• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANDI RAHMAT NIZAR HIDAYAT NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANDI RAHMAT NIZAR HIDAYAT NIM :"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI SEBAGAI

UPAYA PENANGANAN COVID-19 DI DESA TAPPALE KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

ANDI RAHMAT NIZAR HIDAYAT NIM : 105641107317

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI SEBAGAI

UPAYA PENANGANAN COVID-19 DI DESA TAPPALE KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh :

ANDI RAHMAT NIZAR HIDAYAT NIM : 105641107317

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

ANDI RAHMAT NIZAR HIDAYAT. 2021 Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai Upaya Penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone (Dibimbing Oleh Fatmati dan Anwar Parawangi)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penaganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone dan aspek yang mempengaruhi keberhasilan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penaganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif yaitu menggambarkan keadaan objek pada masa sekarang secara kualitatif data yang diperoleh dari penelitian. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder dengan jumlah informan 8 orang.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Peran pemerintah daerah sebagai regulator di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone adalah. Pemerintah Desa Tappale menerbitkan Keputusan Kepala Desa Tappale Nomor 14 Tahun 2020 dan mengeluarkan Surat Keterangan pembentukan Relawan Desa COVID-19 (2) Peran pemerintah daerah sebagai dinamisator di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone adalah Pemerintah Desa Tappale mengundang tokoh masyarakat untuk ikut dalam Musdesus untuk menentukan calon penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (3) Peran pemerintah daerah sebagai fasilitator di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone adalah Pemerintah Desa Tappale mengundang tokoh masyarakat untuk ikut dalam Musdesus untuk menentukan calon penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.(4) dan aspek yang mempengaruhi keberhasilan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penaganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone meliputi sosialisasi kebijakan, penentuan sasaran penerima program dan koordinasi dalam pelaksanaan.

Kata Kunci: Peran Pemerintah Daerah, COVID-19, Program Bantuan Langsung Tunai

v

(7)

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu “

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai Upaya Penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone” shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Merupakan suatu nikmat yang tiada ternilai dalam pelaksanaan penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh penulis, walau sedikit mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja keras penulis dan adanya bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis ayahanda H.ANDI MASSEWA dan ibunda HJ.ANDI SANALLA yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tampa pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah

vi

(8)

mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Ibu Dr.Hj.Fatmawati,M.Si selaku pembimbing I yang telah sabar dan tak kenal lelah dalam membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr.Anwar Parawangi, M.Si selaku pembimbing II yang tak kenal lelah membimbing dan mendorong penulis untuk menyelesaikan skrispi ini.

3. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial &

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

6. Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.H.I selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan.

7. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Seluruh Civitas akademik Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii

(9)

mengizinkan untuk melakukan penelitian.

10. Istri Kepala Desa Tappale , Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Tappale dan Relawan Desa COVID-19 Desa Tappale dan Sekretaris Camat yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan Skripsi ini.

11. Tante saya tercinta Andi Indah serta suaminya Andi Adi dan puang Momo serta keponakan tersayang Andi amatul fauziah, Andi sose permadi dan Andi obing dimas fahlevi yang selalu memberikan support, mendoakan dan membantu penulis selama kuliah.

12. Pimpinan komisariat IMM fisip Unismuh Makassar yang telah menjadi keluarga saya dan selalu memberikan support dan membantu penilis selama kuliah

13. Seluruh saudara angkatan Renaisans 2017 khususnya kelas Ilmu Pemeritahan B 2017 tak terkecuali teman-teman KKP angkatan ke-XXI Fisipol Unismuh Makassar yang telah menjadi keluarga bagi penulis.

Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga tidak akan muat bila dicantumkan dan dituturkan semuanya dalam ruang yang terbatas ini, kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terimakasih yang teramat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Akhirnya tidak ada gading yang tak retak, tidak ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan semuanya hanya milik Allah SWT, karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

viii

(10)

keterbukaan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

ix

(11)

SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENERIMAAN TIM ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Masalah ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

B. Peran ... 9

C. Pemerintah Daerah ... 15

D. Bantuan Langsung Tunai ... 20

E. Kerangka Pikir... 26

F. Fokus Penelitian ... 27

G. Deskripsi Fokus Penelitian ... 28

x

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A.Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 31

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 31

C.Sumber Data ... 32

D. Informan Penelitian ... 33

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G.Keabsahan Data... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

B. Hasil Penelitian ... 45

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

BAB V PENUTUP... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 95

xi

(13)

Gambar 1.1 Kerangka Fikir Penelitian... 27

Gambar 4.1 Peta Desa Tappale ... 38

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kantor Desa Tappale... 44

Gambar 4.3 Panduan Pendataan... 57

Gambar 4.4 Bagan Alur Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa ... 61

xii

(14)

Tabel 3.1. Informan Penelitian... 33

Table 4.1 Gambaran tentang Perkembangan Desa Tappale... 39

Table 4.2 Jumlah Penduduk Masyarakat di Desa Tappale ... 40

Tabel 4.3 Data Penduduk Desa Tappale berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.4 Data Penduduk Desa Tappale berdasarkan Kelompok Umur... 41

Tabel 4.5 Data Penduduk Desa Tappale Berdasarkan Pendidikan ... 41

Table 4.6 Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Tappale ... 42

Table 4.7 Data Jumlah Penerima BLT-DD di Kabupaten Bone ... 56

Table 4.8 Data Jumlah Penerima BLT-DD dan Jumlah Anggaran BLT-DD Tahun 2020 dan 2021 di Kabupaten Bone ... 63

Table 4.9 Data Jumlah Anggaran dimasa Pandemi COVID-19 di Desa Tappale Berdasarkan Sumber Anggaran ... 67

xiii

(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awal tahun 2020 Seperti yang kita ketahui bersama, COVID-19 telah menjadi masalah kesehatan global. Kasus tersebut bermula pada 31 Desember 2019 dengan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menyatakan bahwa ada kasus klaster pneumonia yang tidak diketahui patogenesisnya di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus tersebut terus menyebar hingga laporan kematian dan impor di luar China. Pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concerns (PHEIC).

Pada 12 Februari 2020, WHO secara resmi menetapkan penyakit coronavirus baru pada manusia ini sebagai penyakit coronavirus (COVID19). Pada 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan dua kasus terkonfirmasi COVID-19. Pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi (Maun, 2020).

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga kondisi sosial dan ekonomi. Dalam perekonomian, pandemi ini tidak menutup kemungkinan aktivitas ekonomi domestik akan menurun dan kesejahteraan masyarakat akan menurun. Epidemi melanda banyak unit bisnis, menyebabkan cuti dan mengurangi lapangan kerja. Jika kondisi ini tidak diantisipasi dengan baik, dikhawatirkan akan terjadi ketidakstabilan sosial. Dalam jangka panjang, ketimpangan pendapatan-ke-pendapatan akan melebar, ketimpangan regional, perkotaan dan pedesaan akan melebar, mempengaruhi perkembangan kemiskinan antargenerasi.

1

(16)

Pandemi COVID-19 telah menahan perekonomian dari berbagai sudut, termasuk perekonomian pedesaan. Untuk saat ini, dampak COVID-19 lebih dirasakan oleh masyarakat perkotaan. Namun, mengingat mobilitas pekerja musiman yang sangat tinggi dari desa ke kota dan kembali ke desa, wabah COVID-19 juga dapat menyebar ke desa-desa. Kegiatan mudik sebelum Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha juga dapat meningkatkan prevalensi COVID- 19 di pedesaan. Sumber daya ekonomi dan sosialnya, terutama Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) dan dana desa, memungkinkan desa berkontribusi dalam penanganan COVID-19.

Dana desa merupakan alokasi anggaran dalam anggaran dan dapat digunakan secara langsung untuk mendukung upaya pengurangan dampak COVID-19 di tingkat rumah tangga dan desa. Beberapa manfaat dana desa antara lain alokasi anggaran yang tersedia dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Ini bisa menjadi program tindakan cepat yang dapat Anda mulai segera. Program lain dapat dilengkapi untuk meminimalkan dampak sosial dan ekonomi. Aparat desa sudah memahami sistem yang ada dan tidak membutuhkan sistem baru agar bisa bergerak cepat. Anda bisa menginstruksikan pemerintah desa untuk membangun legitimasi dan kredibilitas melalui penyelesaian masalah di daerah. Juga tersedianya sistem pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas yang dapat dioptimalkan untuk menjamin akuntabilitas.

Tentang Ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Fiskal Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Tentang Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/atau Ancaman

(17)

Membahayakan Rakyat Terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 UU Stabilitas Ekonomi dan/atau Sistem Keuangan memberikan cara baru untuk meminimalisir dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian desa. Huruf (i) Pasal 2 (1) Perpres tersebut menyebutkan penggunaan alokasi anggaran untuk kegiatan tertentu (refocusing), penyesuaian alokasi, dan/atau pengurangan/penundaan penyaluran anggaran transfer ke daerah. untuk diprioritaskan. Pendanaan desa atas dasar tertentu. Selain itu, Perppu menjelaskan bahwa “mengutamakan penggunaan dana desa” artinya dana desa dapat digunakan untuk bantuan tunai langsung kepada masyarakat miskin di desa dan kegiatan penanganan COVID. Seiring dengan penjelasannya, kita perlu mempelajari bagaimana kebijakan dapat diterapkan dan ditanggulangi dengan cepat.“jebakan moral” (moral hazard).

Anggaran dana desa pada tahun 2020 ditetapkan sebesar Rp71,19 triliun.

Kebutuhan BLT-DD akan dialokasikan 20-35 persen dari total dana desa. BLT- DD dapat dilaksanakan setidaknya jika penerima manfaat sasaran adalah rumah tangga miskin. Mengingat sebagian besar program nasional terkait dukungan sosial merujuk pada penerima manfaat tingkat rumah tangga, seperti program keluarga berkeinginan, bantuan pangan nontunai, dan bantuan langsung masyarakat/tunai langsung sementara. Target jaring pengaman sosial baru ini menargetkan 11 juta rumah tangga dengan total anggaran Rp22,4 triliun, dimulai dari total alokasi dana desa sebesar Rp71,19 triliun pada 2020 (Maun, 2020).

Besaran dana yang ditetapkan di belakang setiap desa bervariasi pada kisaran 25-35%, tergantung pada jumlah dana yang diterima di desa tahun ini. Peraturan

(18)

Menteri Desa, Pembangunan Daerah, dan Ketentuan serta Mekanisme Pendataan Penyajian BLTDD di Keimigrasian Nomor 11 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa pada Tahun Bantuan, seperti keluarga yang kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, tidak tercatat menerima berbagai dukungan sosial, memiliki keluarga, dll. Sesuai aturan penegasan Tunai Padat Karya, alokasi bantuan tunai langsung untuk cap dana desa kurang dari Rp800 juta yang ditetapkan 25% dari dana desa. Untuk desa dengan kuota 800 juta rupiah, 1,2 miliar rupiah adalah 30 persen. 35 persen jika persetujuan lokal diperlukan. Dengan peraturan menteri desa dan diumumkannya pembangunan dan reinkarnasi daerah tertinggal (Permendes PDTT) Nomor 6 Tahun 2020 Undang- Undang Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Masyarakat Miskin di Daerah Terkait Keimigrasian Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Dasar pemikiran dan pelaksanaannya adalah BLT, tertib dan adil, tertib dan adil, segera tepat sasaran, tepat orang, tepat waktu, tepat proses, dan tepat pengelolaan laporan.

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa merupakan kebijakan dari Menteri Desa yang awalnya, Dana Desa dialokasikan untuk infrastruktur Desa, namun adanya pandemi COVID-19, maka Dana Desa dialihkan untuk penanganan bagi korban COVID-19. Kebijakan penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa disalurkan sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada korban COVID-19, khusunya di pedesaan.

(19)

Kebijakan dari Menteri Desa tersebut diperioritaskan dalam penggunaan Dana Desa untuk bantuan penanganan COVID-19. Pemerintah melakukan kebijakan penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa dalam upaya meningkatkan pemulihan ekonomi masyarakat di tingkat Desa.

Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone merupakan salah satu desa di Indonesia yang terkena dampak pandemi COVID-19, dan sebagian besar masyarakat di desa ini berprofesi sebagai petani yang menjual hasil pertanian di selatan maupun di luar rumah. .. Di Sulawesi Selatan, penjualan produk pertanian seperti cengkeh telah menurunkan harga beras dan menurunkan harga beli pertanian dalam beberapa bulan terakhir. Kriteria calon keluarga yang berhak mendapatkan BLT desa adalah keluarga miskin atau kurang mampu yang tinggal di desa yang bersangkutan. PKH), kartu sembako, dan kartu prakerja. Pendataan calon penerima BLT di desa akan menggunakan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Sampai saat ini, pembayaran dana bantuan tunai langsung telah diberikan dan dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat setempat oleh pemerintah desa Tapare di kecamatan Riburen, namun berbagai permasalahan tetap ada, seperti belum adanya penerima bantuan. dana. Ada orang yang layak menerima tetapi layak menerima, dan di sisi lain, tampak layak tetapi tidak menerimanya. , Data penerima tidak akurat, yang dimana seharusnya prioritas dari program ini adalah masyarakat yang kurang mampu dan yang terdampak wabah COVID- 19, Sebab penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa haruslah disalurkan kepada korban COVID-19 dan lebih memperhatikan manfaat, serta kesejahteraan

(20)

masyarakat yang lebih membutuhkan di masa pandemi COVID-19. Agar kebijakan penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa tersebut tidak melanggar hukum, maka penyaluran tersebut haruslah merata dan adil, sehingga tidak berputar kepada orang-orang itu saja dalam arti sudah menerima bantuan sosial dari pemerintah pusat. Berdasarkan penjelasan di atas, ,maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam mengenai peran pemerintah daerah dalam melaksanakan Program Bantuan Langsung Tunai serta pengaruhnya terhadap penanganan COVID-19 melalui penelitian dengan judul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai Upaya Penanganan COVID 19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone”

B. Rumusan Masalah

Dari ringkasan singkat latar belakang masalah yang diuraikan, penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone?

2. Apa aspek yang mempengaruhi keberhasilan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program

(21)

Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

2. Untuk mengetahui aspek yang mempengaruhi keberhasilan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis :

Artinya, mahasiswa dapat menangani COVID-19 dan memberikan ide untuk melaksanakan program bantuan langsung tunai untuk mengatasi masalah pandemi ini.

2. Manfaat Praktis :

a. Manfaat untuk pemerintah

Pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan, program bantuan langsung tunai untuk penanganan COVID-19, diterima oleh masyarakat, baik yang seharusnya maupun yang tidak.

b. Manfaat untuk masyarakat

Masyarakat dapat meningkatkan bakatnya dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan dukungan pemerintah sehingga dapat hidup

dengan baik.

(22)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk membandingkan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya maka penulis mengambil beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Sehingga penulis dapat melihat kelebihan dan kekurangan dari penelitian terdahulu kemudian membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan Program Bantuan Langsung Tunai, yaitu :

Hasbi Iqbal (2008) Universitas Diponegoro Semarang Jurusan Magister Administrasi dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 di Kabupaten Kudus. Dimana dalam penelitiannya ini membahas mengenai implementasi kebijakan program BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program ini mampu merubah pola pikir masyarakat miskin tentang pentingnya daya beli masyarakat dan kesehatan sebagai langkah untuk memutuskan mata rantai kemiskinan. Dan sudah menunjukkan bahwa secara umum Program Bantuan Langsung Tunai di Kabupaten Kudus sudah berjalan dengan cukup baik.

Harwidiansyah (2011) Universitas Islam Negeri Makassar Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Bantuan Langsung Tunai terhadap kesejahteraan masyarakat Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dimana dalam penelitiannya membahas mengenai dampak

8

(23)

Bantuan Langsung Tunai ini yang dimana banyak masyarakat hanya menilai bantuan ini hnya sebagai uang pembeli sembakau dan tidak jarang diantara mereka ingin mendapatkan BLT walaupun sebenarnya mereka tidak layak mendapatkannya.

Perbandingan dari penelitian terdahulu dengan apa yang akan saya teliti adalah yang dahulu menggunakan jenis penelitian kualitatif dan hanya menganalisi pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai apa telah sesuai dengan tujuan program tersebut atau tidak. Kemudian tempat penelitiannya berbeda dan masanya juga berbeda sehingga hasil yang akan diperoleh juga akan berbeda. Dan dengan kami mengambil judul Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai Upaya Penanganan COVID-19 kami akan memaparkan hasil bahwasanya peran dari pemerintah

daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kabupaten Bone dalam penanganan COVID-19 sesuai dengan prosedur.

B. Peran

Peranan adalah berasal dari kata peran (dipinjam dari istilah seni film/drama), yaitu laku, hal berlaku,/bertindak, pemeran, pelaku, pemain sedangkan peranan (role) adalah fungsi, kedudukan, bagian kedudukan Dahlan dalam Sugiri (Sugiri, 2012). Dalam konteks kelembagaan lain Berger dan Luckmann dalam Sugiri mengungkapkan, peranan adalah aspek dinamis suatu lembaga, atau peranan mewakili tata institusional (institutional oreder) suatu lembaga (dalam hal ini pemerintah) (Sugiri, 2012) Jadi, peranan diartikan sebagai perilaku yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok pada suatu

(24)

kondisi atau peristiwa tertentu, dimana perilaku yang dilakukan tersebut merupakan suatu tindakan yang memang diharapkan dilakukan oleh individu yang berkedudukan atau memiliki jabatan tertentu pada tatanan masyarakat.

Oleh sebab itu, jika tindakan tersebut yang diharapkan maka seorang individu yang menduduki jabatan tertentu memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab pada suatu peristiwa.

Merton dalam Prastika mengungkapkan, peran diartikan sebagai suatu bentuk pola dari perilaku yang diharapkan ada oleh masyarakat kepada suatu individu yang menduduki suatu kedudukan ataupun jabatan tertentu (Prastika, 2016). Oleh karena itu, peran merupakan kelengkapan dari hubungan-hubungan yang terbentuk karenaperan yang dimiliki dari individu yang menduduki suatu status social dalam tatanan masyarakat.

Menurut Ryaas Rasyid dalam Muhadam Labolo dalam buku Memahami Ilmu Pemerintahan Suatu Kajian, Teori, Peran, dan Pengembangannya (Labolo, 2014) peran pemerintah daerah antara lain :

a. Peran pemerintah sebagai regulator

Peran Pemerintah sebagai Regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan penerbitan peraturan- peraturan. Sebagai regulator,pemerintah memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan

pemberdayaan dimasyarakat.

(25)

b. Pemerintah sebagai dinamisator

Pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisipasi jika terjadi kendala-kendala dalam proses pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah. Pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan melalui tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat.

c. Pemerintah sebagai Fasilitator

Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah.

Sebagai fasilitator, pemerintah bergerak dibidang pendampingan melalui pelatihan, Pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta dibidang pendanaan atau permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang diberdayakan.

Peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat dikatakan berhasil apabila masyarakat di daerah setempat telah berdaya dari aspek pendidikan, ekonomi, sosial budaya, psikologi, dan politik

1. Pemberdayaan Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci pemberdayaan masyarakat. Oleh karena pendidikan dapat meningkatkan pendapatan' kesehatan, dan produktivitas.

(26)

Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi, karena dalam pendidikan itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak/memadai. Dalam kaitan itu, Koswara dalam Sugiri menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperankan oleh pemerintah daerah dalam konteks pemberdayaan pendidikan rakyat adalah: (a) melakukan upaya peningkatan pengetahuan rakyat melalui suatu program yang ditunjang dengan penyiapan/ penyediaan sarana pendidikar formal yang memadai; (b) melakukan upaya peningkatan keterampilan rakyat melalui suatu program, peningkatan keterampilan yang ditunjang dengan penyiapan/penyediaan sarana pendidikan non format yung memadai; dan (c) menstimutasi',mendorong, atau memotivasi rakyat agar mereka mau meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui dialog dan kampanye pendidikan (Sugiri, 2012)

2. Pemberdayaan Ekonomi

Akses dan penghasilan atas pendapatan bagi setiap orang merupakan hal yang penting karena menyangkut otonominya (kemandirian). Faktor ekonomi tersebut memungkinkan manusia untuk mengontrol dan mengendalikan kehidupannya sesuai dengan yang mereka inginkan. Menurut Supriatna dalam Sugiri hal-hal yang perlu diperankan oleh pemerintah daeah dalam konteks pemberdayaan ekonomi rakyat adalah : (a) membantu masyarakat menyediakan program-program pemberdayaan di bidang perekonomian dan kesejarteraan masyarakat, (b) membantu masyarakat menfasilitasi kegiatan

(27)

ekonomi masyarakat (penyediaan sarana ekonomi), dan (c) membantu peningkatan pendapatan masyarakat melalui dorongan akses dan bantuan permodalan (Sugiri, 2012)

3. Pemberdayaan Sosial Budaya

Dalam kehidupan masyarakat hendaknya tidak ada pembeda-bedaan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap manusia hendaknya memiliki peran dan tanggung jawab yang sama, sehingga dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyankat secara bersamasama. Hal-hal yang perlu diperankan oleh pemerintah daerah dalam konteks pemberdayaan sosial budaya menurut Supriatna dalam Sugiri adalah : (a) membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana sosial budaya bagi masyarakat(sarana keagamaan, kesenian, olah raga, kesehatan,dan lain lain sarana dan prasarana umum yang diperlukan warga), (b) memberikan bantuan/dana sosial dan juga mendorong partisipasi warga dalam berswadaya, dan (c) melakukan pembinaan dalam kegiatan-kegiatan sosial budaya yang berkembang di masyarakat (Sugiri, 2012)

4. Pemberdayaan Psikologi

Pemberdayaan sebagai perubahan dalam cara bepikir manusia.

Pemberdayaan tidak bermaksud membekali manusia dengan kekuasaan dan kekayaan, tetapi membuat mereka sadar terhadap dirinya, dan apa yang di inginkannya dari hidup ini. Interaksi antar masyarakat didasarkan atas pengambilan keputusan bersama tanpa ada yang memerintahkan dan

(28)

diperintah, tidak ada yang merasa menang atau dikalahkan. Pemberdayaan didasarkan atas kerja sama, untuk mencapai tujuan bersama, dengan hubungan timbal balik yang saling memberdayakan. Dalam kaitan ini, Pranarka dalam Sugiri menyatakan bahwa ada 2 (dua) hal pokok yang berkaitan dengan pemberdayaan psikologi masyarakat, yaitu : (a) pemerintah daerah berupaya mengubah cara berpikir masyarakat yang selama ini masih konvensional ke cara berfikir yang lebih modern (sesuai perkembangn jaman), yang berarti bahwa posisi pemerintah adalah sebagai "agen pembaharu", dan (b) pemerintah daerah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi, terutama untuk pengambilan keputusan bersama melalui musyawarah-mufakkat, kegotong- royongan, saling membantu, menghargai pendapat orang lain, dan bekerjasama mencapai tujuan bersama (Sugiri, 2012)

5. Pemberdayaan Politik

Dalam pemberdayaan politik pada intinya adalah bagaimana setiap orang memiliki peluang dan partisipasi yang sama dalam kegiatan-kegiatan politik, yaitu kesempatan bersama dalam pengambilan keputusan kepemimpinan, keterlibatan dalam lembaga-lembaga politik, kesempatan untuk memberikan pendapat, kesempatan menyampaikan hak suara, dan lain sebagainya Menurut Adi dalam Sugiri hal-hal yang terkait dengan pemberdayaan politik yang perlu diperankan oleh pemerintah adalah adalah: (a) pemerintah daerah memberikan akses/peluang yang sama bagi masyarakat dalam kegiatan-

(29)

kegiatan politik, dan (b) pemerintah daerah mendorong warga masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik. Dari kelima komponen pemberdayaan masyarakat diatas, pemberdayaan pendidikan merupakan faktor kunci, sedangkan pemberdayaan yang lainnya yaitu pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan social budaya, pemberdayaan psikologi, dan pemberdayaan politik adalah faktor Penunjang (Sugiri, 2012)

C. Pemerintah Daerah

Secara etimologi, kata pemerintahan berasal dari kata pemerintah. Kata pemerintah berasal dari kata perintah yang berarti menyeluruh melakukan suatu pekerjaan. Namun secara umum, pemerintahan dapat diartikan sebagai keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi seperti jabatan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sedangkan pemerintahan dapat diartikan sebagai keseluruhan dalam suatu organisasi pemerintahan yang menjalankan urusan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada dasarnya, ditemukan 4 asas yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, diantaranya asas sentralisasi, asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Sebelum diterapkannya otonomi seluas-luasnya di Indonesia, asas yang dipergunakan dalam rangka menjalankan roda pemerintahan di daerah adalah didasarkan pada asas sentralisasi (Gulo, 2019).

Pengertian pemerintah daerah adalah Gubemur, Bupati, atau walikota, dan Perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (UU No. 32 Tahun 2004, Pasal I, ayat 3). Pemerintah Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah Daerah ini merujuk

(30)

pada otoritas administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah Negara dimana Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah Provinsi yang kemudian dibagi lagi menjadi daerah Kabupaten dan daerah Kota, serta pemerintah daerah ini sendiri memiliki tugas-tugas atau urusan-urusan tertentu yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah- daerah untuk diselenggarakan sesuai dengan kebijaksanaan, prakarsa dan kemampuan daerah.

Seiring dengan terjadinya perkembangan dan dinamika di bidang pemerintahan khususnya pemerintahan daerah, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Pada pasal 9 UU Nomor 23 Tahun 2014, dinyatakan bahwa;

(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

(2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

(3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

(4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.

(5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah

(31)

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Urusan Pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan pasal 11 UU Nomor 23 Tahun 2014 yakni;

(1) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

(2) Urusan pemerintahan Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

(3) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maksud dari Pemerintah Daerah adalah

(32)

gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah.Sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang, bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah pusat harus cermat melihat kondisi objektif dari suatu daerah sehingga dalam menentukan besarnya subsidi harus didasarkan pada pertimbanganpertimbangan yang dapat diterima oleh daerah penerima subsidi.

Untuk mengeliminasi anggapan yang sering dikeluhkan oleh daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam, bahwa dana perimbangan yang berasal dari dana alokasi umum adalah merugikan mereka, maka yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam mengeluarkan regulasi harus sebanyak mungkin melibatkan komponen masyarakat daerah. Secara normatif diperjelas dalam prinsip umum hubungan keuangan pemerintah pusat dengan daerah. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut:

(33)

1) Pemerintah pusat memiliki hubungan keuangan dengan daerah untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugaskan kepada daerah.

2) Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak daerah dan retribusi daerah;

b.Pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah;

c. Pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus untuk pemerintahan daerah tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang; dan

d. Pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat, dana insentif (fiscal).

3) Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksanaan dari tugas pembantuan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan undang-undang.

Merujuk pada Pasal tersebut sekiranya dapat disimpulkan bahwa penyerahan sumber keuangan daerah baik berupa pajak daerah dan retribusi daerah maupun berupa dana perimbangan merupakan konsekuensi dari adanya penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah yang diselenggarakan berdasarkan asas otonomi.Untuk

(34)

menjalankan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, daerah harus mempunyai sumber keuangan agar daerah tersebut mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat di daerahnya.

Urusan pemerintahan daerah telah diatur secara jelas dalam UU Pemda.

Sebagaimana UU Pemda, kewenangan pemerintahan daerah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kewenangan pemerintahan wajib dan pilihan. Kewenangan pemerintahan wajib memiliki arti suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan, dan lain lain. Sedangkan kewenangan pemerintah yang bersifat pilihan terkait dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah tertentu. Pada hakikatnya urusan pemerintah pusat yang diserahkan kepada pemerintah daerah adalah urusan pemerintah daerah menyelenggarakan semua urusan pemerintahan kecuali urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Pemerintah pusat bisa menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan tersebut kepada perangkat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau bisa juga dilimpahkan secara langsung kepada pemerintah daerah (Farid, 2017).

D. Bantuan Langsung Tunai

Salah satu program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan atau memajukan kesejahteraan umum adalah dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Bantuan langsung tunai (BLT) mulai terlaksana melalui Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2005 , tentang “pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin” dan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2008, tentang “ pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai untuk rumah tangga sasaran”.

Tujuan yang diharapkan melalui kebijakan program ini adalah dapat menjawab

(35)

persoalan kemiskinan di Indonesia, sebagai akibat dari segenap perubahan yang telah terjadi, baik secara nasional maupun global.Sebagai suatu program dan kebijakan nasional, program BLT mempunyai latar belakang pelaksanaan yang sistimatis, baik secara deskriptif analisis kondisional maupun deskriptif operasional perundang-undangan (Departemen Sosial, 2008).

Bantuan Langsung Tunai dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang (dana tunai) kepada masyarakat miskin setelah pemerintah menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi BBM yang kemudian selisih subsidi tersebut diberikan kepada masyarakat miskin (Nurhamlin&Marini, 2015). Dalam implementasinya,Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adalah sosialisasi kebijakan,penentuan sasaran penerima program serta koordinasi dalam pelaksanaan.Apabila aspek-aspek tersebut dapat dilaksanakan dengan baik,diharapkan dapat mencapai indikator keberhasilan pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu: tepat waktu dan tepat mutu. Bantuan Langsung Tunai adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat miskin dalam bentuk uang tunai untuk membantu mereka menghadapi kesulitan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19. Bantuan Langsung Tunai adalah merupakan salah satu dari beberapa model skema perlindungan sosial yang berabasis bantuan sosial. Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul

“Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia” menjelaskan bahwa Bantuan Langsung Tunai merupakan skema pengaman sosial yang diberikan kepada kelompok-kelompok yang rentan menyusul adanya dampak-dampak negatif jangka pendek akibat diterapkannya suatu kebijakan(Suharto, 2009).

(36)

Merespon kerantanan akibat kebijakan yang diambil, Indonesia memiliki beragam bentuk perlindungan sosial. Perlindungan sosial yang dimaksudkan di sini adalah segala bentuk kebijakan dan intervensi publik yang dilakukan untuk merespon beragam resiko, kerentanan dan kesengsaraan, baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial, terutama yang dialami oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan yang diakibatkan oleh pandemi ini. Dalam merespon kerentanan itu pemerintah menyelenggarakan Program Bantuan Langsung Tunai.

Kemiskinan merupakan sebuah masalah yang amat serius ditengah pandemi yang masih dihadapi oleh beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia. Oleh karena hal itu, dalam rangka melancarkan pelaksanaan BLT-Dana Desa ini berbagai kebijakan lain telah diterbitkan diantaranya adalah Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan COVID-19 Di Desa Melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Dana Desa.Dengan adanya desakan ekonomi, maka BLT- Dana Desa harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran sehingga perlu didukung data yang valid dan akurat. maka pemerintah membuat kebijakan ataupun program untuk menanggulangi masalah tersebut. Salah satu dari sekian banyak program tersebut adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Dampak sosial dan ekonomi yang diakibatkan pandemi COVID-19 sangat berpengaruh bagi tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan adanya pembatasan kegiatan ekonomi yang secara makro menurunkan pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga berpotensi

(37)

meningkatkan jumlah masyarakat miskin. Untuk melindungi masyarakat miskin dan rentan dari dampakpandemi COVID-19 pemerintah telah merancang beberapa program jaminan perlindungan sosial. Salah satunya adalah Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-Dana Desa), yaitu bantuan keuangan yang bersumber dari Dana Desa dan ditujukan bagi masyarakat miskin dan rentan yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari terutama akibat wabah COVID-19.

Masyarakat miskin dan rentan yang belum menerima bantuan dari skema jaminan kesejahteraan sosial lain seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan Kartu Prakerja berhak menerima bantuan ini.

Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa disalurkan berdasarkan ketentuan bagi keluarga penerima manfaat dan alokasi dana yang disalurkan.

Berikut ketentuan penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa menurut ashari dalam Rahayuningsih :

1. Pemerintah Desa wajib menganggarkan dan melaksanakan kegiatan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa:

a. Kepala Desa menetapkan peraturan kepala desa mengenai penetapan jumlah KPM (Keluarga Penerima Manfaat), tidak terdapat penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa, jika tidak terdapat calon KPM BLT Dana Desa yang memenuhi kriteria

b. Melaporkan realisasi penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa 2. Kriteria KPM (Keluarga Penerima Manfaat) Dalam penyaluran Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa paling sedikit memenuhi kriteria:

(38)

a. Keluarga miskin atau tidak mampu yang berdomisili di desa bersangkutan b. Tidak termasuk penerima PKH (Program Keluarga Harapan),

KartuSembako, Kartu Pra Kerja, Bansos Tunai, dan Program Bansos Pemerintah lainnya.

c. Penetapan calon penerima Bantuan Langsung Tunai mempertimbangkan DTKS (Data Terpadu Kementerian Sosial) dari Kemensos.

3. Besaran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa bagi KPM (Keluarga Penerima Manfaat) pada masa pandemi COVID-19 tahun 2020

a. Setiap KPM menerima besaran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Rp.

600.000 untuk tiga bulan (April, Mei, Juni)

b. Setiap KPM menerima besaran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Rp.

300.000 untuk bulan selanjutnya (Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember)

4. Mekanisme dan Alur Pendataan Calon Penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa yaitu Desa dapat menentukan calon penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Namun, harus memenuhi kriteria yang ditetapkan, melaksanakan pendataan secara transparan dan adil, serta dapat dipertanggungjawabkan. Desa dapat menggunakan data dari DTKS (Data Terpadu Kementerian Sosial) sebagai referensi bagi yang menerima bantuan PKH (Program Keluarga Harapan), BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), Pra

Kerja dan Bantuan Sosial lainnya.

(39)

Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa sebaiknya disalurkan kepada korban COVID-19 yang membutuhkan, mengingat keberlangsungan hidup manusia untuk terus bertahan di tengah pandemi COVID 19 (Rahayuningsih, 2021).

Menurut Wynandin Imawan dalam Maun Program Bantuan Langsung Tunai merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia dari sekian banyak program penanggulangan kemiskinan yang terbagi menjadi tiga klaster (Maun, 2020). Program Bantuan Langsung Tunai masuk dalam klaster I, yaitu Program Bantuan dan Perlindungan Sosial. Termasuk dalam klaster I adalah Program Beras Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program BeaSiswa. Selain melaksanakan klaster I, Pemerintah Indonesia juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan lainnya yang termasuk dalam klaster II yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Termasuk dalam klaster II ini Pedesaan (PPIP), PNPM Kelautan (PEMP), dan PNPM Agribisnis (PUAP).

Pelaksanaan klaster III yaitu Program Pemberdayaan Usaha Menengah Kecil (UMK), termasuk di dalamnya Program Kredit UMKM,dan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan dan alasan tertentu. Program tersebut muncul sebagai manifestasi adanya tindakan dari pemerintah yang berisikan nilai-nilai tertentu, yang ditujukan.Untuk memecahkan persoalan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia . Persoalan publik yang dimaksud adalah persoalan kemiskinan. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilatar

(40)

belakangi upaya mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai akibat adanya pandemic yang berdampak akan perekonomian masyarakat terutama masyarakat miskin yang terkena dampak. Tujuan BLT adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Tentunya peran pemerintah sangat diperlukan dalam suatu perekonomian Peran yang diharapkan adalah sebuah peran positif yang berupa kewajiban moral untuk membantu mewujudkan kesejahteraan semua orang dengan menjamin keseimbangan antara kepentingan privat dan sosial; memelihara roda perekonomian pada jalur yang benar (Maun, 2020).

E. Kerangka Fikir

Dengan adanya Program Bantuan Langsung Tunai diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan harus bisa melaksanakan perannya agar kelancaran Program Bantuan Langsung Tunai di tengah masa pandemi COVID-19 ini bisa terwujud seperti peran pemerintah daerah yang Sesuai teori Ryaas Rasyid yaitu peran pemerintah daerah yaitu :sebagai regulator,sebagai dinamisator dan sebagai fasilitator.

Menurut Nurhamlin & Marini (Nurhamlin & Marini, 2015), Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adalah sosialisasi kebijakan,penentuan sasaran penerima program serta koordinasi dalam

(41)

pelaksanaan.Apabila aspek-aspek tersebut dapat dilaksanakan dengan baik,diharapkan dapat mencapai indikator keberhasilan pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu: tepat waktu dan tepat mutu.

Sehingga dari pemaparan teoritis di atas, kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai

Upaya Penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten

Bone 1.Sebagai Regulator 2.Sebagai Dinamisator 3.Sebagai Fasilitator

Menurut Ryaas Rasyid dalam Labolo (2014)

Kesejahteraan Masyarakat Desa Tappale Pada Masa Pandemi COVID-19

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa

Aspek yang mempengaruhi keberhasilan Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa 1. Sosialisasi kebijakan 2. Penentuan sasaran

penerima program 3. Koordinasi dalam

pelaksanaan Gambar 1.1: Kerangka Pikir Peneliti

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan Pustaka. Adapun fokus penelitian yang berpijak dari rumusan masalah yaitu:

(42)

1. Peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

2. Aspek yang mempengaruhi keberhasilan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka akan dikemukakan deskripsi fokus penelitian yaitu Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai dan Penanganan COVID-19.

Berdasarkan fokus penelitian ini,maka akan dikemukakan deskripsi fokusnya yaitu:

a. Peran pemerintah sebagai regulator

Peran Pemerintah sebagai Regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan penerbitan peraturan- peraturan. Sebagai regulator,pemerintah memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan dimasyarakat.

b. Pemerintah sebagai dinamisator

Pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisipasi jika terjadi kendala-kendala dalam proses pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah. Pemerintah berperan melalui

(43)

pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan melalui tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat.

c. Pemerintah sebagai Fasilitator

Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah.

Sebagai fasilitator, pemerintah bergerak dibidang pendampingan melalui pelatihan, Pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta dibidang pendanaan atau permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang diberdayakan.

Aspek yang mempengaruhi keberhasilan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

a. Sosialisasi Kebijakan

Sosialisasi kebijakan merupakan proses yang dilakukan setelah suatu kebijakan dibuat dan dilakukan sebelum kebijakan memasuki tahap implementasi.

b. Penentuan Sasaran Penerima Program

Penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan jangkauan Keluarga Penerima Manfaat

(44)

c. Koordinasi Dalam Pelaksanaan

Untuk dapat tercapainya efisisensi, efektifitas dan produktifitas dari setiap kegiatan pembangunan, perlu dilakukan koordinasi antar instansi terkait, bahkan perlu sebuah Team Work yang kuat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama dua bulan . Dan lokasi penelitian bertempat di Desa Tappale, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone mengenai Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai Upaya Penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone. Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut karena Desa Tappale merupakan desa dengan pengelolaan dana desa terbaik dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kabupaten Bone, akan tetapi mengapa ada penerima dari kalangan yang mampuh menerima program ini, sehingga menjadi lokasi penelitian tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Sebagai Upaya Penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

B. Jenis Dan Tipe penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan (Sugiyono, 2012)

31

(46)

Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terlibat langsung ke lapangan dalam waktu yang cukup lama.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah Deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang telah dialami informan. Masalah yang akan diteliti terkait peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Kabupaten Bone.

C. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana peneliti memperoleh data yang diperlukan selama melaksanakan penelitian. Adapun sumber data pada penelitian ini yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dangan fokus yang dikaji. Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai

(47)

upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan. Data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Adapun yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini adalah:

No. Nama

Informan

Jabatan Jabatan Jumlah

1. Mubarak,S.Ip MU Seksi Bina

Pengembangan Kapasitas

Aparatur Pemerintahan

Desa

1

2. Andi

Lestariani Bahram, S.Pi

ALB Kepala Seksi Fasilitasi

Bantuan Sosial Kesejahteraan

Keluarga

1

3. Andi

Syamsul Musrya

ASM Sekretaris

Camat Libureng

1

4. Rika Yulianti RY Kepala Seksi

Kesejahteraan Desa Tappale

1

5. Andi Agung AA Relawan

Desa COVID-19 Desa Tappale

1

6. Arifin A Masyarakat 1

7. Rahman R Masyarakat 1

Tabel 3.1. Informan Penelitian

Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan purposive sampilng atau sengaja memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang akurat sesuai maksud penelitian terkait peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai

(48)

sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan, penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni:

1. Teknik Observasi

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap masalah-masalah yang terkait dengan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

Kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian ini untuk memperoleh keterangan-keterangan data yang lebih akurat dan untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dan kenyataan yang terjadi dilapangan dalam hal peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

2. Wawancara

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan dan mendalam terhadap beberapa informan yang diambil sebagai sampel baik dari pemerintah maupun masyarakat yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat terkait peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan

(49)

Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

3. Dokumentasi

Teknik ini merupakan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen, buku- buku atau hasil-hasil penelitian yang relevan terkait peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone sehingga menunjang kerelevenan data. Metode dokumentasi digunakan untuk mengungkap serta melengkapi informasi yang erat kaitannya dengan pokok dari permasalahan.

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dikemukakan oleh Miles dan Hurman dalam Aswad (2018:33) Memiliki tiga langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reducation)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok dan memfokuskan pada hal yang penting. Reduksi data juga berarti komponen pertama dalam analisis data yang memperpendek, mempertegas dan membuang hal yang dirasa tidak penting ataupun tidak berkaitan dengan fokus penelitian

sehinggah penarikan kesimpulan dapat dilakukan.

(50)

2. Penyajian Data(Data Display)

Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu bersifat naratif. Hal ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi secara lebih mudah.

3. Verifikasi Penarikan Kesimpulan(conclusion Drawing)

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono dalam Sari (Sari & Sudiana, 2019) uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data, uji transferability, uji depenability dan uji comfirmability. Keabsahan data pada penelitian ini diperiksa menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan dengan berbagai cara, berbagai sumber, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga triagulasi dalam keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

(51)

Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk mengecek data yang diperoleh dengan teknik pengumpulan data sebelumnya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi pada penelitian ini akan diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada sub bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bone terkait peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai upaya penanganan COVID-19 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.Pada hasil penelitian ini juga menjelaskan tentang profil Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone 1. Gambaran umum Desa Tappale

a. Geografis dan Administrasi

Gambar 4.1 Peta Desa Tappale

Sumber : Data Desa Tappale Tahun 2021

Desa Tappale merupakan salah satu dari 18 Desa di wilayah Kecamatan Libureng, dengan jarak membentang kurang lebih 90 Km dari ibu kota Kabupaten Bone. Dengan luas wilayah 843 Km. Secara administasi batas wilayah desa Tappale sesuai dengan peraturan desa atau dasar hukumnya nomor 03 Tahun 2003 tentang penetapan batas desa.

38

(53)

 Sebelah Selatan : Desa Sanrego Kecamatan Kahu

 Sebelah Barat : Desa Tompong patu Kecamatan Kahu

 Sebelah Utara : Desa Laburasseng

 Sebelah Timur : Desa Pitungpidange

Wilayah Desa Tappale berada pada ketinggian berkisar 153 Meter diatas permukaan air laut dengan Iklim Desa Tappale, sebagaimana Desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, dengan suhu rata- rata berkisar antara 28 s/d 35 hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Tappale Kecamatan Libureng

b. Sejarah Desa

Awal mula desa Tappale berasal dari nama sebuah kampung yang dikelilingi oleh sungai pada saat penetapan nama ini disepakati oleh masyarakat menjadi Tappale yang berarti tempat perkampungan masyarakat jadi Tappale pusat daerah penghasil pertanian dalam hal ini padi dan palawija.

Tabel 4.1 Gambaran tentang Perkembangan Desa Tappale

Tahun Peristiwa

1984-1994 Pada tahun tersebut kepala desa Tappale dipimpin oleh A. Arsong

1994-2004 Pada tahun tersebut kepala desa Tappale dipimpin oleh petta Sajo (H.Abdul Jabbar)

2004-2015 Pada tahun tersebut kepala Desa Tappale dipimpin oleh Andi Wawiruddin, S.Sos

2017-2022 Masa jabatan Andi Wawiruddin berakhir, kemudian pada tahun ini juga dilaksanakan pemilihan kepala desa dan dimenangkan kembali oleh Andi Wawiruddin, S.Sos sebagai kepala desa Tappale untuk periode 2017-2022.

Sumber : Data Desa Tappale Tahun 2020

(54)

Desa Tappale mempunyai jumlah penduduk jiwa yang tersebar dalam 5 (lima) dusun dengan pencarian sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Masyarakat Di Desa Tappale

No Nama Dusun Jumlah Penduduk Jumlah KK

1. Dusun 1 Tappale 395 133

2. Dusun 2 Tappale 410 124

3. Dusun 3 Tappale 329 103

4. Dusun 4 Labocing 359 109

5. Dusun 5 Tarumbae 342 106

TOTAL 1835 575

Sumber: Data Desa Tappale tahun 2021

Data diatas menunjukkan bahwa di desa Tappale terdiri dari 5 dusun, dan dari ke lima dusun tersebut dusun yang paling banyak memiliki penduduk adalah dusun 2 Tappale, dan yang paling sedikit adalah dusun 3 Tappale.

Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.3 Data Penduduk Desa Tappale berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki – Laki 894 Orang

2 Perempuan 941Orang

3 Kepala Keluarga 575 KK

Sumber : Data Desa Tappale 2021

Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan 51 % atau sebanyak 941 orang lebih banyak dibanding hanya 49 % laki-laki atau sebanyak 894 orang.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerangka ini, terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permen Desa PDTT) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,

Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020, menyebutkan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Efektifitas Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bagi Masyarakat Miskin Yang Terdampak Covid-19 Pada Tahun 2021 Di Desa Bontomanai

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Musyawarah Desa (Berita Negara

Pembangunan Desa dan Pengadaan Barang dan Jasa Desa LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2020 TENTANG

PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Padat Karya Tunai Desa Dan

Peraturan Kepala Desa Sedamai No.2 Tahun 2020 tentang Daftar Penerima Manfaat Bantuan Langsung Tunai BLT Dana Desa Akibat Dampak Pandemi Covid Virus Disease 2019 COVID-19.. Peraturan