• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Optimasi Produksi pada Rantai Pasok Crude Palm Oil dengan Metode Algoritma Genetika di PT. Perkebunan Nusantara III Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangan Optimasi Produksi pada Rantai Pasok Crude Palm Oil dengan Metode Algoritma Genetika di PT. Perkebunan Nusantara III Chapter III VII"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Supply Chain

Menurut Pujawan (2005), supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Hubungan dari komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Supplier Finansial : invoice, term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : pembayaran

Material : retur, recycle, repair

Informasi : order, ramalan, RFQ/ RFP

Sumber: I Nyoman Pujawan, 2005

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang

Dikelola

(2)

(downstream). Misalnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua, aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Misalnya informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Perusahaan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat.

3.2. Supply Chain Management

Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982. Bila supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, maka SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi.

(3)

masing-masing untuk mendistribusikan produknya dengan waktu sesingkat mungkin sehingga berpengaruh pada jaringan supply chain secara keseluruhan.

3.3. Rantai Pasok Kelapa Sawit

Menurut Pahan (2006), minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara, minyak makan merupakan salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak makan di dalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa.

Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Sistem agribisnis dikelompokkan menjadi empat subsistem kegiatan, yaitu pengadaan sarana produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi primer (budi daya), pengolahan (agroindustri hilir), dan pemasaran. Dengan demikian, agrobisnis merupakan gabungan dari agroindustri, budi daya pertanian, dan pemasaran.

(4)

sistem mutlak didukung oleh keberadaan subsistem penyusunnya sehingga tidak ada subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya.

Subsistem 1

Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi Sumber: Soehardjo dalam Sa’id dan Intan, 2001

Gambar 3.2. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya

Subsistem dalam sistem agribisnis kelapa sawit di Indonesia mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Pada Gambar 3.2. tanda panah ke belakang (ke kiri) pada subsistem

pengolahan menunjukkan bahwa Subsistem 3 akan berfungsi dengan baik jika ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh Subsistem 2. Tanda panah ke depan (ke kanan) pada subsistem 3 menunjukkan bahwa subsistem pengolahan akan berhasil dengan baik jika menemukan pasar untuk produknya.

(5)

Para Pelaku

Konsumen

Membeli produk agroindustri kelapa sawit untuk tujuan konsumsi

Pengecer

Menjual produk agroindustri kelapa sawit untuk konsumen akhir:

- Pasar tradisional - Toko/ warung

Pedagang besar

Membeli produk agroindustri kelapa sawit (MKS dan turunannya) dalam jumlah besar:

- Trading house - Industri berbahan baku produk turunan MKS - Hypermarket

Prosesor

Hulu: mengolah TBS menjadi MKS, IKS

Hilir: edible dan nonedible

Usaha tani

Menanam kelapa sawit, memanen TBS dan menjualnya ke PKS: Perkebunan Rakyat, PBSN/PBSA, Perkebunan Negara

Pemasok

Memasok bahan baku untuk usaha tani, seperti agrokimia, benih, dan alat mesin pertanian

Para Pembina dan Pemandu Sistem

- Keamanan produk tentang pengetahuan keamanan produk bidang pemasaran dan SCM - Lingkungan (planet)

- Mendidik tenaga kerja siap latih dalam bidang agroindustri kelapa sawit

- Meneliti pengembangan portofolio produk industri hilir edible dan nonedible, seperti oleo-chemical dan biodiesel - Lingkungan (planet)

- Mendidik tenaga kerja siap latih dalam bidang perkebunan kelapa sawit

- Standarisasi Mutu - Mendidik tenaga kerja siap latih dalam bidang pemuliaan tanaman dan teknik mesin

- Perbaikan safety fact - Perbaikan genetik (pemuliaan) kelapa sawit

Gambar 3.3. Matriks Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis Kelapa Sawit Indonesia

(6)

Pemerintah berperan sebagai Pembina, pengatur dan pengawas beroperasinya mekanisme sistem agribisnis kelapa sawit secara vertikal. Pembinaan dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk memperkuat ikatan keterpaduan antarpelaku. Pengaturan dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pemenuhan hak dan kewajiban anterpelaku secara proporsional, sekaligus menyediakan sarana pelayanan yang mampu menjamin terselenggaranya integrasi sistem agribisnis kelapa sawit dengan kuat. Pengaturan ini tidak dimaksudkan sebagai campur tangan pemerintah pada sistem agribisnis kelapa sawit secara langsung (seperti tata niaga), atau sebagai pelaku. Pengawasan dilakukan sebagai upaya untuk menjamin terselenggaranya sistem agribisnis kelapa sawit berdasarkan prinsip efektivitas, efisiensi, dan proporsional. Dengan pengawasan ini, pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan pengedalian jika terjadi penyimpangan arah dan tujuan sistem.

Manajer merupakan perpanjangan tangan para pelaku untuk menjalankan fungsi manajemen di dalam sistem agribisnis kelapa sawit, yaitu membawa keteraturan dan konsistensi menggunakan perencanaan yang formal, merancang struktur organisasi, dan memonitor hasil dibandingkan dengan rencana.

Kelembagaan pendukung yang berasal dari pendidik berperan sebagai pendidik, penyuluh, dan pembimbing para pelaku sistem agribisnis kelapa sawit sehingga setiap pelaku dapat bekerja dan memiliki kualifikasi sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam sistem agribisnis kelapa sawit tersebut.

(7)

Integrasi vertikal hanya dapat terselenggara jika terdapat hubungan yang saling menguntungkan secara proporsional dan saling mendukung antarpelaku dalam sistem agribisnis kelapa sawit. Keterkaitan yang saling menguntungkan secara proporsional tersebut merupakan pondasi yang kuat untuk membangun integrasi vertikal karena adanya jaminan pemenuhan hak dan kebutuhan pelaku.

3.4. Kualitas Produk Kelapa Sawit

Menurut pahan (2006), kualitas didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa untuk menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan hubungan yang ditentukan atau tersirat.

Pada negara maju, konsumsi minyak dan lemak dipengaruhi oleh pertumbuhan GDP dan pertambahan penduduk. hal ini berarti bahwa pada negara maju harus diupayakan agar penggunaan minyak sawit dapat mensubstitusi penggunaan minyak nabati lain. Sasaran tersebut mengharuskan peningkatan kemampuan industry minyak sawit untuk menyediakan produk dengan kualitas yang baik dan harga yang lebih rendah dari minyak nabati pesainnya.

Pada negara-negara yang sedang berkembang, konsumsi minyak dan lemak relative masih rendah karena GDP yang rendah dan daya beli yang rendah. Dengan demikian, untuk dapat meningkatkan konsumsi pada negara-negara berkembang, harus diusahakan minyak sawit selalu lebih rendah dari minyak nabati substitusinya sehingga lebih disukai masyarakat.

(8)

Harga yang wajar berarti mempertahankan harga pokok dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas serta pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap proses pengolahan dari bahan baku sampai produk akhir. Dengan demikian, secara menyeluruh diperlukan adanya peningkatan kualitas dalam arti luas yang mencakup kualitas kerja, kualitas pelayanan, kualitas informasi, dan lain-lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas CPO adalah Asam lemak bebas.

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat. Penurunan kualitas produk CPO akan mengakibatkan menurunnya harga jual CPO sehingga memberikan penurunan pendapatan bagi perusahaan. ALB baru terbentuk setelah buah terlepas dari pohonnya (sejak buah dipanen).

Dalam mekanisme input-proses-output, mutu bahan baku sangat menentukan produk yang dihasilkan. Keragaman pengawasan kualitas produk kelapa sawit sangat ditentukan oleh hal berikut:

1. Panen

(9)

2. Transportasi

Keterlambatan pengangkutan atau buah yang bermalam di atas truk dapat menyebabkan penurunan kualitas CPO. Pengawasan pengangkutan oleh kebun yang kurang mendapat perhatian sering mengakibatkan buah tercampur dengan pasir yang berbahaya bagi operasional PKS.

3. Pengolahan

Perubahan kualitas minyak selama proses dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan peralatan yang digunakan. Sistem pengolahan yang tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah dan daya saing yang rendah. Semakin lama minyak diproses, mutu dari minyak juga akan menurun.

4. Penyimpanan dan penimbunan

Temperature penyimpanan yang tidak terkontrol dan melebihi 55o C menyebabkan terjadinya oksidasi dan hidrolisis. Akibatnya, kualitas minyak akan menurun.

3.5. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Menurut Pujawan (2005), perencanaan dan pengendalian dalam supply chain memainkan peranan yang sangat vital. Bagian inilah yang banyak bertugas

(10)

Kegiatan perencanaan harus dilakukan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak lain pada supply chain untuk menentukan banyak suatu produk akan diproduksi, informasi tentang data penjualan terakhir di tingkat ritel serta berapa banyaknya stok produk yang masih dimiliki sangat penting diketahui oleh pabrik.

3.6. Definisi Optimasi

Menurut Supranto (1982), Pada dasarnya persoalan optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi x beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (man), uang (money), material yang merupakan input, serta waktu dan ruang.

Menurut Berlianty dan Arifin (2010), Optimasi adalah proses pencarian satu atau lebih penyelesaian layak yang berhubungan dengan nilai-nilai ekstrim dari satu atau lebih nilai objektif pada suatu masalah sampai tidak terdapat solusi ekstrim yang dapat ditemukan.

Menurut Rao (1984), Optimasi merupakan suatu upaya sistematis untuk memilih elemen terbaik dari suatu kumpulan elemen yang ada. Didalam konteks matematika, optimasi ini bisa dinyatakan sebagai suatu usaha sistematis untuk mencari nilai minimum atau maksimum dari suatu fungsi. Dengan kata lain, optimasi merupakan proses mencari nilai terbaik berdasarkan fungsi tujuan dengan daerah asal yang telah didefinisikan. Fungsi ini secara sederhana dapat dinyatakan dengan:

(11)

3.7. Algoritma Genetika

Menurut Goldberg (1989), Algoritma genetika ditemukan oleh John Holand dari Universitas Michigan. Saat ini algoritma genetika mulai banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi. Algoritma genetika merupakan metode optimasi yang tidak berdasarkan matematika, melainkan berdasarkan fenomena alam yang dalam penelusurannya mencari titik optimal berdasarkan pada ide yang ada pada genetika, yaitu ilmu yang membahas tentang sifat keturunan yang diwariskan dan teori Darwin “survival of the fittest”.

Inti dari algoritma genetika adalah secara bertahap akan mencari solusi terbaik (survival of the fittest) dari begitu banyak solusi yang ada. Pertama algoritma genetika bekerja dengan membuat beberapa solusi secara acak. Solusi tersebut akan mengalami proses evolusi secara terus menerus dan akan menghasilkan suatu solusi yang lebih baik. Setiap solusi yang terbentuk mewakili satu kromosom dan satu individu terdiri dari satu kromosom. Kumpulan dari individu-individu ini akan membentuk suatu populasi, dari populasi ini akan lahir populasi-populasi baru sampai dengan sejumlah generasi yang ditentukan.

3.7.1. Langkah-langkah Algoritma Genetika

Menurut Gen dan Cheng (2000), Langkah-langkah pemecahan masalah dengan algoritma genetika adalah sebagai berikut:

1. Representasi (penyandian)

(12)

2. Penentuan Parameter

Yang disebut dengan parameter disini adalah parameter kontrol algoritma genetik, yaitu ukuran populasi (popsize), peluang crossover (pc), dan peluang mutasi (pm). Nilai parameter ini ditentukan juga berdasarkan permasalahan yang akan dipecahkan.

3. Inisialisasi Populasi Awal

Tentukan ukuran populasi yang digunakan (popsize) kemudian lakukan pengacakan dan hitung nilai fitness untuk setiap kromosom.

4. Seleksi

Seleksi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan reproduksi yang lebih besar bagi anggota populasi yang paling fit. Seleksi akan menentukan individu-individu mana saja yang akan dipilih untuk dilakukan rekombinasi dan bagaimana offspring terbentuk dari individu-individu terpilih tersebut. 5. Persilangan (Crossover)

Persilangan dilakukan untuk memperoleh keturunan individu-individu yang terbaik dengan mengawinkan pasangan individu terpilih.

6. Mutasi

Tujuan dilakukan mutasi sama dengan persilangan yaitu untuk mendapat individu yang mempunyai nilai fitness terbaik dengan cara mengganti satu atau beberapa gen dari individu terpilih.

3.7.2. Kriteria Berhenti dalam Algoritma Genetik (Keadaaan Steady State)

(13)

terdiri dari sejumlah individu menghasilkan nilai yang tidak lebih baik dari generasi sebelumnya atau tetap (sama dengan generasi sebelumnya), maka keadaan tersebut dinamakan steady state. Menurut Budi Sukmawan dalam Sekilas tentang Algoritma Genetika dan Aplikasinya pada Optimasi Jaringan Pipa Air Bersih, beberapa kriteria berhenti (keadaan steady state) yang sering digunakan antara lain :

1. Berhenti pada generasi tertentu.

2. Berhenti setelah dalam beberapa generasi berturut-turut didapatkan nilai fitness tertinggi tidak berubah (steady state).

3. Berhenti bila dalam n generasi berikut tidak didapatkan nilai fitness yang lebih

3.8. Logika Fuzzy

(14)

3.8.1. Himpunan Fuzzy

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2010), pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan µA(x), memiliki dua kemungkinan, yaitu:

1. Satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan, atau

2. Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan.

Pada kondisi tertentu himpunan crisp tidaklah tepat untuk digunakan. Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut. Menurut Kusumadewi (2002), Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi karakteristik sedemikian sehingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada interval [0,1]. Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa suatu item dalam semesta pembicaraannya tidak hanya berada pada 0 atau 1, namun juga nilai yang terletak di antaranya. Dengan kata lain, nilai kebenaran suatu item tidak hanya menunjukkan benar atau salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan masih ada nilai-nilai terletak antara benar dan salah. Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:

1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi tertentu, seperti: rendah, sedang, tinggi, A1, A2, dsb.

(15)

3.8.2. Fungsi Keanggotaan

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2010), fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam derajat keanggotaannya yang memiliki interval antara 0 sampai 1.

Menurut Wang (1997), fuzzifikasi merupakan proses pengubahan input berupa data real menjadi nilai fuzzy melalui pendekatan fungsi keanggotaan atau menggunakan fuzzifier. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Berikut ini adalah beberapa jenis pendekatan yang ada:

1. Representasi kurva segitiga:

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear) seperti terlihat pada Gambar 3.4.

a b c

0 1

Derajat keanggotaan

µ(x)

Sumber: Kusumadewi dan Purnomo, 2010

Gambar 3.4. Kurva Segitiga

(16)

2. Representasi kurva-S

Kurva pertumbuhan dan peyusutan merupakan kurva-S yang berhubungan dengan kenaikan dan penurunan permukaan secara tak linear.

Fungsi keanggotaan pada kurva pertumbuhan adalah:

Fungsi keanggotaan pada kurva penyusutan adalah:

3.8.3. Operasi dalam Himpunan Fuzzy

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2010), Nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 himpunan sering dikenal dengan nama fire strength atau α -predikat. Ada 3 operator dasar yang diciptakan Zadeh yaitu:

1. Operator AND

(17)

2. Operator OR

Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. α-predikat sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antarelemen pada himpunan-himpunan bersangkutan.

3. Operator NOT

Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan. α -predikat sebagai hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dengan mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari 1.

3.8.4. Fungsi Implikasi

Menurut Wang (1997), dalam sistem dan kontrol fuzzy, pengetahuan manusia dinyatakan dalam istilah aturan fuzzy jika-maka. Bentuk Umum aturan fuzzy jika-maka adalah:

IF < fuzzy proposition >, THEN <fuzzy proposition>

Sebelum membahas tentang aturan fuzzy, akan dijelaskan proposisi fuzzy terlebih dahulu. Proposisi fuzzy memiliki 2 jenis, yaitu proposisi fuzzy atomic dan proposisi fuzzy compound. Proposisi fuzzy atomic merupakan sebuah kalimat tunggal, misalnya:

X adalah A

(18)

Jika proposisi fuzzy atomic dikomposisikan menggunakan kata penghubung “dan”, “atau” dan “bukan” maka disebut sebagai proposisi fuzzy compound, misalnya:

X adalah S atau X bukan M

X bukan S dan X bukan F

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2010), proposisi yang mengikuti IF disebut sebagai antiseden, sedangkan proposisi yang mengikuti THEN disebut sebagai konsekuen.

3.8.5. Fuzzy Rule Base

Menurut Wang (1997), Sebuah fuzzy rule base terdiri dari sebuah set aturan fuzzy Jika-Maka. Fuzzy rule base merupakan inti dari sistem fuzzy. Karena fuzzy rule base berisi himpunan aturan fuzzy jika-maka, maka akan timbul banyak

pertanyaan tentang hubungan aturan satu dengan aturan yang lain.

Suatu himpunan aturan fuzzy jika-maka dinyatakan lengkap jika untuk setiap terdapat setidaknya satu aturan yang ada dalam aturan fuzzy, katakan Ru(l), sedemikian sehingga dimana dimana,

1. Ru(l) menyatakan aturan ke-l 2. i = 1, 2, …, n

(19)

Fuzzy rule base dinyatakan konsisten jika tidak ada bagian antiseden yang

sama tapi memiliki konsekuen yang berbeda. Untuk mendapatkan fuzzy rule base maka dapat dilakukan berbagai cara, antara lain:

1. Menanyakan hubungan keterkaitan antara variabel-variabel yang akan dihubungankan kepada pakar (ahlinya).

2. Menggunakan algoritma pelatihan berdasarkan data masukan dan keluaran.

3.8.6. Fuzzy Inference Engine

Menurut Wang (1997), Inferensi fuzzy merupakan suatu pemetaaan himpunan fuzzy A’ di U ke suatu himpunan fuzzy B’ di V. Dengan kata lain, inferensi fuzzy merupakan proses pengolahan input berupa nilai fuzzy yang didapat dari fuzzifier dengan mengkombinasikan fuzzy rule base untuk memperoleh output berupa nilai fuzzy baru. Alat yang digunakan dalam proses fuzzy inference disebut fuzzy inference engine.

3.8.7. Defuzzifier

(20)

Defuzzifier ini solusi nilai tegas diperoleh dengan cara mengambil titik pusat y* daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan:

Dimana,

adalah integral biasa

adalah derajat keanggotaan setelah inferensi

3.8.8. Fuzzy Inference System

Menurut Wang (1997), Sistem fuzzy merupakan sistem yang didasarkan pada aturan ataupun pengetahuan. Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2010), ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy, yaitu:

1. Variabel Fuzzy

Varibel fuzzy merupakan variable yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy.

2. Himpunan Fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variable fuzzy.

3. Semesta Pembicaraan

(21)

dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif.

4. Domain

Domain himpunan fuzzy yaitu keseluruhan nilai yang diizinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy.

Menurut Wang (1997), Secara sederhana, sistem fuzzy merupakan keseluruhan proses pengolahan input tegas menjadi output tegas menggunakan

fuzzifier, fuzzy rule base, fuzzy inference engine, dan defuzzifier.

Fuzzy Rule Base

Fuzzy Inference Engine

Fuzzifier Defuzzifier

Fuzzy sets in U Fuzzy sets in V

x in U y in V

Sumber: Wang, 1997

Gambar 3.5. Konfigurasi Dasar dalam Sistem Fuzzy

Terdapat beberapa Metode fuzzy inference system yang sering digunakan, salah satunya adalah Metode Mamdani. Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2010), metode Mamdani sering dikenal sebagai metode Max-Min. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk mendapatkan output, diperlukan 4 tahapan:

1. Pembentukan Himpunan Fuzzy

Pada Metode Mamdani, baik variable input maupun output dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy

2. Aplikasi Fungsi Implikasi

(22)

3. Komposisi Aturan

Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum dari korelasi antar aturan aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan operator “atau” (gabungan). Jika semua proposisi telah dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan yang merefleksikan kontribusi dari tiap-tiap proposisi. Secara umum dapat dituliskan:

Dengan:

µsf (xi) = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i;

µkf (xi) = nilai keanggotaan konsekuensi fuzzy aturan ke-i

4. Penegasan (Defuzzy)

Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut.

3.9. Software Matlab

Menurut Santoso (2008), Matlab® adalah suatu bahasa pemrograman tingkat tinggi yang diperuntukkan untuk komputasi teknis. Matlab mengintegraskan aspek komputasi, visualisasi dan pemrograman dalam suatu lingkungan yang mudah dilakukan.

(23)
(24)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III yang

terletak di Desa Pagas Bagas, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai, Sumatera

Utara. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Mei 2017 - Agustus 2017.

4.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial dari objek penelitian dengan tujuan memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter khas dari kasus (Sinulingga, 2016). Penelitian ini mempelajari optimasi rantai pasok CPO secara intensif pada interaksi yang membentuk rantai pasok yaitu pihak kebun, pengangkutan, dan pabrik di PTPN III PKS rambutan sehingga dapat diperoleh gambaran detail permasalahan yang ada.

4.3. Objek Penelitian

(25)

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ketersediaan TBS, yaitu ketersediaan TBS dari setiap kebun yang ada.

b. Jumlah TBS, yaitu jumlah TBS dari setiap kebun yang digunakan sebagai bahan baku CPO.

c. Jumlah truk, yaitu jumlah truk yang digunakan dalam proses pengangkutan TBS dari kebun setiap kebun ke pabrik.

d. Jumlah persediaan pada tangki timbun, yaitu jumlah persediaan akhir pada tangki timbung CPO.

e. Jumlah produksi CPO yaitu jumlah output yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS.

f. Ketersediaan kapasitas pabrik, yaitu kemampuan pabrik dalam mengolah TBS persatuan waktu.

g. Target Produksi CPO, yaitu jumlah produksi CPO minimum yang harus dicapai prabrik

h. Faktor rendemen CPO, yaitu persentase rendemen TBS setiap kebun pemasok. i. Persentase TBS yang tidak memenuhi spesifikasi.

j. Kapasitas tangki timbun CPO, kemampuan maksimum tangki timbun CPO. k. Tingkat persediaan pengaman CPO, jumlah CPO minimum yang harus

tersedia pada tangki timbun.

(26)

m. Biaya pengolahan CPO, biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram CPO.

n. Biaya transpotasi truk antara afdeling ke PKS o. Biaya di tangki timbun CPO.

p. Biaya Perolehan TBS, yaitu biaya yang dibutuhkan kebun dalam menghasilkan setiap kilogram TBS.

q. Jarak, yaitu jarak antara setiap kebun ke PKS

r. Curah hujan, yaitu curah hujan pada kebun pada masa sebelumnya.

s. Jumlah hari hujan, yaitu jumlah hari hujan pada kebun pada masa sebelumnya. t. Jumlah produksi TBS, yaitu data historis produksi TBS dari setiap kebun.

4.5. Kerangka Konseptual

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Biaya Minimum Optimasi Produksi

Jumlah TBS Biaya

Jumlah Produksi

Jumlah Truk Jumlah Persediaan

CPO

(27)

4.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung pada objek yang diteliti untuk memperoleh data yang relevan

2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan pimpinan maupun pekerja mengenai hal-hal yang berhubungan informasi yang dibutuhkan.

3. Dokumentasi perusahaan, yaitu mengulas dan mengumpulkan data dari buku, laporan-laporan, dan jurnal pihak perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Ditinjau dari jenis data, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini beserta metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Data Primer, yaitu data yang berasal dari hasil observasi dan interview langsung mengenai objek penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa proses produksi CPO mulai dari bahan baku hingga penimbunan.

2. Data Sekunder

(28)

4.7. Metode Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Sistem fuzzy pada parameter ketersediaan TBS

Pada poin akan dijelaskan mengenai sistem fuzzy yang akan digunakan pada prakiraan ketersediaan TBS untuk Triwulan III 2017. Data yang dibutuhkan dalam pengolahan data yaitu data historis curah hujan, hari hujan dan produksi TBS. Pengolahan data akan dilakukan menggunakan software matlab.

2. Pemodelan Kendala Sasaran

Fungsi kendala diperlukan agar output yang ingin diperoleh dapat diterapkan. Fungsi kendala ini diperoleh dari batasan-batasan yang ada pada perusahaan. Parameter-parameter yang digunakan pada fungsi kendala dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Parameter Fungsi Kendala CPO

Notasi Keterangan Satuan Tipe Data

it Prakiraan ketersediaan TBS dari kebun i pada

periode-t (ton)

Kg Real

KP Ketersediaan kapasitas pabrik Kg/jam Real

Mt Target produksi CPO periode-t Kg Real

rsit Faktor rendemen TBS dari kebun i pada

periode-t

% Real

et Persentase TBS yang tidak memenuhi

spesifikasi pada periode-t

% Real

KT Kapasitas tangki timbun Kg Real

SSt Tingkat persediaan pengaman pada periode-t Kg Real

KAit Truk yang tersedia dari kebun i pada periode-t Unit Integer

bt Biaya produksi CPO pada periode-t Rp/kg Real

(29)

Tabel 4.1. Parameter Fungsi Kendala CPO (Lanjutan)

Notasi Keterangan Satuan Tipe Data

pit Biaya perolehan TBS dari kebun i pada

periode-t

Rp/kg Real

G Kapasitas Truk Kg/unit Interger

ht Biaya transpotasi truk pada periode-t Rp/Km Real

Ji Jarak antara Afdeling i ke PKS Km Real

Pi Jumlah trip truk per hari - Integer

wdt Jumlah hari kerja periode-t hari Integer

Pada pemodelan fungsi kendala juga diperlukan variabel fungsi tujuan yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Varibel Keputusan Rantai Pasok CPO

Notasi Keterangan Satuan Tipe Data

Xit* Jumlah TBS yang harus di kirimkan dari kebun i

ke pabrik pada periode-t *(i=1,2,3…,8)

Kg Real

X9t Jumlah produksi CPO pada periode-t Kg Real

X10t Jumlah persediaan tangkin timbun pada periode-t Kg Real

Xit Jumlah truk yang dibutuhkan di kebun i pada

periode-t (i=11,12,13…,18)

Unit Integer

Berikut adalah fungsi kedala yang ada pada proses produksi CPO PTPN III Rambutan:

1) Ketersediaan TBS

(30)

2) Volume produksi

Kendala kedua adalah volume produksi CPO yang dihasilkan sesuai dengan pasokan TBS. Bahan baku berupa TBS yang akan diolah harus memenuhi standar perusahaan, oleh karena itu TBS akan diperiksa terlebih dahulu sebelum diolah. Faktor rendemen juga akan mempengaruhi CPO yang dihasilkan.

Jumlah CPO yang diproduksi tidak boleh kurang dari target produksi.

Jumlah TBS olah tidak boleh melebihi kapasitas pabrik.

3) Persediaan

Kendala ketiga adalah pengendalian CPO di tangka timbun. Jumlah CPO di tangka timbun diperngaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah CPO pada tangki di periode sebelumnya, jumlah CPO yang diproduksi saat ini dan Jumlah permintaan CPO saat ini.

Kebijakan stok pengaman yang harus dipenuhi juga harus diperhatikan.

(31)

4) Kebutuhan Truk

Kendala keempat adalah kebutuhan truk pengangkut TBS boleh melebihi truk yang tersedia.

Jumlah truk yang digunakan juga tidak boleh kurang dari ketuhan angkut periode tertentu. Formulasinya dapat dilihat sebagai berikut:

3. Pemodelan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan dari model matematis ini adalah minimisasi total biaya yang terdiri dari biaya perolehan TBS, biaya produksi,CPO, biaya penimbunan CPO serta biaya pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik.

Min Z =

4. Pembuatan Model Optimasi

Yaitu penyatuan dari pemodelan fungsi tujuan dan pemodelan kendala sasaran yang telah dibuat.

5. Penyelesaian Model Optimasi Menggunakan Algoritma Genetika.

Penyelesian model akan menghasilkan output yang berguna dalam perencanaan produksi. Penyelesaian model optimasi ini dibantu dengan menggunakan software Matlab.

4.8. Metode Analisis

(32)

adalah analisis sistem rantai pasok CPO, analisis sistem rantai pasok CPO Aktual dan terakhir yaitu analisis sistem rantai pasok CPO Usulan.

Dari jabaran yang telah dilakukan maka dapat diketahui penelitian dilaksanakan dengan mengikuti blok diagram yang terdapat pada Gambar 4.2.

MULAI

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal

belum optimalnya perencanaan produksi pada rantai pasok CPO yang ditandai dengan ketidak-seimbangan perencanaan produksi

Data Sekunder

1. Prakiraan ketersediaan TBS dari setiap kebun periode t (kg) 2. Jumlah produksi TBS periode t (kg)

3. Ketersediaan kapasitas pabrik (kg/jam) 4. Target Produksi CPO periode t (kg)

5. Faktor rendemen CPO dari setiap kebun (dalam %)

6. Persentase TBS yang tidak memenuhi spesifikasi periode t (dalam %) 7. Kapasitas tangki timbun CPO (kg)

8. Tingkat persediaan pengaman CPO periode t (kg) 9. Truk yang tersedia periode t (unit)

10. Biaya pengolahan CPO per ton

11. Biaya transpotasi truk antara afdeling ke PKS (Rp/Km) 12. Biaya di tangki timbun CPO periode t

13. Biaya Perolehan TBS per ton dari setiap kebun periode t 14. Jarak antara kebun ke PKS (Km)

15. Curah hujan periode t (mm) 16 Jumlah hari hujan periode t

Pengolahan Data

1. Sistem fuzzy pada parameter ketersediaan TBS 2. Pemodelan sasaran kendala

3. Pemodelan fungsi tujuan 4. Pembuatan model optimasi

5. Penyelesaian model optimasi menggunakan algoritma genetika

Analisis Pemecahan Masalah

1. Analisis sistem rantai pasok CPO

2. Analisis sistem rantai pasok CPO Aktual 3. Analisis sistem rantai pasok CPO Usulan

Kesimpulan dan Saran

(33)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Terdapat beberapa tahapan pada sub-bab pengumpulan data dan pengolahan data. Tahapan yang pertama yaitu pengumpulan dan pengolahan data sistem fuzzy pada parameter ketersediaan TBS, prakiraan ketersediaan TBS, prakiraan ketersediaan TBS menggunakan software Matlab, pemodelan fungsi kendala, pemodelan fungsi tujuan, pembuatan model optimasi dan yang terakhir yaitu penyelesaian model optimasi menggunakan algoritma genetika.

5.1. Sistem Fuzzy pada Parameter Ketersediaan TBS

Ketersediaan TBS mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung kelancaran produksi CPO. Oleh karena itu, prakiraan ketersediaan TBS sebagai menjadi penting sebagai salah satu aspek pendukung keputusan didalam manajemen rantai pasok CPO. Lingkungan ketidak-pastian akan ketersediaan TBS siap panen dari setiap kebun merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Produktivitas tanaman kelapa sawit menjadi lebih baik jika unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan proses fotosintesis, Lubis dan Widanarko (2006).

(34)

Tanaman Kelapa Sawit membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan buah siap panen, mulai dari bunga sampai menjadi buah brondolan. Logika fuzzy digunakan untuk memprakirakan ketersediaan TBS pada triwulan III 2017 yaitu bulan Juli, Agustus, dan September. Input data yang digunakan dalam prakiraan ketersediaan TBS ini yaitu rataan dari curah hujan dan hari hujan 11 dan 12 bulan sebelumnya. Dari hasil penelitian Sireger, dkk (2010), disebutkan bahwa besarnya produksi tandan buah segar dibandingkan dengan curah hujan 11 dan 12 bulan sebelumnya diperoleh hubungan positif. Dengan himpunan universal fuzzy berasal dari data Juli 2015 sampai dengan Juni 2017, sedangkan rataan untuk produksi TBS menggunakan data Juli 2016 sampai dengan Juni 2017.

Tabel. 5.1. Data Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Periode Juni 2015 - Juli 2017

Bulan

Rata-rata Keseluruhan 11 116

(35)

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa selama periode Juni 2015 sampai dengan Juli 2017, nilai curah hujan tertinggi adalah 268 mm dan hari hujan terbanyak adalah 23 hari yang kedua-duanya terjadi pada bulan Februari 2016.

Tabel. 5.2. Data Input Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Prakiraan Ketersediaan TBS Triwulan III 2017

Keterangan Input 1 Input 2 Input 3

Curah hujan 153 199 204

Hari hujan 10 10 13

Sumber: Pengolahan Data

Tabel 5.2 Menunjukkan data input jumlah curah hujan dan hari hujan untuk prakiraan ketersediaan TBS triwulan III 2017. Input 1, 2, dan 3 masing-masing menunjukkan input untuk periode bulan Juli, Agustus, dan September. Nilai curah hujan dan hari hujan diperoleh dengan mencari rata-rata 11 dan 12 bulan sebelumnya. Misal untuk Input bulan Juli 2017, maka nilai curah hujan dan hari hujan dapat diperoleh dengan mencari rata-rata dari bulan Juli dan Agustus 2017, begitu juga untuk memperoleh nilai input 2 dan 3.

(36)

Tabel 5.3. Data Sumber TBS Berdasarkan Kebun Tahun Periode Januari sampai dengan Juni 2017

Kebun Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni

Rambutan (KRBTN) 2.882.150 2.891.240 3.562.030 3.660.380 4.535.340 4.336.530

Sei Putih (KSPTH) 535.130 540.610 480.630 456.370 484.250 347.930

Tanah Raja (KTARA) 2.007.690 2.010.750 2.120.160 2.092.280 2.229.750 2.113.320

Sarang Giting (KSGGI) 737.200 774.080 679.920 681.760 731.170 718.110

Silau Dunia (KSDUN) 2.519.340 2.339.690 2.527.810 2.609.940 2.218.160 2.070.830

Gunung Monako (KGMNO) 3.733.410 3.497.490 3.712.260 4.273.690 3.353.400 3.560.320

Gunung Para (KGPAR) 882.140 758.670 654.670 294.140 17.700 149.970

Gunung Pamela (KGPMA) 2.790.000 2.699.970 3.238.640 2.623.710 3.149.770 2.940.630

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

Tabel 5.4. Data Sumber TBS Berdasarkan Kebun Tahun Periode Juli sampai dengan Desember 2016

Kebun Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni

Rambutan (KRBTN) 3.137.670 3.712.510 3.756.260 3.721.670 3.603.030 3.726.360

Sei Putih (KSPTH) 615.400 666.730 511.164 717.390 681.710 750.600

Tanah Raja (KTARA) 2.925.000 3.084.510 2.562.050 2.879.640 2.696.690 2.625.740

Sarang Giting (KSGGI) 1.006.090 1.031.700 814.050 530.190 1.079.820 922.120

Silau Dunia (KSDUN) 2.667.260 3.100.580 3.767.050 4.020.750 3.707.440 3.472.480

Gunung Monako (KGMNO) 3.911.210 3.915.020 6.411.990 4.779.560 4.113.350 4.101.350

Gunung Para (KGPAR) 282.810 28.420 84.320 358.750 - 597.670

Gunung Pamela (KGPMA) 2.282.060 3.235.530 1.740.140 474.550 350.460 2.127.330

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

Data sumber TBS berdasarkan kebun akan menjadi input dari variable produksi TBS yang akan dibuat dalam pengolahan logika fuzzy.

5.1.1. Prediksi Ketersediaan TBS

Berikut adalah langkah-langkah prediksi ketersediaan TBS untuk Kebun Rambutan mengunakan logika fuzzy:

(37)

Terdapat 3 variabel fuzzy yang akan dimodelkan yaitu: a. Curah Hujan

Terdiri atas 3 himpunan fuzzy. yaitu: Rendah. Sedang. dan Tinggi. Untuk merepresentasikan variable Curah Hujan digunakan kurva berbentuk S (untuk himpunan fuzzy Rendah dan Tinggi) dan kurva berbentuk π (untuk himpunan fuzzy Standar) seperti terlihat pada Gambar 5.1

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.1. Representasi Variabel Curah Hujan

(38)

Nilai curah hujan pada input 1 yaitu 153 mm. maka nilai keanggotaan fuzzy pada tiap-tiap himpunan adalah:

1) Himpunan fuzzy Rendah:

2) Himpunan fuzzy Sedang:

3) Himpunan fuzzy Tinggi:

b. Hari Hujan

(39)

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.2. Representasi Variabel Hari Hujan

Fungsi Keanggotaan:

Jumlah hari hujan pada input 1 yaitu 10 hari. maka nilai keanggotaan fuzzy pada tiap-tiap himpunan adalah:

(40)

2) Himpunan fuzzy Sedang:

3) Himpunan fuzzy Banyak:

c. Produksi TBS

Terdiri atas 3 himpunan fuzzy. yaitu: Berkurang. Normal. Bertambah. Untuk merepresentasikan varibel produksi TBS digunakan kurva berbentuk bahu (untuk himpunan fuzzy Berkurang dan Bertambah) dan kurva bentuk segitiga (untuk himpunan fuzzy Normal) seperti terlihat pada Gambar 5.3.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.3. Representasi Variabel Produksi TBS

(41)

2. Aplikasi Operator Fuzzy

Terdapat beberapa fuzzy rule base yaitu: a. Aturan ke-1:

IF Curah Hujan Rendah And Hari Hujan Sedikit

Then Produksi TBS Rendah

b. Aturan ke-2:

IF Curah Hujan Rendah And Hari Hujan Sedang

Then Produksi TBS Rendah

c. Aturan ke-3:

IF Curah Hujan Rendah And Hari Hujan Banyak

Then Produksi TBS Rendah

d. Aturan ke-4:

IF Curah Hujan Sedang And Hari Hujan Sedikit

Then Produksi TBS Bertambah

e. Aturan ke-5:

IF Curah Hujan Sedang And Hari Hujan Sedang

(42)

f. Aturan ke-6:

IF Curah Hujan Sedang And Hari Hujan Banyak

Then Produksi TBS Rendah

g. Aturan ke-7:

IF Curah Hujan Tinggi And Hari Hujan Sedikit

Then Produksi TBS Bertambah

h. Aturan ke-8:

IF Curah Hujan Tinggi And Hari Hujan Sedang

Then Produksi TBS Bertambah

i. Aturan ke-9:

IF Curah Hujan Tinggi And Hari Hujan Banyak

Then Produksi TBS Normal

Rekapitulasi seluruh aturan dapat dilihat pada Tabel 5.5. berikut:

Tabel 5.5. Fuzzy Rule Base

Aturan Ke-

Jika Maka

Curah Hujan Operator Hari Hujan Produksi TBS

1 Rendah And Sedikit Berkurang

(43)

pada himpunan-himpunan terkait. Hasil aplikasi operator fuzzy pada aturan ke-1 dapat diperoleh dengan cara berikut:

Aturan ke-1:

IF Curah Hujan Rendah And Hari Hujan Sedikit

Then Produksi TBS Rendah

Operator yang digunakan adalah And. sehingga:

Berikut adalah rekapitulasi hasil aplikasi operator fuzzy untuk semua aturan yang dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil Aplikasi Operator Fuzzy

Aturan

(44)

tiga aturan himpunan fuzzy produksi TBS Bertambah. Karena terdapat tiga aturan yang termasuk dalam himpunan fuzzy produksi TBS Bertambah. maka dipilih aturan dengan nilai aplikasi tertinggi yaitu aturan ke-4 dengan nilai aplikasi operator fuzzy sebesar 0,125.

3. Aplikasi Fungsi Implikasi

Inferensi Mamdani menggunakan fungsi implikasi min. Pada fuzzy rule base yang mempunyai nilai hasil aplikasi operator fuzzy nol. tidak terdapat daerah hasil implikasi. Berikut adalah perhitungan fungsi implikasi untuk Aturan ke-4 dan aturan ke-5:

a. Aturan ke-4

Pada saat nilai z dapat ditentukan sebagai berikut:

Sehingga.

b. Aturan ke-5

(45)

Atau

Sehingga.

4. Komposisi Aturan Semua Output

Untuk melakukan komposisi semua output dilakukan dengan menggunakan metode Max. Titik potong antara aturan ke-4 dan aturan ke-5 terjadi saat

. yaitu:

(46)

5. Defuzzifikasi

Himpunan fuzzy yang diperoleh akan diolah kembali menggunakan defuzzifier untuk dijadikan bilangan tegas. Bilangan tegas yang akan

diperoleh merupakan hasil prediksi ketersediaan TBS Kebun Rambutan untuk periode Juli 2017. Defuzzifier yang digunakan pada sistem fuzzy Ketersediaan TBS adalah defuzzifier Centroid dengan rumusnya yaitu:

dengan

adalah fungsi keanggotaan himpunan fuzzy setelah inferensi

Dari hasil perhitungan diperoleh prediksi Ketersediaan TBS kebun Rambutan pada bulan Juli adalah 3.690.000 kg.

(47)

5.1.2. Prediksi Ketersediaan TBS dengan Menggunakan Software Matlab

Berikut adalah langkah-langkah prediksi ketersediaan TBS Kebun Rambutan mengunakan software Matlab:

1. Jalankan software Matlab 2. Tulis pada command line:

>> fuzzy

Maka akan tampil FIS Editor seperti pada Gambar 5.4.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.4. FIS Editor

3. Masukkan Variabel Input dan Output

Edit variable input dan output dengan cara sebagai berikut:

a. Klik kotak berwarna kuning di sisi kiri yang berlabel input1. kotak tersebut kemudian akan berubah menjadi berbingkai merah.

(48)

c. Tambah jumlah variable input dengan memilih edit-add input pada bagian menu-bar. Ubah nama input2 dengan HariHujan. kemudian tekan enter.

d. Pilih kotak berwarna kuning di sisi kanan yang berlabel output1. e. Ubah nama output1 dangan ProduksiTBS. kemudian tekan enter.

4. Mengubah Operator. operator-operator yang digunakan untuk And Method dan Or Method dapat dipilih pada combox. Pilih min pada And Method dan max pada Or Method.

5. Mengubah fungsi implikasi menjadi min.

6. Mengubah metode agregasi (komposisi) menjadi max

7. Mengubah fungsi defuzzy dengan memilih fungsi defuzzy centroid. 8. Simpan file dengan nama Ketersediaan TBS Juli.

Sampai dengan langkah ke-8 diperoleh hasil seperti pada Gambar 5.5.

Sumber: Pengolahan Matlab

(49)

9. Membuat himpunan fuzzy dan fungsi keanggotaannya.

Double klik pada box CurahHujan. Kemudian akan muncul Membership Function Editor seperti pada Gambar 5.6.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.6. Membership Function Editor

a. Fungsi Keanggotaan untuk variabel Curah Hujan: 1) Klik variabel CurahHujan

2) Isikan nilai range [0 268]

3) Klik garis mf1 pada grafik. Ganti nama mf1 dengan RENDAH 4) Pilih fungsi keanggotaan dengan zmf.

5) Ubah params dengan [0 116]

6) Klik garis mf2 pada grafik. Ganti nama mf2 dengan nama SEDANG 7) Pilih fungsi keanggotaan dengan pimf.

(50)

9) Klik garis mf3 pada grafik. Gantik nama mf3 dengan nama TINGGI. 10) Pilih fungsi keanggotaan dengan smf.

11) Ubah params dengan [116 268]

Sampai dengan langkah ini akan terlihat hasil seperti pada Gambar 5.7.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.7. Fungsi Keanggotaan Variabel Curah Hujan

b. Fungsi Keanggotaan untuk variabel Hari Hujan: 1) Klik variable HariHujan

2) Isi range dengan [0 30]

3) Klik garis mf1 pada grafik. Ganti nama mf1 dengan nama SEDIKIT 4) Pilih fungsi keanggotaan dengan trapmf.

5) Ubah params dengan [0 0 3 11]

(51)

7) Pilih fungsi keanggotaan dengan trimf. 8) Ubah params dengan [7 11 15]

9) Klik garis mf3 pada grafik. Gantik nama mf3 dengan nama BANYAK.

10) Pilih fungsi keanggotaan dengan trapmf. 11) Ubah params dengan [11 19 30 30]

Sampai dengan langkah ini akan terlihat hasil seperti pada Gambar 5.8.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.8. Fungsi Keanggotaan Variabel Hari Hujan

c. Fungsi Keanggotaan untuk variabel Produksi TBS: 1) Klik variable ProduksiTBS

2) Isi range dengan [2882150 4535340]

(52)

4) Pilih fungsi keanggotaan dengan trapmf. 5) Ubah params dengan [0 0 2882150 3627098]

6) Klik garis mf2 pada grafik. Ganti nama mf2 dengan nama NORMAL 7) Pilih fungsi keanggotaan dengan trimf.

8) Ubah params dengan [3083033 3627098 4171162]

9) Klik garis mf3 pada grafik. Gantik nama mf3 dengan nama BERTAMBAH.

10) Pilih fungsi keanggotaan dengan trapmf.

11) Ubah params dengan [3627098 4171162 4535340 4535340] Sampai dengan langkah ini akan terlihat hasil seperti pada Gambar 5.9.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.9. Fungsi Keanggotaan Variabel Produksi TBS

(53)

Pilih edit-rules… pada menu view. Akan muncul rule editor. Selanjutnya lakukan langkah berikut:

a) Untuk membuat aturan ke-1: pilih RENDAH pada listbox CurahHujan. SEDIKIT pada listbox HariHujan. dan BERKURANG pada listbox ProduksiTBS.

b) Lakukan untuk aturan ke-2 sampai aturan ke-9 dengan cara pembuatan yang sama dengan poin a. Hasil setelah semua aturan dibuat dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.10. Rule Editor: Ketersediaan TBS KRBTN

(54)

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar 5.11. Rule View Ketersediaan TBS KRBTN

12. Ganti input sesuai dengan input1. input2. dan input3 sehingga akan diperoleh hasil berturut-turut sebesar 3.690.000; 4.050.000 dan 3.910.000.

5.1.3. Rekapitulasi Prediksi Ketersediaan TBS

(55)

Tabel 5.7. Prediksi Ketersediaan TBS Berdasarkan Kebun

Kebun

Bulan Jumlah

Triwulan III

Juli Agustus September

Rambutan (KRBTN) 3.690.000 4.050.000 3.910.000 11.650.000 Sei Putih (KSPTH) 585.000 659.000 611.000 1.855.000 Tanah Raja (KTARA) 2.490.000 2.750.000 2.670.000 7.910.000 Sarang Giting (KSGGI) 838.000 946.000 886.000 2.670.000 Silau Dunia (KSDUN) 3.050.000 3.490.000 3.310.000 9.850.000 Gunung Monako (KGMNO) 4.510.000 5.380.000 5.200.000 15.090.000 Gunung Para (KGPAR) 522.000 675.000 585.000 1.782.000 Gunung Pamela (KGPMA) 2.430.000 2.800.000 2.270.000 7.500.000

Total 18.115.000 20.750.000 19.442.000 58.307.000

Sumber: Pengolahan Data

5.2. Pemodelan Kendala Sasaran

5.2.1. Kendala Sasaran Ketersediaan TBS

Ketersediaan TBS merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi optimal atau tidaknya perecanaan produksi CPO. Sasaran ketersediaan TBS yang ingin dicapai yaitu untuk menghindari kondisi kekurangan TBS atau kelebihan penerimaan TBS di pabrik.

(56)

Kelebihan pasokan TBS juga akan menimbulkan masalah baru. hal ini disebabkan TBS yang sudah dipanen harus segera diolah. Menurut Budiyanto dkk. (2005) Penurunan kualitas minyak pada buah sawit terbesar terjadi antara 12 sampai dengan 20 jam setelah panen. Penurunan kualitas dapat diketahui dari meningkatnya kandungan kandungan asam lemak bebas (ALB) pada CPO. Meningkatnya kandungan asam lemak bebas (ALB) pada minyak sawit akan berpengaruh terhadap harga jual CPO.

Model persamaan kendala sasaran Ketersediaan TBS dari 8 kebun pemasok adalah sebagai berikut:

1. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Rambutan

2. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Sei Putih

3. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Tanah Raja

4. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Sarang Giting

5. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Silau Dunia

6. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Gunung Monako

(57)

8. Kendala sasaran ketersediaan TBS Kebun Gunung Pamela

5.2.2. Kendala Sasaran Target Produksi CPO dari Perusahaan

Target produksi ditetapkan perusahaan berdasarkan potensi bahan baku di 8 kebun pemasok TBS ke PKS Rambutan. Data target produksi CPO perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Target Produksi CPO

Triwulan Bulan Jumlah Total

III Juli Agustus 2.722.210 4.167.625 12.192.342 September 4.302.507

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

TBS yang akan diolah sebelum akan diseleksi terlebih dahulu berdasarkan syarat mutu TBS yang ditetapkan pabrik. Data TBS yang tidak memenuhi spesifikasi pada PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Data TBS yang Tidak Memenuhi Spesifikasi

Keterangan Persentase

Mentah 0,17

Tandan Kosong 0,09

Sampah 0,00

Buah Busuk 0,00

Buah Sakit 0,00

Total 0,26

(58)

Dari Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa jumlah TBS yang tidak memenuhi TBS berkisar pada nilai 0,26% yang artinya terdapat sebanyak 99,74% TBS yang memenuhi spesifikasi perusahaan.

Selain itu faktor rendemen CPO dari setiap kebun juga mempengaruhi jumlah produksi CPO. Data faktor rendemen dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Data Faktor Rendemen

Kebun Persentase

Rendemen (%)

Rambutan (KRBTN) 22,33

Sei Putih (KSPTH) 22,19

Tanah Raja (KTARA) 22,40

Sarang Giting (KSGGI) 22,38

Silau Dunia (KSDUN) 21,75

Gunung Monako

(KGMNO) 21,88

Gunung Para (KGPAR) 22,00

Gunung Pamela

(KGPMA) 22,50

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

Kapasitas olah pada pabrik juga merupakan salah satu faktor pembatas mampu atau tidaknya perusahaan memenuhi target produksi yang diberikan. Kapasitas olah pada PKS Rambutan untuk periode triwulan III 2017 dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut:

Tabel 5.11. Data Jumlah Hari dan Kapasitas Produksi Triwulan III 2017

Bulan Jumlah

(59)

Secara keseluruhan sasaran yang ingin dicapai yaitu mendapatkan jumlah produksi optimal yang dapat memenuhi target produksi CPO dari perusahaan. Model persamaan kendala target produksi CPO dari perusahaan adalah sebagai berikut:

Jumlah CPO yang diproduksi tidak boleh lebih kecil dari target produksi

Jumlah CPO tidak boleh melebihi kapasitas pabrik.

5.2.3. Kendala Sasaran Persediaan

Sasaran yang ingin dicapai yaitu mendapatkan jumlah CPO optimal di tangki timbun agar dapat memenuhi permintaan CPO. Jumlah CPO di tangki timbun dipengaruhi oleh jumlah CPO di tangki pada periode sebelumnya. jumlah CPO yang diproduksi saat ini dan jumlah pengiriman CPO. Data jumlah persediaan CPO di tangki timbun dan kapasitas tangki timbun dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Persediaan CPO di Tangki Timbun

Keterangan Jumlah

(60)

Model persamaan kendala sasaran persediaan adalah sebagai berikut:

Kebijakan stok pengaman yang harus dipenuhi

Persediaan CPO tidak boleh melebihi kapasitas tangki timbun

5.2.4. Kendala Sasaran Kebutuhan Truk

Menurut Lubis (1992) Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanaman yang dipergunakan. manusia dengan efektivitas kerjanya. peralatan yang dipergunakan untuk panen. kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya.

Kebutuhan jumlah truk pengangkut TBS dari kebun menuju pabrik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya. kapasitas truk. jarak antara kebun dengan pabrik. dan jumlah TBS harus diangkut.

(61)

memiliki integrasi terutama dalam sistem informasi agar proses pengangkutan menjadi lebih efisien.

Dengan memperhitungkan jumlah yang harus diangkut setiap hari maka

dapat ditentukan berapa jumlah armada yang diperlukan. Data ketersediaan truk di

setiap kebun dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Data Ketersediaan Truk

Kebun Jumlah Truk

Rambutan (KRBTN) 17

Sei Putih (KSPTH) 6

Tanah Raja (KTARA) 16

Sarang Giting (KSGGI) 5

Silau Dunia (KSDUN) 16

Gunung Monako (KGMNO) 21

Gunung Para (KGPAR) 3

Gunung Pamela (KGPMA) 16

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

Dari data historis dan hasil wawancara yang diperoleh dari pihak PKS

Rambutan diketahui bahwa kemampuan angkut setiap truk rata-rata adalah 8 ton.

Selain itu truk untuk kebun Rambutan. Tanah Raja. Silau Dunia dan Gunung Monako

dapat mengangkut TBS sebanyak 2 trip per hari. Sedangkan untuk kebun lainnya

hanya satu trip per hari.

Model persamaan kendala sasaran Kebutuhan Truk dari 8 kebun pemasok adalah sebagai berikut:

1. Kendala sasaran kebutuhan truk di Kebun Rambutan

(62)

3. Kendala sasaran kebutuhan truk di Kebun Tanah Raja

4. Kendala sasaran kebutuhan truk di Kebun Sarang Giting

5. Kendala sasaran kebutuhan truk di Kebun Silau Dunia

6. Kendala sasaran kebutuhan truk di Kebun Gunung Monako

7. Kendala sasaran kebutuhan truk di Kebun Gunung Para

(63)

5.3. Pemodelan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan yang ingin dicapai yaitu meminimasi total biaya yang terdiri dari biaya perolehan TBS. biaya produksi CPO. biaya pengangkutan TBS dan biaya penimbunan CPO pada tangki timbun. Biaya perolehan TBS dari setiap kebun dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Biaya Perolehan TBS

Kebun Biaya (Rp/kg)

Rambutan (KRBTN) 1.796

Sei Putih (KSPTH) 1.783

Tanah Raja (KTARA) 1.801

Sarang Giting (KSGGI) 1.798

Silau Dunia (KSDUN) 1.748

Gunung Monako (KGMNO) 1.758

Gunung Para (KGPAR) 1.769

Gunung Pamela (KGPMA) 1.809

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

Biaya produksi CPO yaitu sebesar Rp 404,72/kg dan biaya penimbunan CPO yaitu sebesar Rp 55,38/kg. sedangkan Data jarak dan estimasi biaya pengangkutan TBS untuk Triwulan III 2017 dengan acuan harga solar Rp 5.150 dapat

dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15. Data Jarak dan Estimasi Biaya Pengangkutan TBS

Kebun Jarak

(64)

Dari data yang ada maka diperoleh model persamaan fungsi tujuan sebagai berikut:

Min

5.4. Pembentukan Model Optimasi

Bentuk model optimasi dari permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Fungsi Tujuan: Min

(65)
(66)

5.5. Penyelesaian Model Optimasi Menggunakan Algoritma Genetika

Penyelesaian model algoritma genetika pada penelitian ini menggunakan bantuan software Matlab. Langkah-langkah penyelesaian model adalah sebagai berikut:

1. Membuat coding fitness function

Koding dapat dibuat dengan cara mengklik ikon New Script pada menu home Isi coding fitness function adalah sebagai berikut:

function y=fungsi_tujuan(x) y=

1796*x(1)+1783*x(2)+1801*(3)+1798*x(4)+1748*x(5)+ 1758*x(6)+1769*x(7)+1809*x(8)+404.72*x(9)+55.38*x (10)+2750100*x(11)+15583900*x(12)+21084100*x(13)+ 9167000*x(14)+20167400*x(15)+2384200*x(16)+825030 0*x(17)+8250300*x(18)

end

(67)

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar. 5.12. Coding Fungsi Tujuan

2. Membuat coding fitness constraint

Isi coding fitness function adalah sebagai berikut:

function [c. ceq] = fungsi_kendala (x) c(1) = (x(1)/1424000)-x(11);

c(2) = (x(2)/712000)-x(12); c(3) = (x(3)/1424000)-x(13); c(4) = (x(4)/712000)-x(14); c(5) = (x(5)/1424000)-x(15); c(6) = (x(6)/1424000)-x(16); c(7) = (x(7)/712000)-x(17); c(8) = (x(8)/712000)-x(18); c(9) =

x(9)-(0.2233*x(1)+0.2219*x(2)+0.224*x(3)+0.2238*x(4)+0 .2175*x(5)+0.2188*x(6)+0.22*x(7)+0.225*x(8))*0.99 74;

c(10) = x(10)-x(9)-11848479 ceq = [];

Kemudian save file ke dalam path Matlab dengan nama fungsi_kendala.

Sumber: Pengolahan Matlab

(68)

3. Pada menu Apps pilih ikon optimization. maka akan muncul toolbox Optimization.

4. Pada box problem and result. pilih Genetic Algorithm untuk solver yang akan digunakan.

5. Pada fitness function masukkan file fungsi_sasaran.m dengan mengetikkan @fungsi_sasaran pada kotak disampingnya. Kemudian isi number of variable dengan jumlah 18.

6. Lakukan input Konstrain. dengan nilai sebagai berikut: a. Linear Equalities

A= [1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0] b= [58740000]

b. Bounds

Lower bounds= [0 0 0 0 0 0 0 0 12192342 100000 0 0 0 0 0 0 0 0]

Upper bounds= [11650000 1855500 7910000 2670000 9850000

15090000 1782000 7500000 inf 40000000 17 6 16 5 16 21 3 16]

c. Nonlinear Constrain Function

Input data coding fungsi_kendala yang telah dibuat sebelumnya dengan

mengetikkan @fungsi_kendala pada kotak yang tersedia d. Integer Variable Indices

(69)

[1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18]

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar. 5.13. Kotak Dialog Problem and Results

7. Pada bagian option pilih defauld kemuduan klik start sehingga akan diperoleh hasil seperti Gambar 5.14.

Sumber: Pengolahan Matlab

Gambar. 5.14. Final Point

(70)

Tabel 5.16. Hasil Akhir Pengolahan Algoritma Genetika

Variabel Nilai

11.422.249 672.662 7.906.636 2.622.435 9.775.531 14.704.867 666.953 7.493.574 12.202.285 389.117 14

1 6 5 7 16 3 11

Min y 8.958466486466E10

(71)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Sistem Rantai Pasok CPO

Sistem rantai pasok CPO dapat dilihat pada Gambar 6.1. Sistem rantai pasok CPO dapat dikaji dari tiga aspek yaitu aliran material, aliran informasi dan data, serta aliran uang.

(72)

Supplier Tier 2

Supplier Tier 1 PKS Rambutan

Manajemen

Retailer Konsumen(end user)

(73)

Infomasi akhir akan disampaikan dari supplier tier 1 ke supplier tier 2 berupa seberapa banyak kebutuhan pupuk dan pestisida.

Aliran material dimulai dari supplier tier 2 yang memasok kebutuhan bahan untuk kebun (supplier tier 1) kemudian material akan diangkut melalui pihak ketiga menuju ke PKS Rambutan. Material berupa TBS akan disortasi, dimana TBS yang tidak lolos sortasi akan dikembalikan lagi ke supplier tier 1. TBS yang telah memenuhi spesifikasi akan dilanjutkan ke proses produksi, hasil dari proses produksi akan disimpan ke dalam tangki timbun, material lalu didistribusikan kepada agroindustri hilir, dan dilanjutkan oleh distributor yang akan mendistribusikan kepada retailer. Melalui retailer material akan sampai ke tangan konsumen akhir.

(74)

6.2. Analisis Sistem Rantai Pasok CPO Aktual

Sistem rantai pasok CPO aktual yang ada masih belum optimal hal ini dapat diketahui dari Tabel 6.1 yang menunjukkan data realisasi TBS olah dan produksi CPO Juni 2017 serta Tabel 6.2.

Tabel 6.1. Realisasi TBS Olah dan Produksi CPO Juni 2017

Kebun Unit Juni Jumlah CPO Rendemen

Rambutan (KRBTN) 4.336.530 968.392 22,33

Sei Putih (KSPTH) 347.930 77.221 22,19

Tanah Raja (KTARA) 2.113.320 473.472 22,40 Sarang Giting (KSGGI) 718.110 160.696 22,38 Silau Dunia (KSDUN) 2.070.830 450.391 21,75 Gunung Monako (KGMNO) 3.560.320 778.963 21,88

Gunung Para (KGPAR) 149.970 33.000 22,00

Gunung Pamela (KGPMA) 2.940.630 661.646 22,50

Total dan Rata-rata 16.237.640 3603781 22,19

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

Tabel 6.2. menunjukkan data RKAP TBS olah dan produksi CPO Juni 2017.

Tabel 6.2. RKAP TBS Olah dan Produksi CPO Juni 2017

Kebun Unit Juni Jumlah CPO Rendemen

Rambutan (KRBTN) 2.762.500 657.175 23,79

Sei Putih (KSPTH) 437.000 106.459 24,36

Tanah Raja (KTARA) 2.483.000 598.103 24,09 Sarang Giting (KSGGI) 873.000 207.649 23,79 Silau Dunia (KSDUN) 2.454.000 588.660 23,99 Gunung Monako (KGMNO) 4.020.000 968.520 24,09

Gunung Para (KGPAR) 972.000 235.993 24,28

Gunung Pamela (KGPMA) 1.568.800 381.075 24,29

Total dan Rata-rata 15.570.300 3.743.634 24,04

Sumber: PTPN III PKS Rambutan

(75)

rendemen yang ada. Realisasi nilai rendemen rata-rata hanya mencapai 22,19% sedangkan nilai rendemen RKAP mencapai 24,04%. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap perbandingan TBS olah dengan jumlah produksi CPO.

Indikasi yang menyebabkan rendahnya nilai rendemen adalah ketidak mampuan pabrik dalam mengolah TBS. Kondisi ini dapat diketahui dari data penerimaan buah menginap periode Januari sampai dengan Juni 2017 pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Data Penerimaan Buah Menginap Periode Januari sampai dengan Juni 2017

Keterangan Januari Februari Maret

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Sumber: PTPN III PKS Rambutan

(76)

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 6.2. Persentase Rata-rata TBS Menginap Periode Januari sampai dengan Juni 2017

Tingginya persentase TBS menginap tidak hanya terjadi pada saat puncak panen tetapi juga terjadi pada saat musim dengan produksi sedang. Sistem rantai pasok informasi antara manajemen PTPN III dengan pihak PKS Rambutan dan pihak Kebun yang tidak baik menyebabkan aliran material yang ada menumpuk pada PKS rambutan. TBS yang telah dipanen harus segera diolah agar tidak terjadi penyusutan nilai rendemen yang akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi CPO, selain itu nilai asam lemak bebas yang terdapat pada TBS juga akan meningkat seiring berjalannya waktu. Semaking tinggi nilai ALB yang terkandung dalam CPO maka harga jual akan semakin rendah.

(77)

periode berjalan. Untuk mengatasi hal ini pihak kebun harus melakukan kontrak tambahan namun dengan biaya yang lebih tinggi.

Infrastruktur pada kebun yang kurang memadai juga menyebabkan proses distribusi TBS terhambat. Akses menuju kebun dan pabrik yang kurang baik akan menyebabkan TBS tidak terangkut seluruhannya pada hari yang sama saat buah dipanen. Namun disatu pihak, apabila kebun memiliki infrastruktur yang baik, sangat rentan terjadi pencurian TBS pada kebun.

6.3. Analisis Sistem Rantai Pasok CPO Usulan

6.3.1. Analisis Prakiraan Ketersediaan TBS dengan Logika Fuzzy

Hasil prakiraan ketersediaan TBS dengan logika fuzzy untuk setiap kebun untuk triwulan III periode Juli, Agustus dan September menunjukkan adanya perbedaan antara prakiraan ketersediaan TBS menggunakan logika fuzzy dan RKAP 2017. Adapun perbandingan ketersediaan TBS ini dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Perbandingan Prakiraan Ketersediaan TBS Hasil Logika Fuzzy

dan RKAP 2017

Kebun Unit Logika Fuzzy RKAP 2017

Juli Agustus September Juli Agustus September

Sei Putih (KSPTH) 585.000 659.000 611.000 629.000 639.000 635.000

Rambutan (KRBTN) 3.690.000 4.050.000 3.910.000 3.966.100 4.319.700 4.188.800

Tanah Raja (KTARA) 2.490.000 2.750.000 2.670.000 2.900.000 2.969.700 2.755.000

Sarang Giting (KSGGI) 838.000 946.000 886.000 1.028.000 2.969.000 972.000

Silau Dunia (KSDUN) 3.050.000 3.490.000 3.310.000 3.268.000 1.013.000 3.247.000

Gunung Monako (KGMNO) 4.510.000 5.380.000 5.200.000 4.866.000 3.346.000 4.952.000

Gunung Para (KGPAR) 2.430.000 2.800.000 2.270.000 3.277.600 5.115.000 3.087.200

Gunung Pamela (KGPMA) 522.000 675.000 585.000 863.000 1.080.000 1.106.000

Total 18.115.000 20.750.000 19.442.000 20.797.700 21.451.400 20.943.000

Total Per Triwulan 58.307.000 63.192.100

Gambar

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 4.1. Parameter Fungsi Kendala CPO
Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kita mendapat tunai yang lebih, kita dapat membeli hartanah yang baru, bukan hanya fikir untuk mengurangkan baki pinjaman atau memendekkan tempoh pinjaman tetapi

Your paper will be published online within one week and on paper-edition within 3 months after the payment of page charge has been completed. Reprints will be sent to your address

Menurut Samarwan (dalam Kuncoro, 2003) suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang debitur yang hendak melakukan pilihan maka

Penambahan Ayat (5) : Gubernur menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi

4.1.8 Hipoteis 4: Pengaruh Kredit Mikro Sumut Sejahtera II yang terdiri dari Realisasi kredit, Kemudahan prosedur, Kecepatan pelaksanaan dan Persyaratan kredit berpengaruh

The Impact Of Service Quality, Customer Satisfaction and Loyalty Programs on Customer’s Loyalty: Evidence from Banking Sector of Pakistan, International Journal of Business

Nilai wajar dari aset tidak lancar lain-lain tidak dapat diukur dengan handal karena tidak adanya jangka waktu realisasi yang jelas, sehingga metode penilaian tidak

Berkaitan dengan penyelesaian sengketa di bidang ekonomi Syari’ah pada lembaga Peradilan Agama, dengan dasar Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 kompetensi absolutnya