• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 1. Kondisi Geografi

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 7 º 15 LS dan 7 º 30 LS 110 º 45 BT dan 111 º 10 BT. Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas batas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :

Sebelah Timur Kabupaten Ngawi (provinsi jawa timur) Sebelah Barat Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan Kabupaten Karanganyar Sebelah Utara Kabupaten Grobogan

Gambar 1

Peta administrasi Kabupaten Sragen

(2)

Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kelurahan, dan 200 desa. Secara fisiologis, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas 40.037,93 Ha (42,52 %) lahan basah (sawah), 54.117,88 (57,48 %) tanah kering.

Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 m diatas permukaan laut. Sragen mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19 31 º C. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Keadaan Alam Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di sebelah utara bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di seluruh Kabupaten Sragen, dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol, latosol dan mediteran.

Wilayah Kabupaten Sragen dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : a. Sebelah selatan Bengawan Solo :

Terdiri dari 9 kecamatan dan 88 desa dan kelurahan dengan luas wilayah 32.760 ha (34,79 %) untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Luas wilayah selatan Bengawan Solo dan jumlah desa/kelurahan

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Desa/Kelurahan

1. Masaran 44,04 13

2. Kedawung 49,78 10

3. Sambirejo 48,43 9

4. Gondang 41,17 9

5. Sambungmacan 38,48 9

6. Ngrampal 34,40 8

7. Karangmalang 42,98 10

8. Sragen 27,27 8

9. Sidoharjo 45,89 12

TOTAL 32.760 88

Sumber data : Sragen dalam angka tahun 2014

(3)

b. Sebelah utara Bengawan Solo :

Terdiri dari 11 kecamatan dan 120 desa dengan Luas Wilayah 61.395 ha (65,21 %)

Tabel 2

Luas wilayah utara Bengawan Solo dan jumlah desa/kelurahan

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Desa/Kelurahan

1. Kalijambe 46,96 14

2. Plupuh 48,36 16

3. Tanon 51,00 16

4. Gemolong 40,23 14

5. Miri 53,81 10

6. Sumberlawang 75,16 11

7. Mondokan 49,36 9

8. Sukodono 45,55 9

9. Gesi 39,58 7

10. Tangen 55,13 7

11. Jenar 63,97 7

TOTAL 61,395 120

Sumber data : Sragen dalam angka tahun 2014

2. Kondisi Demografi a. Kependudukan

Berdasarkan data tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Sragen berjumlah 896.201 jiwa terdiri dari laki-laki 444.003 jiwa dan perempuan 452.198 jiwa dengan ratio jenis kelamin 982 . Dengan luas wilayah 941,55 Km:maka kepadaran penduduk mencapai sebesar 947/Km2.

Rata-rata jumlah penduduk tiap KK mencapai 3,29 pada tahun 2013 lebih besai jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 3,22. Untuk penduduk usia produktif adalah 591.510 (66,00%) dan total penduduk Sragen, laju pemimbuhan penduduk adalah 0,49 % dengan

(4)

tingkat pertumbuhan tertinggi di Kecamatan Miri sebesar 1,82 %.

Sedangkan angka kemalian kasar (CDR) 6,67 % dan untuk angka kematian bayi (1MR) tiap 1.000 kelahiran berjumlah 3.

Tabel 3

Kepadatan penduduk per kecamatan Kecamatan Luas Wilayah

( Km ² )

Jumlah Penduduk

( Jiwa )

Kepadatan Penduduk ( /Km ² )

Kalijambe 46,96 47.958 1.021

Plupuh 48,36 46.689 965

Masaran 44,04 66.963 1.521

Kedawung 49,78 61.136 1.228

Sambirejo 48,43 37.912 783

Gondang 41,17 44.318 1.076

Sambungmacan 38,48 44.723 1.162

Ngrampal 34,40 36.715 1.067

Karangmalang 42,98 60.068 1.398

Sragen 27,27 67.200 2.464

Sidoharjo 45,89 52.228 1.138

Tanon 51,00 55.512 1.088

Gemolong 40,23 48.875 1.240

Miri 53,81 33.610 625

Sumberlawang 75,16 45.544 625

Mondokan 49,36 34.832 706

Sukodono 45,55 32.762 719

Gesi 39.58 22.062 557

Tangen 55.13 27.658 502

Jenar 63.97 27.436 429

TOTAL 941.55 896.201 953

Sumber data : Sragen dalam angka tahun 2014

b. Keluarga Berencana

Pcserta KB di Kabupaten Sragen berjumlah 35.084 dengan alat konlrasepsi suntik yang paling diminati 22.218, baik oleh peserta haru aupun KB aktif. Pcran aktif dari peseita harus ditunjang adanya

(5)

fasilitas klinik KB baik negeri maupun swasta, pos yandu maupun BKB (Bina Keluarga Balita).

Tabel 4

Jumlah Peserta KB dirinci berdasar alat kontrasepsi yang dipakai

Sumber data : Sragen dalam angka tahun 2014 c. Tenaga Kerja

Dengan pertambahan penduduk akan berpengaruh terhadap penumbuhan angkatan kerja, angkatan kerja di Sragen Tahun 2013 berjumlah 461.720 lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yaitu Kecamatan

Jumlah Klinik

KB

IUD MO Impla

nt

Suntik Pil Kondom Jumlah

Kalijambe 1 115 14 133 1124 78 16 1.480

Plupuh 2 85 7 152 876 410 103 1.633

Masaran 7 100 8 214 `1.629 524 263 2.738

Kedawung 2 216 24 229 2.504 343 38 3.354

Sambirejo 2 6 9 149 1.135 221 96 1.616

Gondang 1 10 10 45 1.282 24 12 1.443

Sambungmacan 2 67 32 37 1.036 211 70 1.453

Ngrampal 2 67 32 37 1.036 211 70 1.453

Karangmalang 3 245 0 52 1.289 784 126 2.496

Sragen 10 1.698 109 28 1.293 122 52 3.302

Sidoharjo 5 150 44 53 1.153 142 17 1.559

Tanon 2 48 11 131 1.102 529 22 1.843

Gemolong 4 456 112 299 1.245 140 13 2.265

Miri 3 21 4 76 957 309 67 1.387

Sumberlawang 3 69 0 123 1.536 350 67 2.145

Mondokan 1 8 9 101 920 102 27 1.167

Sukodono 3 76 25 13 662 408 81 1.271

Gesi 1 55 8 60 267 53 22 465

Tangen 2 57 2 138 821 164 57 1.239

Jenar 1 26 4 137 658 37 38 900

TOTAL 57 3.639 442 2.303 22.218 5.251 1.231 35.084

(6)

459.776. Adapun jumlah bukan angkatan kerja 2012 bcrjumlah 181.150 lebih rendah dari lahun 2012 yaitu 189.677 orang

Tabel 5

Jumlah Angkatan Kerja

Kegiatan 2011 2012 2013 Persen

A. Angkatan kerja 459.766 458.761 461.720 70,75

Bekerja 441.138 437.015 447.375 67,54

Mencari pekerjaan 18.628 21.745 14.345 3.35 B. Bukan Angkatan kerja 185.543 189.677 189.677 29,25 Sumber data : Sragen dalam angka tahun 2014

3. Pemerintahan

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah da Jawa Timur. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Sragen. Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kalurahan,dan 200 desa. Kecamatan tersebut adalah :

Kecamatan Gemolong Kecamatan Gesi

Kecamatan Ngrampal Kecamatan Gondang

Kecamatan Plupuh Kecamatan Jenar

Kecamatan Sambirejo Kecamatan Kalijambe Kecamatan Sambungmacan Kecamatan Karangmalang Kecamatan Sidoharjo Kecamatan Kedawung

Kecamatan Sukodono Kecamatan Masaran

Kecamatan Sumberlawang Kecamatan Miri

Kecamatan Tangen Kecamatan Tanon

Pemerintah Kabupaten Sragen mempunyai visi berjuang untuk sragen yang jujur, adil aan makmur. Berjuang mempunyai makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan adalah merupakan sinergi dan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat Kabupaten Sragen yang dilandasi semangat pengabdian kepada masyarakat dan Tuhan

(7)

Yang Maha Esa. Jujur mempunyai makna bahwa penyelenggara pemerintahan, pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat Kabupaten Sragen menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dengan niat dan itikad baik dilandasi ketulusan, transparansi dan keikhlasan serta menjunjung tinggi good governance dan clean govermen. Adil mempunyai makna bahwa semua unsur masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan di semua bidang dan hasilnya dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat (mbela wong cilik) berpihak kepada rakyat kecil. Makmur mempunyai makna bahwa pembangunan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar seluruh lapisan masyarakat (pangan, sandang dan papan) dan merupakan refleksi pengurangan kemiskinan dengan prinsip–prinsip kemanusiaan, kepedulian terhadap sesama serta pengembangan rasa kesetiakawanan sosial.

Sedangkan Misi Pemerintah Kabupaten Sragen adalah 1.

Mewujudkan Sragen aman sehat rapi indah bebas korupsi sebagai perwujudan reformasi birokrasi yang sungguh-sungguh atas kebekuan birokrasi menuju aparatur yang bersih berorientasi kepada pelayanan publik serta penggunaan anggaran yang pro rakyat. 2. Mewujudkan kualitas SDM yang profesional, berbudaya dan berakhlak mulia. 3.

Memberikan kesempatan dan peluang kepada seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta menikmati hasil-hasil pembangunan. 4.

Memecah stagnasi pembangunan dengan mengakselerasi secara cerdas pencapaian kesejahteraan masyarakat dibidang daya beli, kualitas pendidikan dan kesehatan. 5. Mewujudkan pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada pembangunan pertanian berkelanjutan 4. Wilayah yang terkena jalan tol

Untuk daerah yang terkena proyek tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan kesemuanya berada di wilayah selatan Bengawan Solo yaitu Kecamatan Masaran yang terdiri Desa Sidodadi, Desa Karangmalang, Desa Jati Desa Pringanom, Desa Masaran, Desa Krikilan, Kecamatan

(8)

Sidoharjo meliputi Desa Purwosuman, Desa Duyungan, Desa Jetak, Desa Sidoharjo, Desa Singopadu, Desa Pandak, Kecamatan Sragen Kelurahan Karang Tengah, Desa Tangkil, Kecamatan Ngrampal Desa Bandung, Desa Pilangsari, Desa Kebonromo, Kecamatan Gondang Desa Bumiaji, Kecamatan Sambungmacan Desa Toyogo, Desa Banyurip, Desa Gringging.

a. Kecamatan Masaran

Kecamatan Masaran termasuk bagian wilayah kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Sekaligus sebagai pintu gerbang masuk ibukota Kabupaten Sragen dari arah barat. Kecamatan Masaran terletak disebelah barat daya ibukota Kabupaten Sragen dan berjarak 13 Km.

Kecamatan Masaran terdiri atas 13 Desa dengan luas wilayah 4.404 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 66.963 jiwa.

Tabel 6

Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Masaran

No. Nama Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

1 Sidodadi 400,90 6.059

2 Karangmalang 230,90 4.458

3 Krebet 342,47 4.710

4 Sepat 457,48 6.480

5 Jirapan 392,00 5.218

6 Gebang 424,40 5.204

7 Dawungan 311,02 4.128

8 Masaran 307,65 6.825

9 Jati 242,21 4.580

10 Kliwonan 338,61 5.366

11 Pilang 278,21 4.818

12 Pringanom 342,57 4.099

13 Krikilan 335,66 5.018

Jumlah 4.404,08 66.963

Sumber data : Kecamatan Masaran dalam angka tahun 2014

(9)

Batas wilayah kecamatan masaran : Utara : Kecamatan Sidoharjo Timur : Kedawung

Selatan : Kab. Karanganyar Barat : Kec. Plupuh

b. Kecamatan Sidoharjo

Kecamatan Sidoharjo termasuk bagian wilayah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Sekaligus Sebagai pintu gerbang masuk ibukota Kabupaten Sragen. Kecamatan Sidoharjo terletak di sebelah barat Ibukota Kabupaten Sragen. Jarak Kecamatan dengan ibukota Kabupaten Sragen sekitar 4,7 Km dan dari Kota Solo berjarak 25,5 Km dengan luas wilayah 4.589 Ha yang terbagi dalam 12 desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 52.228 jiwa.

Tabel 7

Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sidoharjo

No. Nama Desa Luas Wilayah

(Ha) Jumlah Penduduk

1 Bentak 369,62 3.198

2 Purwosuman 446,54 5.969

3 Patihan 583,72 6.733

4 Duyungan 399,86 5.313

5 Jetak 402,41 6.199

6 Sidoharjo 324,05 4.031

7 Singopadu 348,58 3.631

8 Jambanan 388,09 4.075

9 Taraman 395,94 4.613

10 Tenggak 336,06 3.459

11 Sribit 307,50 2.467

12 Pandak 286,59 2.540

Jumlah 1,520,47 52.228

(10)

Sumber data : Kecamatan Sidoharjo dalam angka 2014 Batas wilayah kecamatan Sidoharjo :

Utara : Kec. Tanon, Kec. Sukodono Timur : Kec. Sragen

Selatan : Kab. Karangmalang Barat : Kec. Masaran c. Kecamatan Sragen

Kecamatan Sragen sebagai ibukota Kabupaten Sragen merupakan pusat pemerintahan yang stategis menjadi tolok ukur pelaksanaan pembangunan disegala bidang di Kabupaten Sragen.

Sebagai pusat pemerintahan di Kabupaten Sragen maka dituntut menampilkan wajah ibukota yang dapat menjadi identitas Kota Sragen yang Aman, Sehat, Rapi dan Indah (ASRI) secara lahir dan batin yang merupakan semboyan dan cita-cita masyarakat Kabupaten Sragen.

Kecamatan Sragen terdiri dari 6 Kelurahan ( Sine, Sragen Kulon, Sragen Tengah, Sragen Wetan, Nglorog) dan 2 Desa (Tangkil dan Kedungupit) dengan luas wilayah 2.727 Ha. Jumlah penduduk 67.200 orang.

Tabel 8

Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sragen

No. Nama Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

1 Kelurahan Sine 338,23 5.852

2 Kelurahan Sragen Kulon 213,74 15.473

3 Kelurahan Sragen Tengah 173,49 7.730

4 Kelurahan Sragen Wetan 213,15 14.929

5 Kelurahan Nglorog 365,02 6.658

6 Kelurahan Karang Tengah 354,06 5.423

7 DesTangkil 510,44 4.973

8 Desa Kedungupit 558,87 6.234

Jumlah 2.727,00 67.200

Sumber data : Kecamatan Sragen dalam angka tahun 2014

(11)

Batas wilayah kecamatan Sragen : Utara : Kecamatan Gesi

Timur : Kecamatan Ngrampal Selatan : Kecamatan Karangmalang Barat : Kecamatan Sidoharjo d. Kecamatan Ngrampal

Kecamatan Ngrampal termasuk Bagian Wilayah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Kecamatan Ngrampal terletak di sebelah timur ibukota Kabupaten Sragen dengan luas wilayah 3.440 Ha yang terbagi dalam 7 desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 52.228 jiwa.

Tabel 9

Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Ngrampal

No. Nama Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

1 Pilangsari 342,07 4.561

2 Ngarum 452,01 4.981

3 Bener 359,07 4.774

4 Kebonromo 541,30 6.094

5 Bandung 457,80 4.149

6 Gabus 565,08 5.661

7 Karangudi 369,79 3.169

8 Klandungan 352,88 3.205

Jumlah 3.440,00 36.594

Sumber data : Kecamatan Ngrampal dalam angka tahun 2014 Batas wilayah kecamatan Ngrampal :

Utara : Kecamatan Gesi

Timur : Kecamatan Sambungmacan Selatan : Kecamatan Karangmalang Barat : Kecamatan Sragen

(12)

e. Kecamatan Gondang

Kecamatan Gondang termasuk bagian wilayah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Kecamatan Gondang terletak di sebelah timur Ibukota Kabupaten Sragen dengan luas wilayah 1.503,93 Ha yang terbagi dalam 8 desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 44.316 jiwa

Tabel 10

Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Gondang

No. Nama Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

1 Srimulyo 650,66 6.678

2 Tegalrejo 326,10 3.173

3 Tunggul 600,00 5.787

4 Glonggong 392,09 4.350

5 Kaliwedi 436,43 3.472

6 Plosorejo 333,21 3.326

7 Wonotolo 469,01 4.353

8 Bumiaji 521,78 5.432

9 Gondang 388,10 7.747

Jumlah 1.503,93 44.316

Sumber data : Kecamatan Gondang dalam angka tahun 2014 Batas wilayah kecamatan Gondang :

Utara : Kecamatan Sambungmacan Timur : Kabupaten Ngawi

Selatan : Kecamatan Sambirejo Barat : Kecamatan Ngrampal f. Kecamatan Sambungmacan

Kecamatan Sambungmacan termasuk bagian wilayah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Sekaligus sebagai pintu gerbang masuk ibukota Kabupaten Sragen dari arah timur. Kecamatan Sambungmacan terletak disebelah timur ibukota Kabupaten Sragen dan berjarak 15 Km. Kecamatan Sambungmacan terdiri atas 9 desa

(13)

dengan luas wilayah 3.848 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 44.723jiwa.

Tabel 11

Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sambungmacan

No. Nama Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

1 Karanganyar 456,32 4.881

2 Toyogo 357,58 4.125

3 Banyurip 310,85 3.063

4 Gringging 415,03 4.801

5 Banaran 665,00 8.246

6 Sambungmacan 440,16 5.873

7 Bedoro 394,24 4.828

8 Plumbon 382,42 4.277

9 Cemeng 426,40 4.629

Jumlah 3.848,00 44.723

Sumber data : Kecamatan Sambungmacan dalam angka tahun 2014 Batas wilayah kecamatan Sambungmacan:

Utara : Kecamatan Jenar Timur : Kabupaten Ngawi Selatan : Kecamatan Gondang Barat : Kecamatan Ngrampal

B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan pengadaan tanah dan pemberian ganti rugi

Peraturan yang mengatur mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang berlaku saat ini adalah Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Sesuai dengan pasal 58 ayat 1 bahwa proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya undang-undang ini diselesaikan berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya undang undang ini. Ketentuan tersebut ditegaskan kembali dalam Pasal 123 Peraturan

(14)

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum :88

(1) Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini diselesaikan berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini.

(2) Proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pengadaan Tanah yang telah dituangkan dalam dokumen perencanaan sampai dengan terlaksananya pelepasan hak dan/atau ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.

(3) Proses Pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan paling lama sampai dengan 31 Desember 2014.

(4) Dalam hal proses pengadaan tanah masih terdapat sisa tanah yang belum selesai sampai jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pengadaannya diselesaikan berdasar tahapan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

Pada tanggal 15 September 2014 mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. pasal 123A menyebutkan bahwa proses pengadaan tanah yang belum selesai sampai dengan tanggal 31 desember 2014 tetapi telah mencapai 75% dari luas kebutuhan tanah, dapat diperpanjang proses pengadaannya sampai dengan tanggal 31 Desember 2015.

Pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono dilaksanakan sejak tahun 2007. Sesuai dengan informasi yang penulis dapat dari panitia pengadaan tanah bahwa pengadaan tanahnya sampai dengan bulan desember tahun 2014 telah mencapai 90% dari total tanah yang dibutuhkan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka proses pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten Sragen dilaksanakan berdasarkan

88Perpres Nomor 71 tahun 2012

(15)

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum serta peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007, pelaksanaan pengadaan tanah dan pemberian ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum meliputi kegiatan 1.

perencanaan, 2. penetapan lokasi, 3. pelaksanaan pengadaan tanah dan pemberian ganti rugi, 4. pelepasan hak, 5. pengurusan hak atas tanah, 6.

pelaksanaan pembangunan fisik, 7. evaluasi dan supervisi.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini merupakan kegiatan penyusunan proposal rencana pembangunan. Untuk memperoleh tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, instansi pemerintah yang memerlukan tanah menyusun proposal rencana pembangunan yang menguraikan maksud dan tujuan pembangunan;

letak dan lokasi pembangunan; luasan tanah yang diperlukan;

sumber pendanaan; analisis kelayakan lingkungan perencanaan pembangunan, termasuk dampak pembangunan berikut upaya pencegahan dan pengendaliannya. Dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol Solo kertosono kegiatan ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Berdasarkan proposal dimaksud kemudian

(16)

Direktur Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum mengajukan permohonan Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) kepada Gubernur Jawa Tengah melalui surat nomor. UM.0103-Db/112 tanggal 22 Pebruari 2007 perihal Permohonan Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) Ruas Jalan Tol Solo Mantingan yang berada di wilayah povinsi Jawa Tengah.

Hal tersebut diatas sesuai dengan ketentuan pasal 4 Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007, bahwa :

Berdasarkan proposal rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

Sehubungan dengan lokasi pembangunan terletak di 2 (dua) kabupaten atau lebih maka sesuai dengan pasal 11 Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007 permohonan penetapan lokasi pembangunan disampaikan kepada gubernur.

b. Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi oleh gubernur didasarkan hasil pengkajian kesesuaian rencana pembangunan dari aspek a. tata ruang; b.

penatagunaan tanah; c. sosial ekonomi; d. lingkungan; serta e.

penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan tanah.

Pelaksanaan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan didasarkan atas rekomendasi instansi terkait dan kantor pertanahan kabupaten/kota. Hal tersebut sesuai dengan pasal 5 Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007. Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, dikeluarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor.

620/17/2007 tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan

(17)

Lokasi Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi di Provinsi Jawa Tengah.

Dalam salah satu diktum menimbang pada keputusan gubernur dimaksud bahwa :

b. Bahwa pembangunan jalan tol Solo – Ngawi sebagaimana huruf telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional “

hal tesebut merupakan pertimbangan yang wajib dalam penetapan lokasi sesuai dengan ketentuan dari pasal 4 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 yang menyatakan :

(1) Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat dilakukan apabila berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan lebih dahulu.

(2) Bagi daerah yang belum menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah, pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada (3) Apabila tanah telah ditetapkan sebagai lokasi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan surat keputusan penetapan lokasi yang ditetapkan oleh Bupati/ Walikota atau Gubernur, maka bagi siapa yang ingin melakukan pembelian tanah di atas tanah tersebut, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Persetujuan penetapan lokasi pembangunan ruas jalan tol Solo Mantingan di wilayah Provinsi Jawa Tengah di berikan sepanjang + 56,10 km atau seluas + 369 Ha yang meliputi 3 kabupaten yaitu Boyolali, Karanganyar dan Sragen. Untuk wilayah Kabupaten Sragen meliputi 6 Kecamatan dan 21 desa. Kecamatan dimaksud adalah :

(18)

1) Kecamatan Masaran yang meliputi Desa Sidodadi, Desa Karangmalang, Desa Jati, Desa Pringanom, Desa Masaran, dan Desa Krikilan

2) Kecamatan Sidoharjo meliputi Desa Purwosuman, Desa Duyungan, Desa Jetak, Desa Sidoharjo, Desa Singopadu, Desa Pandak

3) Kecamatan Sragen meliputi Kelurahan Karangtengah, Desa Tangkil

4) Kecamatan Ngrampal meliputi desa Bandung, Desa Kebonromo

5) Kecamatan Gondang meliputi Desa Bumiaji

6) Kecamatan Sambungmacan meliputi Desa Karanganyar, Desa Toyogo, Desa Banyuurip, Desa Gringging

Dalam perkembangannya diterbitkanlah Keputusan Gubernur Nomor. 620/25/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa di Provinsi Jawa Tengah sebagai pengganti Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor. 620/17/2007 tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Solo Ngawi di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan bahwa lokasi pembangunan jalan tol trans Jawa sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor. 620/17/2007 sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan.

Bila dibandingkan antara Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor. 620/17/2007 dan Keputusan Gubernur Nomor.

620/25/2008 terdapat perbedaan dalam hal panjang ruas jalan tol Solo Mantingan yang semula + 56,10 km atau seluas + 369 menjadi 55,10 km atau seluas 420, 35 Ha serta lokasi pembangunan jalan tol yaitu untuk Kecamatan Ngrampal yang semula meliputi Desa Bandung, Desa Kebonromo menjadi Desa Bandung, Desa Kebonromo dan Desa Pilangsari serta Kecamatan Sambungmacan

(19)

yang semula Desa Karanganyar, Desa Toyogo, Desa Banyuurip, Desa Gringging menjadi Desa Toyogo, Desa Banyuurip, Desa Gringging.

Keputusan penetapan lokasi sesuai dengan pasal 5 ayat 4 Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007 berlaku juga sebagai ijin perolehan tanah bagi instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan kata lain dengan diterbitkannya keputusan penetapan lokasi maka instansi yang memerlukan tanah sudah dapat melaksanakan kegiatan pengadaan tanah.

Pasal Peraturan Kepala BPN Nomor. 3 Tahun 2007 menggariskan bahwa :

(1) Keputusan penetapan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) diberikan untuk jangka waktu : a. Satu tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan

tanah seluas sampai dengan 25 (dua puluh lima) hektar;

b. Dua tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50 (lima puluh) hektar;

c. Tiga tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 50 (lima puluh) hektar

(2) Apabila dalam jangka waktu penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perolehan tanah belum selesai, namun telah memperoleh paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari rencana pembangunan, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta hanya dapat menerbitkan 1 (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Berdasarkan ketentuan tersebut diterbitkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/1/2012 tanggal 10 Januari 2012 tentang Perpanjangan Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Tol Trans Jawa di Provinsi Jawa Tengah.

c. Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Pemberian Ganti Rugi 1) Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah

(20)

Panitia Pengadaan Tanah panitia yang dibentuk untuk membantu pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.89 Dalam pelaksanaan pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten Sragen pantia pengadaan tanah di bentuk dengan Keputusan Bupati Sragen Nomor. 590/137/02/2007 tanggal 10 Agustus 2008 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen.

Susunan pantia pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten sragen terdiri dari :

Tabel 12

Sususan Panitia Pengadaan Tanah

No. Jabatan Pokok Jabatan dalam Panitia 1 Sekretaris Daerah Kabupaten

Sragen

Ketua merangkap anggota 2 Asisten Pemerintahan dan

Tata Praja Kabupaten Sragen

Wakil Ketua merangkap anggota

3 Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen

Sekretaris merangkap Anggota

4 Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen

Anggota

5 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen

Anggota

6 Kepala Bagian Hukum Anggota 7 Kepala Bagian Pemerintahan

dan Pertanahan Setda Kabupaten Sragen

Anggota

8 Camat Setempat Anggota

9 Lurah/Kepala Desa Setempat Anggota

89Pasal 1 angka 9 Keppre Nomor 36 Tahun 2005

(21)

Susunan panitia pengadaan tanah tersebut diatas sesuai dengan pasal 14 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 bahwa :

Keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota paling banyak 9 (sembilan) orang dengan susunan sebagai berikut :

a. Sekretaris Daerah sebagai Ketua merangkap Anggota;

b. Pejabat dari unsur perangkat daerah setingkat eselon II sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota;

c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai Sekretaris merangkap Anggota; dan

d. Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk sebagai Anggota.

Panitia pengadaan tanah mempunyai tugas :

a) Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/ atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak, maupun media elektronik agas dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/ atau pemegang hak atas tanah;

b) Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas bidang tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah;

c) Mengadakan penelitian mengenai status hukum bidang tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen lain yang mendukungnya;

d) Mengumumkan hasil penelitian dan inventarisasi sebagaimana dimaksud huruf b dan huruf c

(22)

e) Menerima hasil penelitian harga tanah dan/ atau bengunan dan/ atau tanaman dan/ atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanag dari Lembaga Peneliti Harga Tanah;

f) Mengadakan musyawarah dengan para pemilik dan instansi pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/ atau besarnya ganti rugi;

g) Menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah dan/ atau bangunan dan/ atau tanaman dan/ atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan;

h) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan/

atau benda-benda lain yang ada di atas tanah;

i) Membuat berita acara pelepasan hak;

j) Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada instasnsi pemerintah yang memerlukan tanah dan Kantor Pertanahan;

k) Menyampaikan permasalahan disertai pertimbangan penyelesaian pengadaan tanah kepada bupati, apabila hasil musyawarah tidak tercapai mufakat untuk mengambil keputusan.

Tugas panitia pengadaan tanah tersebut diatas sesuai dengan pasal 14 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007.

Keputusan bupati Sragen tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah berlaku selama 1 (satu) tahun dan akan ditetapkan keputusan yang baru setiap tahunnya. Apabila dalam perkembangannya terdapat perubahan atau mutasi

(23)

pejabat yang menjadi anggota Panitia Pengadaan Tanah maka keputusan tersebut akan dilakukan perubahan menyesuaikan perubahan tersebut.

2) Penyuluhan

Dalam rangka pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum maka Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota bersama instansi pemerintah yang memerlukan tanah melaksanakan penyuluhan untuk menjelaskan manfaat, maksud dan tujuan pembangunan kepada masyarakat serta dalam rangka memperoleh kesediaan dari para pemilik.

Pembangunan untuk kepentingan umum dianggap diterima oleh masyarakat apabila disetujui atau diterima oleh masyarakat sekurang kurangnya 75 % atau lebih. Apabila diterima kurang dari 75 % maka dianggap tidak diterima oleh masyarakat dan selanjutnya Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota bersama instansi pemerintah yang memerlukan tanah melakukan penyuluhan kembali.

Pelaksanaan penyuluhan dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten Sragen kepada masyarakat yang tanahnya terkena proyek jalan tol diadakan pada tingkat desa.

Hasil dari penyuluhan ini berupa persetujuan atau kesediaan dari pemilik tanah yang terkenan proyek pembangunan jalan tol. Tingkat kesediaan dari pemilik tanah lebih dari 75 %. Hal ini berarti rencana pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten Sragen disetujui oleh masyarakat untuk selanjutnya dapat dilanjutkan dengan proses pengadaan tanah.

3) Identifikasi dan Inventarisasi

(24)

Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk memeperolah kepastian subyek dan obyek dari tanah – tanah lokasi pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di Kabupaten Sragen. Pelaksanaan Identifikasi dan inventarisasi dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah atas penguasaan, penggunaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Kegiatan identifikasi dan inventarisasi meliputi kegiatan :

(1) penunjukan batas;

(2) pengukuran bidang tanah dan/atau bangunan;

(3) pemetaan bidang tanah dan/atau bangunan dan keliling batas bidang tanah;

(4) penetapan batas-batas bidang tanah dan/atau bangunan;

(5) pendataan penggunaan dan pemanfaatan tanah;

(6) pendataan status tanah dan/atau bangunan;

(7) pendataan penguasaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman;

(8) pendataan bukti-bukti penguasaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan ; lainnya yang dianggap perlu

Dalam pelaksanaannya panitia pengadaan tanah membentuk satuan tugas-satuan tugas untuk membantu pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi Satuan tugas tersebut terdiri dari satuan tugas data fisik yang anggotanya berasal dari petugas dari kantor pertanahan kabupaten Sragen dibantu perangkat desa setempat dan satuan tugas data yuridis yang beranggotakan petugas dari kantor pertanahan kabupaten sragen, petugas dari dinas pekerjaan umum kabupaten sragen, petugas dari dinas pertanian dan ketahanan kabupaten sragen,

(25)

petugas dari bagian hukum dan pertanahan setda kabupaten sragen, petugas dari desa setempat.

Satuan tugas fisik bertugas untuk memastikan data fisik bidang tanah yaitu mengenai luas tanah, serta batas-batasnya dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah, sedangkan satuan tugas yuridis bertugas untuk memastikan mengenai status tanah, siapa yang memiliki tanah, dan siapa yang berhak menerima ganti rugi serta alas hak atas tanah sebagai dasar kepemilikan tanah.

Dengan adanya kepastian mengenai data fisik dan yuridis maka diharapkan dalam pemberian ganti rugi terhadap tanah dan/ atau bangunan dan/ atau tanaman dan/ atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah dapat ditetapkan dengan pasti besarnya ganti rugi dan dalam penyerahannya betul-betul diberikan kepada yang berhak menerima ganti rugi.

Hasil dari kegiatan identifikasi dan inventarisasi ini dituangkan dalam bentuk peta bidang dan daftar yang memuat nama pemegang hak atas tanah, status Tanah dan dokumennya, luas tanah, pemilikan dan/atau penguasaan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda- benda lain yang berkaitan dengan tanah, penggunaan dan pemanfaatan anah, pembebanan hak atas tanah.

Peta bidang dan daftar tersebut kemudian diumumkan oleh panitia pengadaan tanah dengan cara ditempelkan di kantor pertanahan kabupaten sragen dan kantor desa/kelurahan selama 7 hari. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada pihak – pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan. Jika ada keberatan yang diajukan oleh masyarakat dalam tenggang waktu yang ditetapkan dan oleh panitia pengadaan tanah dianggap cukup beralasan, maka akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

(26)

Setelah jangka waktu pengumuman berakhir dan sudah tidak ada pihak-pihak yang keberatan dengan hasil identifikasi dan inventarisasi maka peta dan daftar sebagaimana dimaksud disahkan oleh seluruh anggota panitia pengadaan tanah kabupaten/kota, dengan diketahui oleh kepala kantor pertanahan kabupaten/kota, kepala desa/lurah dan camat, dan/atau pejabat yang terkait dengan bangunan dan/atau tanaman.

Hasil inventarisasi ini ditetapkan dengan Surat Keputusan dari ketua panitia pengadaan tanah kabupaten sragen nomor 590/04/p2t/2009 tentang pengumuman hasil identifikasi dan inventarisasi atas penguasaan, penggunaan dan pemilikan tanah, bangunan dan tanaman yang terkena pembangunan jalan tol Solo Mantingan

Dari hasil identifikasi dan inventarisasi dapat disimpulkan jumlah bidang tanah yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di Kabupaten Sragen sebanyak 2.753 bidang dengan luas 223,05155 Ha. Dengan perincian tanah masyarakat sebanyak 2.428 bidang dengan luas 189,01595 Ha, tanah wakaf sebayak 2 bidang dengan luas 0,01600 Ha, tanah kas desa sebanyak 104 bidang dengan luas 17,9979 Ha, fasilitas umum/fasilitas sosial sebanyak 218 bidang dengan luas 16,0191 Ha dan Tanah milik BUMD sebanyak 1 bidang dengan luas 0,0026 Ha. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

(27)

Tabel 13

Kebutuhan Tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono Ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen

No. Urian Bidang % Luas (Ha) %

1 Tanah Masyarakat 2.438 88,56 190,74600 85,62

2 Tanah wakaf 2 0,07 0,01600 0,01

3 Tanah Kas Desa 103 3,74 17,99790 8,08

4 Fasilitas Umum/Sosial 209 7,59 14,00720 6,29

5 Tanah Milik BUMD 1 0,036 0,00260 0,001

Jumlah 2.753 100,00 222,76970 100,00

Sumber data : Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui, tanah masyarakat merupakan yang terbanyak terkena proyek jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen baik dari segi jumlah bidang maupun luas tanah. Dari segi jumlah bidang tanah masyarakat sebanyak 2.438 atau 88,56 % sedangkan dari segi luas tanah sejumlah 190,746 Ha atau 85,62

% sedangkan yang paling sedikit adalah tanah milik BUMD dengan perincian dari segi jumlah bidang sebanyak 1 bidang atau 0,036 %, dari segi luas tanah sejumlah 0,036 Ha atau 0,001 %.

Dalam perkembangan, terdapat tanah tanah yang dihindari sehingga mengurangi luasan dan jumah bidang tanah yang diperlukan dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen.

Dihindarinya tanah-tanah tersebut dilakukan dengan pertimbangan teknis bahwa dengan dihindarinya tanah tersebut tidak menggangu badan jalan tol. Luas tanah yang dihindari tersebut seluas 1.074 m2 dengan jumlah bidang sebanyak 119 bidang. Dengan perincian 2 bidang merupakan tanah kas desa

(28)

seluas 18 m2 sedang sisanya merupakan tanah milik masyarakat. Dengan adanya hal tersebut maka kebutuhan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen menjadi seluas 222,66230 Ha dengan jumlah bidang sebanyak 2.634.

Rincian kebutuhan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen setelah adanya bidang-bidang tanah yang dihidari adalah sebagai berikut :

Bidang Luas (Ha) Bidang Luas

(Ha) Bidang Luas (Ha) 1 Tanah Masyarakat 2.438 190,74600 117 0,1056 2.321 190,6404

2 Tanah wakaf 2 0,01600 0 0 2 0,0160

3 Tanah Kas Desa 103 17,99790 2 0,0018 101 17,9961

4 Fasilitas Umum/Sosial 209 14,00720 0 0 209 14,0072

5 Tanah Milik BUMD 1 0,00260 0 0 1 0,00260

Jumlah 2.753 222,76970 119 0,1074 2634 222,66230

Sumber data : Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014

No. Urian

Dihindari Menjadi Kebutuhan Semula

Tabel 14

Kebutuhan Tanah dalam rangka pembangunan jalan tol

Solo – Kertosono Ruas Solo – Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen

Pengelompokan kebutuhan kebutuhan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen per desa adalah sebagai berikut :

(29)

Bid Luas (m2) Bid Luas (m2)

Bid Luas (m2)

Bid

Luas (m2)

Bid Luas (m2)

1. Sidodadi 82 48.116 1 1.057 9 7.172 92 56.345

2 Karangmalang 143 147.270 6 6.487 1 110 6 5.724 156 159.591

3 Jati 88 56.073 17 25.311 12 6.095 117 87.479

4 Pringanom 12 17.527 8 21.294 3 996 23 39.817

5 Masaran 33 16.939 5 11.273 3 3.132 41 31.344

6 Krikilan 112 79.243 1 4.385 12 6.685 125 90.313

7 Purwosuman 216 158.829 8 10.328 24 15.489 248 184.646

8 Duyungan 112 56.978 4 4.101 17 6.876 133 67.955

9 Jetak 197 181.542 4 10.920 17 16.890 218 209.352

10 Sidoharjo 57 54.302 0 0 2 2.749 59 57.051

11 Singopadu 117 145.104 7 18.958 13 6.302 137 170.364

12 Pandak 52 69.607 1 447 4 2.463 57 72.517

13 Karangtengah 94 52.858 - - 7 3.440 101 56.298

14 Tangkil 110 79.108 9 23.509 10 4.583 129 107.200

15 Bandung 128 128.722 2 1.310 12 2.077 142 132.109

16 Kebonromo 70 54.655 0 0 1 50 5 3.417 76 58.122

17 Pilangsari 230 145.259 10 19.487 5 18.451 245 183.197

18 Bumiaji 91 83.349 3 9.616 5 4.962 99 97.927

19 Toyogo 154 138.279 2 957 16 10.514 172 149.750

20 Banyuurip 95 89.160 6 7.125 11 5.109 112 101.394

21 Gringging 120 107.557 7 3.396 16 6.946 143 117.899

Jumlah 2.313 1.910.477,0 101 179.961 2 160 209 140.072 2.625 2.230.670 Sumber data: Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014

No. Desa/

Kelurahan

Tanah masyarakat/ Tanah Kas Tanah Fasum/ Fasos Tabel 15

Kebutuhan Tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono Ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen

dirinci per desa

Jumlah

Dari tabel diatas dapat diketahui bila dilihat dari luas tanah desa Jetak merupakan yang paling luas wilayahnya terkena proyek jalan tol Solo-Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten Sragen dengan jumlah bidang sebanyak 218 seluas 209.352 m2 sedangkan desa yang paling sedikit terkena proyek jalan tol Solo Kertosono adalah desa Masaran sebanyak 41 bidang dengan luas 31.344 m2.

(30)

4) Penunjukan lembaga/tim penilai harga tanah

Sesuai dengan pasal 27 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 bahwa penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh lembaga penilai harga tanah atau tim penilai harga tanah. Lembaga/tim penilai harga tanah90 adalah lembaga/tim yang profesional dan independen untuk menentukan nilai/harga tanah yang akan digunakan sebagai dasar guna mencapai kesepakatan atas jumlah/besarnya ganti rugi. Sebagai lembaga yang bersifat independen dan profesional, bertujuan untuk melindungi pemegang hak atas tanah dari kebijakan pemerintah yang sewaktu-waktu akan bertindak sewenang-wenang.

Tugas dari lembaga/tim penilai tanah adalah91 melakukan penilaian harga tanah berdasarkan pada nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tahun berjalan yang tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan dapat berpedoman pada variabel- variabel tertentu antara lain lokasi dan letak tanah, status tanah, peruntukan tanah dan faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.

Lembaga penilai harga tanah dalam pelaksanaan pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah kabupaten sragen dilaksanakan oleh PT. Wadantra Nilaitama, yang dalam proses penunjukannya dilaksanakan melalui proses lelang yang dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan Departemen Pekerjaan Umum Pusat.

90Pasal 1 angka 12 Perpres Nomor 36 Tahun 2005

91Pasal 28 ayat 2 Peraturan KBPN Nomor 3 Tahun 2007

(31)

5) Penilaian

Yang dimaksud penilaian disini adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk menaksir harga tanah dan atau harga bangunan dan atau harga tanaman yang berkaitan dengan tanah yang menjadi obyek pengadaan tanah sebagai dasar untuk menetapkan besarnya ganti rugi. Sesuai dengan pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2006 :

Dasarperhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas:

a. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia;

b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan c. Nilai jual tanaman ditaksir oleh perangkat daerah

yang bertanggung jawab di bidang pertanian

Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian besarnya ganti rugi meliputi 3 (tiga) kegiatan yaitu : a) Penilaian terhadap harga tanah dilakukan yang oleh

lembaga penilai harga tanah dengan memperhatikan nilai jual objek pajak tahun berjalan. Variabel-variabel yang mempengarui harga tanah :92

a) lokasi dan letak tanah;

b) status tanah;

c) peruntukan tanah;

d) kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada;

e) sarana dan prasarana yang tersedia; dan

f) faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.

92Pasal 28 ayat 2 Peraturan KBPN Nomor 3 Tahun 2007

(32)

Penilaianan harga tanah dilakukan oleh PT.

Wadantra Nilaitama. Hasil penilaian harga tanah/appraisal oleh PT. Wadantra Nilaitama dituangkan dalam dokumen appraisal tentang laporan akhir penilaian harga tanah ruas jalan tol Solo Mantingan wilayah kabupaten Sragen nomor file 089.C/P-OTDA/WAN/XII/07 tanggal 17 desember 2007. Dokumen tersebut disampaikan kepada instansi yang memerlukan tanah sebagai bahan untuk musyawarah besarnya ganti rugi.

b) Penilaian terhadap harga bangunan yang dilakukan oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan dalam hal ini adalah dinas pekerjaan umum kabupaten Sragen yang menangani bangunan. Dalam penilaian bangunan, bangunan dikelompokkan menjadi : a) bangunan permanen

b) bangunan semi permanen c) tidak permanen

d) pagar yang dibagi menjadi pagar besi, pagar bata, pagar kayu

Selanjutnya penentuan harga per meter bangunan didasarkan pada kondisi bangunan dan indek harga satuan bangunan yang telah ditetapkan dengan keputusan bupati pada tahun yang berkenaan.

c) Penilaian terhadap harga tanaman yang berkaitan dengan tanah dilaksanakan oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian yaitu dinas pertanian kabupaten sragen. Tanaman hasil inventarisasi dan identifikasi dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman dan diameter tanaman serta tanaman yang sudah produksi atau belum.

(33)

Hasil dari penilaian harga tanah/appraisal, bangunan, dan tanaman dipakai sebagai dasar musyawarah oleh instansi yang membutuhkan tanah dalam hal ini adalah kementerian pekerjaan umum direktorat jenderal bina marga, direktorat jalan bebas hambatan dan jalan kota dengan pemilik tanah untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti rugi.

6) Musyawarah

Istilah musyawarah adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa arab. Dalam masyarakat adat, istilah ini mengandung suatu pengertian yang isinya primer sebagai suatu tindakan seseorang bersama orang-orang lain untuk menyusun suatu pendapat bersama yang bulat atas suatu permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakatnya. Dari itu musyawarah selalu menyangkut masalah hidup masyarakat yang bersangkutan93

Musyawarah adalah kegiatan yang mengandung proses saling mendengar, saling memberi dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah, bangunan. tanaman, dan benda- benda lain yang berkaitan dengan tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.94 Musyawarah ini harus dilakukan secara bebas tanpa adanya suatu tekanan, dan kesepakatan harus adanya kerelaan dan persesuaian kehendak dari masing-masing pihak atau dengan kata lain

93Moh. Koesnoe, “Catatan-Catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini”, (Surabaya :

Airlangga University Press, 1979), hal. 45

94Pasal 1 butir 10 Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005

(34)

melepaskan hak atas tanah secara sukarela dengan mendapat ganti rugi yang layak. Musyawarah dalam konteks pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus dipahami dan dikaitkan dengan kesepakatan sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian sebagai mana tertuang dalam pasal 1B 20 Kitab Undang- Undang Hukum perdata (KUH Perdata).95 Menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: (1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, (2) cakap untuk membuat suatu perikatan, (3) suatu hal tertentu dan (4) suatu sebab yang halal.

Unsur yang essensial dalam musyawarah adalah adanya kesatuan pendapat yang mengadopsi pendirian semua kehendak para warga di dalamnya. Kehendak setiap warga merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesatuan pendapat tersebut. Hasil dari musyawarah adalah adanya kesepakatan bersama. Asas kesepakatan sebagai hasil musyawarah diaksudkan harus meliputi seluruh kegiatan dalam pelepasan hak atas tanah atau pengambilalihan tanah masyarakat termasuk juga kesepakatan dalam menentukan bentuk dan besarnya ganti rugi yang akan diberikan kepada masyarakat pemilik tanah. Asas kesepakatan ini, harus pencerminan adanya persetujuan antara pemilik tanah dan orang yang membutuhkan tanah yang telah dinyatakan secara tegas oleh yang bersangkutan. Kemudian harus diikuti dengan akte pelepasan hak atas tanah dengan ganti rugi yang disetujui oleh kedua belah pihak. Kesepakatan itu

95Menurut pasal 1320 KUHPerdata untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat yaitu (1) sepakat mereka yang mengikat dirinya, (2) cakap untuk membuat suatu perikatan, (3) suatu hal tertentu (4) suatu sebab yang halal

(35)

juga tidak boleh terjadi karena adanya unsur penipuan, paksaan dan kesesatan.

Dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum pemilik atau pemegang hak atas tanah harus mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu ganti rugi yang adil tatkala mereka telah melepaskan hak atas tanahnya. Maria Sumardjono96 mengatakan, ganti rugi dapat disebut adil apabila keadaan setelah pengambilalihan tanah paling tidak kondisi sosial ekonominya setara dengan keadaan sebelumnya, disamping itu ada jaminan terhadap kelangsungan hidup mereka yang tergusur. Dengan kata lain, asas keadilan harus dikonkritkan dalam pemberian ganti rugi, artinya dapat memulihkan kondisi sosial ekonomi mereka minimal setara atau setidaknya masyarakat tidak menjadi miskin dari sebelumnya. Dengan kata lain, asas keadilan harus dikonkritkan dalam pemberian ganti rugi, artinya dapat memulihkan kondisi sosial ekonomi mereka minimal setara atau setidaknya masyarakat tidak menjadi miskin dari sebelumnya”.97

Musyawarah dalam rangka pengadaan tanah dilakukan untuk membahas bentuk dan besarnya ganti kerugian. Dalam musyawarah ini yang diinginkan adalah titik temu keinginan antara pemegang hak atas tanah dengan pihak yang instansi pemerintah yang memerlukan tanah, untuk selanjutnya memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian.

Musyawarah pada prinsipnya dilakukan oleh pihak yang memerlukan tanah dengan pihak-pihak yang memiliki hak

96Maria S. W. Soemardjono 2008, Op.cit., hal 89

97Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Cet Pertama, Bayumedia Publishing Malang, 2007. hal 31

(36)

atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang difasilitasi oleh Panitia Pengadaan Tanah.

Musyawarah diawali dengan penyuluhan kepada pemegang hak atas tanah, bangunan dan/atau tanaman yang terkena pembangunan jalan tol Solo-Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen. Panitia pengadaan tanah mengundang instansi pemerintah yang memerlukan tanah (kementerian pekerjaan umum direktorat jenderal bina marga, direktorat jalan bebas hambatan dan jalan kota yang diwakili dari dinas bina marga propinsi jawa tengah) dan pemegang hak atau yang mewakili dalam hal ini untuk tanah kas desa diwakili oleh kepala desa serta kepala urusan perencanaan dan keuangan sedangkan untuk tanah wakaf di wakili oleh Nadzhir untuk melaksanakan musyawarah. Musyawarah dilaksanakan di tempat dan waktu yang telah ditentukan dalam undangan.

Pelaksanaan musyawarah tidak dilakukan sekaligus tetapi dilakukan secara bertahap sampai tercapainya kesepakatan mengenai besar dan atau bentuk ganti rugi antara pemilik tanah dengan pihak yang membutuhkan tanah.

Maria Soemardjono98 mengatakan ganti rugi atas dasar musyawarah mengandung makna “Bahwa dalam musyawarah tersebut harus diberlakukan asas kesejajaran antara pemerintah dengan pemilik tanah dan harus dihindari adanya tekanan-tekanan berupa apa pun dalam pertemuan maupun di luar pertemuan, jika tidak maka kesepakatan yang dicapai adalah kesepakatan dalam

98 Maria Soemardjono, Dalam Kasus-kasus Pengadaan Tanah dalam Putusan Pengadilan,SuatuTinjauan Yuridis, Mahkamah Agung RI, 1996, hal. 119.

(37)

keadaan terpaksa dan kesepakatan demikian bukanlah kesepakatan”.

Maria Sumardjono99 menyebutkan persyaratan yang diperlukan untuk tercapainya musyawarah secara sukarela dan bebas adalah:

1) Ketersediaan informasi yang jelas dan menyeluruh tentang kegiatan tersebut (dampak dan manfaat, bentuk dan besarnya ganti rugi, rencana pemukiman kembali bila diperlukan, rencana pemulihan pendapatan dan bantuan-bantuan lain, dll).

2) Suasana yang kondusif untuk melaksanakan musyawarah.

3) Keterwakilan para pihak.

4) Kemampuan para pihak untuk melakukan negosiasi.

5) Jaminan bahwa tidak ada tipuan, paksaan, atau kekerasan dalam proses musyawarah.

Setelah dilaksanakan beberapa kali musyawarah secara umum untuk bentuk dan besarnya ganti rugi berupa :

1) Untuk tanah-tanah milik masyarakat bentuk ganti rugi berupa uang dengan besar sesuai dengan luas tanah dan atau nilai bangunan dan atau nilai tanaman

2) Untuk tanah-tanah kas desa bentuk ganti rugi berupa uang dengan besar sesuai dengan luas tanah dan atau nilai bangunan dan atau nilai tanaman

99 Maria Soemardjono, Tanah dalam Perspektif Hukum Ekonomi, Sosial dan Budaya, Op.Cit,hal. 272

(38)

3) Untuk tanah wakaf bentuk ganti rugi berupa tanah pengganti dan bangunan pengganti sesuai dengan nilai minimal sama dengan tanah dan bangunan semula 4) Untuk tanah fasilitas umum/fasilitas sosial yang

berupa tanah dan bangunan sekolah dan lapangan bentuk ganti rugi berupa tanah pengganti dan bangunan pengganti sesuai dengan nilai minimal sama dengan tanah dan bangunan semula.

5) Untuk tanah fasilitas umum/fasilitas lainnya (jalan, saluran, tanggul) menunggu ketentuan/peraturan lebih lanjut.

Hasil dari musyawarah tersebut dituangkan dalam berita acara hasil musyawarah yang isinya memuat : 1) Bentuk ganti rugi

2) Besar ganti rugi

3) Waktu pelaksanaan pembayaran apabila terjadi kesepakatan bentuk dan besar ganti rugi yang kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Panitia Pengadaan Tanah dan setelah pemilik tanah melengkapi berkas-berkas/dokumen yang berkaitan dengan tanah yang dilepasakan/diserahkan serta kelengkapan administrasi lainya.

4) Apabila tidak terjadi kesepakatan maka dicantumkan tidak terjadi kesepatan harga, musyawarah ditutup dan akan dilanjutkan musyawarah berikutnya.

Berita acara hasil musyawarah ditandatangani oleh seluruh panitia pengadaan tanah, pihak yang memerlukan tanah serta pemilik tanah atau yang mewakili.

(39)

Berdasarkan berita acara hasil musyawarah panitia pengadaan tanah kemudian membuat berita acara musyawarah kesepakatan harga tanah, bangunan dan tanaman yang berisi tentang :

1) kesepakatan harga tanah, bangunan, tanaman

2) biaya-biaya lain berupa pajak, biaya materai, pemisahan tanah dan pensertipikatan tanah sisa serta biaya-biaya lain yang berkaitan dengan pelepasan hak atas tanah menjadi tanggung jawab/beban instansi yang memerlukan tanah

3) hasil bongkaran bangunan dan hasil tebangan tanaman menjadi milik pemegang hak atas tanah.

Berdasarkan berita acara hasil musyawarah panitia pengadaan tanah dan berita acara musyawarah kesepakatan harga tanah, bangunan dan tanaman panitia pengadaan tanah menetapkan keputusan tentang penetapan bentuk dan besarnya ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman untuk kepentingan pembangunan jalan tol sesuai dengan desa dan kecamatan letak tanah yang isinya :

1) pemberian ganti rugi tanah yang dibebaskan

2) nilai ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman yang telah disepakati sesuai hasil musyawarah

3) nama-nama pemilik tanah yang diberikan ganti rugi 7) Pembayaran Ganti Rugi

Ganti kerugian dalam pelepasan dan penyerahan hak merupakan penggantian atas nilai tanah dan atau benda- benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah atau jika hendak diperjelas dapat dikatakan bahwa ganti kerugian adalah imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah

(40)

sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk yang ada diatasnya. Sebagai imbalan, maka prinsip pemberian ganti kerugian harus seimbang dengan nilai tanah yang jumlah idealnya harus sama dengan nilai tanah. Salah satu prinsip yang menjadi tolak ukur keseimbangan itu adalah bahwa ganti kerugian yang diberikan harus merupakan imbalan yang layak atau tidak menjadikan pemegang hak atas tanah mengalami kemunduran sosial atas tingkat ekonominya sehingga tidak menjadikan rakyat yang melepaskan tanahnya lebih miskin100.

Persoalan ganti rugi tanah menjadi komponen yang sensitif dalam proses pembebasan tanah. Pembahasan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian seringkali berakibat pada munculnya sengketa tanah. Hal ini cukup banyak terjadi akibat dari adanya pembangunan fisik infrastruktur. Berdasarkan kompilasi masalah pertanahan, yang diambil dari berbagai media massa dengan waktu penerbitan sejak tahun 1970, ternyata dari 196 berita yang ada, sebanyak 127 kasus atau 65% dari total berita adalah menyangkut sengketa ganti rugi tanah, misalnya yang terjadi dalam kasus pembangunan waduk Kedung Ombo, pembebasan tanah transmigrasi (yang dikenal dengan sebutan Proyek Sitiung), kasus tanah Cimacan, Tapos dan proyek-proyek infrastruktur lainnya.101

Proses pemberian ganti rugi dalam pelaksanaan pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jalan tol Solo Kertosono ruas Solo Mantingan di wilayah

100 Oloan Sitorus, dkk, “Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah”,CV. Dasa Media Utama, 1995, Jakarta

101 Dj. A. Simarta, 1997 dalam Abdul Haris, jurnal “Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan Infrastruktur Dan Ekonomi”Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas, 2006, Jakarta

(41)

kabupaten Sragen dilaksanakan setelah ditandatangani berita acara hasil musyawarah dan berita acara kesepakatan harga tanah, bangunan dan tanaman.

Berdasarkan berita acara tersebut dibuatlah berita acara pembayaran ganti rugi dan pelepasan hak atas tanah, bangunan dan tanaman yang ditandatangani oleh panitia pengadaan tanah, pejabat pembuat komitmen pengadaan tanah jalan tol Solo-Mantingan, dan pemilik tanah yang sudah bersepakat mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. Pelaksanaan pembayaran ganti rugi dilaksanakan mulai tahun 2008 s/d 2014, untuk progres tiap tahunnya adalah sebagai berikut :

1) Tahun 2008

Pembayaran ganti rugi pada tahun 2008 sejumlah 81 bidang seluas 102.294 m2 dengan nilai ganti rugi sebesar Rp. 15.548.811.321,00 yang meliputi 3 desa yaitu desa Singopadu, desa Toyogo, dan desa Banyurip.

Progres pembayaran ganti rugi tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 16

Progres Pembayaran Ganti Rugi tahun 2008

No Desa Jumlah

Bidang Luas Tanah Nilai Ganti Rugi

1 Singopadu 36 38.185 6.535.022.000

2 Toyogo 12 17.381 2.896.799.145

3 Banyurip 33 46.728 6.413.990.176

Jumlah 81 102.294 15.845.811.321

Sumber data : Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat progres pembayaran ganti rugi pada tahun 2008 yang

(42)

terbanyak di desa singopadu sejumlah 36 bidang dengan luas tanah 38.15 m2 dengan nilai ganti rugi Rp. 6.535.022.000,00.

2) Tahun 2009

Pembayaran ganti rugi pada tahun 2009 sejumlah 247 bidang seluas 262.722 m2 dengan nilai ganti rugi sebesar Rp. 50.384.175.453,00 yang meliputi 5 desa yaitu desa Singopadu, desa Pilangsari, desa Toyogo, dan desa Banyurip, desa Gringging.

Progres pembayaran ganti rugi tahun 2009 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 17

Pembayaran Ganti Rugi tahun 2009

No Desa Jumlah

Bidang

Luas Tanah (m2)

Nilai Ganti Rugi (Rp.)

1 Singopadu 32 41.828 7.041.670.000

2 Pilangsari 27 26.111 3.053.252.500

3 Toyogo 103 105.903 23.810.075.814

4 Banyurip 48 38.561 8.629.452.152

5 Gringing 37 50.319 7.849.724.987

Jumlah 247 262.722 50.384.175.453

Sumber data : Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014 Berdasarkan tabel diatas apabila dilihat dari luas tanah yang di berikan ganti rugi, yang terluas adalah desa Toyogo seluas 38.561 m2 dengan nilai ganti rugi Rp. 23.810.075.814,00 yang terdiri dari 103 bidang tanah, sedangkan yang paling sedikit adalah desa pilangsari seluas 26.111 m2 dengan nilai ganti rugi sebesar Rp. 3.053.252.500,00 yang terdiri dari 27 bidang.

3) Tahun 2010

Pembayaran ganti rugi pada tahun 2010 sejumlah 304 bidang seluas 249.563 m2 dengan nilai

(43)

ganti rugi sebesar Rp. 47.683.402.010,00 yang meliputi 7 desa yaitu desa Singopadu, desa Pilangsari, desa Kebonromo, dan desa Bumiaji, desa Toyogo, desa Banyurip, desa Gringging.

Progres pembayaran ganti rugi tahun 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 18

Pembayaran Ganti Rugi tahun 2010

No Desa Jumlah

Bidang

Luas Tanah (m2)

Nilai Ganti Rugi (Rp.)

1 Singopadu 38 66.006 11.198.735.000

2 Pilangsari 21 16.847 1.976.090.000

3 Kebonromo 78 47.264 11.896.704.868

4 Bumiaji 63 45.683 8.427.742.969

5 Toyogo 25 12.320 2.663.035.126

6 Banyurip 10 7.881 3.136.802.659

7 Gringging 69 53.562 8.384.291.388

Jumlah 304 249.563 47.683.402.010

Sumber data : Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014

Berdasarkan tabel diatas apabila dilihat dari luas tanah yang di berikan ganti rugi, yang terluas adalah desa singopadu seluas 66.006 m2 dengan nilai ganti rugi Rp. 11.198.735.000,00 yang terdiri dari 38 bidang tanah, sedangkan yang paling sedikit adalah desa pilangsari seluas 16.847 m2 dengan nilai ganti rugi sebesar Rp. 1.976.090.000,00 yang terdiri dari 21 bidang.

4) Tahun 2011

Pembayaran ganti rugi pada tahun 2011 sejumlah 758 bidang seluas 666.498 m2 dengan nilai

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu kontak dan tinggi level yang diaplikasikan, semakin besar pula luas permukaan sintesis TiO 2 serbuk kayu kelor dalam menyerap

Analisa Kualitas Effluent yaitu analisa pada hasil outlet dari rekator unit filter yang sudah dibuat dengan menggunakan parameter kekeruhan. Analisa ini bertujuan untuk

berdasarkan angka density 15 C yang telah di peroleh dengan menggunakan tabel 52 ASTM IP D 1250 pada setiap tangki.  Menghitung Volume Barrel

SMA Negeri 1 Kalasam merupakan salah satu SMA unggulan yang keberadaannya sudah cukup lama dan terbukti mampu memberikan sumbangsih dalam mencerdaskan kehidupan

Variabel Definisi Pengukuran Dimensi Literatur Sebelumnya Skala Switching Barriers Switching Barrier Switching Cost.. mengacu pada tingkat kesulitan dalam menjaga

Kurangnya penggunaan APD pada naan APD pada staf medis staf medis Staf medis se Staf medis secara umum telah cara umum telah menggunakan APD menggunakan APD dengan tepat.

Tanaman ini dapat menghasilkan biji yang dapat digunakan sebagai pangan alternatif pengganti beras dan sangat potensial karena tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Mengetahui hasil evaluasi kepuasan antarmuka aplikasi Driver Mangjek sebelum dilakukan perbaikan antarmuka;