• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengawasan Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

Kenyataannya, masih banyak kendala dalam penyampaian SPT PPh Pasal 21 yang lepas dari kendali petugas pajak atau fiskus. Selain itu, pelaporan pelanggaran Pasal 21 SPT PPh sangat rentan, karena dalam SPT ini penghasilan wajib pajak terikat, yang merupakan hal yang sangat rumit untuk diverifikasi. Dengan berlakunya UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dan UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 (selanjutnya disebut Undang-Undang Pajak Penghasilan) dan sampai saat ini ketentuan tersebut masih berlaku, dan khususnya di Indonesia dikenal dengan sistem self assesment, dimana dalam sistem ini masyarakat atau wajib pajak yang berwenang menghitung , sendiri menghitung, membayar dan melaporkan pajak yang terutang, oleh karena itu pengendalian atas pembayaran pajak penghasilan oleh Wajib Pajak harus setinggi-tingginya, khususnya pajak penghasilan (PPh) 21. Pasal.

Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal membayar Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Untuk mengetahui bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia Medan terhadap tingkat kepatuhan pembayaran PPh Pasal 21. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk langsung mengaplikasikan ilmunya dalam rangka mengembangkan ilmu dan wawasan khusus mengenai PPh Pasal . 21.

Untuk mengetahui secara langsung praktek kerja yang sebenarnya dan bagaimana berbagai permasalahan yang dihadapi dalam bidang perpajakan khususnya yang berhubungan dengan pengawasan pembayaran PPh Pasal 21. Selain itu ruang lingkup yang akan diteliti dalam kegiatan ini adalah kendala atau keterbatasan yang di hadapi. oleh KPP Pratama Medan Polonia mengenai pembayaran PPh pasal 21. Yaitu kegiatan peninjauan langsung objek pajak PPh pasal 21 di KPP Pratama Medan Polonia.

Aspek sistematika dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut:

PENDAHULUAN

  • Tujuan dan Manfaat PKLM
  • Uraian Teoritis
  • Ruang Lingkup PKLM
  • Metode PKLM
  • Metode Pengumpulan Data
  • Sistematika Penulisan Laporan

Bab ini memuat kesimpulan dan saran penulis, terkait dengan uraian pada bab-bab sebelumnya.

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Struktur organisasi merupakan suatu diagram yang secara sistematis menggambarkan pembagian tugas, fungsi, serta wewenang dan tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan.

Deskripsi Tugas dan fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak

Membantu pengelola kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pendaftaran voucher pajak, penatausahaan penerimaan pajak, pengolahan data dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, layanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyimpanan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan bagian Pengolahan Data dan Informasi. Membantu pengelola kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk perpajakan, penatausahaan dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengurusan surat pemberitahuan dan surat lainnya, nasihat perpajakan, pelaksanaan pendaftaran wajib pajak dan kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Membantu pengelola kantor dalam mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya), pembinaan atau imbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, menyusun profil Wajib Pajak, menganalisis kinerja Wajib Pajak.

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia Medan terdapat empat kepala bagian pengawasan dan konsultasi yang tugasnya dibagi berdasarkan bidang tertentu. Membantu pengelola kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, mengawasi pelaksanaan peraturan pemeriksaan, menerbitkan dan mendistribusikan perintah pemeriksaan pajak dan administrasi pemeriksaan pajak lainnya. Membantu pengelola kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak serta usulan penghapusan pajak dan penyimpanan voucher faktur.

Bagian fungsional ini bertugas melaksanakan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsionalnya masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas dan fungsinya melakukan pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak orang pribadi dan badan sesuai dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3).

Visi, Misi, dan Tujuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Tujuan tersebut merupakan pelaksanaan atau akibat dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu yaitu sampai dengan 5 (lima) tahun yang akan datang. Dalam pelaksanaan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia Medan, ini memiliki tujuan sebagai berikut. Pengawasan pembayaran Pajak Penghasilan Masa (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan pajak tidak langsung lainnya. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penghasilan, penagihan, penyelesaian hubungan, administrasi banding dan penyelesaian pengembalian Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan pajak tidak langsung lainnya.

Pajak Penghasilan Pasal 21

  • Defenisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
  • Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
  • Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
  • Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh
  • Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

Fiskus melakukan kelengkapan SPT § 21 untuk memberikan informasi mengenai kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Tujuan dilakukannya pemantauan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah: Untuk memperoleh data yang lebih rinci mengenai kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Pajak Penghasilan Pasal 21.

Untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PPh Pasal 21, penulis menganalisis data mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap SPT PPh Pasal 21 secara massal. Masyarakat yang terdaftar sebagai wajib pajak seharusnya membuat SPT berkala PPh pasal 21 untuk disampaikan kepada Otoritas Pajak. (KPP) Pratama Medan Polonia. Banyaknya Wajib Pajak yang telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dalam 1 (satu) tahun terakhir atau 12 kali masa pajak.

Tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Polonia Medan. Jumlah Wajib Pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 kepada KPP Pratama Medan Polonia setiap Masa Pajak mengalami penambahan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak Masa Pajak Januari 2013 sampai dengan Masa Pajak Desember 2013. SPT Masa PPh Pasal kolom 21 yang disampaikan per periode oleh Wajib Pajak terdaftar tidak bertambah seiring bertambahnya. Wajib pajak yang terdaftar wajib melaporkan pajak penghasilan. Pasal 21.

Hal ini membuktikan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Medan Polonia belum mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya wajib pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT PPh Pasal 21. Kendala atau kesulitan tersebut antara lain rendahnya tingkat pengetahuan perpajakan bagi para wajib pajak. beberapa wajib pajak khususnya mengenai PPh pasal 21 dan mekanisme pembayarannya. Penghindaran pajak dilakukan oleh wajib pajak sebagai bentuk perlawanan akibat kurangnya rasa nasionalisme.

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia Medan masih sangat rendah dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar yang harus menyampaikan SPT PPh Pasal 21. Penggunaan sanksi perpajakan merupakan alat fiskus untuk memantau tingkat kepatuhan seorang wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kendala atau kendala yang dihadapi KPP Pratama Medan Polonia dalam pelaksanaan pengendalian pembayaran PPh Pasal 21 disebabkan oleh kurangnya kesadaran wajib pajak karena beberapa hal tertentu.

Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

  • Tarif PPh Pasal 21/Tarif Pasal 17 UU PPh
  • Penghasilan Kena Pajak
  • Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Surat Pemberitahuan

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak adalah untuk melaporkan dan memberikan pertanggungjawaban atas perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Bentuk pengawasan kepatuhan pembayaran PPh Pasal 21 merupakan suatu proses observasi yang dilakukan oleh KPP terhadap pelaporan pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak melalui SPT, sehingga dari laporan SPT tersebut dapat ditentukan apakah Wajib Pajak telah benar melaksanakan kewajiban perpajakannya, yaitu mengenai perhitungan pajak yang terutang, pajak yang kurang dibayar, lebih dibayar, atau nihil. Seperti yang telah kita ketahui, sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia khususnya PPh Pasal 21 menganut asas self-assessment system sehingga memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melakukan pemungutan pajak yaitu wajib pajak dapat menghitung, menghitung, membayar dan melaporkan pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Apakah Wajib Pajak tersebut benar-benar berada dalam kewenangan pengawasan KPP masing-masing yaitu KPP Pratama Medan Polandia? Caranya dengan meneliti angka-angka yang tertera pada Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Selain bertambahnya Wajib Pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21, hal ini tidak selalu diikuti oleh Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 karena beberapa hal, misalnya kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan perpajakannya. kewajibannya dan juga karena reaksi penolakan Wajib Pajak untuk menghindari pajak yang merugikan negara.

Selain itu, salah satu faktor penyebab rendahnya jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan PPV adalah kurangnya pemahaman Wajib Pajak dalam menghitung dan/atau memotong besarnya pajak yang terutang. Jumlah SPT lebih bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 PPh yang diterima KPP Pratama Medan Polonia antara masa pajak Januari 2013 sampai dengan masa pajak Desember 2013 adalah sebanyak 72 SPT, yang berarti wajib pajak harus mengembalikan dan/atau mengkompensasi jumlah kelebihan pajak yang dibayarkan pada tahun 2013. masa depan. .pajak berikutnya. Secara umum pengetahuan Wajib Pajak mengenai perpajakan khususnya tentang PPh Pasal 21 sangat terbatas terutama mengenai besaran pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, batas waktu pembayaran dan/atau penyampaian, sanksi keterlambatan penyampaian SPT PPh Pasal 21 dan ketentuan mengenai perpajakan lainnya yang mengatur tentang kegiatan administrasi perpajakan dan sanksi yang dikandungnya.

Kurangnya pengetahuan wajib pajak mengenai kewajiban perpajakannya menjadi salah satu penyebab kurangnya pengetahuan wajib pajak tentang pajak itu sendiri, salah satunya karena kurangnya informasi mengenai pajak. Meskipun bertambahnya jumlah Wajib Pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT PPh Pasal 21 ke KPP Pratama Medan Polonia tidak dibarengi dengan banyaknya Wajib Pajak yang menyampaikan SPT PPh Pasal 21, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena Wajib Pajak tidak memiliki pengetahuan. tentang pajak, atau karena faktor kesengajaan untuk menghindari pajak. Cara yang digunakan fiskus untuk memantau tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT PPh Pasal 21 adalah dengan cara langsung yaitu dengan memberikan nasehat kepada wajib pajak agar lebih memahami perpajakan itu sendiri, sedangkan cara tidak langsung adalah melalui penerapan sanksi kepada Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT sehingga merugikan pendapatan negara.

Kasus

  • Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima Jaminan Hari
  • Terhadap Pegawai Yang Menerima Iuran Pensiun
  • Terhadap Subjek Pajak Bukan Pegawai

Referensi

Dokumen terkait

rahmat dan karuniaNya, penulis menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “ PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis ingin mengetahui sistem pelaksanaan pengawasan pelunasan pajak penghasilan pasal 21 yang

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam di tempat peserta melakukan

“ANALISA KEPATUHAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.. Dalam proses penyelesaian

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang paling mendasar adalah mendata jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21

Dan Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.. Tujuan dan Manfaat Praktik kerja Lapangan Mandiri

“ Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ”.. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri yang paling mendasar adalah mendata jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21