dari karakteristik tersebut diatas, dapat diketahui bahwa Reception Analyisis merupakan sebuah pendekatan yang melihat bagaimana khalayak secara aktif memberikan makna terhadap teks media dalam Reception Analysis dipahami sebagai penerimaan. Proses penerimaan ini melibatkan semua unsur dan latar belakang budaya yang dimiliki oleh masing – masing individu.

Audience “decode” the meanings proposed by sources according to their

own perspective and wishes, although often within some shared framework or

experience. (Mcquail 1997:101)

Penerimaan tersebut tidak dapat diprediksi sebelumnya, karena masing – masing individu memaknai sebuah teks media berdasarkan field of experience dan

(25)

mengeksplorasi bagaimana para informan yang berbeda memaknai suatu berita berdasarkan field of experience dan frame of reference- nya.

2.1.2.1 Encoding – Decoding

Pendekatan khalayak aktif semakin berkembang sebagai reaksi terhadap berbagai kajian khalayak yang mengasumsikan bahwa khalayak mengkonsumsi media secara pasif, dengan makna dan pesan dari media yang dengan mudah diterima oleh khalayak. Chris Barker dalam bukunya, Cultural Studies teori dan praktek menyatakan bahwa pemirsa televisi bukanlah massa homogeny (tak deferensiasi) yang merupakan kumpulan individu yang saling terisolasi. Menonton televisi merupakan kegiatan yang sosial dan cultural yang pada intinya berkaitan dengan makna. Pemirsa merupakan pencipta makna yang aktif dalam hubungannya dengan televisi (mereka tidak semata – mata menerima tekstual begitu saja) dan mereka melakukannya berdasarkan kompetensi cultural yang telah diperoleh sebelumnya dalam konteks bahasa hubungan sosial. Juga, teks dipandang memiliki makna yang multibentuk (polisemi) dan bukannya mengandung suatu set makna yang jelas atau tidak ambigu.

Teks adalah pembawa beragam makna, yang suma sebagiannya diterima pemirsa. Pemirsa yang terbentuk secara berbeda akan menanggapi makna tekstual yang berbeda juga ( Barker, 2005 : 354-355)

(26)

hubungan antar teks dan pembaca teks itu sendiri. Individu melakukan negosiasi makna terhadap teks. Latar belakang budaya masing – masing khalayaknya yang akhirnya menjelaskan mengapa satu khalayak memaknai teks sedemikian rupa, sementara yang lain tidak.

Proses negosiasi makna seperti diatas tidak lepas dari proses encoding – decoding. Hall dalam Barker memahami proses encoding ( proses menanamkankode – kode dalam teks ) sebagai artikulasi dari momen – momen produksi, sirkulasi, distribusi, dan reproduksi yang bisa dibedakan tapi saling terkait. Diproduksinya makna tidak menjamin dikonsumsinya makna tersebut sebagaimana dimaksud para encoder (penanam/penyampai kode) karena pesan media, yang terkonstruksi sebagai system tanda dengan berbagai komponen yang aksentuasinya beragam, bersifat polisemi (Barker, 2005:356). Makna dan pesan tidak sekedar ditransmisikan, keduanya senantiasa diproduksi : pertama oleh sang pelaku encoding dari bahan “mentah” kehidupan sehari – hari ; kedua, oleh khalayak dalam kaitannya dengan lokasinya pada wacana – wacana lainnya. Selain itu, sebagaimana dijabarkan Hall, momen encoding dan decoding mungkin tidak benar – benar simetris. Para profesional media mungkin menginginkan decoding sama dengan encoding, namun mereka tidak bisa memastikan atau menjauhi hal ini (Storey, 2007:14)

(27)

Pendek kata, pesan – pesan tersebut membawa beragam makna dan bisa ditafsirkan secara berbeda – beda. Bukan berarti bahwa semua makna punya kedudukan yang sejajar, teks akan terstruktur dalam dominasi yang mengarahkan pada suatu makna yang lebih diinginkan, makna yang disodorkan pada kita oleh teks. Khalayak yang memiliki kode – kode cultural yang serupa dengan para encoder akan melakukan decoder pesan – pesan yang disampaikan dengan kerangka yang sama. Akan tetapi kalau berada pada posisi sosial yang berbeda, maka proses decode pesan bisa mengambil jalan alternatif (Barker, 2005:356-357). Artinya, bahwa seseorang pengarang, editor, atau apapun yang bertindak sebagai komunikator dalam proses komunikasi tidak dapat memastikan bahwa makna pesan yang disampaikan akan diterima sama persis oleh khalayak karena adanya perbedaan latar belakang, kecuali jika kedua belah pihak memiliki kacamata budaya yang sama.

2.1.3 Masyar akat

Masyarakat adalah suatu kata yang sudah tidak asing lagi bagi telinga kita, karena kita sendiri berada ditengah masyarakat, sejak berada di bangku sekolah dasar, kita telah diajarkan tentang kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam, namun apakah definisi sebenarnya dari masyarakat itu sendiri, yaitu :

Menurut Soerjono Soekanto (1983 : 447 ), masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan, di dalam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

(28)

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Berbeda dengan Soerjono Soekanto, Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia

2.1.4 Fungsi

Menurut kamus Bahasa Indonesia fungsi berarti jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Menurut kamus WEBSTER, function yang berati fungsi dalam bahasa Indonesia, berarti suatu kinerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan struktur. Selain itu menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 79 tahun 1969, fungsi adalah sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha yang satu dengan yang lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok.

2.1.5 Kepolisian

(29)

menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan menjadi penyidik perkara kriminal. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).

Adapun Kepolisian menurut Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997 pasal 1 dan Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 pasal 1 ialah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).

(30)

2.1.5.1 Fungsi Kepolisian

Kata ‘fungsi’ berasal dari bahasa inggris “function”. Menurut kamus WEBSTER, “function” berarti performance; the special work done by an structure. Selain itu menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 79 Tahun 1969 (lampiran 3), fungsi adalah sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha yang satu sama lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok. Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa fungsi adalah merupakan segala kegiatan dan usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan.

Fungsi kepolisian yaitu:

1. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat yaitu polisi secara luas bertanggung jawab pada kenyamanan rakyat dengan menekan angka kriminalitas tinggi.

2. Penegakan hukum yaitu melakukan menindak lanjuti secara tegas para pelanggar hukum tanpa mendiskriminasi dan tidak tebang pilih.

3. Perlindungan yaitu bertanggung jawab dalam melindungi masyarakat dari tindak kejahatan dan pelanggaran hukum.

4. Pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri yaitu dengan memberikan penjelasan terhadap masyarakat agar masyarakat sadar hukum.

(31)

Fungsi kepolisian yang ada di masyarakat menjadi aman, tentram, tertib, damai dan sejahtera. Fungsi kepolisian (POLRI) terkait erat dengan Good Governance, yakni sebagai alat Negara yang menjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang bertugas melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum yaitu sebagai salah satu fungsi pemerintahan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyrakat yang diperoleh secara atributif melalui ketentuan Undang-Undang (pasal 30 UUD 1945 dan pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang POLRI) .

a. Kerangka Berpikir

Persepsi adalah suatu proses pemahaman ataupun pemberian makna atau suatu individu terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

Persepsi masyarakat adalah suatu proses masyarakat memaknai suatu objek. Karena masyarakat itu merupakan suatu kumpulan individu-individu yang beragam maka persepsi yang dihasilkanpun juga tidak sama antara individu satu dengan yang lainnya.

(32)

Adapun kerangka berpikir tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka pemikiran proses analisis persepsi kredibilitas kepolisian

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J enis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan

untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data

sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau

sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang

dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka

tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan

kedalaman (kualitas) data, bukannya banyaknya (kuantitas) data (Krisyantono, 2007 :

58).

Menurut Rakhmat (2004 : 24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan

untuk beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku.

2. Membuat perbandingan atau evaluasi.

3. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada

4. Menentukan apa saja yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

(34)

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi deskriptif untuk

menggambarkan persepsi masyarakat terhadap kredibilitas kepolisian yang

menangani masalah mafia perpajakan yang diperankan oleh Gayus Tambunan.

3.2 Definisi Konseptual

3.2.1 Fungsi

Menurut kamus Bahasa Indonesia fungsi berarti jabatan atau pekerjaan yang

dilakukan. Menurut kamus WEBSTER, function yang berati fungsi dalam bahasa

Indonesia, berarti suatu kinerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan struktur.

Selain itu menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 79 tahun 1969, fungsi

adalah sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha yang satu dengan yang

lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok.

3.2.1.1 Fungsi Kepolisian

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 79 Tahun 1969

(lampiran 3), fungsi adalah sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha yang

satu sama lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok. Dari

uraian tersebut di atas jelaslah bahwa fungsi adalah merupakan segala kegiatan dan

usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk

mencapai tujuan.

Fungsi kepolisian adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Fungsi kepolisian

(35)

kepolisian (POLRI) terkait erat dengan Good Governance, yakni sebagai alat Negara

yang menjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang bertugas

melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum yaitu

sebagai salah satu fungsi pemerintahan hukum, perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyrakat yang diperoleh secara atributif melalui ketentuan

Undang-Undang (pasal 30 UUD 1945 dan pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang POLRI) .

3.2.2 Per sepsi

Persepsi adalah proses pemahaman apapun pemberian makna atas suatu

informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap

objek peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala selanjutnya diproses oleh otak.

Proses kognisi dimulai dari persepsi.

Definisi lain dari persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita

memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan tanggapan dari lingkungan kita, dan

proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001 : 167).

3.3 Infor man

Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu para

informan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan latar belakang yang

berbeda. Informan 1 dan Informan 2 adalah seorang dari pakar hukum, sedangkan

informan 3 yang seorang pegawai negeri sipil dan informan 4 yang seorang ibu

rumah tangga adalah dari golongan orang awam. Telah dipastikan bahwa keempatnya

telah mengikuti perkembangan kasus mafia Perpajakan yang melibatkan oleh Gayus

(36)

informan melalui media internet dan media televisi, hal tersebut dikarenakan media

internet dan televisi lebih memuat berita – berita terbaru. Waktu dan acara apa yang

telah di saksikan atau dibaca oleh Informan – informan juga telah di tuliskan oleh

penulis dalam laporan.

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh

masyarakat yang mengikuti informasi tentang politik, masyarakat yang pernah

berurusan dengan polisi, dan masyarakat yang pernah memberikan laporan kepada

polisi, yang dapat dijadikan sebagai informan utama atau informan kunci.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :

1. wawancara

Merupakan percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan

informasi. Dan informan adalah seorang yang diasumsikan mempunyaiu informasi

penting suatu objek (Berger dalam Krisyantono, 2007 : 96). Wawancara yang

dilakukan adalah indepth interview atau wawancara mendalam, yaitu mendapatkan

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud

mendapatkan gambaran lengkap tentang topic yang diteliti (Bungin, 2001 : 110).

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi angsung dari sumbernya. Wawancara mendalam adalah

suatu cara mendapatkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka

dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Wawancara

ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi secara intensif. Selanjutnya, dibedakan

(37)

(orang yang ingin periset ketahui atau pahami dan yang akan diwawancarai

beberapa kali). (Krisyantono, 2007 : 96). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti

melalui panduan wawancara, dan berikut adalah panduan wawancara :

1.

Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu tentang investigasi dari kepolisian

mengenai masalah mafia perpajakan? Apa sudah sesuai kenyataan? Jika

tidak mengapa ?

2. Bagaimanakah pendapat Bapak/ Ibu t erhadap penilaian sebagian

masyarakat yang menganggap kepolisian mengalami penurunan

kredibilit as, t erut ama menangani masalah mafia perpajakan ?

3. Apakah kinerja kepolisian dalam mengusut kasus mafia perpajakan sudah

sesuai dengan keinginan masyarakat ?

4. Apa saran Bapak/ Ibu supaya kredibilit as kepolisian meningkat di mat a

masyarakat ?

5.

Media massa apa saja yang digunakan oleh Bapak/Ibu ?

6. Apakah Bapak/ Ibu akt if mengikut i perkembangan pemberit aan kasus

Gayus Tambunan ?

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

(38)

pendekatan metodelogi ini akan dapat menjangkau secara komprehensif dengan

tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.

Pada tahap awal analisis data, penelitian dilakukan bersamaan dengan proses

pengambilan data. Analisis data penelitian berupa proses pengkajian hasil

wawancara, pengamatan, dan dokumen yang telah terkumpul. Data kemudian

direduksi karena pada saat proses pengambilan data tersebut tidak langsung terdapat

proses analisis.

Sedangkan interpretasi bertujuan untuk memberikan makna terhadap hasil

analisis data yang sudah dilakukan serta mencari implikasinya terhadap teori yang

sudah dilakukan untuk menafsirkan hasil analisis.

Setelah wawancara dilakukan, peneliti wajib membuat transkrip hasil

wawancara. Artinya penulis harus menuliskan setiap pertanyaan dan jawaban yang

dikeluarkan informan seta catatan yang memuat tentang observasi, perasaan, dan

refleksi diri.

Kemudian barulah peneliti bisa menganalisis data yang sudah masuk dengan

cara menganalisis data adalah :

1. Mengkategorikan wawancara kedalam subtopik, peneliti mengumpulkan dan

memilah – milah transkrip wawancara tiap informan, kemudian menyatukan

dengan data – data informan yang lain yang memiliki topik serupa. Dengan

kata lain data – data tersebut dikategorikan satu – persatu.

2. Menarik kesimpulan, menarik kesimpulan tentang keyakinan, perasaan, sikap

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Masyar akat dan Pengamat Hukum di Sur abaya

Penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Lembaga Kepolisian Mengenai Pemberitaan Kasus Gayus Tambunan” ini dilakukan di kota Surabaya. Kota Surabaya sendiri termasuk kota metropolitan, dan juga kota besar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Selain itu kebutuhan akan berita untuk masyarakat Surabaya yang begitu tinggi, sehingga banyak masyarakat Surabaya yang mengikuti perkembangan kasus mafia perpajakan, khususnya kasus ini sempat ramai diberitakan di berbagai surat kabar.

Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa kasus mafia perpajakan adalah suatu hal yang umum didengar oleh masyarakat Surabaya, apalagi kasus ini berkaitan denga kasus korupsi yang memang telah menjadi isu yang tidak asing lagi di Negara ini.Meski begitu kasus mafia perajakan yang diusut oleh pihak kepolisian seakan menggantung, karena beberapa pihak tinggi yang mestinya terseret ternyata tidak tersentuh oleh hukum.

(40)

Namun dalam penuntasan kasus mafia perpajakan yang diberitakan beberapa waktu lalu tidak hanya mengundang anggapan negatif tetapi adapula yang menanggapi positif, yaitu sikap optimis untuk menuntaskan banyaknya kasus korupsi yang melanda negara ini. Mengingat Surabaya adalah kota yang luas dan memiliki penduduk yang beragam, pastilah anggapan dan persepsi masyarakat Surabaya beragam juga.

Persepsi sebagian masyarakat yang optimis tentang kasus mafia perpajakan ini dikarenakan tidak banyak kasus korupsi yang terungkap, meski beberapa petinggi tidak tersentuh hukum, tetapi kasus ini dapat menjadi awal untuk memberantas kasus korupsi di negara kita, terutama untuk lembaga aparat.

(41)

Pada pemberitaan yang lain disebutkan bahwa Polri meminta Gayus untuk tidak lari dari penjara lagi. Polri berharap Gayus Tambunan bisa berkelakuan baik di Rutan Cipinang. Gayus yang kini mendekam di blok khusus koruptor diminta tidak mengulangi lagi aksinya seperti di Rutan Mako Brimob. Penasihat Kapolri, Kastorius Sinaga menyampaikan bahwa dalam pengusutan kasus Gayus tidak ditemukan dugaan uang dari Gayus lari ke atasan Kompol Iwan. Dalam pertemuan di Mabes Polri khusus membahas kasus kaburnya Gayus dan penanganan kasusnya, selain Kastorius hadir juga rekan sejawatnya di UI, Bachtiar Aly, Awaludin Djamin, Sarlito Wirawan, Wakapolri Komjen Pol Yusuf Manggabarani, Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi dan pejabat Polri lainnya.

(42)

terhadap Kepolisian untuk memeriksa perusahaan-perusahaan yang memberikan uang kepada Gayus.

Penilaian tersebut sangatlah beralasan karena terdapat beberapa kecacatan dalam penyidikan kasus Gayus. Dalam kesaksiannya pada sidang terdakwa Cirus Sinaga di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) hari ini, mantan penyidik Mabes Polri, Arafat, secara implisit mengungkap berbagai tindak tidak profesional dalam proses pemberkasan kasus Gayus Tambunan. Berikut catatan tindak tidak profesional selama pemberkasan kasus Gayus: Pertama, penyidik yang seharusnya bertugas membantu administrasi penyidikan, ternyata juga melakukan pemeriksaan saksi dan tersangka. Padahal hal ini tidak seharusnya dilakukan. Kedua, penyidik melakukan pertemuan perkenalan dengan pengacara yang notabene diketahui sebagai calon pengacara dari terdakwa kasus yang tengah diusut penyidik. Kemudian, penyidik melakukan pertemuan di luar kantor dengan jaksa penilai kasus yang sama.

(43)

pokok berkas perkara tanpa sepengetahuan atasan. Penyidik Sri Sumartini berdasarkan petunjuk lisan dari jaksa peneliti melakukan perubahan pokok pada berkas perkara Gayus Tambunan. Perubahan ini mengakibatkan hilangnya pasal korupsi dan pencucian uang yang sebelumnya disangkakan pada Gayus Tambunan, berganti dengan pasal 372 tentang penggelapan uang.

Selain kecacatan dalam penyidikkan terdapat beberapa kejanggalan dalam kasus mafia perpajakan ini diantaranya Pertama, Gayus dijerat pada kasus PT SAT dengan kerugian negara Rp 570.952.000, dan bukan pada kasus utamanya, yaitu kepemilikan rekening Rp 28 miliar, sesuai dengan yang didakwakan pada Dakwaan Perkara Pidana Nomor 1195/Pid/B/2010/PN.JKT.Sel. Kedua, Polisi menyita save deposit milik Gayus Tambunan sebesar Rp 75 miliar. Namun, perkembangannya tidak jelas hingga saat ini. Ketiga, kepolisian masih belum memproses secara hukum tiga perusahaan yang diduga menyuap Gayus, seperti KPC, Arutmin, dan Bumi Resource. Padahal, Gayus telah mengakui telah menerima uang 3.000.000 dollar AS dari perusahaan tersebut. Keempat, Kompol Arafat dan AKP Sri Sumartini sudah divonis bersalah. Namun, petinggi kepolisian yang pernah disebut-sebut keterlibatannya oleh Gayus belum diproses sama sekali. Kelima, Kepolisian menetapkan Gayus, Humala Napitupulu, dan Maruli Pandapotan Manulung sebagai tersangka kasus pajak PT SAT. Namun, penyidik tak menjerat atasan mereka yang sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar.

(44)

saksi. Ketujuh, Kejagung melaporkan Cirus ke kepolisian terkait bocornya rencana penuntutan. Namun, hal ini bukan karena kasus dugaan suap Rp 5 miliar dan penghilangan pasal korupsi serta pencucian uang dalam dakwaan pada kasus sebelumnya. Kedelapan, Dirjen Pajak enggan memeriksa ulang pajak perusahaan yang diduga pernah menyuap Gatys karena menunggu novum baru. Padahal, menurut Donald, pernyataan Gayus perihal uang sebesar 3.000.000 dollar AS diperolehnya dari KPC, Arutmin, dan Bumi Resource, bisa dijadikan sebuah alat bukti karena disampaikan dalam persidangan.

Kesembilan, Gayus keluar dari Mako Brimob ke Bali dengan menggunakan identitas palsu. Menurut Donald, hal ini menunjukkan dua kejanggalan. Pertama, kepolisian tidak serius mengungkap kasus Gayus hingga tuntas sampai ke dalang sesungguhnya. Kepolisian juga belum tuntas untuk mencari persembunyian harta Gayus sehingga konsekuensinya dia begitu mudah bisa menyogok aparat penegak hukum. Kedua, Gayus memiliki posisi daya tawar yang kuat kepada pihak-pihak yang pernah menerima suap selama dia menjadi pegawai pajak. Kesepuluh, Polri menolak kasus Gayus diambil alih KPK. Padahal, kepolisian terlihat tak serius menanggani kasus tersebut. Penolakan ini telah terjadi sejak Maret 2010. Saat itu, Kadiv Humas Polri Brigjen Edward Aritonang mengatakan, Polri masih sanggup menangani kasus tersebut.

(45)

4.1.1. Penyajian Data

Penelitian ini kurang lebih dilaksana selama 8 bulan, di kota Surabaya. Sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa subjek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisis yang digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan persepsi masyarakat Surabaya mengenai Lembaga Kepolisan, sudah sesuaikah dengan keinginan masyarakat?. Data yang diperoleh dengan melakukan observasi ( pengamatan ) dan in depth interview ( wawancara mendalam ) terhadap beberapa masyarakat Surabaya dengan latar belakang yang berbeda - beda.

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak – banyaknya dari para informan, sedangkan penelitian dilakukan untuk mengamati perilaku dan juga perkembangan situasi yang diteliti.

Data yang diperoleh tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif, sehingga akan didapatkan gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat

4.1.2. Identitas Infor man

(46)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi objek sosial dari masyarakat Surabaya terhadap lembaga kepolisian terkait kasus mafia perpajakan, yang kasus ini telah banyak menyeret para petinggi negara.

Setiap informan pasti memiliki pengalaman, pendapat, dan informasi yang akan diperlukan peneliti dalam menyusun penelitian ini. Berikut ini peneliti menjelaskan identitas informan secara lebih lengkap, diantaranya adalah :

1. Informan 1 Nama : Haryo S

Pekerjaan : Dekan Fakultas Hukum Usia : 49 tahun

Informan 1 ini memberikan informasi kepada peneliti ketika informan berada di ruang kerjanya. Selain berprofesi sebagai dekan fakultas hukum, informan 1 juga seorang kuasa hukum. Informan 1 ini dalam wawancara ini memiliki posisi sebagai pengamat hukum dari golongan pendidikan, dalam penelitian ini adalah mengamati tentang pemberitaan penuntasan kasus mafia perpajakan dan ditinjau dari segi hukum.

(47)

membiayai terdakwa kasus mafia pajak Gayus Halomoan Tambunan. Gayus mengaku ditanggung HS selama mendekam di Rumah Tahanan Brigade Mobil, Depok, Jawa Barat, termasuk biaya kepergianmya ke luar negeri. Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Polisi Ito Sumardi di Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, Jumat (14 Januari 2011), mengatakan, pihaknya akan mencari bukti-bukti terkait pernyataan Gayus tentang keberadaan dan peran HS. Menurut Ito, sejauh ini informasi tentang HS hanya sebatas pernyataan Gayus. Maka itu, harus harus diselidiki kaitan dan bukti-buktinya. Sebab, kata Ito, Gayus terkadang memberi keterangan berubah-ubah.

Keterangan itu tak bisa dipercaya tanpa bukti. Selain itu juga pada pemberitaan pada tanggal 28 Januari 2011 pukul 21:44 WIB, pada acara Hukum dan Kriminal, tentang atasan Gayus di Ditjen pajak Bambang Heru jadi tersangka, mantan Direktur Keberatan dan Banding Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Bambang Heru Ismiarso, ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Mabes Polri. Bambang menjadi tersangka kasus penggelapan pajak dengan aktor utama Gayus Halomoan Partahanan Tambunan.

(48)

Pramono soal Instruksi presiden soal Gayus. Wakil Ketua DPR Pramono Anung berharap instruksi Presiden Yudhoyono terkait penuntasan kasus mafia pajak benar-benar efektif karena masyarakat memberikan perhatian penuh terhadap segala upaya yang akan dilakukan pemerintah, Menurut politisi PDIP itu, hal penting pertama yang harus dilakukan dalam menuntaskan persoalan itu adalah menguak keberadaan Gayus selama yang bersangkutan berada dalam tahanan dan ketika persidangan pengadilan berlangsung. Polisi berkewajiban menelusuri kemana saja Gayus pergi, apakah hanya di dalam negeri seperti yang tertangkap kamera di Bali, ataukah juga pergi ke Macau, Hong Kong, Singapura, Kuala Lumpur atau tempat-tempat lain yang belum diketahui.

Lebih lanjut Pramono menegaskan apabila betul Gayus yang ditengarai bertemu dengan beberapa tokoh, seperti tokoh politik dan figur lainnya yang berkaitan dengan upaya penyelamatan Gayus dalam persoalan perpajakan, maka ini menjadi kewajiban polisi untuk segera menyelidiki.

(49)

Informan satu ini menjawab pertanyaan penulis tentang bagaimanakah pendapat informan tentang investigasi dari kepolisian mengenai masalah mafia perpajakan, informan satu menjawab bahwa secara umum belum optimal, dilihat dari proses yang dilalui dalam KUHAP, penyelidikan secara substansi belum dilakukan secara detail. Ada beberapa proses proses yang harus dilalui tetapi proses tersebut tidak dilakukan, dalam arti beberapa pihak yang belum ditangani.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti mendapatkan informasi tentang bagaimana pihak atasan Gayus yang seharusnya melalui proses hukum namun tidak dilakukan, pada kenyataannya dilihat dari hasil BAP banyak yang terlibat.

Pada saat menjawab pertanyaan yang berbunyi bagaimanakah pendapat informan terhadap penilaian sebagian masyarakat yang menganggap kepolisian mengalami penurunan kredibilitas, Informan menjawab sebenarnya Informan tidak bisa menggeneralisasi seperti itu, karena pendapat masyarakat karena indikasi yang dapat dilihat dilapangan, polisi sebagai penegak hukum terlalu digeneralisir masyarakat, kendati memang kredibilitas kepolisian masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan jawaban tersebut maka keterangan dari Informan 1 mengatakan bahwa di tingkat kepolisian, penyidik jarang ada orang yang benar – benar mengerti hukum. Informan 1 juga mengatakan bahwa dalam tubuh lembaga kepolisian SDM masih kurang memadai.

(50)

memang belum sesuai, karena tingkat kejahatan dengan hukum yang ada tidak sebanding. Beberapa hambatan seperti sulitnya melakukan perjanjian ekstradisi dengan negara lain, ketidak relevansi hukum, dan lain lain.

Hasil yang di dapat untuk jawaban tersebut adalah, Informan 1 menjelaskan bahwa ketidak relevansi hukum dinilai hukum KUHP belum banyak mengalami perubahan, sedangkan tingkat kejahatan sudah jauh melebihi itu. Hukum KUHP itu sendiri adalah buatan Belanda yang sudah lama sekali.

Saat penulis menanyakan tentang saran apa yang dapat diberikan Informan untuk meningkatkan kualitas kepolisian di mata masyarakat, maka Informan menjawab visi misi harus disesuaikan dengan kondisi seperti peningkatan SDM, profesionalisme, evaluasi kinerja polisi, memberikan pelatihan kerja sama dengan institusi lain, dan lain lain.

Hasil keterangan yang di dapat dari jawaban tersebut adalah Informan 1 menjelaskan tentang kerja sama dengan institusi lain untuk menghindari tindakan tidak adil selama penuntasan kasus. Dengan bekerja sama dengan institusi lain maka pengendalian terhadap penuntasan kasus akan lebih adil karena adanya saling mengawasi.

(51)

apalagi banyak ditemui ketidak relevansian hukum KUHP untuk menghadapi tindak kasus kejahatan masa kini. Untuk memperbaikinya adalah dengan meningkatkan SDM dalam tubuh kepolisian, juga dengan melakukan kerja sama dengan institusi lain untuk menghindarkan tindakan ketidak adilan dalam penuntasan suatu kasus.

Khususnya untuk kasus mafia perpajakan ini, terdapat banyak sekali ketidak adilan dalam melakukan investigasi, seperti yang telah dijelaskan oleh Informan 1, banyak beberapa proses yang terlewatkan, Informan juga mengatakan bahwa dirinya banyak menemui komentar dari masyarakat tentang ketidak puasan mereka dalam kinerja kepolisian dalam menangani kasus mafia perpajakan ini. Pada masalah kerelevansian hukum, Informan menyatakan bahwa hukum KUHP saat ini bisa dikatakan tidak efektif untuk digunakan menjerat kasus korupsi, khususnya dalam hal ini adalah mafia perpajakan.

2. Informan 2

Nama : Broto Suwiryo

Pekerjaan : Wakil LAPH Jatim Usia : 49 tahun

(52)

Dalam proses wawancara ini Informan tersebut menyatakan bahwa dirinya selain bekerja sebagai Wakil LAPH Jatim, Informan 2 juga bekerja sebagai staf pendidik dari Universitas pembangunan nasional. Informan 2 juga menyatakan bahwa dirinya pernah membantu beberapa kasus yang berkaitan dengan korupsi, dan mengerti betul tentang pemberitaan kasus mafia perpajakan. Informan ini menyatakan bahwa bagaimana informan mengerti betul tentang kasus mafia perpajakan ini melalui pemberitaan massa elektronik (televisi) TVONE. Informan mengikuti pemberitaan media TVONE pada tanggal 11 Januari 2011, pukul 17:47 WIB pada acara Kabar Hukum, tentang Kapolri yang menjelaskan izin Gayus keluar dari rutan Brimob. Izin keluar terdakwa Gayus HP Tambunan dari Rumah Tahanan Markas Komando brimob dengan alasan untuk bertemu keluarga, jelas kepala Kepolisian RI jenderal Pol Timur pradopo. Kapolri mengatakan bahwa keluar-masuknya Gayus dari Rutan Mako Brimob terdaftar di register penjagaan rutan tersebut. Gayus keluar dari Rutan Mako Brimob pada awal November 2010 dengan menyuap sembilan anggota Polri yang menjaga termasuk Kepala Rutan.

(53)

sidang vonis terhadap dirinya pada Rabu (19/1) lalu , Gayus menyebut bahwa seorang agen CIA terlibat dalam pembuatan paspor palsunya. Sebelumnya, polisi memang menyebut ada keterlibatan warga negara asing dalam pembuatan paspor palsu Gayus tersebut. Tindak pidana tersebut disinyalir bahkan melibatkan sebuah sindikat besar.

Pengamat intelijan Andi Wijoyanto menilai memang ada motif bagi badan intelijen mendekati Gayus. Andi mengatakan bahwa bagaimana pun, kebenaran pernyataan Gayus tetap harus dibuktikan. Masih dalam media massa yang sama, pada pemberitaan tanggal 24 Januari 2011, pukul 19:57 WIB tentang Polri terus usut asal harta Gayus. Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo dan sejumlah petinggi Polri menjelaskan sejumlah permasalahan terkait Gayus Tambunan di depan Komisi Hukum DPR, Senin (24/1). Salah satu masalah yang dihadapi adalah upaya pengungkapan harta Gayus Tambunan senilai lebih dari Rp 74 miliar. Kapolri menambahkan upaya pembuktian terbalik terhadap harta Gayus Tambunan bukan termasuk ranah penyidik. Polisi hanya bisa membuktikan asal harta apakah hasil korupsi atau gratifikasi. Polri juga akan menyelidiki pernyataan Gayus Tambunan yang disampaikan usai vonis beberapa waktu lalu. Selain masalah Gayus, Kapolri juga memaparkan sejumlah kasus yang sedang ditangani Polri. Termasuk upaya peningkatan kualitas personel hingga remunerasi anggota Polri.

(54)

masih tebang pilih, pada kenyataannya atasan yang memberi perintah tidak tersentuh oleh hukum. Selain itu banyaknya pungutan – pungutan liar yang terjadi.

Keterangan dari jawaban tersebut adalah Informan menjelaskan bagaimana seharusnya polisi melakukan investigasi secara merata dan adil, tidak hanya bawahannya saja yang diperiksa, tetapi atasan yang lebih penting tidak tersentuh hukum, padahal atasannya ini adalah sumber dari kasus tersebut.

Pada masalah bagaimanakah pendapat Informan terhadap penilaian sebagian masyarakat yang menganggap kepolisian mengalami penurunan kredibilitas, Informan menjawab memang kenyataannya demikian, masyarakat kurang mempercayai polisi akibat tindakan tebang pilih tadi, banyak aparat yang tidak tahan godaan.

Hasil keterangan dari jawaban tersebut adalah menjelaskan bahwa aparat yang tidak tahan godaan tersebut dimaksudkan untuk aparat yang melakukan investigasi tidak merata karena mendapatkan suap.

Masalah tentang apakah kinerja kepolisian sesuai dengan keinginan masyarakat, Informan 2 menjawab kinerja kepolisian sudah bagus, namun memiliki banyak kendalanya pada oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab.

(55)

Ketika penulis menanya

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran proses analisis persepsi kredibilitas

Referensi

Dokumen terkait

Kalau masih belum mendingan ya pasti dokter ngasih obat lagi, kalau sudah mendingan paling hanya dikasih obat antibirnik trus ya kalau sudah gak sakit sama sekali

Numerical representations are also often used for degrees of belief related to numerical or symbolic knowledge and for degrees of consistency or inconsistency (or conflict) between

Pengertian   Pengelolaan

Pemilihan penggunaan media diseminasi, memperhatikan lima hal yaitu, (1) tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan diseminasi yang merupakan tujuan perilaku yang

Dan dengan perkembangannya, kemajuan teknologi mengalami perkembangan yang sangat cepat, hal itu di tandai dengan semakin banyaknya sistem informasi berbasis komputer,

Pada kegiatan peledakan di PT Aditya Buana Inter secara keseluruhan dari hasil 4 kali pengamatan peledakan untuk geometri peledakan lubang ledak vertikal dengan rata-rata burden 2,5

Salah satunya cerita tentang Gua Sarang Burung Pallas Baruni, didalam cerita rakyat ini memperlihatkan karakter sang suami secara halus didalam menuntut haknya

Dari distribusi frekuensi responden menurut pemberian ASI eksklusif tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang mempunyai bayi 7 bulan sampai 12 bulan dan