• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 12 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 12 Universitas Kristen Petra"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

12

Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1. Teori Kampanye Sosial 2.1.1. Pengertian Kampanye Sosial

Kampanye adalah gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dan sebagainya). Sedangkan pengertian sosial adalah yang berkenaan dengan masyarakat di mana perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan ini. Kampanye sosial merupakan suatu gerakan, aksi, atau tindakan komunikasi yang dilakukan untuk menyebarluaskan pesan yang diperlukan oleh masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Konsep kampanye lahir dengan pengertian melakukan kegiatan komunikasi secara terencana yang lebih moderat, terbuka, toleran, dengan waktu terbatas atau jangka pendek, dan program yang jelas, persuasif, serta dapat diidentifikasi secara jelas narasumbernya (komunikator) dan selalu berkonotasi positif. Pengertian secara umum tentang istilah kampanye yang dikenal sejak 1940-an (kampanye secara umum menampilkan suatu kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk), telah banyak dikemukakan beberapa ilmuwan, ahli dan praktisi komunikasi, yaitu definisinya sebagai berikut (Venus, 2004, p.7-29):

a. Leslie B. Snyder (2002)

Kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Pfau dan Parrot (1993)

Suatu kampanye yang secara sadar, menunjang dan meningkatkan proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu untuk bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu.

c. Rogers dan Storey (1987)

Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu.

(2)

13

Universitas Kristen Petra

d. Rajasundaram (1981)

Suatu kampanye merupakan koordinasi dari berbagai perbedaan metode komunikasi yang memfokuskan perhatian pada permasalahan tertentu dan sekaligus cara pemecahannya dalam kurun waktu tertentu.

Pemaparan dari berbagai definisi para pakar mengenai anti kampanye tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, yaitu terdapat kegiatan-kegiatan; 1) Adanya aktivitas proses komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak tertentu, 2) Untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpartisipasi, 3) Ingin menciptakan efek atau dampak tertentu seperti yang direncanakan, 4) Dilaksanakan dengan tema spesifik dan narasumber yang jelas, 5) Dalam waktu tertentu atau telah ditetapkan, dilaksanakan scara terorganisasi dan terencana baik untuk kepentingan kedua belah pihak atau sepihak (Kampanye Public Relations, 1997, p. 24).

Meskipun terdapat beberapa jenis program kampanye, namun secara prinsip kampanye merupakan kegiatan yang bertitik tolak untuk memotivasi atau membujuk, dan mencapai tujuan tertentu. Maka dari itu, Charles U. Larson dalam bukunya yang berjudul Persuasion, Reception, and Responsibility (California.

Wardsworth Publishing Co. (1992) membagi jenis-jenis kampanye, yaitu sebagai berikut:

a. Product – Oriented Campaigns

Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk yang baru.

b. Candidate – Oriented Campaigns

Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik (political campaign) yang berupaya meraih dukungan yang sebanyak-banyaknya dari masyarakat melalui kampanye politik, serta kampanye komunikasi pemasaran dan periklanan atau menggunakan teknik- teknik kampanye Public Relation dalam jangka waktu relatif pendek dan dukungan dana yang cukup besar (investasi) untuk pengeluaran periklanan komersial, publikasi, dan biaya perjalanan kampanye beraudiencei dengan para pendukungnya di berbagai lokasi yang tersebar di nusantara.

(3)

14

Universitas Kristen Petra

c. Ideological or Cause – Oriented Campaigns

Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial (social change campaigns).

Menurut Michael Pfau dan Roxanne Parrot dalam bukunya Persuasive Communication Campaign (Massachussets: Allyn and Bacon, (1993) mengungkapkan bahwa aktivitas kampanye selalu melekat dengan kegiatan komunikasi persuasif, namun bukan persuasif untuk tujuan perorangan dan paling tidak terdapat empat aspek dalam kegiatan kampanye, yaitu:

a. Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan ‘ruang’ tertentu dalam benak pikiran khalayak mengenai tanggapan produk, kandidat, dan suatu ide atau gagasan program tertentu bagi kepentingan khalayak sasarannya.

b. Kampanye berlangsung melalui berbagai tahapan-tahapan, dimulai dari menarik perhatian, tema kampanye digencarkan, memotivasi, dan mendorong untuk bertindak secara partisipasi khalayak sasaran melakukan tindakan yang nyata.

c. Kampanye harus mampu mendramatisasikan tema pesan atau gagasan-gagasan yang diekspos secara terbuka dan mendorong partisipasi khalayak sasaran untuk terlibat, baik secara simbolis maupun praktis untul mencapai tujuan dari tema kampanye tersebut.

d. Keberhasilan atau tidaknya popularitas suatu pelaksanaan kampanye tersebut melalui kerja sama dengan pihak media massa untuk menggugah perhatian, kesadaran, dukungan, dan mampu mengubah perilaku atau tindakan nyata dari khalayaknya (Kampanye Public Relations, 1997, p. 26-27).

Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan program kampanye dalam (Kampanye Public Relations, 1997, p. 80-81) perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a. tentukan tujuan yang hendak dicapai b. tentukan sasaran kampanye

c. tentukan ruang lingkup kampanye (lokal), regional, atau nasional d. tentukan jangka waktunya

e. tentukan publik sasarannya

f. tentukan tema, topik, atau isu dari kampanye tersebut

(4)

15

Universitas Kristen Petra

g. tentukan efek yang akan diinginkan dalam suatu kampanye

h. tentukan fasilitas, perlengkapan, atau sarana yang akan menunjang suatu kampanye

i. pembentukan tim kerja yang solid dan profesional

2.1.2. Media Kampanye a. Televisi

Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian akhir-akhir ini. Hal ini dapat dibuktikan dari penerimaan iklan yang paling besar dibanding dengan media lainnya. Namun demikian biaya penggunaan untuk penyampaian isu kampanye tidak murah. Apabila bersaing dengan acara atau iklan, maka kampanye yang diusung hampir tidak kelihatan sama sekali. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya dalam menyebarkan isu kampanye melalui televisi, misalnya dengan berita, dialog dan lainnya. Hal utama yang paling penting adalah bagaimana berkomunikasi meyakinkan lembaga penyiaran tentang pentingnya isu yang harus diangkat dan keuntungan dari lembaga penyiaran mengangkat isu ini. Dalam pengalaman saya, seringkali tahap inilah yang paling sulit, karena harus diakui banyak stasiun televisi yang bersifat pragmatis, dan lebih mementingkan pemasukan keuangannya. Oleh sebab itu, jika budget yang tersedia terbatas, disarankan untuk menghindari rencana penyampaian pesan melalui media ini. Masih banyak alternatif media yang bisa berdaya guna.

b. Film

Sifatnya hampir mirip dengan televisi, hanya saja dipertunjukkan dengan cara membayar melalui gedung bioskop atau ditonton secara gratis.

c. Pertunjukan Teater d. Surat Kabar, Majalah

Surat kabar merupakan media daerah yang sangat penting serta tinggi potensi jangkauannya. Namun demikian, surat kabar jarang disimpan pembacanya, sehingga respon yang dihasilkan dari pemberitaan akan cepat, namun cepat juga respon lupanya. Namun demikian, karena bentuknya kertas, surat kabar memiliki sifat dokumentatif yang dapat sewaktu-waktu untuk dilihat kembali.

(5)

16

Universitas Kristen Petra

e. Papan Pengumuman, Poster, Billboard, Spanduk

Media yang cukup efektif untuk pengingat. Namun memiliki keterbatasan menampilkan isu kampanye dengan cukup komplit, karena hanya dilihat secara sekejap saja.

f. Pengajaran

Media ini yang paling sering digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat untuk selalu mengingatkan isu yang sedang dikampanyekan. Bentuk media yang sering dilakukan seperti melalui training, diskusi, dan dialog. Media ini memiliki keunggulan dalam menyelipkan pesan di benak khalayak di antara beribu informasi yang diterimanya. Selain itu, biaya produksinya tergolong murah. Namun media ini memiliki keterbatasan dalam merengkuh jumlah penerima pesan karena pesan disebarkan secara langsung.

Pada prinsipnya penggunaan media haruslah memperhatikan tentang biaya yang dimiliki, kemungkinan untuk selalu mengingatkan dan merawat isu, sehingga isu kampanye dapat selalu meningkat dari pengetahuan menjadi perasaan ikut memiliki dan membantu kampanye secara aktif. Selain itu pemilihan media juga dilihat dari kebiasaan khalayak sasaran memilih media yang digemarinya (www.sur1ya.wordpress.com).

Berikut merupakan beberapa contoh media kampanye sosial:

Gambar 2.1. Iklan televisi Pekan Imunisasi Nasional 2016 sumber: www.youtube.com

(6)

17

Universitas Kristen Petra

Gambar 2.2. Poster Ramah Lingkungan sumber: www.cdn.idntimes.com

Gambar 2.3. Unconventional Media tentang mengurangi pemakaian kertas sumber: www.cdn.idntimes.com

(7)

18

Universitas Kristen Petra

Gambar 2.4. Sosialisasi pelatihan membuat roti chara sumber: www.facebook.com

(8)

19

Universitas Kristen Petra

2.2. Teori Komunikasi Massa

Konteks komunikasi massa dikaitkan dengan komunikasi publik.

Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan khalayak, yang tidak dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum).

Menurut Bittner, “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people.” Gerbner menulis, “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies.” Dari pendefinisian yang dilakukan oleh beberapa orang ahli, maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Tanda pokok dari komunikasi massa:

a. Bersifat tidak langsung b. Bersifat satu arah c. Bersifat terbuka

d. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar

Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa:

a. Teori Defleur dan Ball Rokeach

Defleur dan Rokeach mengemukakan tiga kerangka teoretis, yaitu:

Perspektif perbedaan individual, yang memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis dari pengalaman belajar dan lingkungan berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula. Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Perspektif hubungan sosial menekankan pada pentingnya peranan hubungan sosial yang informasi dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa.

(9)

20

Universitas Kristen Petra

b. Pendekatan Motivasional dan Uses dan Gratification

Model ini memandang individu sebagai makhluk suprasional dan sangat efektif.

Dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Efek komunikasi massa dapat dilihat dari pesan yang disampaikan maupun media fisik yang digunakan untuk berkomunikasi. Efek ini meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi. Efek ini juga berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif muncul ketika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci. Aspek ini berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai. Sedangkan efek behavioral terlihat pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (dalam Komunikasi, 2012, p.9-10).

2.3. Tinjauan Permasalahan Tentang Objek dan Subjek Perancangan 2.3.1. 3D Gelatin Art

3D Gelatin Art merupakan seni menghias jeli atau agar-agar yang terbuat dari gelatin sehingga dikenal juga dengan nama gelatinas artistica. 3D Gelatin Art pertama kali ditampilkan di Brazil sekitar tahun 2011, kemudian menyebar ke beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Eropa. Seni ini pun menyebar ke Asia hingga berkembang menjadi seni lukis yang kreatif.

Gambar 2.5. 3D Gelatin Art sumber: https://mentalfloss.com

(10)

21

Universitas Kristen Petra

Bahan utama untuk 3D Gelatin Art menggunakan jeli atau agar-agar yang banyak dijual di pasaran. Bahan lain yang dibutuhkan adalah gula, susu, rhum, serta pewarna makanan. Berikut merupakan resep membuat 3D Gelatin Art:

BAHAN 1

1 bungkus Jelly (plain/leci) 80-100 gr Gula pasir putih 600-700 ml Air

BAHAN 2

600 ml Susu UHT 1sdt Agar-agar plain

½ sdt Jelly plain 80 gr Gula

Pewarna makanan secukupnya

BAHAN 3

600 ml Susu UHT 1 bungkus Agar-agar plain 2 sdt Jelly plain 100 gr Gula pasir

Alat-alat dasar membuat 3D Gelatin Art merupakan alat-alat sederhana, seperti suntik dan wadah transparan saja, namun untuk kebutuhan bentuk dan motif bunga yang lebih bervariasi bisa menggunakan pencetak khusus bunga 3D Gelatin Art. Berikut merupakan cara membuat 3D Gelatin Art:

Masak semua Bahan 1 hingga mendidih. Angkat dan tuang dalam wadah tahan panas dan diamkan sampai jeli dingin dan mengeras. Setelah itu, masak bahan II (untuk motif) hingga mendidih, angkat dan tuang dalam beberapa wadah, kemudian diberi pewarna sesuai keinginan. Sedot adonan warna tersebut dengan menggunakan alat suntik, lalu mulai dengan membuat putik dengan poros suntik yang dimulai dari bagian tengah jeli. Setelah selesai membuat putik, bersihkan alat

(11)

22

Universitas Kristen Petra

suntik dan sedot warna lain untuk membuat kelopak-kelopak bunga. Pembuatan kelopak bunga dapat menggunakan alat suntik saja, atau dapat berkreasi dengan menggunakan alat cetak bantu khusus untuk pembuatan 3D Gelatin Art, atau bias juga menggunakan sendok teh atau pisau. Setelah bentuk bunga selesai, bentuk daun dapat dibuat dengan cara yang sama dengan membuat kelopak bunga tadi.

Setelah semua motif selesai dibuat, sisihkan jeli. Masak Bahan III hingga mendidih, angkat dan tuang dalam mangkok berisi puding yang sudah bermotif tadi sebagai pelengkap dan penutup bekas suntikan yang terlihat kurang cantik. Setelah semua selesai dinginkan dalam kulkas, lalu lepaskan 3D gelatin art dari mangkok setelah benar-benar dingin dan siap untuk disajikan. (Diana Cahya, 2014)

Gambar 2.6. Proses penyuntikan 3D Gelatin Art sumber: https://i.ytimg.com

Gambar 2.7. Alat-alat pencetak 3 dimensi jeli dalam 3D Gelatin Art sumber: https://4.bp.blogspot.com

(12)

23

Universitas Kristen Petra

Dalam proses pembuatan 3D Gelatin Art membutuhkan ketelatenan dan kreativitas yang cukup tinggi, juga memakan waktu yang cukup lama bagi pemula.

Namun selain dari segi keindahan, 3D Gelatin Art juga baik bagi kesehatan karena jeli atau agar-agar yang menjadi bahan dasar 3D Gelatin Art ini terbuat dari rumput laut yang banyak ditemui di laut Indonesia. Itulah mengapa jeli atau agar-agar baik bagi kesehatan tubuh karena berasal dari jenis tumbuhan rumput laut. Beberapa manfaat jeli atau agar-agar bagi kesehatan tubuh adalah untuk mengurangi stres, mencegah radang sendi dan osteoporosis, menyehatkan rambut, meningkatkan imunitas, mengurangi kolestrol, sebagai anti kanker, mengatasi radiovaskuler, makanan diet, serta penutup luka (Susanto, 2014, p.6).

2.3.2. Target audience dari perancangan

Dalam penyusunan perancangan ini, dibutuhkan pemilihan target audience yang tepat agar tujuan dari perancangan ini dapat tercapai dengan baik.

Menurut Max dan Weber dalam buku yang berjudul Pengantar Sosiologi (1993, p.115), pembedaan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, yang mana apabila semakin tinggi perekonomian seseorang maka semakin tinggi pula kedudukannya, dan bagi mereka perekonomiannya bagus (berkecukupan) termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup bahkan kurang, mereka termasuk kategori kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Karena tujuan utama dari perancangan ini adalah meningkatkan nilai ekonomi pada makanan, maka lebih tepat apabila ditujukan bagi masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.

Pada pribadi yang kreatif, bila memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang memberi peluang bersibuk diri secara kreatif (proses), maka dapat diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul. Menurut Cropley (1994) hubungan antara tahap-tahap proses kreatif dari Wallas (persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi) dan produk yang psikologis yang berinteraksi : hasil berpikir konvergen  memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, jika dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan yaitu pemecahan masalah  individu menggabungkan unsur-unsur mental sampai timbul “konfigurasi”. Konfigurasi dapat berupa gagasan, model, tindakan cara menyusun kata, melodi atau bentuk.

(13)

24

Universitas Kristen Petra

Pemikir divergen (kreatif) mampu menggabungkan unsur-unsur mental dengan cara-cara yang tidak lazim atau tidak diduga. Konstruksi konfigurasi tersebut tidak hanya memerlukan berpikir konvergen dan divergen saja, tetapi juga motivasi, karakteristik pribadi yang sesuai (misalnya keterbukaan terhadap pembaruan unsur- unsur sosial, ketrampilan komunikasi). Proses ini disertai perasaan atau emosi yang dapat menunjang atau menghambat (www.google.com/url).

Dengan kata lain, siapapun mampu untuk mengembangkan kreativitasnya (tanpa batasan usia), asal didukung oleh lingkungan dan peluang untuk menghabiskan waktu luangnya pribadi untuk berproses secara kreatif (dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kreatif).

Menurut Assauri (2012), segmentasi target audience terbagi menjadi empat variabel segmentasi utama. Variabel segmentasi yang umum digunakan adalah variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.

1. Segmentasi geografis

Segmentasi geografis digunakan untuk mengklasifikasikan pasar berdasarkan lokasi yang akan mempengaruhi biaya operasional dan jumlah permintaan secara berbeda. Dalam segmentasi geografi, pasar dibagi menjadi unit geografis, seperti: negara, provinsi, kota atau lingkungan. Segmentasi ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen menjadi bagian pasar menurut skala wilayah atau letak geografisnya.

2. Segmentasi demografis

Dalam segmentasi demografis, dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, siklus kehidupan keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, agama, ras, generasi kewarganegaraan, dan kelas sosial. Variabel-variabel demografis adalah dasar yang paling populer untuk membedakan kelompok-kelompok masyarakat.

3. Segmentasi psikografis

Segmentasi psikografis, segmen ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen atau pembeli menjadi bagian menurut variabel-variabel pola atau gaya hidup (life style) dan kepribadian (personality). Sebagai contoh, segmen masyarakat yang bergaya hidup konsumtif dan mewah berbeda dengan segmen

(14)

25

Universitas Kristen Petra

pasar masyarakat yang bergaya hidup produktif dan hemat yang mementingkan kualitas dengan harga yang relatif murah.

4. Segmentasi perilaku

Dalam segmentai perilaku pasar diklasifikasi dalam kelompok-kelompok yang dibedakan berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau respon terhadap suatu produk (dalam Segmentasi Pasar Warung Burjo di Kawasan Babarsari Khususnya Daerah Kledokan dan Tambak Bayan, 2013).

Berdasarkan teori segmentasi tersebut, berikut merupakan uraian segmentasi target audience dari hasil survei lapangan untuk perancangan ini:

1. Segmentasi Geografis

Masyarakat yang berdomisili di kota Surabaya, tinggal di perkampungan yang memiliki kepala daerah yang mengatur.

2. Segmentasi Demografis

Wanita usia 25-60 tahun, kelas ekonomi SES B dan C (menengah ke bawah), sudah menikah, penghasilan antara Rp 700.000,00 - Rp 1.500.000,00, memiliki anak lebih dari 2 orang, menganut sistem sosial patiarki dimana suami yang bekerja/mencari nafkah bagi rumah tangga. Latar belakang pendidikan maksimal SMA.

3. Segmentasi Psikografis

Tidak memiliki keinginan untuk maju atau dapat mengembangkan usaha yang lebih (pasif), tertarik mengikuti suatu kegiatan atau pelatihan apabila sesuai dengan bidang minatnya serta mendapat keuntungan atau bingkisan saja, malas mengenal teknologi dan sosial media, dan tidak menyukai kegiatan yang membosankan dan memakan waktu lama.

4. Segmentasi Perilaku

Hidup berkelompok dengan para tetangga, gotong royong, menjunjung tinggi asas sama rata (keadilan), mengikuti tayangan televisi nasional. Serta terbiasa mengutamakan harga yang murah.

(15)

26

Universitas Kristen Petra

2.4. Analisis Masalah

2.4.1. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung

Dalam suatu perancangan pasti ada faktor yang menghambat maupun mendukung perencanaan, beberapa faktor tersebut adalah:

Faktor Penghambat:

a. Kondisi ekonomi yang kurang membuat masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah merasa sulit untuk berwirausaha.

b. Adanya masalah ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi mayoritas masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah karena banyaknya jumlah anak yang dimiliki (lebih dari dua orang).

c. Latar belakang pendidikan dari masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang kurang, mengakibatkan tidak ada inisiatif untuk maju dalam membuka suatu usaha.

d. Kurangnya penguasaan akan teknologi menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan sulit untuk mengembangkan kreativitas atau untuk berinovasi.

Faktor Pendukung :

a. Sistem sosial patriarki pada mayoritas masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah mengakibatkan para istri memiliki waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan positif, apalagi bila kegiatan tersebut mampu menambah penghasilan ekonomi yang membantu meningkatkan perekonomian keluarga.

b. Adanya minat dari wanita usia 25-60 tahun kelas ekonomi menengah ke bawah untuk belajar dan meningkatkan kemampuan di bidang kuliner atau makanan.

c. Wanita lebih cenderung dekat dan tidak asing dalam dunia kuliner atau makanan.

d. Bahan dan alat yang digunakan untuk membuat 3D Gelatin Art pun tergolong tidak membutuhkan biaya yang besar dan masih mampu dijangkau oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.

(16)

27

Universitas Kristen Petra

2.4.2. Analisa 5W+1H a. What

Akar permasalahan dari penelitian ini terletak pada masalah ekonomi dari target audience (wanita usia 25-60 tahun kelas ekonomi menengah ke bawah) untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi dengan jumlah anak yang banyak (lebih dari 2), ditambah dengan masalah kesehatan dan lain-lain. Sebagai penganut sistem sosial patriarki (dimana laki-laki sebagai suatu kelompok mengendalikan kekuasaan atas kaum perempuan), membuat istri usia 25-60 tahun memiliki waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif dan meningkatkan kreativitas maupun dorongan untuk berinovasi, sehingga dapat membantu suaminya untuk menambah penghasilan rumah tangga.

b. Who

Masyarakat yang menjadi target audience dari perancangan ini adalah masyarakat dari kelurahan Sidodadi, Surabaya. Nantinya kepala daerah setempat (Ibu Romlah, 44 tahun) yang akan mengkoordinir dua puluh orang yang sesuai dengan batasan segmentasi yang sudah dijabarkan di atas, agar sasaran perancangan dapat berjalan dengan baik dan tepat.

c. Where

Perancangan ini akan dilakukan di perkampungan Kertopati I, Kecamatan Sidodadi, Surabaya sesuai dengan lokasi domisili dari target audience.

d. When

Perancangan ini dilakukan pada Minggu, 22 Mei 2016 sekitar pukul 10.00 WIB, menyesuaikan dengan waktu luang dari target audience serta narasumber.

e. Why

Kampanye Sosial ini dilakukan sebagai suatu wadah atau sarana yang dapat meningkatkan kreativitas serta memberi dorongan untuk berinovasi melalui media makanan, di mana mampu menjawab persoalan ekonomi dari target audience.

f. How

Cara yang dilakukan untuk menjawab persoalan ekonomi melalui media makanan adalah dengan mengadakan kampanye sosial yang mengedukasi target audience tentang bagaimana membuat dan mengkreasikan 3D Gelatin Art (jelly art).

(17)

28

Universitas Kristen Petra

2.4.3. Pandangan ketua posyandu Seruni II, kelurahan Sidodadi

Tergolong masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah dengan latar belakang pendidikan yang kurang, menyebabkan pola pikir masyarakat daerah ini masih memiliki pola pikir yang sempit dan kaku. Selain tidak mengikuti perkembangan teknologi, juga jarang untuk mengembangkan kreatifitas dan menjalani keseharian dengan lingkup tetangga. Kurangnya pendidikan juga mengakibatkan tidak ada batasan jumlah anak dalam setiap rumah tangga.

Mayoritas daerah ini memiliki anak yang lebih dari dua. Sedangkan yang bekerja atau mencari nafkah hanyalah pihak laki-laki (suami).

Hal ini menyebabkan suatu masalah ekonomi untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Karena terbiasa di rumah, beberapa istri usia 25-60 tahun di daerah ini hanya bekerja menerima pesanan kue atau jajanan saja, untuk menambah penghasilan.

Sebenarnya masyarakat di kelurahan Sidodadi memang memiliki minat untuk belajar, namun hanya bila di bidang makanan saja, karena selain itu, masyarakatnya mayoritas (khususnya wanita usia 25-60 tahun yang sudah menikah) tidak berminat.

Ketika ditawarkan untuk diadakan pelatihan kreasi 3D Gelatin Art dan melihat contoh kreasi 3D Gelatin Art ini, kepala daerah kelurahan Sidodadi sangat antusias bahwa masyarakatnya memiliki minat yang besar untuk belajar membuat dan mengkreasikan 3D Gelatin Art.

2.4.4. Fakta Lapangan dan Target Audience

Dari hasil observasi lapangan dan wawancara dengan beberapa target audience diketahui bahwa ada beberapa target audience yang belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya edukatif karena tidak minat dengan pembahasan dari pelatihan tersebut. Namun melihat peluang nilai ekonomi dari 3D Gelatin Art serta bahan makanan yang dekat dan murah membuat target audience tertarik dan sangat antusias untuk mempelajarinya.

(18)

29

Universitas Kristen Petra

2.4.5. Analisis media pembelajaran yang telah digunakan

Sebelumnya sudah pernah dilakukan beberapa kegiatan pelatihan pula, baik di bidang olah kreatif maupun kuliner. Namun apabila peserta yang mengikuti pelatihan tersebut tidak memiliki minat di bidang pelatihan yang diikutinya, maka hasil pencapaian dari pelatihan tersebut tidak akan tercapai (putus di tengah jalan atau tidak ada titik lanjutan). Sedangkan sebaliknya, apabila minat peserta sesuai dengan bidang pelatihan yang diikuti, maka apabila dibimbing terus akan dapat dikembangkan dalam keseharian dari peserta tersebut. Untuk itu, pembagian nama calon peserta pelatihan sudah akan diurus oleh keluharan setempat, kemudian peserta yang namanya tercantum harus mengumpulkan syarat-syarat (KSK dan KTP) yang ditentukan oleh kelurahan.

Untuk kebutuhan publikasi kegiatan lain, biasanya menggunakan media poster yang di letakkan di tempat kepala daerah agar masyarakat setempat lebih mudah mengetahui informasi yang sifatnya umum. Salah satu contohnya adalah poster Pekan Imunisasi Nasional 2016.

2.5. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dari permasalahan ini adalah rendahnya latar belakang pendidikan dari masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah mengakibatkan cara berpikir kreatif dan inovatif belum dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan tambahan di bidang makanan pun dijalankan dengan monoton dengan kesadaran yang kurang untuk dapat meningkatkan nilai jual dari makanan itu sendiri. Akibatnya pendapatan tambahan pun jumlahnya cukup terbatas. Namun, bila masyarakat tersebut mau membuka pola pikir yang baru tentang kreativitas dalam mengolah makanan, serta berinovasi sendiri, maka akan ada kesempatan yang peluangnya cukup baik untuk meningkatkan penghasilan tambahan bagi tiap individu.

(19)

30

Universitas Kristen Petra

2.6. Usulan Pemecahan Masalah

Untuk menjawab permasalahan dari target audience, dirasa perlu adanya suatu media kampanye sosial yang bersifat sosial dan edukatif di bidang makanan, dalam hal ini dirasa tepat apabila diadakan kampanye sosial kreasi 3D Gelatin Art.

Dengan adanya kampanye sosial ini, masyarakat diharapkan dapat memiliki pola pikir yang lebih luas terhadap kreativitas pengolahan makanan maupun peningkatan nilai ekonominya.

Media-media yang akan digunakan nantinya akan disurvei langsung ke target audience agar media tersebut memiliki fungsi yang sesuai dan efektif dengan tujuan kampanye.

Referensi

Dokumen terkait

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali

Para konsumen yang ingin memperoleh doorprize di akhir acara, tentu akan berusaha mendapatkan kupon undian doorprize sebanyak mungkin dengan cara berbelanja sebanyak

External failure cost merupakan biaya yang terjadi setelah pengiriman produk ke konsumen atau pengguna yang mengalami ketidaksesuaian atau kecacatan seperti biaya terhadap

Fungsi utama lainnya dari sistem informasi akuntansi dalam siklus penggajian adalah menyediakan pengendalian yang memadai agar dapat terpenuhinya tujuan-tujuan

Posisi kerja yang cocok untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan area kerja sebatas jangkauan tangan, tidak membutuhkan gaya yang besar dalam bekerja dan

Simons (1995) bahwa sistem pengendalian manajemen berupa boundary system sangat berdampak dalam meningkatkan kinerja perusahaan seperti mendorong karyawan dalam

Menurut Aaker (1996), strategi brand dapat dilihat melalui tiga perspektif yakni: customer analysis, competitor analysis dan self analysis. Tujuan dari adanya strategi

Dengan adanya beberapa pendapat di atas maka peneliti mendefinisikan pusat perbelanjaan (shopping center) merupakan suatu pusat belanja yang dibangun pada sebuah