• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FOOD SUPPLY CHAIN NETWORK CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS HAPESONG TUGAS SARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FOOD SUPPLY CHAIN NETWORK CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS HAPESONG TUGAS SARJANA"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

HAPESONG

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

FRANSISKUS LAUSON REPAL MATONDANG NIM. 150403082

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir dan menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas sarjana merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri) di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul Analisis Food Supply Chain Network Crude Palm Oil (CPO) pada PT. Perkebunan

Nusantara III PKS Hapesong.

Penulisan Tugas Sarjana dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan bulan Juli 2019 di. PT. Perkebunan Nusantara III yang berlokasi di Hapesong Batang toru, Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Data – data dan proses yang terjadi serta usulan perbaikan yang telah dibuat oleh Penulis dalam tugas sarjana diharapkan dapat menjadi literatur dan informasi pendukung agar dapat digunakan untuk pembaca kalangan akademis maupun praktisi perusahaan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan dan penulisan Tugas Sarjana ini. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan Tugas Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS,

MEDAN, JANUARI 2020 FRANSISKUS L.R. MATONDANG

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan Rahmat Kasih-Nya, Penulis berkesempatan menyelesaikan Tugas Sarjana ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua beserta keluarga Penulis, yang telah senantiasa memberikan dukungan yang tak bisa diungkapkan dalam penyusunan Tugas Sarjana ini dan dalam kehidupan Penulis.

2. Bapak Ir. Nazaruddin Matondang, M.T., Ph,D., selaku Dosen Pembimbing.

Terimakasih atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukkan yang diberikan kepada Penulis dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, S.T., M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Ir. Mangara Mangapul Tambunan, M.Sc. selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan wejangan terkait topik Tugas Akhir Penulis.

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

(8)

6. Seluruh Pegawai Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, Bapak Nurmansyah, Bapak Eddy, Bapak Turmijo, Ibu Ester Samosir, Kak Rahmaini, Bang Awaluddin, dan Kak Rahmia, atas bantuannya dalam hal penyelesaian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

7. Kepada Bapak Muntasir, Pak Ukri Hatmoko, Pak Teguh, Pak Joko, Abang Nanda, dan Abang Baim yang banyak membantu Penulis saat penelitian di PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong.

8. Teman-teman LIBERTI, rekan-rekan sepengurusan HIMTI FT-USU periode 2018/2019, dan teman-teman Nasrani 2015 khususnya Desman, Hafiz fahmi, Chairul syah, Reyhan, Ihza, Ojik, Tasya, Annisa, Ridho Bhahar, Khatami,Joshua Nainggolan dan masih banyak yang tidak disebutkan yang telah memberi cerita kehidupan kampus yang berkesan kepada penulis, menemani semua kejenakaan dan memberikan banyak bantuan.

9. KMK Yoseph Engineering khususnya Yuli, Feby, Lamria, Inggrid, Elizabeth, Rio, Yosef, Rori, Pardi, Catrin, Musa, Anna, Maria.

10. Sahabat Kerja Praktek dan teman suka duka Yustinus, Ghassan, dan Vito yang memberikan pengalaman dalam kehidupan dan kerja praktek.

11. Kepada rekan dan sahabat Shinta Aryna sebagai tempat berdiskusi dan bertukar pikiran, yang telah banyak menemani dan membantu dalam banyak hal.

FRANSISKUS MATONDANG

(9)

ABSTRAK

Komoditas kelapa sawit Indonesia terutama hasil olahannya Crude Palm Oil (CPO) diharapkan dapat bersaing di pasar internasional serta memberikan kualitas yang baik dalam setiap pemenuhan permintaan. Karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil terbesar dari CPO dengan catatan pada tahun 2013 indonesia sempat menjadi pengekspor nomor 1 dengan kuantitas ekspor mencapai 26,7 juta ton dengan nilai US$ 19,1 Juta (47% perdagangan minyak sawit internasional). Sebagai salah satu perusahaan yang berpengalaman dalam menghasilkan komoditas kelapa sawit khusunya CPO PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong kerap menghadapi masalah jumlah produksi yang fluktuatif, sebagai contoh dalam kurun waktu Oktober 2018 sampai September 2019 dengan penurunan terbesar mencapai jarak 294 ton. Volume produksi CPO yang fluktuatif tersebut diakibatkan inkonsistensi pasokan tandan buah segar (TBS). Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah aktivitas rantai pasok dengan melihat kerangka jaringan rantai pasok kelapa sawit/CPO secara lebih luas dari petani/pemasok sampai kepada tangka timbun, sehingga diketahui gambaran keadaan rantai pasok. Gambaran rantai pasok tersebut dianalisis dengan metode Food Supply Chain Network, diperhatikan aktivitas yang menghambat kegiatan-kegiatan rantai pasok sehingga menyebabkan kuantitas produksi fluktuatif. Kegiatan aktivitas tersebut dinilai dengan SCOR (supply chain operations reference) , dan didapatkan nilai HEP terbesar (human error probability) dengan adaptasi model SCOR adalah 2,0852 yang terdapat pada proses make dari keseluruhan total nilai pada aktivitas proses sebesar 3,801.

Kata kunci: TBS, CPO, Food Supply Chain Network, SCOR, Manajemen Rantai Pasok, Analisis rantai pasok, Human Error Probability.

(10)

ABSTRACT

The Indonesian palm oil commodity, especially Crude Palm Oil (CPO), is expected to compete in the international market and provide good quality in every fulfillment of demand. Because Indonesia is one of the largest CPO producing countries with a record that in 2013 Indonesia had become the number 1 exporter with export quantities reaching 26.7 million tons with a value of US $ 19.1 Million (47% of international palm oil trade). As one of the companies experienced in producing palm oil commodities especially CPO, PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong often faces the problem of fluctuating amounts of production, for example in the period October 2018 to September 2019 with the largest decline reaching a distance of 294 tons. The fluctuating volume of CPO production was due to inconsistencies in the supply of fresh fruit bunches (FFB). The problem examined in this study is the supply chain activity by looking at the framework of the palm oil / CPO supply chain network more broadly from farmers / suppliers to the storage tank, so that a description of the supply chain is known. The supply chain description is analyzed by the Food Supply Chain Network method, taking into account the activities that impede supply chain activities so that the quantity of production tends to fluctuate. These activities were assessed by SCOR (supply chain operations reference), and obtained the greatest HEP value (human error probability) with the adaptation of the SCOR model is 2.0852 contained in the make process, out of the total value of the process activities of 3.801.

Keywords: Palm Oil, CPO, Food Supply Chain Network, SCOR, Supply Chain Management, Supply Chain Analysis, Human Error Probability.

(11)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-6 1.3. Tujuan Penelitian... I-6 1.4. Manfaat Penelitian... I-6 1.5. Batasan dan Asumsi Masalah ... I-7 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-7

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.4.1. Struktur Organisasi ... II-4 2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5 2.4.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-9 2.5. Proses Produksi Crude Palm Oil ... II-11

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1 3.1. Kelapa Sawit ... III-1 3.2. Konsep Supply Chain ... III-5 3.3. Food Supply Chain Network (FSCN) ... III-10 3.4. Supply Chain Operations Reference (SCOR) ... III-17

3.4.1. Pengertian Supply Chain Operations Reference

(SCOR) ... III-17 3.4.2. Pengukuran Kinerja Model SCOR ... III-21 3.5. Fault Tree Analysis (FTA) ... III-25 3.6. Human Error Assessment and Reduction Technique

(HEART) ... III-26

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Metode Pengolahan Data ... IV-4 4.8. Metode Analisis Data ... IV-4

V PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-2 5.1.1. Pengumpulan Data Sekunder ... V-2 5.1.1.1. Pengumpulan Data Petani ... V-2 5.1.1.2. Pengumpulan Data Pabrik Kelapa Sawit .... V-7 5.1.1.3. Pengumpulan Data Tangki Timbun ... V-8 5.2. Pengolahan Data ... V-14 5.2.1. Sasaran Rantai Pasok ... V-14 5.2.1.1. Sasaran Pasar ... V-15 5.2.1.2. Sasaran Pengembangan ... V-17

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2. Struktur Rantai Pasok CPO ... V-18 5.2.2.1. Anggota Rantai Pasok CPO ... V-20 5.2.2.2. Aliran Komoditas Rantai Pasok ... V-23 5.2.2.3. Entitas Rantai Pasok ... V-29 5.2.3. Proses Bisnis Rantai Pasok ... V-31 5.2.3.1. Pola Distribusi ... V-31 5.2.3.2. Perencanaan Kolaboratif ... V-32 5.2.3.3. Aspek Risiko ... V-33 5.2.3.4. Proses Membangun Kepercayaan ... V-35 5.2.4. Sumber Daya Rantai Pasok ... V-36 5.2.4.1. Sumber Daya Fisik ... V-36 5.2.4.2. Sumber Daya Teknologi ... V-37 5.2.4.3. Sumber Daya Manusia ... V-40 5.2.4.4. Sumber Daya Modal ... V-41 5.2.5. Manajemen Rantai Pasok ... V-42 5.2.5.1. Struktur Manajemen ... V-42 5.2.5.2. Kemitraan ... V-43 5.2.5.3. Kesepakatan Kontraktual ... V-44 5.2.5.4. Sistem Transaksi ... V-45

(15)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.6. Pengukran Rantai Pasok Komoditi Berbasis Kelapa

Sawit dengan Pendekatan SCOR Model ... V-45 5.2.6.1. Identifikasi Human Error pada Rantai

Pasok CPO dengan Adopsi Model

SCOR ... V-46 5.2.6.2. Penentuan Human Error dengan

Metode HEART ... V-47

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1. Analisis dan Pembahasan Penerimaan TBS dan

Pengiriman CPO ... VI-1 6.2. Analisis dan Pembahasan Food Supply Chain Network

CPO ... VI-2 6.3. Analisis dan Pembahasan Pengukuran Rantai Pasok

Komoditi Berbasis Kelapa Sawit dengan Pendekatan SCOR Model dan Adaptasi HEP (Human Error

Probability) ... VI-3

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1

(16)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data produksi CPO dan TBS olah PT. Perkebunan

Nusantara III PKS Hapesong ... I-3 2.1. Tabel Data PKS dan Kapasitas Olah (ton/jam) ... II-2 2.2. Alokasi Tenaga Kerja Perusahaan... II-9 2.3. Waktu Kerja Security ... II-10 2.4. Waktu Kerja Kantor ... II-10 3.1. Proses Bisnis dalam Rantai Pasok ... III-15 3.2. Dua Kelompok Komponen Manajemen yang Harus

diselaraskan dalam Rantai Pasok ... III-16 3.3. Klasifikasi Atribut Kinerja Metode SCOR ... III-23 3.4. Simbol Fault Tree ... III-25 3.5. General Task Type HEART ... III-29 3.6. Error Producing Conditions HEART ... III-30 5.1. Data Pemasok Bahan Baku TBS ... V-3 5.2. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit ... V-3 5.3. Data Pasokan TBS (Kg) ... V-6 5.4. Data Pengolahan CPO (Kg) ... V-7 5.5. Data Pengelolaan CPO pada Tangki Timbun (Kg) ... V-9 5.6. Data Pengiriman CPO Tangki Timbun (Kg)... V-11 5.7. Standar Kualitas Minyak Sawit ... V-16

(18)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.8. Standar Kualitas Minyak Sawit Internasional ... V-16 5.9. Sasaran Pengembangan ... V-19 5.10. Standar kualitas Buah Sawit ... V-29 5.11. Daftar Konsumen CPO PT. Perkebunan Nusantara III ... V-29 5.12. Kompetensi Anggota Organisasi Perusahaan ... V-40 5.13. Identifikasi Human Error Rantai Pasok CPO ... V-47 5.14. Uraian Kerja Proses Produksi CPO ... V-51 5.15. Kategori Generic Task Type (GTT) setiap Item... V-51 5.16. Identifikasi Error Producing Conditions (EPCs)... V-52 5.17. Nilai Proposi Efek (APOE) dan Perhitungan AE ... V-54 5.18. Perhitungan Total Nilai AE Keseluruhan... V-55 5.19. Nilai Human Error Probability (HEP)... V-55 6.1. Identifikasi Rantai Pasok CPO ... VI-3

(19)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Diagram Pengiriman CPO Per Bulan (Kg) ... I-3 2.1. Lokasi PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong ... II-4 2.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-5 3.1. Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia ... III-4 3.2. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran

yang Dikelola ... III-6 3.3. Diagram Skema Rantai Pasok ... III-11 3.4. Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok ... III-14 3.5. Lima Proses Inti pada Model SCOR ... III-18 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5 5.1. Supply Chain Network ... V-1 5.2. Buah Mentah ... V-4 5.3. Buah Rusak ... V-4 5.4. Buah Mengkal ... V-5 5.5. Buah Matang ... V-5 5.6. Buah Busuk ... V-6 5.7. Grafik Pasokan TBS ... V-7 5.8. Grafik Pengolahan CPO ... V-8 5.9. Grafik Pengolahan CPO Tangki Timbun ... V-10

(20)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.10. CPO Dikirm... V-17 5.11. Pemasokan TBS ... V-21 5.12. Kegiatan Rantai Pasok oleh PT. Perkebunan Nusantara

III PKS Hapesong... V-22 5.13. Struktur Rantai Pasok Sawit ... V-25 5.14. Penumpukan TBS ... V-34 5.15. Tangki Penimbunan Sementara PKS ... V-37 5.16. Hierarchical Task Analysis (HTA) Proses Produksi CPO ... V-49 5.17. Fault Tree Diagram Proses Produksi CPO ... V-50 5.18. Hasil Fault Tree Diagram Nilai HEP Kegiatan Produksi

CPO ... V-57 6.1. Data Penerimaan TBS dan Pengiriman CPO ... VI-1 6.2. Struktur Jaringan Rantai Pasok CPO ... VI-2 6.3. Total Keseluruhan Nilai pada Tiap Kegiatan Rantai

Pasok CPO... VI-5

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit adalah komoditas andalan di Indonesia, hal ini dikarenakan hasil olahan minyak kelapa sawit yang luas dan erat dengan kehidupan manusia.

Hasil olahan kelapa sawit memiliki hasil turunan seperti CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) yang menghasilkan produk hilir bermacam-macam, dimana kedua turunan tersebut adalah hasil olahan atau turunan pertama dari kelapa sawit atau yang dikeal TBS(tandan buah segar) yang lazim diproduksi, CPO dan PKO Indonesia selalu menjadi salah satu pemasok CPO terbesar di dunia, hal ini nyata dimana menurut Rifai (2014) pada tahun 2013 Indonesia menjadi negara nomor satu pengekspor minyak sawit mentah dengan volume ekspor 26,7 juta ton dengan nilai US$ 19,1 Juta (47% perdagangan minyak sawit internasional).

CPO memiliki spektrum yang sangat luas, menurut kajian dari peraturan kementerian perindustrian (No.13 tahun 2010) kelapa sawit memiliki 100 produk hilir yang dapat dihasilkan pada skala industri. Namun hanya sekitar 23 produk hilir (pangan dan non pangan) yang telah diproduksi di Indonesia. Beberapa produk hilir turunan CPO dan PKO yang telah diproduksi diantaranya untuk kategori pangan minyak goreng, minyak salad, shortening, margarine, Cocoa Butter Substitute (CBS), vanaspati, vegetable ghee, food emulsifier, fat powder, dan es krim. Adapun untuk kategori non pangan diantaranya adalah surfaktan, biodiesel, dan oleokimia turunan lainnya.

(22)

Pada proses pembuatan, distribusi dan kestabilan kualitas, CPO memerlukan rantai pasok hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang, dan informasi. Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Pada hakikatnya sangat penting dan perlu dilakukan integrasi lebih lanjut dari manajemen logistik antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan keakuratan perkiraan kebutuhan, dan mengurangi tingkat persediaan barang, dan mengurangi biaya.

Sebagaimana yang dikatakan Basiron (2005) bahwa di dalam agroindustri CPO, manajemen rantai pasok yang baik akan menunjang praktik usaha tani, produksi dan pendistribusian.

PT. Perkebunan Nusantara III PKS (Pabrik kelapa sawit) Hapesong adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bisnis perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit ini menghasilkan minyak sawit mentah yang digunakan sebagai bahan baku oleh industri lainnya sebagai produk turunan. Fungsi minyak sawit mentah sebagai bahan baku bagi industri lainnya tentu memberikan konsekuensi perhatian yang lebih terhadap kualitas dan pemenuhannya. Dalam aktivitas produksinya perusahaan memiliki pabrik pengolahan yang berkapasitas mengolah Tandan Buah Segar 30 ton/jam produksi yang dilakukan seperti ditampilkan sebagai data pada tabel 1.1.

(23)

Tabel 1.1 Data produksi CPO dan TBS olah PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong

Bulan TBS yang Diolah (kg) Produksi CPO (kg)

Oktober 2.460.000 434.163

November 5.485.000 986.313

Desember 7.807.000 1.563.390

Januari 6.930.000 1.209.131

Februari 7.860.000 1.503.161

Maret 9.030.000 1.820.935

April 6.464.990 1.242.230

Mei 10.710.000 1.951.140

Juni 10.018.770 1.758.805

Juli 15.450.000 2.721.765

Agustus 11.629.700 2.132.425

September 11.338.440 2.055.670

Total 82.215.760 19.379.128

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III

Diagram Pengiriman CPO Per Bulan dapat dilihat pada gambar 1.1.

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III

Gambar 1.1 Diagram Pengiriman CPO Per Bulan (Kg)

(24)

Pada Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa produksi CPO cenderung tidak stabil begitu juga dengan pengiriman CPO yang ditampilkan pada gambar 1.1 , hal ini dikarenakan pasokan TBS fluktuatif dalam memenuhi permintaan PKS. Pasokan TBS merupakan bagian yang penting dalam kestabilan produksi CPO. Maka diperlukan pasokan TBS yang konstan dengan pemenuhan jumlah yang sesuai kebutuhan dan permintaan serta tepat waktu.

Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut diperlukan analisis terhadap jaringan rantai pasok TBS maupun CPO pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong agar sistem rantai pasok terintegrasi dengan baik dari setiap proses dan subproses pada semua stakeholder. Analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang melibatkan semua pihak yang berperan pada jaringan sistem dan aktivitas- aktivitas rantai pasok. Analisis dengan metode food supply chain network (FSCN) merupakan sebuah pendekatan yang memerhatikan standar mutu makanan dalam penilaian aktivitasnya, hal ini sejalan dengan CPO sebagai sebuah makanan yang terstandarisasi. Analisis pada setiap aktivitas dilakukan dengan penilaian menggunakan metode SCOR, yang merupakan metode penilaian/pembobotan aktivitas pada proses dan subproses sistem rantai pasok.

Sri Padmayanto (2017) mengemukakan perbaikan pada SCM akan menciptakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas aliran perusahaan yang berakibat pada perbaikan produksi, dan SCM juga terbukti berperan terhadap kualitas dan efisiensi distribusi. Apabila perbaikan pada manajemen atau jaringan rantai pasok akan menyebabkan daya saing yang tinggi, dikarenakan daya saing dipengaruhi oleh efektivitas dan efisiensi kinerja rantai pasok (Morgan et al 2004)

(25)

Penelitian yang dilakukan oleh Vorst (2006), menunjukkan bahwa sistem pengukuran kinerja (performance measurement system) diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptirnalisasi jaringan rantai pasok (supply chain) dan peningkatan daya saing pelaku rantai pasok. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah- Iangkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional. pada penelitian ini juga dikemukanan bahwa rantai pasok pangan/makanan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan rantai pasok lainnya seperti : pelaku rantai yang terpisah, umur simpan produk yang singkat dan mudah rusak, produksi tergantung musim, kondisi keamanan produk yang sulit diukur, penanganan terhadap penyimpanan dan transportasi mempegaruhi kuantitas dan kualitas produk-produk pertanian.

Penelitian yang dilakukan oleh Qashiratuttarafi (2019), menunjukkan bahwa keaadan jaringan rantai pasok pada JMHS (jaringan madu hutan sumbawa) sudah terstruktur dan memiliki sasaran yang jelas namun belum terkelola dengan baik, ditinjau dari proses bisnis yang belum terintegrasi secara keseluruhan dan belum ada kontrak sehingga pengawasan kualitas JMHS belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Serta disarankan agar dilakukan perbaikan pada manajemen, struktur rantai maupun proses bisnis, memberikan aliran informasi yang jelas terhadap pemburu madu agar terjadi perencanaan kolaboratif dan pemerintah diharapkan melakukan kebijakan dan pengawasan yang mendukung.

Pada penelitian Clara Yolandika (2016), dikemukakan bahwa rantai pasok brokoli pada CV. Yan’s Fruits and Vegetable sudah sangat baik dan terstruktur, namun masih ada permasalahan pada proses bisnis terutama pada perencanaan

(26)

kolaboratif. Petani mitra brokoli masih memiliki lead time yang panjang, sehingga siklus pemenuhan pemesanan lama dan berakibat menurunnya potensi kualitas brokoli yang dikirim.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka dirumuskan masalah yang mendasari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran kondisi manajemen rantai pasok CPO (Crude Palm Oil) menggunakan pendekatan FSCN (Food Supply Chain Management) ?

2. Bagaimana kinerja rantai pasok CPO (Crude Palm Oil) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jelaskan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan kondisi manajemen rantai pasok CPO (Crude Palm Oil) menggunakan pendekatan FSCN (Food Supply Chain Management).

2. Menganalisis kinerja rantai pasok CPO (Crude Palm Oil).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan menerapkannya dengan permasalahan yang ada pada perusahaan.

(27)

2. Mengetahui langkah-langkah analisis jaringan rantai pasok pangan/ Food Supply Chain Management (FSCN).

3. Sebagai saran perbaikan bagi perusahaan dalam perbaikan manajemen rantai pasok.

1.5. Batasan dan Asumsi Masalah

Batasan masalah dalam penelitian tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya sebatas riset yang menjadi saran, adn tidak harus diterapkan oleh perusahaan

2. Penelitian hanya mencakup pada objek TBS dan CPO tidak sampai kepada produk hilir/retailer.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak terjadi perubahan kemitraan antara perusahaan dengan pembeli dan pemasok

2. Tidak terjadi perubahan harga

3. Tidak terjadi perubahan kebijakan oleh perusahaan dan kebijakan negara terkait regulasi kelapa sawit

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan penelitian,

(28)

manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan sejarah singkat dari perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, organisasi dan manajemen, bahan baku yang digunakan, uraian proses produksi dan bahan-bahan produksi.

Bab III Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan berhubungan dengan Supply Chain Operations References dan Food Supply Chain Network.

Bab IV Metodologi Penelitian, menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian seperti penentuan tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan analisis pemecahan masalah.

Bab V Pengumpulan Data dan Pengolahan Data. Bab ini berisikan pengumpulan data produksi dan pengiriman TBS/CPO serta frekuensinya, bagaimana dan siapa pelaku rantai pasok pada produk CPO PT.Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong dari hulu ke hilir, data ini diperoleh dari hasil pengamatan melalui wawancara dengan staff manajerial serta pegawai PKS dan melalui observasi langsung pada lantai produksi PKS.

Bab VI Analisis dan Pembahasan. Bab ini berisikan pengolahan data pada penelitian ini, dimana data yang diperoleh diolah menggunakan analisis pemetaan jaringan rantai pasok pangan, dan menganalisis kinerja dari rantai pasok tersebut

(29)

dengan foodscor untuk memperbaiki atribut atau komponen rantai pasok yang masih memiliki kinerja tidak baik.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, serta memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan badan usaha milik negara indonesia yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan karet serta olahan kelapa sawit dan karet. Perusahaan ini berkantor pusat di medan, sumatera utara. perusahaaan ini merupakan perusahaan yang diambil alih oleh pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal dengan nama Perseroan Perkebunan Negara (PPN) yang dinasionalisasikan dari perusahaan milik swasta “HINDIA BELANDA”

dengan nama NV.RCMA (RUBBER COLIORE MATSCAPY AMSTERDAM) yang bergerak di bidang usaha perkebunan (plantation) dan pengolahan hasil perkebunan. Pada tahun 1996 diresmikan menjadi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan ditandatangani menteri kehakiman yang disertakan S.K. No. C2- 8331.HT.01.01.TH.96. tanggal 8 agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

PT.Perkebunan Nusantara III dalam keberlangsungannya memiliki lahan perkebunan dan pabrik pengolahan, pabrik pengolah karet (PPK) dan pabrik kelapa sawit (PKS). Data PKS PT.Perkebunan Nusantara III dan kapasitas olah dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

(31)

Tabel 2.1 Data PKS dan Kapasitas Olah (ton/jam)

No Pabrik Kelapa Sawit

Kapasitas olah (ton/jam)

1. Rambutan 30

2. Sei Mangke 75

3 Sei silau 60

4 Aek Nabara Selatan 60

5. Sisumut 30

6. Aek torop 60

7. Aek Raso 30

8. Torgamba 60

9. Sei Baruhur 30

10. Sei Daun 60

11. Sei Meranti 60

12. Hapesong 30

Jumlah Kapasitas 585

Sumber: Pengumpulan Data

Salah satu pabrik yang aktif adalah PKS Hapesong, yang terletak di desa Hapesong, kecamatan batangtoru kabupaten Tapanuli Selatan dan berjarak 395.2 km dari kota Medan. PKS Hapesong dibangun pada Juni 2014 dan beroperasi pada tahun 2015, lalu beroperasi selama 3 tahun berhenti, dan Commissioning kembali pada oktober 2017, dengan kapasitas olah 30 ton/jam.

(32)

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha PT.Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong, meliputi pengendalian bahan baku, pengadaan bahan baku, proses produksi dan penanganan limbah. Bahan baku yang digunakan adalah buah sawit yang berasal dari perkebunan milik sendiri (Kebun Hapesong dan Kebun Batangtoru) serta dari perkebunan pihak ketiga yakni perkebunan rakyat.

Proses produksi dilakukan mulai dari penimbangan tandan buah segar (TBS) pada stasiun timbangan sampai kepada pemisahan antara air, minyak sawit dan biji kelapa sawit. Produk dari pada perusahaan ini adalah minyak kelapa sawit yang disebut dengan Crude Palm Oil (CPO) dan kernel serta pengolahan lilmbah jangkos (janjang kosong) menjadi pupuk kompos, cangkang kernel menjadi bahan bakar boiler, serta limbah air CPO menjadi biogas. Daerah pemasaran produk PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong meliputi daerah Sumatera Utara, Pekanbaru, dan beberapa daerah luar negeri.

2.3 Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong berada di Jl. Jalan Batang Toru Siais KM. 5 Desa Perk. Hapesong Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), berada di Jl.

Sei Batanghari No. 2 Medan 20112 Sumatera Utara-Indonesia. Lokasi PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

(33)

sumber: google earth

Gambar 2.1 Lokasi PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong

2.4 Organisasi dan Manajemen 2.4.1 Struktur Organisasi

Organisasi perusahaan dibentuk oleh sekelompok orang untuk bekerjasama dalam mencapai suatu atau beberapa tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Struktur organisasi menjadi sebuah gambaran yang skematis, jelas dan terperinci tentang hubungan-hubungan, wewenang pemerintah, dan kerja sama diantara departemen, bagian-bagian, posisi-posisi, atau orang orang yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong, menggunakan struktur organisasi lini fungsional, dimana pelimpahan wewenamg berlangsung secara langsung dalam pengelolaan organisasi. Struktur organisasi

(34)

PT.Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong sebagaimana terdapat pada Gambar 2.2 berikut.

Sumber: Pengumpulan Data

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Perusahaan

2.4.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Setiap perusahaan harus memiliki sejumlah orang-orang yang tepat untuk mengelola dan menjalankan seluruh aktivitas perusahaan demi tercapainya visi dan misi perusahaan, demikian juga pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong.

Secara garis besar, fungsi atau bagian yang terdapat pada struktur organisasi memiliki tugas sebagai berikut :

1. Manajer

Manajer memiliki tugas – tugas sebagai berikut :

a. Memimpin perusahaan dan membawahi masinis kepala (maskep) dan kepala tata usaha (KTU).

(35)

b. Melaksanakan kebijakan direksi dalam pengontrolan seluruh kegiatan operasional di kebun.

c. Mendelegasikan wewenang tugas dan tanggungjawab kepada bawahan yang telah diangkat mampu untuk melaksanakan tugas.

2. Masinis Kepala

. a. Membawahi assisten laboratorium, asisten pengolahan, asisten teknik.

b. Meneliti, memberi petunjuk dan mengawasi seluruh pelaksanaan di pabrik.

3. Asisten Kepala

a. Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan asisten.

b. Mengawasi kegiatan kegiatan asisten.

c. Mengajukan saran dan usulan untuk meningkatkan efesiensi pabrik.

4. Asisten Tanaman

a. Mengkoordinasikan hasil tanaman di kebun kepada asisten kepala.

b. Bertanggung jawab akan seluruh buah TBS yang akan dibawa ke PKS.

5. Asisten Laboratorium

a. Menyusun RJP, RKAP, dan RKO bidang laboratorium dengan mengevaluasi RJP, RKAP dan RKO tahun sebelumnya agar tercapai sesuai dengan kondisi real.

b. Membantu manajer dalam mengelola fungsi-fungsi manajemen bidang laboratorium dengan memperdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dan tata kelola yang baik

(36)

6. Asisten Teknik

a. Membantu masinis kepala dalam mengelola fungsi-fungsi bidang teknik dengan memperdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik.

b. Menyusun rencana pemeliharaan peralatan/ mesin dan lainnya secara rutin baik preventive (Harian, Mingguan, Bulanan, dan Tahunan), maupun overhaul sehingga produktivitas mesin optimal.

7. Asisten Pengolahan

a. Membantu masinis kepala dalam mengelola fungsi-fungsi manajemen bidang pengolahan PKS dengan memperdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik.

b. Menilai kinerja karyawan yang berada dibagiannya dengan berpedoman pada instruksi kerja dan peraturan lain yang mengatur Sistem Penilaian Karya (SPK).

8. Asisten Tata Usaha

a. Membantu manager dalam mengelola fungsi-fungsi manajemen bidang administasi keuangan pergudangan dan kepersonalian dengan memperdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik

b. Membuat laporan kinerja bagian tata usaha dan personalia antara lain : LM, PB71, LPMU, Jamsostek, Pensiunan, Catu Beras, BAS, dan Perubahan

(37)

penduduk untuk diteruskan ke manager, distrik manager, dan kantor direksi untuk bahan evaluasi dan tindak lanjut.

9. Asisten Personalia

a. Melaksanakan Administrasi bidang kepersonalian dan kependudukan.

b. Mengerjakan daftar penilaian karyawan setiap periode penilian.

10. Mandor

a. Mengawasi tiap bidang yang ditengahi dan memberi masukan dan instruksi langsung dalam pengawasan selama operasi berlangsung

11. Krani

a. Mencatat dan membuat laporan dari bidang yang ditempati

b. membantu dan mewakili mandor dalam pengawasan bidang atau departemen

12. Operator

a. Mengoperasikan mesin dan mengawasi proses produksi yang menjadi tanggung jawab dari operator

13. Pembantu operator

a. membantu mendampingi operator dalam mengoperasikan alat dan mesin serta menggantikan jika terjadi kelelahan dan allowance

14. Petugas pengiriman

a. bertugas mengirim dan mengantarkan hasil olahan serta bertanggung jawab pada distribusi dan pengiriman

(38)

15. Satuan Pengaman (Satpam)

a. menjaga keamanan dan ketertiban serta menerima interaksi dari luar perusahaan

b. mencatat pasokan bahan baku yang masuk dan keluar dari perusahaan atau pabrik

16. Pelayan

a. bertugas melayani karyawan dan menyajikan kebutuhan b. melakukan penjagaan perawatan kebersihan kantor

2.4.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong (Persero), adalah 114 orang dengan karyawan pimpinan sebanyak 6 orang dan karyawan pealksana sebanyak 108 orang. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Alokasi Tenaga Kerja Perusahaan

NO KETERANGAN JUMLAH

1 Manager 1

2 Maskep 1

3 Asisten 4

4 Mandor 6

5 Krani 16

6 Analis 4

7 Mekanik 8

8 Pembantu Mekanik 4

9 Operator 34

(39)

Tabel 2.2 Alokasi Tenaga Kerja Perusahaan (Lanjutan)

NO KETERANGAN JUMLAH

10 Pembantu Operator 20

11 Sopir 3

12 Petugas pengiriman 1

13 Pelayan 2

14 Satpam 10

TOTAL 114

Sumber: Pengumpulan Data

Jam kerja yang terdapat pada perusahaan ini terbagi tiga bagian yaitu, 1. Waktu Kerja Security

Jadwal kerja security dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel. 2.3 Waktu Kerja Security

Hari Jam Kerja

Shift 1 Shift 2 Shift 3

Senin-Minggu 07.00-14.00 14.00-22.00 22.00-07.00

2. Waktu kerja proses

Waktu kerja proses tergantung pada ketersediaan bahan baku tandan buah segar, sisa tandan buah segar sehari sebelumnya, dan program pemeliharaan pabrik.

3. Waktu kerja kantor

Waktu kerja kantor dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Waktu Kerja Kantor

Jam kerja Keterangan

07.00-12.00 Kerja

12.00-13.00 Istirahat

13.00-16.00 Kerja

Sumber: Pengujmpulan Data

(40)

2.5 Proses Produksi Crude Palm Oil

Proses produksi crude palm oil (CPO) adalah sebuah proses untuk menghasilkan crude palm oil dengan bahan baku utama adalah biji kelapa sawit/

Tandan buah segar (TBS) yang didapatkan dari kebun seinduk(kebun milik perusahaan) dan buah hasil pembelian dari pihak ketiga, yakni buah dari kebun rakyat yang dipasok dari pengepul yang telah menjalin kesepakatan kontrak pada perusahaan.

Proses produksi CPO yang berlangsung pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong terdiri dari:

1. Sortasi

Buah diperiksa sesuai syarat dan spesifikasi matang, dengan kriteria matang I (5%), II (15%), III (40%), IV (40%). setelah diperiksa lalu diklarifikasikan buah yang terlalu muda dan sudah busuk tidak diterima dan dikembalikan kepada kebun seinduk dan/atau pengepul/pemasok buah. Sedangkan buah yang sesuai standar akan diterima dan diproses.

2. Loading Ramp (Penerimaan Tandan Buah Segar)

Buah disortir atau dipilah-pilah sesuai dengan kualitas yang diinginkan.

Kemudian buah di masukkan kedalam Lori (wadah yang digunakan untuk merebus buah).

3. Sterilizer (Stasiun Perebusan)

Alat merebus buah yang menggunakan uap basah dengan waktu 90 menit sampai 120 menit. Ketentuan waktu diambil dari tekanan yang terdapat pada bejana untuk merebus kemudian dipengaruhi oleh kualitasnya dengan tekanan 3 bar

(41)

absolut.

4. Thresher (Penebahan)

Buah dari stasiun perebusan masuk ke stasiun penebahan, yaitu pemipiran buah atau pemisahan buah dari janjangannya.

5. Press

Buah atau brondolan yang telah dipipir diarahkan ke stasiun press dengan 2 tahapan, yaitu dicacah dan di press hingga menghasilkan crude oil, fiber (ampas) serta nut (biji). Crude oil akan masuk ke stasiun klarifikasi, fiber (ampas) akan menjadi bahan bakar di boiler dan nut (biji) akan diarahkan ke stasiun kernel.

6. Klarifikasi

Buah yang telah di press dan menghasilkan crude oil (minyak mentah) yang akan dimurnikan di stasiun klarifikasi yaitu dimurnikan dari kotoran dan kadar air, dengan standar kotoran 0,018 – 0,02 serta standar kadar air 0,18 – 0,2.

Hasil dari stasiun klarifikasi adalah CPO dan hasil dari stasiun kernel adalah inti kernel, yang kemudian disimpan yakni CPO pada tangki penyimpanan berkapasitas 2.000 ton dan 1.000 ton sedangkan inti kernel disimpan pada storage dengan kapasitas 250 ton dan 250 ton.

(42)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia.

Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitas kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan Negara dan perkebunan rakyat.

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.

(Kiswanto, 2008)

(43)

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon dan ketinggiannya dapat mencapai 24 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil, apabila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Agar kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai minyak secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa sawit dari TBS (Tandan Buah Segar) hingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil). Hasil sebagi CPO dapat dimanfaatkan sebagai minyak goreng, sabun dan lilin.

(Supriyono, Bayu Azmi, 2008)

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Selain sebagai sumber minyak goreng kelapa sawit, produk turunan kelapa sawit ternyata masih banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain:

1. Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel;

2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun, Detergent, Shampoo dan Kosmetik;

(44)

3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings. ( I Made Mulyadi, 2013)

Tanaman kelapa sawit saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia. Perkembangan ekspor yang terus meningkat disertai dengan harga yang semakin membaik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit cukup potensial untuk dikembangkan. Tingginya permintaan industri dalam negeri maupun permintaan dunia terhadap minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil ) menyebabkan perkembangan perkebunan kelapa sawit baik PTPN, swasta maupun perkebunan rakyat meningkat (Zaenal, 2010).

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi kedua di dunia, yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008 tercatat 75,54 juta tandan buah segar (TBS) atau 40,26% dari total

(45)

produksi kelapa sawit dunia.

Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Sampai dengan tahun 2009 jumlah industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 608 pabrik yang tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan total kapasitas produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) mencapai 34.280 ton TBS/jam.( Yan Fauzi, 2012)

Salah satu rantai pasok yang sangat penting di Indonesia adalah rantai pasok minyak kelapa sawit. Nilai ekspor minyak sawit Indonesia ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.

Sumber: Hidayat, Syarif et al. 2012. Model Identifikasi Risiko dan Strategi Peningkatan Nilai Tambah pada Rantai Pasok Kelapa Sawit.

Gambar 3.1 Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa rantai pasok minyak kelapa sawit ini sangat penting karena nilai ekspor produk minyak sawit dan turunannya cenderung selalu meningkat. Pada tahun 2010 nilainya mencapai USD 15,6 milyar, berarti kenaikan se-besar 34,6% terhadap tahun 2009, dan memberikan pajak bea keluar

(46)

sebesar hampir US$ 2,8 milyar. Nilai ini berada pada urutan kedua setelah nilai ekspor produk non-migas Indonesia. (Syarif Hidayat, 2012)

Manajemen rantai pasok agroindustri menempatkan sistem manajemen panen-angkut-olah menjadi faktor kunci. Pengelolaannya perlu memperhatikan aspek biaya dan mutu. Manajemen rantai pasok agroindustri minyak sawit kasar perlu mempertimbangkan biaya dan mutu sebagai satu kesatuan dalam proses pengambilan keputusan. Kedua faktor ini penting dianalisis karena operasional rantai pasok dihadapkan pada tindakan penjaminan mutu dan mencapai skala ekonomis. Model untuk membantu pengambil kepuusan dalam menganalisis perencanaan dan pengendalian rangkaian kegiatan operasional rantai pasok secara terintegrasi menjadi sangat dibutuhkan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam model adalah pengelolaan risiko mutu, kebijakan persediaan minyak sawit kasar, panen-angkut-olah dan transportasi tandan buah segar. (Rika Ampuh Hadiguna, 2010)

3.2 Konsep Supply Chain

Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama- sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Pada suatu supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).

(47)

Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang menerima. Perusahaan pengapalan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. (Pujawan, 2015)

Ilustrasi ke-3 aliran di dalam supply chain ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut.

Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : pembayaran Material : retur, recycle,repair

Informasi : order, ramalan

Sumber : Pujawan, I Nyoman. 2015. Supply Chain Management Edisi II.

Gambar 3.2 Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

manufacturer distributor consumer

supplier Ritel/toko

(48)

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus finansial diantara perusahaan yang berpartisipasi.

1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.

2. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan.

3. Arus finansial meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman.

Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan. Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak. Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu adalah:

1. Supplier, yaitu sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai pasok barang akan dimulai atau disebut juga sebagai mata rantai yang pertama.

2. Manufacturer, pelaku yang memproses bahan baku menjadi produk yang direncanakan dan mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.

(49)

Misalnya, penghematan persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi.

3. Distributor / wholesaler, yaitu penyalur barang ke pelanggan dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer.

4. Retail outlets, yaitu pedagang besar yang biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan kepada pengecer. Potensi penghematan adalah persediaan dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer.

5. Customers, yaitu pembeli atau pengguna barang. Outlets adalah tempat dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Mata rantai pasok berhenti setelah barang diterima pemakai langsung yang dikenal dengan istilah end user.(Chopra dan Meindl, 2013)

Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:

Chain 1: Supplier

Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-

(50)

suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.

Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.

Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.

Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga

(51)

menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).

Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user. (Tri Ardi Kurniawan, 2017)

3.3 Food Supply Chain Network (FSCN)

Sistem pengukuran rantai pasok dalam perkembangannya perlu mengutamakan untuk mempertimbangkan rantai pasok sesuai dengan karakteristik yang spesifik. Karakteristik rantai pasok pangan berbeda dengan rantai pasok pada umumnya. Oleh karena itu rantai pasok pangan memiliki sistem pengukuran rantai pasok yang disesuaikan dengan karakeristiknya. (Yona Octava Purba, 2015)

(52)

Food supply chain memiliki karakteristik tambahan seperti batasan umur simpan, keragaman dari kualitas produk, undang-undang atau peraturan, permintaan yang tidak dapat diprediksi dan kebutuhan logistik yang khusus. Hal- hal tersebut menjadikan jaringan food supply chain memiliki keunikan tersendiri serta jaringan yang lebih kompleks dan dinamis. (Van der Vorst, 2000)

Diagram Skema Rantai Pasok ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut.

Sumber : Van der Vorst J, Beulens A, Paul Van Beek. 2005. Innovation in logistics and ICT in foodsupply chain networks.

Gambar 3.3 Diagram Skema Rantai Pasok

Setiap pelaku berada pada lapisan jaringan yang memiliki paling sedikit satu rantai pasok. Dari setiap rantai pasok biasanya memiliki pemasok dan konsumen pada saat yang bersamaan dan waktu yang berbeda. Pelaku lainnya pada jaringan mempengaruhi kinerja dari rantai pasok. Setiap pelaku bisa saja melakukan aturan yang berbeda pada rantai yang berbeda dan bekerjasama dengan rantai berbeda yang kemungkinan menjadi pesaingnya pada rantai lain. Oleh karena itu analisis

(53)

rantai pasok yang dievaluasi dalam konteks jaringan yang kompleks pada rantai pasok pangan, dinamakan Food Supply Chain Network (FSCN). Singkatnya, pelaku rantai kemungkinan terlibat pada rantai pasok yang berbeda pada FSCN yang berbeda dan berpartisipasi pada proses bisnis yang beranekaragam yang dapat berubah setiap waktu dan memiliki hubungan vertikal dan horizontal yang dinamis.

Van der Vost (2006) dan para peneliti telah mendiskusikan sebuah kerangka untuk menggambarkan rantai pasok, pelaku yang terlibat, proses, produk, sumber daya dan manajemen, hubungan, dan ciri khas untuk memahami rantai pasok yang kompleks yang disebut kerangka FSCN. Awal pembahasan dalam kerangka FSCN yaitu sasaran rantai (chain objectives) dengan mengidentifikasi karakteristik spesifik dari rantai pasok, pengintegrasian kualitas dan pengoptimalan rantai. (Yona Octava Purba, 2015)

Pada kerangka FSCN sejumlah karakteristik yang khas dari rantai pasok dapat diidentifikasi dengan membedakan empat unsur berikut yang melibatkan koordinasi didalamnya dan dapat digunakan untuk menggambarkan, menganalisis dan/atau mengembangkan rantai pasok yaitu:

1. Struktur rantai pasok menggambarkan aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan serta masing-masing peranannya dalam rantai pasok. Struktur juga menggambarkan elemen-elemen di dalam rantai pasok yang mampu mendorong terjadinya proses bisnis. Kuncinya adalah untuk memilah-milah mana anggota sangat penting untuk keberhasilan rantai pasok yang sejalan dengan tujuan rantai pasok, sehingga harus diberikan perhatian mengenai manajerial dan sumber daya.

(54)

2. Proses bisnis rantai pasok yang terstruktur, kegiatan bisnis yang terukur dirancang untuk menghasilkan output tertentu (yang terdiri atas tipe fisik produk, layanan, dan informasi) untuk pelanggan atau pasar tertentu. Selain proses logistik seperti operasi dan distribusi, dalam rantai pasok terdapat proses bisnis lain seperti pengembangan produk baru, pemasaran, keuangan, dan manajemen hubungan pelanggan. Dalam proses bisnis rantai pasok dapat dilihat apakah keseluruhan alur rantai pasok sudah terintegrasi satu sama lain dengan setiap anggota rantai pasok dan apakah integrasi tersebut sudah berjalan dengan baik serta menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategis tertentu mampu mewujudkan rantai pasok yang terintegrasi.

3. Manajemen rantai pasok menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan proses oleh anggota dalam rantai pasok, dengan memanfaatkan sumber daya yang teradapat dalam rantai pasok dengan tujuan untuk mewujudkan tujuan kinerja rantai pasok. Dengan adanya manajemen rantai pasok dapat diketahui pihak mana yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama dalam rantai pasok. Beberapa hal yang perlu dilihat juga adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontrak, dan sistem transaksi, serta dukungan pemerintah dan kolaborasi rantai pasok.

4. Sumber daya rantai pasok yang digunakan untuk menghasilkan produk dan memberikannya kepada pelanggan (disebut transformasi sumber daya).

(55)

Sumber daya rantai pasok dapat berupa sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan. (Murni Anggraeni, 2016)

Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok ditunjukkan pada Gambar 3.4 berikut.

Sumber: Van der Vorst J, Beulens AJM, Beek T. 2006. Performance Measurement In AgriFood Supply-Chain Networks.

Gambar 3.4 Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok

Dimulai dengan membahas struktur rantai (network structure) untuk menjawab pertanyaan siapa anggota dalam FSCN dan perannya dan apa saja aturannya. Demikian pula proses bisnis rantai (chain business processes) untuk menjawab pertanyaan yaitu siapa pelaku yang terlibat dalam proses FSCN dan bagaimana tingkat integrasi proses. Sedangkan manajemen rantai (chain management) menekankan manajemen diantara setiap proses, kontrak yang terjalin

(56)

dan sejauh mana dukungan pemerintah. Sumber daya rantai (chain resources) yaitu sumber daya yang digunakan dalam setiap proses. Oleh karena itu pengukuran kinerja rantai pasok (chain performance) penting untuk melihat sejauh mana efisiensi dan efektifitas rantai pasok. (Yona Octava Purba, 2015)

Penelitian ini membutuhkan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan sekunder. Untuk menganalisis rantai pasok diperlukan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan secara deskriptif sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Network (FSCN). (Clara Yolandika, 2016)

Tabel Proses Bisnis dalam Rantai Pasok ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Proses Bisnis dalam Rantai Pasok

Proses Bisnis Keterangan

Costumer Relationship Management Penyesuaian kesepakatan pelayanan dengan pelanggan yang potensial

Costumer Service Management Penyediaan informasi yang jelas kepada pelanggan perihal waktu keberangkatan produk, ketersediaan produk, dan kegiatan distribusi

Demand management Penyeimbangan kebutuhan pelanggan dengan kapasitas persediaan perusahaan

Order fulfilment Pengiriman produk dan menyesuaikan sesuai waktu yang diminta pelanggan

Manufacturing Flow Management Penyediaan produk sesuai pesanan pelanggan

Procurement Pengembangan rencana strategi dengan

pemasok untuk mendukung manajemen aliran barang, pengembangan produk baru

(57)

Tabel 3.1 Proses Bisnis dalam Rantai Pasok (Lanjutan)

Proses Bisnis Keterangan

Product Development and Commer- sialisation Pelanggan dan pemasok harus terintegrasi dengan proses - pengembangan produk agar menghemat waktu untuk dipasarkan

Proses pengembalian Penyesuaian proses untuk mencapai efisiensi pengembalian produk yang dapat digunakan kembali

Sumber : Lambert DM, Cooper MC. 2000. Issues in supply chain management. Industrial Marketing Management.

Tiga keputusan utama dari manajemen rantai pasok menurut Lambert dan Cooper et al (2000) yaitu:

1. Struktur Jaringan Rantai Pasok (Pelaku penting yang terlibat dalam rantai pasok) ; 2. Proses Bisnis Rantai Pasok (Proses bisnis yang terjalin antar pelaku rantai pasok);

3. Komponen Manajemen Rantai Pasok (Manajemen yang harus dilaksanakan antar proses yang saling terkait).

Tabel Dua Kelompok Komponen Manajemen yang Harus diselaraskan dalam Rantai Pasok ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Dua Kelompok Komponen Manajemen yang Harus diselaraskan dalam Rantai Pasok

Physical and technical components Managerial and behaviourial components Metode perencanaan dan pengawasan Filosofi usaha dan teknik manajemen

Susunan aktivitas/ aliran kerja Budaya dan perilaku disekitar usaha

Susunan organisasi Risiko usaha

Aliran informasi Kondisi kepemimpinan dan wewenang

Aliran Barang Aliran uang

Sumber: Lambert DM, Cooper MC. 2000. Issues in supply chain management. Industrial MarketingManagement.

Gambar

Tabel 1.1 Data produksi CPO dan TBS olah PT. Perkebunan Nusantara III  PKS Hapesong
Gambar 2.1 Lokasi PT. Perkebunan Nusantara III PKS Hapesong
Gambar 2.2.  Struktur  Organisasi  Perusahaan
Ilustrasi  ke-3  aliran  di  dalam  supply  chain  ditunjukkan  pada  Gambar  3.2  berikut
+7

Referensi

Dokumen terkait