• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PROSEDUR RESTITUSI PPH ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PROSEDUR RESTITUSI PPH ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM NIM :"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS PROSEDUR RESTITUSI PPH ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM

O L E H

NAMA : MASRIAH

NIM : 152600088

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma D III Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI D III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

ABSTRAK

Analisis Prosedur Restitusi Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Nama : Masriah NIM : 152600088

Jurusan : D-III Administrasi Perpajakan

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Dosen Pembimbing : Muhammad Arifin, S.Sos, MSP

Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyatakan Lebih bayar dapat mengajukan permohonan restitusi dengan mengisi kolom permohonan yang tersedia pada Surat Pemberitahuan (SPT). Dalam penyelesaian restitusi, hasil perhitungan yang dilakukan oleh Wajib Pajak tidak selalu sama dengan hasil perhitungan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Aparatur Pajak. Oleh sebab itu penulis membahas mengenai Analisis Kasus Prosedur Restitusi Pph Orang Prbadi penelitian dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Tujuan dari Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur, kendala-kendala yang dihadapi, dan analisis kasus dalam restitusi. Metode yang digunakan oleh penulis adalah Metode Penelitian.

Kata Kunci: Restitusi, Pajak Penghasilan, SPT Tahunan.

(4)

ABSTRACT

Analysis of Personal Income Tax Restitution Procedures in the Primary Tax Service Office (KPP) PratamaLubuk Pakam

Name : Masriah NIM : 152600088

Department: D-III Tax Administration

Faculty: Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra Advisor: Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, MSP

An Individual Taxpayer stating that Overpay may apply for a refund by filling in the application form available on the Notice. In the settlement of restitution, the results of calculations performed by the Taxpayer is not always the same as the results of calculations and checks made by the Tax Apparatus.Therefore the authors discuss about Case Analysis Procedure Restitution Pph Persons Prbadi research carried out in the Tax Office (KPP) Pratama Lubuk Pakam. The purpose of this Final Report is to know how the procedures, constraints faced, and case analysis in restitution. The method used by the author is the Research Method.

Keywords: Restitution, SPT Tahunan, Income Tax

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Prosedur Restitusi Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam “. Tak lupa shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang sarat akan ilmu pengetahuan ini.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan merujuk pada buku-buku serta kondisi objektif yang terjadi dilapangan, undang-undang yang terkaitdan bahan referensi lainnya, Penulis menyajikan Tugas Akhir ini.sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan dalam terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, bimbingan, doa dan saran dari semua pihak, keberhasilan ini Penulis Hadiahkan teruntuk kedua orang tua Penulis tercinta . Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan tulus ikhlas dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan Terima Kasih sebesar – besarnya kepada :

(6)

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si. Selaku Dekan FISIP USU 2. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.SP SelakuWakil Dekan I FISIP USU

3. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si Selaku Ketua Program Diploma III Adminisnistrasi Perpajakan.

4. Bapak M. Arifin Nasution,S.Sos, M.SP Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan segenap waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan.

5. Teristimewa kepada Keluarga Penulis Orang Tua tercinta, kakak dan adik penulis yang selama ini telah memberikan dukungan doa, dukunga moral, material, semangat dan nasihat kepada penulis dan segala sesuatu yang dibutuhkan Penulis.

6. Seluruh staf pengajar Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terkhusus Kak Fenny, Penulis ucapkan juga terima kasih banyak karena selalu bersedia membantu dan direpotkan selama masa pengadministrasi perkuliahan dan menuju sidang.

8. Teruntuk Mejilekuh Rika Agustina, Halimah Tussakdiah Matondang, Desi Ardyta Rambe, Feby Monica Sinulingga, Fatimah Zahara, dan Nora Ruth Monica Hutagalung yang selalu bersama sedari awal hingga akhir, yang memberikan doa dan dukungan, meluangkan waktu untuk mencurahkan keluh kesah yang ada di hati forever-foreverlah pokoknya, sarangheeee.

10. Teruntuk teman-teman TAX-C 2015 yang menemani Penulis dari awal semester hingga akhir.

11. Dan untuk teman-teman Administrasi Perpajakan stambuk 2015.

(7)

Tentunya dalam melakukan penulisan ini terdapat banyak kekurangan dari Penulis, sehingga Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca. Dan semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya bagi Penulis dan Pembaca. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2018

Penulis

(Masriah)

(8)

Daftar Isi

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Bagan ... vi

Bab I Pendahuluan... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 4

1.4 Uraian Teoritis... 4

1.4.1 Konsep Administrasi Perpajakan Dan Fungsinya ... 4

1.4.2 Pengertian Pajak Penghasilan ... 6

1.4.3 Konsep Restitusi Dan Ketentuan Hukum ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM KPP LUBUK PAKAM ... 16

2.1 Sejarah Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam 16 2.2 Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam... 18

2.3 Visi Dan Penjelasaannya ... 19

2.4 Misi Dan Penjelasaannya ... 19

(9)

2.5 Kebijakan ... 20

2.6 Pengalaman Dalam Mengikuti Praktik Kerja Lapangan ... 20

2.7 Peta Wilayah Kpp Pratama Lubuk Pakam ... 21

2.8 Letak Geografis Kppprtama Lubuk Pakam... 22

2.9 Kedudukan, Tugas,Fungsi,Dan Struktur Organisasi ... 22

BAB III PEMBAHASAN ... 31

3.1 Pengertian Pajak ... 31

3.1.1 Fungsi Pajak ... 32

3.1.2 Sistem Pemungutan Pajak ... 33

3.1.3 Asas Pengumutan Pajak ... 34

3.2 Pengertian Pajak Penghasilan ... 35

3.2.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan... 35

3.2.2 Tarif Pajak Penghasilan ... 35

3.2.3 Objek Pajak Penghasilan ... 36

3.2.4Wajib Pajak Penghasilan ... 37 3.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan 38

(10)

BAB IV EVALUASI DATA ... 42

4.1 Restitusi ... 42

4.2 Perkembangan Wp Op Dan Badan Yang Terdaftar Di Kpp Pratama Lubuk Pakam Selama Tahun 2011-2015 ... 44

4.3 Perrbandingan Wp Op Dan Badan Yang Melakukan Retitusi Pph Selama Tahun 2011-2015 ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

Daftar Pustaka ... 51

(11)

Daftar Tabel

Tabel 1 Tarif Wp Pph ... 35

Tabel 2 Tarif Ptkp ... 41

Tabel 4.3.1 status spt pph badan selama tahun 2011-2015 ... 46

Tabel 4.3.2 Status Spt Pph Op Selama Tahun 2011-2015... 47

(12)

DAFTAR BAGAN

STRUKTUR ORGANISASI PADA KPP PRATAMA LUBUK PAKAM ... 24

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang berpengaruh terhadap peningkatan pembangunan yang jumlahnya relative stabil. Penerimaan dan pengeluaran Negara yang bersumber dari sektor pajak dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan sistem pemungutan pajak dimana indonesia menganut self assessment system, yaitu wajib pajak yang diberi kepercayaan dan tanggung jawab

untuk menghitung dan memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang- undangan perpajakan.

Adapun yang menjadi objek pajak adalah pajak penghasilan yang merupakan jenis pajak yang dikenakan atas Pajak Penghasilan (PPh). Hal-hal yang sering terjadi seperti Pph kurang bayar, PPh lebih bayar, ataupun nihil merupakan hal yang biasa berkaitan dengan Pajak Penghasilan. Dikarenakan setiap wajib pajak mempunyai hak untuk melakukan restitusi terhadap kelebihan pembayaran pajak.

Restitusi adalah pengembalian pembayaran kembali pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak.Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat memberikan pengaruh lebih besar terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Lubuk Pakam.

(14)

Banyak wajib pajak sangat mengeluh dalam pengurusan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi. Dikarenakan wajib pajak merasa sangat rumit menjalani proses pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan di kantor pelayanan pajak dimana pun.

Maka dari itu Restitusi PPh adalah pengembalian kelebihan pembayaran PPh yang disebabkan oleh lebih besarnya setoran pajak daripada utang pajak. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil tema “Analisis Prosedur Restitusi PPh Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”.

2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana Prosedur Restitusi Pph Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

2. Bagaimana Perkembangan WP OP dan Badan yang terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam selama tahun 2011– 2015

3. Bagaimana Perbandingan WP OP Dan Badan yang Melakukan Restitusi PPh di KPP Pratama Lubuk Pakam 2011-2015

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1.Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui Profil Restitusi Pph Orang Pribadi Di Kantor PelayananPajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

2) Bagaimana Perkembangan WP OP dan Badan yang terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam selama tahun 2011– 2015

(15)

3) Untuk mengetahui Bagaimana Perbandingan WP OP Dan Badan yang Melakukan Restitusi PPh di KPP Pratama Lubuk Pakam 2011-2015

3.2 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penulisan Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bahwa manfaat penelitian baik adalah sebagai berikut :

a) Penulis

Penelitian ini penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam Analisis Dalam Prosedur Restitusi Pph Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

b) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam agar lebih memberikan kemudahan dalam pelaksanaan Prosedur Restitusi Pph Orang Pribadi

c) Prodi Administrasi Perpajakan

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi Prodi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara di dalam memberikan pendidikan bagi mahasiswa.

4. URAIAN TEORITIS

4.1 Konsep Administrasi Perpajakan Dan Fungsinya

Administrasi perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi perpajakan dalam arti sempit merupakan

(16)

penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di Kantor Pajak maupun di tempat wajib pajak (Rapina (2011)).

Administrasi perpajakan sebagai prosedur meliputi tahap-tahap pendaftaran Wajib Pajak (tax payer), penetapan dan penagihan. Adanya tahap-tahap yang tidak solid dalam upaya memungut potensi pajak dapat menimbulkan penyimpangan- penyimpangan seperti penyelundupan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance) (Safri Nurmantu (2003))

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya dapat dipaksakandan dipungut berdasarkan undang-undang, serta tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1) luran dan rakyat kepada negara yang berhak memungut pajak hanyalah negara, luran tersebut berupa uang (bukan barang).

2) Berdasarkan Undang-Undang,Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3) Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dan negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat di tunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

(17)

4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeIuaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

4.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 huruf 1 Undang-Undang PPh No. 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima/diperolehnya dalam tahun pajak. Sedangkan subjek pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan dinyatakan sebagai Subjek atau Orang Pribadi atau Badan yang berpotensi atau akan dikenakan pajak.Tarif Pph 21 terdiri dari:

Tarif Pph 21 Bagi Wajib Pajak Yang Memiliki Npwp

Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak (WP) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):

a) WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50 juta adalah 5%

b) WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50 juta - Rp 250 juta adalah 15%

c) WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250 juta - Rp 500 juta adalah 25%

d) WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500 juta adalah 30%

e) .Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif pph 21 sebesar 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP.

(18)

Tarif Pph 21 Bagi Wajib Pajak Yang Tidak Memiliki Npwp

Berikut ini adalah tarif PPh 21 bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP:

a) Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP.

b) Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.

c) Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.

d) Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, PPh Pasal 21 yang 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan- bulanselanjutnyasetelah memiliki NPWP.

(19)

4.4 Konsep Restitusi Dan Ketentuan Hukum

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Restitusi adalah pengembalian kelebihan pembayaran pajak terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib pajak tidak mempunyai hutang pajak lain”. Jadi Restitusi PPh adalah pengembalian kelebihan pembayaran PPh yang disebabkan oleh lebih besarnya kredit pajak daripada utang pajak

Adapun dasar hukum dari Restitusi Pajak Penghasilan antara lain:

1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor16/KMK.03/2011 Tanggal 24 Januari 2011 tentang Tata Cara Perhitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

2) Peratuaran Direktorat Jenderal pajak PER-7/PJ/2011 Tanggal 21 Maret 2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran pajak.

a) Prosedur (Tata Cara) Pengembalian Atas Lebih Bayar Pajak Tata cara prosedur restitusi pajak adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:

(20)

a) Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

b) Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran setelah dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut c) Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak

yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

3. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

4. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.

b) Pengembalian Pendahuluan (Beserta Kriterianya)

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat mengajukan restitusi dan Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah

(21)

surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang dimaksudkan dalam hal ini adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan syarat sbb:

1. SPT disampaikan tepat waktu dalam 2 (dua) tahun terakhir.

2. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.

Untuk SPT Masa yang terlambat tersebut harus telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya.

3. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak dan tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir.

4. Tidak pernah dijatuhi hukuman tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

5. Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau BPKP dengan:

a) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau pendapat Wajar Dengan Pengecualian, sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

b) Laporan audit disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit akuntan publik, juga dapat mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai wajib Pajak kriteria

(22)

tertentu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir dengan syarat memenuhi kriteria yang saya disebutkan di atas, ditambah dengan syarat :

(a) Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

(b) Apabila dalam 2 (dua) tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10% (sepuluh persen)

c) Ketentuan Waktu Untuk Restitusi Pajak

Kepala Kantor Wilayah DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menetapkan Wajib Pajak yang memenuhi kiteria tertentu setiap bulan Januari dan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.

Wajib Pajak yang penghitungan jumlah peredaran usahanya mudah diketahui karena berkaitan dengan pengenaan cukai sepanjang memenuhi persyaratan WP kriteria tertentu, dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran PPN.

Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak diterbitkan paling lambat 3 (tiga) bulan untuk PPh dan 1 (satu) bulan untuk PPN, sejak permohonan diterima lengkap.

Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan dan menerbitkan surat ketetapan pajak berupa SKPKB atau SKPLB atau SKPN dalam jangka waktu 10 tahun, terhadap WP yang telah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(23)

SKPKB yang diterbitkan ditambah dengan sanksi administrasi kenaikan 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

Batas akhir pemeriksaan SPT Lebih Bayar tertunda bila terhadap Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan bukti permulaan. Kemudian Wajib Pajak yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak diperluas yaitu:

1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

3. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

5. Meteodologi Penelitian.

5.1 Metode Penelitian

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan maka penulis menggunakan meteodelogi penelitian sebagai berikut :

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara diamati dan diteliti. Data primer tersebut adalah data-data yang diperoleh dari data Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

(24)

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, data sekunder diperoleh dari buku, jurnal dan literature lainya yang menunjang dalam pembuatan laporan tugas akhir ini.

5.2 Alat Pengumpulan Data

a) Metode Wawancara (Interview)

Kegiatan mengajukan beberapa pertanyaan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan kepala seksi atau pegawai pajak yang berkompeten dan menambah objektif yang berpotensi mendukung hasil penulisan Tugas Akhir untuk memperoleh datayang dibutuhkan.

b) Metode Observasi ( Pengamatan )

Kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung dengan terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan denganmengamati, mendengar, dan meneliti bagaimana Prosedur Restitusi PPh Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

5.3 Analisis Data

Dalam tahap ini penulis menganalisa data permasalahan berupa informasi data-data yang telah dikumpulkan secara kualitatif, jelas ,dan objektif.

(25)

6. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang yang membahas sesuaidengan judul laporan tugas akhir, rumusan masalah dan lain-lain.

BAB II :GAMBARAN UMUM

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam struktur organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain.

BAB III :PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menganalisis sesuai dengan masalah terhadap data- data yang berhubungan dengan judul laporan yangdiuraikan sebelumnya.

BAB IV:EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan mengevaluasi data dari hasil penelitian yangdilakukan di KPP Lubuk Pakam secara data yang sudah diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif.

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN

(26)

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran daripenulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan tujuan dari Proposal TugasAkhir.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM

2.1 Sejarah Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak. Kantor Pajak dibagi atas 3 jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB). Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Struktur yang berbasis fungsi yang diterapkan kepada KPP dengan sistem administrasi yang modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap wajib pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko unit vertikal Direktorat Jendral Pajak dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, KPP Pratama. Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan karakteristik wajib pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal.

Pada tahap pertama, dibentuk kantor wilayah (Kanwil) dan 2 Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan Juli tahun 2002 untuk mengadministrasikan 300

(28)

Wajib Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai Pilot Project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak (KPPWP) besar dianggap cukup berhasil, maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap, dimana sampai akhir tahun 2007, 22 Kanwil dan 202 KPP ( 3 KPP WP besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil dimodernisasi.

Pada akhir tahun 2006, struktur organisasi KPP Direktorat Jendral Pajak disempurnakan bersamaan dengan penerapan adminstrasi modern. Pada tahun 2008, seluruh kantor diluar Jawa dan Bali akan dimodernisasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh Kantor Pajak yang ada di daerah tersebut.

Perbedaan utama antara KPP Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lain dengan adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat dikatakan pula KPP Pratama merupakan ujung tombak bagi Direktorat Jendral Pajak untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak yang berada di bawah ini dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor. KPP Pratama akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Selain itu KPP Pratama juga melakukan pemeriksaan untuk menguji kebutuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

(29)

Pada KPP Pratama terdapat Account Representative (AR) yang memiliki tugas antara lain memantau keadaan Wajib Pajak dan penghubung wajib pajak untuk berkonsultasi. Keberadaan AR di setiap KPP Pratama merupakan bentuk peningkatan pelayanan wajib pajak. Dengan perubahan struktur organisasi baru, maka wajib pajak akan dilayani oleh AR yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin saling keterbukaan.

Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya kompherensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dengan Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar. Terbentuknya KPP Pratama ini secara otomatis Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka) tidak ada lagi. Langkah ini diambil sebagai bagian dari usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan personal dalam pelaksanaan good governance.

2.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Visi:

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan yang modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Misi:

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan

(30)

Belanja Negara (APBN) melalui sistem Administrasi Perpajakan yang efisien dan efektif.

2.3 Visi dan Penjelasannya

Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak, visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah “Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat”.

Visi tersebut merefleksikan cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk menjadi Public Service yang berstandar tinggi baik dari sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga eksistensi dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki citra baik dan bersih.

2.4 Misi dan Penjelasannya

Misi Direktorat Jendral Pajak menjadi 4 aspek, yaitu:

1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandiriaan pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efeksifitas dan efisiensi yang tinggi.

2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

3. Misi Politik, yaitu mendukung proses demokratisasi bangsa.

4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan yang mutakhir.

(31)

Misi tersebut sebagai salah satu pernyataan tujuan keberadaan (eksistensi).

Tugas, fungsi, peranan, dan tanggung jawab Direktorat Jendral Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang dan Peraturan serta kebijakan Pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategis organisasi di berbagai bidang.

2.5 Kebijakan

Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Lubuk Pakam telah mengambil langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang djadikan pedoman, petunjuk, atau pegangan bagi setiap usaha kegiatan yang dilaksanakaan yaitu:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Mengamankan rencana pencapaian rencana penerimaaan pajak.

3. Terciptanya masyarakat dasar dan peduli pajak.

2.6 Pengalaman dalam Mengikuti Praktik Kerja Lapangan

Selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan di KPP Pratama Lubuk Pakam, kami banyak mendapatkan pengetahuan khususnya di bidang perpajakan. Disana kami mendapatkan pembekalan materi dan pengalaman tentang perpajakan dan kami juga diajarkan untuk berdisiplin khususnya masalah waktu. Kami diberikan penjelasan untuk bisa menggunakan aplikasi-aplikasi perpajakan seperti Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP) dan Electronic Filing Identification Number (EFIN) sehingga kami dapat membantu dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami, selain mendapatkan pengalaman maupun wawasan, kami juga mendapatkan kendala selama kami berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk pakam seperti pernah terjadi

(32)

adanya pemadaman listrik yang menghambat pekerjaan yang diberikan kepada kami, kemudian singkatnya waktu PKL kami yang membuat kami tidak bisa menikmati semua seksi di KPP Pratama Lubuk Pakam.

2.7 Peta Wilayah KPP Pratama Lubuk Pakam

(33)

2.8 Letak Geografis KPP Pratama Lubuk Pakam

Penentuan lokasi KPP Pratama Lubuk Pakam merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak. KPP Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl. Diponegoro Np. 30A Medan.

Kantor Pemerintah ini disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, kedekatan dengan lokasi wajib pajak, kedekatan dengan kantor pemerintahan, kedekatan dengan perbankan. Karena Kantor Pemerintah ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajak.

KPP Pratama Lubuk Pakam dikepalai oleh Kepala Kantor yang terdiri atas sub bagian Tata Usaha dan beberapa seksi yang dipimpin oleh Kepala Seksi. Agar lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari KPP Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugasfungsi, dan struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam.

2.9 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

KPP Pratama Lubuk Pakam adalah Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh Kepala Kantor.

a) Tugas

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan tugas penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Materai, Pajak Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(34)

dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajak, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpjakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan perpajakan.

4. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan Penagihan pajak.

5. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

6. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

7. Pelaksanaan Konsultasi Perpajakan

8. Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.

9. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

10. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajak, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

11. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpjakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

12. Penyuluhan perpajakan.

(35)

C. STRUKTUR ORGANISASI PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Lubuk Pakam

(36)

2.9.2 Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Tata usaha dan kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor itu sendiri.

2. Keuangan

Tugasnya adalah menysun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian para pegawai KPP Pratam Lubuk Pakam.

3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan KPP Pratama Lubuk Pakam agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2.9.3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bernama Parlagutan Simatupang. Adapun tugas dari seksi ini adalah mengkordinir urusan pengolahan Data dan Penyajian Informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi wajib pajak dan intesnifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Seksi pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, pengolahan data,

(37)

penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urursan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), sert penyajian laporan kinerja.

2.9.4 Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai fungsi atau tugas melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan, pengadministrasi dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pegolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan kerjasama perpajakan.

2.9.5 Seksi Penagihan

Seksi Penagihan terdiri atas Kepala Seksi Penagihan yang tugasnya efiling SPT OP 1770,1770 S,1770 SS, mengirim Surat Paksa secara online melalui system SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak), membuat email induk dan menyortir berkas Surat teguran dan berkas yang berkaitan dengan seksi penagihan.

Dalam seksi penagihan juga dapat mengeluarkan Surat Teguran bagi wajib pajak yang menunggak pajak, surat dikeluarkan oleh Kepala Seksi dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Koordinator pelaksana tata usaha piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(38)

Koordinator pelaksanaan penagihan aktif, tugasnya melakukan penyiapan surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, sita, urusan lelang dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2.9.6 Seksi pemeriksaan.

Pada seksi pemeriksaan, para pelaksana memiliki tugas yaitu memeriksa kelengkapan data-data wajib, buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi dan keterangan lain yang wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak yang paling lama diberikan 1 bulan sejak permainan disampaikan.Dalam hal Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan sehingga tidak dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak.Penghasilan Kena Pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.9.7 Seksi Ekstensifikasi

Pada Seksi Ekstensifikasi para pelaksana memilik tugas untuk menghitung PBB dan BPHTB, menyerahkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ke ruang gambar dan membuat klasifikasi kelas tanah dan bangunan di semua kecamatan Deli Serdang dan menghitung Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dari nilai PBB.

(39)

2.9.8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III dan IV

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

memiliki tugas yaitu merekam data-data wajib pajak yang bermasalah dan efiling.untuk target pendapatan KPP Pratama Lubuk Pakam tahun 2017 yaitu sebesar

Rp.1.887.794.309 . Pembagian daerah dari setiap Seksi pengawasan dan Konsultasi I,II, III dan IV meliputi:

WILAYAH KERJA KPP PRATAMA LUBUK PAKAM

WASKON KECAMATAN

Waskon I Melayani Permohonan Perpajakan dan Konsultasi untuk seluruh Kecamatan

Waskon II

BATANG KUIS PERCUT SEI TUAN DELI TUA

PANTAI LABU PAGAR MERBAU BERINGIN

PANCUR BATU SIBOLANGIT

(40)

Waskon III

SUNGGAL

S.TANJUNGMUDA HULU TANJUNG MORAWA BIRU-BIRU

LABUHAN DELI

S.TANJUNGMUDA HILIR GUNUNG MERIAH

Waskon IV

HAMPARAN PERAK LUBUK PAKAM NAMO RAMBE GALANG

BANGUN PURBA KOTALIMBARU PETUMBAK

2.9.9 Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Kelompok Jabatan Fungsionak terdiri dari Supervisior, Ketua Tim, Anggota Tim.KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok fungsional sesuai dengan bidang keahlianya.Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat

(41)

fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan.Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditemukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

2.10.1 Seksi pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi ini, peserta PKL diberi kegiatan untuk mensortir Faktur Pajak, merekam SPT PPh Orang Pribadi, PPN, SPT Masa PPN, data dan penghasilan Pegawai, dan merekam SSB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan).

a. Merekam data Pegawai meliputi:

 Nama WP/ Badan

 NPWP

 Penghasilan

 Penghasilan Kena Pajak

b. Merekan SSB meliputi:

1) No SSB 2) Objek 3) NJOP 4) NOP

(42)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut beberapa ahli selalu berbeda-beda, meskipun begitu pendapat tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama tentang pajak. Adapun defenisi pajak yang dikemukakan beberapa para ahli di bidang perpajakan antara lain :

Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2008:1) " Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum ".

Menurut Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2009:1), " Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk

memelihara kesejahteraan secara umum ".

Menurut Feldmann dalam Siti Resmi (2009:2), Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum ".Dari defenisi di atas dapat kita

(43)

dipahami sebenarnya penilaian para ahli mengenai pajak adalah sama yaitu ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa unsur pokok yaitu :

a) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang pajak serta aturan pelaksanaanya yang berlaku.

b) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.

c) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual secara langsung oleh pemerintah.

d) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

3.1.1 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangannegara) dan fungsi regularend (pengatur).

Fungsi Budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik pengeluaran rutin ataupun pengeluaran untuk pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara.

Pajak mempunyai fungsi pengatur (regularent), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

(44)

3.1.2 Sistem Pemungutan Pajak A. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, adapun ciri- ciri dari Official Assessment System yaitu:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

B. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besamya pajak yang terutang, adapun ciri-ciri self assessment system yaitu :

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

C. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan

(45)

besamya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

3.1.3 Asas Pemungutan Pajak

a) Asas Domisili (Asas tempat tinggal)

Asas ini megatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik pengasilan yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Setiap wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib Pajak Dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar negeri.

b) Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.

c) Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan indonesia tetapi berkebangsaan indonesia.

3.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 huruf 1 Undang-Undang PPh No. 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima/diperolehnya dalam tahun pajak. Sedangkan subjek pajak

(46)

adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan dinyatakan sebagai Subjek atau Orang Pribadi atau Badan yang berpotensi atau akan dikenakan pajak.

3.2.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Peraturan Perundang-undangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU No 10 Tahun 1994, UU.No17 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jendral Pajak, maupun Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak

3.2.2 Tarif Pajak Penghasilan 1.Wajib Pajak Orang Pribadi

Tabel 1. Tarif PPh WP OP (UU No. 36 Tahun 2008) : Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp 0 s/d Rp 50.000.000 5%

Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%

Rp250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%

Diatas Rp 500.000.000 30%

Sumber : Seksi PDI KPP Lubuk Pakam

2.Wajib Pajak Badan

a. Menggunakana Tarif Tunggal 28% untuk tahun 2008 dan 25% untuk tahun 2010.

(47)

b. Bagi WP yang telah go public diberikan pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham dimiliki oleh masyarakat.

c. Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberi intensif pengurang tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8M.

d. Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada WP Orang Pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.

3.2.3 Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yang termasuk objek pajak adalah:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang Pajak Penghasilan.

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

3) Laba usaha

4) Keuntungan karena penjualan atau karena penggalihan harta termasuk:

(48)

a. Keuntungan karena penggalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena penggalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.

d. Keuntungan karena penggalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sederhana dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaanasuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalty

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

(49)

j. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

k. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

m. Premi asuransi.

n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

o. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

p. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

q. Surplus Bank Indonesia.

r. Imbalan bunga sebagaimana

3.2.4 Wajib Pajak Pengasilan

Wajib pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan.

1. Wajib pajak orang pribadi yaitu:

a. Orang yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka 12 (dua belas) bulan atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia serta berniat untuk tinggal di Indonesia.

b. Karyawan/karyawati yang memperoleh penghasilan di luar penghasilan sehubungan dengan penghasilan dan pekerjaannya.

(50)

c. Orang-orang yang wajib menyampaikan laporan pajak pribadi (LP2P) serta kuasa (trustee) atas warisan yang terbagi.

2. Sedangkan wajib pajak Badan adalah : a. Perseroan Terbatas (PT)

b. Perseroan Komoditer (CV) c. Persekutuan

d. Firma (Fa) e. Kongsi f. Koperasi

g. Yayasan atau Lembaga

h. Perseroan atau perkumpulan lainnya i. Badan Usaha Milik Negara dan Daerah

3.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan

Faktor-faktor penentu dalam pajak penghasilan (Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan: 1995), diantaranya:

1. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak secara ringkas diartikan sebagai apa dan siapa yang dikenakan pajak, yang istilahnya sering kita sebut dengan Wajib Pajak. Wajib pajak penghasilan ini terdiri atas orang pribadi atau perseorangan, dan badan. Wajib pajak dibedakan atas wajib pajak dalam negeri, sesuai dengan keberadaannya wajib pajak tersebut, seperti objek maupun perhitungannya.

2. Penghasilan Sesuai dengan namanya, makan penghasilan merupakan objek pajak, yang menjadi penyebab pengenaan pajak penghasilan. Penghasilan yang

(51)

diterima atau diperoleh wajib pajak dapat dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomiskepada wajib pajak, yang dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

a. Penghasilan dari pekerjaan b. Penghasilan dari kegiatan usaha c. Penghasilan dari modal

d. Penghasilan lain-lain 3. Biaya

Faktor biaya merupakan faktor yang paling banyak dihadapi oleh wajib pajak, yaitu apakah setiap pengeluaran yang dilakukan dapat dianggap sebagai biaya, yang berarti sebagai pengurang bagi penerimaan, menurut kami penyebabnyaadalah adanya perbedaan konsep biaya antara kepentingan komersial dan kepentingan fiskal.

4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Bagi wajib pajak perseorangan, khususnya wajib pajak dalam negeri, terdapat beberapa hal mendasar dalam menentukan siapa dan dalam jumlah berapa yang mendapatkan fasilitas pengurangan ini. Hal tersebut seperti apakah istri wajib pajak bekerja, apakah suami menganggur, anak yang diakui sampai umur berapa, bagaimana keluarga dengan hubungan yang diperbolehkan mendapat PTKP. Pajak penghasilan merupakan pajak subjektif sehingga dalam pengenaannya harus memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak. Hal ini diwujudkan dengan pemberian kelonggaran berupa penghasilan tidak kena pajak

(52)

(PTKP). PTKP merupakan standar kehidupan minimum yang diberikan Negara kepada wajib pajak yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

Tabel 2. Tarif PTKP Tahun 2016/2017/2018 Sesuai PMK 101-PMK.010-2016 :

Uraian Status PTKP

Wajib Pajak TK0 54.000.000,-

Tanggungan 1 TK1 58.000.000,-

Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-

Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

Sumber : seksi PDI KPP Lubuk Pakam 5. Tarif

Adapun sistem penggunaan tarif PPh di Negara Indonesia adalah dasar progresitas, yakni semakin besar penghasilan yang diterima berarti semakin besar penghasilan kena pajak, maka akan semakin besar pula dasar tarif pengenaannya.

6. Fasilitas Perpajakan

Upaya mendorong kegiatan ekonomi yang mengarah kepada pertumbuhan juga tidak lepas dari kebijakan perpajakan nasional. Indikasi ini terlihat dengan diberikannya berbagai fasilitas perpajakan, baik secara umum maupun secara khusus. Fasilitas perpajakan ini terlihat seperti adanya pengecualiannya, penangguhan kena pajak, kompensasi karugian dan sebagainya.

(53)

BAB IV EVALUASI DATA 4.1 RESTITUSI

Restitusi pajak atau pengembalian pajak tercantum dalam Pasal 17 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP).Restitusi pajak adalah permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak kepada negara. Kelebihan pembayaran pajak ini merupakan hak bagi wajib pajak. UU KUP secara umum menyebut restitusi sebagai pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Artinya, negara membayar kembali atau mengembalikan pajak yang telah dibayar.

Prosedur (Tata Cara) Pengembalian Atas Lebih Bayar Pajak Tata cara prosedur restitusi pajak adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:

a) Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

b) Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut

(54)

PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran setelah dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut.

c) Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

3. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

4. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.

4.2 Perkembangan WP OP dan Badan yang terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam selama tahun 2011– 2015

(55)

Tabel 4.2.1 Jumlah WP OP dan Badan dari tahun 2011-2015.

No Tahun OP Badan

WP Terdaftar

SPT Masuk

% WP

Terdaftar

SPT Masuk

%

1 2011 127.440 37.005 29,04% 6.954 1.315 18,91%

2 2012 142.273 44.272 31,12% 7.734 1.415 18,30%

3 2013 154.641 45.310 29,30% 8.823 1.711 19,39%

4 2014 168.816 41.379 24,51% 9.515 1.597 16,78%

5 2015 177.543 47.971 37,01% 9,427 3,775 24.97%

Sumber : seksi PDI KPP PRATAMA LUBUK PAKAM

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa jumlah WP OP yang terdaftar tahun 2011 sebanyak 127.440 sedangkan pada tahun 2012 WP OP yang terdaftar sebanyak 142.273 WP OP. Dari data tersebut terjadi kenaikan sebesar 14.833 WP OP atau sekitar 18,741 % dibandingkan dengan tahun 2011. Untuk jumlah WP Badan tahun 2011 yang terdaftar sebanyak 6.954 sedangkan pada tahun 2012 yang terdaftar 7.734 WP Badan atau 15,49 5% mengalami peningkatan jumlah WP Badan dibandingkan dengan tahun 2011.

Pada tahun 2013 jumlah WP OP yang terdaftar sebanyak 154.641 sedangkan untuk tahun 2014 jumlah WP OP yang terdaftar sebanyak 168.816. Dari data tersebut

(56)

Untuk jumlah WP Badan pada tahun 2013 yang terdaftar sebanyak 8.823 sedangkan untuk tahun 2014 jumlah WP Badan yang terdaftar sebanyak 9.515 atau sekitar 14 % mengalami peningkatan dari tahun 2013.

Pada tahun 2014 WP OP yang terdaftar di KPP Lubuk Pakam sebanyak 168.816sedangkan untuk tahun 2015 jumlah WP OP yang terdaftar sebanyak 177.543.

Dari data tersebut mengalami kenaikan sebesar atau sekitar 9,16 % dari tahun 2014.

Untuk jumlah WP Badan 2014 yang terdaftar sebanyak 9.515 sedangkan tahun 2015 Wp Badan yang terdaftar sebanyak 9.427.

Berdasarkan table diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah tertinggi WP OP yang terdaftar pada tahun 2015 yaitu sebanyak 177.543 dan WP Badan terdaftar tertinggi pada tahun 2014 sebanyak 9.427. Sedangkan untuk jumlah WP OP yang terendah pada tahun 2011 sabanyak 127.440 sedangkan WP Badan 6.954.

4.3 Perbandingan WP OP Dan Badan yang Melakukan Restitusi PPh di KPP Pratama Lubuk Pakam 2011-2015

(57)

Tabel 4.3.1 Status SPT PPh Badan di KPP Pratama Lubuk Pakam

No Tahun

Status SPT %

KB LB N

JUMLAH

KB LB N

1 2011 613 19 683 1.315 46,62% 1,44% 51,94%

2 2012 713 13 689 1.415 50,39% 0,92% 48,69%

3 2013 758 26 927 1.711 44,30% 1,52% 54,18%

4 2014 861 19 717 1.597 53,91% 1,19% 44,90%

5 2015 379 16 947 1432 26,46% 1,11% 66,13%

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Lubuk Pakam

Berdasarkan table diatas bahwa penerimaan dari SPT PPh Badan yang masuk tahun 2011 terdapat 613 SPT Kurang Bayar (46.62 % ), 19 SPT Lebih Bayar (1.44 %) dan sisahnya SPT Nihil sebanyak 691 (51.94 %). Pada tahun 2012 terdapat 1415 SPT Kurang Bayar sekitar (50.39%), SPT Lebih Bayar sebanyak 13 (0.92 %) dan SPT Nihil sebanyak 689 atau sekitar (48.69%). Pada tahun 2013 di KPP Pratama Lubuk Pakam menerima penyampaian SPT Badan yang masuk sebanyak 1711 SPT. Dari jumlah tersebut terdapat 758 SPT, Kurang Bayar (44.30%), untuk SPT Lebih Bayar terdapat 26 (1.52%) dan SPT Nihil pada tahun 2013 sebanyak 927 atau sekitar (54.18%). Pada tahun 2014 penyampaian SPT PPh Badan sebanyak 1597 SPT. Dari jumlah tersebut 861 SPT, Kurang Bayar (53.91%) untuk SPT Lebih Bayar 19 SPT atau sekitar (1.19%) dan

(58)

SPT Nihil pada tahun 2014 sebanyak 947 (44.90%) SPT Nihil. Pada tahun 2015 penerimaan SPT Badan sebanyak 1432. Dari jumlah tersebut terdapat 379 SPT Kurang Bayar (26.46%) untuk SPT Lebih Bayar terdapat 16 (1.11%) sedangkan SPT Nihil sebanyak 947 (66.13%).

Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah tertinggi penyampaian SPT PPh Badan yaitu tahun 2014 sebanyak 861, sedangkan jumlah penyampaian SPT PPh Badan yang terendah terjadi pada tahun 2015 sebanyak 379.

Tabel 4.3.2 STATUS SPT PPh OP KPP PRATAMA LUBUK PAKAM 2011-2015

No Tahun

Status SPT %

KB LB N

JUMLAH

KB LB N

1 2011 1.896 5 35.104 37.005 5,12% 0,01% 94,86%

2 2012 2.017 2 42.253 44.272 4,56% 0,00% 95,44%

3 2013 2.732 11 42.253 44.996 6,07% 0,02% 93,90%

4 2014 1.885 60 39.434 41.379 4,56% 0,15% 95,30%

5 2015 743 10 56.414 57.167 1,29% 0,01% 98,68%

Sumber : seksi PDI KPP PRATAMA LUBUK PAKAM

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui penerimaan SPT PPh OP yang masuk tahun 2011 jumlah penerimaan SPT PPh OP sebanyak sisanya SPT 37.005 SPT.

(59)

1896 SPT Kurang Bayar (5.12%), 5 SPT Lebih Bayar (0,01%) dan sisanya SPT Nihil sebanyak 35104 (94,86%). Pada tahun 2012 terdapat 44272 SPT PPh yang disampaikan, dari jumlah terdapat 2017 SPT Kurng Bayar sekitar (4.56%), SPT Lebih Bayar sebanyak 2 (0.00%) dan SPT Nihil sebanyak 42253 atau sekitar (95.44%). Pada tahun 2013 menerima penyampaian SPT PPh OP yang masuk sebanyak 45310 SPT.

Dari jumlah tersebut terdapat 2732 SPT Kurang Bayar (6.02%) untuk SPT Lebih Bayar terdapat 11 (0.02%) dan SPT Nihil sebanyak 44996 atau sekitar (93.90%). Pada tahun 2014 di KPP Pratama Lubuk Pakam menrima penyampaian SPT PPh OP sebanyak 41379 SPT. Dari jumlah tersebut 1885 SPT Kurang Bayar (4.56%) untuk SPT Lebih Bayar sebanyak 60 SPT (0.15%) dan SPT Nihil sebanyak 39434 atau sekitar (95.30%).

Pada tahun 2015 sebanyak 57.167. Dari jumlah tersebut terdapat 743 SPT Kurang Bayar (1.29%) untuk SPT Lebih Bayar terdapat 10 (0.01%) sedangkan SPT Nihil sebanyak 56414 (98.68%).

Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah tertinggi untuk penyampaian SPT PPh OP yaitu pada tahun 2015 sebanyak 56.414 SPT, sedangkan jumlah penyampaian SPT OP yang terendah terjadi pada tahun 2011 sebanyak 37.005 SPT.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil datayang diperolehdi kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tentang Analisis Prosedur Restitusi Pph Orang Pribadi maka penulis menarik kesimpulan yaitu :

1. Mendapatkan Penanganan Restitusi Pajak penghasilan di KPP Pratama Lubuk Pakam telah dilaksanakan dengan baik, sesuai UU Pajak Penghasilan maupun Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berlaku.

2. Dalam melakukan restitusi Pajak Penghasilan wajib pajak harus melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan. Mekanisme restitusi Pajak Penghasilan yang mana prosedur restitusi cukup rumit danmemakan waktu yang lama karena, sebelum petugas terlebih dahulu memeriksa kebenaran kelebihan pembayaran pajak, mengajukan permohonan tertulis kepada Direktorat Jenderal Pajak, pengisian formulir SPT.

3. Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam hanya memeriksa,membuktikan kebenaran, dan menerbitkan berita acara atas laporan wajib pajak orang pribadi atas restitusi yang dikenakan wajib pajak.

(61)

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan, maka hal-hal yang dapat disampaikan sebagai saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam analisis prosedur restitusi pph orang pribadi pada KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

1. Proses pemeriksaan dan pengendalian atas restitusi perhitungan pph agar secara konsisten dan konsekuen terus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang- undang yang berlaku, agar dapat mengantisipsikemungkinan terjadinya kesalahan perhitungan dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh wajib pajk maupun aparat pajak. Pemberian sanksi-sanksi harus secara konsisten dilaksanakan, baik sanksi administrasi maupun pidana untuk mendorong akan kepatuhan pajak.

2. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengisi kelengkapan dokumen- dokumen wajib pajak ada baiknya pihak Kantor Pelayanan Pajak memberikan penerangan kepada wajib pajak dalam mengisi dokumen yang diperlukan

(62)
(63)
(64)

Gambar

Tabel 1. Tarif PPh WP OP (UU No. 36 Tahun 2008) :  Lapisan Penghasilan Kena Pajak  Tarif Pajak
Tabel 4.2.1 Jumlah WP OP dan Badan dari tahun 2011-2015.  No  Tahun  OP  Badan   WP  Terdaftar    SPT  Masuk   %   WP  Terdaftar    SPT  Masuk   %  1  2011  127.440  37.005  29,04%       6.954   1.315  18,91%  2  2012  142.273  44.272  31,12%       7.734
Tabel 4.3.1  Status SPT PPh Badan di KPP Pratama Lubuk Pakam  No  Tahun  Status SPT  %   KB    LB   N  JUMLAH    KB   LB  N  1  2011  613  19  683       1.315   46,62%  1,44%  51,94%  2  2012  713  13  689       1.415   50,39%  0,92%  48,69%  3  2013  758
Tabel 4.3.2 STATUS SPT PPh OP KPP PRATAMA LUBUK PAKAM 2011-2015

Referensi

Dokumen terkait

melakukan pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan yang terutang pada.. suatu transaksi yang

dalam pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji Pegawai negeri sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia. 1.3 Untuk mengetahui besarnya

Judul : Prosedur Penetapan Dan Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Ketua Program Studi Diploma III

Lapangan Mandiri yang berjudul “SISTEM PEMOTONGAN DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

PROSEDUR PENETAPAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)..

Judul : Sistem Pemotongan Dan Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.. Ketua

Tujuan Dilakukannya Pengawasan terhadap Pelunasan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya pengawasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal

Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP ndalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas